Pengembangan Model Pembelajaran Berbasis Biografi Kiai di Jawa Timur untuk Meningkatkan Kemempuan Eksplanasi Sejarah Siswa SMA Negeri 1 Situbondo.

(1)

1

Dari masa ke masa, pendidikan telah banyak mengisi ruang kehidupan bangsa. Setiap bangsa yang ingin merdeka atau ingin maju selalu dituntut untuk menyediakan sarana pendidikan yang baik. Tanpa pendidikan, mustahil sebuah bangsa bisa berkembang apalagi maju. Pendidikan adalah ujung tombak utama dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 ayat 1 UU Sistem Pendidikan Nasional, 2007). Sedangkan menurut Ki Hadjar Dewantara (1977:344) pendidikan sebenarnya adalah salah satu usaha untuk memberikan segala nilai-nilai kebatinan yang ada dalam hidup rakyat yang berkebudayaan, kepada tiap-tiap turunan baru, tidak hanya berupa pemeliharaan, akan tetapi juga dengan maksud memajukan serta memperkembangkan kebudayaan menuju ke arah keluhuran hidup kemanusiaan.

Dewasa ini telah banyak upaya yang dilakukan oleh pemerintah dan berbagai pihak secara berkesinambungan dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran betapa pentingnya peranan pendidikan dalam pengembangan sumber daya manusia (human capital)


(2)

dan pengembangan jati diri serta watak bangsa (nation character building). Harkat dan martabat suatu bangsa sangat ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Dalam konteks bangsa Indonesia, peningkatan mutu pendidikan merupakan sarana pembangunan di bidang nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh.

Namun menurut Edy Suhartiyo (dalam Aman, 2011: 4) upaya-upaya dari pemerintah belum menunjukkan hasil sebagaimana yang diharapkan. Suhartiyo menjelaskan bahwa kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti guru, siswa, pengelola sekolah (kepala sekolah, karyawan dan dewan/komite sekolah), lingkungan (orang tua, masyarakat, sekolah), kualitas pembelajaran dan kurikulum. Meningkatnya kualitas pembelajaran yang dilaksanakan di berbagai jenjang pendidikan akan mampu meningkatkan kualitas pedidikan. Usaha peningkatan pendidikan akan berlangsung bauk jika didukung oleh kompetensi dan kemampuan para pengelola pendidikan untuk melakukan perbaikan secara terus-menerus ke arah yang lebih baik. Dengan demikian, inovasi pendidikan secara berkesinambungan dalam program pendidikan termasuk program pembelajaran sejarah merupakan tuntutan yang harus segera dilaksanakan.

Dari uraian di atas, dapat diartikan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dari manusia untuk mewujudkan suasana belajar yang kondusif agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dirinya dan dapat berpikir aktif dan inovatif. Selain itu juga dapat memberikan keterampilan baru dan dapat membuka cakrawala berpikir para peserta didik untuk dapat dipergunakan demi kepentingan bangsa dan negara.


(3)

Dalam upaya mengembangkan diri dan memajukan bangsa dan negaranya, seorang individu tentu juga dituntut untuk paham tentang sejarah bangsa dan negaranya, bahkan juga daerahnya masing-masing. Melalui sejarahlah peserta didik akan melihat dan memahami dari mana ia berasal. Di sinilah bertemu antara pendidikan dan sejarah. Sejarah dalam salah satu fungsi utamanya adalah mengabadikan pengalaman-pengalaman masyarakat di waktu yang lampau, yang sewaktu-waktu bisa menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat itu dalam memecahkan problema-problema yang dihadapinya. Maka apabila pendidikan dianggap sebagai suatu sarana untuk mewujudkan cita-cita nasional kita, maka sejarah pada hakekatnya merupakan sumber kekuatan bagi berfungsinya sarana tersebut dengan efektif. Dengan kata lain, semakin kita menyadari nilai sejarah, semakin kita mempunyai kekuatan untuk menumbuhkan sifat, watak, dan kemampuan yang diinginkan (Widja, 1989:8).

Namun pada kenyataannya, banyak sekali anggapan yang mengatakan bahwa sejarah adalah pelajaran yang membosankan. Ini menyebabkan pelajaran sejarah menjadi salah satu pelajaran yang tidak disukai oleh para siswa. Alasannya pun bermacam-macam. Dari mulai menganggap bahwa sejarah hanya merupakan pelajaran menghafal angka tahun dan nama tokoh sampai ada pula siswa yang menganggap bahwa mengikuti pelajaran sejarah adalah hanya mendengar cerita.

Hal itu terjadi bukannya tanpa alasan. Agaknya benar apa yang dikemukakan oleh Widja (2002: 76) bahwa selama ini, di Indonesia pelajaran sejarah memang kurang diminati oleh peserta didik. Pelajaran sejarah dianggap


(4)

sebagai pelajaran yang membosankan karena seolah-olah cenderung “hafalan”. Menurut Widja bukan rahasia lagi banyak pegajar sejarah berasal dari bukan lulusan sejarah, atau bahwa pelajaran sejarah masih kuat dimaknai sebagai hafalan baik oleh murid bahkan oleh guru. Kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah tidak membawa manfaat karena kajiannya adalah masa lampau. Pelajaran sejarah dianggap tidak memiliki sumbangan berarti bagi dinamika dan pembangunan bangsa.

Padahal menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dikemukakan bahwa materi sejarah sebagai berikut: (1) mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan keperibadian peserta didik; (2) membuat khazanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan; (3) menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa; (4) sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi kritis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari; (5) berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

Tugas guru bukan hanya memberikan pemahaman sejarah saja pada peserta didik. Lebih dari itu, guru juga dituntut untuk bisa menumbuhkan


(5)

kemampuan penjelasan sejarah (historical explanation) pada diri peserta didik. Dengan kemampuan penjelasan sejarah siswa akan mampu memahami serta menganalisa peristiwa sejarah dan dapat mengambil nilai-nilainya dengan baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Rahman Hamid (2014: 41) bahwa problematika penjelasan sejarah yang tidak pernah mencapai kata akhir mensyaratkan penggunaan teori dan metodologi sehingga dapat menghasilkan tulisan sejarah yang berkualitas. Dan kemampuan itu seyogyanya sudah ditumbuhkan ketika masih di bangku SMA.

Hal ini sesuai dengan tujuan Kurukulum 2013 yang tidak hanya menuntut pemahaman terhadap materi, tetapi juga menuntut peserta didik untuk dapat mengaplikasikan materi yang didapat. Mata pelajaran sejarah pun tidak luput dari perhatian. Maka pada silabus Kurikulum 2013 peserta didik yang mempelajari sejarah harus bisa menjelaskan suatu peristiwa sejarah dalam bentuk tulisan.

Eksplanasi sejarah yang paling sederhana adalah menurut metode jurnalistik dalam penyusunan berita ialah harus memenuhi rumusan 5W dan 1 H. Penjelasan sejarah perlu dijelaskan wujud peristiwanya, siapa pelakunya, tempat terjadinya, latar belakang terjadinya, dan bagaimana mungkin peristiwa itu terjadi (Daliman, 2012:67). Dengan demikian secara sendirinya Eksplanasi (penjelasan) yang menyangkut Why dan How perlu mendapat perhatian yang lebih mendalam karena di sinilah kekhususan cirri-ciri dari Eksplanasi sejarah.

Salah satu tema yang bisa diambil sebagai bahan penumbuhan eksplanasi sejarah adalah sejarah lokal. Sejarah lokal sendiri adalah sejarah dari suatu tempat, yang batasan geografisnya terdapat pada suatu tempat tinggal suatu bangsa yang


(6)

mencakup dua-tiga daerah administratif, dan juga dapat pula suatu kota, atau desa (Abdullah, 2005: 15). Dengan mengangkat tema tentang sejarah lokal di daerah, maka kemungkinan besar siswa akan lebih antusias dalam pembelajaran sejarah yang dilakukan di kelas karena materinya akan tersa dekat dengan kehidupan peserta didik sendiri. Hal inilah yang coba akan diterapkan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan eksplanasi sejarah pada diri peserta didik.

Di Jawa Timur pada umumnya dan Situbondo pada khusnya, sebagian besar masyarakatnya adalah golongan “Islam Tradisional” (kalangan santri). Jika boleh disebut, manyarakat di Situbondo adalah orang Islam yang sebagian besar tergolong dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Biasanya, penduduk di Situbondo selalu “patuh” dan sangat menghormat terhadap Kiai di daerahnya. Hal itu tidaklah mengherankan karena julukan kota ini adalah “Kota Santri”, merujuk pada para orang tua yang gemar memasukkan anaknya untuk menuntut ilmu di pesantren, terutama masyarakat-masyarakat pedesaan.

Seorang Kiai/Ulama “besar” mempunyai tempat istimewa dalam hati para penduduk kota Situbondo, terutama mereka yang seperti dikatakan di atas, masuk kalangan santri. Ada beberapa nama Kiai yang menjadi panutan masyarakat Situbondo. Bukan hanya Kiai yang berasal dari Situbondo sendiri, tetapi lebih luas dari daerah Jawa Timur. Ada nama seperti KH. As’ad Samsul Arifin

(Situbondo), KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Kholil (Bangkalan), K.H

Wahab Hasbullah (Jombang), K.H Achmad Shiddiq (Jember) dan lain sebagainya. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Situbondo khususnya untuk mata pelajaran sejarah,


(7)

oleh karena itu peneliti mengambil judul “Model Pembelajaran Berbasis Biografi Kiai di Jawa Timur untuk Meningkatkan Kemampuan Eksplanasi Sejarah di SMA Negeri 1 Situbondo”. Dengan pembelajaran sejarah berbasis pada biografi atau sejarah para Kiai di Jawa Timur yang semasa hidupnya ikut aktif berperan bagi bangsa dan negaranya, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan eksplanasi sejarahnya. Dengan kemampuan Eksplanasi sejarah yang baik maka siswa akan merasa ikut serta dalam penulisan sejarah bangsanya walau masih dalam lingkup kecil dan sederhana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana model pembelajaran sejarah yang berlangsung saat ini di SMA Negeri 1 Situbondo?

2. Bagaimana pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis biografi Kiai di Jawa Timur untuk meningkatkan eksplanasi sejarah?

3. Bagaimana efektifitas model pembelajaran sejarah berbasis biografi Kiai di Jawa Timur untuk meningkatkan kemampuan eksplanasi sejarah?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :


(8)

1. Mendeskripsikan model pembelajaran sejarah yang dipakai saat ini di SMA Negeri 1 Situbondo.

2. Mendeskripsikan pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis biografi Kiai di Jawa Timur untuk meningkatkan eksplanasi sejarah. 3. Mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran sejarah berbasis biografi

Kiai di Jawa Timur untuk meningkatkan eksplanasi sejarah

D. Manfaat penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya pengembangan model pembelajaran.

b. Dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran sejarah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Bahan masukan bagi guru-guru mata pelajaran sejarah dalam proses pembelajaran sejarah sedapat mungkin menggunakan model pembelajaran sejarah yang dapat membuat siswa lebih aktif dan lebih dapat meningkatkan kemampuan eksplanasi sejarah.


(9)

b. Bagi Peserta Didik

Dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan eksplanasi sejarah.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti sendiri, yaitu menambah wawasan tentang pengembangan model dalam pembelajaran sejarah.


(1)

sebagai pelajaran yang membosankan karena seolah-olah cenderung “hafalan”. Menurut Widja bukan rahasia lagi banyak pegajar sejarah berasal dari bukan lulusan sejarah, atau bahwa pelajaran sejarah masih kuat dimaknai sebagai hafalan baik oleh murid bahkan oleh guru. Kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah tidak membawa manfaat karena kajiannya adalah masa lampau. Pelajaran sejarah dianggap tidak memiliki sumbangan berarti bagi dinamika dan pembangunan bangsa.

Padahal menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dikemukakan bahwa materi sejarah sebagai berikut: (1) mengandung nilai-nilai kepahlawanan, keteladanan, kepeloporan, patriotisme, nasionalisme, dan semangat pantang menyerah yang mendasari proses pembentukan watak dan keperibadian peserta didik; (2) membuat khazanah mengenai peradaban bangsa-bangsa, termasuk peradaban bangsa Indonesia. Materi tersebut merupakan bahan pendidikan yang mendasar bagi proses pembentukan dan penciptaan peradaban bangsa Indonesia di masa depan; (3) menanamkan kesadaran persatuan dan persaudaraan serta solidaritas untuk menjadi perekat bangsa dalam menghadapi ancaman disintegrasi bangsa; (4) sarat dengan ajaran moral dan kearifan yang berguna dalam mengatasi kritis multidimensi yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari; (5) berguna untuk menanamkan dan mengembangkan sikap bertanggung jawab dalam memelihara keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup.

Tugas guru bukan hanya memberikan pemahaman sejarah saja pada peserta didik. Lebih dari itu, guru juga dituntut untuk bisa menumbuhkan


(2)

kemampuan penjelasan sejarah (historical explanation) pada diri peserta didik. Dengan kemampuan penjelasan sejarah siswa akan mampu memahami serta menganalisa peristiwa sejarah dan dapat mengambil nilai-nilainya dengan baik. Sebagaimana dikemukakan oleh Rahman Hamid (2014: 41) bahwa problematika penjelasan sejarah yang tidak pernah mencapai kata akhir mensyaratkan penggunaan teori dan metodologi sehingga dapat menghasilkan tulisan sejarah yang berkualitas. Dan kemampuan itu seyogyanya sudah ditumbuhkan ketika masih di bangku SMA.

Hal ini sesuai dengan tujuan Kurukulum 2013 yang tidak hanya menuntut pemahaman terhadap materi, tetapi juga menuntut peserta didik untuk dapat mengaplikasikan materi yang didapat. Mata pelajaran sejarah pun tidak luput dari perhatian. Maka pada silabus Kurikulum 2013 peserta didik yang mempelajari sejarah harus bisa menjelaskan suatu peristiwa sejarah dalam bentuk tulisan.

Eksplanasi sejarah yang paling sederhana adalah menurut metode jurnalistik dalam penyusunan berita ialah harus memenuhi rumusan 5W dan 1 H. Penjelasan sejarah perlu dijelaskan wujud peristiwanya, siapa pelakunya, tempat terjadinya, latar belakang terjadinya, dan bagaimana mungkin peristiwa itu terjadi (Daliman, 2012:67). Dengan demikian secara sendirinya Eksplanasi (penjelasan) yang menyangkut Why dan How perlu mendapat perhatian yang lebih mendalam karena di sinilah kekhususan cirri-ciri dari Eksplanasi sejarah.

Salah satu tema yang bisa diambil sebagai bahan penumbuhan eksplanasi sejarah adalah sejarah lokal. Sejarah lokal sendiri adalah sejarah dari suatu tempat, yang batasan geografisnya terdapat pada suatu tempat tinggal suatu bangsa yang


(3)

mencakup dua-tiga daerah administratif, dan juga dapat pula suatu kota, atau desa (Abdullah, 2005: 15). Dengan mengangkat tema tentang sejarah lokal di daerah, maka kemungkinan besar siswa akan lebih antusias dalam pembelajaran sejarah yang dilakukan di kelas karena materinya akan tersa dekat dengan kehidupan peserta didik sendiri. Hal inilah yang coba akan diterapkan dalam penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan eksplanasi sejarah pada diri peserta didik.

Di Jawa Timur pada umumnya dan Situbondo pada khusnya, sebagian besar masyarakatnya adalah golongan “Islam Tradisional” (kalangan santri). Jika boleh disebut, manyarakat di Situbondo adalah orang Islam yang sebagian besar tergolong dalam organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Biasanya, penduduk di Situbondo selalu “patuh” dan sangat menghormat terhadap Kiai di daerahnya. Hal itu tidaklah mengherankan karena julukan kota ini adalah “Kota Santri”, merujuk pada para orang tua yang gemar memasukkan anaknya untuk menuntut ilmu di pesantren, terutama masyarakat-masyarakat pedesaan.

Seorang Kiai/Ulama “besar” mempunyai tempat istimewa dalam hati para penduduk kota Situbondo, terutama mereka yang seperti dikatakan di atas, masuk kalangan santri. Ada beberapa nama Kiai yang menjadi panutan masyarakat Situbondo. Bukan hanya Kiai yang berasal dari Situbondo sendiri, tetapi lebih luas dari daerah Jawa Timur. Ada nama seperti KH. As’ad Samsul Arifin (Situbondo), KH. Hasyim Asy’ari (Jombang), KH. Kholil (Bangkalan), K.H Wahab Hasbullah (Jombang), K.H Achmad Shiddiq (Jember) dan lain sebagainya. Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Situbondo khususnya untuk mata pelajaran sejarah,


(4)

oleh karena itu peneliti mengambil judul “Model Pembelajaran Berbasis Biografi Kiai di Jawa Timur untuk Meningkatkan Kemampuan Eksplanasi Sejarah di SMA Negeri 1 Situbondo”. Dengan pembelajaran sejarah berbasis pada biografi atau sejarah para Kiai di Jawa Timur yang semasa hidupnya ikut aktif berperan bagi bangsa dan negaranya, siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan eksplanasi sejarahnya. Dengan kemampuan Eksplanasi sejarah yang baik maka siswa akan merasa ikut serta dalam penulisan sejarah bangsanya walau masih dalam lingkup kecil dan sederhana.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana model pembelajaran sejarah yang berlangsung saat ini di SMA Negeri 1 Situbondo?

2. Bagaimana pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis biografi Kiai di Jawa Timur untuk meningkatkan eksplanasi sejarah?

3. Bagaimana efektifitas model pembelajaran sejarah berbasis biografi Kiai di Jawa Timur untuk meningkatkan kemampuan eksplanasi sejarah?

C. Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :


(5)

1. Mendeskripsikan model pembelajaran sejarah yang dipakai saat ini di SMA Negeri 1 Situbondo.

2. Mendeskripsikan pengembangan model pembelajaran sejarah berbasis biografi Kiai di Jawa Timur untuk meningkatkan eksplanasi sejarah. 3. Mendeskripsikan efektifitas model pembelajaran sejarah berbasis biografi

Kiai di Jawa Timur untuk meningkatkan eksplanasi sejarah

D. Manfaat penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat untuk :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan positif bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya pengembangan model pembelajaran.

b. Dapat memberikan masukan bagi peneliti lain yang berkaitan dengan pengembangan pembelajaran sejarah.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Guru

Bahan masukan bagi guru-guru mata pelajaran sejarah dalam proses pembelajaran sejarah sedapat mungkin menggunakan model pembelajaran sejarah yang dapat membuat siswa lebih aktif dan lebih dapat meningkatkan kemampuan eksplanasi sejarah.


(6)

b. Bagi Peserta Didik

Dapat membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan eksplanasi sejarah.

c. Bagi Peneliti

Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti sendiri, yaitu menambah wawasan tentang pengembangan model dalam pembelajaran sejarah.