Talasemia Belum Jadi Prioritas.
ts'EPUTARINDONESIA
o Selasa
4
5
6
20
21
o Mar
OApr
.
Rabu
7
22
OMel
0
8
23
0
Kamis
9
OJun
24
11
25
OJul
o Sabtu
Jumat
10
12
26
27
0 Ags OSep
o Minggu
13
e!
.Okt
Talasemia
BelumJadi
Prioritas
TiapTahunSebanyak3.000BayiTerinfeksi
BANDUNG (81)- TalasemiamerupakanpenyakitkelainandarahyangbanyakdideritaorangAsia,termasukIndonesia.Namun,hanya
sedikitmasyarakat
yangmemiliki pengetahuantentangpenyakitini.
Dalam daftar penyakit di Indo.
nesia, tingkat prioritas talasemia
masihkalahdibandingkanSARS,
flu burung, dan flu babi. Pada 2008,
tercatat tingkat kasus talasemia di
Indonesia, 23 per 1.000 kelahiran
atau 3.000 bayi dalam satu tahun.
Meski demikian, hingga kini
DepartemenKesehatan belumme.
miliki data pasti berapa jumlah
pasti penderita talasemia. Begitu
juga dengan Dinas Kesehatan Ja.
bar, tetapi diperkirakanjumlahnya
tinggi. Dari kurun waktu JanuariSeptember, sebanyak 559 penderitanya melakukanrawat jalan di RS
Hasan Sadikin, sekitar 50% anakanak berumur 5-10tahun.
Staf ahli Menteri Kesehatan Bidang Medik Kolegal Rahmi Kuntoro mengatakan, kesadaran masyarakat tentang penyakit yang tidak
bisa diobati ini masih hams ditingkatkan. Banyak ibu terlambat mengetahui anaknya menderita talasemia meskipun gejala sudah terli.
hat sebelumnya seperti pucat, ku.ning, pertumbuhan tidak normal,
sering sakit, dan perut buncit.
"Anak yang sehat kalau bertambah umui,maka bertambah beratdancerdas.Banyakkasustalasemia terdeteksi tapi terlambat.Artinya, orangtua masih belum sadar
bahwa anaknya kemungkinan terkena talasemia," ujarnya usai So.
sialisasi Pencegahan Talasemia di
Kampus Unpad,kemarin.
Rahmi mengakui Dekpkes be-
----
-~-
Kliplng
--
Humas
lum memiliki jumlah pasti penderita penyakit bawaan ini. Tapi menurutnya, talasemia tetap diprioritaskan meski yang terdepan masih
penyakit infeksi menular seperti
TBC, SARS, flu burung, dan H1N1.
Hingga kini, Depkes juga belum
meniiliki pusattalasemiayang bisa
menolongpenderita ataumemberi
penerangan kepada masyarakat.
Saatini,RS CiptoMangunkusumo Jakarta dan RS Hasan Sadikin
Bandung memiliki tempat khusus
talasemia, tapi fungsinyamasih un.
tuk pengobatan saja. Rahmi menandaskan, hal itu jangan dijadikan hambatan menanggulangi ta-
lasemia.
Kepala Dinas Kesehatan Jabar
Alma Lucyati mengakui, talasemia
masih belummenjadi prioritasutama dalam pembangunan kesehatan Jabar. "Ma1>ihada penyakit lain
yang penanganannya.harus cepat .
sehingga dalam hal talasemia, Din- J
kesterkesanlambat. Padahaltidak
sarna sekali, kami tetap memperhatikan talasemia. Namun, kami
belum memiliki data pasti jumlah
penderita di Jabar," ujarnya.
DokterpadaDivisiHematologiOnkologi Fakultas Kedokteran
Umum Unpad-RSHS Susi Susanah
menyatakan, pusat talasemia memerlukan dukungan dana dan data
dari pemerintah. Komitmen juga
sangat dibutuhkan dalam bentuk
screeningtalasemia gratis.
(rudini)
~
Un pad
-
2009
14
15
29
ONov
16
30
31
ODes
o Selasa
4
5
6
20
21
o Mar
OApr
.
Rabu
7
22
OMel
0
8
23
0
Kamis
9
OJun
24
11
25
OJul
o Sabtu
Jumat
10
12
26
27
0 Ags OSep
o Minggu
13
e!
.Okt
Talasemia
BelumJadi
Prioritas
TiapTahunSebanyak3.000BayiTerinfeksi
BANDUNG (81)- TalasemiamerupakanpenyakitkelainandarahyangbanyakdideritaorangAsia,termasukIndonesia.Namun,hanya
sedikitmasyarakat
yangmemiliki pengetahuantentangpenyakitini.
Dalam daftar penyakit di Indo.
nesia, tingkat prioritas talasemia
masihkalahdibandingkanSARS,
flu burung, dan flu babi. Pada 2008,
tercatat tingkat kasus talasemia di
Indonesia, 23 per 1.000 kelahiran
atau 3.000 bayi dalam satu tahun.
Meski demikian, hingga kini
DepartemenKesehatan belumme.
miliki data pasti berapa jumlah
pasti penderita talasemia. Begitu
juga dengan Dinas Kesehatan Ja.
bar, tetapi diperkirakanjumlahnya
tinggi. Dari kurun waktu JanuariSeptember, sebanyak 559 penderitanya melakukanrawat jalan di RS
Hasan Sadikin, sekitar 50% anakanak berumur 5-10tahun.
Staf ahli Menteri Kesehatan Bidang Medik Kolegal Rahmi Kuntoro mengatakan, kesadaran masyarakat tentang penyakit yang tidak
bisa diobati ini masih hams ditingkatkan. Banyak ibu terlambat mengetahui anaknya menderita talasemia meskipun gejala sudah terli.
hat sebelumnya seperti pucat, ku.ning, pertumbuhan tidak normal,
sering sakit, dan perut buncit.
"Anak yang sehat kalau bertambah umui,maka bertambah beratdancerdas.Banyakkasustalasemia terdeteksi tapi terlambat.Artinya, orangtua masih belum sadar
bahwa anaknya kemungkinan terkena talasemia," ujarnya usai So.
sialisasi Pencegahan Talasemia di
Kampus Unpad,kemarin.
Rahmi mengakui Dekpkes be-
----
-~-
Kliplng
--
Humas
lum memiliki jumlah pasti penderita penyakit bawaan ini. Tapi menurutnya, talasemia tetap diprioritaskan meski yang terdepan masih
penyakit infeksi menular seperti
TBC, SARS, flu burung, dan H1N1.
Hingga kini, Depkes juga belum
meniiliki pusattalasemiayang bisa
menolongpenderita ataumemberi
penerangan kepada masyarakat.
Saatini,RS CiptoMangunkusumo Jakarta dan RS Hasan Sadikin
Bandung memiliki tempat khusus
talasemia, tapi fungsinyamasih un.
tuk pengobatan saja. Rahmi menandaskan, hal itu jangan dijadikan hambatan menanggulangi ta-
lasemia.
Kepala Dinas Kesehatan Jabar
Alma Lucyati mengakui, talasemia
masih belummenjadi prioritasutama dalam pembangunan kesehatan Jabar. "Ma1>ihada penyakit lain
yang penanganannya.harus cepat .
sehingga dalam hal talasemia, Din- J
kesterkesanlambat. Padahaltidak
sarna sekali, kami tetap memperhatikan talasemia. Namun, kami
belum memiliki data pasti jumlah
penderita di Jabar," ujarnya.
DokterpadaDivisiHematologiOnkologi Fakultas Kedokteran
Umum Unpad-RSHS Susi Susanah
menyatakan, pusat talasemia memerlukan dukungan dana dan data
dari pemerintah. Komitmen juga
sangat dibutuhkan dalam bentuk
screeningtalasemia gratis.
(rudini)
~
Un pad
-
2009
14
15
29
ONov
16
30
31
ODes