PENGEMBANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING).

(1)

PENGEMBANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE REACT (RELATING,

EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Disusun oleh: Lisna Dwi Agustin

1001822

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

Oleh: Lisna Dwi Agustin

Sebuah Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Lisna Dwi Agustin 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Mei 2014

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini Tidak Boleh Diperbanyak Seluruhnya atau Sebagian, dengan Dicetak Ulang, Difoto kopi, atau Cara Lainnya Tanpa Izin dari Penulis


(3)

LISNA DWI AGUSTIN (1001822)

PENGEMBANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE REACT (RELATING,

EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING)

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing I:

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001

Pembimbing II:

Yeni Kurniawati, M.Pd NIP. 19770602 200312 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial


(4)

i DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kecerdasan Interpersonal ... 10

1. Konsep Dasar Kecerdasan ... 10

2. Pengertian Kecerdasan Interpersonal ... 15

3. Kecerdasan Interpersonal dalam Pembelajaran IPS ... 23

B. Metode REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering)... 30

1. Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)... 30

2. Metode REACT ... 40


(5)

ii

C. Kaitan Antara Kecerdasan Interpersonal dengan Metode

Pembelajaran REACT... 54

BAB III METODE PENELITIAN ... 61

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61

B. Desain Penelitian ... 62

1. Rencana... 63

2. Tindakan ... 63

3. Observasi ... 64

4. Refleksi ... 64

C. Metode Penelitian ... 65

D. Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 67

E. Fokus Permasalahan ... 70

1. Kecerdasan Interpersonal ... 70

2. Metode Pembelajaran REACT... 72

F. Instrumen Penelitian ... 73

1. Pedoman Observasi ... 73

2. Pedoman Wawancara ... 74

3. Catatan Lapangan ... 75

4. Dokumentasi ... 75

G. Validitas dan Redibilitas Data ... 76

1. Triangulasi ... 76

2. Member Check ... 77

3. Expert Opinion ... 77

H. Teknik Pengumpulan Data ... 77

1. Observasi ... 77

2. Wawancara ... 78

3. Dokumentasi ... 79

4. Catatan Lapangan ... 79


(6)

iii

1. Analisis Sebelum di Lapangan ... 80

2. Analisis Selama di Lapangan ... 80

3. Analisis Setelah di Lapangan ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Deskripsi Data Penelitian ... 83

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 88

1. Kegiatan Pra Penelitian ... 88

2. Pelaksanaan Tindakan... 93

a. Siklus I ... 93

b. Siklus II ... 113

c. Siklus III ... 135

C. Pembahasan ... 152

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 180

A. Kesimpulan ... 180

B. Saran ... 183

DAFTAR PUSTAKA ... 185 LAMPIRAN


(7)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Tradisional... 32 Tabel 4.1 Jumlah Siswa Kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung... 86 Tabel 4.2 Hasil Data Observasi Pengembangan Kecerdasan

Interpersonal Siswa pada Siklus

I...

102

Tabel 4.3 Hasil Data Observasi Kinerja Mengajar Guru pada Siklus I...

106

Tabel 4.4 Daftar Cek Kecerdasan Interpersonal Siswa Pada Siklus I...

112

Tabel 4.5 Hasil Data Observasi Pengembangan Kecerdasan

Interpersonal Siswa pada Siklus

II...

124

Tabel 4.6 Hasil Data Observasi Kinerja Mengajar Guru pada Siklus II...

130

Tabel 4.7 Daftar Cek Kecerdasan Interpersonal Siswa pada Siklus II...

133

Tabel 4.8 Hasil Data Observasi Pengembangan Kecerdasan

Interpersonal Siswa pada Siklus

III...

147

Tabel 4.9 Hasil Data Observasi Kinerja Mengajar Guru pada Siklus III..

149

Tabel 4.10 Daftar Cek Kecerdasan Interpersonal Siswa pada Siklus III....

151

Tabel 4.11 Rata-rata Kecerdasan Interpersonal Siswa Siklus I, II dan III..


(8)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Keterpaduan Cabang Ilmu Pengetahuan Sosial...

24

Gambar 3.1 Model PTK Kemmis dan Mc

Taggart...

62

Gambar 3.2 Bagan Fase Observasi... 78 Gambar 3.3 Model Analisis Data Menurut Miles dan

Huberman...

81

Gambar 4.1 Denah Ruangan Kelas

VII-C...

88

Gambar 4.2 Diagram Perkembangan Kemampuan Siswa dalam

Menerima Sudut Pandang Orang

lain...

156

Gambar 4.3 Diagram Perkembangan Siswa dalam Menghargai Pendapat Orang Lain... 158 Gambar 4.4 Diagram Perkembangan Siswa dalam Bertindak yang


(9)

vi

Menghasilkan Kebaikan... 160 Gambar 4.5 Diagram Perkembangan Siswa dalam Kemampuan

Pemecahan Masalah yang

Efektif...

162

Gambar 4.6 Diagram Perkembangan Siswa dalam Memiliki Kesadaran

Diri... 163

Gambar 4.7 Diagram Perkembangan Keterampilan Berbicara Siswa dengan Orang Lain... 165 Gambar 4.8 Diagram Perkembangan Keterampilan Mendengarkan

Efektif... 166 Gambar 4.9 Diagram Perkembangan Kinerja Mengajar Guru Pada

Siklus I, II dan

III...

168

Gambar 4.10 Diagram Perkembang Kecerdasan Interpersonal Siswa

Pada Siklus I, II dan

III...


(10)

i

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan yang terjadi di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung yang ditemukan peneliti pada saat melakukan observasi awal. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa kali pertemuan dalam rentang waktu 27 Januari sampai 7 Februari 2014, peneliti menemukan permasalahan yaitu siswa kurang memiliki kecerdasan interpersonal. Hal ini ditunjukan dengan beberapa indikator permasalahan diantaranya kerjasama diantara siswa kurang, siswa kurang mampu membangun kedekatan dengan teman, serta adanya beberapa siswa yang masih kesulitan dalam berhubungan dengan keseluruhan teman-temannya, seperti tidak mau bekerjasama selain dengan teman dekatnya, hanya mau bermain dengan teman yang sudah dekat dengannya saja, dll. Bahkan menurut salah seorang guru mengatakan bahwa tidak jarang beberapa siswa melontarkan ucapan yang menyinggung siswa lain yang berakibat saling mengejek satu sama lain. Alternatif pemecahan masalah yang menjadi pilihan peneliti yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran REACT(Relating, Experiencing, Applying Cooperating, Transfering). Meninjau permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kemmis Mc. Taggart yang dilakukan dalam 3 siklus. Pengembangan kecerdasan interpersonal siswa kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung melalui metode pembelajaran REACT dapat dikatakan berhasil. Berhasilnya penelitian ini dilihat dari adanya pengembangan atau peningkatan kuantitas dan kualitas kecerdasan interpersonal siswa yang ditunjukan melalui perkembangan aspek-aspek atau beberapa indikator dari dimensi kecerdasan interpersonal yaitu dimensi kepekaan sosial (social sencitivity), wawasan sosial (social insight), dan komunikasi sosial (social communication). Dimensi kepekaan sosial (social sencitivity terdiri dari aspek kemampuan menerima sudut pandang orang lain, menghargai pendapat orang lain dan bertindak yang menghasilkan kebaikan. Dimensi wawasan sosial (social insight) terdiri dari kemampuan pemecahan masalah yang efektif dan kesadaran diri. Dimensi komunikasi sosial (social communication) terdiri dari aspek keterampilan berbicara dan keterampilan mendengarkan. Seluruh aspek dari dimensi-dimensi kecerdasan interpersonal mengalami peningkatan dari siklus 1 hingga siklus 3 dari kualitas kurang, cukup hingga menjadi baik. Pada siklus I terlihat bahwa aspek-aspek dari dimensi komunikasi sosial (social communication) cukup menonjol ditunjukan oleh siswa dibandingkan dengan aspek-aspek dari dimensi kecerdasan interpersonal lainnya, hingga pada siklus II dan siklus III aspek-aspek dari seluruh dimensi kecerdasan interpersonal termasuk dimensi kepekaan sosial (social sencitivity) dan wawasan sosial (social insight) ditunjukan oleh siswa dan mengalami peningkatan. Kesimpulannya bahwa metode pembelajaran REACT dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.


(11)

ii

Kata Kunci: Kecerdasan Interpersonal, Metode Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperatong, Transfering), Pembelajaran IPS

ABSTRACT

This research is triggered by the issues occurred in the class VII - C of SMP Negeri 7 Bandung that was found byresearchers at the first observation. Based on the results of the observation that was conducted by researchers on several meetings withinperiod on January 27 to February 7 2014, the researcher found that the students were lack of interpersonal intelligence. This is proved by several indicators of problems such as lack of cooperation among students, students were less able to build intimacy with their friends, and the students got some difficulties in dealing with friends, they seemed uncooperative except to their close friends, they just wanted to play with their close friends, etc. In addition, according to a teacher’s confession, some students sometimes mock other students and offend them and it makes them mocking each other. The alternative solution to solve this problem chosen by the researchers is to apply REACT (Relating, Experiencing, Applying Cooperating, and Transferring) learning method. As the problems that will be investigated are related to the learning process, the researchers chose Classroom Action Research (CAR) using Kemmis Mc. Taggart model that was carried out in 3 cycles. The development of interpersonal intelligence of class VII - C students of SMP Negeri 7 Bandung using REACT learning method can be categorized as the successful one. The success of this study is seen from the improvement of the quantity and quality of students' interpersonal intelligence that are shown through the development of several aspects of interpersonal dimensions namely social sensitivity, social insight, and social communication. The dimension of social sensitivity aspect consists of the ability to accept others’ points of view, respect to others’ opinion and do good deeds. The dimension of social insight aspect consists of effective problem-solving ability and self-awareness. The dimension of social communication consists of the aspects of speaking and listening skills. All of aspects from the dimensions of interpersonal intelligence have increased from cycle 1 to cycle 3 from bad quality to good quality. In the circle 1 it can be seen that the aspects of interpersonal intelligence are axpected to be shown by the students rather than another dimension of interpersonal intelligence, therefore in the cycle 2 and cycle 3 the aspects from all dimension of interpersonal intelligence (including social sencitivity and social insight) are shown by the students and have been increased. It can be concluded that REACT learning method can develop students’ interpersonal intelligence.

Keywords: Interpersonal Intelligence, REACT (Relating, Experiencing,


(12)

(13)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SMP Negeri 7 Bandung kelas VII-C menunjukan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan kurang menekankan aspek kecerdasan interpersonal siswa. Hal ini ditunjukan dengan siswa tidak mampu dengan mudah menerima dan menghargai pendapat siswa lain, kerjasama diantara siswa kurang, siswa kurang mampu membangun kedekatan dengan teman, beberapa siswa kesulitan dalam berhubungan dengan keseluruhan teman-temannya, siswa tidak memiliki kemampuan pemecahan masalah efektif seperti memiliki ide/gagasan dalam kegiatan diskusi maupun dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan, siswa juga belum mampu mempresentasikan hasil diskusi dengan lancar. Tidak hanya itu, siswa juga kurang memiliki keterampilan mendengarkan, ini ditunjukan dengan siswa tidak memperhatikan guru dan tidak menyimak materi yang disampaikan, siswa mengobrol dengan siswa lain pada saat guru menyampaikan materi, siswa juga tidak mampu memberikan respon seperti bertanya dan mengkritisi apa yang sedang dibahas dalam kegiatan pembelajaran, dan lain-lain. Hal ini terlihat sangat menonjol pada saat proses pembelajaran berlangsung. Bahkan menurut salah seorang guru mengatakan bahwa tidak jarang beberapa siswa melontarkan ucapan yang menyinggung siswa lain yang berakibat saling mengejek satu sama lain. Pembelajaran yang dilakukan tidak mengarahkan siswa untuk memahami satu sama lain dan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat langsung bagi kehidupan siswa belum dilakukan sepenuhnya.

Selain itu faktor lain yang mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran IPS di sekolah ini yaitu guru sudah merasa puas dengan pola mengajar yang konvensional. Untuk memberikan materi IPS guru merasa lebih efektif menggunakan metode ceramah tanpa memperhatikan hal-hal lain seperti


(14)

Lisna Dwi Agustin, 2014

menciptakan suasana pembelajaran yang mengoptimalkan kemampuan siswa untuk lebih interaktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Guru tidak membiasakan mengkaitkan antara pengetahuan dengan pengalaman siswa sehari-hari. Proses pembelajaran yang demikian, siswa mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran dan dalam konteks penggunaannya dalam kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Pada saat pembagian kelompok belajar, guru membagi kelompok siswa berdasarkan kedekatan sehingga ruang lingkup siswa bergaul hanya sebatas dengan teman dekatnya saja. Kegiatan pembelajaran yang seperti tidak dapat mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa karena tidak ada kesempatan kepada masing-masing siswa untuk menjalin interaksi dengan semua temannya.

Berdasarkan data hasil pra penelitian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPS yang dilakukan hanya menyajikan informasi dan tidak banyak mendorong siswa untuk berfikir, tidak mengarahkan siswa untuk memahami, bekerja sama, dan berkomunikasi, serta memelihara hubungan baik dengan siswa-siswa lainnya. Selain itu pembelajaran dititikberatkan pada penugasan konsep dan kurang mengembangkan aspek-aspek lain seperti aspek nilai, sikap dan perilaku sosial, sehingga proses pembelajaran yang dilakukan tidak dapat mengasah kecerdasan interpersonal siswa yang merupakan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain.

Paparan di atas jelaslah bahwa pembelajaran IPS selama ini cenderung tidak dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi, tidak memberikan makna bagi perubahan sikap siswa sehingga kelak siswa tidak mampu menerapkan konsep dasar dari materi IPS dalam kondisi kehidupan mereka. Pembelajaran IPS seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan kecerdasan interpersonalnya yang merupakan kemampuan siswa untuk berhubungan dengan orang-orang disekitarnya. Hal ini akan sangat bermanfaat bagi siswa untuk memenuhi kodratnya sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup menyendiri. Dengan memiliki kecerdasan interpersonal siswa akan mampu menjalin relasi yang baik


(15)

3

dengan orang lain, memiliki kemampuan untuk peka terhadap perasaan orang lain, cenderung mudah memahami dan berinteraksi dengan orang lain, sehingga mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungan di sekelilingnya.

Wahyudi (2013, hlm. 25) menyebutkan kecerdasan interpersonal adalah kemampuan untuk mengamati dan mengerti maksud, motivasi, dan perasaan orang lain. Kecerdasan interpersonal melibatkan kemampuan untuk memahami orang lain, di dalam kehidupannya dan tampak melalui prilakunya. Kecerdasan interpersonal dibutuhkan karena dalam kehidupan manusia, setiap orang harus hidup bersama kelompoknya karena setiap orang membutuhkan orang lain.

Individu yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal yang tinggi akan mampu berempati secara baik, berinteraksi dan mengembangkan hubungan yang harmonis serta mampu menjalin komunikasi yang efektif dengan orang lain. Mereka ini dapat dengan cepat memahami temperamen, sifat, dan kepribadian orang lain, mampu memahami suasana hati, motif dan niat orang lain, sehingga akan disenangi dan mudah diterima oleh banyak orang. Seperti halnya yang dikemukakan oleh Amstrong (Musfiroh, 2008, hlm. 55) bahwa individu yang cerdas dalam interpersonal akan mempunyai banyak teman, akan mudah bersosialisasi dan senang terlibat dalam kegiatan atau kerja kelompok, serta suka memberikan apa yang dimiliki dan diketahui kepada orang lain, termasuk masalah ilmu dan informasi.

Sementara itu orang yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah akan memunculkan konflik interpersonal yang berakibat pada sebuah perilaku yang tidak diterima secara sosial. Seorang siswa yang memiliki kecerdasan interpersonal rendah akan mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan siswa lainnya sehingga tidak dapat melakukan proses sosialisasi dengan baik dan mudah tersisihkan secara sosial. Konflik interpersonal seperti inilah yang akan menghambat siswa tersebut dalam mengembangkan dunia sosialnya secara matang. Hal ini ditegaskan oleh pendapat Safaria (2005, hlm. 13) bahwa siswa yang gagal mengembangkan kecerdasan interpersonalnya, akan mengalami


(16)

Lisna Dwi Agustin, 2014

banyak hambatan dalam dunia sosialnya. Selain itu, orang yang memiliki tingkat kecerdasan interpersonal rendah dapat memunculkan konflik interpersonal. Hal ini ditegaskan oleh Sullivan (Chaplin, 2000, hlm. 257) bahwa penyakit mental dan perkembangan kepribadian terutama sekali lebih banyak ditentukan oleh interaksi interpersonalnya daripada oleh faktor-faktor konstruksionalnya.

Mengingat pentingnya kecerdasan interpersonal yang akan sangat bermanfaat bagi siswa sebagai makhluk sosial, maka menciptakan pembelajaran yang berorientasi pada kecerdasan interpersonal adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan. Dalam standar isi pendidikan IPS, mata pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di masyarakat, sehingga tujuan pembelajaran IPS yang diungkapkan melalui standar isi tersebut adalah untuk mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan tindakan. Sementara itu, salah satu prinsip pengembangan kurikulum IPS berdasarkan prinsip berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Dengan demikian, menerapkan pembelajaran IPS yang berorientasi pada kecerdasan interpersonal dianggap penting.

Keterampilan dasar IPS diklasifikasikan ke dalam beberapa kategori. Salah satu keterampilan dasar IPS adalah group process skills yaitu keterampilan yang membantu siswa mampu berlaku secara efektif dalam memecahkan masalah. Selain itu, Social living skills juga merupakan keterampilan dasar IPS untuk berpartisipasi dan bekerjasama dengan orang lain. Dilihat dari keterampilan dasar IPS, jelaslah bahwa keterampilan dasar IPS adalah dasar kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain yang merupakan kecerdasan interpersonal. Keterampilan dasar IPS tersebut merupakan dimensi dari kecerdasan interpersonal. Untuk itu, pengembangan kecerdasan interpersonal penting dilakukan dalam pembelajaran IPS agar keterampilan dasar IPS berhasil diterapkan, sehingga tujuan dari pembelajaran IPS itu sendiri dapat tercapai.


(17)

5

IPS sebagai bidang pendidikan, tidak hanya membekali siswa dengan pengetahuan sosial sebagai disiplin akademis. IPS sebagai bidang pendidikan berupaya membina dan mengembangkan mereka menjadi sumber daya manusia Indonesia yang berketerampilan sosial dan berintelektual. Melalui pendidikan IPS inilah, siswa sebagai warga negara Indonesia dibina agar memiliki perhatian serta kepedulian sosial yang bertanggung jawab merealisasikan tujuan nasional.Pembinaan konsep sosial merupakan salah satu upaya yang dilakukan dalam pembelajaran IPS melalui kajian peristiwa, gejala atau masalah sosial. Hal ni dilakukan melalui pembelajaran yang bermakna, terutama dalam pembinaan serta pengembangan SDM siswa agar memiliki kemampuan konseptual serta memiliki keterampilan dalam mengaplikasikannya pada saat melakoni kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

Berangkat dari permasalahan yang telah dipaparkan sebelumnya, peneliti menawarkan alternatif pemecahan masalah yaitu dengan menerapkan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Metode REACT merupakan metode pembelajaran kontekstual yang dilaksanakan dengan menerapkan fase-fase Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transfering. Relating yaitu belajar dalam konteks pengalaman hidup; Experiencing yaitu belajar konteks pencarian dan penemuan; Applying yaitu belajar ketika pengetahuan diperkenalkan dalam konteks penggunaannya; Cooperating yaitu belajar melalui konteks komunikasi interpersonal dan saling berbagi; Transfering yaitu belajar penggunaan pengetahuan dalam suatu konteks atau situasi baru (Komalasari, 2011, hlm. 8). REACT tidak hanya membuat siswa menghafal fakta-fakta secara berulang serta ceramah dari guru, namun menjadikan siswa terlibat dalam aktifitas yang terus-menerus, befikir dan menjelaskan pemahaman-pemahaman mereka, sehingga menciptakan suatu hubungan kerjasama dan komunikasi antar siswa untuk sharing yang dapat mengasah kecerdasan interpersonal.

Metode ini merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong


(18)

Lisna Dwi Agustin, 2014

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, siswa akan lebih mudah memahami materi serta terbuka mengenai kehidupan sosial yang nyata, sehingga ketika kelak siswa dihadapkan pada permasalahan sosial dalam kehidupan bermasyarakat, siswa akan mampu bersikap antisipatif dan solutif. Selaras dengan tujuan pembelajaran IPS yang disebutkan oleh Puskur (2006, hlm. 7) yaitu mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan trampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari.

Metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) bukan hanya hanya transfer pengetahuan dari guru ke siswa namun lebih menekankan pada proses pembelajaran yang berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, dengan demikian akan membangun interaksi edukatif antar siswa yang bersama-sama saling bertukar pikiran, menyelidiki dan mengamati, berfikir dan menarik kesimpulan, serta saling mencurahkan kemampuan, keterampilan dan kreatifitasnya sehingga di dalam prosesnya tersebut akan mampu mengasah kecerdasan interpersonal siswa.

Melalui metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering)diharapkan dapat menciptakan suasana pembelajaran di kelas lebih interaktif dan edukatif dengan menyentuh keseluruhan potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga siswa mampu mengembangkan pengetahuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sosial mereka dengan lebih baik. Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dalam rangka pengembangan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering)di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.


(19)

7

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana merancang metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung?

2. Bagaimanakah melaksanakan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPSdi kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung?

3. Bagaimana merefleksikan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung?

4. Apakah kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung?

5. Bagaimana solusi untuk mengatasi kendala yang muncul saat menerapkan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Merancang metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.


(20)

Lisna Dwi Agustin, 2014

2. Melaksanakan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.

3. Merefleksikan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.

4. Kendala yang dihadapi oleh guru dalam menerapkan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering)untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.

5. Solusi untuk mengatasi kendala yang muncul saat menerapkan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu : a. Bagi guru.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang mereka hadapi serta menambah wawasan, keterampilan dan teknik mengajar serta memberikan kontribusi yang baik agar proses mengajar ke depannya lebih baik lagi.

b. Bagi siswa

Diharapkan siswa dapat meningkatkan kecerdasan interpersonal sehingga dapat melakukan sosialisasi dengan baik terhadap siapa pun.

c. Bagi sekolah yang diteliti

Mudah-mudahan penelitian ini dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pelajaran IPS di sekolah.


(21)

9

d. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengalaman dan memberikan wawasan sebagai pendidik yang profesional.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi isi dan penulisan skripsi ini antara lain : BAB I: PENDAHULUAN

Berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi yang merupakan sistematika penyusunan skripsi.

BAB II: KAJIAN PUSTAKA

Berisi tentang konsep-konsep atau teori-teori utama dan pendapat para ahli yang terkait dengan bidang yang dikaji, yaitu mengenai kecerdasan interpersonal, metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering), serta keterkaitan antara pengembangan kecerdasan interpersonal dengan metode REACT.

BAB III: METODE PENELITIAN

Berisi tentang rincian mengenai lokasi dan subjek penelitian, metode penelitian, desain penelitian, fokus permasalahan penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan uji validitas. BAB IV: HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN

Berisi tentang pembahasan mengenai hasil penelitian. Bab V: KESIMPULAN & SARAN

Berisi tentang kesimpulan dari keseluruhan proses kegiatan penelitian dan saran dari peneliti.


(22)

(23)

61

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal melalui metode REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) ini dilakukan di SMP Negeri 7 Bandung yang beralamat di Jl. Ambon No. 23 Bandung. Peneliti menentuan lokasi penelitian ini dikarenakan peneliti sedang melaksanakan Praktek Pengalaman Langsung (PPL) di sekolah tersebut. Observasi awal yang dilakukan di SMP tersebut, peneliti melihat bahwa terdapat masalah di kelas VII-C yaitu kurangnya kecerdasan interpersonal siswa. Berdasarkan observasi awal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa di kelas VII-C di SMP Negeri 7 Bandung, mengingat bahwa kecerdasan interpersonal merupakan hal yang sangat penting dimiliki siswa sebagai makhluk sosial. Waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung. Penelitian ini dilakukan pada awal semester genap tahun ajaran 2013/2014 yaitu berlangsung sekitar bulan Februari hingga bulan Mei.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa Kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung semester genap tahun ajaran 2013-2014, yang berjumlah 37 orang. Berdasarkan observasi awal yang dilakukan peneliti di sekolah tersebut serta hasil wawancara yang dilakukan dengan guru mitra, peneliti menyimpulkan bahwa kelas VII-C siswa kurang memiliki kecerdasan interpersonal. Hal ini ditunjukan dengan kebiasaan siswa yang tidak mau bergaul dengan semua teman-temannya, tidak mau bekerjasama dengan bukan teman dekatnya, dan hanya bermain dengan teman dekatnya saja. Perilaku siswa yang tidak menunjukan sikap yang memiliki kecerdasan interpersonal tersebut juga dipengaruhi oleh kebiasaan mengajar guru


(24)

Lisna Dwi Agustin, 2014

yang jarang memfasilitasi siswa untuk melakukan kejasama dengan baik. Dengan demikian, penelitian memilih kelas VII-C sebagai subjek penelitian.

B. Desain Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini mengacu pada model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Model spiral ini merupakan model siklus berulang berkelanjutan, dengan harapan pada setiap tindakan menunjukkan peningkatan sesuai perubahan dan perbaikan yang ingin dicapai. Apabila dalam satu siklus ditemukan kekurangan dan tidak terciptanya target yang telah ditentukan, maka dapat diidentifikasi bahwa target yang telah ditentukan tidak tercapai, maka diadakan perbaikan pada perencanaan dan pelaksanaan siklus berikutnya.

Untuk lebih jelasnya desain penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Gambar 3.1Model PTK Kemmis dan Mc Taggart (Wiriaatmadja, 2012, hlm. 66)


(25)

63

Keempat tahap itu terdiri dari beberapa siklus. Keempat tahap itu dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Rencana (plan)

Rencana atau perencanaan dapat diartikan sebagai pengembangan rencana tindakan. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari permasalahan-permasalahan. Perencanaan awal tindakan menyangkut:

a) Menentukan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian dengan melihat permasalahan yang ada di dalam kelas.

b) Melaksanakan pengamatan terhadap kelas yang dijadikan sebagai subjek penelitian.

c) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) terkait materi yang akan diajarkan.

d) Merancang kegiatan belajar mengajar yang sesuai dengan langkah-langkah metode REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering).

e) Mempersiapkan media pembelajaran sebagai penunjang.

f) Meminta pertimbangan dosen pembimbing mengenai kesesuaian antara materi yang akan diajarkan dengan penerapan metode REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering).

g) Instrumen, khususnya pedoman observasi sebagai alat pengumpul data untuk mengumpulkan informasi tentang efek yang ditimbulkan penerapan metode REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) dalam pelaksanaan pembelajaran.


(26)

Lisna Dwi Agustin, 2014

Tindakan yang dilakukan disini adalah tindakan yang dilakukan secara sadar oleh peneliti dan berpedoman pada rencana tindakan yang ingin dilakukan, yang dilakukan secara cermat dan bijaksana, sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan, dan tindakan itu dilakukan sebagai pijakan pengembangan tindakan-tindakan berikutnya. Adapun langkah-langkah pada tahap tindakan yang akan dilaksanakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a) Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun oleh

peneliti, yaitu pelaksanaan tindakan yang sesuai dengan RPP yangtelah disusun.

b) Menerapkan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering).

c) Melakukan diskusi balikan dengan guru mitra.

d) Melakukan perbaikan tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi dengan guru mitra berdasarkan tindakan yang telah dilakukan.

e) Melakukan pengolahan dan analisis data dari hasil tindakan yang telah dilakukan

3. Observasi (observe)

Observasi ini berfungsi sebagai mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait, pada penelitian ini observasi dilakukan dalam mengamati perkembangan kecerdasan interpersonal siswa di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa.

Langkah-langkah pelaksanaan observasi adalah sebagai berikut:

a) Pengamatan terhadap keadaan kelas yang menjadi subjek penelitian yaitu kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.

b) Pengamatan mengenai kesesuaian antara kegiatan yang dilakukan pada proses pembelajaran dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun.


(27)

65

c) Pengamatan terhadap efektifitas penerapan metode REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) dalam pembelajaran IPS sebagai upaya untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

4. Refleksi (reflect)

Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Refleksi merupakan tahap pengakajian ulang, melihat dan mempertimbangkan hasil dan proses dari setiap tindakan. Kegiatan refleksi ini dapat berupa merenungkan kembali kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang telah dilakukan, menjawab situasi dan kondisi yang terjadi selama pelaksanaan kegiatan berlangsung, memperkirakan solusi atas keluhan yang muncul, mengidentifikasi kendala atau ancaman yang mungkin di hadapi, memperkirakan akibat dan implikasi atas tindakan yang direncanakan.

Langkah-langkah refleksi adalah sebagai berikut:

a) Melakukan kegiatan diskusi balikan dengan guru mitra, siswa dan beberapa orang teman sejawat setelah tindakan dilaksanakan.

b) Mereflesikan hasil diskusi balikan untuk dilakukan pada siklus berikutnya sebagai upaya perbaikan.

c) Mendiskusikan hasil observasi dengan dosen pembimbing.

Pada siklus berikutnya, perencanaan tahap dua direvisi sebagai hasil refleksi pada putaran pertama. Kemudian tindakan putaran kedua dilakukan sesuai dengan rencana tahap dua, seperti yang telah dilakukan pada tindakan tahap pertama.

C. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian, sangatlah penting dan dalam menentuan metode yang akan dipergunakan dan langkah-langkah apa yang harus ditempuh. Metode yang dipilih harus mempertimbangkan kesesuaiannya dengan objek studi, atau dengan kata lain objeklah yang menentukan metode, bukan sebaliknya.


(28)

Lisna Dwi Agustin, 2014

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu berusaha mengungkapkan kajian tentang pengembangan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) pada siswa kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung. Pendekatan kualitatif adalah sebuah proses inkuiri yang menyelidiki masalah-masalah sosial dan kemanusiaan dengan tradisi metodologi yang berbeda (Creswell, 1998 dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 8). Menurut Moleong (2008, hlm. 6) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistik (utuh) dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah, serta memanfaatkan berbagai metode alamiah yang salah satunya bermanfaat untuk keperluan meneliti dari segi prosesnya.

Salah satu jenis penelitian kualitatif adalah penelitian tindakan kelas, yang dirancang khusus untuk para pendidik di lapangan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran.Meninjau permasalahan yang akan diteliti berkaitan dengan proses pembelajaran, maka peneliti memilih salah satu metode penelitian dari pendekatan penelitian kualitatif tersebut sebagai metode yang akan digunakan peneliti dalam memecahkan masalah dalam penelitian ini. Peneliti membangun sebuah gambaran yang kompleks dan holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan atau opini para informan, dan keseluruhan studi berlangsung dalam latar situasi yang alamiah/ wajar (natural setting).

Menurut Kemmis (1983, dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 12) menjelaskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka, b) pemehaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksanannya kegiatan praktek ini. Sedangkan menurut Elliot dalam Wiriaatmadja (2012, hlm. 12) melihat penelitian tindakan sebagai kajian dari


(29)

67

sebuah situasi sosial dengan kemungkinan tindakan untuk memperbaiki kualitas situasi sosial tersebut.

Tujuan melakukan penelitian tindakan kelas yang paling lugas adalah untuk peningkatan dan atau perbaikan praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru. Seiring dengan berkembangnya masyarakat mengakibatkan meningkatnya suatu tuntutan terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh guru. Penelitian tindakan merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk meningkatkan dan atau memperbaiki layanan pendidikan bagi guru dalam konteks pembelajaran di kelas. Sejalan dengan pendapat Elliot (1982) dalam (Sanjaya, 2011, hlm. 25) bahwa:

“Penelitian tindakan kelas merupakan kajian tentang situasi sosial dengan maksud untuk meningkatkan kualitas tindakan melalui proses diagnosis, perencaan, pelaksanaan, pemantauan dan mempelajari pengaruh yang ditimbulkan”.

Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh peneliti, kemudian dicobakan, dan kemudian dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi di kelas. Sehingga dapat dikatakan bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah perbaikan dan peningkatan layanan pembelajaran.

Dari beberapa definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan PTK ialah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis reflektif terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar-mengajar, untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Sementara itu, dilaksanakannya PTK di antaranya untuk meningkatkan kualitas pendidikan atau pengajaran yang diselenggarakan oleh


(30)

guru/pengajar-Lisna Dwi Agustin, 2014

peneliti itu sendiri, yang dampaknya diharapkan tidak ada lagi permasalahan yang mengganjal di dalam kelas.

D. Siklus Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian ini dilakukan sesuai dengan jadwal kegiatan belajar mengajar kelas VII-C yang telah ditentukan oleh SMP Negeri 7 Bandung. Hal tersebut dilakukan agar tidak mengganggu kegiatan lain yang akan maupun sedang berlangsung pada kelas yang menjadi subjek penelitian tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa kali tindakan dan setiap tindakan memuat tindakan yang meliputi perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Tahapan kegiatan dalam setiap siklusnya akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Siklus I

a. Perencanaan

Perencanaan pada siklus ini dilakukan berdasarkan hasil analisis observasi awal. Hasil observasi awal tersebut peneliti menemukan masalah yang harus diperbaiki dan dikembangkan lebih serius lagi yaitu permasalahan kurangnya kecerdasan interpersonal siswa. Setelah melalui beberapa kali pertimbangan peneliti memutuskan untuk menggunakan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) sebagai metode yang dianggap tepat untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa. Lebih rincinya, kegiatan perencanaan tindakan adalah sebagai berikut:

(1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran tentang materi yang akan diajarkan, disini materi yang akan diajarkan yaitu mengenai atmosfer dan mengangkat tema tentang “Banjir di Cieunteung”, pembelajaran dilakukan dengan menggunakan metode pembelajaran REACT.

(2) Mempersiapkan materi berupa bacaan dari artikel/berita mengenai Banjir di Cieunteung.

(3) Mempersiapkan media pembelajaran sebagai penunjang dalam penyampaian materi serta kegiatan mengamati siswa berdasarkan metode pembelajaran yang digunakan yaitu REACT.


(31)

69

(4) Mempersiapkan sarana pembelajaran berupa LKS (Lembar Kerja Siswa) berdasarkan materi sesuai dengan metode pembelajaran yang digunakan yaitu REACT.

(5) Menyusun dan mempersiapkan lembar observasi siswa mengenai kecerdasan interpersonal.

(6) Menyusun pedoman wawancara untuk guru mitra dan siswa. (7) Menyusun lembar catatan lapangan.

b. Tindakan

Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan awal yang telah dibuat, yaitu guru mengajar sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dibuat dengan menerapan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Adapun tahapannya sebagai berikut:

(1) Pada tahap ini pertama-tama guru menghubungkan materi dengan pengalaman siswa, dengan memilih tema mengenai Banjir di Cieunteung. Guru menghubungkan materi dengan pengalaman siswa dengan memberikan pertanyaan mengenai tempat tinggal siswa yang terkena banjir serta upaya apa saja yang dilakukan untuk mengantisipasi banjir berikutnya.

(2) Guru menampilkan beberapa gambar serta video/berita mengenai Banjir di Cieunteung, kemudian mengajak siswa ke parit sekolah dan guru memaparkan bahwa tumpukan sampah pada parit merupakan simulasi kecil terjadinya banjir di Cieunteung.

(3) Guru memberikan Lembar Kerja Siswa yang memuat berita mengenai Banjir di Cieunteung serta beberapa pertanyaan mengenai pemecahan masalah sebagai penerapan (applying) dari pengetahuan yang dimiliki siswa.

(4) Guru memfasilitasi siswa untuk bekerja sama melakukan diskusi kelompok. (5) Guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi sebagai


(32)

Lisna Dwi Agustin, 2014

(6) Guru memberikan komentar dan mengapresiasi hasil kerja siswa.

c. Observasi

Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahapan observasi Siklus I adalah sebagai berikut:

(1) Melakukan observasi dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun. Observasi ini digunakan sebagai upaya untuk pengumpulan data dan untuk melihat tindakan kelas yang telah diterapkan.

(2) Menilai tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa. d. Refleksi

Kegiatan yang dilakukan peneliti dalam tahapan refleksi siklus I adalah sebagai berikut:

(1) Peneliti melakukan pengkajian ulang data yang diperoleh dari hasil observasi kecerdasan interpersonal, hasil diskusi, wawancara dan catatan lapangan. Hasil pengakajian ulang tersebut digunakan untuk mengetahui kekurangan maupun ketercapaian pada siklus 1.

(2) Melakukan pertemuan dengan guru mitra untuk membahas hasil evaluasi tindakan.

(3) Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi pada siklus berikutnya.

E. Fokus Permasalahan

Untuk mempermudah dan menghindari salah tafsir dalam penelitian ini, maka dibawah ini terdapat beberapa definisi yang akan menjelaskan secara rinci mengenai variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Kecerdasan Interpersonal

Kecerdasan interpersonal adalah kemampuan dan keterampilan seseorang dalam menciptakan relasi sosialnya sehingga kedua belah pihak berada dalam


(33)

71

situasi menang-menang atau menguntungkan (Safaria, 2005, hlm. 23). Orang yang memiliki kecerdasan interpersonal akan mampu bersosialisasi dengan baik dengan orang lain, membangun serta mempertahankan relasi sosial yang telah dibangun, berinteraksi dengan penuh kehangatan, ramah tamah dan lain-lain, yang kemudian mendapatkan respon yang positif sehingga dapat diterima secara sosial. Sementara itu, Gardner (2003, hlm. 45) mengatakan bahwa kecerdasan interpersonal sebagai kemampuan individu untuk memahami dan memperkirakan perasaan, tempramen, suasana hati, maksud dan keinginan orang lain dan menanggapinya secara layak.

Adapun indikator ketercapaian kecerdasan interpersonal diantaranya memiliki aspek dari dimensi kecerdasasan interpersonal yaitu:

a. Social sentivity (kepekaan sosial), terdiri dari:

- Kemampuan menerima sudut pandang orang lain yang ditandai dengan mampu menangani perbedaan pendapat dirinya dan orang lain, memberikan penguatan tambahan atas pendapat orang lain dan mengurangi kekukuhan argumen sendiri.

- Kemampuan menghargai pendapat orang lain yang ditandai dengan tidak menyudutkan pendapat orang lain, menyanggah dengan menggunakan kata-kata yang baik dan tidak memotong pembicaraan orang lain.

- Bertindak yang menghasilkan kebaikan yang ditandai dengan memberikan bantuan kepada teman, berbagi ilmu dan informasi dan mampu melakukan kerjasama dengan baik.

b. Social Insight (wawasan sosial) terdiri dari:

- Memiliki kemampuan pemecahan masalah yang efektif yang ditandai dengan mampu menjadi pemimpin/mampu mengorganisasi teman-temannya, mendamaikan konflik/cinta damai dan memiliki ide/gagasan untuk mencari solusi.

- Memiliki kesadaran diri yang ditandai dengan tidak menunjukan emosi yang berlebihan, bergaul dengan siapa pun dan menunjukan ekspresi yang baik ketika berinteraksi.


(34)

Lisna Dwi Agustin, 2014

c. Social Communication (komunikasi sosial) terdiri dari:

- Memiliki keterampilan berbicara dengan orang lain yang ditandai dengan berbicara dengan menggunakan kata-kata yang baik/sopan, mengungkapkan ide/gagasannya dan menggunakan intonasi suara yang disesuaikan dengan keadaan/lawan bicara.

- Memiliki keterampilan mendengarkan efektif yang ditandai dengan memperhatikan lawan bicara, menyimak pembicaraan lawan bicaradan memberikan respon: menolak, menyetujui, kritik, bertanya.

2. Metode Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying,

Cooperating, Transfering

REACT merupakan metode pembelajaran yang terdiri dari datu kesatuan dalam pembelajaran yaitu (1) keterkaitan (Relating) antara pengetahuan yang sudah ada dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari, (2) mengamati (Experiencing) melakukan kegiatan mengamati melalui eksplorasi atau kegiatan pemecahan masalah tentang sebuah permasalahan yang terjadi di kehidupan nyata dan berkaitan dengan materi pembelajaran, (3) menerapkan(Applying) siswa mampu menerapkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari, applying juga bisa dilakukan dengan memberikan persoalan-persoalan yang menuntut siswa agar mampu menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajarinya tersebut, (4) kerjasama (Cooperating) siswa belajar untuk berbagi pengalaman, memberikan tanggapan dan berkomunikasi interaktif dengan siswa lain, bekerja sama melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman, (5) mentransfer (Transfering) siswa memindahkan konsep pengetahuan yang telah dimiliki dengan cara mentransfer kepada siswa lain melalui diskusi dalam kelompok dan presentasi kelas, atau siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dan menerapkannya dalam situasi dan konteks baru.

Berdasarkan susunan tahapan dalam metode REACT di atas, maka langkah-langkah pembelajaran dilaksanakan sebagai berikut:


(35)

73

a. Relating yaitu guru menghubungkan konsep materi pembelajaran yang akan dipelajari dengan pengetahuan yang dimiliki siswa atau dengan kehidupan siswa sehari-hari dengan mengajukan pertanyaan atau memberikan permasalah kontekstual yang relevan dengan materi yang sedang dipelajari.

b. Experiencing yaitu siswa melakukan kegiatan observasiuntuk membangun konsep baru dengan cara mengkonsentrasikan pengalaman-pengalaman yang terjadi di dalam kelas melalui ekplorasi, pencarian dan penemuan. Pengalaman ini bisa mencakup penggunaan manipulasi atau pemecahan masalah yang terjadi di kehidupan nyata dan berkaitan dengan materi pembelajaran.

c. Applying yaitu guru memberikan persoalan-persoalan/pemecahan masalah yang menuntut siswa agar mampu menggunakan konsep-konsep yang telah dipelajarinya tersebut

d. Cooperating yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok secara acak kemudian mengarahkan setiap kelompok untuk melakukan sebuah diskusi untuk berbagi pengalaman, pengetahuan, mengeluarkan pendapat, memberikan tanggapan dan berkomunikasi interaktif dengan siswa lain, saling bertukar pikiran, bekerja sama melakukan diskusi kelompok untuk memecahkan permasalahan dan mengembangkan kemampuan berkolaborasi dengan teman. e. Transfering yaitu siswa memindahkan konsep pengetahuan yang telah dimiliki

dengan cara mentransfer kepada siswa lain melalui kegiatan presentasi kelompok atau siswa menunjukkan kemampuan terhadap pengetahuan yang dipelajarinya dan menerapkannya dalam situasi dan konteks baru. Cara lain bisa dilakukan guru dengan mengajukan pertanyaan masalah yang terkait dengan penerapan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pedoman Observasi

Dalam penelitian ini pedoman observasi digunakan untuk melihat 2 aspek, yaitu untuk mengukur tingkat keberhasilan guru dalam menerapkan metode


(36)

Lisna Dwi Agustin, 2014

Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Observasi dilakukan dengan memberikan tanda ceklist (√) pada indikator-indikator yang menunjukan perkembangan kecerdasan interpersonal siswa. Hal yang sama dilakukan pada pedoman observasi untuk mengukur tingkat keberhasilan guru dalam menerapkan metode pembelajaran REACT.

a) Pedoman Observasi Kinerja Mengajar Guru

Pedoman observasi kinerja mengajar guru terdiri dari aspek-aspek yang akan diamati oleh peneliti terhadap aktifitas praktek mengajar guru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran REACT REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Untuk lebih jelasnya mengenai aspek-aspek yang diamati oleh peneliti mengenai kinerja mengajar guru dapat dilihat pada lampiran.

b) Pedoman Observasi Kecerdasan Interpersonal Siswa

Pedoman observasi kecerdasan interpersonal siswa ini terdiri dari beberapa indikator-indikator yang dijadikan acuan oleh peneliti terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa yang menunjukan tingkat perkembangan kecerdasan interpersonal siswa. Beberapa indikator yang digunakan peneliti untuk melihat perkembangan kecerdasan interpersonal siswa bisa dilihat pada lampiran, namun garis besarnya adalah sebagai berikut:

1) Dilihat dari dimensi Sosial Sensitivity (kepekaan sosial) yang dimiliki siswa. Aspek yang diamati dilihat dari kemampuan siswa mampu menerima sudut pandang orang lain, mampu menghargai pendapat orang lain, dan melakukan tindakan yang menghasilkan kebaikan.

2) Dilihat dari dimensi Social Insight (wawasan sosial) yang dimiliki siswa. Aspek yang diamati dilihat dari kemampuan pemecahan masalah efektif yang dimiliki siswa dan mampu melakukan kerjasama dengan baik.


(37)

75

3) Dilihat dari dimensi Social Communication (komunikasi sosial) yang dimiliki siswa. Aspek yang diamati dilihat dari kemampuan siswa memiliki keterampilan berbicara dengan orang lain dan keterampilan mendengarkan efektif.

2. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara berisikan daftar pertanyaan yang digunakan untuk mendapatkan data secara kualitatif yang diperoleh untuk bahan analisis pada tahap selanjutnya. Pedoman wawancara digunakan terutama untuk memperoleh informasi mengenai efektifitas penerapan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) dalam upaya mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

a) Pedoman Wawancara untuk Guru

Pedoman wawancara untuk guru berisikan daftar pertanyaan yang merupakan cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran IPS siswa kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung sebelum serta sesudah diterapkannya metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran.

b) Pedoman Wawancara untuk Siswa

Pedoman wawancara dengan siswa dilakukan peneliti untuk memperoleh informasi mengenai pendapat dan tanggapan siswa terhadap pembelajaran IPS sebelum dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada lampiran.

3. Catatan Lapangan

Hasil temuan di lapangan yang berkaitan dengan kondisi pembelajaran, pengelolaan kelas, kegiatan guru dan kegiatan siswa semuanya dicatat dalam catatan lapangan (fiels notes), yang kemudian digunakan sebagai bahan refleksi


(38)

Lisna Dwi Agustin, 2014

dan analisis. Catatan lapangan disusun berdasarkan kondisi pembelajaran IPS di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung. Catatan lapangan juga berisi tentang komentar peneliti terkait proses pembelajaran IPS. Untuk lebih jelasnya mengenai format catatan lapangan dapat dilihat pada lampiran.

4. Dokumentasi

Dalam penelitian ini dokumen yang digunakan adalah alat perekam untuk merekam suasana kelas secara detail tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di kelas, termasuk dokumen-dokumen resmi dalam perencanaan seperti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Sebagai data penunjang, peneliti juga menggunakan dokumentasi berupa foto terkait kegiatan selama proses pembelajaran IPS kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.

G. Validitas dan Redibilitas Data

Kegiatan validitas data dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik triangulasi, member check dan expert opinion.

1. Triangulasi

Triangulasi merupakan memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk atau yang ditimbulkan dengan membandingkan dengan hasil orang lain, misalnya mitra peneliti lain yang hadir dan menyaksikan situasi yang sama(Wiriaatmadja, 2011, hlm. 168). Dengan kata lain teknik triangulasi dilakukan dengan melakukan pemeriksaan melalui sumber lainnya. Teknik triangulasi yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan (Sanjaya, 2011, hlm. 117).

Diungkapkan oleh Sanjaya (2011, hlm. 112) bahwa terdapat beberapa cara untuk menggunakan triangulasi:

a) Dengan menggunakan waktu yang cukup dalam proses penelitian


(39)

77

c) Dengan cara mencari data dari berbagai suasana, waktu dan tempat sehingga peneliti dapat melakukan pengecekan atau dapat membandingkan data yang diperoleh.

d) Dengan mengamati objek yang sama dalam berbagai situasi. e) Mencari data dari berbagai sumber.

f) Menggunakan berbagai metode dan teknik analisis data.

2. Member check

Dalam Wiriaatmadja (2011, hlm. 168) diungkapkan bahwa member check merupakan memeriksa kembali keterangan-keterangan atau informasi data yang diperoleh selama observasi dari nara sumber, siapa pun juga (Kepala sekolah, guru, teman sejawat guru, siswa, pegawai administrasi sekolah, orang tua siswa, dan lain-lain) apakah keterangan atau informasi, atau penjelasan itu tetap sifatnya atau tidak berubah sehingga dapat dipastikan keajegannya dan data itu terperiksa kebenarannya. Dalam penelitian ini penulis lakukan dengan cara mendiskusikan hasil penelitian kepada sumber-sumber data yang telah memberikan data.

3. Expert opinion

Pada tahap akhir validasi, peneliti melakukannya dengan meminta saran atau nasehat kepada dosen pembimbing, yang disebut expert opinion. Dalam kegiatan penelitian ini, peneliti mengkonsultasikan temuan di lapangan pada saat penelitian kepada Dr. Nana Supriatna, M.Ed selaku pembimbing I dan kepada Yeni Kurniawati, M.Pd selaku pembimbing II. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh masukan dan arahan agar validasi data dapat dipertanggungjawabkan.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:


(40)

Lisna Dwi Agustin, 2014

1. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati (Sanjaya, 2011, hlm. 86). Observasi terdiri dari 3 fase utama, yaitu perencanaan, observasi kelas dan diskusi balikan. Setelah mendiskusikan rencana pembelajaran sebagai perencanaan, dilanjutkan dengan pelaksanaan langkah-langkah pembelajaran yang telah direncanakan serta bagaimana peneliti akan mulai mengumpulkan data yang termasuk ke dalam fase observasi. Pengumpulan data objektif dari tindakan belajar mengajar selanjutnya dianalisis dalam diskusi balikan setelah pembelajaran dilakukan. Berikut adalah bagan yang menggambarkan 3 fase observasi:

Gambar 3.2Bagan Fase Observasi (Wiriaatmadja, 2011, hlm. 106)

Pengumpulan data dengan observasi dilakukan untuk memperoleh data tentang pelaksanaan proses belajar mengajar di kelas, yang meliputi aktifitas siswa di kelas ketika dilakukan tindakan. Peneliti bersama guru mitra akan mempelajari bersama hasil observasi, menyepakati hasil pengamatan yang berbentuk kekurang maupun keberhasilan untuk dijadikan catatan lapangan dan mendikusikan langkah-langkah berikutnya. Dalam catatan ini termasuk juga komentar-komentar yang menafsirkan apa yang terjadi berdasarkan persepsi peneliti (Goetz dan LeCompte dalam Wiriaatmadja, 2011, hlm. 107). Dengan

Pertemuan Perencanaan


(41)

79

observasi, peneliti dapat mendokumentasikan dan mereflesikan secara sistematis terhadap kegiatan yang dilakukan oleh subjek penelitian.

2. Wawancara

Dengan teknik pengumpulan ini diharapkan dapat memperkaya dan memperteguh data. Wawancara merupakan pengumpulan data berdasarkan jawaban dari responden dan secara sepihak untuk melengkapi data. Menurut Hopkins (1993, dalam Wiriaatmaja, 2012, hlm. 117) wawancara adalah suatu cara untuk mengetahui situasi tertentu di dalam kelas dilihat dari sudut pandang yang lain. Orang-orang yang diwawancarai dapat termasuk beberapa orang siswa, kepala sekolah, beberapa guru, teman sejawat, pegawai tata usaha sekolah, dll.

Wawancara dilakukan dengan siswa dan guru serta pihak-pihak tertentu yang dianggap perlu untuk memperoleh informasi. Wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung dan guru mitra pengampu mata pelajaran IPS terutama mengenai efektifitas penggunaan metode REACT untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa.

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data yang terakhir adalah dokumentasi. Dokumentasi adalah pengumpulan informasi yang digunakan dalam penelitian sebagai sumber data yang berkaitan dengan suasana yang terjadi di kelas dan pada saat penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan. Dokumen ini bertujuan untuk mengungkapkan fakta-fakta berdasarkan kenyataan pada saat pelaksanaan tindakan.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan dalam penelitian ini berisi mengenai hal-hal yang terjadi selama proses pembelajaran pembelajaran dilakukan di kelas serta digunakan untuk mendapatkan refleksi terhadap pelaksanaan metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering). Menurut Sanjaya


(42)

Lisna Dwi Agustin, 2014

(2011, hlm. 98) terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam membuat catatan lapangan, yaitu:

a) Catatan ditulis dengan segala kegiatan yang berlangsung.

b) Hal-hal yang ditulis adalah bersangkutan secara langsung dengan fokus masalah.

c) Ditulis dengan kata-kata singkat dan padat sesuai dengan fokus dan sasaran penelitian.

I. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam penelitian tindakan kelas, analisis data diarahkan untuk mencari dan menemukan upaya yang dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas belajar dan hasil pembelajaran (Sanjaya, 2011, hlm. 106). Analisis yang dilakukan dalam penelitian tindakan kelas dilakukan sejak awal, berarti peneliti akan melakukannya sejak tahap orientasi lapangan, seperti dikatakan Miles dan Huberman (1984, dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 139) bahwa “...the ideal model for data collection and analysis is one that interweaves

them for beginning”. Yang artinya model ideal dari pengumpulan data dan analisis data adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal. Menurut Sugiyono (2008, hlm. 89), analisis data penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.

1. Analisis Sebelum di Lapangan

Dalam tahap ini, analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau permasalahan yang ditemukan peneliti pada kondisi awal sebelum dilakukan tindakan Penelitian Tindakan Kelas. Analisis dilakukan oleh peneliti terhadap hasil observasi dan wawancara tentang kegiatan pembelajaran IPS yang dilakukan di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung.


(43)

81

Aktivitas dalam analisis selama di lapangan meliputi reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) serta penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/ verification). Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008, hlm. 91) memaparkan model analisisnya digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.3 Model Analisis Data Menurut Miles dan Huberman (Sugiyono, 2008, hlm. 91)

Berikut pemaparan mengenai analisis data:

a) Data Reduction (reduksi data)

Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi (Sugiyono, 2011, hlm. 249).

Pengumpulan Penyajian Data


(44)

Lisna Dwi Agustin, 2014

Selain itu reduksi data dapat siartikan sebagai suatu kegiatan menyeleksi data sesuai dengan fokus permasalahan. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas untuk pengumpulan data berikutnya.

b) Data Display (penyajian data)

Pendeskripsian data harus dilakukan agar data yang telah kita seleksi menjadi bermakna, pendeskripsian pun dapat dilakukan secara naratif, grafik maupun tabel. Dengan menyajikan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2011, hlm. 249).

c) Conclusion Drawing/Verification (penarikan kesimpulan)

Menurut Miles dan Huberman langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan/verifikasi. Kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dilakukan dengan meninjau ulang catatan lapangan agar data yang diperoleh teruji kebenarannya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya.

Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah penelitian berada di lapangan (Sugiyono, 2011, hlm. 253).

3. Analisis Setelah di Lapangan

Setelah semua data yang dibutuhkan peneliti diperoleh, maka peneliti menyusun laporan. Namun sebelumnya, data yang diperoleh dianalisis dengan melakukan peninjauan ulang kembali apakah masih ada analisis data yang perlu direvisi atau mungkin hasil analisis perlu diteliti dari awal. Analisis tindakan dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan berhasil dan sesuai dengan harapan atau tidak.


(45)

(46)

180 Lisna Dwi Agustin, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan di kelas VII-C SMP Negeri 7 Bandung dalam rangka mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfering) maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan pada penelitian ini berangkat dari observasi awal penelitian dimana peneliti menemukan adanya permasalahan pada siswa kelas VII-C yaitu kurangnya kecerdasan interpersonal siswa. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka perencanaan disusun dengan mengupayakan kegiatan pembelajaran yang memfasilitasi siswa belajar melalui kerjasama dengan siswa-siswa lainnya dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara acak dan heterogen. Perencanaan-perencanaan tersebut mencakup kegiatan refleksi, mempersiapakan RPP serta mempersiapkan instrumen penelitian berupa pedoman observasi, catatan lapangan dan pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan indikator-indikator yang menunjukan kecerdasan interpersonal siswa dan metode pembelajaran REACT. Dalam penyusunan RPP, peneliti berupaya mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa yang disesuaikan dengan media pembelajaran yang akan digunakan serta materi pembelajaran yang akan diajarkan pada setiap tindakan. Peneliti merencanakan setiap kegiatan pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah metode pembelajaran REACT dengan masing-masing siklusnya kegiatan pembelajaran yang dilakukan siswa bervariasi. Kegiatan pembelajaran disajikan dengan mengangkat tema-tema sebagai pembinaan konsep sosial melalui kajian peristiwa atau masalah sosial yang dikaitkan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Perencanaan juga dilakukan dengan mengupayakan siswa mendapatkan pemahaman dan pengalaman dalam


(47)

181

proses belajar mengajar serta menjadikan siswa terlibat dalam aktifitas yang terus-menerus, berfikir dan menjelaskan pemahaman-pemahaman mereka, sehingga melalui kegiatan pembelajaran demikian dapat menciptakan suatu hubungan kerjasama dan komunikasi antar siswa untuk sharing dan saling berbagi pengetahuan yang dapat mengasah kecerdasan interpersonal siswa. 2. Pelaksanaan pembelajaran sebagai upaya untuk mengembangkan kecerdasan

interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran REACT telah dilaksanakan dengan baik. Pembelajaran berupaya dilakukan berlangsung secara alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami serta membangun interaksi edukatif antar siswa yang bersama-sama saling bertukar pikiran, mengamati, berfikir dan menarik kesimpulan, serta saling mencurahkan kemampuan, keterampilan dan kreatifitasnya sehingga mampu mengasah kecerdasan interpersonal siswa. Selama kegiatan pembelajaran dilaksanakan, peneliti juga melakukan observasi dengan mengacu pada instrumen penelitian yang telah dibuat sebelumnya. Peneliti juga mendokumentasikan setiap kejadian yang berlangsung baik yang tercantum maupun yang tidak tercantum dalam pedoman observasi melalui bentuk foto maupun bentuk catatan sebagai catatan lapangan. Catatan lapangan ini merupakan data pelengkap dari tindakan-tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklusnya.

3. Refleksi dari pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan metode pembelajaran REACT mampu meningkatkan kecerdasan interpersonal siswa. Berkembangnya kecerdasan interpersonal siswa dilihat dari indikator-indikator yang ditunjukan dengan kriteria penilaian yang meningkat dari mulai kurang, cukup hingga menjadi baik. Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran REACT siswa mampu memahami dengan membuat hubungan atau mengaitkan antara materi dengan pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari serta mampu memberikan solusi dari setiap kegiatan pemecahan masalah yang dilakukan siswa sebagai langkah applying. Siswa juga mampu melakukan kerjasama dengan baik, membaur dan membangun kedekatan dengan semua siswa-siswa lainnya.


(48)

Lisna Dwi Agustin, 2014

Meningkatnya kecerdasan interpersonal siswa menciptakan suasana kelas menjadi lebih kondusif serta siswa dengan siswa lainnya mampu membangun suatu hubungan yang harmonis. Dengan demikian, siswa tidak hanya memiliki pengetahuan berupa kemampuan konseptual namun juga memiliki keterampilan berupa kecerdasan interpersonal sebagai bekal dalam mengaplikasikan pengetahuannya, pada saat melakoni kehidupan siswa sebagai anggota keluarga dan masyarakat.

4. Beberapa kendala yang dihadapi guru dalam mengembangkan kecerdasan interpersonal siswa dalam pembelajaran IPS melalui metode pembelajaran REACT diantaranya yaitu dalam melakukan kegiatan experiencing yang dilakukan di luar kelas dijadikan kesempatan oleh siswa untuk bercanda dan berbincang-bincang dengan siswa dari kelas lain yang kebetulan berada di luar kelas. Munculnya perbedaan pendapat siswa memicu terjadinya perselisihan dan membuat suasana kelas menjadi gaduh membuat guru kewalahan dalam mengendalikan kondisi kelas. Kemudian setelah melakukan kegiatan experiencing beberapa orang siswa sulit diarahkan kembali ke dalam kelas sehingga guru kewalahan dalam mengkondisikan kelas untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran berikutnya. Beberapa orang siswa yang keberatan dengan anggota kelompoknya, membuat siswa lebih memilih berbicara dengan teman dekatnya bahkan menganggu kelompok lain sehingga berpengaruh terhadap kondusifitas kelas. Banyaknya siswa yang keberatan dengan pembagian kelompok yang dilakukan secara acak membuat guru harus memberikan motivasi ekstra agar siswa mau mengerjakan tugas kelompoknya dan tidak saling mengandalkan. Meskipun demikian, secara keseluruhan berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa siswa menikmati kegiatan pembelajaran IPS yang dilakukan dengan menggunakan metode REACT. Siswa juga mengungkapkan bahwa pembelajaran IPS selain lebih menyenangkan, namun juga mereka menjadi lebih dekat dengan siswa lainnya dan mudah berbaur melakukan kerjasama meskipun bukan dengan teman dekatnya.


(1)

CATATAN LAPANGAN(Field Notes)SIKLUS II Tindakan ke-1

Hari/Tgl/Bulan : Jumat, 21 Maret 2014

Kelas/Sekolah : VII-C/SMP Negeri 7 Bandung

Mata Pelajaran : IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Waktu : 10.30 – 11.30

Waktu Deskripsi Komentar

10.30 Guru masuk kelas dengan

mengucapkan salam. Kemudian guru mulai memeriksa kebersihan kelas dan mengecek kehadiran siswa. Sambil siswa membuang sampah, guru menyiapkan laptop dan LCD dibantu oleh siswa. Setelah itu, guru mengulas materi sebelumnya dilanjutkan dengan

melakukan langkah kegiatan

relating dengan mengajukan

pertanyaan “apakah kalian

merasakan adanya perbedaan suhu udara sekarang dengan beberapa tahun ke belakang?”. Beberapa orang siswa mengacungkan tangan dan menjawab pertanyaan. Bahkan ada beberapa siswa yang antusias

menjawab pertanyaan seperti

“makin panas Bu, akibat dari pemanasan global”, “itu karena pemanasan global Bu”. Siswa

antusias mengemukakan

pengalamnnya sehari-hari yang

berkaitan dengan materi.

Guru memberikan banyak

motivasi kepada siswa untuk mengemukakan

pengalamannya yang berkaitan dengan materi yang sedang dibahas sehingga suasana kelas

menjadi lebih hidup oleh

pendapat-pendapat siswa

dalam mengemukakan

pengalamannya.

11.40 Guru melakukan langkah kegiatan

mengamati dengan menampilkan

menampilkan gambar-gambar

berbagai aktifitas manusia yang

berpengaruh dalam peristiwa

pemanasan global, berbagai

kerusakan lingkungan serta

bencana alam yang diakibatkan oleh pemanasan global. Siswa

dengan kondusifnya mengikuti

Dengan membawa siswa ke

green house guru cukup berhasil membuat siswa lebih

tertarik lebih menikmati

kegiatan yang dilakukannya. Dengan mengajak siswa keluar kelas, setidaknya guru sudah

mengarahkan siswa untuk

merasakan bagaimana cuaca


(2)

kegiatan mengamati tersebut.

Selanjutnya guru melakukan

kegiatan experiencing dengan

mengarahkan siswa mengunjungi

green house sekolah. Dengan tertibnya siswa beriringan ke green

house. Kemudian guru menjelaskan kepada siswa tentang perbedaan cuaca di green house dengan di pinggir jalan, dikaitkan dengan pemanasan global, dan menjelaskan bahwa green house adalah salah satu upaya untuk

mengatasi pemanasan

global.Beberapa orang siswa

menanggapi “Bu, kalau di pinggir

jalan polusi Bu, tapi kalo di green house segar”, ada juga siswa yang

memberikan pendapat “kalau di

pinggir jalan bising, polusi, panas, sementara itu kalau di dalam green house banyak tumbuhan hijau dan udaranya segar Bu”. Siswa fokus

memperhatikan guru meskipun

masih ada beberapa orang siswa

yang sesekali mengalihkan

perhatian dengan bertanya kepada temannya dari kelas lain yang kebetulan lewat.

mengajak ke green house guru memberikan contoh kecil dari upaya yang dilakukan untuk mengatasi pemanasan global. Namun masih ada saja siswa

yang tidak fokus dengan

kegiatan pembelajaran yang sedang dilakukan. Seharusnya guru berada dengan siswa yang perhatiannya kurang sehingga dapat lebih terpantau.

11.10 Setelah melakukan kegiatan

experiencing guru mengarahkan

siswa kembali ke kelas. Namun ada saja satu dua orang siswa yang tidak menyegerakan masuk kelas dengan bercanda dulu dengan siswa dari kelas lain yang kebetulan berada di luar kelas. Di kelas, guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya dan

mengemukakan hasil pengamatan

Meskipun masih ada beberapa

orang siswa yang tidak

menyegerakan masuk kelas, namun dapat diatasi guru dengan memberikan gertakan nilai kelompok sehingga siswa lain ikut memberikan teguran kepada siswa yang bersikap santai masuk kelas.


(3)

11.20 Guru mengevaluasi dan meluruskan

beberapa jawaban yang

dikemukakan oleh siswa.

Kemudian guru sedikit mengulas materi terkait perubahan iklim dan

pemanasan global. Selanjutnya

guru memberikan kesimpulan

terkait materi yang telah sama-sama dibahas. Sebelum diakhiri, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok secara acak. Kemudian siswa ditugaskan untuk membuat poster hampir jadi dengan tema “Pemanasan Global”. Siswa

tampak antusias hingga tidak

banyak melakukan protes seperti biasanya pada saat pembagian

kelompok. Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Belum semua pertanyaan siswa sempat dijawab tidak lama kemudian bel berbunyi tanda jam

pelajaran telah berakhir.Guru

bersama dengan siswa berdoa bersama bersama. Pada pukul 11.30 guru meninggalkan kelas dengan mengucapkan salam.

Dengan mengangkat tema

pemanasan global dan tugas membuat poster siswa tampak memberikan tanggapan positif

dengan sikapnya yang

kegirangan hingga tidak


(4)

CATATAN LAPANGAN(Field Notes)SIKLUS II Tindakan ke-2

Hari/Tgl/Bulan : Rabu, 26 Maret 2014

Kelas/Sekolah : VII-C/SMP Negeri 7 Bandung

Mata Pelajaran : IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

Waktu : 11.30 – 12.50

Waktu Deskripsi Komentar

11.30 Guru masuk kelas dengan mengucapkan

salam. Begitu guru masuk kelas, siswa

sudah berinisiatif sendiri duduk

berdasarkan kelompoknya

masing-masing, Kemudian guru mulai

memeriksa kebersihan kelas dan

mengecek kehadiran siswa. Sambil siswa membuang sampah, guru menyiapkan laptop dan LCD dibantu oleh siswa. Setelah itu, guru mengulas materi

sebelumnya dilanjutkan dengan

melakukan langkah kegiatan relating

dengan mengajukan pertanyaan “apa

yang akan terjadi saat bumi tidak memiliki atmosfer. Beberapa siswa

memberikan jawaban “bumi hancur Bu,

kaya di film-film”, “kita bisa melayang -layang Bu di udara”. Ada beberapa

siswa lainnya tidak terlalu

memperhatikan karena fokus dengan poster yang harus diselelesaikan. Siswa

antusias mengikuti kegiatan

pembelajaran dan sudah terlihat lebih terbuka dan mau melakukan diskusi kelompok dengan siswa manapun. Hal ini terlihat dari poster yang sudah dikerjakan setengah jadi dari rumah dan pada saat ditanya oleh guru mereka

dengan kompaknya menjelaskan

Guru memberikan banyak

motivasi kepada siswa

untuk mengemukakan

pengalamannya yang

berkaitan dengan materi

yang sedang dibahas

sehingga suasana kelas

menjadi lebih hidup oleh

pendapat-pendapat siswa

dalam mengemukakan


(5)

11.40 Guru melakukan langkah kegiatan mengamati serta langkah experiencing

siswa dengan menampilkan video

berjudul “Ozzy Ozone”. Siswa dengan

kondusifnya mengikuti kegiatan

mengamati tersebut. Setelah selesai,

beberapa orang siswa memberikan

tanggapan “Bumi kita terancam Bu”,

“Tidak boleh pakai kendaraan yang menimbulkan polusi Bu”.

Dengan menampilkan

video tersebut membuat siswa sesaat fokus dan

menunda kegiatannya

menyelesaikan poster

11.50 Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya. Namun siswa sudah tidak begitu tertarik karena ingin segera menyelesaikan poster. Kegiatan membuat poster dilakukan siswa sebagai langkah applying, langkah ini juga dilakukan siswa dengan memberikan beberapa himbauan terkait pemanasan global dan menganalisis dampak, akibat, serta solusi untuk mengatasi pemanasan global. Siswa tampak senang membuat poster dan lebih menikmati kegiatan

pembelajaran. Sebagai langkah

cooperating siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang dilakukan secara acak. Pembagian kelompok sudah dilakukan pada pertemaun sebelumnya karena siswa harus mengerjakan poster setengah jadi di rumah. Suasana kelas menjadi lebih tenang dan semua siswa tampak melakukan kerjasama dengan

baik dan saling membantu dalam

menyelesaikan poster. Tidak hanya itu, hubungan siswa tampak lebih harmonis

selama diskusi kelompok, sesekali

mereka tertawa ringan bersama-sama sambil menyelesaikan tugas diskusi.

Guru berhasil menciptakan

kegiatan pembelajaran

siswa yang mewadahi

aktifitas mereka menjadi

lebih terarah. Melalui

pembelajaran yang

menyenangkan seperti

membuat poster

memberikan motivasi

kepada siswa untuk mau

melakukan diskusi dan

bekerja sama dengan siswa lain meskipun buka teman dekatnya. Siswa bersama-sama saling mencurahkan

ide/gagasan, kemampuan

serta kreatifitasnya. Dengan begitu siswa akan belajar memahami dan bersikap

lebih baik lagi dalam

berteman. Dengan

demikian siswa akan

mampu mengembangkan

kecerdasan interpersonalnya.


(6)

12.10 Setelah selesai melakukan diskusi kelompok dan membuat poster. Guru mengarahkan siswa untuk melakukan

kegiatan transfering. Masing-masing

kelompok siswa mempresentasikan hasil diskusinya dan menampilkan poster yang telah dibuat oleh kelompoknya masing-masing. Siswa tampak antusias ingin melihat hasil poster yang dibuat oleh kelompok lainnya. Dalam melakukan sesi tanya jawab, siswa sudah mampu

bersikap lebih baik dan tidak

menimbulkan perselisihan.

Suasana kelas menjadi

lebih kondusif dan

hubungan diantara siswa sudah semakin harmonis

12.40 Guru mengevaluasi dan meluruskan

beberapa jawaban yang dikemukakan oleh siswa serta memberikan apresiasi kepada siswa karena telah membuat poster yang bagus-bagus. Kemudian guru mengulas materi terkait perubahan iklim dan pemanasan global. Selanjutnya guru memberikan kesimpulan terkait materi yang telah sama-sama dibahas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. Belum semua pertanyaan

siswa sempat dijawab tidak lama

kemudian bel berbunyi tanda jam pelajaran telah berakhir. Guru bersama dengan siswa berdoa bersama bersama. Pada pukul 12.54 guru meninggalkan kelas dengan mengucapkan salam.

Dengan mengangkat tema

pemanasan global dan

kegiatan membuat poster berhasil membuat siswa lebih menikmati kegiatan pembelajaran. Pada saat

diberikan kesempatan

untuk bertanya, banyak

siswa yang mengajukan

pertanyaan dan belum

sempat guru menjawab

semua pertanyaan siswa bel sudah berbunyi.


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING

0 3 22

Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Pendidikan Matematika Realistik Indonesia (PMRI) dan Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, and Transfering (REACT) Ditinjau dari Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa

0 3 7

PENGARUH STRATEGI RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERRING (REACT) TERHADAP SIKAP DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

0 4 27

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, AND TRANSFERRING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA.

0 0 10

PENERAPAN STRATEGI REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SIFAT-SIFAT CAHAYA DI SEKOLAH DASAR.

0 3 32

Peningkatan Kemampuan Pemahaman Dan Pemecahan Masalah Matematik Siswa SMP Melalui Strategi REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transferring).

0 0 47

PENGEMBANGAN MODUL FISIKA BERBASIS RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, AND TRANSFERRING (REACT) PADA MATERI ALAT OPTIK UNTUK MENINGKATKAN KECERDASAN MAJEMUK DAN KREATIVITAS SISWA.

0 1 19

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN PENYELESAIAN MASALAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMAMPUAN ANALISIS SISWA (Studi Pembelajaran Larutan Penyangga di SMA

0 0 1

PENGEMBANGAN KECERDASAN INTERPERSONAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE REACT (RELATING, EXPERIENCING, APPLYING, COOPERATING, TRANSFERING) - repository UPI S IPS 1001822 Title

0 0 3

Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kontekstual REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, dan Transferring)

0 0 14