HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM BERBAHASA JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK.

(1)

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM BERBAHASA

JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK

Proposal Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Bahasa Jerman

Oleh Lela Ramadhan

1000597

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA JERMAN

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013/2014


(2)

Hubungan Intensitas Menonton Film Berbahasa Jerman dengan

Kemampuan Menyimak

Oleh Lela Ramadhan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© LelaRamadhan 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Drs. Setiawan, M.Pd

NIP. 195906231987031003 Pembimbing II

Pepen Permana, M.Pd

NIP. 198002102005011002

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman

FPBS UPI

Drs. Amir, M.Pd


(4)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAK

HUBUNGAN INTENSITAS MENONTON FILM BERBAHASA JERMAN DENGAN KEMAMPUAN MENYIMAK

Dalam penelitian ini dibahas mengenai hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak. Film merupakan salah satu media alternatif yang dapat digunakan sebagai media pembelajaran. Salah satu kelebihan media video yaitu dapat digunakan untuk mempelajari suatu keterampilan atau kecakapan tertentu. Dengan bantuan visualisasi yang ditampilkan dalam film dapat membantu untuk lebih mudah memahami alur cerita dan kata-kata yang digunakan pada saat berkomunikasi. Menyimak merupakan proses awal pembelajar bahasa untuk mengenal bahasa itu sendiri. Maka dari itu, menyimak mempunyai peranan penting dalam mempelajari bahasa. Pada nyatanya, menyimak adalah salah satu keterampilan yang sulit dikuasai pembelajar bahasa, karena pada saat yang sama pembelajar tidak hanya mendengarkan, melainkan juga memahami informasi yang didapat. Berdasarkan hal tersebut penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui bagaimana tingkat intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa, 2) mendeskripsikan bagaimana kemampuan menyimak mahasiswa, 3) untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian korelasional. Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa semeter IV jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel penelitian berjumlah 20 orang mahasiswa. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data intensitas menonton film berbahasa Jerman dan data kemampuan menyimak. Setelah data dianalisis diperoleh hasil sebagai berikut: 1) Nilai rata-rata angket intensitas menonton film berbahasa Jerman adalah 68,85 dengan nilai tertinggi 81, 2) nilai rata-rata tes kemampuan menyimak adalah 81,3 dengan nilai tertinggi 93, 3) terdapat hubungan yang positif antara intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil koefisien korelasi yang didapat yaitu 0,54

dan kontribusi sebesar 29% melalui persamaan regresi Ŷ = 23,82 + 0,83X. Dari hasil

penelitian di atas, maka dapat disarankan mahasiswa untuk menjadikan film berbahasa Jerman sebagai salah satu media untuk melatih dan meningkatkan kemampuan menyimak.


(5)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

i ABSTRAKT

DIE BEZIEHUNG ZWISCHEN DER INTENSITÄT DER STUDENTEN BEIM SEHEN DER DEUTSCHEN FILME UND IHREM HÖRVERSTEHEN

In dieser Untersuchung wurde die Beziehung zwischen der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme und Hörverstehen durchgeführt. Der Film ist eins der alternativen Medien, die als Lernmedium verwendet werden können. Einer der Vorteile der Videomedien ist eine bestimmte Fähigkeit zu lernen. Die Visualisierung, die in dem Film gezeigt wird, hilft den Lernenden durch die Handlung und die Wörter, die in der Komunikation benutzt werden, leichter zu verstehen. Hörverstehen ist ein Prozess um die Sprache kennenzulernen. Deshalb spielt das Hörverstehen eine wichtige Rolle beim Sprachunterricht. In der Wirklichkeit ist das Hörverstehen schwierig zu beherrschen, denn in der gleichen Zeit müssen die Lernenden nicht nur die Wörter hören, sondern auch die Information verstehen. Diese Untersuchung hat die Ziele nämlich: 1) die Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme zu wissen, 2) das Hörverstehen der Studenten zu erklären, 3) die positive Beziehung zwischen der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme und dem Hörverstehen zu wissen. In dieser Untersuchung wurde Korrelationsmethode benutzt. Die Population dieser Untersuchung waren die Studenten im 4. Semester der Deutschabteilung und als Stichprobe wurden 20 Studenten von der Population ausgewählt. Die Daten dieser Untersuchung sind die Daten der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme und die Daten des Hörverstehens. Die Ergebnisse dieser Untersuchung sind wie folgende: 1) die durchschnittliche Punktzahl der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme ist 68,85 mit den höchsten Punkten 81, 2) die durchschnittliche Punktzahl des Hörverstehens ist 81,3 mit den höchsten Punkten 93, 3) es gibt eine positive Beziehung zwischen der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme und dem Hörverstehen. Das wurde durch die

Korrelationskoefizienten r = 0,54 und die Regressionsgleichung Ŷ= 23,82+0,83X mit dem

Beitrag der Intensität der Studenten beim Sehen der deutschen Filme 29% gezeigt. Aus den oben gennanten Ergebnissen schlägt die Verfasserin vor, dass die Studenten den Film als


(6)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRAKT... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah... ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian...5

BAB II KAJIAN TEORETIS ... 6

A. Keterampilan Menyimak ... 6

1. Hakikat Menyimak... 6

2. Jenis-jenis Menyimak ... 8

3. Proses Menyimak... 10

4. Faktor-faktor yang Mempegaruhi Menyimak... 11

5. Tes Menyimak... 13

B. Film ... 14

1. Hakikat Film ... 14

2. Jenis-jenis Film ... 16

3. Kegunaan Film...17


(7)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Hakikat Intensitas Menonton...21

6. Pengukuran Intensitas Menonton... 21

C. Kerangka Berpikir ... 22

D. Hipotesis Penelitian ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 24

A. Metode Penelitian... 24

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... .24

C. Populasi dan Sampel Penelitian ... 24

D. Variabel dan Desain Penelitian ... 24

E. Instrumen Penelitian... 25

F. Prosedur Penelitian... 26

G. Hipotesis Statistik... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 29

A. Deskripsi Hasil Penelitian ... 29

B. Uji Persyaratan Analisis... 29

C. Analisis data... 30

D. Pengujian Hipotesis... 32

E. Pembahasan Hasil Penelitian... 33

BAB V SIMPULAN DAN SARAN... 36

A. Simpulan... 36

B. Saran... 37

DAFTAR PUSTAKA...38 RIWAYAT HIDUP PENULIS

LAMPIRAN


(8)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak


(9)

1

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran bahasa Jerman terdapat empat keterampilan berbahasa, yaitu menyimak (Hören), berbicara (Sprechen), membaca (Lesen) dan

menulis (Schreiben). Empat keterampilan berbahasa tersebut saling

mempengaruhi satu sama lain. Untuk dapat menulis dan berbicara seorang pembelajar bahasa harus membaca dan mendengarkan terlebih dahulu setiap kata-kata yang akan dibicarakan atau ditulisnya, tetapi pada saat pembelajaran berlangsung, menyimak (Hören) merupakan salah satu keterampilan yang sulit dikuasai oleh mahasiswa. Menyimak merupakan salah satu keterampilan yang membantu pembelajar dalam memahami suatu bahasa, khususnya bahasa Jerman. Dalam menyimak, pembelajar dituntut untuk membiasakan diri mendengarkan bagaimana pengucapan setiap kata yang sebenarnya karena dengan begitu pembelajar dapat mempelajari tidak hanya struktur bahasa itu sendiri, melainkan juga variasi kata-kata yang dipakai pada saat berkomunikasi secara langsung. Pada kenyataannya pembelajar selalu mempunyai kendala pada saat menyimak, tidak hanya dalam pemahaman tapi juga kata-kata yang dikuasai oleh pembelajar tidak cukup menunjang untuk memahami suatu tema pembicaraan yang diberikan.

Munculnya permasalahan di atas diduga karena adanya beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar mahasiswa dalam menyimak, antara lain konsentrasi, kurangnya pembendaharaan kosakata bahasa Jerman, kurangnya pemahaman tentang grammatik bahasa Jerman, kurangnya pemahaman tentang tema yang dibicarakan, kurang efektifnya media yang digunakan pada saat menyimak, teknik pembelajaran yang digunakan tidak sesuai, keadaan fisik yang kurang baik dan kurang kondusifnya lingkungan sekitar pada saat pembelajaran berlangsung. Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lain karena pada saat yang sama pembelajar dituntut untuk memahami isi percakapan dan


(10)

2

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengetahui jawaban dari setiap pertanyaan yang diberikan. Selain itu, rendahnya tingkat intensitas dalam latihan menyimak pun dapat berpengaruh dalam penerimaan setiap kata dari percakapaan yang diberikan. Oleh karena itu, pembelajar tidak terbiasa dengan cara berbicara maupun dialek yang digunakan oleh narasumber. Karena media yang digunakan pada saat menyimak tidak terlalu menarik dan tidak mendukung dalam pembelajaran maka para pembelajar pun akan kehilangan konsentrasi pada saat menyimak karena pembelajar sudah tidak mempunyai minat untuk mendengarkan bahkan untuk memahami isi percakapan yang diberikan.

Pada zaman yang semakin berkembang ini, banyak media yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan menyimak. Salah satu di antaranya adalah film. Film merupakan salah satu media yang menarik dan dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan film pembelajar tidak hanya berlatih menyimak dengan memanfaatkan audio saja, melainkan dibantu dengan visualisasi dalam pemahaman terhadap percakapan yang ditampilkan. Selain itu, film dapat menarik perhatian pembelajar untuk mendengarkan bahasa Jerman dengan memperhatikan setiap visualisasi yang ada. Pembelajar pun dapat dengan mudah berlatih karena tidak sulit untuk bisa mendapatkan film Jerman pada era globalisasi ini.

Film sebagai media pembelajaran tidak hanya kemampuan berbicara yang dapat dilatih, akan tetapi film juga dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak. Karena cara yang dapat digunakan untuk membiasakan organ pendengaran untuk menyerap kata ataupun kalimat yang diutarakan dengan media film ini adalah dengan meningkatkan intensitas menonton film itu sendiri. Hal tersebut akan menjadi suatu dorongan untuk meningkatkan kualitas keterampilan berbahasa yang dimiliki, khususnya keterampilan menyimak, disebabkan karena terbiasanya seseorang dalam mendengar dan memahami bahasa yang dipelajari. Maka dari itu, pembelajar dituntut untuk aktif mencari materi atau pun media yang akan digunakan untuk melatih setiap kemampuan


(11)

3

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang harus dikuasai agar dapat selalu memperbaiki dan menjadi lebih baik dalam setiap keterampilan berbahasa.

Berdasarkan pada penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa kemampuan menyimak membutuhkan latihan yang bervariasi tidak hanya di kelas akan tetapi pembelajar dapat melakukan latihan dimana saja dan kapan saja dengan media yang bervariasi pula agar pembelajar dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki demi mendapatkan hasil yang lebih baik. Maka dari itu, penulis merumuskan masalah tersebut ke dalam sebuah penelitian dengan judul:

Hubungan Intensitas Menonton Film Berbahasa Jerman dengan Kemampuan Menyimak.

B. Identifikasi Masalah

Dengan mengacu kepada masalah yang telah dijelaskan pada latar belakang masalah, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apakah kesulitan mahasiswa dalam menyimak disebabkan kurangnya latihan

menonton film berbahasa Jerman?

2. Apakah kurangnya penguasaan kosakata bahasa Jerman dapat menyebabkan

kesulitan mahasiswa pada saat menyimak?

3. Apakah rendahnya tingkat konsentrasi dapat menyebabkan kesulitan

mahasiswa pada saat menyimak?

4. Apakah penggunaan media yang kurang menarik dapat mempengaruhi

rendahnya kemampuan mahasiswa dalam menyimak?

5. Apakah rendahnya penguasaan grammatik bahasa Jerman dapat mempengaruhi

kesulitan mahasiswa dalam memahami suatu tema pada saat menyimak?

6. Apakah penggunaan teknik pembelajaran yang kurang tepat dapat

mempengaruhi kurangnya kemampuan mahasiswa dalam menyimak?

7. Apakah film dapat dijadikan media pembelajaran untuk membantu dalam


(12)

4

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8. Apakah rendahnya intensitas menonton film berbahasa Jerman dapat

mempengaruhi rendahnya kemampuan mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman dalam menyimak?

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah maka difokuskan pada permasalahan sebagai berikut:

1. Intensitas Menonton Film Berbahasa Jerman

Menonton film berbahasa Jerman sebagai salah satu cara alternatif yang dapat digunakan untuk melatih kemampuan berbahasa khususnya kemampuan menyimak.

2. Kemampuan Menyimak

Dalam proses menyimak pembelajar tidak harus mengerti setiap kata yang diucapkan akan tetapi pembelajar hanya perlu memahami inti dari tema yang dibicarakan.

Penelitian ini dibatasi pada permasalahan tersebut dengan asumsi bahwa menonton film berbahasa Jerman memberikan manfaat dan lebih berpengaruh pada kemampuan menyimak.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah maka dapat dirumuskan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana intensitas menonton film Jerman mahasiswa Jurusan Pendidikan

Bahasa Jerman?

2. Bagaimana kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa


(13)

5

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Apakah terdapat hubungan yang positif antara intensitas menonton film Jerman

dengan kemampuan menyimak?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan-tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana tingkat intensitas mahasiswa Jurusan Pendidikan

Bahasa Jerman dalam menonton film Jerman.

2. Mendeskripsikan bagaimana kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan

Pendidikan Bahasa Jerman.

3. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang positif antara intensitas

menonton film Jerman dan kemampuan menyimak mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman.

F. Manfaat Penelitian

Melalui spenelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan tentang kemampuan menyimak dan film itu sendiri sebagai sebuah media pembelajaran dalam perkembangan pendidikan bahasa Jerman.

2. Manfaat Praktis

a. Dosen

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu pembuka jalan baru terhadap media pembelajaran yang dapat digunakan para dosen dalam menyampaikan materi dalam perkuliahan.


(14)

6

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat sebagai salah satu sumber pengetahuan dalam upaya meningkatkan keterampilan menyimak.

c. Jurusan

Bagi Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman sendiri diharapkan penelitian ini dapat menjadi salah satu informasi, bahan pertimbangan dan pandangan baru dalam mengembangkan media pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan menyimak dan dapat dipakai pada proses pembelajaran selanjutnya.


(15)

24

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan langkah yang harus ditempuh dalam melakukan sebuah penelitian. Penelitian kuantitatif ini termasuk ke dalam jenis penelitian korelasional. Dalam teknik penghitungannya, penelitian ini disebut dengan koefisien korelasi bivariat. Koefisien korelasi bivariat adalah statistik yang dapat digunakan oleh peneliti untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel. Pada pelaksanaannya digunakan metode yang bersifat analisis korelasional untuk mengolah, menyusun dan menganalisis data yang didapat agar diperoleh suatu kesimpulan dari permasalahan yang diteliti.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Waktu penelitian dilakukan pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman semester IV. Dalam penentuan sampel penelitian ini

digunakan teknik purpose sampling dengan jumlah sampel 20 orang

mahasiswa dari anggota populasi.

D. Variabel dan Desain Penelitian

Pada penelitian ini terdapat dua variabel yang diteliti hubungannya satu sama lain, yaitu:

a. Variabel bebas atau disebut juga variabel X, yaitu intensitas menonton

film berbahasa Jerman.


(16)

25

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Variabel terikat atau yang disebut juga variabel Y, yaitu kemampuan

menyimak mahasiswa.

Berdasarkan kedua variabel yang telah disebutkan di atas, maka desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

r

Keterangan:

X: Intensitas Menonton Film Y: Kemampuan Menyimak r: Koefisien Korelasi

Dengan definisi operasional variabel sebagai berikut:

a. Intensitas menonton film yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salah

satu cara untuk mengasah kemampuan berbahasa dengan bantuan visualisasi yang ditampilkan. Intensitas menonton akan dikaji dengan angket untuk mengetahui seberapa sering mahasiswa menonton film berbahasa Jerman.

b. Keterampilan menyimak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

keterampilan untuk menangkap dan memahami informasi.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah:

a. Angket Intensitas Menonton Film

Instrumen intensitas menonton berbentuk kuesioner tertutup dengan memberikan beberapa alternatif pilihan (A, B, C, D dan E). Angket ini terdiri dari 11 butir soal yang berisi pertanyaan-pertanyaan mengenai frekuensi, durasi, media yang digunakan pada saat menonton film, motivasi dan manfaat yang dirasakan oleh responden. Pemberian skor untuk setiap pilihan adalah A=5, B=4, C=3, D=2 dan E=1 yang selanjutnya akan dikonversi ke dalam


(17)

26

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

skala nilai 0-100. Dalam pembuatan angket ini, peneliti dibantu oleh pihak UPT-LBK UPI bidang bimbingan dan konseling yang seterusnya dilakukan proses penghitungan validitas dan reliabilitas terhadap angket yang telah dibuat.

b. Tes Kemampuan Menyimak

Untuk mengetahui nilai kemampuan menyimak mahasiswa dalam mata kuliah Arbeit mit Hörtexten I, maka data diperoleh dengan memberikan tes menyimak. Soal-soal yang diberikan diambil dari contoh soal latihan menyimak B1 dalam buku Zertifikat Deutsch. Penilaian tes ini mengikuti acuan baku, yaitu 5 poin untuk setiap soal menyimak global dan menyimak selektif dan 2,5 poin untuk setiap menyimak detail dengan skor maksimal 75 yang selanjutnya skor tesebut akan dikonversi ke dalam skala nilai 0-100. Tes ini diasumsikan telah memenuhi kriteria validitas dan reabilitas.

Tabel 3.1

Klasifikasi Persentase Nilai Interval Persentase

Tingkat Penguasaan Kualifikasi

85-100 Sangat Baik

75-84 Baik

60-74 Cukup

40-59 Kurang Baik

0-39 Tidak Baik

(Nurgiantoro dalam Putra, 2012)

F. Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat langkah-langkah yang ditempuh sebagai berikut:

1. Persiapan Pengumpulan Data

Pada langkah pertama ini, terlebih dahulu disiapkan instrumen angket intensitas menonton dan tes menyimak yang telah diberikan berdasarkan


(18)

27

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rekomendasi dosen pembimbing dan pihak UPT-LBK UPI serta konfirmasi kepada dosen bersangkutan yang mengajar mata kuliah Arbeit mit Hörtexten I untuk melakukan pengumpulan data.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pada langkah kedua ini dilakukan dengan maksud mengumpulkan data mengenai taraf intensitas menonton film serta keterampilan menyimak. teknik pengumpulan data ini berupa pemberian angket dan tes tertulis kepada mahasiswa semester IV tahun ajaran 2013/2014 yang mengikuti mata kuliah Arbeit mit Hörtexten I.

3. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data dari kedua variabel tersebut, dilakukan proses pengolahan data dengan melakukan langkah uji persyaratan analisis terlebih dahulu, antara lain:

a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari populasi yang beragam menjadi satu ragam atau ada kesamaan dan layak untuk diteliti.

b. Uji Normalitas Distribusi data X dan Y

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data hasil angket intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa dan kemampuan menyimak.

Setelah memperoleh hasil dari uji homogenitas dan normalitas, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis korelasi. Teknik analisis korelasi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel X dan variabel Y, dengan menggunakan

korelasi Pearson Product Moment. Selain teknik analisis korelasi, dilakukan

pula teknik analisis regresi linear sederhana yang bertujuan untuk mengetahui linear dan berarti atau tidaknya hubungan kedua variabel yang akan diteliti.

G. Hipotesis Statistik


(19)

28

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

H0 : rxy = 0 H1 : rxy < 0

Hipotesis H0 dapat diterima apabila tidak terdapat hubungan positif

antara variabel X dan variabel Y, namun apabila terdapat hubungan yang

positif antara variabel X dan variabel Y, maka hipotesis H0 ditolak. Dengan


(20)

36

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Tingkat intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa semester

IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas Pendidikan Indonesia termasuk ke dalam kategori cukup tinggi dengan nilai tertinggi 81 dan nilai rata-rata 68,85.

2. Nilai kemampuan menyimak mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan

Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas Pendidikan Indonesia setelah mengikuti tes termasuk ke dalam kategori baik dengan nilai tertinggi 93 dan nilai rata-rata 81,3.

3. Intensitas menonton film berbahasa Jerman memiliki hubungan yang

positif dengan kemampuan menyimak mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas Pendidikan Indonesia. Hubungan ini dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,54 yang termasuk ke dalam kategori cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan berbanding lurus antara intensitas menonton film dengan kemampuan menyimak, yaitu semakin sering mahasiswa menonton film berbahasa Jerman maka semakin baik pula kemampuan menyimak mahasiswa, begitu pun sebaliknya.

4. Dengan besar kontribusi intensitas menonton film berbahasa Jerman

terhadap kemampuan menyimak sebanyak 29%, maka menonton film berbahasa Jerman tidak dapat dijadikan sebagai faktor utama dalam meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa.


(21)

37

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dengan hasil penelitian yang telah dijelaskan bahwa tingkat intensitas

menonton film berbahasa Jerman mahasiswa yang cukup tinggi, maka film dapat digunakan para pengajar bahasa Jerman menjadi salah satu media yang inovatif dan menarik dalam pembelajaran bahasa Jerman. Meskipun cukup sulit untuk menemukan film berbahasa Jerman di Indonesia, akan tetapi pembelajar bahasa Jerman dapat mengunduh film-film tersebut atau dengan meminjam ke perpustakaan Goethe Institut.

2. Dalam meningkatkan kemampuan menyimak, pembelajar pun harus terus

melatih dan mengasah kamampuan menyimak dengan melakukan berbagai latihan untuk membiasakan diri mendengarkan setiap kata yang digunakan, tidak hanya menonton film berbahasa Jerman, tetapi juga

pembelajar dapat mendengarkan lagu dalam bahasa Jerman,

memperbanyak komunikasi dengan native speaker dan mendengarkan


(22)

8

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Benny, A. (2013). Pengertian dan Perkembangan Konsep Media

Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya. [Online] Tersedia: http://belajar.kemdikbud.go.id.

Brandi, Marie Luise. (1996). Video im Deutschunterricht. München:

Langenscheidt (Goethe Institut).

Butzkamm, Wolfgang. (1996). Unterrichtssprache Deutsch Wörter und

Wendungen für Lehrer und Schüler. Deutschland: Hüber Verlag

Dahlhaus, Barbara. (1994). Fertigkeit Hören. München: Langenscheidt

(Goethe Institut).

Duden. (2010). Das Bedeutungswörterbuch. Mannheim: Bibliographisches

Institut AG.

Hermawan, Herry. (2012). Menyimak: Keterampilan Berkomunikasi yang

Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Klinglmair, Anita. (2008). Zur Rolle des Hörens im Deutsch als

Zweitspracheunterricht. Skripsi Universitas Wien. Wien: Tidak diterbitkan.

Surkamp, Carola (Hrsg.). (2010). Fremdsprachendidaktik. Weimar: J.B.

Metzler.

Obermayr, Karin. (2007). Hören und Verstehen. Sprechanlasse für das

kommunikative Handel im Deutschunterricht. Skripsi Universitas Wien. Wien: Tidak diterbitkan.

Putra, Heriyanto Hendra. (2012). Hubungan antara Daya Ingat Dengan

Keterampilan Menyimak Mahasiswa Semester 5 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan Rampillon, Ute. (1995). Lernen Leichter Machen Deutsch Als Fremdsprache.


(23)

9

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rampillon, Ute. (1996). Lerntechnicken im Fremdsprachenunterricht.

München: Hüber Verlag.

Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Wiemann, Beatrice. (2009). Wir hören, was wir verstehen, aber wir verstehen nicht immer, was wir hören. Skripsi Universitas Teknik Chemnitz. Deutschland: Tidak diterbitkan.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

. (2010). Grundmuster von Filmgattungen. [Online] Tersedia:

http://www.geschichte-projekte-hannover.de/filmundgeschichte/zitieren_und_dokumentieren/beschrei bung_von_inhalt_und_form/filmgattungen_gestaltungsformen_und_ge nres.html

388


(1)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rekomendasi dosen pembimbing dan pihak UPT-LBK UPI serta konfirmasi kepada dosen bersangkutan yang mengajar mata kuliah Arbeit mit Hörtexten I untuk melakukan pengumpulan data.

2. Pelaksanaan Pengumpulan Data

Pada langkah kedua ini dilakukan dengan maksud mengumpulkan data mengenai taraf intensitas menonton film serta keterampilan menyimak. teknik pengumpulan data ini berupa pemberian angket dan tes tertulis kepada mahasiswa semester IV tahun ajaran 2013/2014 yang mengikuti mata kuliah Arbeit mit Hörtexten I.

3. Pengolahan Data

Setelah mendapatkan data dari kedua variabel tersebut, dilakukan proses pengolahan data dengan melakukan langkah uji persyaratan analisis terlebih dahulu, antara lain:

a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari populasi yang beragam menjadi satu ragam atau ada kesamaan dan layak untuk diteliti. b. Uji Normalitas Distribusi data X dan Y

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data hasil angket intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa dan kemampuan menyimak.

Setelah memperoleh hasil dari uji homogenitas dan normalitas, langkah selanjutnya adalah menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis korelasi. Teknik analisis korelasi ini dilakukan untuk mengetahui besarnya hubungan antara variabel X dan variabel Y, dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Selain teknik analisis korelasi, dilakukan pula teknik analisis regresi linear sederhana yang bertujuan untuk mengetahui linear dan berarti atau tidaknya hubungan kedua variabel yang akan diteliti.

G. Hipotesis Statistik


(2)

H0 : rxy = 0 H1 : rxy < 0

Hipotesis H0 dapat diterima apabila tidak terdapat hubungan positif antara variabel X dan variabel Y, namun apabila terdapat hubungan yang positif antara variabel X dan variabel Y, maka hipotesis H0 ditolak. Dengan demikian hipotesis H1 diterima.


(3)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

1. Tingkat intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas Pendidikan Indonesia termasuk ke dalam kategori cukup tinggi dengan nilai tertinggi 81 dan nilai rata-rata 68,85.

2. Nilai kemampuan menyimak mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas Pendidikan Indonesia setelah mengikuti tes termasuk ke dalam kategori baik dengan nilai tertinggi 93 dan nilai rata-rata 81,3.

3. Intensitas menonton film berbahasa Jerman memiliki hubungan yang positif dengan kemampuan menyimak mahasiswa semester IV Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman tahun ajaran 2013/2014 Universitas Pendidikan Indonesia. Hubungan ini dibuktikan dengan koefisien korelasi sebesar 0,54 yang termasuk ke dalam kategori cukup tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya hubungan berbanding lurus antara intensitas menonton film dengan kemampuan menyimak, yaitu semakin sering mahasiswa menonton film berbahasa Jerman maka semakin baik pula kemampuan menyimak mahasiswa, begitu pun sebaliknya.

4. Dengan besar kontribusi intensitas menonton film berbahasa Jerman terhadap kemampuan menyimak sebanyak 29%, maka menonton film berbahasa Jerman tidak dapat dijadikan sebagai faktor utama dalam meningkatkan kemampuan menyimak mahasiswa.


(4)

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Dengan hasil penelitian yang telah dijelaskan bahwa tingkat intensitas menonton film berbahasa Jerman mahasiswa yang cukup tinggi, maka film dapat digunakan para pengajar bahasa Jerman menjadi salah satu media yang inovatif dan menarik dalam pembelajaran bahasa Jerman. Meskipun cukup sulit untuk menemukan film berbahasa Jerman di Indonesia, akan tetapi pembelajar bahasa Jerman dapat mengunduh film-film tersebut atau dengan meminjam ke perpustakaan Goethe Institut.

2. Dalam meningkatkan kemampuan menyimak, pembelajar pun harus terus melatih dan mengasah kamampuan menyimak dengan melakukan berbagai latihan untuk membiasakan diri mendengarkan setiap kata yang digunakan, tidak hanya menonton film berbahasa Jerman, tetapi juga pembelajar dapat mendengarkan lagu dalam bahasa Jerman, memperbanyak komunikasi dengan native speaker dan mendengarkan dialog-dialog dalam bahasa Jerman.


(5)

Lela Ramadhan, 2014

Hubungan intensitas menonton film berbahasa Jerman dengan kemampuan menyimak

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Benny, A. (2013). Pengertian dan Perkembangan Konsep Media Pembelajaran serta Teori Belajar yang Melandasinya. [Online] Tersedia: http://belajar.kemdikbud.go.id.

Brandi, Marie Luise. (1996). Video im Deutschunterricht. München: Langenscheidt (Goethe Institut).

Butzkamm, Wolfgang. (1996). Unterrichtssprache Deutsch Wörter und Wendungen für Lehrer und Schüler. Deutschland: Hüber Verlag Dahlhaus, Barbara. (1994). Fertigkeit Hören. München: Langenscheidt

(Goethe Institut).

Duden. (2010). Das Bedeutungswörterbuch. Mannheim: Bibliographisches Institut AG.

Hermawan, Herry. (2012). Menyimak: Keterampilan Berkomunikasi yang Terabaikan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Klinglmair, Anita. (2008). Zur Rolle des Hörens im Deutsch als Zweitspracheunterricht. Skripsi Universitas Wien. Wien: Tidak diterbitkan.

Surkamp, Carola (Hrsg.). (2010). Fremdsprachendidaktik. Weimar: J.B. Metzler.

Obermayr, Karin. (2007). Hören und Verstehen. Sprechanlasse für das kommunikative Handel im Deutschunterricht. Skripsi Universitas Wien. Wien: Tidak diterbitkan.

Putra, Heriyanto Hendra. (2012). Hubungan antara Daya Ingat Dengan Keterampilan Menyimak Mahasiswa Semester 5 Jurusan Pendidikan Bahasa Jerman. Skripsi FPBS UPI. Bandung: Tidak Diterbitkan Rampillon, Ute. (1995). Lernen Leichter Machen Deutsch Als Fremdsprache.


(6)

Rampillon, Ute. (1996). Lerntechnicken im Fremdsprachenunterricht. München: Hüber Verlag.

Riduwan. (2003). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Wiemann, Beatrice. (2009). Wir hören, was wir verstehen, aber wir verstehen nicht immer, was wir hören. Skripsi Universitas Teknik Chemnitz. Deutschland: Tidak diterbitkan.

Kusumah, Wijaya dan Dwitagama, Dedi. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Indeks.

. (2010). Grundmuster von Filmgattungen. [Online] Tersedia:

http://www.geschichte-projekte-hannover.de/filmundgeschichte/zitieren_und_dokumentieren/beschrei bung_von_inhalt_und_form/filmgattungen_gestaltungsformen_und_ge nres.html