Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Scene Musik Indie “SOHC” dalam Mempertahankan Eksistensi di Kota Salatiga T1 362012079 BAB II

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penelitian skripsi ini dilandasi oleh teori dasar mengenai komunikasi yang berhubungan dan sebagai acuan untuk pemecahan masalah, baik secara sistematis dan teoritis.

2.1 Proses Komunikasi

Sebuah proses komunikasi memang selalu melalui beberapa tahapan tertentu agar sebuah komunikasi berjalan dengan lancar, memang tidak semua komunikasi yang dilakukan bisa berjalan dengan lancar, pasti selalu ada gangguan atau noise di beberapa bagian proses komunikasi tadi. Seperti yang diungkapkan oleh Ruslan bahwa : “Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator dan kepada penerima pesan sebagai komunikan tersebut bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antara kedua belah pihak” (Ruslan, 2006:81). Proses komunikasi sendiri di bagi menjadi 2 jenis, yaitu komunikasi primer dan komunikasi sekunder, dimana proses komunikasi primer ini dilakukan secara langsung dengan berhadapan dengan komunikan, dan menggunakan bahasa, lambang, isyarat, gambar, dan lain – lain. Namun yang paling sering di gunakan adalah dengan menggunakan bahasa.Dan komunikasi sekunder, adalah komunikasi yang menggunakan sebuah media perantara, setelah menggunakan bahasa sebagai media pengirim pesan pertama. Komunikasi sekunderi ini dilakukan oleh seorang komunikator jika ingin menjangkau komunikan yang jangkauannya jauh, biasanya menggunakan media sekunder seperti televisi, redio, majalah, koran, dan lain – lain.


(2)

2.2 Pola Komunikasi

Pola komunikasi merupakan model dari proses komunikasi, sehingga dengan adanya berbagai macam model komunikasi dan bagian dari proses komunikasi akan dapat ditemukan pola yang cocok dan mudah digunakan dalam berkomunikasi. Pola komunikasi identik dengan proses komunikasi, karena pola komunikasi merupakan bagian dari proses komunikasi. Proses komunikasi merupakan rangkaian dari aktivitas menyampaikan pesan sehingga diperoleh feedback dari penerima pesan. Dari proses komunikasi, akan timbul pola,model, bentuk dan juga bagianbagian kecil yang berkaitan erat dengan proses komunikasi. kategori pola komunikasi yaitu; pola komunikasi komunikasi primer, pola komunikasi sekunder, pola komunikasi linear, dan pola komunikasi sirkular.Pola komunikasi ini didasari atas model sederhana yang dibuatAristoteles, sehingga mempengaruhi Harold D. Lasswell, seorang sarjanapolitik Amerika yang kemudian membuat model komunikasi yang dikenaldengan formula Lasswell pada tahun 1984 (Wiryanto, 2005:17)

 Pola komunikasi primer merupakan suatu proses penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan suatu simbol sebagai media atau saluran. Dalam pola ini terbagi menjadi dua lambang yaitu lambang verbal dan lambang non verbal

 Pola komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang pada media pertama. Komunikator menggunakan media kedua ini karena yang menjadi sasaran komunikasi yang jauh tempatnya, atau banyak jumlahnya

 Pola Komunikasi Linear. Linear di sini mengandung makna lurus yang berarti perjalanan dari satu titik ke titik lain secara lurus, yang


(3)

berarti penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal. Jadi dalam proses komunikasi ini biasanya terjadi dalam komunikasi tatap muka, tetapi juga adakalanya komunikasi bermedia.

 Pola Komunikasi Sirkular. Sirkular secara harfiah berarti bulat, bundar atau keliling. Dalam proses sirkular itu terjadinya feedback atau umpan balik, yaitu terjadinya arus dari komunikan ke komunikator, sebagai penentu utama keberhasilan komunikasi.

Komunikasi internal organisasi adalah proses penyampaian pesan antara anggota-anggota organisasi yang terjadi untuk kepentingan organisasi, seperti komunikasi antara pimpinan dengan bawahan, antara sesama bawahan, dsb. Proses komunikasi internal ini bisa berwujud komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi kelompok. Juga komunikasi bisa merupakan proses komunikasi primer maupun sekunder (menggunakan media massa). Komunikasi internal ini lazim dibedakan menjadi dua, yaitu:

 Komunikasi vertikal, yaitu komunikasi dari atas ke bawah dan dari bawah ke atas. Komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan dari bawahan kepada pimpinan. Dalam komunikasi vertikal, pimpinan memberikan instruksi-instruksi, petunjuk-petunjuk, informasi-informasi, dll kepada bawahannya. Sedangkan bawahan memberikan laporan-laporan, saran-saran, pengaduan-pengaduan, dsb. kepada atasan.

 Komunikasi horizontal atau lateral, yaitu komunikasi antara sesama seperti dari kepada karyawan, manajer kepada manajer. Pesan dalam komunikasi ini bisa mengalir di bagian yang sama di dalam organisasi atau mengalir antarbagian. Komunikasi lateral ini


(4)

memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:

 Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi, press release, artikel surat kabar atau majalah, pidato radio, film documenter, brosur, leaflet, poster, konferensi pers.

 Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi (Efendy, 2008:30)

2.3 Teori Fungsional

Kata eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2005:288) diartikan sebagai hal berada; keberadaan. Sedangkan Eksistensi menurut Abidin Zaenal (2007:16), suatu proses yang dinamis, suatu ‘menjadi’ atau ‘mengada’. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar


(5)

dari, ‘melampaui’ atau ‘mengatasi’. Konsep eksistensi dalam hal ini di tujukan kepada SOHC, dimana SOHC sebagai salah satu komunitas musik indie yang masih bertahan di Salatiga, dengan kehadiran banyak komunitas – komunitas musik indie lain di Salatiga, dan juga dengan banyaknnya kemunculan komunitas – komunitas indie lain bukan hanya komunitas musik di Salatiga, SOHC masih tetap eksis dan bertahan hingga sekarang. Untuk mengetahui bagaimana cara SOHC mempertahankan eksistensinya di kota Salatiga hingga sekarang, penulis menggunakan teori Fungsional untuk meneliti bagaimana SOHC masih bisa eksis hingga sekarang.

Teori fungsional tentang perubahan ini dicetuskan oleh (Parsons, 1975:64). Dalam teorinya Parsons menganalogikan perubahan sosial dalam masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup. Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi.

Fungsi dikaitkan sebagai segala kegiatan yang diarahkan kepada memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Ada empat persyaratan mutlak yang harus ada supaya masyarakat bisa berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari Adaption, Goal attainment, Integration, dan Latency. Demi keberlangsungan hidupnya, maka masyarakat harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yakni;

1. Adaptasi (adaptation): supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya.

2. Pencapain tujuan (goal attainment): sebuah sistem harus mampu menentukan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu.


(6)

3. Integrasi (integration): masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal. 4. Latency atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada: setiap masyarakat

harus mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan mepertahankan motivasi-motivasi itu.


(7)

2.4 Penelitian Pendukung

Penelitian yang membahas tentang Pola Komunikasi juga telah dibuat oleh Riezki Hadi Safitri dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret pada tahun 2012 dengan judul Pola Komunikasi Slankers Club Solo Dalam Mempertahankan Eksistensi Komunitas. Penelitian ini membahas tentang Pola Komunikasi pada Slankers Club Solo, mengingat banyaknya komunitas lain yang bermunculan di Kota Solo. Cara mempertahankan eksistensi komunitas ini sendiri, merubah persepsi masyarakat tentang Komunitas Slankers Club Solo ini sendiri. Penelitian ini menggunakan metode observasi partisipan dengan lama penelitian selama tiga bulan. Informan diantaranya adalah penasehat komunitas, wakil ketua komunitas dan beberapa anggota yang telah lama bergabung dengan komunitas Slankers Club Solo. Penelitian ini menghasilkan bahwa eksistensi Slankers Club Solo ini tetap terjaga karena mereka mengadakan banyak acara dengan melalui proses, sebelum terlaksana dan hingga terlaksannya acara komunitas ini menggunakan struktur pola lingkaran dan roda. Mereka menggunakan berbagai macam media untuk mempertahankan eksistensinya, dan juga menggunakan situs jejaring sosial Facebookuntuk menjalin komunikasi dengan slankers lainnya yg ada di indonesia.

Penelitian yang membahas tentang Pola komunikasi dan Eksistensi selanjutnya juga telah di buat oleh Adhitia, Fajar Nugraha dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 2014dengan judul Pola Komunikasi Anggota Breakdance “Poker” Kota Serang Dalam Mempertahankan Eksistensi Komunitasnya.Penelitian ini juga membahas tentang Pola Komunikasi dan Eksistensi, komunitas Breakdance Poker yang ada di kota Serang. Komunitas ini masih terus eksis hingga 10 tahun di tengah komunitas lainnya di kota Serang. Komunitas ini tidak memiliki struktur organisasi yang baku namun masih tetap eksis hingga 10 tahun. penelitian ini berusaha memaknai pola komunikasi yang terjadi pada komunitas


(8)

berjumlah 4 orang yang diambil dari anggota komunitas breakdance Poker. Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunitas breakdance Poker menggunakan pola serentak dalam komunikasi internal dan pola berurutan dalam komunikasi eksternalnya. Poker menerapkan komunikasi dua arah baik untuk meminimalisir hambatan komunikasi yang terjadi. Adapun hambatan komunikasi yang terjadi pada komunitas ini umumnya berupa hambatan fisik dan hambatan motivasi. Dari pola komunikasi internal dan eksternal tadi dan dengan meminimalisir hambatan komunikasi, komunitas breakdance Poker bisa mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat, terbukti 10 tahun mereka masih tetap solid meskipun mereka tidak memiliki struktur kepengurusan yang baku, ini membuktikan bahwa dari komunikasi internal dan eksternal yang berjalan dengan baik maka bisa membawa sebuah komunitas terus menjaga ke eksistensiannya.

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yang berbeda dari penelitian yang sebelumnya, seperti yang diketahui penelitian tentang pola komunikasi memang sudah banyak di lakukan sebelumnya. Namun disini peneliti melakukan penelitian yang berbeda dari yang sudah ada, dimana peneliti akan meneliti Pola Komunikasi, Pola komunikasi Internal lalu dihubungkan dengan Eksistensi dari komunitas itu sendiri.


(9)

2.5 Kerangka pikir

KOMUNITAS

SOHC

KOMUNIKASI EKSTERNAL

POLA KOMUNIKASI

EKSISTENSI

KOMUNIKASI INTERNAL TEORI

FUNGSIONAL / AGIL


(1)

memperlancar pertukaran pengetahuan, pengalaman, metode, dan masalah. Hal ini membantu organisasi untuk menghindari beberapa masalah dan memecahkan yang lainnya, serta membangun semangat kerja dan kepuasan kerja.

Komunikasi eksternal organisasi adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Pada organisasi besar, komunikasi ini lebih banyak dilakukan oleh kepala hubungan masyarakat dari pada pimpinan sendiri. Yang dilakukan sendiri oleh pimpinan hanyalah terbatas pada hal-hal yang ianggap sangat penting saja. Komunikasi eksternal terdiri dari jalur secara timbal balik:

 Komunikasi dari organisasi kepada khalayak. Komunikasi ini dilaksanakan umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidaknya ada hubungan batin. Komunikasi ini dapat melalui berbagai bentuk, seperti: majalah organisasi, press release, artikel surat kabar atau majalah, pidato radio, film documenter, brosur, leaflet, poster, konferensi pers.

 Komunikasi dari khalayak kepada organisasi. Komunikasi dari khalayak kepada organisasi merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan dan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi (Efendy, 2008:30)

2.3 Teori Fungsional

Kata eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Alwi, 2005:288) diartikan sebagai hal berada; keberadaan. Sedangkan Eksistensi menurut Abidin Zaenal (2007:16), suatu proses yang dinamis, suatu ‘menjadi’ atau ‘mengada’. Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar


(2)

11 dari, ‘melampaui’ atau ‘mengatasi’. Konsep eksistensi dalam hal ini di tujukan kepada SOHC, dimana SOHC sebagai salah satu komunitas musik indie yang masih bertahan di Salatiga, dengan kehadiran banyak komunitas – komunitas musik indie lain di Salatiga, dan juga dengan banyaknnya kemunculan komunitas – komunitas indie lain bukan hanya komunitas musik di Salatiga, SOHC masih tetap eksis dan bertahan hingga sekarang. Untuk mengetahui bagaimana cara SOHC mempertahankan eksistensinya di kota Salatiga hingga sekarang, penulis menggunakan teori Fungsional untuk meneliti bagaimana SOHC masih bisa eksis hingga sekarang.

Teori fungsional tentang perubahan ini dicetuskan oleh (Parsons, 1975:64). Dalam teorinya Parsons menganalogikan perubahan sosial dalam masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup. Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan masyarakat secara keseluruhan dalam hal fungsi dari elemen-elemen konstituennya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi.

Fungsi dikaitkan sebagai segala kegiatan yang diarahkan kepada memenuhi kebutuhan atau kebutuhan-kebutuhan dari sebuah sistem. Ada empat persyaratan mutlak yang harus ada supaya masyarakat bisa berfungsi. Keempat persyaratan itu disebutnya AGIL. AGIL adalah singkatan dari Adaption, Goal attainment, Integration, dan Latency. Demi keberlangsungan hidupnya, maka masyarakat harus menjalankan fungsi-fungsi tersebut, yakni;

1. Adaptasi (adaptation): supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya.

2. Pencapain tujuan (goal attainment): sebuah sistem harus mampu menentukan dan berusaha mencapai tujuan-tujuan yang telah dirumuskan itu.


(3)

3. Integrasi (integration): masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen-komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal. 4. Latency atau pemeliharaan pola-pola yang sudah ada: setiap masyarakat

harus mempertahankan, memperbaiki, dan membaharui baik motivasi individu-individu maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan mepertahankan motivasi-motivasi itu.


(4)

13 2.4 Penelitian Pendukung

Penelitian yang membahas tentang Pola Komunikasi juga telah dibuat oleh Riezki Hadi Safitri dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret pada tahun 2012 dengan judul Pola Komunikasi Slankers Club Solo Dalam Mempertahankan Eksistensi Komunitas. Penelitian ini membahas tentang Pola Komunikasi pada Slankers Club Solo, mengingat banyaknya komunitas lain yang bermunculan di Kota Solo. Cara mempertahankan eksistensi komunitas ini sendiri, merubah persepsi masyarakat tentang Komunitas Slankers Club Solo ini sendiri. Penelitian ini menggunakan metode observasi partisipan dengan lama penelitian selama tiga bulan. Informan diantaranya adalah penasehat komunitas, wakil ketua komunitas dan beberapa anggota yang telah lama bergabung dengan komunitas Slankers Club Solo. Penelitian ini menghasilkan bahwa eksistensi Slankers Club Solo ini tetap terjaga karena mereka mengadakan banyak acara dengan melalui proses, sebelum terlaksana dan hingga terlaksannya acara komunitas ini menggunakan struktur pola lingkaran dan roda. Mereka menggunakan berbagai macam media untuk mempertahankan eksistensinya, dan juga menggunakan situs jejaring sosial Facebookuntuk menjalin komunikasi dengan slankers lainnya yg ada di indonesia.

Penelitian yang membahas tentang Pola komunikasi dan Eksistensi selanjutnya juga telah di buat oleh Adhitia, Fajar Nugraha dari Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa pada tahun 2014dengan judul Pola Komunikasi Anggota Breakdance “Poker” Kota Serang Dalam Mempertahankan Eksistensi Komunitasnya.Penelitian ini juga membahas tentang Pola Komunikasi dan Eksistensi, komunitas Breakdance Poker yang ada di kota Serang. Komunitas ini masih terus eksis hingga 10 tahun di tengah komunitas lainnya di kota Serang. Komunitas ini tidak memiliki struktur organisasi yang baku namun masih tetap eksis hingga 10 tahun. penelitian ini berusaha memaknai pola komunikasi yang terjadi pada komunitas breakdance Poker melalui wawancara dan observasi. Informan penelitian


(5)

berjumlah 4 orang yang diambil dari anggota komunitas breakdance Poker. Berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan, hasil penelitian ini menunjukan bahwa komunitas breakdance Poker menggunakan pola serentak dalam komunikasi internal dan pola berurutan dalam komunikasi eksternalnya. Poker menerapkan komunikasi dua arah baik untuk meminimalisir hambatan komunikasi yang terjadi. Adapun hambatan komunikasi yang terjadi pada komunitas ini umumnya berupa hambatan fisik dan hambatan motivasi. Dari pola komunikasi internal dan eksternal tadi dan dengan meminimalisir hambatan komunikasi, komunitas breakdance Poker bisa mempertahankan eksistensinya di tengah masyarakat, terbukti 10 tahun mereka masih tetap solid meskipun mereka tidak memiliki struktur kepengurusan yang baku, ini membuktikan bahwa dari komunikasi internal dan eksternal yang berjalan dengan baik maka bisa membawa sebuah komunitas terus menjaga ke eksistensiannya.

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis merupakan penelitian yang berbeda dari penelitian yang sebelumnya, seperti yang diketahui penelitian tentang pola komunikasi memang sudah banyak di lakukan sebelumnya. Namun disini peneliti melakukan penelitian yang berbeda dari yang sudah ada, dimana peneliti akan meneliti Pola Komunikasi, Pola komunikasi Internal lalu dihubungkan dengan Eksistensi dari komunitas itu sendiri.


(6)

15 2.5 Kerangka pikir

KOMUNITAS

SOHC

KOMUNIKASI EKSTERNAL

POLA KOMUNIKASI

EKSISTENSI

KOMUNIKASI INTERNAL TEORI

FUNGSIONAL / AGIL


Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Scene Musik Indie “SOHC” dalam Mempertahankan Eksistensi di Kota Salatiga T1 362012079 BAB I

0 0 6

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Scene Musik Indie “SOHC” dalam Mempertahankan Eksistensi di Kota Salatiga T1 362012079 BAB IV

0 0 12

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Scene Musik Indie “SOHC” dalam Mempertahankan Eksistensi di Kota Salatiga T1 362012079 BAB V

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Scene Musik Indie “SOHC” dalam Mempertahankan Eksistensi di Kota Salatiga

0 0 15

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pola Komunikasi Scene Musik Indie “SOHC” dalam Mempertahankan Eksistensi di Kota Salatiga

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB II

1 4 9

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB IV

0 0 20

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Youth Krew Salatiga dalam Mempertahankan Eksistensi Kelompok T1 362007026 BAB V

0 0 14

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Komunikasi Komunitas Futsal Youthkrew Premier League dalam Eksistensi di Kota Salatiga T1 BAB II

0 0 12