Golkar, Antara Warisan Orba dan Reformasi.

-

---

Pikiran Rakyat
o Selasa o Rabu

-

123
17

18

4

19

._0 Jail 0 Peb

5


6

20

o Mar

21
OApr

o Kamis 0 Jumat o Sabtu 0 Minggu
8
23

7
22
OMei

9


10
24

11
25

12
26

13
27

14
28

OJUII0 Jill . Agso Sep 0

Okt

15

29

0

30

Nov

0

(2j
Des

Golkar, Antara Warisan

Orba"dan Rejormasi
."
i

Dipahami bahwa Golongan Karya

semula dibentuk untuk memuluskan
kineIja pemerintahan saat itu, sehingga kinQ-kino (kelompok induk
~
organisasi) yang merupakan bentukan ABRI (khususnya AD) kemudian
bergabung ke dalam Golongan Karya
:/.
.
.
.
sebagai organisasi fungsional walau...
<
~':.
..
pun kemudian dalam kiprahnya, Golongan Karya bukan sebagai organisasi fungsional melainkan sebagai
.organisasi politik.
Wajar bila Golkar tumbuh lebih
dari sebagai organisasi politik daripada sebagai organisasi fungsional.
Pertumbuhan ini antara lain disebabkan karena Golkar menjadi jembatan kekuasan dari pusat ke daerah,
selain itu karena Golkar sebagai organisasi politik lebih menjanjikan
daripada sebagai organisasi fungsional, terutama daliun hal keuangan.

Dulunya, keuangan partai lebih diGOLONGAN Karya semula dibentuk untuk memuluskan kinerja pemerin- sebabkan karena Golkar bertindak
dan dipandang (nonlegal) sebagai satahan dan hingga,kini selalu menjadi partner pemeriTltah. *
lah satu struktur di pemerintahan.
babkan Golkar sebagai partai politik
Jalur A (ABRI), B (Birokrasi) dan G
KSISTENSI Golongan Kar(Golkar) yang merupakan organisasi
populer.
ya sebagai partai politik pad a
onderbouw Golkar memudahkan
Melalui popularitas inilah Golkar
dasarnya ditentukan oleh kestruktur itu teIjadi karena para kepasebagai partai politik dapat mememampuannya menjembatani rakyat
la dael,'ah dipilih dan diteIjunkan danangkan pemilu dan menempatkan
dan pemerintah. Sebagai partai polipara kademya pada lembaga legisla- ri pusat kekuasaan dan DPRD tingtik, Golkar berfungsi mengemas ketif di pusat maupun daerah. Pemyagal mengesahkannya. Hal itu memuhendak rakyat dan mengomunikasitaan tersebut setidaknya telah mengkannya ke dalam bahasa yang dapat
arahkan bahwa kepemimpinan di
diterima semuapihak yang berkeGolkar harus juga dipertimbangkan
pentingan. Kemasan yang baik dan
dalam aura politik saat ini.
komunikasi yang tepat arah menye'-'"
i


1

'~ ~4

.

/...

YUSRAN

UCCANG/ANTARA

E

-Kliping
~--

Humos

Un pod


2009
--

\,

dahkan GoJkar yang dipandang sebagai organisasi politik dan struktur
pemerintah memperoleh keuangan
partai untuk operasionalnya, baik
untuk administrasi sehari-hari maupun untuk kegiatan lain. Keuangan
partai ini berkonotasi dengan pkomodasi massa, khususnya untuk kepentingan pemilu dan demi kepentingan pemerintahan.
Dari pendapat di atas, wajar kalau
GoJkar sebagai partai politik saat ini
sangat berkepentingan dalam menentukan siapa pun yang akan menjadi kandidat Ketua UmumDewan
Pimpinan Pusat GoJkar. Hal ini berhubungan dengan warisan GoJkar
masa laluyang saat ini menjadi partai
politik, yaitu masaIah keorganisasian,
masaIah keuangan, dan masalah etika politik. Ketiga hal ini dipandang
penting untuk menentukan kandidat
pemimpin GoJkar mendatang.

Keorganisasian, jika Golkar dulu
mencanangkan sistem sel dalam
penggalangan massa antara lain melalui sistem karakter, temyata saat
ini sistem itu tidak beIjalan dan cara
ini berakibat pada rendahnya perolehan suara GoJkar pada Pemilu
2009. Aburizal Bakrie (Arb), SUtya
Paloh (SP), Yuddi Chrisuandi(YC),
Feri Mursyidan (FM), Tommy Soe-

harto (TS), mungkinjuga Mbak Tutut dll., yang mencalonkan diri sebagai ketua umum dapat dilihat dengan ukuran tersebut. Adakah mereka memiliki kemampuan keorganisasian karismatik di dalam menyelesaikan masalah keorganisasian tersebut?
Aspek keuaugan partai harus dilihat sebagai sumber daya bagi operasional partai. Jikakeuangan tidak
ada, maka operasionaJ. partai terganggu dan berarti terganggunya
proses kepartaian. Dengan demikian,
aspek ini ikut memegang perman
bagi keberadaan Golkar, sehingga
siapa pun yang menjadi ketua umum
partai, dia harus memiliki kemampuan keuangan untuk membiayai
partai.
Hal ini berbeda dengan masa lalu
di mana keuangan partai lebih banyak ditunjang oleh pemerintah. Dengan demikian, pemilihan ketua

umum DPP Golkar harusjuga mempertimbangkan masalah tersebut,
apakah itu Arb, SP, YC, FM, dan TS,
harus memiliki kemampuan untuk
memisahkan keuangan pribadi dan
keuangan partai. Di samping ltu, akses sumber daya danjejaring merupakan bahan pertimbangan pemilihan mereka.

Aspek ketiga menyangkut etika
politik. Hal ini didasari bahwa GoIkar sebagai partai politik ada sebagai
akibat dari reformasi, dan gejolak reformasi pada dasamya merupakan
kritisasi terhadap sistem politik lama
sehingga untuk keberhasilannya
membutuhkan pengorbanan. Perlu
diingat bahwa kritisasi tersebut merupakan pengejawantahan dari etika
politik yang tidak berkenan oleh sebagian besar rakyat, sehingga wajar
apabila etika politik seyogianya dijadikan ukuran bagi seorang ketua
umum, sehingga selain persyaratan
administratif, persoalan inijuga harus dijadikan syaratorganisasi.
Persoalan etika politik berkaitan
dengan kepercayaan massa pada pemilu mendatang dan pada sistem sel
yang mau dikembangkan dengan harapan GoJkar tidak lagi berada di

persimpangan antara GoJkar warisan
sejarah dan Gollqir baru hasil reformasi.
GoJkar tidak pemah menjadi bposisi dan selalu ada di pemerintahan.
GoJkar selalu menjadi partner pemerintah, sehingga siapa pun yang akan
dipilih untuk menjadi ketua umum
perlu mempertimbangkan hal tersebut. (Samugyo
Ibnu Retfjo,
dose~ FISIP Unpad)**=