PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR.

(1)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN

KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN I Cibogo Kabupaten Bandung Barat)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan program studi pendidikan guru sekolah dasar

oleh

Ai Susi Kurniawati NIM 1003322

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING,

APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

oleh

Ai Susi Kurniawati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru

Sekolah Dasar

© Ai Susi Kurniawati 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya, atau sebagian Dengan dicetak ulang, di photocopy atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis


(3)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR


(4)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING,

APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran IPA di Kelas V SDN I Cibogo Kabupaten Bandung Barat)

oleh

Ai Susi Kurniawati 1003322

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi kurangnya pemahaman konsep siswa. Hal ini didasarkan observasi awal, jika siswa diberi pertanyaan berhubungan dengan hafalan siswa bisa menjawab, akan tetapi jika diberi pertanyaan tentang pemahaman siswa kurang mampu menjawab dengan tepat. Untuk mengatasi hal tersebut, dilakukan penelitian tindakan dengan menerapkan strategi REACT. Tujuan dalam penelitian ini untuk meningkatkan pemahaman konsep. Subjek yang dikenai tindakan yaitu siswa kelas V SDN I Cibogo kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang diadaptasi dari model Kemmis dan Mc. Taggart dengan tahapan perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian dilakukan dalam tiga siklus. Hasil penelitian ditemukan bahwa pemahaman konsep siswa setelah dilakukan tindakan dengan menerapkan strategi REACT mengalami peningkatan. Pada siklus I sebagian besar siswa hanya menguasai satu indikator, hal ini menyebabkan sebagian kecil siswa paham dengan persentase 35,7 %, dengan ketuntasan 35,71%, sedangkan di siklus II sebagian besar siswa menguasai dua indikator, hal ini menyebabkan pemahamn konsep siswa meningkat, sebagian besar siswa paham dengan persentase 57,1 %, dengan ketuntasan 57,14%, dan pada siklus III sebagian siswa menguasai empat indikator, hal ini menyebabkan pemahaman konsep siswa meningkat. Pada umumnya siswa sudah memahami konsep secara keseluruhan dengan persentase 92,9 %, dengan ketuntasan 78,57%. Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa strategi REACT mampu meningkatkan pemahaman konsep siswa. Disarankan bagi guru dan peneliti selanjutnya, dalam tahap cooperating siswa sebaiknya diberi waktu yang cukup lama agar proses diskusi lebih maksimal.


(5)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Hipotesis ... 6

F. Definisi Operasional... 6

BAB II KAJIAN TEORI ... 8

A.Strategi REACT ... 8

B.Pembelajaran IPA di SD ... 12

C.Sifat-sifat cahaya ... 14

D.Pemahaman Konsep ... 18

E. Penelitian yang relevan ... 21

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode Penelitian ... 23

B. Model Penelitian ... 24

C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian ... 25


(6)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Instrumen Penelitian ... 30

F. Pengolahan dan Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Rekapitulasi Data ... 61

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 63

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 69

A. Simpulan ... 69

B. Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN ... 75


(7)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

IPA suatu ilmu yang mempelajari tentang alam sekitar beserta isinya. Hal ini berarti IPA mempelajari semua benda yang ada di alam, peristiwa, dan gejala-gejala yang muncul di alam. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. De Vito, et al. (Samatowa, 2006: 146) menyatakan bahwa ‘pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa’. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari. Selain itu ilmu pengetahuan alam juga merupakan ilmu yang bersifat empirik dan membahas tentang fakta serta gejala alam. Fakta dan gejala alam tersebut menjadikan pembelajaran ilmu pengetahuan alam tidak hanya verbal tetapi juga faktual. Hal ini menunjukan bahwa, hakikat ilmu pengetahuan alam sebagai proses diperlukan untuk menciptakan pembelajaran ilmu pengetahuan yang empirik dan faktual. Hakikat pengetahuan alam sebagai proses diwujudkan dengan melaksanakan pembelajaran yang melatih keterampilan proses bagaimana cara produk sains ditemukan.

IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Menurut Cain & Evans (Padmono, 2010), menyatakan bahwa IPA mengandung empat hal yaitu: konten atau produk, proses atau metode, sikap, dan teknologi. IPA sebagai konten dan produk mengandung arti bahwa di dalam IPA terdapat fakta-fakta, hukum-hukum, prinsip-prinsip, dan teori-teori yang


(8)

sudah diterima kebenarannya. IPA sebagai proses atau metode berarti bahwa IPA merupakan suatu proses atau metode untuk mendapatkan pengetahuan. IPA sebagai sikap berarti bahwa IPA dapat berkembang karena adanya sikap tekun, teliti, terbuka dan jujur. IPA sebagai teknologi mengandung arti bahwa IPA terkait dengan peningkatan kualitas kehidupan. Jika IPA mengandung keempat hal tersebut, maka dalam pendidikan IPA di sekolah seyogyanya siswa dapat mengalami keempat hal tersebut, sehingga pemahaman konsep siswa terhadap IPA menajadi utuh dan dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan hidupnya.

Pendidikan IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar. Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompe-tensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan

IPA diarahkan untuk “mencari tahu” dan “berbuat” sehingga dapat membantu

siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. Karena itu, pendekatan yang diterapkan dalam menyajikan pendidikan IPA adalah memadukan antara pengalaman proses IPA dan pemahaman produk serta teknologi IPA dalam bentuk pengalaman langsung yang berdampak pada sikap siswa yang mempelajari IPA. (Depdiknas, 2006)

Pada dasarnya setiap anak tidak sama cara belajarnya, demikian pula dalam memahami konsep-konsep abstrak. Salah satu strategi dalam proses pembelajaran yang diharapkan mampu memberikan bantuan pemecahan masalah dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa adalah dengan menerapkan sistem pembelajaran yang memfasilitasi siswa untuk belajar secara efektif khususnya pada mata pelajaran IPA. Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman yang konkret dan menuju pengalaman yang lebih abstrak. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, siswa diberi kesempatan untuk mengalami/melakukan, mengikuti suatu proses, serta mengamati suatu objek, keadaan, atau proses sendiri. Dengan demikian siswa dituntut untuk mengalami, mencari kebenaran, dan mencari kesimpulan sendiri dari proses yang dialami. Agar siswa dapat lebih mudah memahami materi pelajaran terutama IPA, seharusnya dalam pelaksanaan pembelajaran pendidik


(9)

harus dapat menarik perhatian siswa agar dapat berpartisipasi aktif dalam mengikuti pelajaran, dengan cara melakukan sebuah percobaan.

Berdasarkan hasil observasi peniliti terhadap pelaksanaan proses pembelajaran IPA siswa SDN I Cibogo diperoleh temuan bahwa jika diberi pertanyaan yang berhubungan dengan hafalan siswa bisa menjawab, akan tetapi jika diberi pertanyaan tentang pemahaman, siswa kurang mampu menjawab dengan cepat dan tepat. Rendahnya pemahaman konsep IPA di Sekolah Dasar dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kurang aktifnya siswa mengikuti pelajaran, karena siswa kurang tertarik pada cara penyajian materi yang banyak berpusat pada guru yang menggunakan metode yang konvensional, kurangnya kesempatan berinteraksi antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa, siswa jarang diberikan kesempatan untuk mengungkapkan gagasan atau ide yang ada pada pikirannya, dan guru kurang memberikan kesempatan berinteraksi dengan media atau sumber belajar. Jika siswa telah dilatih sejak dini untuk selalu mencari hal-hal yang baru maka di masa yang akan datang mereka akan terbiasa untuk menemukan suatu hal yang menarik dan dapat menggunakannya untuk kehidupannya.

Pembelajaran yang tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran IPA adalah dengan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa. Dengan kegiatan ini diharapkan lebih memperjelas materi yang abstrak bagi siswa sehingga pemahaman konsep siswa lebih baik, karena siswa dapat membuktikan tentang materi yang sedang dipelajari melalui percobaan. Akan tetapi di SDN I Cibogo pada proses pembelajaran IPA tidak melakukan sebuah percobaan, akan tetapi guru hanya ceramah, sehingga siswa cepat merasa bosan, kurang berkonsentrasi bahkan ada siswa yang melamun dan mengantuk karena siswa tidak dilibatkan dalam proses belajar dan hanya menyimak penjelasan dari guru, sehingga ketika diadakan evaluasi siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. Siswa tidak bisa membedakan antara pengertian dan contoh-contoh, maka tak jarang ketika melakukan tanya jawab tentang pengertian dan contoh siswa masih keliru dan salah.


(10)

Beberapa kendala tersebut menyebabkan sebagian besar siswa memperoleh nilai di bawah KKM pada mata pelajaran IPA. Salah satu faktor penyebab rendahnya hasil belajar siswa adalah kurang memahami konsep khususnya dalam pembelajaran IPA, siswa masih kesulitan dalam membedakan pengertian dan contoh. Hal ini terlihat ketika guru bertanya tentang pengertian suatu konsep siswa malah menyebutkan contoh-contoh dari konsep tersebut. Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti memilih strategi REACT. Srategi

REACT merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang terdiri dari lima

unsur, yaitu relating (menghubungkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan), cooperating (bekerjasama), dan transferring (mentransfer). Menurut Rahayu (Yuliati, 2008), menyatkan bahwa strategi ini mengajak siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru. Diharapkan dengan menggunakan strategi REACT pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dapat meningkatkan pemahaman konsep. Berdasarkan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka peneliti bermaksud melakukan penelitian yang berjudul Penerapan Strategi React (Relating, Experiencing, Applying,

Cooperating, Transfering) Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Cahaya Di Sekolah Dasar ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana menerapkan strategi REACT untuk meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya kelas V SDN I

Cibogo?“.

Masalah di atas dijabarkan kedalam rumusan masalah yang lebih khusus yaitu berupa pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan strategi REACT untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SDN I Cibogo?


(11)

2. Bagaimana peningkatan pemahaman konsep siswa kelas V SDN I Cibogo pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan strategi REACT ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini secara umum bertujuan mendapatkan deskripsi tentang penerapan strategi REACT untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya kelas V SDN I Cibogo. Secara khusus, penelitian ini memiliki tujuan memperoleh deskripsi sebagai berikut :

a. Mendeskripsikan tentang pelaksanaan pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan strategi REACT untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SDN I Cibogo.

b. Mengetahui peningkatan pemahaman konsep siswa kelas V SDN I Cibogo pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dengan menggunakan strategi REACT .

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat bagi peningkatan pembelajaran di Sekolah Dasar pada umumnya dan khususnya dalam mata pelajaran IPA kelas V SDN I Cibogo. Adapun manfaat penelitian ini antara lain :

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan akan menghasilkan sebuah teori yang baru mengenai strategi REACT yang dapat meningkatkan pemahaman konsep pada pembelajaran kelas V, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengembangan penelitian tindakan kelas dan dapat dijadikan upaya bersama antara sekolah, guru dan peneliti yang lain untuk memperbaiki proses pembelajaran diarahkan untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa pada pembelajaran sifat-sifat cahaya.


(12)

a. Bagi siswa

1) Meningkatkan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran materi sifat-sifat cahaya.

2) Meningkatkan keaktifan siswa pada mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya.

3) Memberikan pengalaman belajar yang bermakna dan menyenangkan pada

mata pelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya. b. Bagi guru

1) Memperoleh pengalaman langsung mengenai penerapan strategi REACT .

2) Meningkatkan kompetensi guru dalam merancang dan menyusun

langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT .

3) Meningkatkan kualitas profesionalisme guru dalam mengembangkan

kegiatan pembelajaran di sekolah. c. Bagi sekolah

1) Memberi kontribusi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SDN I Cibogo.

2) Memberikan masukan kepada sekolah untuk selalu mendukung guru

dalam rangka meningkatkan kualitas mengajarnya.

E. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah penerapan strategi REACT dapat meningkatkan pemahaman konsep sifat-sifat cahaya di kelas V SD Negeri I Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

F. Definisi Operasional

1. Srategi REACT yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran kontekstual yang terdiri dari lima unsur, yaitu relating (menghubungkan), experiencing (mengalami), applying (menerapkan),

cooperating (bekerjasama), dan transferring (mentransfer). Strategi ini


(13)

menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru. Keterlaksanaan tahapan pada strategi REACT diukur dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh observer pada saat pembelajaran berlangsung pada materi sifat-sifat cahaya.

2. Pemahaman konsep yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah

kemampuan siswa dalam menafsirkan, dan menyimpulkan suatu konsep berdasarkan pembentukan pengetahuannya sendiri, bukan sekedar menghafal. Pemahaman konsep siswa dibagi menjadi tiga kategori yaitu; tidak paham, miskonsepsi dan paham. Indikator pemahaman konsep yang di digunakan dalam penelitian ini meliputi empat aspek yaitu; 1) Memberikan contoh

(exemplifying), 2) Menarik inferensi (inferring), 3) Membandingkan (comparing), 4) Menjelaskan (explaining). Pemahaman konsep ini diukur

dengan menggunakan test tulis pemahaman konsep dalam bentuk uraian, tes ini diberikan pada saat sebelum (pre-test) dan sesudah (post-test) pembelajaran materi sifat-sifat cahaya.


(14)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh seorang guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kinerjanya sebagai guru sehingga hasil belajar siswa meningkat. Penelitian ini dimaksudkan sebagai kajian, refleksi diri, dan tindakan terhadap proses pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman konsep siswa kelas V SD I Cibogo.

Fokus penelitian tindakan kelas pada siswa atau proses pembelajaran di kelas. Tujuan PTK menurut (Suhardjono, dalam Arikunto dkk, 2009: 61) adalah

“meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajaran, mengatasi masalah pembelajaran, meningkatkan profesionalisme, dan menumbuhkan budaya akademik”. Sedangkan menurut Kunandar (2010:63) salah satu tujuan dari PTK adalah:

Untuk memecahkan permasalah nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi guru dengan siswa yang sedang belajar, meningkatkan profesionalisme guru, dan menumbuhkan budaya akademik di kalangan para guru.

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan profesionalisme guru SD dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD, serta mampu menjalin kemitraan antara peneliti dengan guru SD dalam memecahkan masalah aktual pembelajaran IPA di lapangan. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah perubahan, perbaikan dan peningkatan pada proses pembelajaran di kelas.

B. Model Penelitian

Model penelitian yang dilakukan, peneliti menerapkan desain model PTK dari Kemmis dan Mc Taggart, dengan menggunakan model spiral meliputi:


(15)

perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi yang terdiri dari tiga siklus. Berikut adalah desain PTK menurut Kemmis dan Mc Taggart:

Gambar 3. 1

Model/desain penelitian tindakan kelas diadaptasi dari Kemmis dan Mc Taggart Sumber: Hopkins 2011

Tahapan-tahapan yang tedapat pada PTK model Kemmis dan Mc Taggart, diantaranya:

1. Perencanaan

Dalam penelitian tindakan kelas tahapan yang pertama perencanaan, pada tahapan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut akan dilakukan. Biasanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut peneliti harus mempersiapkan beberapa hal diantaranya rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), instrumen penelitian, media pembelajaran, bahan ajar, dan aspek-aspek lain yang sekiranya diperlukan. 2. Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah kegiatan mengimplementasikan atau

menerapkan perencanaan yang telah dibuat, peneliti harus mentaati apa yang telah dirumuskan pada tahap perencanaan agar hasil yang diperoleh sesuai dengan apa yang diharapkan.

3. Observasi

Dalam tahap observasi yang melakukannya adalah pengamat, kegiatan ini berlangsung bersamaan dengan kegiatan pelaksanaan. Tahapan ini adalah mengamati bagaimana proses pelaksanaan berlangsung, serta mengetahui dampak apakah yang dihasilkan dari proses pelaksanaan.


(16)

4. Refleksi

Tahapan refleksi ini adalah tahapan kita dapat mengetahui kelemahan apa saja yang terjadi dari proses pelaksanaan, hingga akhirnya dapat diperbaiki pada siklus selanjutnya, apabila proses siklus sudah selesai maka tahapan ini bisa dijadikan tahapan untuk menarik kesimpulan dari keseluruhan kegiatan.

C. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SDN I Cibogo yang beralamat di Jalan Tangkubanparahu No. 87 Desa Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, semester II tahun pelajaran 2013/2014. Proses penelitian yang akan dilaksanakan diharapkan dapat selesai dalam tiga bulan, mulai dari menyusun usulan penelitian sampai menyelesaikan laporan. Jadwal penelitian dilakukan bulan Maret sampai bulan Juni. Subyek yang akan diteliti adalah siswa kelas V SDN I Cibogo Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat yang berjumlah 16 orang siswa, siswa laki-laki berjumlah 10 0rang siswa dan siswa perempuan berjumlah 6 orang siswa.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas

(classromm-based action research) dengan peningkatan pada unsur desain untuk

memungkinkan diperolehnya gambaran keefektifan tindakan yang dilakukan. Penelitian ini akan dilaksanakan dalam tiga siklus, setiap siklus tediri dari perencanaan, pelaksanaan, observasi, refleksi. Penjabaran setiap siklus dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Permintaan izin kepada Kepala Sekolah Dasar Negeri I Cibogo.

b. Observasi dilakukan untuk mendapatkan gambaran awal mengenai kondisi

dan situasi proses pembelajaran Sekolah Dasar Negeri I Cibogo khususnya kelas V yang akan dijadikan sebagai subyek penelitian.


(17)

c. Identifikasi permasalahan mencakup kajian terhadap Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, menentukan metode pembelajaran yang relevan, menentukan RPP dan menyusun tahap penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahapan pelaksanaan pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini terdiri dari tiga siklus. Pada setiap siklus terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi, adapun pemaparan tahap tindakan adalah sebagai berikut: Siklus 1

a. Perencanaan (Planning)

1) Menyusun RPP pokok bahasan sifat-sifat cahaya merambat lurus dan menembus benda bening dengan menggunakan strategi REACT .

2) Menyusun kelompok untuk pembelajaran dengan melihat prestasi dalam buku nilai siswa dan jenis kelamin.

3) Membuat soal pre-test dan post-test untuk mengetahui pemahaman konsep siswa.

4) Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi dan tes evaluasi hasil belajar siswa.

5) Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang. b. Pelaksanaan

1) Melakukan apersepsi terlebih dahulu di awal pembelajaran, pemberian

pre-test dan pembagian kelompok menjadi empat kelompok.

2) Melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Relating,

Guru menggali pengetahuan siswa dengan mengajukan beberapa pertanyaan tentang peristiwa yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan sifat cahaya yang dapat merambat lurus dan menembus benda bening.


(18)

b) Cooperating

Guru meminta siswa berdiskusi bersama kelompokknya untuk menjawab pertanyaan. Setiap kelompok di beri kesempatan untuk menjawab dan guru tidak membenarkan atau menyalahkan.

c) Experiencing

Guru meminta setiap kelompok melakukan kegiatan mengamati untuk menyelidiki sifat-sifat cahaya khususnya cahaya merambat lurus dan menembus benda bening, sesuai petunjuk yang ada di dalam LKK kegiatan 1 dan 2 dengan bimbingan dari guru.

d) Applying dan Cooperating

Setelah selesai melakukan kegiatan mengamati cahaya merambat lurus dan menembus benda bening, setiap kelompok melakukan diskusi untuk menyelesaikan soal-soal yang ada dalam LKK kegiatan 1 dan 2 berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan.

e) Transfering

Guru meminta setiap perwakilan kelompok maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil pengamatan yang dilakukan dan kelompok yang lainnya menanggapinya.

3) Sebagai penutup diberikan post-test dan pemberian reward.

c. Observasi/Pengamatan

Tahap observasi dilakukan oleh guru kelas dan 2 teman sejawat sebagai observer/pengamat. Semua temuan pada proses pembelajaran dicatat oleh observer yang tertuang dalam lembar observasi.

d. Refleksi

Setelah peneliti melaksanakan pembelajaran dengan diamati oleh observer, maka peneliti melakukan refleksi. Data diperoleh dari lembar observasi, hasil belajar siswa dan dokumentasi. Peneliti dan observer melakukan tanya jawab guna menemukan masalah yang timbul dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT, hal ini dimaksudkan untuk melakukan perbaikan siklus II, sehingga diharapkan pada siklus II lebih baik dan ada peningkatan.


(19)

Siklus II

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus II dilaksanakan setelah melakukan refleksi dari hasil lembar observasi dan pengolahan data pada siklus I. Rencana tindakan pada siklus II sama dengan siklus I yaitu:

1) Membuat RPP pokok bahasan sifat cahaya dapat dibiaskan dan diuraikan dengan menggunakan langkah-langkah strategi REACT .

2) Membuat soal pree-test dan post-test untuk mengetahui pemahaman konsep siswa.

3) Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi dan tes evaluasi hasil belajar siswa.

4) Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang. b. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran pada siklus II masih sama dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus I, namun pada siklus II materi yang

disampaikan berbeda dengan siklus sebelumnya materi yang diambil “sifat cahaya dapat dibiaskan dan diuraikan”. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan persiapan yang baru, persiapan yang disesusaikan dengan hasil refleksi.

c. Observasi/Pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mengamati sejauh mana perbaikan-perbaikan yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

d. Refleksi

Setelah peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan diamati oleh observer, peneliti mengadakan refleksi dari hasil tindakan pada siklus I.

Siklus III

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus III dilaksanakan setelah melakukan refleksi dari hasil lembar observasi dan pengolahan data pada siklus II. Rencana tindakan pada siklus III sama dengan siklus I yaitu:

1) Membuat RPP pokok bahasan sifat cahaya dapat dipantulkan dengan


(20)

2) Membuat soal pree-test dan post-test untuk mengetahui pemahaman konsep siswa.

3) Mempersiapkan instrumen penilaian, berupa lembar observasi dan tes evaluasi hasil belajar siswa.

4) Merencanakan media/alat/bahan belajar yang menunjang. b. Pelaksanaan

Peneliti melaksanakan pembelajaran pada siklus III masih sama dengan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II, namun pada siklus III materi yang

disampaikan berbeda dengan siklus sebelumnya materi yang diambil “sifat cahaya

dapat dipantulkan”. Peneliti melaksanakan proses pembelajaran dengan persiapan yang baru, persiapan yang disesusaikan dengan hasil refleksi.

c. Observasi/pengamatan

Pengamatan dilakukan untuk mengamati sejauh mana perbaikan-perbaikan yang telah dilaksanakan dalam proses pembelajaran.

d. Refleksi

Setelah peneliti melaksanakan proses pembelajaran yang diamati, kemudian peneliti mengadakan refleksi dari hasil tindakan pada siklus III.

E. Instrumen Penelitian

Riduwan (2012: 78) menyatakan bahwa instrumen penelitian digunakan untuk mengukur nilai variabel yang akan diteliti. Untuk mendapat data yang akurat diperlukan instrumen yang baik, instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lembar Observasi

Riduwan (2012: 76) menyatakan bahwa observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan. Mengacu dari pengertian di atas, maka observasi digunakan untuk mengamati kinerja guru dan aktivitas yang dilakukan siswa selama proses pembelajaran.

Lembar observasi digunakan untuk melihat keterlaksanaan tahap-tahap strategi REACT oleh guru dan siswa. Dalam pengisian lembar observasi dibut


(21)

kolom “Ya” dan “Tidak” yang dapat diisi dengan tanda cheklist (√). Selain itu observer juga mengisi kolom deskripsi untuk menuliskan kekurang-kekurangan aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Masukan dari observer bisa dijadikan bahan sebagai refleksi/perbaikan.

2. Lembar Tes

Riduwan (2012: 76) menyatakan bahwa tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individdu atau kelompok.

Tes dalam penelitian ini menggunakan tes pemahaman konsep yang dikembangkan berdasarkan pada pemahaman ciri-ciri pemahaman konsep yang berhubungan dengan kognitif. Tes yang digunaka adalah tes tertulis berbentuk uraian karena dengan tes ini akan memunculkan pemahaman siswa dan hanya siswa yang telah menguasaia atau memahami materi dengan dan benarlah yang bisa memberikan jawaban yang baik dan benar. Tes ini diberikan pada setiap awal (Pre-test) dan akhir (Post-test) siklus. Peneliti menggunakan pre-test dan post-test ini bertujuan untuk melihat selisih antara skor pre-test dan post-test yang disebut dengan gain, kemudian gain tersebut dinornamalisasi untuk melihat kenaikan tersebut dikategorikan rendah, sedang atau tinggi.

F. Pengolahan dan Analisis Data

Wardhani dkk (2007: 5.4) menyatakan bahwa analisis data adalah upaya yang dilakukan oleh guru yang berperan sebagai peneiliti untuk merangkum secara akurat data yang telah dikumpulkan dalam bentuk yang dapat dipercaya dan benar. Mengacu pada pengertian diatas, analisis data adalah upaya yang dilakukan guru yang berperan sebagai peneliti untuk mengolah serta merangkum data secara akurat.

Analisis data dilakukan melalui teknik pengolahan data berdasarkan perolehan dari hasil penelitian sesuai dengan penggunaan instrumennya. Analisis


(22)

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan kuantitatif, diantaranya sebagai berikut:

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes untuk mengetahui sejauh mana peningkatan pemahaman konsep siswa. Jenis tes yang dipergunakan dalam penelitian kali ini adalah pre-test dan post-test yang berfungsi untuk mengetahui pencapaian kemampuan pemahaman konsep siswa pada awal dan akhir pembelajaran. Adapun pengolahan data tes tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pensekoran

Hasil tes siswa setiap siklus dianalisis dengan berpedoman pada sistem Holistic

Scoring Rubrics yaitu suatu prosedur yang digunakan untuk menskor jawaban

siswa. Setiap skor yang diraih siswa mencerminkan kemampuan pemahaman konsep siswa. Kriteria pemberian skor menurut Renner dan Brumby dalam Abraham et. al (Purtadi dkk 2010) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1

Tingkat Pemahaman Konsep Siswa Tingkat

Pemahaman Ciri Jawaban Siswa Nilai

Paham (P)

Jawaban benar dan mengandung seluruh konsep

ilmiah 4

Jawaban benar mengandung paling sedikit satu konsep ilmiah serta tidak mengandung suatu kesalahan konsep

3 Miskonsepsi

(M)

Jawaban memberikan sebagian informasi yang benar tapi juga menunjukkan adanya kesalahan konsep dalam menjelaskan

2 Jawaban menunjukkan kesalahan pemahaman yang

mendasar tentang konsep yang dipelajari 1

Tidak Paham (TP)

Jawaban salah, tidak relevan/jawaban hanya

mengulang pertanyaan dan jawaban kosong 0

Setelah jawaban siswa dikelompokkan berdasarkan kriteria yang telah dibuat maka dapat dihitung persentase tingkat pemahaman siswa dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(23)

Keterangan: N = Jumlah siswa keseluruhan

∑P = Jumlah siswa yang memahami konsep

∑M = Jumlah siswa yang miskonsepsi

∑TP = Jumlah siswa yang tidak paham

Untuk mempermudah analisis data persentase hasil tes digunakan kriteria menurut pendapat Farida (Dhiasari: 2006) adalah sebagai berikut:

Tabel 3.2

Tafsiran Persentase Hasil Tes

Besar Persentase Interpretasi

0 % Tidak ada

0 % < P ≤ 25 % Sebagian kecil

26 % < P < 49 % Hampir setengahnya

50 % Setengahnya

51 % < P ≤ 75 % Sebagian besar

76 % < P < 100 % Pada umumnya

100 % Seluruhnya

b. Menghitung rata-rata

Mencari rata-rata nilai yang diperoleh siswa melalui rumus yang diadaptasi dari Nana Sudjana (2012: 109) sebagai berikut:

Keterangan :

R = Nilai rata-rata siswa

∑ x = Jumlah seluruh nilai siswa N = Jumlah siswa

c. Menghitung Gain

Gain adalah selisih anatara skor Pre-test dan Post-test. Nilai gain dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

R =∑�


(24)

(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2012) Keterangan :

G = gain

Sf = Skor post-test Si = Skor pre-test

d. Menghitung gain ternomalisasi

Gain ternomalisasi merupakan perbandingan antara skor gain aktual yaitu

skor gain yang diperoleh siswa dengan gain maksimum yaitu skor gain tertinggi yang mungkin di peroleh siswa.

(Hake, 1997 dalam Sanusi 2012) Keterangan :

g = gain ternormalisasi

Sf = Skor post-test Si = Skor pre-test

Nilai ( g ) yang diperoleh kemudian diinterpretasikan pada tabel dibawah, sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Nilai pemahaman konsep

Nilai < g > Interpretasi Efektivitas

0,7 < ( g ) ≤ 1,00 Tinggi

0,3 < ( g ) ≤ 0,7 Sedang

0,00 < ( g ) ≤ 0,3 Rendah

(Hake, 1997 dalam Sanusi, 2012) e. Menghitung presentase jumlah ketuntasan siswa

Untuk menghitung presentase jumlah siswa yang tuntas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

(Prihardina, 2012)

Gain (G)= Sf– Si

% Jumlah siswa tuntas = ∑ a a M

a a � %

< � >=� ��� =

S − S − S


(25)

2. Data Kualitatif

Dalam pengolahan data kualitatif, digunakan analisis data deskriptif berdasarkan data yang telah diperoleh dari hasil observasi tentang aktivitas guru dan aktivitas siswa oleh observer dalam pembelajaran dengan menerapkan strategi

REACT. Data kualitatif diperoleh melalui lembar observasi, pengolahan lembar

observasi dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Menghitung keterlaksaan pembelajaran

(Prihardina, 2012)

Kemudian untuk menginterpretasikan keterlaksaaan pembelajaran yang telah dilakukan, dapat ditentukan berdasarkan kategori sebagai berikut:

Tabel 3.4

Interpretasi keterlaksanaan strategi REACT

Persentase (%) Interpretasi

80 – 100 Sangat baik

60 – 79 Baik

40 – 59 Cukup

21 – 39 Kurang

0 – 20 Sangat kurang

(Syah dalam Prihardina, 2012)

% Keterlaksanaan pembelajaran = ∑ A a ya a a a


(26)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas V

SD I Cibogo mengenai “Penerapan strategi REACT (relating, experiencing,

applying, cooperating, transfering) untuk meningkatkan pemahaman konsep

sifat-sifat cahaya sekolah dasar” maka dapat dikemukakan simpulan dan saran yang terkait dengan penelitian ini.

A. Simpulan

Secara umum penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pemahaman siswa kelas V SDN I Cibogo dapat meningkat dengan menerapkan strategi REACT (relating, experiencing, applying, cooperating, transfering). Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa simpulan yang diperoleh sebagai berikut:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT berjalan dengan baik, meskipun menemui beberapa kendala. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan strategi REACT dapat melibatkan siswa secara langsung dalam menemukan konsep baru kemudian menerapkan konsep dengan situasi baru. Pelaksanaan pembelajaran IPA dikembangkan dengan mengacu pada tahap-tahap pembelajaran yang menerapkan strategi REACT tahap relating yang mencakup penggalian informasi awal siswa tentang materi sifat cahaya dengan dikaitkan dengan peristiwa yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Lalu tahap exsperiencing, siswa melakukan pengamatan dan diskusi kelompok untuk menemukan konsep baru dengan bimbingan guru. Pada tahap applying, siswa menerapkan konsep yang baru dengan pertanyaan. Sedangkan tahap

cooperating, siswa ditekankan untuk diskusi dan kerjasama dengan kelompok.


(27)

diskusi dengan kelompok. Pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan pembelajaran dan mengerjakan post-test.

2. Pemahaman konsep siswa disetiap siklusnya mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan pemahaman konsep dan nilai rata-rata post-test mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I sebagian besar siswa hanya menguasai satu indikator, hal ini menyebabkan sebagian kecil siswa paham dengan persentase 35,7 %, dengan ketuntasan 35,71%, sedangkan di siklus II sebagian besar siswa menguasai dua indikator, hal ini menyebabkan pemahamn konsep siswa meningkat, sebagian besar siswa paham dengan persentase 57,1 %, dengan ketuntasan 57,14%, dan pada siklus III sebagian siswa menguasai empat indikator, hal ini menyebabkan pemahaman konsep siswa meningkat. Pada umumnya siswa sudah memahami konsep secara keseluruhan dengan persentase 92,9 %, dengan ketuntasan 78,57%.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, penerapan strategi REACT dapat dijadikan sebuah alternatif strategi yang digunakan dalam pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan menggunakan strategi REACT, guru dapat mengajak siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru. Namun diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam mengembangkan langkah-langkah pembelajaran. Pada proses pembelajaran, sebaiknya kegiatan tidak hanya terbatas pada percobaan saja, tapi jika memungkinkan siswa langsung mengamati peristiwa yang akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa serta menerapkan konsep pembelajaran. Pada tahap cooperating sebaiknya guru memberikan waktu yang lebih banyak supaya siswa bisa berdiskusi lebih maksimal.


(28)

2. Bagi sekolah, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran sehingga strategi ini dapat digunakan dalam pembelajaran, baik itu pembelajaran IPA maupun pembelajaran lainnya. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi guru untuk menggunakan strategi REACT yang inovatif, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

pemahaman konsep agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran strategi REACT, pemahaman konsep serta hasil penelitian untuk dijadikan referensi dalam penelitian lainnya yang berbeda untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas pembelajaran siswa. RPP yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kekurangan yakni tahapan dalam RPP tidak sesuai dengan teori REACT Menurut Sounders, maka dari itu bagi peneliti terlebih dulu menyesuaikan tahap-tahap strategi


(29)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Crawford, M. (2001). Teaching Contextual: Research, Rational and Techniques

for Improving Student Motivation and Achievement Science. [online].

Tersedia: http://www.cord.org/contextual-teaching-and-learning/. 22 Maret 2014

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Darmojo dan R. E Kaligis. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun

2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Mendiknas.

Dhiasari, D A. (2006). Penggunaan Peta Pikiran (Mind Map) Dalam

Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Skripsi

FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Bahri, S. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fauziah, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa SMP melalui Strategi REACT . [online].

Tersedia: http://www. Forum kependidikan.Unsripdf. 16 Maret 2014

Haryanto. (1997). Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta


(30)

Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke-1. Terjemahan Achmad Fawarid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kesuma, D. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah

Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung: tidak diterbitkan

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.

Kunandar. (2010). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Maulana, H. (2013). IPA Sifat-sifat Cahaya. [online]. Tersedia: http://serietno. blogspot.com/2013/03/ipa-sifat-sifat-cahaya.html. 15 Maret 2014

Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurdin, S. (2002). Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.

Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Sifat-sifat Cahaya: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Pagerwangi 3 Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Universitas Pendidikan

Indonesia.

Padmono. (2010). Pembelajaran Terpadu IPA Kelas III SD. [online]. Tersedia:

http://ypadmonofkipuns-pdm.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-terpadu-ipa-kelas-iii-sd.html. 14 Mei 2014

Purtadi dan Sari. ( ). Analisis Miskonsepsi Konsep Laju Dan Kesetimbangan

Kimia Pada Siswa Sma. [online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/files/Makalah-Semnas-MIPA-Analisis-Miskonsepsi-Konsep-laju-dan-Kesetimbangan-Kimia-pdf. 09 juni 2014

Riduwan, M.B.A. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan


(31)

Rizkiana, H. (2012). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Cahaya: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Cisalasih Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohati. (2011). ”Pengembangan Bahan AjarMateri Bangun Ruang dengan menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying,Cooperating, Transferring (REACT) di Sekolah MenengahPertama”. Universitas

Jambi,Volume 1, No 2 (hlm 61-73).

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media group. Sanusi, I. (2012). Penggunaan Petangkat Lunak CX-Programmer Untuk

Meningkatkan Kemamapuan Siswa Dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor Listrik Tiga Fasa: Tidak diterbitkan

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Masa

Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.

Suhardjono. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogakarta: UNY Pers.

Sulistyanto, H dan Wiyono, E. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI

Kelas 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KSTP. Yogyakarta: Tiara Wacana.


(32)

Wardhanni, I dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik.

Wulandari, D, R. (2011). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi

REACT terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: https://www. repository.uinjkt.ac.idFITK. 17 Mei

2014.

Yuliati, L.(2008). Model-model Pembelajaran Fisika. Universitas Negeri Malang: Lembaga Pengembangan Pembelajaran.

Yuniawatika. (2011). “Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Sekolah Dasar”.Universitas Pendidikan Indonesia.


(1)

diskusi dengan kelompok. Pada akhir pembelajaran siswa menyimpulkan pembelajaran dan mengerjakan post-test.

2. Pemahaman konsep siswa disetiap siklusnya mengalami peningkatan setelah mendapatkan pembelajaran dengan menerapkan strategi REACT. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan pemahaman konsep dan nilai rata-rata post-test mengalami peningkatan setiap siklusnya. Pada siklus I sebagian besar siswa hanya menguasai satu indikator, hal ini menyebabkan sebagian kecil siswa paham dengan persentase 35,7 %, dengan ketuntasan 35,71%, sedangkan di siklus II sebagian besar siswa menguasai dua indikator, hal ini menyebabkan pemahamn konsep siswa meningkat, sebagian besar siswa paham dengan persentase 57,1 %, dengan ketuntasan 57,14%, dan pada siklus III sebagian siswa menguasai empat indikator, hal ini menyebabkan pemahaman konsep siswa meningkat. Pada umumnya siswa sudah memahami konsep secara keseluruhan dengan persentase 92,9 %, dengan ketuntasan 78,57%.

B. Saran

Berdasarkan simpulan diatas, perlu dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi guru, penerapan strategi REACT dapat dijadikan sebuah alternatif strategi yang digunakan dalam pembelajaran IPA dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep siswa. Dengan menggunakan strategi REACT, guru dapat mengajak siswa menemukan sendiri konsep yang dipelajarinya, bekerja sama, menerapkan konsep tersebut dalam kehidupan sehari-hari dan mentransfer dalam kondisi baru. Namun diharapkan guru dapat lebih kreatif dalam mengembangkan langkah-langkah pembelajaran. Pada proses pembelajaran, sebaiknya kegiatan tidak hanya terbatas pada percobaan saja, tapi jika memungkinkan siswa langsung mengamati peristiwa yang akrab dengan kehidupan sehari-hari siswa serta menerapkan konsep pembelajaran. Pada tahap cooperating sebaiknya guru memberikan waktu yang lebih banyak supaya siswa bisa berdiskusi lebih maksimal.


(2)

71

2. Bagi sekolah, semoga penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif dalam pembelajaran sehingga strategi ini dapat digunakan dalam pembelajaran, baik itu pembelajaran IPA maupun pembelajaran lainnya. Bagi kepala sekolah, diharapkan dapat memotivasi dan memfasilitasi guru untuk menggunakan strategi REACT yang inovatif, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif 3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat melakukan penelitian lebih lanjut mengenai

pemahaman konsep agar dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Peneliti pun dapat menggunakan gambaran strategi REACT, pemahaman konsep serta hasil penelitian untuk dijadikan referensi dalam penelitian lainnya yang berbeda untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas pembelajaran siswa. RPP yang digunakan dalam penelitian ini mempunyai kekurangan yakni tahapan dalam RPP tidak sesuai dengan teori REACT Menurut Sounders, maka dari itu bagi peneliti terlebih dulu menyesuaikan tahap-tahap strategi


(3)

Kurniawati, Ai Susi. 2014

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Crawford, M. (2001). Teaching Contextual: Research, Rational and Techniques

for Improving Student Motivation and Achievement Science. [online].

Tersedia: http://www.cord.org/contextual-teaching-and-learning/. 22 Maret 2014

Depdiknas. (2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas.

Darmojo dan R. E Kaligis. (1993). Pendidikan IPA II. Jakarta: Dirjen Dikti

Depdiknas. (2006). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun

2006 tentang Standar Isi. Jakarta: Mendiknas.

Dhiasari, D A. (2006). Penggunaan Peta Pikiran (Mind Map) Dalam

Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Skripsi

FPMIPA UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Bahri, S. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Fauziah, A. (2010). Peningkatan Kemampuan Pemahaman dan Pemecahan

Masalah Matematika Siswa SMP melalui Strategi REACT . [online].

Tersedia: http://www. Forum kependidikan.Unsripdf. 16 Maret 2014

Haryanto. (1997). Perencanaan Pengajaran. Rineka Cipta


(4)

73

Hopkins, D. (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas. Cetakan ke-1. Terjemahan Achmad Fawarid. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kesuma, D. (2011). Perencanaan Pembelajaran (Bahan Ajar Mata Kuliah

Perencanaan Pembelajaran Sekolah Dasar). Bandung: tidak diterbitkan

Komalasari, K. (2013). Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi. Bandung : Refika Aditama.

Kunandar. (2010). Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas sebagai

Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Maulana, H. (2013). IPA Sifat-sifat Cahaya. [online]. Tersedia: http://serietno. blogspot.com/2013/03/ipa-sifat-sifat-cahaya.html. 15 Maret 2014

Muslich, M. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurdin, S. (2002). Guru Profesional Dan Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers.

Prihardina, M. (2012). Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas V Pada Pembelajaran IPA Materi Pokok Sifat-sifat Cahaya: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Pagerwangi 3 Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Universitas Pendidikan

Indonesia.

Padmono. (2010). Pembelajaran Terpadu IPA Kelas III SD. [online]. Tersedia:

http://ypadmonofkipuns-pdm.blogspot.com/2010/01/pembelajaran-terpadu-ipa-kelas-iii-sd.html. 14 Mei 2014

Purtadi dan Sari. ( ). Analisis Miskonsepsi Konsep Laju Dan Kesetimbangan

Kimia Pada Siswa Sma. [online]. Tersedia: http://staff.uny.ac.id/files/Makalah-Semnas-MIPA-Analisis-Miskonsepsi-Konsep-laju-dan-Kesetimbangan-Kimia-pdf. 09 juni 2014

Riduwan, M.B.A. (2012). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan


(5)

Rizkiana, H. (2012). Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads

Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Cahaya: Penelitian Tindakan Kelas di SDN Cisalasih Kelas V Semester II Tahun Pelajaran 2011/2012 Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat.

Universitas Pendidikan Indonesia.

Rohati. (2011). ”Pengembangan Bahan AjarMateri Bangun Ruang dengan menggunakan Strategi Relating, Experiencing, Applying,Cooperating, Transferring (REACT) di Sekolah MenengahPertama”. Universitas

Jambi,Volume 1, No 2 (hlm 61-73).

Sagala, S. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: CV. Alfabeta Samatowa, U. (2010). Pembelajaran IPA Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks Sanjaya, W. (2008). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media group. Sanusi, I. (2012). Penggunaan Petangkat Lunak CX-Programmer Untuk

Meningkatkan Kemamapuan Siswa Dalam Membuat Rangkaian Kontrol Motor Listrik Tiga Fasa: Tidak diterbitkan

Soedjadi. (2000). Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia (Konstatasi Masa

Kini Menuju Harapan Masa Depan). Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas

Sudjana, N. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif-Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung:Sinar Baru.

Suhardjono. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Sugihartono, dkk. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogakarta: UNY Pers.

Sulistyanto, H dan Wiyono, E. (2008). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SD/MI

Kelas 5. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Sulistyorini, S. (2007). Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya dalam KSTP. Yogyakarta: Tiara Wacana.


(6)

75

Wardhanni, I dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.

Widodo, A. (2006). Taksonomi Bloom dan Pengembangan Butir Soal. Buletin Puspendik.

Wulandari, D, R. (2011). Pengaruh Pembelajaran Kontekstual Dengan Strategi

REACT terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: https://www. repository.uinjkt.ac.idFITK. 17 Mei

2014.

Yuliati, L.(2008). Model-model Pembelajaran Fisika. Universitas Negeri Malang: Lembaga Pengembangan Pembelajaran.

Yuniawatika. (2011). “Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Strategi REACT untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi dan Representasi Matematika Siswa Sekolah Dasar”.Universitas Pendidikan Indonesia.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING

0 3 22

PENGARUH STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) TERHADAP SIKAP DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

0 4 27

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, AND TRANSFERRING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA.

0 0 10

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN RELATING-EXPERIENCING-APPLYING-COOPERATING-TRANSFERRING (REACT) MENGGUNAKAN PENDEKATAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH FISIKA SISWA.

2 2 46

PENGEMBANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING).

0 3 72

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, AND TRANSFERRING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP PADA MATERI BANGUN RUANG.

1 3 38

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring).

0 0 47

Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kontekstual dengan Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring) untuk Meningkatkan Pemahaman Pada materi Logika Fuzzy | Lefrida | Kreatif 2398 7167 1 PB

0 0 6

PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, DAN TRANSFERING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF SISWA Lamlam Patimah* *Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung e-mail: laml

0 0 64

PENERAPAN STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING DAN TRANFERING (REACT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIF MATEMATIS SISWA - repo unpas

0 0 135