Gambaran Konsumsi Sarapan Pagi, Status Gizi, dan Tingkat Prestasi Belajar Anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar
Lampiran 1 :
Kuesioner Wawancara Sarapan Pagi
GAMBARAN KONSUMSI SARAPAN PAGI, STATUS GIZI, DAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR ANAK NEGERI SD 124400
PEMATANGSIANTAR
Nama :
Kelas :
Jenis Kelamin : Tempat/tgl lahir :
Berat Badan : ... kg Tinggi Badan : ... cm
Apakah anda biasa sarapan pagi setiap hari? Ya
Tidak
Bila ya, berapa kali anda sarapan dalam seminggu ? ... kali (isi antara 1-7 kali)
Pada jam berapa anda biasanya sarapan? Jam ...
Apakah anda biasa sarapan di rumah ? Ya
(2)
Lampiran 2:
Formulir Wawancara Sarapan Pagi
GAMBARAN KONSUMSI SARAPAN PAGI, STATUS GIZI, DAN TINGKAT PRESTASI BELAJAR ANAK SD NEGERI 124400
PEMATANGSIANTAR
Hari / tgl Makanan Sarapan URT Gram
Ket :
URT : Ukuran Rumah Tangga, misalnya piring, mangkok, sendok makan, potong, porsi dan lain-lain.
(3)
(4)
(5)
Lampiran 5 : MASTER DATA
No Nama Kls JK Usia
(Tahun) BB (Kg)
TB (Cm)
KS JS
(WIB) KSR
Konsumsi Sarapan
Pagi SE
(%) SP
(%) SG NR TPB
FS AE AP
1 Bonita Tobing 1 2 6 15,0 1,06 1 07.00 1 7 469,6 18,2 29,3 18,2 1 64,0 2 2 Putri Harianja 1 2 6 16,0 1,05 1 07.00 1 7 98,0 3,9 6,0 11,1 1 71,0 1 3 Yosi Simorangkir 1 2 6 14,0 1,01 1 07.00 2 7 469,6 23,1 29,3 65,8 1 74,5 1 4 Feri Pasaribu 1 1 5 15,0 1,08 1 07,00 2 7 480,9 9,1 30,0 26,0 2 65,0 2 5 Pasion Silalahi 1 1 6 16,0 1,09 2 07,00 1 5 469,6 5,5 29,3 15,7 1 75,0 1 6 Dimas Sitinjak 1 1 5 13,0 1,02 1 07.00 1 7 469,6 5,6 29,3 16,0 2 71,0 1 7 Daniel 1 1 5 16,0 1,09 1 06.00 1 7 480,9 20,9 30,0 59,7 1 77,0 1 8 Todo 2 1 7 16,0 1,12 2 07.00 1 5 596,1 32,2 32,2 37,0 2 68,0 2 9 Alif 2 1 7 17,0 1,21 2 07.00 1 7 451,7 5,5 24,4 34,4 3 75,0 1 10 Nunita Indri 2 2 8 20,0 1,21 1 06.00 1 7 313,2 10,4 16,9 21,2 1 77,0 1 11 Bryan pasaribu 2 1 7 18,0 1,20 1 07.00 1 7 451,7 10,4 24,4 28,9 2 70,0 1 12 Ika 2 2 7 15,5 1,13 2 06.00 1 6 335,7 19,8 18,1 40,0 2 67,0 2 13 Yunita S 2 2 7 18,0 1,17 1 07.00 1 7 150,6 9,2 8,1 18,7 1 67,0 2 14 Fadli 2 1 7 15,0 1,17 1 06.00 1 7 335,7 7,2 18,1 14,4 3 77,5 1 15 Hotma F Sianipar 2 2 7 14,0 1,11 2 06.00 1 5 451,7 5,5 24,4 34,4 3 73,0 1 16 Gio 2 1 8 20,0 1,17 1 07.00 1 7 192,2 12,1 10,3 24,6 1 71,0 1 17 David Torus 3 1 8 21,0 1,20 1 07.00 1 7 502,1 16,1 27,1 32,8 1 77,0 1 18 Celsi 3 2 9 23,0 1,22 2 06.00 1 4 296,9 12,4 16,0 25,3 1 67,0 2 19 Ayu Nita 3 2 8 22,0 1,22 1 06.00 1 7 296,9 16,1 16,0 32,8 1 72,0 1 20 Alfardan H 3 1 8 23,0 1,22 1 06.00 1 7 778,8 23,2 42,0 47,3 1 73,0 1
(6)
21 Abiyu Aksay 3 1 9 25,0 1,24 1 06.00 1 7 831,8 22,6 44,9 46,1 1 72,0 1 22 Reihan 3 1 8 23,0 1,22 1 07.00 1 5 296,9 16,1 16,0 32,8 1 74,0 1 23 Natalia 3 2 9 21,0 1,25 1 06.00 1 7 58,9 5,3 3,2 10,8 2 70,0 1 24 Teresia Makdalena 3 2 9 23,0 1,29 2 06.00 1 5 283,8 6,3 15,3 12,8 1 74,0 1 25 Revan 4 1 9 21,0 1,26 1 06.00 1 7 123,7 5,0 6,6 10,2 2 67,0 2 26 Rani 4 2 9 21,0 1,14 1 07.00 1 7 94,7 8,4 5,1 17,1 1 69,0 2 27 Adei 4 2 10 20,0 1,26 1 06.00 1 7 99,5 9,2 4,9 15,3 3 69,0 2 28 Elisabet 4 2 9 23,0 1,23 1 06.00 1 7 187,4 13,9 10,1 28,3 1 66,0 2 29 Trisya Sitanggang 4 2 9 18,0 1,20 2 07.00 1 5 140,5 7,9 7,6 16,1 2 74,0 1 30 Ita Juliyana 4 2 9 19,0 1,20 1 06.00 1 7 151,4 6,4 8,1 13,1 2 67,0 2 31 Yolanda 4 2 9 22,0 1,28 1 06.00 1 7 204,6 7,0 11,1 14,2 1 67,0 2 32 Dira Agustian S 5 1 10 26,0 1,29 1 07.00 1 7 201,0 11,6 9,6 20,7 1 70,0 1 33 Tobit 5 1 10 30,0 1,37 1 07.00 1 7 271,5 10,4 12,9 18,5 1 70,0 1 34 Andreas 5 1 10 19,0 1,26 2 06.00 1 5 193,7 13,7 9,2 24,2 3 68,0 2 35 Novia 5 2 10 25,0 1,33 1 06.00 1 7 309,5 18,1 15,4 30,1 1 77,1 1 36 Putri D Samosir 5 2 9 30,0 1,38 1 05.00 1 7 168,5 4,2 9,1 8,5 1 79,1 1 37 Dimas Prayogi 5 1 10 30,0 1,38 1 06.00 1 7 581,0 26,4 27,6 47,1 1 75,8 1 38 Iroi 5 1 10 25,0 1,35 1 06.00 1 7 387,6 10,4 18,4 18,5 2 76,0 1 39 Nabil 5 1 10 30,0 1,38 1 07.00 1 7 466,2 11,5 22,2 20,5 1 73,4 1 40 Rini Siregar 5 2 10 35,0 1,37 1 06.00 1 7 122,8 7,5 6,1 12,5 1 79,6 1 41 Yusliur M Sitinjak 5 2 10 19,0 1,28 1 07.00 1 7 484,7 6,1 21,1 10,1 3 82,6 1 42 Rivaldo 5 1 11 35,0 1,50 1 07.00 1 7 860,9 34,7 40,9 61,9 1 78,1 1 43 Ramadhan 5 1 10 26,0 1,29 1 07.00 1 7 312,2 8,1 14,8 14,4 1 76,3 1 44 Raplinton 5 1 10 30,0 1,36 1 06.00 1 7 904,0 25,3 43,0 45,2 1 77,0 1 45 Irwan 6 1 11 25,0 1,33 2 07.00 1 5 860,9 34,7 40,9 61,9 2 74,0 1
(7)
46 jonatan Firdaus M 6 1 11 29,0 1,34 2 06.00 1 5 143,3 8,1 7,7 16,5 2 77,2 1 47 Jaya TM Silalahi 6 1 11 31,0 1,38 2 07.00 1 5 85,5 7,6 4,0 13,5 1 76,9 1 48 Jonaran S Haloho 6 1 12 24,0 1,22 1 07.00 1 7 466,2 11,5 22,2 20,5 1 75,2 1 49 Jhon W Pandiangan 6 1 11 30,0 1,35 2 07.00 1 5 209,9 6,2 9,9 11,0 1 76,0 1 50 Fransiska Hasibuan 6 2 10 20,0 1,30 2 07.00 1 4 129,6 10,0 6,4 16,6 3 79,3 1 51 Isra 6 2 11 25,0 1,24 2 06.00 1 5 625,3 23,4 31,2 39,0 1 78,7 1 52 Ira Widayana P 6 2 11 37,0 1,44 2 07.00 1 5 159,1 6,3 7,9 10,5 1 82,0 1 53 Amos 6 1 11 25,0 1,32 2 07.00 1 5 84,5 9,5 4,0 16,9 1 75,5 1 54 Floren E Gultom 6 2 11 27,0 1,31 1 07.00 1 7 81,9 9,2 4,0 15,3 1 77,9 1 Keterangan : KLS = Kelas Siswa
JK = Jenis Kelamin
1: Laki-laki 2 : Perempuan BB = Berat Badan TB = Tinggi Badan
KS = Kebiasaan sarapan Setiap Hari 1: kategori “Ya”
2 : ketergi “tidak” JS = Jam Sarapan Pagi
KSR = Kebiasaan Sarapan di Rumah 1 : kategori “Ya”
2 : kategori “ jarang”
FS = Frekuensi Sarapan dalam satu minggu AE = Asupan Energi Sarapan
AP = Asupan Protein Sarapan
SE = Sumbangan Energi Sarapan dalam persen SP = Sumbangan Protein Sarapan dalam persen
(8)
1 : kategori “Normal” 2 : kategori “Kurus”
3 : kategori “Sangat Kurus” NR = Nilai Rata-Rata Raport
TPB = Tingkat Prestasi Belajar siswa 1 : kategori “Baik”
(9)
Lampiran 6:
Output Tabel Frekuensi Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid
Laki-laki 29 53,7 53,7 53,7
Perempuan 25 46,3 46,3 100,0
Total 54 100,0 100,0
Usia Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
4-6 tahun 7 13,0 13,0 13,0
7-9 tahun 24 44,4 44,4 57,4
10-12 tahun 23 42,6 42,6 100,0
(10)
Frekuensi Sarapan Responden dalam Satu Minggu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
sering 38 70,4 70,4 70,4
jarang 16 29,6 29,6 100,0
Total 54 100,0 100,0
Kategori Sumbangan Energi Sarapan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid
cukup 30 55,6 55,6 55,6
kurang 24 44,4 44,4 100,0
(11)
Kategori Sumbangan Protein Sarapan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid
cukup 40 74,1 74,1 74,1
kurang 14 25,9 25,9 100,0
Total 54 100,0 100,0
Status Gizi Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
normal 35 64,8 64,8 64,8
Kurus 12 22,2 22,2 87,0
sangat kurus 7 13,0 13,0 100,0
(12)
Tingkat Prestasi Belajar Responden
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid
Baik 41 75,9 75,9 75,9
kurang 13 24,1 24,1 100,0
Total 54 100,0 100,0
kebiasaan sarapan pagi responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid
ya 37 68,5 68,5 68,5
tidak 17 31,5 31,5 100,0
(13)
Kebiasaan Sarapan di Rumah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid
ya 52 96,3 96,3 96,3
tidak 2 3,7 3,7 100,0
Total 54 100,0 100,0
jam Sarapan Pagi Responden
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid
5 1 1,9 1,9 1,9
6 24 44,4 44,4 46,3
7 29 53,7 53,7 100,0
(14)
Lampiran 7 :
Output Tabel Crosstab
Jenis Kelamin * Frekuensi Sarapan Responden dalam Satu Minggu Crosstabulation Frekuensi Sarapan Responden
dalam Satu Minggu
Total sering jarang
Jenis Kelamin
Laki-laki
Count 20 9 29
% within Jenis Kelamin
69,0% 31,0% 100,0%
Perempuan
Count 18 7 25
% within Jenis Kelamin
72,0% 28,0% 100,0%
Total
Count 38 16 54
% within Jenis Kelamin
70,4% 29,6% 100,0%
Jenis Kelamin * Kategori Sumbangan Energi Sarapan Crosstabulation Kategori Sumbangan Energi
Sarapan
Total cukup kurang
Jenis Kelamin
Laki-laki
Count 19 10 29
% within Jenis Kelamin
65,5% 34,5% 100,0%
Perempuan
Count 11 14 25
% within Jenis Kelamin
44,0% 56,0% 100,0%
Total
Count 30 24 54
% within Jenis Kelamin
55,6% 44,4% 100,0%
Jenis Kelamin * Kategori Sumbangan Protein Sarapan Crosstabulation Kategori Sumbangan
Protein Sarapan
Total cukup kurang
Jenis Kelamin
Laki-laki
Count 24 5 29
% within Jenis Kelamin
82,8% 17,2% 100,0%
Perempuan
Count 16 9 25
% within Jenis Kelamin
64,0% 36,0% 100,0%
Total
Count 40 14 54
% within Jenis Kelamin
(15)
Frekuensi Sarapan Responden dalam Satu Minggu * Status Gizi Responden Crosstabulation
Status Gizi Responden Total Normal Kurus sangat
kurus Frekuensi Sarapan Responden dalam Satu Minggu sering
Count 26 8 4 38
Expected Count 24,6 8,4 4,9 38,0 % within Frekuensi Sarapan
Responden dalam Satu Minggu
68,4% 21,1% 10,5% 100,0%
jarang
Count 9 4 3 16
Expected Count 10,4 3,6 2,1 16,0 % within Frekuensi Sarapan
Responden dalam Satu Minggu
56,3% 25,0% 18,8% 100,0%
Total
Count 35 12 7 54
Expected Count 35,0 12,0 7,0 54,0 % within Frekuensi Sarapan
Responden dalam Satu Minggu
64,8% 22,2% 13,0% 100,0%
Kategori Sumbangan Energi Sarapan * Status Gizi Responden Crosstabulation Status Gizi Responden Total Normal Kurus Sangat
Kurus Kategori Sumbangan Energi Sarapan cukup
Count 19 7 4 30
Expected Count 19,4 6,7 3,9 30,0 % within Kategori
Sumbangan Energi Sarapan
63,3% 23,3% 13,3% 100,0%
kurang
Count 16 5 3 24
Expected Count 15,6 5,3 3,1 24,0 % within Kategori
Sumbangan Energi Sarapan
66,7% 20,8% 12,5% 100,0%
Total
Count 35 12 7 54
Expected Count 35,0 12,0 7,0 54,0 % within Kategori
Sumbangan Energi Sarapan
(16)
Kategori Sumbangan Protein Sarapan * Status Gizi Responden Crosstabulation Status Gizi Responden Total Normal Kurus sangat
kurus
Kategori Sumbangan Protein Sarapan
cukup
Count 26 9 5 40
Expected Count 25,9 8,9 5,2 40,0 % within Kategori
Sumbangan Protein Sarapan
65,0% 22,5% 12,5% 100,0%
kurang
Count 9 3 2 14
Expected Count 9,1 3,1 1,8 14,0 % within Kategori
Sumbangan Protein Sarapan
64,3% 21,4% 14,3% 100,0%
Total
Count 35 12 7 54
Expected Count 35,0 12,0 7,0 54,0 % within Kategori
Sumbangan Protein Sarapan
64,8% 22,2% 13,0% 100,0%
Frekuensi Sarapan Responden dalam Satu Minggu * Tingkat Prestasi Belajar Responden Crosstabulation
Tingkat Prestasi Belajar Responden
Total Baik kurang
Frekuensi Sarapan Responden dalam Satu Minggu
sering
Count 28 10 38
Expected Count 28,9 9,1 38,0 % within Frekuensi
Sarapan Responden dalam Satu Minggu
73,7% 26,3% 100,0%
jarang
Count 13 3 16
Expected Count 12,1 3,9 16,0 % within Frekuensi
Sarapan Responden dalam Satu Minggu
81,3% 18,8% 100,0%
Total
Count 41 13 54
Expected Count 41,0 13,0 54,0 % within Frekuensi
Sarapan Responden dalam Satu Minggu
(17)
Kategori Sumbangan Energi Sarapan * Tingkat Prestasi Belajar Responden Crosstabulation
Tingkat Prestasi Belajar Responden
Total Baik kurang
Kategori Sumbangan Energi Sarapan
Cukup
Count 25 5 30
Expected Count 22,8 7,2 30,0 % within Kategori
Sumbangan Energi Sarapan
83,3% 16,7% 100,0%
Kurang
Count 16 8 24
Expected Count 18,2 5,8 24,0 % within Kategori
Sumbangan Energi Sarapan
66,7% 33,3% 100,0%
Total
Count 41 13 54
Expected Count 41,0 13,0 54,0 % within Kategori
Sumbangan Energi Sarapan
75,9% 24,1% 100,0%
Kategori Sumbangan Protein Sarapan * Tingkat Prestasi Belajar Responden Crosstabulation
Tingkat Prestasi Belajar Responden
Total Baik kurang
Kategori Sumbangan Protein Sarapan
cukup
Count 30 10 40
Expected Count 30,4 9,6 40,0
% within Kategori Sumbangan Protein Sarapan
75,0% 25,0% 100,0%
kurang
Count 11 3 14
Expected Count 10,6 3,4 14,0
% within Kategori Sumbangan Protein Sarapan
78,6% 21,4% 100,0%
Total
Count 41 13 54
Expected Count 41,0 13,0 54,0
% within Kategori Sumbangan Protein Sarapan
(18)
Tingkat Prestasi Belajar Responden * Status Gizi Responden Crosstabulation Status Gizi Responden Total normal Kurus sangat kurus
Tingkat Prestasi Belajar
Responden
Baik
Count 29 7 5 41
% within Tingkat Prestasi Belajar Responden
70,7% 17,1% 12,2% 100,0%
kurang
Count 6 5 2 13
% within Tingkat Prestasi Belajar Responden
46,2% 38,5% 15,4% 100,0%
Total
Count 35 12 7 54
% within Tingkat Prestasi Belajar Responden
64,8% 22,2% 13,0% 100,0%
Usia Responden * kategori asupan protein k3 Crosstabulation kategori asupan protein k3 Total
baik kurang Usia
Responden
10-12 tahun
Count 16 7 23
% within Usia Responden
69,6% 30,4% 100,0%
Total
Count 16 7 23
% within Usia Responden
69,6% 30,4% 100,0%
Usia Responden * kategori asupan protein uk1 Crosstabulation
kategori asupan protein uk1 Total baik kurang
Usia
Responden 4-6 tahun
Count 6 1 7
% within Usia Responden
85,7% 14,3% 100,0%
Total
Count 6 1 7
% within Usia Responden
85,7% 14,3% 100,0%
Usia Responden * Kategori Sumbangan Energi Sarapan Crosstabulation Kategori Sumbangan
Energi Sarapan
Total cukup kurang
Usia Responden
4-6 tahun Count 6 1 7
% within Usia Responden 85,7% 14,3% 100,0%
7-9 tahun Count 14 10 24
% within Usia Responden 58,3% 41,7% 100,0%
10-12 tahun Count 10 13 23
(19)
Total Count 30 24 54 % within Usia Responden 55,6% 44,4% 100,0% Usia Responden * Kategori Sumbangan Protein Sarapan Crosstabulation
Kategori Sumbangan Protein Sarapan
Total cukup kurang
Usia Responden
4-6 tahun
Count 6 1 7
% within Usia Responden
85,7% 14,3% 100,0%
7-9 tahun
Count 17 7 24
% within Usia Responden
70,8% 29,2% 100,0%
10-12 tahun
Count 17 6 23
% within Usia Responden
73,9% 26,1% 100,0%
Total
Count 40 14 54
% within Usia Responden
74,1% 25,9% 100,0%
Status Gizi Responden * Tingkat Prestasi Belajar Responden Crosstabulation Tingkat Prestasi Belajar
Responden
Total Baik kurang
Status Gizi Responden
normal
Count 29 6 35
% within Status Gizi Responden
82,9% 17,1% 100,0%
Kurus
Count 7 5 12
% within Status Gizi Responden
58,3% 41,7% 100,0%
sangat kurus
Count 5 2 7
% within Status Gizi Responden
71,4% 28,6% 100,0%
Total
Count 41 13 54
% within Status Gizi Responden
75,9% 24,1% 100,0%
1 : kategori “Normal” 2 : kategori “Kurus”
3 : kategori “Sangat Kurus” NR = Nilai Rata-Rata Raport
TPB = Tingkat Prestasi Belajar siswa 1 : kategori “Baik”
(20)
(21)
(22)
DAFTAR PUSTAKA
Adriani, M & Wirjatmadi, B., 2012. Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Ahmad, S., Waluyo & Fatimah., 2011. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dan Jajan dengan Status Gizi Anak Sekolah Dasar di SDN Kledokan Depok Sleman Yogyakarta. Jurnal Universitas Respati Yogyakarta. Vol.1 Hal.8-9
Almatsier, S., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Anzarkusuma, S.I., Mulyani, Y.E., Jus‟at, I., & Angkasa, D., 2014. Status Gizi Berdasarkan Pola Makan Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Rajeg Tangerang. Indonesian Journal of Human Nutrition. Vol 1 no 2 : 135-148.
Aprilia, H., & Mahmudiono, T., 2013. Hubungan Makan Pagi dan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dengan Daya Konsentrasi Siswa Sekolah Dasar. Media Gizi Indonesia.Vol 9 no 1 : 49-53.
Arifin, A.L., 2015. Hubungan Sarapan Pagi dengan Konsentrasi Siswa di Sekolah. Jurnal Pendidikan Olah Raga dan Kesehatan.Vol 03 no 1 : 203-207 Arisman., 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
Astuti, R., Bintanah, S.,& Carto., 2007. Sumbangan Energi dan Protein Makan Pagi terhadap Angka Kecukupan Gizi yang Dianjurkan (AKG) Berdasarkan Pola Asuh Anak. Jurnal Kesehatan Masyarakat Indonesia. Vol 4 no 2.
Badriah, D.L., 2014. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Bandung : PT. Refika Aditama.
Departemen Kesehatan., 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2013 Tentang Angka Kecukupan Gizi yang Dianjrkan Bagi Bangsa Indonesia. Diunduh dari http://gizi.depkes.go.id tanggal 2 Juni 2016. Dewi, G.,& Seriani, L., 2014. Gambaran Status Nutrisi, Konsumsi Sarapan, dan Cemilan pada Siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014. Ilmu Kedokteran Pencegahan FK UNUD.
Efendi, F., 2012. Hubungan Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas X SMK Negeri 2 Indramayu. Ilmu Keolahragaan UNJ.
Ethasari, R.K., 2014. Hubungan Antara Kebiasaan Sarapan Dengan Kesegaran Jasmani Dan Status Gizi Pada Anak Sekolah Dasar Di Sd Negeri Padangsari 02 Banyumanik. Universitas Diponegoro.
(23)
Harianti, S.T., 2013. Hubungan Antara kebiasaan Sarapan Pagi dan Asupan Zat Gizi Makro (Energi dan Protein) dengan Status Gizi Anak yang Memperoleh PMT-AS di SD Negeri Plalan 1 Surakarta. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Hardiansyah, & Aris, M., 2012. Jenis Pangan Sarapan dan Peranannya dalam Asupan Gizi Harian Anak Usia 6-12 Tahun di Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol 7 no 2 : 89-96
Hardiansyah., 2012. Masalah dan Pentingnya Sarapan Bagi Anak. Menteri Simposium Sarapan Sehat tanggal 16 Juni 2012. Diunduh dari http://pergizi.org tanggal 2 Juni 2016
Intan, N.R., 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Obesitas Berdasarkan Persen Lemak Tubuh pada Remaja di SMAIT Nurul Fikri Depok Tahun 2008. Peminatan Gizi Kesehatan Masyarakat FKM UI.
Jumarni, M.,Hakim, L. A., & Kadri, A., 2012. Hubungan Status Gizi dan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Anak SDN 1 Pasangkayu Kecamatan Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara, Bagian Gizi FKM Unismuh Palu. Vol 2 no 1 : 56-64.
Jejaring Informasi Pangan dan Gizi., 2011. Mengapa Sarapan Pagi Itu Penting?http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2011/11/LEMBAR
INFORMASI-NO-2-2011.pdf[diakses 2 Juni 2016].
Kartasapoerta, G., Drs, dan Marsetyo, Drs, Med. 2008. Ilmu Gizi : Korelasi Gizi, Kesehatan dan Produktivitas Kerja. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Khomsan, Ali., 2010. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.
Legi, N.N., 2012. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Negeri Malalayang Kecamatan Malalayang. Jurnal Gizi Indonesia. Vol 4 no 1.
Martianto D., 2006. Kalau Mau Sehat Jangan Tinggalkan Kebiasaan Sarapan. Diunduh dari http://republika.co.id tanggal 20 Juni 2016.
Muhilal & Damayanti, D. 2006. Gizi Seimbang untuk Anak Uia ekolah Dasar. In: Soekirman, Susana, H., Giarno, M.H & & Lestari Y.eds. Hidup Sehat : Gizi Seimbang dalam iklus Kehidupan Manusia. Jakarta : Primamedia Pustaka.
Perdana, F., & Hardiansyah., 2013. Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia. Jurnal Gizi dan Pangan. Vol 8 no 1 : 39-46. Persagi.,2012. Healthy Breakfast Symposium. http://pergizi.org/index.php/berita-dan-kegiatan.html?start=6 [diakses 22 Juli 2013].
(24)
Pertiwi, I., Sandjaja., & Sugeng W., 2014. Hubungan Sarapan, Kecukupan Energi Dan Protein Terhadap Status Gizi Remaja Usia 16-18 Tahun Di Provinsi Lampung (Analisa Data Sekunder Riskesdas 2010). Nutrire Diaita. Vol 6 no 1. Rohayati., 2001. Perilaku Makan Pagi dan Jajan Anak Sekolah Penerima PMT AS di Daerah Pantai dan Pegunungan Provinsi Nusa Tenggara Timur [skripi] Bogor : Jurusan Gizi Masyarakat. Fakulta Pertanian. Institut Pertanian Bogor Sari, R.J., 2015. Pola Konsumsi Sarapan Pagi Murid Sekolah Dasar di SDN 060921 Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2015. FakultasKesehatan Masyarakat USU.
Sinaga, T., Koesharta, M.C., Soelaiman, A., & Setiawan, B., 2012. Kualias Sarapan Menu Sepingan, Daya Terima, Tingkat Kesukaan, dan Status Gizi Siswa Sekolah Dasar. Teknologi dan Kejuruan. Vol 35 no 1.
Slamento., 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Bhineka Cipta.
Soekirman., 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Supariasa, I.D.N., 2001. Penilaian Status Gizi, Jakarta : EGC
Susan, Bagwel E., 2008. The Relationship Between Breakfast and School Performance.
Widodo R., 2009. Pemberian Makan, Suplemen, & Obat pada Anak, Jakarta : EGC.
(25)
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan desain penelitian Crossectional yaitu untuk melihat konsumsi sarapan pagi, status gizi, dan tingkat prestasi belajar anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar.
Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 124400 yang terletak di Jalan Bah Tongguran Kiri Lorong 7 Pematang Siantar. Lokasi penelitian ini ditentukan dengan alasan bahwa masih terdapat anak sekolah dasar yang tidak memperhatikan gizi sarapannya dan tidak mengetahui manfaat sarapan hanya mengetahui sarapan sebagai kewajiban saja serta masih banyak siswa yang memiliki status gizi yang rendah.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan bulan Februari sampai September tahun 2016.
Populasi dan Sampel Populasi Penelitian
Besarnya populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar yang berjumlah 117 siswa.
Sampel Penelitian
Besarnya sampel dihitung berdasarkan rumus penentuan sampel yaitu rumus Slovin sebagai berikut :
(26)
N n =
1 + N (d)² Keterangan :
N = Besar populasi (124)
n = Jumlah sampel minimal yang akan diteliti
d = Penyimpangan statistik dari sampel terhadap populasi yang ditetapkan 0,1 (10%)
Sehingga :
117 n =
1 + 117 (0,1)² = 53,9 ≈ 54
Sampel yang diamati dalam penelitian ini adalah bagian dari populasi siswa sekolah dasar yang memiliki kriteria :
Siswa sekolah dasar yang masih bersekolah di SD Negeri 124400 Pematangsiantar
Siswa sekolah dasar yang tidak mengalami cacat fisik dan gangguan demensia Besar sampel dan responden dalam penelitian ini sebanyak 55 siswa yang bersedia untuk diwawancarai. Pengambilan sampel untuk masing-masing kelas dilakukan secara sebanding yaitu dengan menggunakan rumus Sugiyono (2007), yaitu :
Populasi siswa tiap kelas
n = x Jumlah sampel yang ditentukan
Jumlah populasi keseluruhan
Setelah itu, dilakukan teknik simple random sampling untuk mengambil sampel disetiap kelas. Dari rumus tersebut diperoleh sampel per kelas, yaitu :
(27)
Kelas 1 = x 54 = 7,38 ≈ 7 siswa 117
20
Kelas 2 = x 54 = 9,23 ≈ 9 siswa 117
17
Kelas 3 = x 54 = 7,84 ≈ 8 siswa 117
15
Kelas 4 = x 54 = 6,92 ≈ 7 siswa 117
27
Kelas 5 = x 54 = 12,46 ≈ 13 siswa 117
22
Kelas 6 = x 54 = 10,15 ≈ 10 siswa 117
Setelah dilakukan perhitungan, jumlah sampel yang dibutuhkan sebesar 54 siswa. Jumlah sampel masing-masing kelas yaitu pada kelas 1 sebanyak 7 siswa, kelas 2 sebanyak 9 siswa, kelas 3 sebanyak 8 siswa, kelas 4 sebanyak 7 siswa, kelas 5 sebanyak 13 siswa, dan kelas 6 sebanyak 10 siswa.
Metode Pengumpulan Data Data Primer
Data primer yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data konsumsi sarapan pagi, dan status gizi anak sekolah dasar.Konsumsi sarapan pagi responden diperoleh melalui wawancara langsung terhadap siswa sekolah dasar tentang frekuensi sarapan, dan jenis makanan sarapan, sedangkan untuk mengetahui jumlah energi dan protein dihitung dari formulir wawancara sarapan pagi dengan menggunakan DKBM (Daftar Komposisi Bahan Makanan) dan Nutrisurvey. Data
(28)
status gizi siswa diperoleh melalui pengukuran berat dan tinggi badan siswa secara langsung dengan menggunakan timbangan digital dan microtois.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang dikumpulkan dari bagian administrasi SDN 124400 Pematangsiantar tahun 2016 yang meliputi, jumlah siswa, jenis kelamin, tanggal lahir, prestasi belajar (raport) serta gambaran umum SD Negeri 124400 Pematangsiantar.
Definisi Operasional
Konsumsi sarapan pagi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran konsumsi sarapan murid sekolah dasar meliputi frekuensi dan jumlah zat gizi sarapan (energy,dan protein), serta sumbangan energi dan protein terhadap angka kecukupan gizi harian.
Sarapan pagi adalah kegiatan makan dan minum yang dilakukan sebelum memulai aktivitas di pagi hari hingga pukul 09.00.
Frekuensi sarapan adalah banyaknya melaksanakan sarapan pagi yang dilakukan oleh anak sekolah dasar dalam satu minggu.
Jumlah gizi sarapan adalah banyaknya komponen/penyusun zat gizi dalam makanan sarapan pagi meliputi energi dan protein sarapan.
Jumlah energi sarapan adalah banyaknya energi yang dikonsumsi anak setiap pagi dibandingkan dengan angka kecukupan energi sarapan yang dianjurkan.
Jumlah protein sarapan adalah banyaknya protein yang dikonsumsi anak setiap pagi dibandingkan dengan angka kecukupan protein sarapan yang dianjurkan.
(29)
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi adalah banyaknya kontribusi zat gizi berupa energi dan protein dari jumlah gizi sarapan pagi murid sekolah dasar terhadapanjuran kecukupan gizi harian.
Status gizi adalah status gizi anak sekolah yang diukur secara antropometri dengan indeks IMT/U pada anak sekolah kemudian ditentukan Z-Scorenya untuk menentukan kategori dan ambang batas status gizinya.
Tingkat prestasi belajar adalah hasil yang dicapai sesuai kemampuan siswa dari proses belajar dalam waktu tertentu (raport bulanan) yang disajikan dalam bentuk nilai dari ujian bulanan. Indikatornya jika nilai ≥70 masuk dalam kategori „Baik‟ dan jika nilainya <70 masuk dalam kategori „kurang‟ (Kriteria Ketuntasan Minimal SD Negeri 124400 Pematangsiantar, 2016).
Aspek Pengukuran Frekuensi Sarapan
Frekuensi sarapan anak SD dilihat dengan menghitung jumlah melakukan sarapan siswa dalam seminggu. Untuk memudahkan dalam analisis data, peneliti membagi frekuensi sarapan menjadi 2 kategori, yaitu dikatakan „sering‟ bila responsen melakukan kegiatan sarapan pagi selama seminggu dengan frekuensi >5 kali per minggu dan dikatakan „jarang‟ bila responden melakukan sarapan dalam seminggu dengan frekuensi ≤5 kali perminggu (Ratna, 2008).
Jumlah Gizi Sarapan Pagi
Jumlah gizi sarapan pagi diukur dari kandungan gizi yang terdapat pada makanan sarapan.
Tabel 3.1 Jumlah Gizi Sarapan Pagi
(30)
Energi (kkal) Protein (gram)
4-6 tahun 7-9 tahun Pria 10-12 Tahun Wanita 10-12 tahun
240,0 – 480 277,5 – 555 315,0 – 630 300,0 – 600
5,25– 10,5 7,35 – 14,7 8,40 - 18,0 9,00 - 18,0
Sumbangan Sarapan terhadap Anjuran Kecukupan Gizi
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi diukur dengan melihat konsumsi energi dan protein sarapan pagi dibandingkan dengan AKG dan dinyatakan dalam satuan persen dengan rumus :
Sumbangan energi sarapan terhadap tingkat kecukupan gizi konsumsi energi sarapan pagi
Sumbangan energi = X 100%
AKG
Selanjutnya dikategorikan menjadi: cukup ( ≥15% ) dan kurang (<15%) (Depkes, 2014).
Sumbangan protein sarapan terhadap tingkat kecukupan gizi konsumsi protein sarapan pagi
Sumbangan protein = X 100%
AKG
Selanjutnya dikategorikan menjadi: cukup ( ≥15% ) dan kurang (<15%).
Status Gizi
Status gizi setiap siswa dinilai menggunakan aplikasi WHO Anthro Plus, dengan menggunakan nilai ambang batas (Z-score) untuk melihat status gizi berdasarkan IMT/U siswa.
(31)
Tabel 3.2 Kategori dan ambang batas status gizi berdasarkan IMT/U anak umur 5-18 tahun
Status gizi berdasarkan IMT/U Ambang batas (Z-score)
Normal -2 SD sampai dengan 1 SD Kurus -3 SD sampai dengan <-2 SD
Sangat kurus < -3 SD
Sumber : Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia 2010
Tingkat Prestasi Belajar
Pengukuran tingkat prestasi belajar dengan melihat nilai rata-rata seluruh mata pelajaran dalam rapot bulanan siswa. Nilai ≥70 masuk dalam kategori „Baik‟ dan jika nilainya <70 masuk dalam kategori „kurang‟ (Kriteria Ketuntasan Minimal SD Negeri 124400 Pematangsiantar, 2016).
Metode Analisis Data Pengolahan Data
Editing adalah cara untuk mengoreksi data yang meliputi kelengkapan pengisian jawaban, konsistensi atas jawaban, dan keseragaman prosedur.
Koding adalah kegiatan pemberian kode data untuk mempermudah dalam proses pengelompokan.
Pencatatan hasil penelitian adalah kegiatan mencatat hasil yang didapat dari penelitian.
Entri data adalah memasukkan data yang telah diperoleh ke dalam komputer.
Analisis Data
Seluruh data akan dikumpulkan dan diolah kemudian dari hasil tersebut dideskripsikan dalam persentase yang disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.
(32)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
(33)
Sekolah Dasar Negeri 124400 merupakan sekolah dasar yang terletak di Jalan Bah Tongguran Kiri Kecamatan Siantar Utara Kota Pematangsiantar dengan nomor statistik sekolah 101076302024 dengan luas sekolah 1.884,7 m².
Sekolah Dasar Negeri 124400 dikepalai oleh ibu Sontiar, S.Pd. SD dan memiliki guru pengajar berjumlah 7 orang. Jumlah murid sebanyak 117 orang dengan 62 orang laki-laki dan 55 orang perempuan.
Karakteristik Responden
Deskripsi karakteristik siswa meliputi jenis kelamin dan umur. Distribusi berdasarkan karakteristik tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Jenis Kelamin
Jenis kelamin siswa yaitu laki-laki dan perempuan dan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)
Laki-laki 29 53,7
Perempuan 25 46,3
Jumlah 54 100,0
Pada tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah total responden sebanyak 54 orang, dengan respondenyang lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu berjumlah 29 orang dengan persentase 53,7 %, sedangkan sisanya sebanyak 25 orang berjenis kelamin perempuan dengan persentase 46,3%.
4.2.2 Umur
Umur siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok dan disajikan pada tabel di bawah ini:
(34)
Tabel 4.2 Distribusi Siswa Berdasarkan Umur di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Umur Jumlah Persentase (%)
4-6 Tahun 7 13,0
7-9 Tahun 24 44,4
10-12 Tahun 23 42,6
Jumlah 54 100,0
Pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa siswa paling banyak berumur 7-9 tahun yaitu berjumlah 24 orang dengan persentase 44,4%, dan siswa paling sedikit berumur 4-6 tahun berjumlah 7 orang dengan persentase 13,0%, namun frekuensi paling banyak terdapat pada umur 10 tahun. Umur tertua responden adalah 12 tahun sedangkan usia termuda 5 tahun.
Konsumsi Sarapan Pagi Siswa Sekolah Dasar
Konsumsi Sarapan pagi siswa sekolah dasar merupakan berbagai informasi yang memberikan gambaran sarapan siswa yeng terdiri dari frekuensi, dan sumbangan energi dan protein terhadap anjuran kecukupan gizi dari sarapan yang dikonsumsi oleh murid sekolah dasar. Gambaran distribusi setiap komponen konsumsi sarapan pagi tersebut dijelaskan sebagai berikut :
Frekuensi Sarapan Pagi
Frekuensi sarapan merupakan banyaknya melaksanakan sarapan pagi yang dilakukan oleh anak sekolah dasar dalam satu minggu. Penilaian frekuensi sarapan pagi diperoleh melalui kuesioner wawancara yang dilakukan secara langsung kepada siswa SD. Dikatakan „sering‟ bila siswa melakukan kegiatan sarapan pagi >5 kali dalam seminggu dan dikatakan „jarang‟ bila siswa melakukan kegiatan sarapan pagi ≤5 kali dalam seminggu. Berdasarkan hasil penelitian, frekuensi sarapan siswa SD Negeri 124400 ditampilkan pada tabel di bawah ini :
(35)
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Frekuensi Sarapan Jumlah Persentase (%)
Sering 38 70,4
Jarang 16 29,6
Jumlah 54 100,0
Pada tabel 4.3 di atas menunjukkan bahwa lebih banyak siswa yang sering melakukan sarapan pagi yaitu sebanyak 38 orang dengan persentase 70,4 %. Siswa sebanyak 37 orang (68,5%) rata-rata melakukan sarapan 7 kali dalam satu minggu, tapi masih ada juga siswa yang di jumpai hanya melakukan sarapan 4 kali dalam satu minggu yaitu sebanyak 2 orang (3,7%).
Frekuensi sarapan pagi anak sekolah dasar berdasarkan jenis kelamin siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jenis Kelamin
Frekuensi Sarapan
Jumlah Sering Jarang
N % N % N %
Laki-laki 20 69,0 9 31,0 29 100,0
Perempuan 18 72,0 7 28,0 25 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 di atas menunjukkan bahwa siswa yang lebih sering melakukan sarapan adalah siswa yang berjenis kelamin perempuan (72,0%) sedangkan siswa yang jarang melakukan sarapan pagi lebih tinggi pada siswa yang berjenis kelamin laki-laki (31,0%).
Frekuensi sarapan pagi anak sekolah dasar berdasarkan usia siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
(36)
Usia
Frekuensi Sarapan
Jumlah Sering Jarang
N % N % N %
4-6 tahun 6 85,7 1 14,3 7 100,0
7-9 tahun 10 75,0 6 25,0 24 100,0
10-12 tahun 14 60,9 9 39,1 23 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa siswa yang lebih sering melakukan sarapan adalah siswa yang berusia 4-6 tahun (85,7%), sedangkan siswa yang jarang melakukan sarapan pagi lebih tinggi pada siswa yang berusia 10-12 tahun (39,1%) .
Jumlah Energi Sarapan
Hasil penelitian jumlah energi sarapan yang diperoleh terhadap anjuran kecukupan gizi sarapan siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Energi Sarapan Pagi Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jumlah Energi Sarapan Jumlah Persentase
(%) ̅
Baik 18 33,3
462,5 kkal
Kurang 36 66,7
Jumlah 54 100,0
Berdasarkan tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah energi yang dikonsumsi saat sarapan oleh siswa SD Negeri 124400 Pematang siantar adalah 462,5 kkal. Maka dapat diketahui bahwa siswa yang mengkonsumsi jumlah energi sarapan dalam kategori kurang (< 462,5 kkal) lebih tinggi yaitu sebanyak 36 orang (66,7%), sedangkan yang mengkonsumsi jumlah energi sarapan dalam kategori baik (≥ 462,5 kkal) sebanyak 18 orang (33,3%).
(37)
Hasil penelitian jumlah energi sarapan yang diperoleh berdasarkan jenis kelamin siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Energi Sarapan Pagi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jenis Kelamin
Jumlah Energi Sarapan
Jumlah Persentase (%)
Baik Kurang
N % n %
Laki-laki 14 48,3 15 51,7 29 100,0 Perempuan 4 16,0 21 84,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh energi sarapan baik (≥ 462,5 kkal) lebih tinggi pada siswa yang bejenis kelamin laki-laki (48,3%), sedangkan siswa yang memperoleh energi sarapan pagi kategori kurang (<462,5 kkal) lebih tinggi pada siswa yang berjenis kelamin perempuan (84,0%) .
Jumlah Energi sarapan pagi anak sekolah dasar berdasarkan usia siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Energi Sarapan Pagi Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Usia
Jumlah Energi Sarapan
Jumlah
Baik Kurang
N % N % N %
4-6 tahun 6 85,7 1 14,3 7 100,0
7-9 tahun 14 58,3 10 41,7 24 100,0
10-12 tahun 11 47,8 12 52,2 23 100,0
Berdasarkan tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa siswa yang lebih tinggi memperoleh energi sarapan baik berdasarkan angka kecukupan energi sarapan adalah siswa yang berusia 4-6 tahun (85,7%) yang mengkonsumsi energi sarapan ≥ 240,0 kkal perharinya, sedangkan siswa yang memperoleh energi sarapan pagi
(38)
kurang lebih tinggi pada siswa yang berusia 10-12 tahun (85,7%) , yang mengkonsumsi energi sarapan <300,0 kkal.
Jumlah Protein Sarapan
Hasil penelitian jumlah protein sarapan yang diperoleh terhadap anjuran kecukupan gizi sarapan siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Protein Sarapan Pagi Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jumlah Protein Sarapan Jumlah Persentase
(%) ̅
Baik 19 35,2
12,2 gram
Kurang 35 64,8
Jumlah 54 100,0
Berdasarkan tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa rata-rata jumlah protein yang dikonsumsi saat sarapan oleh siswa SD Negeri 124400 Pematang siantar adalah 12,2 gram. Maka dapat diketahui bahwa siswa yang mengkonsumsi jumlah protein sarapan dalam kategori kurang (< 12,2 gram) lebih tinggi yaitu sebanyak 35 orang (64,8%), sedangkan yang mengkonsumsi jumlah protein sarapan dalam kategori baik (≥ 12,2 gram) sebanyak 19 orang (35,2%).
Hasil penelitian jumlah protein sarapan yang diperoleh berdasarkan jenis kelamin siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar yaitu sebagai berikut :
Tabel 4.10 Distribusi Jumlah protein Sarapan Pagi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jenis Kelamin
Jumlah Protein Sarapan
Jumlah Persentase (%)
Baik Kurang
N % n %
(39)
Perempuan 8 32,0 17 68,0 25 100,0 Berdasarkan tabel 4.10 diatas dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh protein sarapan dengan kategori baik (≥ 12,2 gram) lebih tinggi pada siswa yang berjenis kelamin laki-laki (37,9%), sedangkan siswa yang memperoleh protein sarapan pagi kategori kurang (<12,2 gram) lebih tinggi pada siswa yang berjenis kelamin perempuan (68,0%) .
Jumlah protein sarapan pagi anak sekolah dasar berdasarkan usia siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.11 Distribusi Jumlah Protein Sarapan Pagi Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Usia
Jumlah Protein Sarapan
Jumlah
Baik Kurang
N % N % N %
4-6 tahun 6 85,7 1 14,3 7 100,0
7-9 tahun 9 37,5 15 62,5 24 100,0
10-12 tahun 16 69,6 7 30,4 23 100,0
Berdasarkan tabel 4.11 di atas menunjukkan bahwa siswa yang lebih tinggi memperoleh protein sarapan baik berdasarkan angka kecukupan protein sarapan adalah siswa yang berusia 4-6 tahun (85,7%) yang mengkonsumsi protein sarapan ≥ 5,25 perharinya, sedangkan siswa yang memperoleh protein sarapan pagi kurang lebih tinggi pada siswa yang berusia 7-9 tahun (62,5%) , yang mengkonsumsi protein sarapan <7,35 gram perhari.
Sumbangan Zat Gizi Sarapan
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan gizi diukur dengan menggunakan jumlah energi dan protein dari sarapan pagi. Nilai rata-rata dari konsumsi zat gizi tersebut kemudian dibandingkan dengan Angka Kecukupan
(40)
Gizi (AKG) harian yang dianjurkan. Dari hasil tersebut dinyatakan dalam persen kemudian dikategorikan menjadi: cukup ( ≥15%) dan kurang (<15%).
4.3.4.1 Sumbangan Energi Sarapan
Berdasarkan hasil penelitian, sumbangan energi sarapan pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.12 Distribusi Sumbangan Energi Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Sumbangan Energi Sarapan Jumlah Persentase (%)
Cukup 30 55,6
Kurang 24 44,4
Jumlah 54 100,0
Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa sumbangan energi siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar lebih besar dalam kategori cukup yaitu 55,6%, dengan rata-rata memperoleh energi sarapan sebanyak 345,8 kkal. Berdasarkan tabel diatas juga dapat dilihat bahwa, masih ditemui siswa yang memperoleh energi kurang dari 15% yaitu sebanyak 24 orang (44,4%) terdapat yang hanya mengkonsumsi energi sebanyak 3,2% (58,9 kkal) dari anjuran konsumsi energi harian.
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan jenis kelamin pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.13 Distribusi Sumbangan Energi Sarapan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jenis Kelamin
Sumbangan Energi Sarapan
Jumlah
Cukup Kurang
N % N % N %
Laki-laki Perempuan 19 11 65,5 44,0 10 14 34,5 56,0 29 25 100,0 100,0
(41)
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat diketahui bahwa sumbangan energi sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu 19 orang (65,5%) sedangkan pada jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi kategori kurang yaitu sebanyak 14 orang (56,0%).
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan usia pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.14 Distribusi Sumbangan Energi Sarapan Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Usia
Sumbangan Energi Sarapan
Jumlah
Cukup Kurang
N % N % N %
4-6 tahun 6 85,7 1 14,3 7 100,0
7-9 tahun 14 58,3 10 41,7 24 100,0
10-12 tahun 10 43,5 13 56,5 23 100,0
Berdasarkan tabel 4.14 di atas dapat diketahui bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan usia siswa dengan kategori cukup lebih tinggi pada siswa yang berusia 4-6 tahun yaitu sebesar (85,7%), sedangkan sumbangan energi sarapan dalam kategori kurang lebih tinggi pada usia 10-12 tahun yaitu sebesar (56,5%).
4.3.4.1 Sumbangan Protein Sarapan
Berdasarkan hasil penelitian, sumbangan protein sarapan pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.15 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
(42)
Cukup 40 74,1
Kurang 14 25,9
Jumlah 54 100,0
Berdasarkan tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa sumbangan protein sarapan siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar lebih besar dalam kategori cukup yaitu 74,1%, dengan rata-rata memperoleh protein sarapan sebanyak 12,7 gram. Berdasarkan tabel diatas juga dapat dilihat bahwa, masih ditemui siswa yang memperoleh protein sarapan kurang dari 15% yaitu sebanyak 14 orang (25,9%) terdapat yang hanya mengkonsumsi protein sebanyak 8,5% dari anjuran konsumsi protein harian (4,2 gram).
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan jenis kelamin pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.16 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Jenis Kelamin
Sumbangan Protein Sarapan
Jumlah
Cukup Kurang
N % N % N %
Laki-laki Perempuan 24 16 74,1 64,0 5 9 25,9 36,0 29 25 100,0 100,0
Berdasarkan tabel 4.16 di atas dapat diketahui bahwa pada sumbangan protein sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu sebanyak 24 orang (74,1%), dan pada jenis kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan terhadap anjuran kecukupan protein kategori cukup yaitu 16 orang (36,0%).
(43)
Sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan usia pada siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar ditampilkan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.17 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Usia
Sumbangan Protein Sarapan
Jumlah
Cukup Kurang
N % N % N %
4-6 tahun 6 85,7 1 14,3 7 100,0
7-9 tahun 17 70,8 7 29,2 24 100,0
10-12 tahun 17 73,9 6 26,1 23 100,0
Berdasarkan tabel 4.17 di atas dapat diketahui bahwa sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan protein berdasarkan usia siswa dengan kategori cukup lebih tinggi pada siswa yang berusia 4-6 tahun yaitu sebesar (85,7%), sedangkan sumbangan energi sarapan dalam kategori kurang lebih tinggi pada usia 7-9 tahun yaitu sebesar (26,1%).
Status Gizi
Status gizi ditentukan dengan pengukuran antropometri berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U). Penilaian status gizi diperoleh dari hasil pengolahan berat badan dan tinggi badan siswa. Distribusi status gizi siswa berdasarkan nilai Z-score yang diperoleh dari Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.18 Distribusi Status Gizi berdasarkan IMT/U Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Status Gizi berdasrkan IMT/U Jumlah Persentase (%) Normal
Kurus Sangat Kurus
35 12 7
64,8 22,2 13,0
(44)
Pada tabel 4.18 menunjukkan bahwa berdasarkan IMT/U status gizi siswa sebagian besar adalah kategori normal yaitu sebanyak 35 orang (64,8%) dengan nilai Z-score diatas -2 SD, siswa yang mengalami status gizi kurus sebanyak 12 orang (22,2%), namun juga masih terdapat siswa yang memiliki tubuh sangat kurus yaitu sebanyak 7 orang (13,0%) dengan nilai Z-score dibawah -3SD, siswa tersebut memiliki tinggi dan berat badan masih dibawah yang ideal untuk anak usia sekolah.
Tingkat Prestasi Belajar
Tingkat prestasi belajar siswa ditentukan berdasarkan hasil raport bulanan siswa dengan menghitung rata-rata nilai seluruh mata pelajaran yang ada di raport. Nilai ≥70 masuk dalam kategori „Baik‟ dan jika nilainya <70 masuk dalam
kategori „kurang‟ (Kriteria Ketuntasan Minimal SD Negeri 124400
Pematangsiantar, 2016). Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan nilai rata-rata nilai seluruh mata pelajaran yang ada dalam raport bulanan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.19 Distribusi Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Tingkat Prestasi Belajar Jumlah Persentase (%)
Baik 41 75,9
Kurang 13 24,1
Jumlah 54 100,0
Pada tabel 4.19 menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar siswa sebagian besar adalah kategori baik yaitu sebanyak 41 orang (75,9%), sebanyak 41 siswa memiliki nilai rata-rata raport lebih besar dari batas KKM sekolah yaitu
(45)
dengan rata-rata nilai 73,2. Sedangkan terdapat siswa yang memiliki nilai dalam kategori kurang yaitu sebanyak 13 orang (24,1%).
Status Gizi Berdasarkan Konsumsi Sarapan Pagi
Konsumsi makanan seseorang berpengaruh terhadap status gizi orang tersebut.Begitu pula dengan konsumsi sarapan pagi seseorang, ketidakseimbangan antara asupan sarapan dan kebutuhan atau kecukupan sarapan akan menimbulkan masalah gizi, baik berupa masalah gizi kurang maupun gizi lebih.Status gizi siswa meliputi Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) berdasarkan konsumsi sarapan pagi siswa (frekuensi,dan jumlah zat gizi ) adalah sebagai berikut :
Status Gizi Berdasarkan Frekuensi Sarapan Pagi
Distribusi status gizi (IMT/U) siswa berdasarkan frekuensi sarapan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.20 Tabulasi Silang antara Frekuensi Sarapan Pagi dengan Status Gizi (IMT/U) Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Frekuensi Sarapan
Status Gizi
Jumlah
Normal Kurus Sangat
kurus
N % N % N % N %
Sering 26 68,4 8 21,1 4 10,5 38 100,0
Jarang 9 56,2 4 25,0 3 18,8 16 100,0
Pada tabel 4.20 menunjukkan semua siswa yang sering sarapan pagi lebih banyak yang memiliki status gizi normal. Siswa yang frekuensi sarapannya dengan kategori sering cenderung memiliki status gizi normal sebanyak 26 orang
(46)
(68,4%). Siswa yang memiliki frekuensi sarapan dengan kategori jarang memiliki status gizi normal sebanyak 9 siswa (56,2%), dan sangat kurus sebanyak 3 siswa (18,8%).
Status Gizi Berdasarkan Sumbangan Energi Sarapan Pagi
Distribusi status gizi (IMT/U) siswa berdasarkan sumbangan energi sarapan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.21 Tabulasi Silang antara Sumbangan Energi Sarapan Pagi dengan Status Gizi (IMT/U) Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Sumbangan Energi Sarapan
Status Gizi
Jumlah Normal Kurus Sangat Kurus
N % N % N % N %
Cukup 19 63,3 7 23,3 4 13,3 30 100,0
Kurang 3 56,3 5 25,0 16 18,8 24 100,0
Pada tabel 4.21 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh energi sarapan cukup sebanyak 30 orang dan 19 orang (63,3%) diantaranya memiliki status gizi normal sedangkan siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 4 orang (13,3%), sedangkan siswa yang memperoleh energi sarapan kurang sebanyak 24 orang. Dari seluruh siswa yang memperoleh energisarapan kurang, yang memiliki status gizi normal sebanyak 16 orang (56,3%) sedangkan sangat kurus sebanyak 3 orang (18,8%).
Status Gizi Berdasarkan Sumbangan Protein Sarapan Pagi
Distribusi status gizi (IMT/U) siswa berdasarkan sumbangan protein sarapan disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.22 Tabulasi Silang antara Sumbangan Protein Sarapan Pagi dengan Status Gizi (IMT/U) Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
(47)
Sumbangan Protein Sarapan
Status Gizi
Jumlah Normal Kurus Sangat Kurus
N % N % N % N %
Cukup 26 65,0 9 22,5 5 12,5 40 100,0
Kurang 9 64,3 3 21,4 2 14,3 14 100,0
Pada tabel 4.22 menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh protein sarapan cukup sebanyak 40 orang dan 26 orang (65,0%) diantaranya memiliki status gizi normal sedangkan siswa dengan status gizi sangat kurus sebanyak 5 orang (12,5%), sedangkan siswa yang memperoleh protein sarapan kurang sebanyak 14 orang. Dari seluruh siswa yang memperoleh protein sarapan kurang, yang memiliki status gizi normal sebanyak 9 orang (64,3%) sedangkan sangat kurus sebanyak 2 orang (14,3%).
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Konsumsi Sarapan Pagi
Konsumsi sarapan pagi seseorang berpengaruh pada tingkat prestasi belajar orang tersebut, Asupan gizi yang diperoleh akan mempengaruhi kecerdasan otak, terutama daya ingat anak sehingga dapat mendukung prastasi belajar anak ke arah yang lebih baik. Kebiasaan sarapan pagi pada anak untuk menunjang aktivitas sekolah agar tetap fit. Bila tidak sarapan, kadar gula darah turun padahal gula dalam darah merupakan energi utama yang sangat diperlukan bagi otak. Tingkat prestasi belajar berdasarkan konsumsi sarapan pagi siswa (frekuensi,dan jumlah zat gizi ) adalah sebagai berikut :
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Frekuensi Sarapan Pagi
Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan frekuensi sarapan pagi disajikan pada tabel di bawah in:
(48)
Tabel 4.23 Tabulasi Silang antara Frekuensi Sarapan Pagi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Frekuensi Sarapan
Tingkat Prestasi Belajar
Jumlah
Baik kurang
N % N % N %
Sering 28 73,7 10 26,3 38 100,0
Jarang 13 81,3 3 18,7 16 100,0
Pada tabel 4.23 menunjukkan bahwa berdasarkan frekuensi sarapan pagi yang lebih sering melakukan sarapan pagi lebih banyak memiliki tingkat prestasi belajar yang lebih baik yaitu sebanyak 28 orang (73,7%) sedangkan yang memiliki prestasi belajar yang kurang sebanyak 10 siswa (26,3%) dari seluruh siswa yang sering melakukan sarapan pagi. Siswa yang jarang melakukan sarapan pagi memiliki beberapa siswa yang tingkat prestasi belajarnya kurang yaitu sebanyak 3 siswa (18,7%).
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Sumbangan Energi Sarapan Pagi
Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan sumbangan energi sarapan pagi disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.24 Tabulasi Silang antara Sumbangan Energi Sarapan Pagi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Sumbangan Energi Sarapan
Tingkat Prestasi Belajar
Jumlah
Baik kurang
N % n % N %
Cukup 25 83,3 5 16,7 30 100,0
Kurang 16 66,7 8 33,3 24 100,0
Pada tabel 4.24 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan sumbangan energi sarapan yang cukup lebih banyak siswa yang memiliki tingkat prestasi belajar
(49)
yang baik yaitu sebanyak 25 orang (83,3%) dari 30 orang yang memiliki sumbangan energi sarapan yang cukup, sedangkan dari 24 orang dengan sumbangan sarapan yang kurang hanya 16 orang (66,7%) yang memiliki tingkat prestasi belajar yang baik sedangkan 8 orang (33,3%) lagi memilik tingkat prstasi belajar yang kurang.
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Sumbangan Protein Sarapan Pagi
Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan sumbangan protein sarapan pagi disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 4.25 Tabulasi Silang antara Sumbangan Protein Sarapan Pagi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Sumbangan Protein Sarapan
Tingkat Prestasi Belajar
Jumlah
Baik Kurang
N % n % N %
Cukup 30 75,0 10 25,0 40 100,0
Kurang 11 78,6 3 21,4 14 100,0
Pada tabel 4.25 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan sumbangan protein sarapan yang cukup, lebih banyak siswa yang memiliki tingkat prestasi belajar yang baik yaitu sebanyak 30 orang (75,0%) dari 40 orang yang memiliki sumbangan energi sarapan yang cukup, sedangkan dari 14 orang dengan sumbangan protein sarapan yang kurang hanya 11 orang (78,6%) yang memiliki
(50)
tingkat prestasi belajar yang baik sedangkan 3 orang (21,4%) lagi memilik tingkat prstasi belajar yang kurang.
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Status Gizi Siswa
Distribusi tingkat prestasi belajar siswa berdasarkan status gizi disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.26 Tabulasi Silang antara Status Gizi dengan Tingkat Prestasi Belajar Siswa di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016
Status Gizi
Tingkat Prestasi Belajar
Jumlah
Baik Kurang
N % n % N %
Normal 29 82,9 6 17,1 35 100,0
Kurus 7 58,3 5 41,7 12 100,0
Sangat Kurus 5 71,4 2 28,6 7 100,0
Pada tabel 4.26 diatas menunjukkan bahwa berdasarkan status gizi siswa yang normal lebih banyak siswa yang memiliki tingkat prestasi belajar yang baik yaitu sebanyak 29 orang (82,9%) dari 35 orang yang memiliki status gizi normal, sedangkan dari 7 orang dengan status gizi sangat kurus hanya 5 orang (71,4%) yang memiliki tingkat prestasi belajar yang baik sedangkan 2 orang (28,6%) lagi memilik tingkat perstasi belajar yang kurang.
(51)
(52)
Konsumsi sarapan pagi adalah berbagai informasi yang memberikan gambaran konsumsi sarapan murid sekolah dasar. Konsumsi sarapan pagi siswa sekolah dasar terdiri dari frekuensi sarapan, jumlah energi dan protein sarapan, serta sumbangan energi dan protein sarapan terhadap kebutuhan gizi harian.
Frekuensi Sarapan Pagi Siswa SD
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada umumnya siswa sekolah dasar sering melakukan sarapan pagi yaitu sebanyak 38 orang (70,4%) dengan frekuensi 6-7 kali dalam seminggu. Sarapan dilakukan pada pagi hari sebelum berangkat ke sekolah pukul 07.00 WIB (53,7%), dan sebagian besar siswa sarapan pagi di rumah (96,3%). Hal ini dapat diketahui dari hasil kuesioner wawancara sarapan pagi. Sebagian murid ada yang frekuensi sarapannya 4 kali dalam seminggu , hal ini terjadi karena anak tersebut memang tidak sarapan dari rumah dengan berbagai alasan seperti tidak sempat, dan tidak selera.
Frekuensi sarapan yang lebih sering dilakukan adalah siswa yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebesar 72,0% dan frekuensi yang jarang melakukan sarapan lebih tinggi pada siswa yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 31,0%, hal ini menunjukkan bahwa kebiasaan sarapan berkaitan dengan jenis kelamin seseorang, perempuan akan lebih sering melakukan sarapan pagi karena perempuan lebih peduli terhadap kesehatan seperti takut sakit dan tidak malas,
(53)
sedangkan anak laki-laki lebih sering mengikuti malas untuk tidak sarapan dan lebih tertarik untuk jajan di luar rumah.
Berdasarkan kategori usia, yang melakukan sarapan dengan frekuensi sering lebih tinggi pada usia 4-6 tahun yaitu sebanyak 85,7%, hal ini terjadi karena anak usia 4-6 tahun merupakan anak yang baru masuk sekolah yang masih sangat diperhatikan oleh orang tuanya terutama dalam hal makan pagi sebelum berangkat kesekolah, selain itu anak usia 4-6 tahun masih lebih mudah untuk diatur makannya tidak memilih-milih makanan.
Penelitian Ratna (2015) menunujukkan bahwa sebagian murid ada yang sarapan 3 kali dalam seminggu, dengan alasan karena anak tersebut memang tidak sarapan dari rumah dengan alasan tidak sempat, tidak ada yang menyiapkan makanan dan tidak selera. Penelitian Tutik (2013) juga mengatakan dari 52 siswa sebanyak 22,6% yang tidak memiliki kebiasan sarapan, hal ini disebabkan adanya faktor peran orang tua yang tidak sempat membuatkan sarapan pagi dikarenakan sibuk dengan pekerjaannya.
Jenis makanan sarapan yang paling sering dikonsumsi anak sekolah dasar pada saat sarapan adalah nasi dan telur ayam hanya sebagian kecil siswa yang meminum susu saat sarapan. Anak yang memiliki frekuensi jarang dalam sarapan pergi ke sekolah hanya meminum air putih dan mengandalkan jajan ketika jam istirahat sekolah saja.
Seorang anak khususnya anak usia sekolah dasar sangat memerlukan jumlah gizi yang cukup untuk mendukung perkembangan fisik dan otaknya. Anak usia sekolah dasar harus melakukan sarapan sebelum berangkat ke sekolah, hal ini
(54)
sangat penting untuk mendukung segala kegiatannya di sekolah seperti akan membantu meningkatkan konsentrasi anak dalam mengikuti pelajaran.
Jumlah Energi Sarapan Serta Sumbangan Terhadap Anjuran Kecukupan Energi
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi energi siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar sebagian besar adalah kategori cukup sebanyak 55,6%. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi saat sarapan telah memenuhi kebutuhan energi anak tersebut yaitu sekitar 240,0-500 kalori setiap harinya. Namun sumbangan energi terhadap anjuran kecukupan energi dengan kategori kurang juga masih banyak ditemukan yaitu sebanyak 44,4%. Kekurangan energi sarapan berdasarakan jenis kelamin pada perempuan dijumpai masih juga tinggi. Kekurangan energi sarapan ini menunjukkan bahwa porsi makanan dan zat gizi yang dikonsumsi saat sarapan terutama sumber energi masih sedikit sehingga tidak cukup untuk memenuhi 15%-30% dari kebutuhan energi yang dibutuhkan anak usia sekolah dasar.
Jumlah energi sarapan dalam kategori cukup lebih tinggi pada anak yang berusia4-6 tahun yaitu sebesar 85,7%, hal ini sejalan dengan frekuensi makan pagi anak sekolah dasar, semakin sering sarapan maka jumlah energi akan terpenuhi dari makanan tersebut. Jumlah energi sarapan dalam kategori kurang lebih tinggi pada anak usia 10-12 tahun yaitu sebesar 52,2%, hal ini karena anak usia tersebut sudah lebih sulit diajak untuk makan pagi dan lebih tertarik untuk jajan di luar rumah.
Rendahnya asupan zat gizi dapat disebabkan oleh karakteristik perilaku anak, salah satunya dari kebiasaan makan. Aprilia (2013) mangatakan bahwa sepertiga dari pemenuhan angka kecukupan gizi diperoleh dari makan pagi. Selain
(55)
dalam pemenuhan kecukupan gizi, sarapan terutama asupan energi dari sarapan juga mempengaruhi konsentrasi belajar anak. Kondisi ini berkaitan dengan penggunaan glukosa sebagai sumber energi, dimana glukosa akan diangkut dan digunakan sebagai nutrisi otak yang akan memengaruhi daya konsentrasi.
Penelitian Ratna (2015), kekurangan energi sarapan pada anak usia sekolah dasar dapat mengganggu aktivitas anak di sekolah termasuk aktivitas belajar. Kekurangan energi yang berlangsung lama akan mengakibatkan kekurangan gizi pada anak. Keadaan gizi yang kurang akan mengakibatkan penurunan daya tahan tubuh, terhambatnya proses tumbuh kembang, dan prestasi anak.
Jumlah Protein Sarapan Serta Sumbangan Terhadap Anjuran Kecukupan Protein
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi protein sarapan siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar sebagian besar adalah kategori cukup sebanyak 74,1%. Hal ini menunjukkan bahwa makanan yang dikonsumsi saat sarapan telah memenuhi kebutuhan protein anak tersebut. Namun sumbangan protein terhadap anjuran kecukupan protein dengan kategori kurang juga masih banyak ditemukan yaitu sebanyak 25,9%. Kekurangan protein berdasarkan jenis kelamin pada laki-laki ditemui masih tinggi.
Kekurangan protein sarapan ini menunjukkan bahwa porsi makanan dan zat gizi yang dikonsumsi saat sarapan terutama sumber protein masih sedikit sehingga tidak cukup untuk memenuhi 15%-30% dari kebutuhan protein yang dibutuhkan anak usia sekolah dasar. Seperti dalam penelitian Tutik (2013) mengatakan terdapatnya asupan dengan katagori kurang dipengaruhi oleh
(56)
faktor-faktor antara lain, jumlah makanan yang dikonsumsi kurang seimbang antara jumlah protein yang masuk dengan jumlah protein yang di keluarkan,ienis makanan yang dikonsumsi tidak memenuhi kecukupan gizi, tidak teratumya frekuensi makanan setiap harinya.
Sebagai sumber zat pembangun protein berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak. Memenuhi kebutuhan energi individual anak, protein disiapkan untuk pertumbuhan dan pemulihan jaringan. Sumber protein yang paling banyak adalah protein hewani yaitu dari ikan, telur dan ayam. Selain itu susu juga sebagai sumber protein yang cukup banyak menyumbangkan protein bagi tubuh. Bahan makanan nabati yang kaya akan protein adalah kacang-kacangan.
Faktor yang menjadi penyebab anak sekolah tidak tercukupi sumbangan proteinnya adalah menu dan jumlah makan yang tidak seimbang, karena banyak anak sekolah menu makan pagi nya hanya makan nasi putih dan setengah butir telur serta jarang meminum susu. Jumlah sarapan yang dikonsumsi tidak cukup untuk kebutuhan anak. Banyak anak sekolah makan sumber protein hewani hanya dengan porsi kecil, mereka membagi makanannya dengan adik atau kakak nya, tidak penuh satu porsi makanan itu seluruhnya untuknya.
Status Gizi
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa status gizi anak SD Negeri124400 Pematangsiantar berdasarkan IMT/U yang paling banyak adalah kategori normal sebanyak 64,8%. Siswa dengan berat badan sangat kurus juga masih dijumpain yaitu sebanyak 13,0%.
(57)
Tutik (2013) berpendapat bahwa sebagian subjek penetitian masih mengalami status gizi kurus kemungkinan adanya faktor langsung yaitu terjadinya infeksi (kronis), .asupan makanan dan factor tidak langsung yaitu pengetahuan gizi, dan pendapatan keluarga. Bila tubuh memperoleh cukup asupan gizi dan digunakan secara efisien akan tercapai status gizi optimal yang memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin.
Anak usia sekolah dasar membutuhkan asupan gizi yang baik untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangannya. Status gizi adalah gambaran keadaan gizi masa sekarang yang merupakan indikator terhadap baik tidaknya pemenuhan kebutuhan gizi seseorang. Kebutuhan gizi yang dapat terpenuhi dengan baik maka akan terwujud status gizi yang baik, sedangkan apabila kebutuhan gizi tidak terpenuhi maka akan menjadi status gizi yang kurang baik. Sesuai dengan menyebutkan untuk mencapai status gizi yang baik diperlukan pangan yang mengandung cukup zat gizi dan aman untuk dikonsumsi.
Status gizi baik sangat mempunyai peran penting pada anak terutama pada anak usia SD. Status gizi anak akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Anak yang mempunyai status gizi baik maka akan dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Sedangkan anak dengan status gizi kurang, akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangannya. Terpenuhi kebutuhan gizi anak sangat baik terutama sebagai sumber tenaga, untuk pertumbuhan, perkembangan, mengganti serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh.
(58)
Tingkat Prestasi Belajar
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa tingkat prestasi belajar anak SD Negeri 124400 Pematangsiantar yang paling banyak adalah tingkat prestasi dengan kategori baik yaitu sebanyak 75,9% sedangkan dengan kategori kurang sebanyak 24,1%. Tingkat prestasi belajar yang diperoleh dalam penelitian ini dilihat dari hasil raport bulanan siswa setiap mata pelajaran kemudian dihitung rata-rata nilainya untuk mengetahui kategori tingkat prestasinya. Jika siswa memiliki rata-rata nilai ≥70 dikategorikan baik dan jika rata-rata nilai <70 dikategorikan kurang.
Prestasi belajar merupakan ukuran keberhasilan yang diperoleh siswa selama proses belajarnya yang dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya adalah faktor gizi yang diperoleh anak. Peningkatan konsentrasi belajar dapat dicapai dengan berbagai cara, salah satunya adalah sarapan pagi. Seperti dalam penelitian Jumarni (2012) faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain status gizi adalah kebiasaan saarapan pagi pada anak, dimana gizi untuk menunjang aktivitas sekolah agar tetap fit sangat dipengaruhi oleh sarapan pagi.
Kebiasaan melewatkan sarapan akan berdampak pada fungsi kognitif secara keseluruhan. Gangguan terhadap fungsi kognitif dapat menyebabkan anak berada dalam keadaan sulit menerima pelajaran yang pada akhirnya mengganggu prestasi belajar siswa di sekolah.
(59)
Kebiasaan makan sehari-hari merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi seseorang, karena baik atau buruknya pola makan mengakibatkan baik atau tidak baiknya status gizi begitupun dengan kebiasaan sarapan pagi. Bila anak usia sekolah tidak terbiasa sarapan pagi secara terus menerus akan mengakibatkan penurunan berat badan dan daya tahan tubuh, kurang gizi dan anemia gizi bersi (Ahmad dkk, 2011).
Berdasarkan hasil penelitian di SD Negeri 124400 Pematangsiantar diperoleh bahwa siswa yang sering melakukan sarapan sebagian besar memiliki status gizi yang normal sebanyak 68,4% dan memiliki status gizi sangat kurus sebanyak 13,3%. Siswa yang jarang melakukan sarapan dengan status gizi normal sebanyak 56,3% , kurus sebanyak 25,0% dan sangat kurus 18,8%.
Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki status gizi normal sebagian besar berasal dari siswa yang sering melakukan sarapan. Pola makan yang baik dapat mempengaruhi status gizi anak. Kegiatan sarapan mempengaruhi asupan zat gizi dimana sarapan merupakan suatu kegiatan penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari tersebut, Apabila anak tidak sarapan, makan kebutuhan gizi pada anak tidak akan optimal.
Frekuensi sarapan sering tetapi status gizinya kurus dan sangat kurus ini diduga disebabkan karena kebiasaan responden yang biasanya pulang sekolah responden biasanya lebih banyak bermain dengan lingkungan sosial, sehingga responden lupa atau tidak ingin makan lagi. Selain itu responden susah untuk diajak makan siang karena responden selama perjalanan pulang ke rumah memakan jajanan yang dibeli di sekitar sekolah.
(60)
Hasil penelitian status gizi berdasarkan sumbangan energi sarapan yang diperoleh bahwa siswa dengan konsumsi energi sarapan yang cukup memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 63,3%, sedangkan yang memiliki status gizi sangat kurus hanya 13,3%. Siswa yang konsumsi energi sarapannya kurang memiliki status gizi normal 56,3% dan yang memiliki status gizi yang sangat kurus sebanyak 18,8%.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh juga menunjukkan bahwa siswa yang memiliki status gizi normal sebagian besar berasal dari siswa yang mengkonsumsi energi sarapan cukup, sedangkan semakin kurang mengkonsumsi energi sarapan maka status gizi siswa yang sangat kurus cenderung lebih besar pula.
Makanan yang dikonsumsi anak pada saat sarapan merupakan sumber energi utama untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Kebiasaan sarapan yang dilakukan akan mampu memenuhi kebutuhan gizi, sehingga status gizi anak juga menjadi baik. Penelitian Pertiwi (2014) menyatakan bahwa energi digunakan untuk memelihara fungsi dasar tubuh seperti mencerna, mengolah dan menyerap makanan alat pencernaan, serta untuk bergerak, berjalan, dan berktivitas lainnya.
Sarapan pagi yang mengandung energi cukup memberikan kontribusi terhadap intake gizi harian anak sehingga dengan adanya sarapan pagi dapat meningkatkan kualitas dan kecukupan gizi pada anak usia sekolah.
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa sumbangan energi sarapan terhadap anjuran kecukupan energi berdasarkan jenis kelamin laki-laki lebih banyak memiliki kategori cukup yaitu 19 orang (65,5%) sedangkan pada jenis
(61)
kelamin perempuan lebih banyak memiliki sumbangan sarapan terhadap anjuran kecukupan energi kategori kurang yaitu sebanyak 14 orang (56,0%). Hal ini menunjukkan bahwa anak laki-laki mengkonsumsi jenis makanan dengan jumlah dan memiliki energi yang lebih banyak dibandingkan dengan perempuan. Kandungan energi yang dikonsumsi anak perempuan tidak dapat memenuhi 15% dari kecukupan gizi hariannya.
Hasil penelitian status gizi berdasarkan sumbangan protein sarapan yang diperoleh bahwa siswa dengan konsumsi protein sarapan yang cukup cenderung memiliki status gizi yang normal yaitu sebanyak 65,0%, sedangkan yang memiliki status gizi sangat kurus hanya 12,5%. Siswa yang konsumsi protein sarapannya kurang memiliki status gizi normal 64,3% dan yang memiliki status gizi yang sangat kurus sebanyak 14,3%.
Berdasarkan persentase tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang mengkonsumsi ptotein cukup dan memiliki status gizi yang normal lebih besar persentasenya daripada siswa yang mengkonsumsi protein kurang dan memiliki status gizi normal. Sedangkan siswa yang mengkonsumsi protein kurang, lebih besar persentasenya memiliki status gizi kurus dan sangat kurus daripada siswa yang mengkonsumsi protein sarapan yang cukup.
Pengaruh sarapan terhadap status gizi yaitu melalui pemenuhan zat gizi karena sarapan dapat menyumbangkan zat gizi perarinya. Anak yang tidak sarapan akan berisiko kekurangan zat gizi yang apabila berlangsung lama akan mempengaruhi status gizi anak tersebut. Gizi kurang dan gizi lebih terjadi apabila terdapat ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan pengeluaran energi.
(62)
Tingkat Prestasi Belajar Berdasarkan Konsumsi Sarapan pagi
Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang diperoleh oleh masing-masing anak setelah mengikuti pembelajaran yang dinyatakan dengan skor atau nilai. Penelitian prestasi belajar anak diukur dengan menggunakan rata-rata nilai raport bulanan, yang dikategorikan menjadi dua yaitu cukup apabila rata-rata nilai ≥ 70 dan kurang apabila rata-rata nilai <70.
Sarapan kegiatan yang sangat penting dilakukan untuk pemenuhan gizi seimbang serta dapat memengaruhi daya pikir dan aktivitas anak, sarapan pagi sebaiknya dilakukan setiap hari dengan menu sarapan yang lengkap dan mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan tubuh hingga dapat memberikan nutrisi yang baik untuk kadar gula darah turun padahal gula dalam darah merupakan energi utama yang sangat diperlukan bagi otak.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 124400 Pematangsiantar, diperoleh data yang menunjukkan bahwa siswa yang sering melakukan sarapan pagi cenderung memiliki tingkat prestasi belajar yang baik sebanyak 73,7%, sedangkan yang memiliki tingkat prestasi belajar yang kurang sebanyak 26,3%. Tingkat prestasi belajar siswa yang jarang melakukan sarapan sebanyak 81,3% memiliki tingkat prestasi belajar yang baik, namun juga diperoleh data bahwa jumlah siswa yang jarang melakukan sarapan dengan tingkat prestasi belajar yang kurang juga masih banyak yaitu sebanyak 18,7%. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar selain kebiasaan sarapan, diantaranya faktor fisiologis (jasmani), faktor psikologis,
(1)
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Kandungan Gizi Makanan Sarapan per 100 Gram ... 12 Tabel 2.2 Kebutuhan Energi pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 19
(2)
Tabel 2.3 Kebutuhan Karbohidrat pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 19 Tabel 2.4 Angka Kecukupan Protein pada Anak Usia Sekolah Dasar ... 20 Tabel 2.5 Klasifikasi IMT Berdasarkan WHO ... 24 Tabel 2.6 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi berdasarkan IMT/U
Anak Umur 5-18 Tahun ... 24 Tabel 3.1 Jumlah Gizi Sarapan Pagi ... 34 Tabel 3.2 Kategori dan Ambang Batas Status Gizi berdasarkan IMT/U
Anak Umur 5-18 Tahun ... 35 Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin di SD Negeri
124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 37 Tabel 4.2 Distribusi Siswa Berdasarkan Umur di SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 38 Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 39 Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 39 Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Sarapan Pagi Berdasarkan Usia Pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 40 Tabel 4.6 Distribusi Jumlah Energi Sarapan Pagi Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 40
Tabel 4.7 Distribusi Jumlah Energi Sarapan Pagi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 41 Tabel 4.8 Distribusi Jumlah Energi Sarapan Pagi Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 41 Tabel 4.9 Distribusi Jumlah Protein Sarapan Pagi Terhadap Anjuran Kecukupan Gizi Sarapan pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 42 Tabel 4.10 Distribusi Jumlah Protein Sarapan Pagi Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 43 Tabel 4.11 Distribusi Jumlah Protein Sarapan Pagi Berdasarkan Usia Pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 43 Tabel 4.12 Distribusi Sumbangan Energi Sarapan Pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 44 Tabel 4.13 Distribusi Sumbangan Energi Sarapan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 45 Tabel 4.14 Distribusi Sumbangan Energi Sarapan Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 45 Tabel 4.15 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan pada Siswa SD Negeri
(3)
Tabel 4.16 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 46 Tabel 4.17 Distribusi Sumbangan Protein Sarapan Berdasarkan Usia pada Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 47 Tabel 4.18 Distribusi Status Gizi Berdasarkan IMT/U Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 48
Tabel 4.19 Distribusi Tingkat Prestasi Belajar Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 49 Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Frekuensi Sarapan Pagi dengan Status Gizi (IMT/U) Siswa SD Negeri 124400 Pematangsiantar Tahun 2016 ... 46
DAFTAR GAMBAR
Halaman
(4)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Kuesioner Wawancara Sarapan Pagi……….68
Lampiran 2. Formulir Wawancara Sarapan Pagi………69
Lampiran 3. Surat Izin Penelitian………70
Lampiran 4. Surat Selesai Penelitian………...71
Lampiran 5. Master Data………72 ………..
(5)
Lampiran 7. Output Tabel Crosstabs………..81 Lampiran 8. Dokumentasi Penelitian………..87
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Cahaya Elisabet Rumapea
Tempat Lahir : Pematang Siantar Tanggal Lahir : 29 September 1994
(6)
Agama : Kristen Protestan
Nama Ayah : Arifin Rumapea
Suku Bangsa Ayah : Batak Toba
Nama Ibu : Lastrida Sianturi
Suku Bangsa Ibu : Batak Toba
Pendidikan Formal
SD Negeri 124400 Pematangsiantar : Tahun 2000-2006
SMP Negeri 7 Pematangsiantar : Tahun 2006-2009
SMA Swasta Teladan Pematangsiantar : Tahun 2009-2012