UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON.

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU
KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH
DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Konsentrasi Kepengawasan

Oleh:

ROSMAWATI. N
NIM. 8126132064

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014


UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGAJAR GURU
KIMIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH
DI SMA NEGERI KOTA TAKENGON

TESIS

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Administrasi Pendidikan
Konsentrasi Kepengawasan

Oleh:

ROSMAWATI. N
NIM. 8126132064

PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2014


ABSTRACT
ROSMAWATI N. The Effort to Improve the teaching Competency of
Chemistry Teachers Through Academic Supervision of Scientific Models in
SMA Negeri Kota Takengon. Thesis. Postgraduate Program State University
of_Medan_(UNIMED)._Medan.-2014
The problem of this study is the low teaching Competency of chemistry
teachers in SMA Negeri Kota Takengon. The purpose of this research is to
improve the teaching competency of chemistry teachers through academic
supervision of scientific models. The kind of this research is action research held
in SMA of Takengon city with 4 teachers of chemistry as the research subject. The
method used in this research is quantitative method by using two cycles which
consists of 4 phases in each. The data analysis technique used is descriptive
analysis, to calculate the value , the average value and the percentage of success
in the teaching competency of a chemistry teacher. The finding obtained was 6,72
in the pre cycle and increased to 76.51 in the first cycle, and then it increased to
91,04 in the second cycle. After doing the action in first cycle, the teaching
competency level of chemistry theacher reaches 25%. This result show that the
chemistry teacher did not reach the standard achievement yet. Moving from
reflection performed in the first cycle, after being given a more intensive and

optimal action, it reaches 100% of the chemistry teachers have increased their
teaching competency. With the standard achievement of chemistry teachers reach
≥ 80 or meets the indicators of success, this research is well done. Thus, it can be
concluded that the application of academic supervision of scientific models can
improve the teaching competency of chemistry teachers in SMA Negeri Kota
Takengon. It is recommended to supervisors and principals to apply scientific
model for academic supervision in guiding teachers especially for
teachers_chemistry.

i

ABSTRAK
ROSMAWATI N. Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengajar Guru
Kimia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah Di SMA Negeri Kota
Takengon. Tesis Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
(UNIMED), Medan. 2014.
Permasalahan dalam penelitian ini adalah rendahnya kemapuan mengajar
guru kimia di SMA Negeri di Kota Takengon. Adapun yang menjadi tujuan pada
penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru kimia
melalui supervisi akademik model ilmiah.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah /action research
yang dilaksanakan di SMA Negeri Kota Takengon dengan subjek penelitian
sebanyak 4 guru kimia kelas X. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode kwantitatif melalui dua siklus yang masing-masing siklus terdiri
dari 4 tahapan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif
dengan menghitung nilai, nilai rata-rata serta presentase keberhasilan kemampuan
mengajar guru kimia.
Hasil temuan penelitian diperoleh nilai rata-rata pada pra siklus sebesar
66,72 dan meningkat menjadi 76,51 pada siklus I, kemudian meningkat menjadi
91,04 pada siklus II. Adapun setelah melakukan tindakan pada siklus I terjadi
peningkatan kemampuan mengajar guru kimia sebesar 25%. Hal ini menunjukkan
bahwa guru kimia belum mencapai standar kelulusan. Beranjak dari refleksi
tindakan yang dilakukan di siklus I, maka pada siklus II setelah diberikan tindakan
yang optimal maka diperoleh 100% guru meningkat kemampuan mengajarnya.
Jika semua guru kimia mencapai nilai ≥ 80 maka memenuhi indikator
keberhasilan yang telah ditentukan maka penelitian ini dianggap tuntas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan penerapan supervisi akademik model
ilmiah dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru kimia di SMA Negeri
Kota Takengon. Disarankan kepada pengawas serta kepala sekolah menerapkan
supervisi akademik model ilmiah untuk melakukan pembinaan kepada guru dalam

rangka meningkatkan kemampuan mengajar guru khususnya guru kimia.

ii

KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga penulisan tesis ini dapat
diselesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Tesis berjudul “Upaya Meningkatan
Kemampuan Mengajar Guru Kimia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah di
SMA Negeri Kota Takengon” disusun untuk memperoleh gelar Magister
Administrasi Pendidikan pada Program Pascasarjana UNIMED.
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan

dari

berbagai

pihak,


sehingga

pada

kesempatan

ini

Penulis

menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M. Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.
2. Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M. Pd selaku Direktur Pasca Sarjana
Universitas Negeri Medan.
3. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd dan Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd selaku
Ketua Prodi dan Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan PPs Universitas
Negeri Medan.
4. Prof. Dr. H. Syaiful Sagala, M. Pd, Dr. Yasaratodo Wau, M. Pd, serta Dr. Saut
Purba, M. Pd selaku nara sumber dan penguji yang telah banyak memberikan
masukan dan saran kepada Penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Dr. Sukarman Purba, M. Pd selaku Dosen Pembimbing I dan Dr. Arif Rahman,
M. Pd selaku Pembimbing II yang selalu memberikan bimbingan, dorongan
dan saran yang bermanfaat kepada Penulis sejak awal sampai selesainya
penyusunan tesis ini.

iii

6. Para Dosen Program Studi Administrasi Pendidikan dan Civitas Akademika
Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang berperan dalam memberikan ilmu
serta bantuan kepada penulis selama perkuliahan hingga selesai.
7. P2TK Dikmen Kemdiknas yang sudah memberi

bantuan

materil dalam

bentuk beasiswa terhadap Penulis.
8. Kepada kedua orang tua serta saudara-saudara tercinta yang selalu memotivasi
Penulis dalam mennyelesaikan perkuliahan.
9. Suami tercinta Sukrandi Putra yang setia dan penuh kesabaran mendampingi

Penulis serta kedua anakku tersayang Aprilian Adiatama dan Ulfia Fitri yang
telah merelakan sebagian waktu dan perhatiannya terkurangi selama Penulis
menjalani perkuliahan.
10. Rekan-rekan

mahasiswa

Prodi

Administrasi

Pendidikan

Konsentrasi

Kepengawasan Angkatan I yang banyak memberi pengalaman berharga
selama perkuliahan.
Penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata
bahasa, untuk itu Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini. Kiranya tesis ini

bermanfaat bagi para pembaca dalam menambah khasanah ilmu pendidikan.

Medan 28 Maret 2014
Penulis,

Rosmawati N

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK………………..……………………………………….............…… i
KATA PENGANTAR…....……………………………………….............…… iii
DAFTAR ISI……………..……………………………………….............…… v
DAFTAR TABEL………..……………………………………….............…… vii
DAFTAR GAMBAR……..……………………………………….............…… viii
DAFTAR LAMPIRAN…..……………………………………….............…… ix
BAB I.

PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah....………………..……………....….............. 1
B. Identifikasi Masalah.………………….……………….............…....... 9
C. Pembatasan Masalah..……………………………..……..............…… 10
D. Rumusan Masalah...........……………………….…….............……… 11
E. Tujuan Penelitian................................................................................... 11
F. Manfaat Penelitian................................................................................. 11
BAB II. KAJIAN TEORETIS, PENELITIAN RELAVAN, KERANGKA
BERPIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Kajian Teoretis…….............................................................................. 12
1. Kemampuan Mengajar Guru……………...………………............. 12
2. Supervisi Akademik Model Ilmiah………………………………... 28
B. Penelitian Relevan................................................................................. 51
C. Kerangka Berpikir…............................................................................. 53
D. Hipotesis Tindakan…………………………………………………… 56
BAB III. METODE PENELITIAN
A. Tempat Dan Waktu Pelatihan............................................................... 57
B. Subjek Penelitian................................................................................... 57
C. Desain penelitian Tindakan….............................................................. 58
D. Defenisi Operasional Variabel….......................................................... 66

E. Instrumen Penelitian…......................................................................... 67
F. Teknik Analisi Data ………………………………………………….. 67
G. Indikator Keberhasilan……………………………….……………… 68

v

H. Jadwal Kegiatan Penelitian..………………………………………… 69
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum Hasil Penelitian…………………………………...

70

1. Pra Siklus………………………………………………………...

70

a. Kualitas Rencana Peleksanaan Pembelajaran………………… 71
b. Kualitas Pelaksanan dan Evaluasi Hasil Belajar……………… 73
2. Siklus I…………………………………………………………….. 76
a. Tahap Perencanaan……………………………………………. 76
b. Tahap Pelaksanaan…………………. …………….................... 77
c. Tahap Pengamatan…………………………………………….. 79
d. Tahap Reffleksi………………………………………………... 80
3. Siklus II……………………………………………………………. 83
a.

Tahap Perencanaan………………………………………….. 83

b.

Tahap Pelaksanaan….……………. …………….................... 83

c.

Tahap Pengamatan……….………………………………….. 86

d.

Tahap Reffleksi…………………………………………….... 88

B. PEMBAHASAN…………………………………………………….... 90
BAB IV. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………….….... 95
B. Implikasi……………………………………………………………. 95
C. Saran……………………………………………………………….... 97
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 98

vi

DAFTAR TABEL
Tabel 3.1

Nama Sekolah dan Jumlah Guru……………….……………...….. 60

Tabel 3.2

Prosedur Penelitaian……………………………………………..... 61

Tabel 3.3

Aspek Penilaian Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…………… 69

Tabel 3.4

Aspek Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran………………..……. 69

Tabel 3.5

Aspek Penilaian Evaluasi Hasil Belajar…….………..…………… 69

Tabel 3.6

Jadwal Kegiatan Penelitian……………...………………………… 72

Tabel 4.1

Nilai Rata-Rata Kemampuan Mengajar Guru……….....…………. 73

Tabel 4.2

Nilai Peningkatan Indikator Kemampuan guru................................ 74

Tabel 4.3

Analisis Aspek RPP Pra Siklus....…………………………….

Tabel 4.4

Analisis Indikator Pelaksanaan Pembelajaran Pra Siklus.………. 76

Tabel 4.5

Analisis Indikator Evaluasi Hasil Belajar Pra Siklus.……………. 77

Tabel 4.6

Nilai Indikator Kemampuan Guru Pra Siklus…………………….. 78

Tabel 4.7

Presentase Kemampuan Guru Pra Siklus…………..……………… 78

Tabel 4.8

Analisis Aspek RPP Siklus I…....……….......……………………. 80

Tabel 4.9

Analisis Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I….……......…. 81

Tabel 4.10

Analisis Aspek Evaluasi Hasil Belajar Siklus I….......……………. 82

Tabel 4.11

Nilai Indikator Kemampuan Guru Siklus I…………...…………… 83

Tabel 4.12

Presentase Kemampuan Guru Siklus I…………………………… 84

Tabel 4.13

Analisis Aspek RPP Siklus II….........……………………………. 86

Tabel 4.14

Analisis Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II….…....……. 87

Tabel 4.15

Analisis Aspek Evaluasi Hasil Belajar Siklus II….……....………. 88

Tabel 4.16

Nilai Indikator Kemampuan Guru Siklus II……..………………

Tabel 4.17

Presentase Kemampuan Guru Pra Siklus II……………………… 89

Tabel 4.18

Presentase Peningkatan Kemampuan Guru Keseluruhan………… 91

Tabel 4.19

Keterlaksanaan Supervisi Akademik Model Ilmiah……………… 92

75

89

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1

Model Penelitian Tindakan Sekolah….…………………………. 58

Gambar 4.1

Diagram Tingkat Kemampuan Guru Pra siklus…………………. 76

Gambar 4.2

Diagram Tingkat Kemampuan Guru Siklus I….………………... 82

Gambar 4.3

Diagram Tingkat Kemampuan Guru Siklus II…………………... 87

Gambar 4.4

Diagram Peningkatan Kemampuan Guru .......….……………...... 91

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lembar Observasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran…….…. 101

Lampiran 2

Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran………………… 103

Lampiran 3

Lembar Observasi Evaluasi Hasil Belajar…………………........ 105

Lampiran 4

Lembar observasi Keterlaksanaan Supervisi………………….

Lampiran 5

Rekapitulasi Hasil Observasi ......................…………………... 108

Lampiran 6

Rekapitulasi Analisis Aspek Kemampuan Guru Pra Siklus…... 109

Lampiran 7

Rekapitulasi Analisis Aspek Kemampuan Guru Siklus I............. 110

Lampiran 8

Rekapitulasi Analisis Aspek Kemampuan Guru Siklus II........... 111

Lampiran 9

Photo Kegiatan Penelitian..................................…………..…… 112

Lampiran 10

Rencana Kegiatan Penelitian........................................................ 117

Lampiran 11

Program Pelaksanaan Supervisi................................................... 118

v

106

1

BAB I
PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah
Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya

manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Guru salah satu faktor penentu
kualitas pendidikan, oleh sebab itu setiap usaha peningkatan mutu pendidikan
diperlukan perhatian besar terhadap peningkatan kemampuan mengajar guru.
Guru sebagai ujung tombak pendidikan karena secara langsung berupaya
mempengaruhi, membina dan mengembangkan peserta didik sehingga dituntut
untuk memiliki kemampuan mengajar secara profesional.
Kemampuan adalah perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang
dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan, Danim (1994:12).
Sedangkan dalam profesi keguruan, istilah kemampuan dan kompetensi
digunakan secara bergantian tanpa mengubah makna. Hal ini diperkuat Nana
Sudjana dalam Janawi (2011:30) memahami kompetensi sebagai kemampuan
yang diisyaratkan untuk memangku profesi sebagai tenaga pengajar.
Kemampuan mengajar guru adalah kompetensi dasar yang harus dimiliki
oleh seorang guru yang mencakup kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari kompetensi mutlak
yang harus dimiliki guru untuk mendukung kemampuannya dalam mengajar
sebagai tugasnya. Hal tersebut diperkuat dengan pendapat Sanjaya (2011:13) yang
menyatakan bahwa bagaimanapun bagus dan idealnya kurikulum pendidikan,
bagaimanapun lengkapnya sarana dan prasarana pendidikan, tanpa diimbangi

2

dengan kemampuan mengajar guru dalam mengimplementasikannya, maka
semuanya akan kurang bermakna.
Guru pada prinsipnya memiliki potensi yang cukup tinggi untuk berkreasi
guna meningkatkan kemampuannya. Namun potensi yang dimiliki guru untuk
berkreasi sebagai upaya meningkatkan kemampuannya tidak selalu berkembang
secara wajar dan lancar disebabkan adanya faktor-faktor tertentu. Tidak dapat
dipungkiri bahwa kondisi dilapangan mencerminkan keadaan guru yang tidak
sesuai dengan harapan UU no 14 tyahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan
guru adalah pendidik profesional yang memerlukan keahlian, kecakapan dan
menguasai kompetensinya.
Kompetensi yang harus dimiliki guru dalam menjalankan profesi sebagai
tenaga pengajar ada empat yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Empat kompetensi ini dijadikan
standar untuk mengukur kemampuan mengajar guru. Standar tersebut dipertengas
dengan Peraturan Menteri Nasional Nomor 16 tahun 2005 tentang standar
kualifikasi dan kompetensi pendidik. Direktorat Tenaga kependidikan Depdiknas
dalam Kunandar (2007:56) menyatakan secara keseluruhan kompetensi guru
tersebut tercermin dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), pelaksanaan
pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 3 yang berkaitan
dengan

standar

proses

mengisyaratkan

bahwa

guru

diharapkan

dapat

mengembangkan rencana pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian
hasil belajar, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses
pembelajaran yang efektif dan efisien.

3

Perencanaan pembelajaran yang baik diharapkan akan mempermudah
pelaksanaan pembelajaran. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah
program perencanaan yang disusun sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran
untuk setiap kegiatan dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran
hendaknya mengacu kepada rencana untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan

sebelum

pelaksanaan

pembelajaran

dimulai.

Pelaksanaan

pembelajaran adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif yang mewarnai
interaksi yang terjadi antara guru dan siswa.
Penilaian hasil belajar merupakan satu kegiatan untuk menyelidiki tingkat
pencapaian pembelajaran. Dalam melakukan penilaian guru memperoleh
informasi seberapa jauh siswa menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru.
Kenyataan yang terjadi dilapangan, Uji kompetensi awal (UKA) guru yang
diadakan 25 Pebruari 2012 lalu, dengan hasil rata-rata secara nasional 42,2. Hal
ini telah menunjukkan secara nasional bahwa kemampuan guru di Indonesia
masih relatif rendah. Berdasarkan hasil ini Aceh berada pada peringkat ke-28 (dua
puluh delapan) dari 33 (tiga puluh tiga) propinsi yang ada di Indonesia dengan
nilai 36,1. Studi pendahuluan yang dilaksanakan tanggal 7-8 oktober 2013 di
SMA Negeri yang ada di Kota Takengon, menunjukkan kemampuan guru yang
masih rendah dengan di indikasikan dari dokumen yang diperoleh dari 13 orang
guru kimia yang tersebar di 4 (empat) sekolah, diperoleh data hanya 61 % (8
orang) guru yang mempunyai RPP. Telaah dokumen RPP terhadap guru kimia
tersebut menunjukkan, 75 % (6 orang) guru tidak lengkap mencantumkan
langkah-langkah yang idealnya ada dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Hal
ini dipertegas oleh Sunarto dalam jurnal penelitiannya menyatakan untuk

4

mencapai pembelajaran yang berkualitas, guru harus dapat mempersiapkan
perangkat pembelajaran dengan baik dan lengkap agar pelaksanakan pembelajaran
lebih efektif.
Paparan diatas menunjukkan fakta permasalahan di lapangan antara lain:
(1) adanya guru yang tidak membuat rencana pelaksanaan pembelajaran; ( 2)
rencana pembelajaran t idak sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran;
(3) penggunaan metode pembelajaran yang masih konvensional, pembelajaran
miskin dengan variasi sehingga tidak dapat mendorong siswa belajar lebih kreatif
dan bersemangat dikarenakan pembelajaran masih berpusat pada guru; (4)
membuat

instrumen

tes tanpa

dilengkapi kunci jawaban; (5) Kurang

memanfaatkan sumber belajar dan berbagai media secara optimal.
Permasalahan lainnya adalah pengawas sekolah hanya datang berkunjung
dan bertemu dengan guru untuk melakukan pertemuan secara umum tanpa adanya
observasi ke kelas apalagi memberikan umpan balik terhadap kinerja guru. Model
supervisi yang dilakukan pengawas sekolah masih bersifat konvensional. Pada sisi
lain guru dituntut senantiasa meningkatkan kemampuannya untuk mempertinggi
mutu pendidikan. Dari permasalahan yang telah dipaparkan, maka salah satu
alternatif untuk meningkatkan kemampuan guru adalah

supervisi akademik.

Supervisi akademik adalah serangkaian bantuan kepada guru berupa layanan
profesional untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
Sergiovanni dalam Sahertian (2008:34), mengemukakan berbagai model
supervisi, antara lain: (1) supervisi konvensional (2) supervisi ilmiah (scientific
supervision), (3) supervisi klinis (clinical supervision), (4) supervisi artistik.

5

Supervisi

konvensional

merupakan

supevisi

yang

korektif

masih

dipengaruhi sikap otoriter mengadakan inspeksi untuk mencari kesalahan dan
menemukan kesalahan. Kadang-kadang bersifat memata-matai. Pekerjaan seorang
supervisor yang bermaksud hanya untuk mencari kesalahan dalam membimbing
sangat bertentangan dengan prinsip dan tujuan supervisi pendidikan, akibatnya
guru merasa tidak puas.
Supervisi dengan model artistik menurut Eisner, dalam melihat berhasil
tidaknya pengajaran, usaha meningkatkan mutu guru banyak menekankan pada
kepekaan, persepsi, dan pengetahuan. Supervisor diharapkan dapat mengapresiasi
kejadian pengajaran yang bersifat seni.
Supervisi klinis merupakan suatu bentuk bimbingan profesional yang
diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannya melalui siklus yang sistematik
dalam perencanaannya, observasi yang cermat atas pelaksanaan, dan pengkajian
balikan dengan segera dan obyektif tentang penampilan mengajarnya yang nyata,
untuk meningkatkan keterampilan mengajar dan sikap profesional guru
Pemberian

bimbingan berbentuk

bantuan sesuai kebutuhan guru

itu.
yang

bersangkutan, dan dilakukan dengan berbagai upaya (observasi secara sistematis,
analisis data balikan) sehingga guru menemukan sendiri cara-cara meningkatkan
dirinya melalui analisis bersama. Kata “klinis” tersirat cara kerja di bidang
medis, dimana pihak yang memerlukan pertolongan itu datang atas prakarsa
sendiri karena menyadari akan sesuatu kekurangan (gangguan kesehatan),
dianalisis berdasarkan keluhan-keluhan pasien, dan pada akhirnya diberikan
terapi.

6

Supervisi ilmiah terkait erat dengan pembinaan guru dengan peningkatan
efektifitas pengajaran. Efektivitas pembelajaran seringkali diukur dengan
tercapainya tujuan, atau dapat pula diartikan sebagai ketepatan dalam mengelola
suatu situasi, atau “doing the right things”. Pengertian ini mengandung ciri:
bersistem (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur atau berurutan melalui tahap
perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan, sensitif terhadap
kebutuhan, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha untuk
mencapainya, bertolak dari kemampuan atau kekuatan mereka yang bersangkutan
(peserta didik, pendidik, masyarakat dan pemerintah). Indikator keberhasilan
mengajar model ini dilihat dari komponen pembelajaran, variabel-variabel proses
belajar mengajar. Sehingga pusat perhatian pendekatan ilmiah lebih ditekankan
pada pengembangan komponen pembelajaran secara keseluruhan.
Tipe guru yang berorientasi konseptual-abstrak lebih terfokus dalam
pengajaran dan gagasan teori dalam mengatasi permasalahan. Tipe guru seperti
ini biasanya melekat pada guru sains mengkaji ide secara teori, melakukan
penelitian

mengenai

pengajaran,

dan

berdiskusi

dalam permasalahan

pengajaran. Guru dalam membuat keputusan berdasarkan pada data.
Tipe_guru

ini

cenderung

lebih

suka

menggunakan

teori

dalam

mengimplementasikannya dalam proses pengajaran. Kegiatan supervisor adalah
memberikan layanan profesional agar apa yang diharapkan sesuai rencana dapat
dilaksanakan dengan baik dan hasilnya (fakta) dijadikan pedoman dalam
menyusun perencanaan pengajaran selanjutnya. Secara konseptual supervisi
akademik merupakan kegiatan pembinaan dengan memberi bantuan kepada guru

7

melaksanakan proses pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan
kamampuan profesional guru sehingga meningkatkan kualitas pembelajaran.
Supervisi akademik model ilmiah dianggap tepat untuk meningkatkan
kemampuan guru dibandingkan pola lama (inspeksi) yang cendrung melahirkan
rasa takut, tidak bebas sehingga dianggap tidak memberikan ruang gerak dan
kemajuan kepada guru. Supervisi akademik model ilmiah sebagai wujud layanan
profesional dilaksanakan secara demokratis, sistematis, objektif dan menggunakan
instrumen. Sistematis adalah berurut dan runtut dari masalah yang satu ke masalah
yang lainnya. Demokratis adalah adanya hubungan didasarkan kesepakatan,
kerjasama, kesejawatan , hubungan yang dibangun secara akrab dan hangat atas
dasar kemanusiaan dengan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru.
Objektif

berarti apa adanya tidak berdasarkan opini supervisor sehingga

pembinaan sesuai kebutuhan guru dan tuntutan perubahan berupa inovasi/
menemukan hal-hal yang baru. Menggunakan alat pencatat data yaitu
menggunakan alat observasi yang dijadikan panduan dan sumber acuan dapat
memberikan

informasi

untuk

mengadakan

perbaikan

terhadap

proses

pembelajaran selanjutnya.
Agar suatu perbaikan belajar dan mengajar dapat terukur dengan jelas maka
antara guru dan pengawas harus berkerjasama untuk menentukan standar sesuai
kriteria tertentu. Supervisi terhadap guru dilakukan dengan cara meluruskan
tindakan-tindakan guru yang masih menyimpang dan memantau guru agar tidak
sampai jauh berbuat salah, mencari sebab setiap kesalahan untuk diperbaiki. Para
guru diharapkan dapat secara bebas mengembangkan profesi, bakat, dan
kemampuan kerjasama, dalam usaha pemecahan masalah bersama.

8

Supevisi akademik model ilmiah ini dilakukan dengan pendekatan tertentu.
Pendekatan yang dilakukan oleh supervisor dalam membimbing guru ada
sebanyak tiga, yaitu pendekatan direktif, pendekatan non direktif dan pendekatan
kolaboratif.
Pendekatan langsung (direktif) adalah pendekatan dimana guru tidak diberi
kesempatan untuk berinisiatif dalam mengembangkan kreatifitas profesionalnya
dan melakukan inovasi pengajaran untuk memperbaiki kinerja guru tersebut,
Pidarta (2009:149).
Pada pendekatan tidak langsung, guru diberi kesempatan untuk berinisiatif
dan kreatif untuk menciptakan ide baru dalam melaksanakan pembelajaran.
Tindakan yang dilakukan pengawas adalah mendengarkan, memberi penguatan,
menjelaskan, menyajikan dan memecahkan masalah, Sahertian (2008:48).
Pendekatan kolaboratif adalah pendekatan yang mengutamakan kerja sama
antara guru dan pengawas yang tujuannya untuk meningkatkan kualitas
profesional guru maupun pengawas, Pidarta (2009:148-149). Collaboration is
cooperating, sharing ideas, solving problems, and providing feedback based on
observation of teaching, with or a person with greater or less influence, Lovell
dan Wiles (1983:37). Kolaborasi adalah kerja sama, tukar pendapat, pemecahan
masalah dan pemberian umpan balik setelah observasi pembelajaran. Pendekatan
ini dapat diberikan kepada guru yang mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi
terhadap perkembangan pendidikan serta mempunyai ide-ide yang baru dalam
mengembangkan pembelajaran. Pendekatan ini juga cocok diterapkan kepada
guru yang tukang kritik atau terlalu sibuk menurut Sahertian (2008:46).

9

Berdasarkan pemaparan diatas pendekatan kolaboratif sinkron digunakan
dalam model supervisi ilmiah dengan teknik (cara mencapai tujuan supervisi)
observasi kelas. Teknik ini dipilih untuk memperoleh data yang objektif dan
menggunakan alat pengukur observasi. Alat/instrumen observasi yang adalah
digunakan Alat Penilaian Kemampuan Guru yang sudah distandarkan oleh
Depdiknas dan selanjutnya pembimbingan sesuai perkembangan kebutuhan guru
dalam kegiatan pembelajaran
Bedasarkan paparan di atas muncul keinginan melanjutkan studi
pendahuluan di atas menjadi penelitian dengan menggunakan supervisi akademik
model ilmiah. Beranjak dari permasalahan diatas maka direncanakan melakukan
penelitian tindakan sekolah dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Mengajar Guru Kimia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah di SMA
Negeri Kota Takengon ” .
B.

Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat diidentifikasi
masalah-masalah sebagai berikut,
1) Guru tidak menyiapkan Rencana Pembelajaran sebelum mengajar.
2) Penggunaan media TIK dalam pembelajaran kurang disesuaikan dengan
metode dan kompetensi dalam pembelajaran.
3) Guru

belum

melaksanakan

pembelajaran

sesuai standar

proses

pendidikan yang mewajibkan adanya penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran, Melaksanakan pembelajaran meliputi kegiatan yang
mencakup kegiatan eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

10

4) Guru belum melaksanakan evaluasi pembelajaran sesuai standar proses
pendidikan
5) Supervisi

akademik

belum

terlaksana

secara

rutin

dan

berkesinambungan.
6) Pelaksanaan supervisi oleh supervisor sekolah belum menyinggung
model ilmiah.
7) Model supervisi akademik yang dilakukan pengawas hanya merupakan
supervisi konvensional.
8) Guru belum mendapatkan pembinaan dalam mempersiapkan perangkat
pembelajaran
C.

Pembatasan Masalah
Berbagai model supervisi yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan
mengajar guru, namun dalam penelitian ini hanya dibatasi pada Supervisi
Akademik Model Ilmiah dengan alasan supervisi akademik model ilmiah
dengan sasaran bidang studi guru (akademik profesional) dalam hal ini guru
kimia sesuai keilmuan yang dimiliki peneliti. Maka dalam penelitian ini
masalah dibatasi pada: (1) pelaksanaan supervisi akademik model ilmiah;
(2) kemampuan mengajar guru kimia materi larutan elektrolit dan non
elektrolit

dalam

pembuatan

RPP,

pelaksanaan

pembelajaran

dan

mengevaluasi hasil belajar; dan (3) penelitian dilaksanakan di SMA Negeri
Kota Takengon.
D.

Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini rumusan
masalahnya sebagai berikut : Apakah supervisi akademik model ilmiah

11

dapat meningkatkan kemampuan mengajar guru kimia di SMA Negeri Kota
Takengon ?
E.

Tujuan Penelitian
Tujuan

penelitian

ini

adalah

untuk

mengetahui peningkatan

kemampuan mengajar guru kimia melalui supervisi akademik model ilmiah
di SMA Negeri Kota Takengon
F.

Manfaat Hasil Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis maupun
secara praktis adalah sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis yaitu dapat digunakan untuk meningkatkan wawasan dan
pengetahuan khususnya teori kemampuan guru dan teori supervisi
2. Manfaat praktis :
a)

Bagi Pengawas, dengan mengetahui besarnya kontribusi supervisi
akademik model ilmiah, diharapakan dapat menjadi pertimbangan
untuk mengarahkan dan membina guru dalam peningkatan mutu
pembelajaran di sekolah yang dibinanya.

b) Bagi Kepala sekolah dapat digunakan sebagai masukan dalam
rangka menyusun strategi kebijakan meningkatkan kemampuan
guru khususnya di Sekolah Menengah Atas Kota Takengon.
c)

Bagi

guru

kompetensinya

bidang
dalam

studi

kimia,

melaksanakan

mampu

meningkatkan

pembelajaran

yang

berkualitas
d) Bagi peneliti sebagai bahan rujukan dalam melakukan penelitian
lanjutan tentang supervisi akademik model ilmiah.

95

BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A.

Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di 4 sekolah yang ada di Kota

Takengon diperoleh beberapa simpulan:
Penerapan supervisi akademik model ilmiah dapat meningkatkan kemampuan
guru kimia dalam membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Melaksanakan
Pembelajaran dan Mengevaluasi hasil pembelajaran. Ini terbukti dengan
meningkatnya kemampuan mengajar guru kimia menjadi baik dari 25% ke 100
% artinya besarnya peningkatan kemampuan mengajar guru kimia sebesar 75 %.
B.

Implikasi
Telah teruji melalui penelitian bahwa kemampuan guru mengajar dapat

ditingkatkan melalui penerapan supervisi akademik model ilmiah dengan teknik
observasi kelas. Salah satu upaya model ini meningkatkan kemampuan guru
melalui langkah konkret yang dilakukan supervisor membina/melatih guru sesuai
kebutuhan dilapangan melalui pendekatan kolaboratif dengan teknik observasi
kelas secara bersistim (sistematik), yaitu dilakukan secara teratur atau berurutan
melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan penyempurnaan, sensitif
terhadap kebutuhan, kejelasan akan tujuan dan karena itu dapat dihimpun usaha
untuk mencapainya.
Supervisi akademik model ilmiah dapat diterapkan secara luas melalui
kolaborasi dengan berbagai pihak yang terlibat dalam peningkatan mutu dunia
pendidikan, baik itu dinas pendidikan, pengawas, kepala sekolah, tenaga pendidik,

96

dan lembaga-lembaga serta individual yang ikut berkecimpung dalam penataan
dunia pendidikan ke arah yang lebih baik dan dapat disosialisasikan kepada
praktisi pendidikan dengan adanya kebijakan yang dirumuskan oleh pihak-pihak
yang berwenang di bidangnya. Penyusunan program supervisi sebagai salah satu
upaya pengenalan supervisi model ilmiah kepada pengawas dan kepala sekolah
juga dapat dilakukan dengan mendatangkan instruktur daerah atau nasional yang
kompeten di bidangnya, sehingga pelatihan yang dilakukan dapat memberikan
ilmu/keterampilan yang dapat diterapkan. Selain itu, dinas diharapkan juga dapat
mengupayakan penyediaan literatur/bahan bacaan yang membahas implementasi
supervisi akademik model ilmiah secara detail untuk memberikan gambaran yang
jelas sehingga dapat dijadikan sebagai sumber atau pedoman dalam pelaksanaan
di lapangan.
Supervisi akademik model ilmiah sangat dianjurkan untuk digunakan
karena mampu memberikan solusi secara nyata mengenai suatu permasalahan
yang dihadapi guru kimia khususnya sehingga pemahaman dan kemahiran guru
meningkat.Supervisi akademik model ilmiah dapat diaplikasikan sebagai salah
satu teknik untuk membina/melatih suatu keterampilan kepada guru, baik itu
keterampilan menggunakan alat/media maupun keterampilan dalam mengajar.
Selain itu, kajian penelitian ini juga dapat dimanfaatkan sebagai bahan
rujukan dan pembanding bagi peneliti lain dalam melakukan penelitian lebih
lanjut dengan menerapkan teknik supervisi demonstrasi untuk membina/melatih
keterampilan guru dalam bidang yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan
memberikan motivasi untuk terus melakukan inovasi baru dalam menghadapi
tantangan dunia pendidikan yang semakin kompleks.

97

C.

Saran
Berdasarkan simpulan dan implikasi yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka dapat diidentifikasi saran-saran sebagai berikut:
1. Dinas pendidikan sebagai lembaga yang berwenang dalam hal perumusan
kebijakan diharapkan mampu menyusun program supervisi akademik
model ilmiah untuk mengenalkan model ini kepada para kepala sekolah
dan pengawas;
2. Pengawas sekolah sebagai individu yang terlibat dalam hal penjaminan
mutu pendidikan diharapkan mampu menerapkan supervisi akademik
model ilmiah dalam melatih/membina guru sebagai upaya peningkatan
kemampuan mengajar guru;
3. Kepala sekolah sebagai individu yang terlibat secara langsung dalam
proses pemantauan kualitas kinerja guru di lingkungan sekolah,
diharapkan dapat memberikan contoh teladan dalam hal pengajaran
dengan menstranfer dan mengkomunikasikan pengetahuannya melalui
penerapan supervisi akademik model ilmiah;
4.

Guru sebagai rekan seprofesi diharapkan mampu menerapkan supervisi
akademik model ilmiah ini dalam membina rekan sejawat dengan
melakukan sharing pengetahuan/keterampilan yang dapat meningkatkan
profesionalisme kerja;

5. Sebagai bahan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya,
diharapkan peneliti lain dapat menerapkan model supervisi akademik ini
untuk membina/melatih keterampilan guru dalam bidang yang berbeda.

98

DAFTAR PUSTAKA
Ametembun. 2007. Supervisi Pendidikan. Bandung: Penerbit Suri
Arikunto, S. 2010. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta: Rineka
Cipta
Arikunto, S. 2010. Dasar-dasar Supervisi. Yogyakarta: Rineka Cipta
As’ad, Moh. 1995. Psikologi Industri . Yogyakarta: Liberty
Atmodiwiryo, S. 2011. Manajemen Pengawasan dan Supervisi Sekolah. Jakarta:
Ardadizya Jaya
Danim, S. 1994. Tranformasi Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Daryanto. 2005. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Dharma, A. 1998.
Depdikbud

Perencanaan

Pelatihan.

Jakarta: Pusdiklat Pegawai

Glickman, C.,D. 1981. Developmental Supervision Alternative Practices for
Helping Teachers Improve Instruction. Virginia: Asscociation for
Supervision and Curriculum Development
Janawi. 2011. Kompetensi Guru: Citra Guru profesional. Bandung: Alfabeta
Kompas.Com.2012. Hasil UKA Nasionl. http://pengawas20.wordpress.com
/2012/03/20/hasil-uji- kompetensi- awal-uka- secara-nasional/).
Kunandar. 2007. Guru Profesional: Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan
(KTSP). Jakarta: Grafindoa
Maryono. 2011. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Arikunto, S. 2010. Dasar-Dasar dan Teknik Menjadi Supervisor Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Mantja,W. 2001. Makalah. ”Organisasi dan Hubungan Kerja Pengawas
Pendidikan”. disampaikan dalam rapat Konsultasi Pengawasan antara
Inspektorat jenderal Departemen Pendidikan nasional Dengan Badan
Pengawasan Daerah di Solo
Mulyasa. 2002. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya
Mulyasa. 2003. Manajemen Berbasis Sekolah (Konsep, Strategi dan
Implementasi). Bandung: PT. Remaja Rosda Karya

99

Mertler, C., A. 2011. Action Research: Mengembangkan Sekolah dan
Memberdayakan Guru. Alih Bahasa Daryanto. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Muslim, S.,B. 2010. Supervisi
pendidikan
Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta

Meningkatkan

kualitas

Pidarta, M. 2009. Supervisi Pendidikan Kontekstual. Jakarta: Rineka Cipta
Prasojo, L., D. dan Sudiyono. 2011. Supervisi pendidikan. Yogyakarta: Gava
Media
Purba, Sukarman. 2010. Kinerja Pemimpin Jurusan di Perguruan Tinggi;
Teori Konsep dan Koleratnya. Yogyakarta: LaksBang
Purwanto, N. 2009. Administrasi
Remaja Rosda Karya

dan

Supervisi

Pendidikan.

Bandung.

Robbins, S. dan Timothy, A.,J. 2008. Perilaku Organisasi; Buku Terjemahan,
Jakarta. Gramedia
Sagala, S. 2010. Supervisi pembelajaran. Bandung: Alfabeta
_______. 2010. Supervisi untuk Profesionalisme Guru. Bandung: Alfabeta
_______. 2010. Managemen Strategik dalam Peningkatan Mutu Pendidikan.
Bandung: Alfabeta
Sahertian, P.,A. 2008. Konsep dasar dan tehnik supervisi pendidikan dalam
rangka pengembangan sumber daya manusia. Jakarta: Rineka Cipta
Sanjaya, W. 2011.
Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Cetakan ke-8. Jakarta: Kencana Prenada Media
Sergiovanni, T., J. dan Starratt, R.,J. 1993. Supervision A Redefinition.
NewYork: McGraw-Hill, Inc.
Siagian, S., P. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi
Aksara
Soetjipto dan Kosasi. 2004. Profesi Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta
Sudijono, A. 1996. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarata: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana, N. 2010. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru
melalui Supervisi Klinis. Jakarta: Binamitra-Publishing
_________. 2011. Supervisi Pendidikan Konsep dan
Pengawas Sekolah. Jakarta: Binamitra-Publishing

Aplikasinya

Bagi

100

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Trianto. 2010. Penelitian Pendidikan Bagi Pengembangan Profesi Pendidikan
dan Tenaga Kependidikan. Jakarta: Kencana Pradana Media Group
Usman. 2011. Manajemen Teori, Praktik dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara
Sunarto, W. 2013. Jurnal Dinamik ISSN 0854-2172.“Peningkatan Kualitas
Pembelajaran Guru melalui Model Supervisi Artistic dengan Strategi Focus
Group Discussion” . Vol.3. Semarang.
Wiles, Jon, Bondi Joseph, 1985. Supervision A Guide to Practice, Second
Edition, Columbus: Charles F. Merrill Publishing Company.

101

DAFTAR BACAAN

Danim, Sudarwan, 1994, Tranformasi Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara,
Jakarta.

Djamarah, Syaiful Bahri, 1994, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Usaha
Nasional, Surabaya.
Imron, Ali, 1995, Pembinaan Guru di Indonesia, Pustaka Jaya, Jakarta.

Roestiyah, NK, 1986, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, Bina Aksara, Jakarta.

Samana, A. 1994. Profesionalisme Keguruan, Kanisius, Yogyakarta.

Sardiman, AM, 1986, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, CV. Rajawali,
Jakarta.
Sudjana, Nana, 1989, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru
Algensindo, Bandung.
Wijaya, H. ES dan Tabrani Rusyan, 1992, Profesionalisme Tenaga
Kependidikan, Nine Karya Jaya, Bandung.