PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA.

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING

Pembimbing I

Prof. Dr. Hj. Hansiswany Kamarga, M.Pd
NIP: 195609021987032001

Pembimbing II

Prof.Dr. H. As’ari Djohar, M.Pd
NIP: 195009021987032001

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pengembangan Kurikulum

Prof. Dr. H. Ishak Abdulhak, M.Pd
NIP: 194902271977031002

i


PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pengembangan
Model Pembelajaran Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa pada
Mata Pelajaran Sejarah di SMA” beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya
sendiri dan tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang yang
tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas
pernyataan ini, saya siap menanggung resiko sanksi yang dijatuhkan kepada saya
apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam
karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, September 2011
Yang membuat pernyataan

(Praptiwi)

ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’aalamiin
Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan pada Alloh SWT atas
rahmat, taufik dan hidayahNya, karena atas kehendak-Nya penyusunan tesis
yang

berjudul

“Pengembangan

Model

Pembelajaran

Inkuiri

Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di
SMA” ini dapat diselesaikan. Tesis ini diajukan untuk memenuhi sebagian
dari


syarat

memperoleh

gelar

Magister

Pendidikan

Program

Studi

Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.
Tesis ini merupakan hasil penelitian pada empat sekolah/ Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang ada di Kecamatan Rangkasbitung. Penelitian ini
disajikan sebagai upaya menemukan salah satu upaya alternatif masalah

peningkatan keterampilan berpikir siswa dalam mata pelajaran sejarah pada
tingkat Sekolah Menengah Atas.
Uraian hasil penelitian ini terbagi menjadi lima bagian utama. Bab I
dipaparkan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan
menfaat penelitian dalam penyusunan tesis ini. Pada Bab II diuraikan kajiankajian teoretis yang berhubungan dengan fokus utama penelitian, juga
menyajikan berbagai konsep sebagai dasar acuan dalam mengembangkan
model pembelajaran sehingga bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
Beberapa konsep penting diantaranya; konsep kurikulum dan pembelajaran,
konsep pembelajaran sejarah di SMA, konsep keterampilan berpikir dan
konsep model pembelajaran inkuiri. Metodologi yang digunakan dalam
penelitian dan analisa data hasil studi pendahuluan dibahas pada Bab III. Bab

iii

IV berisi mengenai bahasan hasil penelitian yang ditemukan dalam
pelaksanaan penelitian baik pada uji coba terbatas, maupun uji coba luas. Bab
V merupakan kesimpulan dan rekomendasi terhadap berbagai pihak terkait,
terutama dalam pengimplementasian model ini.
Hasil penelitian ini memperkuat hasil penelitian terdahulu, yang
membuktikan bahwa model pembelajaran inkuiri ini mampu meningkatkan

keterampilan berpikir siswa, sehingga dapat menghasilkan proses dan hasil
belajar yang lebih baik. Penelitian pengembangan ini menunjukkan manfaat
dan kelebihan model ini, sehingga produk ini layak dijadikan sebagai alternatif
model pembelajaran untuk memperbaiki proses pembelajaran sejarah.
Karya ini disadari sepenuhnya bukan merupakan karya yang sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan selalu
diterima dengan lapang hati untuk memperkaya khasanah keilmuan karya ini.
Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
pengetahuan, terutama pengembangan model pembelajaran inkuiri.
Bandung, September 2011

Praptiwi

iv

UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Alah SWT, berkat rahmat
dan hidayahNya, penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “
Pengembangan


Model

Pembelajaran

Inkuiri

Untuk

Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA” dengan
baik. Dalam penulisan tesis ini, banyak pihak yang mamberikan bantuan dan
dukungan, baik secara moril, maupun materil.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus, dan hanya rangkaian
doa yang dapat penulis haturkan, semoga semua pihak yang telah membantu
mendapat balasan yang lebih baik dan kedudukan yang mulia di hadapan
Allah SWT. Penulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus dan
penghargaan yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Prof. Dr. Hj. Hansiswany Kamarga, M.Pd, selaku Pembimbing I
sekaligus sebagai Penasehat Akademik, yang telah begitu banyak

memberikan arahan dan bimbingan, berupa kesabaran, ketelitian,
kesungguhan, dan motivasi yang terus beliau berikan dalam
menghasilkan karya tesis ini. Terima kasih atas kekayaan khasanah
keilmuan yang telah diberikan kepada penulis di sela-sela
kesibukannya.
2. Prof. Dr. H.As’ari Djohar, M.Pd, sebagai dosen dan pembimbing
II. Bimbingan, arahan, kesabaran, perhatian dan wacana keilmuan
yang telah berikan berikan di sela-sela kesibukan beliau, sehingga
menjadikan penulis menjadi terdorong dan termotivasi untuk dapat
menyelesaian penulisan tesis ini.

v

3. Prof. Dr. H.Ishak Abdulhak, M.Pd, selaku dosen dan ketua
Program Studi Pengembangan Kurikulum Sekolah Pascasarjana
UPI yang telah memberikan dorongan dan semangat

dalam

menyelesaikan studi ini.

4. Seluruh dosen pada program Studi Pengembangan Kurikulum,
diantaranya yaitu Prof. Dr. H. Said Hamid Hasan, M.A, Prof. Dr.
H. Nana Syaodih Sukmadinata, Prof. Dr. H. R Ibrahim, M.A, Prof.
Dr. Hj. Mulyani Sumantri, M.Pd, Prof. Dr. H.Waini Rasyidin, Prof.
Dr. H. Mukhidin, M.Pd, Prof. Dr. H.Wina Sanjaya, M.Pd, Dr. H.
Ayi Suherman, M.Pd, Dr. H. Azis Mahfudin, M.Pd, Dr. Hj.Erliany
Syaodih, M.Pd, Dr. Rusman, M.Pd, dan Dr. H. Toto Ruhimat,
M.Pd. Terima kasih atas jasa beliau-beliau yang telah memberikan
pencerahan dan perluasan wawasan keilmuan serta motivasi yang
diberikan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, baik
secara langsung maupun tidak langsung.
5. Bapak Direktur dan Asisten Direktur Program Pasaca Sarjana UPI
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengikuti studi S2 di Program Studi Pengembangan Kurikulum
Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Motivasi
dan dorongan yang beliau berikan, membantu penulis dalam
menyelesaikan pendidikan S2 ini.
6. Para pihak dan instansi pemerintah terkait, yang telah memberikan
kemudahan kepada penulis dalam mengurus perizinan dalam
melaksanakan penelitian ini.


vi

7. Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum dan
Kesiswaan,

Guru

dan

Siswa

kelas

X

di

SMAS


PGRI

Rangkasbitung, SMAN 1, SMAN 2, dan SMAN 3 Rangkasbitung
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian dan pengembangan dalam uji coba
terbatas dan uji coba luas pada model pembelajaran inkuiri.
Kesempatan yang diberikan oleh Kepala Sekolah dan kerjasama
yang baik dari guru kelas X, menyebabkan penelitian ini dapat
berjalan dengan baik.
8. Pujo Harto, S.Pd, Kepala SMPN 3 Cileles, Rangkasbitung periode
2009-sekarang, serta seluruh rekan-rekan guru yang telah
memberikan dorongan, semangat, dan pengertian yang besar
kepada penulis dalam menjalani dan menyelesaikan pendidikan
pada program Studi Pengembangan Kurikulum di Pasca Sarjana
UPI.
9. Kepada teman-teman kelas Reguler A dan B Bandung angkatan
2008 dan teman-teman Kelas A dan B Serang angkatan 2008, yang
tidak bisa penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas canda,
tawa, khasanah kelimuan, perbedaan pendapat, semangat dan
motivasi yang telah diberikan yang telah banyak mewarnai harihari penulis selama mengikuti perkuliahan pada pendidikan

program studi Pengembangan Kurikulum, Pasca Sarjana. Semoga
silaturahmi di antara kita tetap terjaga. Aaamiiin
10. Ayahanda. H Suprapto yang telah memberikan dukungan moral
dan spiritual pada penulis. Ibunda Hj. S. Setyowati, S.Pd, yang

vii

tiada hentinya selalu mendoakan, mendidik dan selalu memberikan
dorongan baik moril maupun materil kepada penulis untuk pantang
menyerah dalam menyelesaikan studi S2 di Program Studi
Pengembangan Kurikulum ini, sekaligus sebagai sumber inspirasi
bagi penulis. Karya ini penulis persembahkan kepada ibunda
sebagai bakti kepada orang tua.
11. Adinda Tika Larasati dan Aldi Prasetya Triatmaja, yang selalu
memberikan dukungan kepada penulis selama proses penulisan
karya ini. Semoga karya ini menjadi contoh dan pendorong bagi
kalian untuk terus berkarya.
12. Hendriana, S.Pd, suami tercinta yang telah memberikan dukungan,
baik moril maupun materil kepada penulis untuk pantang menyerah
dalam menyelesaikan studi, untuk perhatian dan pengorbanan
selama penulis menjalani pendidikan pada program Studi
Pengembangan Kurikulum.
13. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penulisan tesis ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak pihak yang turut berperan
serta baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian tesis
ini, yang tidak mungkin disebutkan satu per satu. Tidak ada kata yang paling
berharga selain ucapan terima kasih dan doa yang tulus semoga Allah SWT
memberikan balasan yang lebih baik atas semua bantuan dan kebaikan yang
telah diberikan serta memberikan limpahan rahmat dan Hidayah-Nya bagi
semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyelesaian tesis ini. Amin.

viii

Semoga segala yang diperoleh penulis mendapat ridho Nya dan
semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi para
pembaca pada umumnya serta dapat memberikan motivasi bagi rekan-rekan
lainnya agar dapat terus berkarya.
Bandung, September 2011

Penulis

ix

PENGEMBANGAN MODEL INKUIRI
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR SISWA
PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI SMA
ABSTRAK
Oleh: Praptiwi
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kesenjangan antara tuntutan
kurikulum 2006 dengan kondisi pembelajaran sejarah di SMA di Kecamatan
Rangkasbitung. Pada umumnya, pembelajaran sejarah di tingkat SMA masih
tampak kurang memperhatikan aspek keterampilan berpikir siswa. Hal ini
terlihat di mana siswa cenderung pasif, dan masih berpusat pada guru (teacher
centred). Pola pembelajaran ini cenderung mengakibatkan pencapaian hasil
hanya berkisar pada domain kognitif tingkat rendah sehingga siswa tidak
tertantang untuk berpikir. Idealnya, mata pelajaran sejarah yang diberikan di
SMA berorientasi pada siswa yang bertujuan untuk peningkatan keterampilan
berpikir, pembentukan sikap dan penanaman nilai-nilai sejarah. Tujuan
penelitian adalah pengembangan model pembelajaran inkuiri. Penelitian ini
menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and
Development) yang dilakukan di SMA Kecamatan Rangkasbitung. Model
pembelajaran yang dihasilkan dalam penelitian ini merupakan hasil
pengembangan atau modifikasi dari model pembelajaran inkuiri untuk
kepentingan pembelajaran mata pelajaran sejarah. Tujuan penelitian ini adalah
(1) menghasilkan desain model pembelajaran inkuiri, (2) mengetahui
implementasi model pembelajaran inkuiri, (3) mendapatkan gambaran
evaluasi hasil peningkatan keterampilan berpikir melalui model pembelajarn
inkuiri, dan (4) mendapatkan gambaran mengenai kelebihan dan kelemahan
yang dihadapi dalam pelaksanaan model pembelajaran inkuiri. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa: (1) desain model pembelajaran inkuiri mencakup lima
langkah, yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data, menguji hipotesis dan menyimpulkan; (2) pada implementasinya, model
pembelajaran inkuiri dilakukan sesuai dengan desain model pembelajaran
inkuiri pada mata pelajaran sejarah di Kecamatan Rangkasbitung yang
dihasilkan melalui proses pengembangan dan penyempurnaan melalui tahap
uji coba. Hal ini dibuktikan dengan peningkatan keterampilan berpikir siswa
di SMA pada kategori tinggi, sedang dan rendah; (3) evaluasi model
pembelajaran inkuiri ini dilakukan melalui evaluasi proses dan evaluasi hasil.
Evaluasi proses mampu melibatkan siswa secara aktif, yang tercermin dari
aktivitas yang meningkat dari tiap uji coba.Evaluasi hasil belajar juga
menunjukkan meningkatnya hasil belajar siswa melalui post test yang
merupakan indikator peningkatan keterampilan berpikir siswa;(4)faktor
pendukung adalah komitmen guru dalam memperbaiki pembelajarannya,dan
minat belajar siswa yang tinggi. Faktor penghambat adalah heterogenitas
intelektual siswa, keterbatasan media dan sumber pada sekolah dengan
ketegori rendah, serta keterbatasan waktu. Penelitian ini menunjukkan bahwa
model pembelajaran inkuiri cocok diterapkan pada mata pelajaran sejarah
untuk meningkatkan keterampilan berpikir siswa di SMA. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut, direkomendasikan kepada guru untuk menggunakan model
pembelajaran inkuiri ini sebagai salah satu alternatif dalam meningkatkan
keterampilan berpikir siswa dalam pembelajaran.
x

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING…………..……………
LEMBAR PERNYATAAN………………………………….……....
KATA PENGANTAR…………………………………………….….
UCAPAN TERIMA KASIH………………………………….……..
ABSTRAK………………………………………….....……………..
DAFTAR ISI………………………………………….......…….…...
DAFTAR TABEL…………………………………………...….……
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………
DAFTAR GRAFIK…………………………...……………….…….
DAFTAR BAGAN………………………………………….....……..
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………....……

i
ii
iii
v
x
xi
xiii
xv
xvi
xvii
xviii

BAB. I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah…………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah…………………………………..…………...… 15
C. Pertanyaan penelitian ……………………………………………... 16
D. Definisi Operasional ……………………………………………… 17
E. Tujuan Penelitian …………………………………………………. 19
F. Manfaat penelitian ………………………………………………... 20
BAB II LANDASAN TEORITIK PENGEMBANGAN
A. Keterampilan berpikir
1. Konsep keterampilan berpikir…………………………………….. 22
2. Keterampilan Berpikir Kesejarahan……………………………… 26
B. Kurikulum dan Pembelajaran Sejarah di SMA
1. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum Sejarah di SMA
a. Pengertian Kurikulum…………………………………..……. 33
b. Implementasi Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah di SMA…... 38
c. Peran Guru sebagai Pengembang Kurikulum ………………... 42
d. Peran Siswa sebagai Subjek…………………………………... 45
2. Pembelajaran Sejarah di SMA……………..………………......... 47
C. Model Pembelajaran Inkuiri
1. Konsep Model Pembelajaran…………….………………………. 52
2. Jenis Model Pembelajaran……………………………………….. 56
3. Model Pembelajaran Inkuiri…………………………………..…. 60
a. Konsep Model Pembelajaran Inkuiri………………………… 60
b. Model pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran Sejarah…... 63
c. Teori belajar yang mendasari…..…………………………...... 65
d. Prinsip Model Pembelajaran Inkuiri…………………………. 69
e. Langkah-langkah Pembelajaran Inkuiri……………………… 75
f. Jenis-jenis Pembelajaran Inkuiri……………………………... 79
g. Peran Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Inkuiri…………. 84
h. Model Pembelajaran Inkuiri dalam Pembelajaran Sejarah……. 87
4. Keunggulan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri……… 89

xi

BAB. III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian……………………………………………..………
1. Studi Pendahuluan…………………………………………………
2. Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri………………………
B. Lokasi dan Subjek Penelitian …………………………………………
C. Tekhnik Pengumpulan Data …………………………………………..
D. Pengembangan Instrumen ………………..…………………………..
E. Analisis Data ………………………………………………………….
F. Langkah-Langkah Penelitian ………………………………………….
G. Hasil Penelitian Pra Survey
1. Deskripsi data.............................................……………...……….
2. Kesimpulan............................................……………..……………
H. Penyusunan Pengembangan Draft Awal Model Pembelajaran Inkuiri
1. Desain Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri.....................
2. Prosedur Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri....................
3. Pengembangan Alat Evaluasi Model Pembelajaran Inkuiri..........
I. Pengembangan dan Pelaksanaan Uji Coba Model……………………
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Coba
1. Hasil Uji Coba Terbatas……..………..………….……………..
2. Hasil Uji Coba Luas…..………..………….……………………..
B. Pembahasan
1. Desain Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri………….….
2. Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri……………………....
3. Evaluasi Model Pembelajaran Inkuiri untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir……..……………………………………..
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri………...

93
97
104
106
109
111
114
115
117
143
148
149
158
162
163

189
198
233
237
241
244

BAB. V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan…..………..……………………….…………………….. 250
B. Rekomendasi…..………..………….…………………….………….. 254
DAFTAR PUSTAKA

xii

DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel 3.1 Sampel sekolah untuk Penelitian Uji Coba Terbatas dan
Uji Coba Luas………………………………………………………….. 109
2. Tabel 3.2 Latar belakang pendidikan Responden Guru.………………. 117
3. Tabel 3.3 Persiapan guru dalam mengajar.……………………………. 118
4. Tabel 3.4 Tujuan Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 118
5. Tabel 3.5 Pendapat guru tentang pengembangan Aspek-aspek dalam
Rencana Pembelajaran………………………………………………… 119
6. Tabel 3.6 Pendapat guru mengenai pelaksanaan Kegiatan Belajar
Mengajar………………………………………………………………. 120
7. Tabel 3.7 Pandangan Guru dalam Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah 123
8. Tabel 3.8 Pelajaran yang tidak Disenangi Siswa……………………… 125
9. Tabel 3.9 Persepsi Siswa Terhadap Pelajaran Sejarah…………….…. 125
10. Tabel 3.10 Alasan tidak Menyenangi Pelajaran Sejarah……………… 126
11. Tabel 3.11Persepsi Siswa Mengenai Belajar Sejarah…………………. 127
12. Tabel 3.12 Pendapat siswa tentang Cara Mengajar Guru…………….. 128
13. Tabel 3.13 Harapan Siswa terhadap Cara Mengajar Guru …………… 129
14. Tabel 3.14 Harapan Siswa Mengenai Pembelajaran Inkuiri……..…… 129
15. Tabel 3.15 Pendapat Siswa mengenai Tujuan Bersekolah……..…….. 130
16. Tabel 3.16 Pendapat Siswa mengenai Aktivitas Bersekolah……..…… 131
17. Tabel 3.17 Aktivitas Belajar Siswa di Rumah……………..…..……… 131
18. Tabel 3.18 Pendapat Siswa yang menyenangi Pembelajaran Sejarah…. 132
19. Tabel 3.19 Pendapat Siswa yang Tidak Menyenangi Pembelajaran
Sejarah………………………………………………………………… 133
20. Tabel 3.20 Tujuan Guru Mengajar………………………………….… 134
21. Tabel 3.21 Pandangan Guru Mengenai Tugas Mengajar……………... 135
22. Tabel 3.22 Pandangan Guru Terhadap Pelajaran Sejarah di SMA.…… 136
23. Tabel 3.23 Pandangan Guru Terhadap Tujuan Pelajaran Sejarah di
SMA………………………………………………………………….. 137
24. Tabel 3.24 Pandangan Guru Terhadap Model Pembelajaran Dalam
Pelajaran Sejarah………………………………………..……………. 138
25. Tabel 3.25 Pandangan Guru Terhadap Pembiasaan Keterampilan
Berpikir………………………………………………………………. 138
26. Tabel 3.26 Evaluasi terhadap Keterampilan Berpikir………………... 139
27. Tabel 3.27 Cara mengajar guru dalam Pembelajaran Sejarah………... 140
28. Tabel 3.28 Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran Sejarah 140
29. Tabel 3.29 Perbandingan Langkah Pembelajaran Inkuiri Menurut Para
Ahli…………………………………………………………………… 150
30. Tabel 3.30 Perkembangan Model Pembelajaran Inkuiri Untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir dari Awal sampai Final………. 188
31. Tabel 4.1 Proses Aktivitas Belajar Siswa pada Uji Coba Terbatas…… 189
32. Tabel 4.2 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Uji Coba Terbatas………….. 191
xiii

33. Tabel 4.3 Uji Signifikansi Uji Coba Terbatas Pertama……………….
34. Tabel 4.4 Uji Signifikansi Uji Coba Terbatas Kedua…………………
35. Tabel 4.5 Uji Signifikansi Uji Coba Terbatas Ketiga…………………
36. Tabel 4.6 Uji Signifikansi Uji Coba Terbatas Keempat………………
37. Tabel 4.7 Aktivitas Siswa pada Uji Coba Luas di SMAN
Rangkasbitung………………………………………………………..
38. Tabel 4.8 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Uji Coba Luas di SMAN 1
Rangkasbitung………………………………………………………..
39. Tabel 4.9 Uji Signifikansi Uji Coba Pertama di SMAN 1
Rangkasbitung………………………………………………………..
40. Tabel 4.10 Uji Signifikansi Uji Coba Kedua di SMAN 1
Rangkasbitung………………………………………………………..
41. Tabel 4.11 Uji Signifikansi Uji Coba Ketiga di SMAN 1
Rangkasbitung………………………………………………………..
42. Tabel 4.12 Uji Signifikansi Uji Coba Keempat di SMAN 1
Rangkasbitung………………………………………………………..
43. Tabel 4.13 Aktivitas Siswa pada Uji Coba Luas di SMAN 3
Rangkasbitung………………………………………………………..
44. Tabel 4.14 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Uji Coba Luas di SMAN 3
Rangkasbitung………………………………………………………..
45. Tabel 4.15 Uji Signifikansi Uji Coba Pertama di SMAN 3
Rangkasbitung………………………………………………………..
46. Tabel 4.16 Uji Signifikansi Uji Coba Kedua di SMAN 3
Rangkasbitung………………………………………………………..
47. Tabel 4.17 Uji Signifikansi Uji Coba Ketiga di SMAN 3
Rangkasbitung………………………………………………………..
48. Tabel 4.18 Uji Signifikansi Uji Coba Keempat di SMAN 3
Rangkasbitung………………………………………………………..
49. Tabel 4.19 Aktivitas Siswa pada Uji Coba Luas di SMAN 2
Rangkasbitung………………………………………………………..
50. Tabel 4.20 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Uji Coba Luas di SMAN
2 Rangkasbitung……………………………………………………...
51. Tabel 4.21 Uji Signifikansi Uji Coba Pertama di SMAN 2
Rangkasbitung………………………………………………………..
52. Tabel 4.22 Uji Signifikansi Uji Coba Kedua di SMAN 2
Rangkasbitung………………………………………………………..
53. Tabel 4.23 Uji Signifikansi Uji Coba Ketiga di SMAN 2
Rangkasbitung………………………………………………………..
54. Tabel 4.24 Uji Signifikansi Uji Coba Keempat di SMAN 2
Rangkasbitung………………………………………………………..

xiv

191
193
195
196
205
206
207
209
210
214
214
216
216
218
220
221
223
225
226
227
229
230

DAFTAR GRAFIK
1. Grafik 4.1 Proses Aktivitas Belajar Siswa pada Uji Coba Terbatas…... 190
2. Grafik 4.2 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada Uji Coba Terbatas 198
3. Grafik 4.3 Proses Aktivitas Belajar Siswa pada Uji Coba Luas di SMAN
1 Rangkasbitung…………………………………………………….. 206
4. Grafik 4.4 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada Uji Coba Luas
di SMAN I Rangkasbitung…………………………………………… 214
5. Grafik 4.5 Proses Aktivitas Belajar Siswa pada Uji Coba Luas II di
SMAN 3 Rangkasbitung…………………………………………...… 215
6. Grafik 4.6 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada Uji Coba
Luas di SMAN 3 Rangkasbitung…………………………………….. 223
7. Grafik 4.7 Proses Aktivitas Belajar Siswa pada Uji Coba Luas
di SMAN 2 Rangkasbitung…………………………………….. ……. 224
8. Grafik 4.8 Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa pada Uji Coba
Luas di SMAN 2 Rangkasbitung………………………………….…. 232
DAFTAR BAGAN
1. Bagan 2.1 Struktur SKKD Mata Pelajaran Sejarah kelas X SMA…….
2. Bagan 3.1 Langkah-Langkah Research and Development……………
3. Bagan 3.2 Langkah-Langkah Penelitian dan Pengembangan Model
Pembelajaran Inkuiri…………………………….……………………
4. Bagan 3.3 Desain Perencanaan Model Pembelajaran Inkuiri………..
5. Bagan 3.4 Format RPP awal model pembelajaran inkuri……………..
6. Bagan 3.5 Draft RPP Uji Coba Terbatas I ……….………………...…
7. Bagan 3.6 Draft RPP Uji Coba Terbatas II …….………………....…..
8. Bagan 3.7 Draft RPP Uji Coba Terbatas III…….…………………….
9. Bagan 3.8 Draft RPP Uji Coba Terbatas IV….……………………….
10. Bagan 3.9 Bentuk Akhir Model Pembelajaran Inkuiri………………..

42
95
97
153
154
165
171
178
183
187

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.

Instrumen Penelitian……….…………………….……………………. 263
Perangkat Pembelajaran……….…………………….………………… 290
Data Hasil Penelitian……….…………………….………………….… 317
Foto Dokumentasi Penelitian……….…………………….…………… 330
Surat Keterangan Penelitian……….…………………….…………… 337

xv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPS di sekolah merupakan salah satu wahana untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional, sekaligus sebagai upaya untuk
menumbuhkan dan mengembangkan rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan peserta didik dalam mengantisipasi perubahan dan tuntutan
pertumbuhan zaman. Dalam hal ini, pencapaian tujuan pembelajaran IPS
adalah pentingnya

mengembangkan

keterampilan berpikir (Somantri,

2001:184). Hal yang sama dikemukakan National Council for the Social
Studies (NCSS) bahwa keterampilan berpikir (thinking skills) dalam pelajaran
IPS merupakan salah satu keterampilan yang harus dimiliki siswa di samping
keterampilan penelitian (research skills), berpartisipasi sosial (social
participation skills), dan berkomunikasi (communication skills) (Maryati,
2006). Pentingnya keterampilan berpikir bagi pendidikan ilmu-ilmu sosial
juga diperlukan agar siswa mampu menemukan sesuatu yang memiliki makna
bagi dirinya, sebagaimana diungkapkan oleh Hasan (1996:113). Keterampilan
berpikir penting bagi pendidikan ilmu-ilmu sosial. Dengan menguasai
keterampilan berpikir siswa yang belajar ilmu-ilmu sosial akan mampu
mengolah apa yang dibacanya, dibahasnya, ataupun dilihatnya sehingga ia
menemukan sesuatu yang memiliki makna bagi dirinya.
Mata pelajaran sejarah, merupakan salah satu bagian dari rumpun IPS.
Kurikulum pendidikan Ilmu-ilmu sosial di SMA mengambil bentuk yang lebih
tegas dibandingkan dengan SMP. Artinya, pendekatan disiplin ilmu terpisah

1

dan mandiri dinyatakan tidak hanya dalam definisi (untuk setiap pendidikan
disiplin ilmu yang dinyatakan dalam kurikulum), tetapi juga dalam
pengembangan kurikulum (Hasan,1996:49).
Kurikulum mata pelajaran sejarah untuk tingkat SMA mengacu kepada
prinsip fleksibilitas, yang rancangan pembelajarannya memperhatikan peserta
didik dalam memahami masa lampaunya agar mampu menghadapi persoalan
hidupnya di masa kini, juga memperhatikan di mana siswa berada, dan
mengingat kepada potensi atau kemampuannya yang berbeda. (Sukmadinata,
1997:150). Prinsip ini dapat dilaksanakan dengan memanfaatkan ruang
lingkup bahan pelajaran sejarah nasional dan sejarah umum yang cakupannya
cukup luas melalui rentangan ruang dan waktu.
Pembelajaran sejarah, merupakan salah satu mata pelajaran dalam
program IPS di SMA. Pembelajaran sejarah di SMA, dilihat dari tujuan dan
penggunaannya, dapat dibedakan atas sejarah empiris dan sejarah normatif.
Sejarah empiris menyajikan subtansi kesejarahan yang bersifat akademis
(untuk tujuan yang bersifat ilmiah). Sejarah normatif menyajikan subtansi
kesejarahan yang dipilih menurut ukuran nilai dan sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional. Di samping itu, mata pelajaran sejarah di SMA juga
mengkaji perkembangan masyarakat dari masa lampau hingga masa kini, baik
di Indonesia maupun di luar Indonesia. Mengacu pada mata pelajaran sejarah
di SMA (BSNP:2007), pembelajaran sejarah di SMA lebih berorientasi pada
perspektif kritis logis dengan pendekatan historis-logis. Sikap ini dapat
terbentuk apabila siswa memahami makna mempelajari sejarah. Dengan
demikian, peran guru sangat penting dalam menentukan persepsi siswa
terhadap pentingnya memahami dan menghargai sejarah, serta mampu

2

memaknai nilai-nilai sejarah di masa lalu dan menyesuaikannya dengan nilainilai tersebut pada kehidupannya sekarang.
Membelajarkan sejarah kepada peserta didik berarti menyentuh proses
belajar. Konsep belajar bermakna juga baik dipakai dalam belajar IPS,
termasuk pembelajaran sejarah di dalamnya. Peserta didik terlebih dahulu
memiliki konsep-konsep yang telah dipelajarinya terlebih dahulu. Pada waktu
belajar pengetahuan baru, peserta didik menghubungkannya dengan konsep
yang telah dimilikinya dan terbentuklah kebermaknaan logis. Dengan
perspektif global sebagai pendekatan sejarah, peserta didik dipersiapkan untuk
memahami perbedaan, persamaan dan keterhubungan komunitasnya di tempat
ia hidup dengan dunia. Ia akan selalu memperbaharui cara memandang dunia,
yang berbeda dengan cara selama ini yang ia lakukan. Bekal yang diperlukan
dari pembelajaran sejarah untuk memenuhi semua tuntutan ini adalah belajar
sejarah yang berorientasi pada pengembangan keterampilan berpikir peserta
didik (Wiriaatmadja, 2002, 146). Artinya, ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional dan tujuan pendidikan IPS. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
mengembangkan proses pembelajaran sejarah yang mampu meningkatkan
kemampuan berpikir siswa.
Pembelajaran sejarah di sekolah merupakan salah satu wahana untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional, sekaligus sebagai upaya untuk
menumbuhkan dan mengembangkan rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan peserta didik dalam mengantisipasi perubahan dan tuntutan
pertumbuhan zaman. Berdasarkan KTSP, tujuan pembelajaran sejarah di
sekolah adalah agar siswa memperoleh kemampuan berpikir historis dan
pemahaman

sejarah.

Melalui

pembelajaran

3

sejarah

siswa

mampu

mengembangkan kompetensi untuk berpikir secara kronologis dan memiliki
pengetahuan tentang masa lampau yang dapat digunakan untuk memahami
dan menjelaskan proses perkembangan dan perubahan masyarakat serta
keragaman sosial budaya dalam rangka menemukan dan menumbuhkan jati
diri bangsa di tengah-tengah kehidupan masyarakat dunia. Pembelajaran
sejarah juga bertujuan agar siswa menyadari adanya keragaman pengalaman
hidup pada masing-masing masyarakat dan adanya cara pandang yang berbeda
terhadap masa lampau untuk memahami masa kini dan membangun
pengetahuan serta pemahaman untuk menghadapi masa yang akan datang
(Pusat Kurikulum, 2006).
Dalam suatu PBM, khususnya dalam mata pelajaran sejarah, perlu
diadakannya suatu aktivitas dari peserta didik untuk meningkatkan
keterampilan berpikir. Dengan kata lain, pemberdayaan peserta didik dalam
pembelajaran di kelas cukup penting, sehingga pembelajaran tidak bersifat
teacher-centered, tetapi student centered. Pentingnya akan peranan siswa di
kelas didukung oleh pernyataan dari Sudjana (1991:2) yang menyatakan
bahwa:
“Student active learning merupakan konsep dalam proses
pembelajaran yang lebih menitikberatkan pentingnya siswa lebih aktif
belajar dibandingkan dengan aktivitas guru sebagai pengajar. Peran
guru terutama sebagai pembimbing dan fasilitator belajar.”

Dari petikan kutipan di atas, dapat dipahami bahwa pembelajaran
sejarah di tingkat SMA yang dikembangkan untuk meningkatkan potensi
berpikir peserta didik, khususnya dalam konsep pengertian dan fungsi
pelajaran sejarah yang bertujuan untuk menanamkan pengetahuan dan
pengembangan pengetahuan lanjutan. Bekal dari pembelajaran sejarah untuk

4

memenuhi tuntutan zaman dan dapat mengantisipasi perubahan tersebut yaitu
dengan cara pembelajaran sejarah yang berorientasi pada pengembangan
potensi berpikir peserta didik, yang menyentuh emosinya dalam hubungan
antar manusia dan menyadarkan dirinya akan bangsa dan tanah air.
Tujuan

mata

pelajaran

sejarah

yang

dikembangkan

untuk

meningkatkan potensi berpikir peserta didik, tertera dalam landasan dan tujuan
pembelajaran sejarah di SMA, seperti yang dipaparkan Wiriaatmadja
(2002:145), mengutip dari SK Mendikbud RI No.061/U/1993 lampiran I,
tentang pelaksanaan Kurikulum SMA, bahwa:
“Mata pelajaran sejarah dimaksudkan untuk menanamkan pemahaman
tentang adanya perkembangan masyarakat masa lampau hingga masa
kini, menumbuhkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta rasa
bangga sebagai bangsa Indonesia, dan memperluas hubungan
masyarakat antar bangsa di dunia”
Dalam hal ini, kemampuan berpikir peserta didik melalui sejarah
dikembangkan tidak hanya dengan cara menghafal siapa, kapan dan dimana
(who, when dan where) saja, melainkan juga harus dapat memaparkan
mengapa (why) dan bagaimana(how) dari sebuah proses pembelajaran sejarah
sehingga peserta didik dilatih dalam aspek kognitif dan menggali segala
kompetensi

yang

lebih

tinggi

dibandingkan

pengetahuannya

saja.

(Wiriaatmadja, 2002: 146).
Dalam pembelajaran sejarah terdapat dua aspek yang harus
diperhatikan oleh guru yakni menguasai fakta dan mengembangkan kebiasaan
berpikir kesejarahan. Melalui kajian sejarah siswa memperoleh gambaran latar
belakang kehidupannya sekarang, sehingga belajar tentang peristiwa masa
lampau memberikan pemahaman bahwa terdapat kontinuitas dengan
kehidupan masa kini.

5

Pengembangan keterampilan berpikir dalam pembelajaran sejarah,
menuntut kemampuan guru menciptakan suasana yang kondusif untuk
mengembangkan

kemampuan

dasar siswa

sebagai

warga

Indonesia,

mengembangkan watak pribadi yang mandiri, kreatif yang memberikan
kesempatan pada siswa untuk merealisasikan dirinya, mengembangkan
segenap potensinya yang maksimal. Untuk itu, evaluasi belajar yang dilakukan
oleh guru, sebaiknya bukan hanya menekankan pada aspek kognitif saja yang
berorientasi pada produk namun seharusnya melakukan assessment yang
menilai peranan peserta didik dalam partisipasi aktif pembelajaran, kontribusi
pikiran atau atau pendapat, yang berorientasi proses. Jika dikaji lebih lanjut,
apabila assessment tersebut dilakukan, sebenarnya dapat mempermudah guru.
Di sini, guru dapat langsung menjaring siswa, bukan hanya berdasarkan pada
proses berpikirnya saja, namun juga nilai yang diraih peserta didik, misalnya
dalam pembentukan sikap demokratis dengan mendengarkan pendapat kawan
yang

lain,

menggunakan

hak

bicaranya,

tanggung

jawabnya

atau

kepemimpinannya.
Berbicara tentang mata pelajaran sejarah, biasanya akan segera
menghubungkannya dengan cerita, yaitu cerita tentang pengalamanpengalaman manusia di waktu yang lampau (http://www.screamer/senduku/
senduku.info/templates/ja_uvite/ja-menus/Base.class.php).
Kamarga (2000:1) menjelaskan bahwa sejarah mengandung tiga
aspek, yaitu a) kisah dari suatu peristiwa, b) manusia yang terlibat di
dalamnya, dan c) waktu yang terjadinya peristiwa yang dikisahkan tersebut.
Sejarah selalu berhubungan dengan manusia, waktu dan tempat. Di samping
itu, sejarah juga dapat ditinjau sebagai peristiwa, sejarah sebagai cerita, dan

6

sejarah sebagai ilmu. Dalam sudut pandang sejarah sebagai ilmu, disusun
menurut sistematika dan metode pengkajian ilmiah untuk memperoleh
kebenaran tentang peristiwa masa lampau tersebut. Dalam hal ini, sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Banks (1985: 249), yaitu
“All past events can be thought of as history. This part of history is
sometimes called history-as-actuality. The method used by historians
to reconstruct the past is another element of history. The statements
historians write about past events are also a part of history.”
Berhubungan dengan pendapat di atas, AP World History (2011)
mengungkapkan ada empat keterampilan sejarah, yaitu 1) Crafting Historical
Arguments from Historical Evidence, 2) Chronological Reasoning, 3)
Comparison and Contextualization, 4) Historical Interpretation and Synthesis
Keterampilan berpikir kesejarahan adalah kemampuan yang harus
dikembangkan agar siswa dapat membedakan waktu lampau, masa kini, dan
masa yang akan datang; melihat dan mengevaluasi evidensi; membandingkan
dan menganalisis antara cerita sejarah, ilustrasi, dan catatan dari masa lalu;
menginterpretasikan catatan sejarah; dan membangun suatu cerita sejarah
berdasarkan

pemahaman

yang sesuai

dengan

tingkat

perkembangan

berpikirnya.
Apabila potensi keterampilan berpikir siswa dalam mata pelajaran
sejarah ingin ditingkatkan, bukan hanya sekedar menghafal tahun saja, maka
sebaiknya siswa dibiasakan untuk berpikir intuitif dengan menghubungkan
satu dengan yang lainnya (Wiriaatmadja, 2002, 148). Sebagai contoh, siswa
mempelajari konsep-kosep seperti waktu, kronologis, kausalitas, perubahan
dan kompleksitas untuk dijelaskan, dianalisis dan dicari hubungannya di
antara pola-pola perubahan dan kontinuitas dalam sejarah, dengan
menggunakan bahan dari GBPP.
7

Dalam posisi inilah, peran guru menjadi sangat menentukan dalam
membentuk persepsi siswa terhadap perlunya menghargai nilai-nilai masa
lampau dan adanya suatu upaya untuk menyelaraskan nilai-nilai tersebut
dalam kehidupan sehari-hari pada saat ini. Keadaan ini dianggap menjadi hal
yang perlu diperhatikan karena dalam proses kehidupan selalu terjadi
perubahan yang dinamis, sehingga membutuhkan fleksibilitas, kemauan dan
ketangguhan

dalam

menghadapi

tantangan.

Pembentukan

pandangan

mengenai pentingnya pembelajaran sejarah dilakukan melalui proses
pembelajaran yang bermakna, memiliki tantangan dan aktif. Dengan
demikian, guru harus memiliki kemampuan untuk mengembangkan proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan berpikir siswa. Dalam
upaya meningkatkan keterampilan berpikir tersebut, maka guru diharapkan
dapat menggunakan model dan sumber belajar yang ada, yang sesuai dengan
kebutuhan dan tujuan pembelajaran.
Persoalan yang dihadapi dalam kenyataannya di lapangan adalah
pembelajaran sejarah kurang mengembangkan keterampilan berpikir siswa,
dalam hal ini adalah keterampilan berpikir sejarah. Keadaan ini sesuai dengan
pernyataan yang dinyatakan oleh Weruin (2008) yang menyatakan bahwa
pendidikan saat ini terlanjur identik dengan pengajaran serangkaian mata
pelajaran di kelas, tidak mengajarkan dan melatih bagaimana peserta didik
terampil berpikir. Padahal, menurut Bettelheim (Nash, 1996 : 2) mempelajari
sejarah bagi siswa adalah " rich food for their imagination, a sense of history,
how the present situation come about". Sejarah akan memperluas pengalaman
siswa. Dengan demikian, sudah sepatutnya proses belajar mengajar sejarah

8

yang terjadi di sekolah, terutama di tingkat SMA ditujukan untuk
meningkatkan keterampilan berpikir.
Berdasarkan data dari observasi pembelajaran sejarah, wawancara
dengan 5 orang guru, dan penyebaran angket hasil pra survey yang dilakukan
di 4 SMA di Rangkasbitung, pembelajaran sejarah masih tampak kurang
memperhatikan aspek keterampilan berpikir siswa. Hal ini terlihat di mana
siswa cenderung pasif, mereka hanya “duduk, diam dan dengar” dalam
menerima fakta dan materi yang diberikan oleh guru, sehingga menyebabkan
kurangnya kepedulian sosial, rendahnya keterampilan sosial dan tidak
menuntut pengembangan keterampilan berpikir siswa. Minat dan motivasi
siswa pun kurang karena adanya asumsi pembelajaran sejarah adalah
pembelajaran yang kurang memberikan manfaat bagi siswa karena hanya
mempelajari mengenai kehidupan dan cerita pada masa lalu. Keadaan tersebut
dapat dilihat karena siswa kurang antusias dan tampak mengantuk ketika
pembelajaran sejarah berlangsung.
Banyak faktor yang menyebabkan siswa kurang antusias dalam
melaksanakan pembelajaran, diantaranya adalah kegiatan pembelajaran yang
monoton. Peneliti melihat bahwa pada umumnya siswa menyatakan
pengajaran sejarah merupakan sesuatu yang menjenuhkan. Pendapat tersebut
didukung oleh penuturan Wiriaatmadja (2002:133) yang menguraikan bahwa
banyak siswa yang mengeluhkan bahwa pengajaran sejarah itu sangat
membosankan karena isinya hanya merupakan hafalan saja dari tahun, tokoh
dan peristiwa sejarah.
Faktor pertama yaitu guru. Dalam hal ini, posisi guru sangat
menentukan, karena fungsi utama guru adalah merancang, mengelola dan

9

mengevaluasi pembelajaran (Gagne dalam Kamarga, 2000:6). Di sini,
pembelajaran sejarah yang terjadi pada saat pra survey masih bersifat
ekspositoris, belum mengembangkan keterampilan berpikir siswa dan
cenderung teacher oriented, padahal seharusnya siswa diajak untuk
mengembangkan keterampilan berpikirnya. Keadaan ini diindikasikan dengan
belum diaplikasikannya mata pelajaran IPS, terutama sejarah dalam kehidupan
sehari-hari mereka, sehingga terkesan bahwa sejarah hanya merupakan
pelajaran hapalan semata. Segudang informasi dijejalkan begitu saja kepada
siswa dan siswa tinggal menghafalnya di luar kepala. Memang “menghafal”
atau

”mengingat”

adalah

salah

satu

cara

belajar,

seperti

halnya

menirukan(imitating atau copying), mencoba-coba dengan trial and error,
tetapi asumsi bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran hapalan tersebut harus
diubah. Oleh karena itu, diperlukan peran serta guru untuk menghilangkan
asumsi keliru dan mewujudkan fungsi dan tujuan pelajaran sejarah yang benar.
Faktor selanjutnya yaitu adanya asumsi bahwa pelajaran sejarah
merupakan pelajaran yang menjemukan juga turut melengkapi alasan bahwa
pelajaran sejarah adalah pelajaran yang dianggap ”sebelah mata”. Dari hasil
wawancara di lapangan dengan guru bidang studi yang bersangkutan pun,
dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa beberapa guru sejarah tidak menyangkal
penggunaan model atau cara pembelajaran yang bersifat tradisional, yang
kurang memfasilitasi siswa dalam pembelajaran di kelas. Keterbatasan waktu
yang dialokasikan yang membosankan dan seringkali terjadi di lapangan. Di
samping itu, belum terbiasanya siswa dengan penggunaaan model atau
metode-metode lainnya sehingga masih perlunya bimbingan bagi para peserta
didik.

10

Faktor lainnya adalah dalam proses belajar mengajar, metode yang
sering digunakan guru yaitu ceramah. Menurut peserta didik, metode ceramah
yang umum digunakan oleh guru biasanya membuat siswa merasa bosan/
jenuh dalam mengikuti pelajaran sejarah, terlebih lagi jika hanya terjadi
komunikasi satu arah, tanpa adanya tanya jawab/ interaksi dengan siswa.
Tidak jarang jika siswa merasa jenuh dan mengantuk ketika pelajaran
berlangsung. Keadaan ini terlihat di mana siswa masih menempatkan diri
sebagai objek, bukan subjek dalam proses pembelajaran. Dengan kata lain,
pembelajaran yang dilakukan oleh guru kurang variatif. Pola pembelajaran
yang satu arah ini cenderung mengakibatkan pencapaian hasil hanya berkisar
pada domain kognitif tingkat rendah atau berpikir tahap rendah, sehingga
siswa tidak tertantang untuk berpikir, akibatnya keterampilan berpikir siswa
tidak berkembang dan lebih jauh tujuan ideal dari pembelajaran sejarah di
SMA terabaikan. Oleh karena itu, maka pembelajaran sejarah yang terjadi
belum optimal sehingga kurang memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan berpikir.
Jika keadaan ini tidak mengalami perubahan, maka dampak dari proses
pembelajaran demikian adalah proses penghapalan fakta-fakta sejarah. Selain
itu, harapan adanya pewarisan nilai-nilai masa lampau sebagai bahan
pertimbangan dalam menyelesaikan masalah di masa kini dan yang akan
datang tentu tidak akan terwujud. Hal ini merupakan suatu masalah yang
perlu dan segera diselesaikan.
Berdasarkan hal-hal di atas tampak bahwa di satu sisi mata pelajaran
sejarah memegang peranan penting dalam mengembangkan keterampilan
berpikir agar siswa mampu untuk berpikir kritis, analitis dan kreatif, serta

11

membiasakan diri dalam proses berpikir ilmuwan sosial sehingga mampu
menghadapi tantangan-tantangan masa depan khususnya pada abad ke-21
namun di pihak lain masih ditemukan kelemahan dalam pembelajaran sejarah,
baik dalam rancangan maupun proses pembelajarannya. Untuk mengatasi
masalah-masalah

tersebut

diperlukan

penelitian

berkaitan

dengan

pembelajaran sejarah.
Melihat fokus penelitian pada siswa jenjang pendidikan menengah
atas, di mana siswa sudah berada pada masa ini, siswa termasuk dalam
kategori adolescence/ remaja, yang ditandai dengan pencarian jati diri,
berkembang pesatnya kemampuan intelektual dan besarnya rasa ingin tahu.
Dengan menguasai ketrampilan berpikir, siswa yang belajar ilmu-ilmu sosial,
termasuk dalam mata pelajaran sejarah, maka siswa akan mampu mengolah
apa yang dibacanya, dibahasnya atau pun dilihatnya, sehingga ia mampu
menemukan sesuatu yang memiliki makna bagi dirinya (Hasan, 1996:113).
Salah satu upaya untuk memecahkan permasalahan tersebut adalah dengan
mengembangkan suatu model pembelajaran yang dipandang mampu
meningkatkan keterampilan berpikir siswa.
Kunci untuk mengembangkan keterampilan berpikir kesejarahan
adalah dengan memberikan pengalaman berulang kali dalam kegiatan inkuiri.
Exline

(http://www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index.html)

menjelaskan bahwa Inquiry implies involvement that leads to understanding.
Furthermore, involvement in learning implies possessing skills and attitudes
that permit you to seek resolutions to questions and issues while you construct
new knowledge. Dengan demikian, model pembelajaran yang dianggap

12

mampu meningkatkan keterampilan berpikir pada diri siswa adalah model
pembelajaran inkuiri. Seperti yang diungkapkan oleh Sanjaya (2009) :
Pembelajaran melalui strategi inkuiri membantu siswa untuk
mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar
ingin tahu mereka ( Sanjaya, 2009 ; 197 ).
Mengembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan melalui kajian
perbandingan akan memperkaya pengetahuan dan analisis. Dalam melakukan
inkuiri, siswa dihadapkan pada berbagai materi yang bervariasi dan analisis
masalah yang berbeda. Fakta memang diperlukan dalam mempelajari sejarah,
sebab analisis dapat dilakukan jika siswa menguasai fakta-fakta sejarah; tetapi
belajar sejarah tidak berhenti sampai pada penguasaan fakta-fakta belaka,
melainkan perlu dikembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan sampai tahap
berpikir tingkat tinggi.
Manfaat inkuiri yang diterapkan di sekolah, seperti yang dipaparkan
oleh Dahlan (1990:177) adalah para siswa dapat berfikir dan mencari sendiri
dalam situasi bebas yang terarah (adanya hipotesis), sehingga hal ini akan
menimbulkan semangat belajar pada siswa. Model ini menekankan peserta
didik untuk menggunakan keterampilan intelektual dalam memperoleh
pengalaman baru atau informasi baru berdasarkan pengetahuan mengenai
informasi atau pengalaman belajar sebelumnya yang merupakan kondisi baik
untuk mengembangkan keterampilan yang terkait dengan informasi. Savage
dan Amstrong dalam Sapria (2009:80) menambahkan bahwa mengembangkan
inkuiri merupakan salah satu upaya yang dilakukan guru dalam membantu
siswa meningkatkan kemampuan berpikir.

13

Pemilihan model inkuiri sebagai salah satu upaya yang dilakukan
dalam meningkatkan dan memperbaiki kualitas pembelajaran, berdasarkan
alasan sebagai berikut:
1. Karakteristik model pembelajaran inkuiri ini pada dasarnya sesuai dengan
perkembangan kognitif dan perkembangan mental siswa SMA kelas X,
yang berada pada masa adolescence dengan sikap ingin tahu yang besar,
sehingga model ini dianggap sesuai untuk mengembangakan keterampilan
berpikir siswa. Model ini memungkinkan peserta didik melihat isi
pelajaran lebih realistis dan positif ketika mencari informasi secara
mandiri/ melalui bimbingan, menganalisis dan mengaplikasikan data
dalam memecahkan masalah, memberi kesempatan kepada para siswa
untuk merefleksikan isu-isu tertentu, mencari data yang relevan serta
membuat keputusan yang bermakna bagi mereka. Dengan menguasai
keterampilan berpikir akan mampu mengolah apa yang dibacanya,
dibahasnya, ataupun dilihatnya sehingga ia menemukan sesuatu yang
memiliki makna bagi dirinya.
2. Model pembelajaran inkuiri ini menempatkan guru sebagai fasilitator
belajar, sekaligus mengurangi perannya sebagai pusat kegiatan belajar.
Dengan demikian, peran dan kemampuan siswa dapat tergali lebih dalam
lagi.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka penulis
mengambil judul penelitian “Pengembangan Model Pembelajaran Inkuiri
untuk meningkatkan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran
Sejarah di SMA.”

14

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa permasalahan yang
muncul pada pembelajaran sejarah membutuhkan perhatian. Pembelajaran
sejarah yang dikembangkan di tingkat SMA bertujuan untuk meningkatkan
keterampilan berpikir peserta didik, khususnya dalam konsep pengertian dan
fungsi pelajaran sejarah yang diarahkan untuk menanamkan pengetahuan dan
pengembangan pengetahuan lanjutan. Salah satu permasalahan yang muncul
dalam pembelajaran sejarah di SMA adalah rendahnya aktivitas siswa