UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF DI SMA NEGERI 2 TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH.

(1)

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR

MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS

DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF

DI SMA NEGERI 2 TAKENGON

KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Konsentrasi Kepengawasan

Oleh :

WINNI YUSRA

8126132068

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR

MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS

DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF

DI SMA NEGERI 2 TAKENGON

KABUPATEN ACEH TENGAH

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Konsentrasi Kepengawasan

Oleh :

WINNI YUSRA

8126132068

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(3)

(4)

(5)

i

ABSTRACT

Winni Yusra, The Efforts to Improve Teaching Basic Skills of Teachers through Collaborative Clinical Supervision Approach in SMAN 2 Takengonin Central Aceh district. Thesis, Educational Administration Studies Program. State University of Medan.2014.

This Action research wants to know if through clinical supervision with a collaborative approach can improve the teaching basic skills of teachers. The purpose of this research is to improve the skills of teachers to ask, to reinforsemen the strengthening, to open and close the lessons and skills in managing classroom teachers, through collaborative clinical supervision in SMAN 2 Takengon. This study uses Action research model, referring to the research model designed to process Kemmis cycle (cyclical) consisting of four (4) phases namely planning activities (planning), action (action), observed (observation), and reflect (reflectif). These stages do perindividu repeated until the problems of teachers in implementing the 4 teachers to teach the basic skills can be resolved. The results of the data analysis was the first cycle (one) 67.52%, while in the second cycle 86.16%. From the description it can be seen that there has been an increase in the average value of the skills of teachers, the first cycle to the second cycle in the amount of 86.16%-67.52% =18.64 %. Thus the application of clinical supervise on with a collaborative approach to teaching basic skills to in crease fourth teacher at SMAN 2 Takengon as evidenced by the increase of the skills of each cycle I to cycle II. It is expected to all school superintendents in order to guide teachers through clinical supervision, because many teachers need guidance and support from the school inspector, so that teacher quality will be better and more enjoyable to teach students.


(6)

ABSTRAK

Winni Yusra,Upaya Peningkatan Keterampilan Dasar Mengajar Guru Melalui Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Kolaboratif Di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Tesis, Program Studi Administrasi Pendidikan, Pascasarjana Universitas Negeri Medan. 2014.

Penelitian tindakan sekolah (PTS) ini pada dasarnya ingin mengetahui apakah melalui supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajar guru.Selain itu tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan guru dalam bertanya, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan guru dalam mengelola kelas , melaui supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif di SMA Negeri 2 Takengon. Penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan sekolah, mengacu pada model penelitian Kemmis yang dirancang dengan proses siklus terdiri dari 4 fase kegiatan yaitu merencanakan (planning), melakukan tindakan (action), mengamati (observation), dan merefleksi (reflectif). Tahapan ini terus berulang dilakukan perindividu sampai permasalahan guru dalam menerapkan 4 keterampilan dasar mengajar guru tersebut dapat teratasi.Hasil analisis data guru dalam menerapkan 4 keterampilan dasar mengajar yaitu pada siklus I adalah 67,52%, sedangkan pada siklus II adalah 86,16%. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa telah terjadi peningkatan nilai rata-rata keterampilan guru yaitu dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 86,16% – 67,52% = 18,64%.Dengan demikian penerapan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatakan keempat keterampilan dasar mengajar guru di SMA Negeri 2 Takengon yang dibuktikan dengan adanya peningkatan masing-masing keterampilan dari siklus I ke siklus II. Untuk itu diharapkan kepada semua pengawas sekolah agar dapat membimbing semua guru melalui kegiatan supervisi klinis, karena banyak para guru yang membutuhkan pembinaan dan bantuan dari para pengawas sekolah, dengan harapan kualitas pembelajaran guru akan menjadi lebih baik dan menyenangkan bagi siswa yang diajarnya.


(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah Yang Maha Kuasa yang selalu memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Tesis ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulisan tesis ini dapat terselesaikan berkat bantuan dan dorongan dari baerbagai pihak baik moril maupun materil, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bantuan dan dorongan yang telah diberikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan rahmad dari Allah SWT, Amiin.

Rasa terima kasih terutama penulis sampaikan kepada bapak Dr. Irsan Rangkuti, M.Pd., M. Si selaku pembimbing I, serta Prof. Dr. Sahat Siagian, M Pd selaku pembimbing II yang telah membeikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Tidak ketinggalan juga rasa terima kasih penulis ucapkan kepada narasumber yaitu bapak Prof. Dr. Belfrik Manullang, Prof. Dr. Abdul Hasan Saragih, M.Pd, serta bapak Dr. Saut Purba, M.Pd atas beberapa kontribusinya dalam penelitian ini. Tak lupa juga rasa terima kasih penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si. Selaku Rektor Universitas Negeri Medan

2. Prof. Dr. Abdul Muin Sibuea, M.Pd. Selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, yang telah memberikan fasilitas belajar selama penulis mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.


(8)

3. Bapak Dr. Ir. Darwin, M.Pd dan Dr. Paningkat Siburian, M.Pd. Selaku ketua dan sekretaris yang baru pada Prodi Administrasi Pendidikan PPs. Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Prof. Dr. H. Syaiful Sagala,M.Pd dan Dr. Yassaratodo Wau, M.Pd. Selaku ketua dan sekretaris yang lama pada Prodi Administrasi Pendidikan PPs. Universitas Negeri Medan.

5. Para Dosen Program Studi Administrasi Pendidikan dan Civitas akademik Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah berperan dalam memberikan ilmu serta bantuan kepada penulis selama perkuliahan hingga selesai, pengalaman, dan kematangan berpikir, sehingga dapat digunakan untuk penyelesaian tesis ini.

6. P2TK Dikmen Kemendiknas yang sudah memberikan bantuan materi dalam bentuk beasiswa penuh kepada penulis.

7. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah dan Ibu kepala sekolah bersama seluruh dewan guru yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian tesis ini.

8. Seluruh Dewan guru / dan pegawai yang ada di SMA negeri 2 Takengon, khususnya lima orang guru latih yang telah bersedia memberikan kesempatan kepada penulis untuk menjadi observer dalam penelitian ini. 9. Semua rekan-rekan mahasiswa kepengawasan angkatan pertama, yang juga

banyak memberikan sumbangsih berupa saran kepada penulis selama ini 10.Semua keluarga besarku, ayahanda Alm . H. Mujahidin Amran, dan bunda

ku Hj. Marwati berserta ayahanda H. M. Salim, BA, semoga diberikan sembuhan penyakitnya dan bunda Hj. Darmila (mertua), semua kakanda dan


(9)

v

dinda secara bersama-sama telah memberikan motivasi, dorongan moral,

material dan do’a selama penulis mengikuti perkuliahan dan penyelesaian

tesis ini.

Selanjutnya rasa trimakasih yang teristimewa penulis ucapkan kepada istri terkasih dan tersayang Elvida Yurni, AMD, Keb bersama ke dua putra/putri tercinta Faisa Yusvini dan Habib Wadha yang slalu pengertian, tabah, sabar menunggu, dan rela ditinggalkan walaupun dengan berat hati selama penulis mengikuti perkuliahan.

Penulis menyadari masih banyak kelemahan-kelemahan baik sigi isi maupun tata bahasanya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritikan yang membangun dari pembaca demi kesumpunaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan.

Medan, Mei 2014 Peneliti


(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL……….. ix

DAFTAR GAMBAR……….. x

DAFTAR LAMPIRAN……….. xii

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah……….. ... 10

C. Batasan Masalah………... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Pernelitian Tindakan ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II . KAJIAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN ... 14

A. KAJIAN TEORETIS………. 14

1. Keterampilan Dasar Mengajar Guru ... 14

a. Keterampilan Menjelaskan………. 17

b. Keterampilan Mengadakan Variasi……… 18

c. Keterampilan Membimbing Kelompok Diskusi Kelompok Kecil……… 18

d. Keterampilan Kelompok Dan Perorangan……… 19

e. Keterampilan Bertanya... 20

f. Keterampilan Memberi Penguatan ... 23

g. Keterampilan Membukan dan Menutup Pelajaran ... 27

h. Keterampilan Mengelola Kelas ... 32

2. Supervisi Klinis ... 36


(11)

vii

b. Fungsi Supervisi Klinis……… 44

c. Prinsip-prinsip dan Teknik Supervisi Klinis ... 45

d. Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Kolaboratif……… 48

B. Hasil Penelitian yang Relevan……… 55

C. Kerangka Berpikir……… 56

D. Hipotesa Tindakan………... 58

BAB. III . METODELOGI PENELITIAN……… ... 59

A. Tempat dan Waktu Penelitian………. ... 59

B. Subjek Penelitian……… ... 59

C. Desain Tindakan………. ... 60

D. Prosedur Tindakan……… 61

E. Devenisi Oprasional Variabel……… ... 65

F. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data……….. . 66

G. Teknik Analisa Data ... 66

H. Kriteria Keberhasilan Tindakan……….. ... 66

I. Evaluasi Tindakan……….. ... 67

BAB. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… ... 70

A. Hasil Penelitian……….. ... 70

1. Siklus Pertama……… ... 70

2. Hasil Pelaksanaan Siklus I……….. ... 71

3. Refleksi Pelaksanaan Siklus I……… ... 75

B. Siklus Dua……… ... 76

C. Pembahasan………. … 88

BAB. V KESIMPULAN IMPILIKASI DAN SARAN…….. ... 90

A. Simpulan……… 90

B. Implikasi……… 91

C. Saran………. 92

DAFTAR PUSTAKA……… ... 93


(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1 Data hasil Observasi keterampilan dasar mengajar guru SMA

Negeri 2 Takengon ... 4 Tabel 3.1 Data Subjek Penelitian ... 59 Tabel 3.2 Katagori Nilai Produk ... 67 Tabel 4.1 Hasil Rekavitulasi Data Observasi keterampilan Membuka

dan Menutup Pelajaran Pada siklus I ... 72 Tabel 4.2 Hasil Rekavitulasi Data Observasi keterampilan Memberi

penguatan Pada Siklus I ... 72 Tabel 4.3 Hasil Rekavitulasi Data Observasi keterampilan Bertanya

pada siklus I ... 73 Tabel 4.4 Hasil Rekavitulasi Data Observasi keterampilan Mengelola

Kelas Pada siklus I ... 74 Tabel 4.5 Hasil Rekavitulasi Data Observasi Keempat keterampilan

Dasar Mengajar Guru Pada siklus I ... 75 Tabel 4.6 Hasil Rekavitulasi Data Observasi keterampilan Membuka

dan Menutup Pelajaran Pada siklus II ... 77 Tabel 4.7 Hasil Rekavitulasi Data Observasi keterampilan Memberi

penguatan Pada Siklus II ... 78 Tabel 4.8 Hasil Rekavitulasi Data Observasi keterampilan Bertanya

pada siklus II ... 78 Tabel 4.9 Hasil Rekavitulasi Data Observasi keterampilan Mengelola


(13)

ix

Tabel 4.10 Hasil Rekavitulasi Data Observasi Keempat keterampilan

Dasar Mengajar Guru Pada siklus II ... 80 Tabel 4.11 Data Perbandingan Antara Siklus I dan Siklus II ... 82


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Proses Hasil Belajar mengajar

Surya Brata (1983) Dalam Kasihani ... 15

2.2 Paradigma Penelitian Supervisi Klinis Menurut Sagala ... 43

2.3 Kegiatan Supervisi Klinis Dengan Pendekatan kolaboratif... 55

3.1 Siklus Penelitian Tindakan Menurut Kemmis & MC Taggar ... 60

4.1 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Pada Siklus I ... 72

4.2 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan Memberi Penguatan Pada Siklus I ... 73

4.3 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan Bertanya Pada Siklus I ... 73

4.4 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Siklus I ... 74

4.5 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran ... 75

4.6 Grafik Jumlah nilai Rata-rata Guru Pada Siklus I ... 77

4.7 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran Pada Siklus II... 78


(15)

xi

4.8 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan

Memberi Penguatan Pada Siklus II... 78

4.9 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan Bertanya Pada Siklus II ... 80

4.10 Grafik Jumlah nilai Masing-masing Guru Untuk Keterampilan Mengelola Kelas Pada Siklus II ... 81

4.11 Grafik Perbandingan Antara Siklus I dan Siklus II guru 1 ... 83

4.12 Grafik Perbandingan Antara Siklus I dan Siklus II guru 1 ... 83

4.13 Grafik Perbandingan Antara Siklus I dan Siklus II Guru 1 ... 83

4.14 Grafik Perbandingan Antara Siklus I dan Siklus II Guru 1 ... 83


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Lembar Panduan Observasi Keempat Keterampilan

Dasar Guru rumpun IPS ... 95 Lampiran 2 Lembar Observasi Pelaksanaan Supervisi Klinis

Kolaboratif ... 100 Lampiran 3 Intrumen Telaah Kelengkapan RPP ... 102 Lampiran 4 Skenario Kegiatan Pelaksanaan Supervisi Klinis

Pendekatan Kolaboratif ... 103 Lampiran 5 Rencana Kegiatan Penelitian ... 106 Lampiran 6 Dokumen Penelitian ... 103


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan mengatasi masalah-masalah dalam proses belajar mengajar (PBM) yang pada umumnya terjadi dikelas dimana segala kegiatan secara formal dilakukan. Dalam hal ini kelas merupakan tempat segala kegiatan yang dilakukan guru dan anak didiknya dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

Untuk meningkatkan relevansi pendidikan dapat dicapai melalui peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dinyatakan meningkat kualitasnya apabila unsur-unsur yang terdapat didalamnya menjadi lebih sesuai (relevan) dengan karakteristik pribadi siswa, tuntutan masyarakat, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dalam proses belajar- mengajar, pendidik memiliki peranan utama dalam menentukan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya. Yakni memberikan pengetahuan (cognitive), sikap dan nilai (afektif) dan keterampilan (phisikomotor). Dengan kata lain tugas dan peran pendidik yang utama terletak di bidang pengajaran. Pengajaran merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Oleh karena itu seorang pendidik dituntut untuk memiliki kompetensi pedagogik sehingga dia dapat mengelola proses belajar-mengajar yang efektif.

Permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia masih sangat banyak dan kompleks. Namun, hal itu tidak harus menyurutkan optimisme dan


(18)

langkah kita para penyelenggara pendidikan untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan kita. Dari sederet permasalahan dunia pendidikan, dapat dirunut di antaranya sebagai berikut : (a) banyak anak didik yang tidak memperoleh pendidikan yang layak; (b) banyaknya lulusan yang kurang memiliki kompetensi dan tidak mampu bersaing di pasar global; (c) sarana pendidikan belum tercapai; (d) peran guru atau pendidik yang belum optimal; serta (e) biaya pendidikan yang (dianggap) relatif mahal. Lebih khusus lagi mengenai kualitas guru-guru pendidikan dasar (SD/MI dan SLTP/MTs) yang belum memenuhi persyaratan yang sesuai dengan harapan. Hal ini didasarkan pada :(a) keterampilan dasar lulusan pendidikan dasar masih rendah; (b) tingkat mengulang kelas masih cukup tinggi; (c) belum semua siswa dapat menamatkan pendidikan dasar; dan (d) angka putus sekolah persentasenya masih tinggi. Sri Banun (2008:3).

Di lain pihak kemampuan guru terus menerus dikembangkan melalui berbagai kegiatan yang dilakukan oleh Depdiknas antara lain: (a) melaksanakan penataran terhadap para guru-guru; (b) pendidikan dan pelatihan (Diklat); (c) meningkatkan kualifikasi pendidikan guru dalam program S1dan S2; (d) mengaktifkan Musawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); (e) mengadakan workshop dan (f). Melaksanakan fungsionalisasi jabatan guru-guru dengan menggunakan angka kredit.

Upaya tersebut ternyata tidak mampu meningkatkan kualitas pendidikan secara signifikan. Oleh karena itu, pemerintah (legeslatif dan eksekutif) mengambil kebijakan menerbitkan UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang pada intinya meningkatkan kualitas guru dan dosen. Selanjutnya


(19)

3

UU tersebut dilengkapi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2005 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pendidik dan Peraturan Menteri Pendidikan Dasar Nomor 18 tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Semua ini merupakan wujud nyata keseriusan pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.

Keterampilan dasar mengajar sangat diperlukan guru untuk masa kini, terutama sehubungan dengan adanya kecenderungan akan diterapkannya

“pembelajaran yang berbasis kontekstual”. Dalam pembelajaran kontekstual,

materi pengajaran perlu diintegrasikan pada konteks pengalaman nyata siswa. Proses belajar- mengajar melalui intraksi guru-siswa, siswa dan siswa-guru secara tidak langsung menyangkut berbagai komponen lain yang saling terkait menjadi suatu sistem yang utuh. Pemerolehan hasil belajar sangat ditentukan oleh baik tidaknya kegiatan dan PBM selama program pendidikan dilaksanakan di kelas yang pada kenyataanya tidak pernah lepas dari masalah.

Namun fakta yang nyata terjadi di sekolah-sekolah, mutu guru sangat beragam serta tingkat penguasaan bahan ajar dan keterampilan dalam menggunakan metode mengajar yang inovatif masih kurang. Dilihat dari tingkat pendidikannya, sebagai guru SD, sekitar separuh guru SMP dan sekitar 20% guru SMA masih berpendidikan kurang (underqualified) dari yang dituntut. (Jalal & Supriadi, 2001:262).

Fenomena yang ada sesuai dengan keadaan di SMA Negeri 2 Takengon, hal ini dapat dilihat dari hasil Observasi peneliti pada tanggal 10 s/d 12 Oktober 2013 di SMA terhadap lima belas orang guru yang masuk


(20)

mengajar di kelas XI dan XII jurusan IPS hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 1.1 Data Hasil Observasi Keterampilan dasar Mengajar Guru SMA Negeri 2 Takengon Tahun 2013.

Sumber: Data Keterampilan Dasar Mengajar Guru SMA Negeri 2 Tahun 2013

Keterangan Nomor Keterampilan Dasar : 1 = Keterampilan Bertanya

2 = Keterampilan memberi Penguatan 3 = Keterampilan Menjelaskan

4 = Keterampilan Mengadakan variasi

5 = Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran 6 = Kegiatan Membimbing Diskusi Kelompok Kecil 7 = Mengajar Kelompok Kecil dan Perorangan 8 = Keterampilan Mengelola Kelas

KODE GURU

NILAI MASING-MASING KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU (%)

Jumlah (%)

Katagori Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8

A 50 46 71 75 59 0 0 58 60.00 Kurang

B 50 60 71 83 59 0 0 53 63.00 Kurang

C 75 80 78 83 79 0 0 79 79.00 Cukup

D 50 60 78 75 59 0 0 53 62.00 Kurang

E 75 80 78 75 89 0 0 79 79.00 Cukup

F 62 53 71 75 63 0 0 53 63.00 Kurang

G 75 73 71 75 79 0 0 79 75.00 Cukup

H 75 80 71 83 79 0 0 79 78.00 Cukup

I 75 73 71 83 84 0 0 79 77.00 Cukup

J 87 80 71 83 84 0 0 84 82.00 Baik

K 75 73 71 83 79 0 0 84 77.00 Cukup

L 75 80 78 92 79 0 0 84 81.00 Baik

N 75 80 86 83 84 0 0 84 82.00 Baik

O 75 73 86 83 84 0 0 79 80.00 Baik

P 50 60 78 83 63 0 0 53 64.00 Kurang

Rata-Rata Keterampilan


(21)

5

Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat ternyata kolom nomor 6 (kegiatan membimbing diskusi kelompok kecil) dan 7 (mengajar kelompok kecil dan perorangan) semua guru memperoleh nilai nol ini disebabkan, karena saat dilakukan observasi kelas kedua keterampilan tersebut sama sekali tidak diterapkan oleh para guru, sehingga tidak dapat di amati oleh penulis. Selanjutnya dari keenam keterampilan dasar mengajar guru tersebut , dua keterampilan sudah memperoleh nilai yang mengembirakan dimana, guru yang memperoleh nilai mulai cukup (66 – 69) sebanyak 6 (enam orang), nilai baik (80 – 89) sebanyak 4 orang, bahkan ada seorang guru yang memperoleh nilai sangat baik (90 - 100) khususnya keterampilan mengadakan variasi. Dan yang sangat memprihatinkan adalah, ternyata ada 5 (lima orang) guru memiliki nilai kurang khususnya pada empat keterampilan dasar mengajar guru yakni keterampilan bertanya, keterampilan memberi penguatan, keterampilan membuka dan menutup pelajaran serta keterampilan mengelola kelas. Selanjutnya berdasarkan hasil wawancara penulis dengan para guru yang telah diobservasi kelas, menyebutkan bahwa ternyata sebagian besar diantara mereka belum pernah merasakan disupervisi klinis, karena selama ini pengawas sekolah hanya datang untuk melihat kelengkapan administrasi guru seperti RPP, dan administrasi sekolah lainnya. Pengawas sekolah tidak pernah melakukan identifikasi atau menggali informasi tentang permasalahan-permasalahan yang dialami guru dalam mengajar apalagi memberi solusi, mereka menambahkan bahwa selama ini belum pernah pengawas sekolah mengomentari masalah penerapan keterampilan dasar mengajar mereka dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahkan menurut pengalaman seorang guru


(22)

mengatakan bahwa pernah pengawas sekolah datang, langsung memberikan instrumen penilaian serta diminta untuk mengisi sendiri nilainya tanpa melakukan observasi kelas terlebih dahulu. Hal ini di benarkan oleh koodinator pengawas sekolah Dinas kabupaten Aceh Tengah yang menyatakan bahwa hal itu terjadi karena tidak terlepas dari permasalahan pengawas sekolah di wilayah binaannya antara lain : (a) pengalaman kerja kurang; (b) tidak bisa melaksanakan manajerial kepala sekolah; (c) banyak pengawas sekolah yang berusia lanjut; dan (d) jumlah pengawas yang sudah melebihi terutama untuk tingkat SMA.

Upaya perbaikan dan peningkatan proses belajar-mengajar di dalam kelas dipandang sebagai pusat tumpuan peningkatan relevansi pendidikan dan mutu hasil belajar siswa serta efesiensi pendidikan. Seperti yang dinyatakan oleh Hammersley (1986) dalam Kasihani (1999:33) mengatakan jika kita bermaksud memahami cara kerja sekolah dan hendak mengubah atau meningkatkan peranannya, maka yang sangat penting dimengerti adalah apa yang terjadi di dalam kelas. Sebagian besar dari wujud nyata kegiatan pendidikan disekolah dapat diamati saat observasi kelas. Guru memerlukan jalan keluar atau jawaban atas segala permasalahan yang dihadapinya di kelas. Oleh karena itu, sudah selayaknya jika guru perlu memiliki pengetahuan untuk cepat menanggapi serta peka terhadap masalah yang ia hadapi di dalam kelas. Akhir-akhir ini Dinas Pendidikan Provinsi atau Dinas Pendidikan Kabupaten berusaha membantu guru untuk dapat memperbaiki kualitas mengajarnya, antara lain dengan memberikan pelatihan-pelatihan, meningkatkan kegiatan


(23)

7

antara guru sejenis melalui (MGMP) serta menawari mereka untuk melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).

Pada kenyataannya tidak semua guru mau melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas, padahal melalui tindakan itu guru dapat memperbaiki kelemahan guru dalam mengajar sehingga praktik pembelajaran menjadi lebih efektif dan cara belajarnya lebih sistematis dari pengalamannya sendiri. Karena dalam melaksanakan tugasnya, guru bertanggung jawab mengelola mata pelajaran sesuai dengan bidang studinya. Ketika melaksanakan kegiatan mengajar, seharusnya guru melakukan perbaikan-perbaikan yang berkenaan dengan upaya menuju perbaikan.

Guru yang profesional akan merasakan dan mengakui bila dia menghadapi permasalahan yang terkait dengan proses dan hasil pembelajaran, dia akan melakukan sesuatu. Namun pada kenyataanya tidak semua guru mengetahui atau menyadari bahwa ada permasalahan dalam mengajar, sehingga dia merasa bahwa apa yang ia lakukan sehari-hari di kelas tidak bermasalah. Perbaikan dan peningkatan proses belajar mengajar didalam kelas dipandang sebagai pusat tumpuan peningkatan relevansi pendidikan dan mutu hasil belajar siswa serta efesiensi pendidikan. Hal ini tentu saja dapat dilakukan baik oleh kepala atau pengawas sekolah melalui supervisi akedemik atau melalui supervis klinis.

Supervisi klinis memiliki peranan yang sangat penting bagi pengembangan profesionalisme guru. Guru yang profesional tentu tidak enggan melakukan perubahan-perubahan atau perbaikan praktek pembelajaran di kelas dengan maksud meningkatnya motivasi siswa dalam


(24)

belajar, semakin positifnya sikap siswa terhadap mata pelajaran, bertambahnya jenis keterampilan dasar mengajar yang dikuasai guru, serta semakin mantapnya penguasaan siswa terhadap materi yang dipelajari, sehingga proses pembelajaran itu tetap relevan, lebih efektif dan efesien.

Berdasarkan uraian diatas dapat diduga bahwa masih ada guru di SMA Negeri 2 Takengon yang belum memahami beberapa keterampilan dasar mengajar yang harus di kuasai dengan baik sehingga diperlukan perlakuan khusus dengan cara supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif, guna melihat dan memberikan beberapa keterampilan yang harus dipahami dan dilaksanakan oleh para guru guna memperbaiki kualitas mengajar mereka.

Oleh karena itu tidak mengherankan jika pemahaman atau penguasaan keterampilan dasar mengajar sebagian guru tersebut masih sangat minim, untuk itu pihak yang seharusnya bertanggung jawab mengatasi permasalahan tersebut adalah para kepala sekolah dan pengawas sekolah. Berdasarkan PP 19 tahun 2005 pasal 57 menjelaskan bahwa supervisi manajerial dan supervisi akademik harus dilakukan secara teratur dan berkelajutan oleh pengawas sekolah dengan tujuan memperbaiki atau meningkatakan kualitas pembelajaran demi tercapainya mutu pendidikan khususnya disekolah binaanya ataupun mutu pendidikan secara Nasional, sehingga kompetensi supervisi harus terus ditingkatkan oleh pengawas sekolah tersebut.

Mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka peneliti perlu melakukan upaya-upaya perbaikan melalui supervisi klinis dengan tehnik kolaboratif, sebab menurut Joni (1997) dalam Kasihani (1999:25) mengatakan bahwa pendekatan kolaboratif diterapkan untuk menciptakan adanya hubungan


(25)

9

kesejawatan antara guru dengan guru, guru dengan pengawas dengan secara mendiskusikan secara bersama apa yang harus dikerjakan dan belajar bersama dari apa yang dikerjakan. Dalam hal ini guru bukanlah satu-satunya orang yang harus memecahkan masalahnya sendiri tetapi ada orang lain yang terlibat dan mereka merupakan satu tim yang sama posisinya.

Supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif yaitu perpaduan antara pendekatan direktif dan non- direktif menjadi pendekatan baru. Pada pendekatan ini baik pengawas maupun guru bersama-sama, bersepakat untuk menetapkan struktur, proses dan kriteria dalam melaksanakan proses percakapan terhadap masalah yang dihadapi guru. Perilaku pengawas adalah sebagai berikut : menyajikan, menjelaskan, mendengarkan, memecahkan masalah, dan negoisasi.

Menurut Ginkel (1983) dalam Sri Banun (2009: 79). Menyebutkan bahwa, berdasarkan penelitian Vanezky, Humphries, dan Mars terhadap guru-guru SD mengemukakan juga katagori supervisi berdasarkan pengalaman mengajar guru. Ia menyimpulkan bahwa guru yang telah berhasil mengembangkan kompetensi dan motivasinya cenderung lebih menyukai pendekatan supervisi kolaboratif.

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat diketahui bahwa keterampilan dasar mengajar guru dapat ditingkatkan dengan berbagai cara, salah satu cara yang diduga lebih dominan yaitu melalui supervisi klinis pendekatan kolaboratif. Untuk membuktikan hal tersebut perlu dilakukan penelitian tindakan dengan judul “Upaya Peningkatan Keterampilan Dasar


(26)

Mengajar Guru Melalui Supervisi Klinis Dengan Pendekatan Kolaboratif Di SMA 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah”.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat di identifikasi berbagai masalah yang berhubungan dengan keterampilan dasar mengajar guru antara lain :

1. Banyak guru yang diangkat berasal dari perguruan tinggi swasta yang tidak terakreditasi sehingga kompetensi guru tersebut masih rendah hal ini perlu ditingkatkan.

2. Banyaknya guru yang diangkat berasal dari lembaga non-kependidikan yang mengambil strata IV, sehingga mereka kurang memahami kompetensi pedagogik.

3. Banyaknya guru yang mengambil uang kreditan ke bank dalam jumlah besar, sehingga gaji yang mereka minus, akibatnya guru kurang termotivasi dalam melaksanakan pembelajaran.

4. Kegiatan supervisi klinis sangat jarang dilakukan baik oleh kepala maupun pengawas sekolah, seharusnya kegiatan supervisi klinis itu dilakukan secara berkesinambungan.


(27)

11 C.Batasan Masalah

Agar pelaksanaan penelitian tindakan ini lebih terarah, maka penulis hanya memfokuskan pada peningkatan keterampilan dasar mengajar guru khususnya keterampilan bertanya, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan mengelola kelas melalui kegiatan supervisi klinis pendekatan kolaboratif .

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat dirumuskan masalah dalam Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini sebagai berikut “ apakah melalui supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajar guru khususnya keterampilan bertanya, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan mengelola kelas di SMA Negeri 2 Takengon ” ?.

E.Tujuan Penelitian Tindakan

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatan keterampilan guru dalam bertanya, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran dan keterampilan mengelola kelas. melalui supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif di SMANegeri 2 Takengon .

F. Manfaat Hasil Penelitian Tindakan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berarti sebagai sumbangan pemikiran terhadap :


(28)

1. Secara Teoretis

Penelitian tindakan ini pada dasarnya berupaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran guru, serta diharapkan dapat menambah khasanah ilmu khususnya ilmu kependidikan, terutama yang menyangkut keterampilan bertanya, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran, dan keterampilan pengelolaan kelas dalam kaitannya dengan efektifitas pembelajaran di sekolah. Selain itu hasil penelitian tindakan ini juga diharapkan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dalam hal:

a. Efektifitas pembelajaran dengan menguasai keterampilan dasar mengajar guru di sekolah khususnya keterampilan bertanya, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran, dan keterampilan mengelola kelas. b. Efektifitas tehnik supevisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dalam

meningkatkan keterampilan dasar mengajar guru di dalam kelas.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian tindakan ini diharapkan memberikan masukan pada semua pihak yang betanggung jawab didunia pendidikan seperti :

a. Dapat menjadi acuan bagi para guru dalam menerapkan berbagai keterampilan dasar yang harus dikuasai dan dilakukan guru pada saat mengajar di kelas serperti keterampilan : bertanya, memberi penguatan, membuka dan menutup pelajaran serta keterampilan mengelola kelas yang baik.


(29)

13

b. Hasil penelitian tindakan ini dapat menjadi acuan bagi para pengawas di satuan pendidikan akan manfaat supervisi klinis di sekolah.

c. Sebagai masukkan bagi Dinas Pendidikan kabupaten Aceh Tengah dalam rangka memperbaiki kualitas kerja pengawas untuk masa yang akan datang.

d. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian lanjutan demi kesempurnaan pencapaian kualitas keterampilan dasar mengajar guru yang lebih baik pada masa-masa yang akan datang.


(30)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian yang diuraikan dalam BAB IV, ada beberapa simpulan yang dapat diambil antara lain:

1. Peningkatan keterampilan guru rumpun IPS didalam membuka dan menutup pelajaran di SMA Negeri 2 Takengon setelah dilaksanakan supervisi klinis dapat memperoleh hasil (67,22%) pada siklus I, meningkat menjadi (85,50%) pada siklus II, dengan peningkatan nilai sebesar 85,50% - 67,22%. = 18,28%.

2. Peningkatan keterampilan memberi penguatan guru rumpun IPS di SMA Negeri 2 Takengon setelah dilaksanakan supervisi klinis dapat memproleh hasil (67,22%) pada Siklus I, meningkat menjadi (80,90%) pada siklus II, dengan peningkatan nilai sebesar 80,90% - 67,22% = 13,68% .

3. Peningkatan keterampilan guru rumpun IPS didalam tehnik bertanya di SMA Negeri 2 Takengon setelah dilaksanakan supervisi klinis telah memproleh hasil (68,17%) pada Siklus I, meningkat menjadi (90,77%) pada siklus II, dengan peningkatan nilai sebesar 90,77% - 68,17% = 22,6%. 4. Peningkatan keterampilan guru rumpun IPS dalam mengelola kelas di SMA

Negeri 2 Takengon setelah dilaksanakan supervisi klinis dapat memperoleh hasil (67,50%) pada siklus I, meningkat menjadi (87,50%) pada siklus II, dengan peningkatan nilai sebesar 87,50% - 67,50% = 20% .


(31)

91 5. Penerapan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan keempat keterampilan dasar mengajar guru di SMA Negeri 2 Takengon yang dibuktikan dengan adanya peningkatan masing-masing keterampilan dari siklus I dengan rata-rata 67,52% menjadi 84,06% pada siklus II dengan peningkatan nilai sebesar 84,06% - 67,52% = 16,54%.

B.Implikasi

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, yang menyatakan bahwa keterampilan dasar mengajar guru rumpun IPS di SMA Negeri 2 Takengon Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah meningkat setelah mengikuti kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif. Untuk dapat mengetahui upaya peningkatan keterampilan dasar mengajar guru rumpun IPS di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah, maka dapat dilakukan dengan cara supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dengan strategi : a) memahami, b) menjelaskan, dan c) mencontohkan secara langsung keempat keterampilan dasar tersebut kepada guru latih.

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah pengawas sekolah perlu melakukan supervisi klinis kepada seluruh guru yang ada di sekolah binaannya. Berdasakan temuan pada penelitian ini bahwa keempat keterampilan dasar mengajar guru seperti dalam keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, memberi penguatan maupun keterampilan dalam mengelola kelas bagi guru rumpun IPS di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah diharapkan agar terus belajar mengembangkan diri, berkreasi dan berinovasi demi kemajuan dunia pendidikan.


(32)

C.Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran antara lain :

1. Agar semua guru rumpun IPS dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajarnya, seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan dan keterampilan mengelola kelas, sehingga kegiatan pembelajaran semakin berkualitas, maka diharapkan peran serta pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis terhadap guru yang bermasalah di sekolah binaannya, terutama bagi guru yang belum mampu menerapkan berbagai keterampilan dasar mengajar dikelas.

2. Agar kepala sekolah SMA/MA dapat memperhatikan dan membantu para guru yang mengalami kesulitan di dalam melakukan atau mendemonstrasikan keterampilan dasar mengajar.

3. Agar semua pengawas sekolah dapat membimbing para guru baik guru IPS, IPA melalui kegiatan supervisi klinisnya, karena peneliti nyakin bahwa masih banyak para guru yang membutuhkan pembinaan dan batuan dari para pengawas sekolah.

4. Agar kepala Dinas Pendidikan dapat memfasilitasi para guru dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang sifatnya dapat membantu para guru untuk meningkatkan keprofesionalan para guru disekolah-sekolah binaannya.


(33)

93

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli. 1985. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Darmadi Hamid. 2009. Kemampuan Mengajar Dasar. Alfabeta: Bandung

Depdiknas. 2003. UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Akasara

Jalal & Supriadi, 2001. Repormasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta; Adicipta.

Kasihani.K. 1999 Penelitian Tindakan Kelas Malang: Depdikbud Direktorat Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Sekolah Dasar. IBRD LOAD- Indonesia.

Lucio.H William. 1979. Supervision in thought in Action-trind Education, New

York: MC. Graw-Hill Book Company.

Pidarta Made . 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta Purwanto, M. Ngalim 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali pers.

Sahertian, Piet A. 2010. Konsep dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan Kontempoler. Bandung: Alfabeta. Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Soewarno, 1985, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta; Gunung Agung.

Sri Banum Muslim, 2008, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas


(34)

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Belajar Mengajar.Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wardani. 2007. Program Pengalaman Lapangan PPL. Jakarta Universitas

Terbuka.


(1)

b. Hasil penelitian tindakan ini dapat menjadi acuan bagi para pengawas di satuan pendidikan akan manfaat supervisi klinis di sekolah.

c. Sebagai masukkan bagi Dinas Pendidikan kabupaten Aceh Tengah dalam rangka memperbaiki kualitas kerja pengawas untuk masa yang akan datang.

d. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian lanjutan demi kesempurnaan pencapaian kualitas keterampilan dasar mengajar guru yang lebih baik pada masa-masa yang akan datang.


(2)

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil Penelitian yang diuraikan dalam BAB IV, ada beberapa simpulan yang dapat diambil antara lain:

1. Peningkatan keterampilan guru rumpun IPS didalam membuka dan menutup pelajaran di SMA Negeri 2 Takengon setelah dilaksanakan supervisi klinis dapat memperoleh hasil (67,22%) pada siklus I, meningkat menjadi (85,50%) pada siklus II, dengan peningkatan nilai sebesar 85,50% - 67,22%. = 18,28%.

2. Peningkatan keterampilan memberi penguatan guru rumpun IPS di SMA Negeri 2 Takengon setelah dilaksanakan supervisi klinis dapat memproleh hasil (67,22%) pada Siklus I, meningkat menjadi (80,90%) pada siklus II, dengan peningkatan nilai sebesar 80,90% - 67,22% = 13,68% .

3. Peningkatan keterampilan guru rumpun IPS didalam tehnik bertanya di SMA Negeri 2 Takengon setelah dilaksanakan supervisi klinis telah memproleh hasil (68,17%) pada Siklus I, meningkat menjadi (90,77%) pada siklus II, dengan peningkatan nilai sebesar 90,77% - 68,17% = 22,6%. 4. Peningkatan keterampilan guru rumpun IPS dalam mengelola kelas di SMA

Negeri 2 Takengon setelah dilaksanakan supervisi klinis dapat memperoleh hasil (67,50%) pada siklus I, meningkat menjadi (87,50%) pada siklus II, dengan peningkatan nilai sebesar 87,50% - 67,50% = 20% .


(3)

5. Penerapan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dapat meningkatkan keterampilan keempat keterampilan dasar mengajar guru di SMA Negeri 2 Takengon yang dibuktikan dengan adanya peningkatan masing-masing keterampilan dari siklus I dengan rata-rata 67,52% menjadi 84,06% pada siklus II dengan peningkatan nilai sebesar 84,06% - 67,52% = 16,54%.

B.Implikasi

Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, yang menyatakan bahwa keterampilan dasar mengajar guru rumpun IPS di SMA Negeri 2 Takengon Kecamatan Kebayakan Kabupaten Aceh Tengah meningkat setelah mengikuti kegiatan supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif. Untuk dapat mengetahui upaya peningkatan keterampilan dasar mengajar guru rumpun IPS di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah, maka dapat dilakukan dengan cara supervisi klinis dengan pendekatan kolaboratif dengan strategi : a) memahami, b) menjelaskan, dan c) mencontohkan secara langsung keempat keterampilan dasar tersebut kepada guru latih.

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah pengawas sekolah perlu melakukan supervisi klinis kepada seluruh guru yang ada di sekolah binaannya. Berdasakan temuan pada penelitian ini bahwa keempat keterampilan dasar mengajar guru seperti dalam keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan bertanya, memberi penguatan maupun keterampilan dalam mengelola kelas bagi guru rumpun IPS di SMA Negeri 2 Takengon Kabupaten Aceh Tengah diharapkan agar terus belajar mengembangkan diri, berkreasi


(4)

C.Saran

Berdasarkan simpulan dan implikasi penelitian ini, dapat diberikan beberapa saran antara lain :

1. Agar semua guru rumpun IPS dapat meningkatkan keterampilan dasar mengajarnya, seperti keterampilan membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan dan keterampilan mengelola kelas, sehingga kegiatan pembelajaran semakin berkualitas, maka diharapkan peran serta pengawas sekolah dalam melaksanakan supervisi klinis terhadap guru yang bermasalah di sekolah binaannya, terutama bagi guru yang belum mampu menerapkan berbagai keterampilan dasar mengajar dikelas.

2. Agar kepala sekolah SMA/MA dapat memperhatikan dan membantu para guru yang mengalami kesulitan di dalam melakukan atau mendemonstrasikan keterampilan dasar mengajar.

3. Agar semua pengawas sekolah dapat membimbing para guru baik guru IPS, IPA melalui kegiatan supervisi klinisnya, karena peneliti nyakin bahwa masih banyak para guru yang membutuhkan pembinaan dan batuan dari para pengawas sekolah.

4. Agar kepala Dinas Pendidikan dapat memfasilitasi para guru dengan berbagai kegiatan-kegiatan yang sifatnya dapat membantu para guru untuk meningkatkan keprofesionalan para guru disekolah-sekolah binaannya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu Soli. 1985. Keterampilan Bertanya Dasar dan Lanjut, Jakarta: Tim Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Darmadi Hamid. 2009. Kemampuan Mengajar Dasar. Alfabeta: Bandung

Depdiknas. 2003. UU RI No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas.

Hamalik, Oemar. 2003. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta: Bumi Akasara

Jalal & Supriadi, 2001. Repormasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah, Yogyakarta; Adicipta.

Kasihani.K. 1999 Penelitian Tindakan Kelas Malang: Depdikbud Direktorat Pendidikan Tinggi, Proyek Pendidikan Sekolah Dasar. IBRD LOAD- Indonesia.

Lucio.H William. 1979. Supervision in thought in Action-trind Education, New York: MC. Graw-Hill Book Company.

Pidarta Made . 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta Purwanto, M. Ngalim 1987. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Rajawali pers.

Sahertian, Piet A. 2010. Konsep dan Tehnik Supervisi Pendidikan Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

Sagala, Syaiful. 2009. Administrasi Pendidikan Kontempoler. Bandung: Alfabeta. Sagala, Syaiful. 2010. Supervisi Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Soewarno, 1985, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen, Jakarta; Gunung Agung.

Sri Banum Muslim, 2008, Supervisi Pendidikan Meningkatkan Kualitas Profesional Guru, Bandung; Alfabeta.


(6)

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Belajar Mengajar.Jakarta : PT Remaja Rosdakarya.

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Dalam Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Usman, Uzer. 2010. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Wardani. 2007. Program Pengalaman Lapangan PPL. Jakarta Universitas

Terbuka.


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU EKONOMI MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF DI SMA NEGERI 1 SUMBUL DAN SMA NEGERI 1 SILAHISABUNGAN KABUPATEN DAIRI.

0 3 26

PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF DI SMK NEGERI 1 BERASTAGI KABUPATEN KARO.

0 3 16

MENINGKATKAN KETERAMPILAN GURU DALAM MENJELASKAN DAN MENGADAKAN VARIASI MENGAJAR MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF DI MTS AL-HASYIMIYAH TEBING TINGGI.

1 7 29

MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF DI SMA NEGERI 1 SITIOTIO KABUPATEN SAMOSIR.

2 11 14

MENINGKATKAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF DI SMA NEGERI 1 SITIOTIO KABUPATEN SAMOSIR.

0 3 27

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON.

0 2 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON.

0 3 31

PENINGKATAN KETERAMPILAN GURU MENGANALIS TES PILIHAN GANDA MELALUI SUPERVISI KOLABORATIF DI SMA NEGERI 1 MERLUNG DAN SMA NEGERI 4 MERLUNG.

0 4 12

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENJELASKAN DAN BERTANYA GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS PENDEKATAN NON DIREKTIF DI SMA NEGERI 7 TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH.

0 0 23

UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS DENGAN PENDEKATAN KOLABORATIF.

0 3 20