HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGANPRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN
PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Oleh:
SRI KUNCORO KUSUMA WIJAYANTO
J 300 110 022

PROGRAM STUDI GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN
PRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA
Sri Kuncoro Kusuma Wijayanto
Program Studi Gizi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta

Anak sekolah dasar berada di usia antara 6-12 tahun. Pada masa ini status
gizi dan kebiasaan sarapan pagi sangatlah mempengaruhi prestasi belajar anak
di kelas. Apabila status gizi dan kebiasaan sarapan anak kurang maka di
khawatirkan akan menurunkan pencapaian prestasi belajar anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi dan
kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16
Surakarta
Jenis penelitian observasional dengan rancangan penelitian Cross
Sectional. Jumlah subjek penelitian sebanyak 45 siswa sesuai dengan kriteria
inklusi. Pengumpulan data dilakukan dengan antropometri, recall 24 jam dan
data nilai rapor siswa. Uji statistik yang digunakan adalah uji kolmogorovsmirnov, uji pearson product moment dan rank spearman.
Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa terdapat 6,6% siswa memiliki status
gizi tidak normal, 11,1% tidak memiliki kebiasaan sarapan pagi dan 37,7% siswa
memiliki prestasi belajar baik. Hasil uji hubungan antara status gizi dengan
prestasi belajar diperoleh nilai p = 0,977 dan hasil uji hubungan kebiasaan
sarapan pagi dengan prestasi belajar diperoleh nilai p = 0,104
Tidak ada hubungan antara status gizi dan kebiasaan sarapan pagi dengan
prestasi belajar anak di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.
Kata Kunci : Status gizi, kebiasaan sarapan pagi, prestasi belajar
Kepustakaan : 55 : 1986 2012

PENDAHULUAN
Usia sekolah dasar disebut juga
sebagai
masa
pengembangan
intelektual, dikarenakan pada masa itu
anak
memiliki
keinginan
dan
keterbukaan
untuk
mendapatkan
pengetahuan serta pengalaman. Pada
masa ini anak memiliki rasa ingin tahu
dan sifat yang realistis (Munandar,
1995). Anak usia sekolah merupakan

investasi bangsa, dikarenakan anak
usia sekolah sebagai generasi penerus

dan menentukan kualitas dari suatu
bangsa. Upaya dalam meningkatkan
kualitas SDM harus di fokuskan sejak
dini,
sistematis
serta
berkesinambungan. Pemberian gizi
dengan kualitas dan kuantitas yang
baik
dan
benar
sangatlah
mempengaruhi tumbuh kembang anak
usia sekolah. Pemberian asupan

makan tidak selalu dapat dilaksanakan
dengan sempurna di masa tumbuh
kembang anak (Judarwanto, 2010).
Konsentrasi belajar merupakan
suatu kondisi kemampuan untuk

mengerjakan sesuatu dengan benar.
Pada usia sekolah, prestasi belajar
siswa
sangat
dipengaruhi
oleh
kemampuan menyerap pelajaran di
kelas. Kemampuan dalam menyerap
pelajaran tersebut, baik karena
memperhatikan guru ketika mengajar
maupun dari upaya belajar mandiri
amat ditentukan oleh kemampuan
siswa dalam berkonsentrasi (Hakim,
2001)
Status gizi berkaitan erat dengan
kecerdasan
kognitif
seseorang
(Hardinsyah, 2007). Status gizi dan
pola kebiasaan yang baik pada anak

akan berdampak pada kecerdasan
serta konsentrasi yang baik pula.
Status
gizi
berpengaruh
besar
terhadap tingkat kecerdasan dan daya
tangkap pelajaran di kelas, sehingga
anak yang memiliki status gizi yang
baik akan lebih mudah memahami
serta menangkap pelajaran dan
memperoleh prestasi di sekolahnya.
Begitu pula sebaliknya, apabila status
gizi anak kurang atau bahkan buruk,
maka
akan
berdampak
pada
pemahaman materi pelajaran yang
kurang serta menurunkan prestasi

belajar. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan.
Kemampuan dalam menerima
pelajaran dan keadaan status gizi
adalah hal-hal yang mencerminkan
apa yang menjadi asupan anak
sekolah dasar dalam jangka waktu
yang lama, sebagai contoh gizi kurang
maupun lebih. Di dalam metabolisme
tubuh,
proses
berfikir,
proses

penalaran dan daya konsentrasi
sangatlah dipengaruhi oleh zat-zat gizi
seperti energi, protein, karbohidrat
yang nantinya akan mempengaruhi
efisiensi belajar. Perlu ditekankan
bahwa keadaan ini sangat dipengaruhi

oleh perilaku konsumsi makan anak
sekolah
dasar
terlebih
kepada
kebiasaan sarapan pagi (Karyadi,
1996)
Sarapan pagi merupakan faktor
yang
mempengaruhi
konsentrasi
belajar anak di sekolah. Hal ini
dibuktikan berdasarkan hasil penelitian
Whitney dan Hamilton (1990) yang
menunjukkan bahwa kebiasaan tidak
sarapan pagi pada anak akan
menimbulkan konsentrasi belajar yang
rendah dan kurang perhatian serta
memiliki tes intelegensia di bawah
anak yang sarapan pagi. Sementara

itu status gizi dan prestasi pada anak
yang biasa sarapan pagi lebih baik dari
pada yang tidak biasa sarapan pagi..
Di sisi lain, pada prakteknya masih
banyak anak yang tidak membiasakan
sarapan pagi sebelum menuju ke
sekolah.
Kebiasaan mengabaikan sarapan
pagi selain menurunkan prestasi
belajar anak juga mengakibatkan
tubuh tidak mendapatkan asupan zat
gizi yang cukup sehingga menurunkan
status gizi dan akhirnya kembali
mempengaruhi prestasi belajar anak
tersebut. Tercatat dari hasil Riskesdas
2010, prevalensi status gizi anak umur
6-12 tahun di Provinsi Jawa Tengah
sekitar 5,3 % sangat kurus dan 8 %
kurus. Survei pendahuluan yang
dilakukan di SD Muhammadiyah 16

Surakarta pada tanggal 17 November
2012 menunjukkan bahwa masih
terdapat
masalah
gizi
kurang

sebanyak 15,15 % dengan prestasi
belajar baik sejumlah 54,5 %.
Berdasarkan beberapa hal tersebut
maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang hubungan status gizi
dan kebiasaan sarapan pagi dengan
prestasi
belajar
anak
di
SD
Muhammadiyah

16
Surakarta.

METODE PENELITIAN

Penelitian
ini
menggunakan
teknik pengambilan sampel probability
yaitu teknik simple random sampling,
yaitu dengan cara membuat daftar
nama anggota populasi lalu dibuat
undian untuk diambil secara acak
berdasarkan jumlah sampel yang akan
diambil yaitu 45 anak. Penelitian ini
memiliki variabel bebas yaitu status
gizi dan kebiasaan sarapan pagi.
Sedangkan variabel terikatnya yaitu
prestasi belajar
Anak memiliki kebiasaan sarapan

pagi apabila sarapan yang dikonsumsi
selama
2 kali dalam seminggu
memiliki kontribusi sebesar 25% dari
AKG berdasarkan asupan 24 jam.
Sedangkan anak tidak memiliki
kebiasaan sarapan pagi apabila
sarapan yang dikonsumsi selama < 2
kali
dalam
seminggu
memiliki
kontribusi
<
25%
dari
AKG
berdasarkan asupan 24 jam. (Zaillah,
2010)
Analisis univariat dilakukan untuk
memperoleh gambaran status gizi,
kebiasaan sarapan pagi dan prestasi
belajar yang diteliti baik variabel
dependen
maupun
variabel
independen. Dengan melihat distribusi
frekuensi dapat diketahui deskripsi
masing-masing
variabel
dalam
penelitian ini.
Analisis bivariat digunakan untuk
melihat hubungan antara variabel
terikat dengan variabel bebas. Dalam
penelitian ini terlebih dahulu menguji
kenormalan
data
dengan
uji

Jenis
penelitian
ini
adalah
observasional
dengan
rancangan
penelitian
Cross Sectional untuk
mengetahui hubungan antara status
gizi dan kebiasaan sarapan pagi
dengan prestasi belajar anak di SD
Muhammadiyah
16
Surakarta.
Penelitian mengambil variabel terikat
dan variabel bebas pada waktu yang
bersamaan.
Penelitian dilaksanakan pada
bulan November 2013 sampai Mei
2014. Lokasi penelitian dilaksanakan
di SD Muhammadiyah 16 Surakarta
dengan dasar pertimbangan masih
terdapat anak yang berstatus gizi
kurang sebesar 15,15 % dengan
prestasi belajar baik 54,5 % serta
belum pernah diadakan penelitian
tentang hubungan status gizi dan
kebiasaan sarapan pagi terhadap
prestasi
belajar
anak
di
SD
Muhammadiyah 16 Surakarta
Populasi di dalam penelitian ini
adalah anak kelas 4 dan 5 di SD
Muhammadiyah 16 Surakarta yang
berjumlah 216 anak yang memenuhi
kriteria inklusi yaitu tidak cacat anggota
tubuhnya yang dapat menggangu
pengukuran status gizi, bersedia
menjadi responden dan berkomunikasi
dengan baik. Sedangkan kriteria
eksklusinya yaitu anak tidak masuk
sekolah dan pindah sekolah.

Kolmogorov-Smirnov. Berdasarkan uji
statistik
Kolmogorov-Smirnov,
didapatkan hasil bahwa data status
gizi (p = 0,181), maka berdistribusi
normal, data kebiasaan sarapan pagi
(p = 0,002), maka tidak berdistribusi
normal sedangkan data prestasi
belajar (p = 0,065), maka termasuk
berdistribusi normal.
Berdasarkan kenormalan data,
maka uji hubungan antara status gizi
dengan prestasi belajar menggunakan
uji
Pearson
Product
Moment,
sedangkan uji hubungan antara
kebiasaan sarapan pagi dengan

prestasi belajar menggunakan uji Rank
Spearman
serta
menggunakan
bantuan SPSS 22. Interpretasi data
sebagai berikut:
a. Bila p value < 0,05 maka Ho
ditolak, berarti ada hubungan
antara status gizi dan kebiasaan
sarapan pagi dengan prestasi
belajar.
b. Bila p value
0,05 maka Ho
diterima,
berarti
tidak
ada
hubungan antara status gizi dan
kebiasaan sarapan pagi dengan
prestasi belajar

HASIL DAN PEMBAHASAN

kelas II berjumlah 116, kelas III
berjumlah 100 siswa, kelas IV
berjumlah 103 siswa, kelas V
berjumlah 104 dan kelas VI berjumlah
106 siswa (SD Muhammadiyah 16
Surakarta, 2014)..
Sarana dan prasarana di SD
Muhammadiyah 16 Surakarta yaitu
jumlah kelas berjumlah 18 dengan
rincian tiap kelas terdiri dari kelas a, b
dan c. Ruang kantor guru berjumlah 1
ruangan, kantor kepala sekolah
sebanyak 1 ruang, mushola sebanyak
1 ruang. Ruang UKS, toilet guru dan
siswa serta tempat parkir tersedia
cukup luas.

A. Gambaran
Umum
Muhammadiyah 16 Surakarta

SD

SD Muhammadiyah 16 Surakarta
terletak di Kelurahan Karangasem,
Kecamatan Laweyan Kota Surakarta
Jawa Tengah. Status sekolah swasta
milik Yayasan Muhammadiyah dengan
Akreditasi A (baik sekali). SD
Muhammadiyah 16 Surakarta memiliki
fasilitas sarana dan prasarana yang
baik untuk menunjang kegiatan belajar
mengajar di ruang kelas. Setiap kelas
memiliki sarana dan fasilitas tersendiri
disesuaikan dengan kurikulum yang
dijalankan serta tingkatan tiap kelas
masing-masing (SD Muhammadiyah
16 Surakarta, 2014).
Sekolah Dasar Muhammadiyah 16
Surakarta dipimpin oleh seorang
kepala sekolah dan dibantu oleh 31
tenaga pengajar. Jumlah siswa di SD
Muhammmadiyah
16
Surakarta
berjumlah total 640 siswa dengan
rincian kelas I berjumlah 111 siswa,

B. Distribusi Karakteristik Subjek
Penelitian Berdasarkan Umur dan
Jenis Kelamin
Usia
anak
sekolah
dasar
umumnya berumur 7-12 tahun. Asupan
gizi yang dibutuhkan oleh anak-anak
digunakan
untuk
beraktivitas,
pertumbuhan
serta
pemeliharaan
jaringan (Moehji, 2003). Subjek pada
penelitian ini merupakan murid SD

Muhammadiyah 16 Surakarta yang
memenuhi kriteria inklusi. Jumlah
subjek pada penelitian ini berjumlah 45

siswa. Karakteristik subjek penelitian
berdasarkan usia dan jenis kelamin
tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1.

Distribusi Karakteristik Umur dan Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Karakteristik
Umur (tahun)
9
10
11

Frekuensi (n)

Persentase (%)

15
17
13

33,3
37,8
28,9

15
30

33,3
66,7

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total

45

100

Subjek penelitian banyak pada umur
10 tahun yaitu 37,8% dan mayoritas
subjek penelitian berjenis kelamin
perempuan yaitu 66,7%. Siswa
sekolah dasar pada umumnya berusia
7-12 tahun (Kemendiknas, 2010).
Kebutuhan akan asupan energi lebih
tinggi karena adanya pertumbuhan
terutama pada tinggi badan (Muhilal,
2006). Proses pertumbuhan fisik
seorang anak pada masa usia sekolah
akan melambat dan lebih stabil.
Proses penambahan tinggi dan berat
anak yang lebih stabil akan memberi
waktu kepada tubuh anak untuk

mengembangkan berbagai koordinasi
dan gerakan. Pada tahap ini juga
terjadi proses pertambahan fisik yang
berbeda antara anak laki-laki dan
perempuan
(Damayanti
2010).
Menurut Papilia et al (2008),
pertumbuhan
fisik
anak
pada
kenyataannya sangat beragam. Salah
satu contohnya sampai usia tujuh
tahun
dengan
tinggi
rata-rata
seusianya dan tidak tumbuh sama
sekali selama dua tahun masih masuk
ke dalam batasan normal tinggi ratarata usia sembilan tahun.

C. Distribusi Subjek
Berdasarkan Status Gizi

seseorang atau sekelompok orang
memiliki tujuan untuk mengetahui
apakah seseorang atau sekelompok
orang tersebut status gizinya baik
ataukah tidak baik (Riyadi, 2006).
Data
status
gizi
secara
keseluruhan memiliki nilai rata
rata
(mean) 0,51 dengan standar deviasi
1,2. Nilai maksimum 3,4 dan minimum
-2,2. Distribusi frekuensi pada subjek

Penelitian

Status gizi merupakan keadaan
kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan
oleh konsumsi, penyerapan (absorbsi)
dan penggunaan (utilization) zat gizi
makanan. Status gizi tersebut dapat
diukur dan dinilai. Penilaian status gizi

penelitian menurut status gizi anak

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2.

Kategori Status Gizi

Distribusi Status Gizi

Frekuensi (n)

Persentase (%)

1
42
2
45

2,2
93,3
4,4
100

Kurus
Normal
Lebih
Total
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan
bahwa dari total 45 subjek penelitian,
terdapat 6,6% subjek memiliki status
gizi yang tidak normal. Terdapat subjek
penelitian yang memiliki status gizi
kurus kemungkinan dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya faktor
langsung yaitu masalah asupan
makanan dan infeksi (kronis) serta
faktor tidak langsung yaitu pendapatan
keluarga maupun pengetahuan gizi.
Supariasa (2004) menegaskan bahwa
terdapat
beberapa
faktor
yang
mempengaruhi status gizi dintaranya
masalah sosial ekonomi, pola asuh,
budaya, pendidikan dan lingkungan.
Status gizi merupakan gambaran

mengenai
keseimbangan
antara
asupan dengan kebutuhan zat-zat gizi
untuk proses tumbuh kembang anak.
Anak yang keadaan gizi baik
cenderung lebih mempunyai daya
tahan
terhadap
infeksi,
lebih
bersemangat, lebih cerdas, lebih tekun
dan lebih mampu untuk bekerja keras
daripada anak yang kurang gizi,
sebaliknya anak yang kurang gizi
cenderung mudah terkena infeksi,
efisiensi
kerja
menurun
dan
pertumbuhan
terhambat
serta
perubahan perilaku karena kerusakan
struktur jaringan (Nursyantu et al,
1992).

D. Distribusi Subjek Penelitian
Berdasarkan Kebiasaan Sarapan
Pagi
Data kebiasaan sarapan pagi
secara keseluruhan memiliki nilai rata
rata (mean) 546,3 kkal dengan

standar deviasi 73. Nilai maksimum
678 kkal dan minimum 334 kkal.
Distribusi frekuensi pada subjek
penelitian berdasarkan kebiasaan
sarapan pagi dapat dicermati pada
Tabel 3.

Tabel 3.

Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi

Kebiasaan Sarapan Pagi
Ya
Tidak
Total

Frekuensi (n)
40
5
45

Persentase (%)
88,9
11,1
100

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
terdapat subjek penelitian yang tidak
memiliki kebiasaan sarapan pagi yaitu
sebesar 11,1%. Golongan anak usia
sekolah biasanya mempunyai banyak
perhatian dan aktivitas diluar rumah,
sehingga waktu makan pagi (sarapan)
sering dilupakan. Sarapan sangat
perlu diperhatikan untuk mencegah
hipoglikemia dan agar anak lebih
mudah untuk menerima pelajaran
(Almatsier, 1994).
Alasan untuk tidak sarapan pagi
diantaranya yaitu tidak sempat atau
terburu-buru, merasa waktu sangat
terbatas karena jarak sekolah cukup
jauh, terlambat bangun pagi, tidak ada
selera makan, maupun ingin diet
supaya berat badan bisa cepat turun
(Khomsan, 2005). Faktor-faktor yang

berhubungan nyata dengan kebiasaan
makan pagi anak sekolah dasar
adalah pendidikan formal orang tua
(ayah atau ibu), pengetahuan gizi ibu,
dan pola kebiasaan makan keluarga.
Pendidikan formal orang tua yang
tinggi disertai pengetahuan gizi ibu
yang
baik
maka
anak
akan
memperoleh pembinaan kebiasaan
yang baik pula. Selanjutnya kebiasaan
makan pagi yang dilakukan dalam
keluarga
dan
merupakan
pola
kebiasaan
makan
keluarga,
berhubungan
dan
berpengaruh
terhadap kebiasaan makan pagi anak
sekolah. Hal ini karena biasanya anak
mencontoh perilaku makan yang biasa
dilakukan
dalam
keluarganya
(Madanijah, 1994).

E. Distribusi Subjek Penelitian
Berdasarkan Prestasi Belajar
Data prestasi belajar secara
keseluruhan memiliki nilai rata
rata
(mean) 82,3 dengan standar deviasi

6,1. Nilai maksimum 92 dan minimum
73. Distribusi frekuensi pada subjek
penelitian berdasarkan prestasi belajar
siswa dicantumkan pada Tabel 4.

Tabel 4.

Distribusi Prestasi Belajar

Prestasi Belajar
Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Total

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui
bahwa
sebagian
besar
subjek
penelitian memiliki prestasi belajar
yang sangat baik yaitu 62,2%. Syah
(2010) menegaskan bahwa terdapat

Frekuensi (n)
28
17
0
0
45

Persentase (%)
62,2
37,7
0
0
100

beberapa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa di sekolah
diantaranya yaitu faktor internal, faktor
eksternal dan faktor pendekatan
belajar. Faktor internal merupakan

faktor yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri dan meliputi dua aspek,
yakni
aspek
fisiologis
(bersifat
jasmaniah) dan aspek psikologis
(bersifat rohaniah). Faktor eksternal
yaitu kondisi luar lingkungan di sekitar
siswa meliputi faktor lingkungan sosial
dan non sosial. Sebagai contoh
lingkungan sosial seperti keluarga,
ekonomi, pendidikan orang tua,

sekolah dan masyarakat sekitar
sedangkan
non
sosial
seperti
lingkungan
fisik
sekolah
dan
lingkungan tempat tinggal. Faktor
pendekatan belajar merupakan jenis
upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran
ketika di sekolah maupun di rumah.

F. Hubungan Status Gizi dengan
Prestasi Belajar
Status gizi merupakan gambaran
mengenai
keseimbangan
antara
asupan dengan kebutuhan zat-zat gizi
untuk proses tumbuh kembang anak.
Anak yang keadaan gizi baik
cenderung lebih mempunyai daya
tahan
terhadap
infeksi,
lebih
bersemangat, lebih cerdas, lebih tekun
dan lebih mampu untuk bekerja keras

daripada anak yang kurang gizi,
sebaliknya anak yang kurang gizi
cenderung mudah terkena infeksi,
efisiensi
kerja
menurun
dan
pertumbuhan
terhambat
serta
perubahan perilaku karena kerusakan
struktur jaringan (Nursyantu et al,
1992).
Distribusi prestasi belajar subjek
penelitian berdasarkan status gizi
dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.

Distribusi Prestasi Belajar Menurut Status Gizi
Status
Gizi

Sangat
Baik
n
%
Kurus
0
0
Normal 27
60
Lebih
1
2,2
*Pearson

Prestasi Belajar
Baik
Cukup
Kurang

n
%
1
2,2
15 33,3
1
2,2

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan
bahwa subjek penelitian yang memiliki
status gizi kurus dengan prestasi
belajar baik sebanyak 2,2%. Subjek
penelitian yang memiliki status gizi
normal dengan prestasi belajar sangat
baik sebanyak 60% dan yang memiliki
status gizi normal dengan prestasi
belajar baik sebanyak 33,3%. Subjek

n
0
0
0

%
0
0
0

n
0
0
0

%
0
0
0

Total
n
1
42
2

%
100
100
100

p

0,977*

penelitian yang memiliki status gizi
lebih dengan prestasi belajar sangat
baik sebanyak 2,2% dan baik 2,2%.
Berdasarkan hasil uji statistik
Pearson
Product
Moment
menunjukkan bahwa nilai p sebesar
0,977 (p > 0,05) yang berarti Ho
diterima sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara

status gizi dengan prestasi belajar di
SD Muhammadiyah 16 Surakarta.
Hasil pada penelitian ini sejalan
dengan penelitian Umardani (2011)
yang menyatakan bahwa tidak adanya
hubungan antara status gizi dengan
prestasi belajar anak di SD Negeri
Babakan, Kota Bogor. Penelitian
pendukung lain yang dilakukan Satya
(2012) menyatakan bahwa tidak
terdapat hubungan antara status gizi
dengan prestasi belajar anak di SD
Negeri 32 Beurawe Banda Aceh yang
salah satu faktornya adalah keluarga
yang merupakan pusat pendidikan
yang utama dan pertama, tetapi juga
sebagai faktor penyebab kesulitan
belajar diantaranya cara mendidik
anak, hubungan dan bimbingan orang
tua dengan anak, suasana rumah dan
keadaan ekonomi keluarga.
Djamarah (2002) menegaskan
bahwa berhasil tidaknya prestasi
belajar dipengaruhi oleh faktor dari
dalam diri (endogen) dan faktor dari
luar diri (eksogen). Faktor endogen

terdiri dari: (1) faktor psikologis meliputi
motivasi dan kecerdasan, (2) faktor
fisiologis diantaranya yaitu kondisi
fisiologis (status gizi yang juga
dipengaruhi oleh kebiasaan sarapan
pagi, persediaaan pangan keluarga,
pola konsumsi makanan keluarga, zat
gizi dalam makanan serta pendapatan
keluarga). Faktor eksogen diantaranya:
(1) faktor sosial, antara lain guru,
keluarga (orang tua) dan teman, (2)
faktor non sosial meliputi lingkungan
fisik, sanitasi lingkungan dan les
tambahan.
Berdasarkan pada faktor-faktor
yang ada membuktikan bahwa tidak
selalu faktor status gizi mempengaruhi
prestasi belajar anak. Pada penelitian
ini faktor-faktor yang kemungkinan
lebih berpengaruh pada prestasi
belajar diantaranya motivasi belajar,
kualitas guru yang baik, teman,
lingkungan yang kondusif, fasilitas
sekolah yang memadai dan adanya les
tambahan (Djamarah, 2002).

G. Hubungan Kebiasaan Sarapan
Pagi Dengan Prestasi Belajar
Sarapan
(makan
pagi)
merupakan
suatu
kegiatan
mengkonsumsi
makanan
yang
sangatlah penting sebelum melakukan
aktivitas fisik di pagi hari. Alasan untuk
tidak Sarapan pagi yaitu tidak sempat
atau terburu-buru, merasa waktu

sangat terbatas karena jarak sekolah
cukup jauh, terlambat bangun pagi,
tidak ada selera makan, maupun ingin
diet supaya berat badan bisa cepat
turun (Khomsan, 2005).
Distribusi prestasi belajar subjek
penelitian berdasarkan kebiasaan
sarapan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6.
Distribusi Prestasi Belajar Menurut Kebiasaan Sarapan
Prestasi Belajar
Kebiasaan
Sangat
Baik
Cukup Kurang
Total
Sarapan
Baik
n
%
n
%
n %
n
%
n
%
Ya
28 62,2 12 26,6 0
0
0
0 40 100
Tidak
0
0
5 11,1 0
0
0
0
5 100
*Rank spearman

p
0,104*

Pada Tabel 6 menunjukkan
bahwa subjek penelitian yang memiliki
kebiasaan sarapan pagi dengan
prestasi belajar sangat baik sebanyak
62,2% dan memiliki kebiasaan sarapan
pagi dengan prestasi belajar baik
sebanyak
26,6%.
Pada
subjek
penelitian
yang
tidak
memiliki
kebiasaan sarapan pagi dengan
prestasi belajar baik sebanyak 11,1%.
Hasil uji statistik Rank Spearman
menunjukkan bahwa nilai p sebesar
0,104, sehingga p > 0,05 yang berarti
Ho diterima, sehingga disimpulkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara
kebiasaan sarapan pagi dengan
prestasi
belajar
anak
di
SD
Muhammadiyah 16 Surakarta.
Hasil pada penelitian ini sejalan
dengan penelitian Kurniasih (2013)
yang menyatakan bahwa tidak adanya
hubungan antara sarapan pagi dengan
prestasi belajar anak di SD Negeri
Cikoneng Kabupaten Ciamis. Syah
(2010) menyatakan bahwa terdapat

beberapa faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa di sekolah
diantaranya yaitu faktor internal, faktor
eksternal dan faktor pendekatan
belajar. Faktor internal merupakan
faktor yang berasal dari dalam diri
siswa sendiri dan meliputi dua aspek,
yakni
aspek
fisiologis
(bersifat
jasmaniah) dan aspek psikologis
(bersifat rohaniah). Faktor eksternal
yaitu kondisi luar lingkungan di sekitar
siswa meliputi faktor lingkungan sosial
dan non sosial. Sebagai contoh
lingkungan sosial seperti keluarga,
ekonomi, pendidikan orang tua,
sekolah dan masyarakat sekitar
sedangkan
non
sosial
seperti
lingkungan
fisik
sekolah
dan
lingkungan tempat tinggal. Faktor
pendekatan belajar merupakan jenis
upaya belajar siswa yang meliputi
strategi dan metode yang digunakan
siswa untuk melakukan kegiatan
mempelajari materi-materi pelajaran
ketika di sekolah maupun di rumah.

H.

dari faktor eksternal tetapi hanya
melihat dari faktor internal (kesehatan)
saja.

Keterbatasan Penelitian
Penelitian
ini
memiliki
keterbatasan
yaitu
pada
saat
penelitian prestasi belajar tidak melihat

KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

1. Status gizi anak di SD
Muhammadiyah 16 Surakarta,
42,2 % tergolong baik untuk
kelas 4, sedangkan kelas 5
jumlah tergolong baik sebanyak
51,1 %.
2. Kebiasaan sarapan anak di SD
Muhammadiyah 16 Surakarta,
46,6 % memiliki kebiasaan
sarapan
untuk
kelas
4,
sedangkan kelas 5 sebanyak
42,3 % memiliki kebiasaan
sarapan.
3. Prestasi belajar anak di SD
Muhammadiyah 16 Surakarta,
26,6 % sangat baik untuk kelas
4, sedangkan kelas 5 sebanyak
35,6 % termasuk kategori
sangat baik.
4. Tidak ada hubungan antara
status gizi dan prestasi belajar
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier,

Sunita. 2006. Prinsip
Dasar Ilmu Gizi. Jakarta :
Gramedia

Andriani, S. 2003. Pola Belajar,
Status Gizi dan Prestasi
Belajar Siswa Sekolah
Dasar di Daerah Miskin
Perkotaan Kota Bogor.
[Skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian,
Institut
Pertanian Bogor.
Arisman. 2007. Gizi dalam Daur
Kehidupan. Jakarta: EGC

anak di SD Muhammadiyah 16
Surakarta
5. Tidak
terdapat
hubungan
antara kebiasaan sarapan pagi
dengan prestasi belajar anak di
SD
Muhammadiyah
16
Surakarta
B. Saran
1. Siswa sebanyak 2,2 % dari
kelas 4 dan 8,9 % kelas 5 untuk
45 subjek penelitian yang tidak
memiliki kebiasaan sarapan
pagi
agar
membiasakan
sarapan pagi untuk menunjang
prestasi belajar di sekolah.
2. Para orang tua di rumah
maupun para guru diharapkan
selalu mengingatkan anak didik
agar selalu menjaga kebiasaan
sarapan pagi dan menjaga
status gizi agar nantinya tidak
menurunkan prestasi belajar di
sekolah.

Azhari.

2001. Hubungan antara
Faktor
Internal
dan
Eksternal dengan Prestasi
Belajar Siswa di SPK
Depkes Lubuk Linggau
Tahun
2001.
Tesis.
Depok: FISIP UI

[CDC] Center for Disease Control
and Prevention. 2000.
CDC
growth
charts.www.cdc.gov
[1
Desember 2013].
Depkes RI. 2002. Pedoman Umum
Gizi Seimbang. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina
Kesehatan Masyarakat

Dalyono.

1997.
Pendidikan.
Rineka Cipta

Psikologi
Jakarta:

Faridi, Achmad. 2002. Hubungan
sarapan
pagi
dengan
kadar glukosa darah dan
konsentrasi belajar pada
siswa SD. Skripsi. Bogor:
GMSK Faperta IPB
Gibney,

MJ dkk. 2009. Gizi
Kesehatan
Masyarakat.
Jakarta: EGC

Hardinsyah. 2007. Review faktor
determinan
keragaman
konsumsi pangan.Jurnal
Gizi dan Pangan. Vol. 2:
55 74.
Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi
Belajar dan Manager.
Bandung:
Sinar
Baru
Algessindo
Judarwanto. 2010. Jangan Biarkan
Anak
Suka
Jajan.
http://kesehatan.kompas.c
om
/read/2009/05/11/2025273
/. [28 Desember 2013].
Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi
untuk Kesehatan 2. Bogor:
Departemen
Gizi
Masyarakat,
Fakultas
Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Kusumastuti, Tri Laswi. 2010.
Hubungan antara Tingkat
Pendidikan
dan
Penghasilan Orang Tua
dengan Prestasi Belajar
IPA Semester Satu Siswa
Kelas Tujuh SMP Cinde
Semarang
Tahun
Pelajaran
2010/2011.

Penelitian Tindakan Kelas.
Semarang.
Karyadi,

D. dan Muhilal. 1996.
Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan.
Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta.

[Kemendiknas]
Kementerian
Pendidikan
Nasional.
2010. Sekolah Dasar.
www.kemdiknas.go.id [25
Desember 2013].
Lemeshow S, Hosmer DW, Janelle
K, Lwanga SK. 1997.
Besar
Sampel
dalam
Penelitian
Kesehatan.
Pramono D, penerjemah.
Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Madanijah
S,
Briawan
D,
Kusumaningrum
HD,
Zulaikhah. 2010. Laporan
Penelitian:
Pengembangan
Model
Pendidikan
Makanan
Jajanan Sehat Berbasis
Sekolah Untuk Tingkat
Sekolah Dasar. Bogor:
Southeast Asian Food and
Agricultural Science and
Technology (SEAFAST)
Center dan LPPM IPB.
Munandar. 1995. Mengembangkan
Bakat dan Kreatifitas Anak
Sekolah Dasar. Jakarta :
PT Gramedia.
Madanijah S. 1994. Pelatihan dan
penyuluhan Pangan dan
Gizi Dikalangan Pendidik
Sekolah
Dasar
dan
Menengah. Bogor: Pusat
Studi Kebijakan Pangan
dan
Gizi
(PSKPG)
Lembaga
Penelitian
Institut Pertanian Bogor.

Martianto

D. 2006. Kalau Mau
Sehat, Jangan Tinggalkan
Kebiasaan
Sarapan.
http:/www.republika.co.id
[5 November 2013].

Mursidah, S. 1991. Faktor-faktor
yang
Berpangaruh
terhadap Prestasi Belajar
(Studi Kasus di SDN
Papandayan II Kecamatan
Bogor Utara, Kotamadya
Bogor
Jawa
barat).
[Skripsi]. Bogor: Fakultas
Pertanian,
Institut
Pertanian Bogor.
Mudzakir

dan Sutrisno. 1997.
Psikologi
Pendidikan.
Jakarta: PT Rineka Cipta

Minarni, Tri. 2006. Pengaruh Disiplin
dan Lingkungan Belajar
terhadap Prestasi Belajar
Mata Pelajaran Ekonomi
Siswa Kelas VIII Semester
I
SMP
Negeri
11
Semarang Tahun Ajaran
2004/2005.
Skripsi.
Semarang: UNS
Moehji, S. 2003. Ilmu Gizi 2 :
Penanggulangan
Gizi
Buruk. Jakarta: Papas
Sinar Siranti
Nasoetion

A.
Dan
E.S.
Wirakusumah.
1991.
Pangan dan gizi untuk
kelompok
khusus.Laboratorium Gizi
Masyarakat.Bogor: Pusat
Antar Universitas Pangan
dan Gizi IPB.

Nursyantu et al.1992. Ilmu Gizi
Utama. Jakarta : Golden
Terayon Pres.

Proverawati, A. 2010. Ilmu Gizi
untuk Keperawatan dan
Gizi Kesehatan. Nuha
Medika. Yogyakarta
Purwanto,Ngalim. 1992. Psikologi
Pendidikan.Bandung: PT
Remaja Rosda karya
______________.2000.
Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosda karya
[Riskesdas] Riset Kesehatan Dasar.
2010. Jakarta: Badan
Litbangkes,
Depkes
Republik Indonesia.
Riyadi

H. 2003. Penilaian Gizi
Secara
Antropometri.
Bogor:
Departemen
Masyarakat
dan
Sumberdaya
Keluarga,
Institut Pertanian Bogor.

Riyadi H, Retnaningsih. Martianto D.
dan Kustiyah L. 2006.
Materi Pokok Gizi dan
Kesehatan
Keluarga.
Jakarta:
Universitas
Terbuka.
Rohayati.

2001. Perilaku Makan
Pagi dan Jajan Anak
Sekolah
Penerima
PMTAS Di Daerah Pantai
dan Pegunungan provinsi
Nusa Tenggara Timur
[Skripsi]. Bogor : Jurusan
Gizi masyarakat. Fakultas
Pertanian.
Institut
Pertanian Bogor.

Suhardjo.2003.
Berbagai
Cara
Pendidikan Gizi. Jakarta:
Bumi aksara bekerjasama
dengan
Pusat
Antar
universitas Pangan dan

Gizi, Institut
Bogor.

Pertanian

Supariasa IDN, B Bakri & I Fajar.
2002. Penilaian Status
Gizi.
Jakarta:
Buku
Kedokteran EGC.
Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan
Aplikasinya.
Jakarta:
Departemen Pendidikan
Nasional.
Sediaoetama. 2006. Ilmu Gizi untuk
Mahasiswa dan Profesi
Jilid II. Jakarta: Dian
Rakyat.
Sumarwan U. 2007. Karakter
Konsumen Anak. Food
Review. 11(2): 10-13
Sangkhana, S.E. 1980. Kebiasaan
Sarapan
Pagi
dan
Beberapa Faktor Gizi
Yang
Mempengaruhi
Prestasi Belajar Siswa Di
SD Antonius dan SD
Cipinang Melayu 03 Pagi
Jakarta Timur 1988-1989.
Skripsi.
Fakultas
Kesehatan
Masyarakat
Universitas
Indonesia,
Depok.
Sadoso. 1986. Manfaat Sarapan
Pagi Bagi Atlet. Harian
Kompas, 17 Januari.
Syah,

Muhibbin. 2010. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT
Remaja

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT
Rineka Cipta

Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi
Pendidikan. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada
Slameto. 2003. Belajar dan Faktorfaktor
yang
Mempengaruhinya.
Jakarta: PT Rineka Cipta
Tohirin.

2005.
Psikologi
Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada

Tu u, Tulus. 2004. Peran Disiplin
pada
Perilaku
dan
Prestasi Siswa. Jakarta:
Grasindo
Whitney, E.N, dan E.M.N. Hamilton.
1990.
Understanding
Nutrition.
Publishing
Company, St. Paul.
World Health Organization. 2007.
Growth Reference 5-19
Years. www.Who. Int [20
November 2013].
Wijayanto,
Prasetyo.
2001.
Hubungan
Kecerdasan
Emosional, Status Gizi
dengan Prestasi Belajar.
Tesis. UNDIP: Semarang
Wiyono. 2008. Kebiasaan Makan
Pagi dan Status Gizi Anak
Sekolah
Dasar
di
Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru. Karya
Tulis Ilmiah. Pekanbaru.
Universitas Riau
Zaillah. 2010. Scientific Corference
and
Annual
Beneral
Meeting Malaysia. Of The
Nutrition
Socienty
of
Malaysia. Malaysia

Dokumen yang terkait

Gambaran Konsumsi Sarapan Pagi, Status Gizi, dan Tingkat Prestasi Belajar Anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar

3 16 114

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar.

2 6 12

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN SARAPAN PAGI DAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Pagi Dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar.

0 3 11

HUBUNGAN KUALITAS KEBUGARAN JASMANI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR Hubungan Kualitas Kebugaran Jasmani Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.

2 3 17

PENDAHULUAN Hubungan Kualitas Kebugaran Jasmani Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar SD Muhammadiyah 10 Tipes Surakarta.

0 2 6

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGANPRESTASI BELAJAR ANAK DI SD MUHAMMADIYAH 16 SURAKARTA Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 11 15

PENDAHULUAN Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 1 6

DAFTAR PUSTAKA Hubungan Status Gizi Dan Kebiasaan Sarapan Pagi Dengan Prestasi Belajar Anak Di SD Muhammadiyah 16 Surakarta.

0 2 4

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI DI KELURAHAN TRANGSAN Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Negeri Di Kelurahan Trangsan Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo.

0 0 16

Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Status Gizi Anak Usia Sekolah di SDIT Nur Hidayah Surakarta.

0 0 13