KAJIAN BANDINGAN NILAI-NILAI BUDAYA NOVEL WASTU KANCANA KARYA YOSEPH ISKANDAR DENGAN NISKALA GAJAH MADA MUSUHKU KARYA HERMAWAN AKSAN SEBAGAI UPAYA MENYIAPKAN BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMP.
APRESIASI SASTRA DI SMP
TESIS
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
Gelar Magister Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa,
Konsentrasi Pendidikan Bahasa Indonesia
Oleh
ADE TAHYUDIN
NIM 1204627
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2014
(2)
KAJIAN BANDINGAN NILAI-NILAI BUDAYA NOVEL
WASTU KANCANA K
ARYA YOSEPH ISKANDAR DENGAN
NISKALA GAJAH MADA MUSUHKU
KARYA HERMAWAN
AKSAN SEBAGAI UPAYA MENYIAPKAN BAHAN AJAR
APRESIASI SASTRA DI SMP
Oleh
ADE TAHYUDIN
NIM 1204627
Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh
Gelar Magister Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa,
Konsentrasi Pendidikan Bahasa Indonesia
©
ADE TAHYUDIN 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
KAJIAN BANDINGAN NILAI-NILAI BUDAYA NOVEL WASTU KANCANA KARYA YOSEPH ISKANDAR DENGAN NISKALA GAJAH MADA MUSUHKU KARYA HERMAWAN AKSAN SEBAGAI UPAYA MENYIAPKAN BAHAN AJAR APRESIASI SASTRA DI SMP
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing
Pembimbing I,
Dr. Hj. Yeti Mulyati, M.Pd. NIP 19660320 199103 004
Pembimbing II,
Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 196109101986031004
Diketahui oleh
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Dr. Sumiyadi, M.Hum. NIP 196109101986031004
(4)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Kajian Bandingan Nilai Budaya Novel Wastu Kancana
karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan sebagai Upaya Menyiapkan
Bahan Ajar Apresiasi Sastra di SMP Ade Tahyudin
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia
Sekolah Pascasarjana Universutas Pendidikan Indonesia
Tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui hubungan unsur dan antarunsur yang terdapat dalam novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar; (2) Untuk mengetahui hubungan unsur dan antarunsur yang terdapat dalam novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan; (3) Untuk mengetahui perbandingan unsur dan hubungan antarunsur antara novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan; (4) Untuk mengetahui perbedaan nilai-nilai budaya antara novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dengan novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan; (5) Untuk memperoleh bahan ajar apresiasi novel berbasis nilai budaya dengan menggunakan novel Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan Novel Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan. Penelitian yang dilakukan ini merupakan metode deskriptif analisis komparatif yang merupakan inti dari cara kerja pendekatan sastra bandingan dan teori semiotika intertekstual. Oleh sebab itu, metode penelitian ini pun dapat disebut sebagai metode semiotika dan cenderung menggunakan prinsip metodologi kualitatif. Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan atau studi dokumentasi terhadap kedua novel. Langkah-langkah pengumpulan data adalah membaca novel secara cermat, mencatat data yang sesuai, mengidentifikasi dan mengklasifikasi data, membuat tabulasi data dan membandingkannya. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan analisis semiotik. Dalam menganalisis struktur menggunakan teori AJ Greimas, analisis budaya berdasarkan teori Koentjaraningrat. Hasil penelitian menyebutkan bahwa novel Wastu Kancana dan novel Niskala Gajah Mada Musuhku memiliki beberapa persamaan dan perbedaan dari segi unsur dan nilai-nilai budayanya. Semua unsur merupakan satu kesatuan utuh. Begitu pula dalam hal nilai budaya yang membangun novel berhubungan erat dengan lima masalah dasar dalam kehidupan manusia, yaitu hakikat hidup, hakikat karya, persepsi manusia tentang waktu, pandangan manusia terhadap alam, dan hakikat hubungan manusia dengan sesama. Hasil kajian bandingan kedua novel dapat digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran apresiasi sastra khususnya novel di sekolah SMP. Hal itu sesuai dengan tujuan satuan pendidikan Kurikulum 2013 yaitu membangun landasan bagi
(5)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki ahlak mulia dan karakter bangsa.
Kata Kunci : Nilai budaya, Novel, Bahan Ajar.
ABSTRACT
A Comparative Study on the Novels ‘Wastu Kancana’ written by Yoseph
Iskandar
with ‘Niskala Gajah Mada Musuhku’ written by Hermawan Aksan as an Effort to Provide a Teaching Material for Literary Appreciation
at Junior High School
Ade Tahyudin
Indonesian Language Education, School of Postgraduate, UPI Bandung The study was aimed at (1) finding out the relationship between elements and inter-elements in the Sundanese novel Wastu Kancana written by Yoseph Iskandar; (2) finding out the relationship between elements and inter-elements in the Indonesian novel Niskala Gajah Mada Musuhku written by Hermawan Aksan; (3) finding out the comparison of elements and inter-elements relationship between the novels Wastu Kancana written by Yoseph Iskandar with Niskala Gajah Mada Musuhku written by Hermawan Aksan; (4) finding out the difference of the cultural values in the novels Wastu Kancana by Yoseph Iskandar with Niskala Gajah Mada Musuhku writen by Hermawan Aksan; (5) finding out the teaching material for Literary Appreciation based on the cultural value by using the novels Wastu Kancana written by Yoseph Iskandar with Niskala Gajah Mada Musuhku written by Hermawan Aksan. The study was a comparative analytical description, that is the core of inter-textual semiotic theory and comparative literature approach. The study used semiotic method and applied qualitative methodology principles. To gain the data, literary and documentation study on the novels Wastu Kancana and Wastu Kancana were conducted. The steps of collecting data were reading the novels accurately, making note of relevant data, identifying and classifying the data, making data tabulation and comparing them. In analyzing the data, semiotic analysis was applied. In analyzing the structure, AJ Greimas theory and cultural analysis based on Koentjaraningrat theory were adopted. The result of the study showed that the novels Wastu Kancana and Niskala Gajah Mada Musuhku Wastu Kancana had similarities and differences in their elements and cultural values. All elements formed a whole unity. Besides, the cultural values found in the novels were closely related to the five basic components of human life, that is, the truth of life, of creation, of time, of nature, and of inter-human relationship. The result of comparative study on both novels can be used as a teaching material for Literary Appreciation, especially at junior high school. It is in line with the goal of the 2013 Curriculum, that is, to build a
(6)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
foundation for the growth of the learners’ potency in order to become people who own noble morals and nation characters.
(7)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ……….. ii
DAFTAR ISI ……….. iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR DIAGRAM ... viii
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang Penelitian……….. 1
B. Fokus Penelitian ………... 13
C. Rumusan Masalah……….. 13
D. Tujuan Penelitian ………... 14
E. Manfaat Penelitian ... 15
F. Anggapan Dasar Penelitian ... 16
G. Definisi Operasional……….. 17
H. Paradigma penelitian ………... 18
I. Struktur Organisasi Tesis ……….. 19
BAB II KONSEP NILAI BUDAYA, NOVEL, DAN BAHAN AJAR SASTRA ... 20
A. Pengantar ... 20
B Konsep Nilai Budaya ... 22
1. Hakikat Nilai ... 22
2. Hakikat Budaya ... 23
3. Perihal Kebudayaan ... 25
4. Sistem Nilai Kebudayaan ... 29
5. Nilai-nilai Budaya dalam Sastra ... 32
6. Hubungan Sastra dan Budaya ... 33
7. Pendidikan Karakter dan Pembelajaran Sastra ... 34
(8)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9. Kajian Semiotik ... 43
10. Kerangka Kerja Analisis Semiotik 47 C. Novel ... 53
1. Hakikat Novel ... 53
2. Ciri-ciri Novel ... 54
3. Jenis-jenis Novel ... 54
4. Unsur Pembangun Novel ... 55
5. Pengajaran Novel ... 67
D. Bahan Ajar dalam Pembelajaran Sastra ……….... 68
1. Pembelajaran Satra ... 68
2. Bahan Ajar Modul ... 70
BAB III METODE PENELITIAN ... 80
A. Metode Penelitian ... 80
B. Teknik Pengumpulan Data ... 81
C. Instrumen Penelitian ... 81
D. Langkah-langkah Penelitian ... 88
E. Data dan Sumber Data ... 90
1. Data Penelitian ... 90
2. Sumber Data ... 90
3. Teknik Analisis Data ... 92
BAB IV PEMBAHASAN ……….. 94
A. Pengantar ………... 94
B. Kajian Semiotik Novel Wastu Kancana Karya Yoseph Iskandar ... 95
1 Analisis Sintaksis ... 95
2 Analisis Semantik ………... 118
3 Analisis Pragmatik ………... 176
C. Hubungan Antarunsur dalam Novel Wastu Kancana ...………... 181
D. Analisis Nilai Budaya ... ……….... 185
(9)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Analisis Sintaksis ………... 195
2. Analisis Semantik ………... 225
3. Analisis Pragmatik ………... 260
F. Hubungan Antar unsur dalam Novel Niskala Gajah Mada Musuhku... 263
G. Analisis Nilai Budaya ... 266
H. Analisis Perbandingan Kedua Novel ... 278
I. Menulis Bahan Ajar ... 289
J. Implementasi Pembelajaran Menggunakan Bahan Ajar Modul ... 289
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……….... 293
6.1 Kesimpulan ………... 293
6.2 Saran ………... 300
DAFTAR PUSTAKA ……… 301
LAMPIRAN 1 BAHAN AJAR AWAL ... 306
LAMPIRAN 2 BAHAN AJAR REVISI ... 356
LAMPIRAN 3 TELAAH BAHAN AJAR ... 409
LAMPIRAN 3 JILID NOVEL ... 427
LAMPIRAN 4 PENUNJANG ... 431
(10)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidaklah hanya ditentukan oleh kompetensi, teknologi canggih ataupun kekayaan alamnya, melainkan yang paling utama adalah karena dorongan semangat dan karakter bangsanya. Hal ini dapat kita lihat antara lain di negara Jepang, Korea Selatan, China, dan Inggris. Selain itu peran karakter bagi diri seorang manusia adalah ibarat kemudi bagi sebuah kapal. Karakter adalah kemudi hidup yang akan menentukan arah yang benar bahtera kehidupan seorang manusia (Soedarsono, 2008:25).
Apabila kita melihat sejarah perjuangan bangsa, bangsa Indonesia pun telah membuktikan kebenaran ungkapan tersebut sebagaimana ditampilkan oleh para founding father kita yang pada waktu itu adalah para pemuda melalui tonggak-tonggak sejarah antara lain mendirikan organisasi-organisasi pergerakan nasional tahun 1908 yang kemudian menjadi Hari Kebangkitan Nasional, melaksanakan Sumpah Pemuda tahun 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tahun 1945. Padahal para founding father kita yang pada waktu itu pemuda, hidup dalam kepahitan masa penjajahan.
Semua itu dapat mereka lakukan karena bermodalkan dorongan semangat serta memiliki jati diri dan karakter. Semangat dan karakter menggelora melalui tekad, keberanian, dan jiwa pantang menyerah, yang mewujud dalam jiwa patriotisme dan nasionalisme. Tetapi kita merasa prihatin dengan situasi yang terjadi pada bangsa Indonesia akhir-akhir ini. Karakteristik bangsa Indonesia yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang memiliki karakteristik ramah tamah, sopan santun, suka bergotong royong dan religius mulai pudar. Sebagai buktinya perilaku korupsi yang marak, kasus guru di Sumatra Utara yang membocorkan soal UN, padahal mereka orang-orang berpendidikan (Soedarsono, 2008) adalah contoh memudarnya karakteristik bangsa Indonesia.
(11)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sekarang ini hampir setiap hari berita yang kita saksikan tentang Indonesia lebih banyak dihiasi dengan hal-hal yang negatif dan memprihatinkan. Tawuran terjadi di mana-mana, dilakukan oleh masyarakat antar kampung/desa, antar pelajar, mahasiswa yang notabene orang-orang berpendidikan bahkan kaum intelektual. Elit-elit politik pun lebih gemar menghujat daripada memberi solusi memecahkan masalah bangsa. Ditambah konflik berbau sara yang mudah meletus menjadi kerusuhan sosial. Seperti yang terjadi di Lampung, Kuningan, dan beberapa tempat lain. Demikian pula yang terjadi pada kehidupan para remaja dan generasi muda kita yang banyak mengalami degradasi dan dekadensi moral. Terlibat tawuran, pergaulan bebas, narkoba, dan perbuatan asusila.
Karakter bangsa Indonesia yang selama ini dikenal sebagai bangsa yang ramah dan religius berubah menjadi bangsa yang berkarakter beringas, anarkis, destruktif, penjarah bahkan pemerkosa. Citra Bangsa Indonesia di dunia internasional yang disegani dan dikenal sebagai bangsa yang bermartabat, pudar sudah. Kini bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang emosional, anarkistis dan destruktif.
Beberapa faktor penyebab terjadinya berbagai perubahan yang terjadi pada kehidupan masyarakat Indonesia antara lain sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, maupun sebagai dampak perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat. Selain itu gerakan reformasi yang bergulir sejak 1998 telah mengubah paradigma tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Sugono dalam Trisman, 2003:v). Arus globalisasi akibat pesatnya kemajuan bidang teknologi informasi dan komunikasi, selain membawa pengaruh positif berupa berbagai kemudahan mengakses ilmu pengetahuan, tetapi juga membawa muatan negatif dari budaya global yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa seperti kekerasan dan pornografi yang hampir tidak ada sesuatu yang dapat menyaringnya.
Efek negatif budaya global dengan jargonnya demokrasi, keterbukaan, HAM, kebebasan dan kesetaraan gender. Jargon-jargon tersebut belum tentu
(12)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
cocok dengan budaya bangsa Indonesia. Salah satu di antaranya demi demokrasi milyaran bahkan triliunan uang negara dibelanjakan untuk pilkada. Tapi ironisnya pesta demokrasi yang menggunakan uang rakyat yang tak sedikit tersebut hanya menghasiilkan tindakan destruktif/pengrusakan fasilitas negara oleh pendukung calon yang kalah (seperti yang terjadi di Palopo dan beberapa tempat lain). Kalau pun ada calon yang terpilih, tak sedikit kepala daerah yang tersangkut perkara korupsi atau tindakan asusila. Demokrasi seperti inikah yang kita harapkan? Bukankah NKRI berazaskan Pancasila yang berakar pada nilai-nilai luhur budaya bangsa?
Kenyataan tersebut sungguh sangat memprihatinkan sehingga menimbulkan kekhawatiran terjadinya keruntuhan peradaban bangsa Indonesia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Mudji Sutrisno dan Hendar Putranto, (2005:70) bahwa peradaban akan runtuh bila gagal memunculkan kreativitas dalam menghadapi tantangan. Puncak keruntuhan terjadi bila ada disintegrasi peradaban di mana kesatuan sosial pecah dan ketidakmampuan kebudayaan itu memberi tanggapan kreatif pada tantangan zaman.
Upaya yang dapat dilakukan untuk membangkitkan kembali jati diri bangsa yang telah memudar adalah dengan cara menghidupkan kembali nilai-nilai budaya bangsa Indonesia masa lalu yang telah menjadi jati diri bangsa Indonesia. Dengan dihidupkannya kembali nilai-nilai budaya tersebut, kemudian diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari, diharapkan bangsa Indonesia akan menemukan kembali jati dirinya yang telah pudar.
Salah satu upaya untuk menghidupkan kembali jati diri bangsa, adalah melalui pembelajaran sastra di sekolah. Pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan yang maksimal bagi terwujudnya pendidikan yang utuh, pembelajaran sastra berfungsi: (1) membantu keterampilan berbahasa, (2) meningkatkan pengetahuan budaya, (3) mengembangkan cipta dan rasa dan (4) menunjang pembentukan watak (Rahmanto, 1988: 16).
(13)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lebih lanjut Rahmanto menjelaskan, bahwa peningkatan pengetahuan budaya (butir 2), siswa dapat menggali nilai-nilai budaya bangsa di mana akan menumbuhkan kebanggaan terhadap budaya sendiri. Kemudian menunjang pembentukan watak (butir 4), akan membentuk karakteristik siswa karena pengajaran sastra dapat membina perasaan yang lebih tajam. Dibanding mata pelajaran-mata pelajaran lainnya, sastra mempunyai kemungkinan yang lebih banyak untuk mengantar siswa mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup manusia seperti; kebahagiaan, kebebasan, kesetiaan, kebanggaan diri sampai; kelemahan, kekalahan, keputusasaan, kebencian, perceraian dan kematian. Seseorang yang telah banyak mendalami karya sastra, biasanya memiliki perasaan yang lebih peka. Dia akan mampu menghadapi masalah-masalah hidupnya dengan pemahaman, wawasan, toleransi dan rasa simpati yang lebih dalam. Apabila konsep pengajaran sastra dapat meningkatkan pengetahuan budaya (butir 2) dipadukan dengan konsep pengajaran sastra dapat menunjang pembentukan watak (butir 4), maka pengajaran sastra akan melahirkan manusia yang peka dan bangga terhadap budayanya sendiri.
Untuk menghidupkan kembali nilai-nilai budaya bangsa Indonesia, yaitu dengan cara menggalinya dari karya-karya sastra Indonesia. Karya sastra yang dapat dijadikan media untuk merevitalisasi kembali nilai-nilai budaya Indonesia tersebut dapat berbentuk prosa, puisi, dan drama. Selain karya sastra yang berbahasa Indonesia dapat juga memanfaatkan karya sastra yang berbahasa daerah yang merupakan kekayaan budaya bangsa. Melalui langkah tersebut diharapkan terjadi dialog budaya antara anak-anak Indonesia pada masa kini dan para pendahulunya di masa lalu agar mereka akan semakin mengenal keragaman budaya yang merupakan jati diri bangsa Indonesia (Sugono, dalam B Trisman, 2003:v)
Novel sebagai sebuah karya fiksi, menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dunia imajiner, yang dibangun melalui unsur intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh (dan penokohan), latar, sudut
(14)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pandang, dan lain-lain, yang kesemuanya tentu saja bersifat imajiner. Selanjutnya disebutkan bahwa dalam sebuah cerita novel kehidupan itu sering terasa benar adanya, seolah-olah terjadi secara kenyataan. Hal ini dikreasikan oleh pengarang, dibuat mirip, diimitasikan dan dianalogikan dengan dunia nyata lengkap dengan peristiwa-peristiwa dan latar aktualnya (Nurgiyantoro (1995:4)
Hal yang membuat suatu novel menarik, harus mempunyai karakter yang cukup memikat, paling tidak satu pelaku yang sanggup memukau pembaca, sehingga akan timbul kesan seakan-akan pembaca berhadapan langsung dengan seseorang yang mengandung simpatisannya. Oleh karena itu, meneliti suatu karya sastra novel terpilih menarik untuk dilakukan. Dalam menggambarkan dunia roman (novel), pengarang mau tidak mau melakukan kegiatan kreatif, dimulai dari menyeleksi bahan-bahan dari seluruh kenyataan yang tak terbatas, kemudian menciptakan struktur naratif dengan sudut pandang tertentu yang membatasi kebebasannya selaku penggambar kenyataan. Selanjutnya, Tarigan (1991:171-172) menegaskan bahwa seorang novelis adalah seorang yang humanis karena berfungsi memperkenalkan pembaca pada pengetahuan tentang tabiat manusia yang serba kompleks dalam bahasa yang terpilih.
Untuk memahami sebuah novel bukanlah hal yang mudah. Apalagi kondisi siswa sekarang ini yang lebih tertarik pada hal-hal yang bersifat instan. Siswa lebih suka membaca komik daripada membaca buku-buku yang membutuhkan telaah untuk memahaminya. Karena itu seorang guru harus pandai memilih bahan ajar agar pembelajaran menjadi aktif, kreatif, inovatif, gembira, dan menyenangkan.
Dari sekian banyak novel milik bangsa Indonesia, terdapat dua buah novel yang mengisahkan tentang tokoh yang yang pernah mengalami kepahitan dan kesedihan hidup yang luar biasa beratnya namun kemudian justru kenyataan hidup yang pahit tersebut menjadi cambuk bagi dirinya sehingga di kemudian hari ia menjadi seorang raja yang arif bijaksana bahkan berhasil membangun negaranya dalam masa kekuasaan pemerintahan yang cukup lama yaitu 104 tahun. Selain itu
(15)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
lingkungan sosial dan budaya Sunda yang adilihung pada waktu itu memberikan andil yang sangat besar pada pembentukan karakter positif tokoh tersebut melalui ajaran maupun teladan dari orang-orang dekat di sekitar kehidupannya yang merupakan hasil tempaan kearifan budaya pada zamannya.
Kisah tokoh tersebut diceritakan dalam dua buah novel namun dengan bahasa yang berbeda, judul dan pengarang yang berbeda, juga waktu pembuat yang berbeda pula. Novel yang pertama berbahasa Sunda berjudul Wastu Kancana sesuai nama tokoh utamanya, dikarang oleh Yoseph Iskandar diterbitkan pertama kali oleh Rahmat Cijulang pada tahun 1989, sedangkan novel yang kedua berbahasa Indonesia berjudul Niskala Gajah Mada Musuhku, dikarang oleh Hermawan Aksan pada tahun 2008. Kedua novel tersebut menceritakan tentang perjalanan hidup seorang tokoh dari Tatar Sunda yang bernama Wastu Kancana.
Novel tentang Wastu Kancana merupakan novel sejarah, karena terinspirasi dari fakta-fakta peristiwa sejarah. Tokoh Wastu Kancana menjadi sosok yang sangat penting karena ia seorang anak raja dari kerajaan Sunda yang mengalami kepahitan hidup harus kehilangan orang-orang yang sangat dicintainya yaitu ayahnya (Maharaja Prabu Lingga Buana dan kakak perempuannya Putri Citraresmi Dyah Pitaloka) yang gugur di Palagan Bubat karena mempertahankan harga diri bangsanya setelah dihianati oleh Gajah Mada. Selain itu sosok ini menjadi penting karena setelah mengalami peristiwa yang sangat menyakitkan, tokoh tersebut tidak berlarut-larut dalam kesedihan dan putus asa/frustasi, melainkan kembali bangkit membangun negerinya dengan arif bijaksana bahkan sampai 104 tahun masa kekuasaannya.
Sebelum terbit kisahnya dalam bentuk novel, keterangan tentang Wastu Kancana terdapat dalam dua jenis bahan yang menyajikan teks berbahasa Sunda yang relatif kuno yaitu berupa prasasti dan naskah. Keterangan yang berbentuk prasasti terdapat dalam Prasasti Kawali, sedangkan yang berbentuk naskah terdapat dalam Naskah Carita Parahiyangan.
(16)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam Prasasti Kawali 1 disebutkan nama Prabu Raja Wastu yang berkedudukan di kota Kawali di keraton Surawisesa, sebagaimana dikemukakan oleh Ekadajati (2010:41), Prasasti tersebut berbunyi begini: “Nihan tapak walar nu siya mulia tapak inya Parbu Raja Wastu mangadeg di kuta Kawali nu mahayu na kadatuan Surawisesa nu marigi sakuriling dayeuh nu najur sagala
desa. Aya nu pandeuri pakena gawe rahayu pakeun heubeul jaya dina buana.” (inilah tanda patilasan/jejak beliau yang mulia, Prabu Raja Wastu, yang memerintah di kota Kawali, yang menghiasi keraton Surawisesa, yang menggali lubang (pertahanan)/parit sekeliling pusat kota, yang menyejahterakan seluruh (rakyat) pedesaan. Semoga ada yang hidup di kemudian hari/pandeuri membiasakan dirinya membuat kebaikan agar lama dalam kejayaan hidup di dunia).
Berdasarkan prasasti tersebut, kita ketahui bahwa di Tatar Sunda pernah ada raja yang bernama Prabu Wastu. Raja ini tinggal di keraton yang bernama Surawisesa, di pusat kota kerajaan yang bernama Kawali. Prasasti ini ditemukan di kompleks Astana Gede tepatnya di Kecamatan Kawali Kabupaten Ciamis.
Adapun uraian yang khusus mengenai keberadaan Prabu Niskala Wastu Kancana, Ekadajti (2010:42) mengemukakan bahwa Carita Parahyangan ditulis dalam naskah lontar menggunakan aksara dan bahasa Sunda kuno. Teks tersebut menempatkan Prabu Niskala Wastu Kancana dalam jajaran raja Sunda, bahwa ia adalah putra Prabu Maharaja. Begini bunyinya: “Aya seuweu Prebu wangi ngarana, inyana Prebu Wastu Kancana nu surup di Nusalarang ring giri Wanakusuma, Lawasniya ratu saratus opat tahun, kena rampes na agama,
kretayuga.” (Ada putra Prabu (Maharaja) yang harum namanya, yaitu Prabu
Niskala Wastu Kancana yang dimakamkan di Nusalarang di Gunung Wanakusuma. Menjadi raja 104 tahun lamanya, karena beliau sangat baik dalam melaksanakan ajaran agama, sehingga masyarakat mengalami kesejahteraan.
Secara khusus dan lebih terperinci Ekadajti (2010) menceritakan tentang Wastu Kancana ini sebagai berikut:
(17)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“Prabu Maharaja adalah raja Sunda yang gugur di Bubat (majapahit). Beliau berkuasa selama 7 tahun yaitu dari 1350 sampai 1357 M. (Ekadjati 2010:42). Oleh karena beliau gugur untuk membela kehormatan dan kedaulatan negara, beliau mendapat julukan Prabu Wangi dari rakyatnya. Menurut naskah Pangeran Wangsa Kerta dari Cirebon, “Pustaka Rajyawarnana I Bhumi Nusantara, gelar raja Sunda yang gugur di Bubat itu adalah Sang Prabu Linggabhuana. Ketika ayahnya mangkat di bubat, Niskala Wastu Kancana baru berumur 9 tahun. Beliau selamat karena tidak dibawa dalam rombongan yang mendampingi kakaknya, Dewi Citraresmi, yang akan menikah di Majapahit.
Sebenarnya Wastu Kancana adalah raja Sunda yang mengganti kedudukan ayahnya, Prabu Maharaja. Tetapi karena waktu itu beliau masih kecil, maka dalam melaksanakan tampuk pemerintahannya dalam perwalian pamannya yaitu Hiyang Bunisora. Adapun Hiyang Bunisora pada saat Prabu Maharaja berkuasa, memegang jabatan mangkubumi serta bergelar Mangkubumi Suradipati. Hiyang Bunisora yang sangat memegang teguh ajaran agama (satmata) menjadi pengasuh Niskala Wastu Kancana, ia mengasuh dan mendidik keponakan kesayangannya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan kasantikaan dalam mengelola negara.
Oleh Hiyang Buni Sora, Niskala Wastu Kancana sangat disayangi dan dilayani serta dijaga sepenuh hati, bahkan melebihi anaknya sendiri. Hal itu dapat dimaklumi karena Mangkubumi Suradipati mendapat amanat dan diserahi tanggung jawab dari kakaknya untuk mengasuh, mendidik, dan menjaga keselamatan putranya. Karena itu Niskala Wastu Kancana sendiri giat dalam belajarnya dan taat pada segala nasehat pamannya. Mangkubumi Suradipati menjadi walinya selama 14 tahun (1357-1371). Dari tahun 1371 Prabu Niskala Wastu Kancana mulai menduduki tahta dan melaksanakan pemerintahan oleh dirinya sendiri karena pamannya telah meninggal dunia.
Baik ayahnya maupun pamannya terkenal raja yang bijaksana, jujur, serta memegang teguh dan menjalankan aturan agama dan darigama. Karakter dan sikap yang seperti itu “menurun” kepada Prabu Niskala Wastu Kancana, bahkan ada lebihnya oleh karena dibekali ilmu beserta kasantikaan-nya yang begitu banyak. Oleh karena itu Prabu Niskala Wastu Kancana begitu besar jasanya, baik dalam masalah lahiriah maupun dalam masalah batiniah. Beberapa hasil garapan, kebijaksanaan, dan karakter/sifat kepribadiannya dicatat dalam Prasasti Kawali”
Bila diperhatikan, Prasasti Kawali berisi wasiat Prabu Niskala Wastu Kancana kepada anak-cucu dan keturunannya agar kerajaan Sunda berjaya selamanya. Di antara amanat Prabu Niskala Wastu Kancana yang tertera pada Prasasti Kawali 1B dan 2 menurut Ekadajati (2010:45), ada yang berbunyi begini:
(18)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
“hayua diponah-ponah, hayua dicawuh-cawuh. Inya neker inya ager, inya
ninycak inya rempag” (Jangan dihalangi, jangan diganggu. Yang memotong akan
tersungkur, yang menginjak akan roboh) serta “Aya ma nu ngeusi inya Kawali ini
pakena kerta bener, pakeun nanjeur na juritan” (Semoga ada yang
tinggal/bermukim di Kawali, ini yang mengupayakan kemakmuran dan keadilan agar menang dalam peperangan).
Amanatnya berupa cegahan dan doa agar jangan berbuat kejelekan/jahat. Yang melanggar cegahan tersebut akan mendapat akibat yang buruk. Beliau berharap agar wilayah Kawali seterusnya ada yang mendiami sambil mengupayakan kemakmuran dan keadilan sehingga selamanya akan menang dalam peperangan.
Dalam rangka menjaga agar masyarakat tertib serta damai, Prabu Niskala Wastu Kancana mengeluarkan berbagai aturan. Seperti diuraikan dalam Carita Parahyangan:
“Sang rama tengtrem ngurus bahan pangan, sang resi tengtrem kalaksanakeun pancen kapanditaanana, katut kabiasaan luluhurna, sang disti tengtrem ngokolakeun bahan obat-obatan. Raja pengkuh ngalaksanakeun hukum, ngabagi-bagikeun lahan leuweung jeung sabudeureunana. Ku kituna teu digugat boh ku somah boh ku gegeden. Sang tarahan tengtrem balayar jeung buniaga nyumponan aturan
raja.”
Disebutkan pula dua nama aturan raja yaitu Sanghiyang Linggawesi dan Sanghiyang Watangageung.
Sebagai bagian dari sejarah, peristiwa ketika Wastu Kancana ini masih kecil (baru berumur 9 tahun) dan dihadapkan pada kenyataan yang sangat memilukan karena ditinggal oleh ayah dan kakak yang dicintaianya dengan kematian yang sangat tragis, menyisakan misteri dan kontroversi. Sejumlah pertanyaan masih membayangi para ahli sejarah maupun ahli sastra yang berusaha mengungkap sejarah sesungguhnya dari peristiwa ini. pertanyaan itu misalnya, kapankah Wastu Kancana mulai mengetahui kejadian yang sebenarnya? Kejadian
(19)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
apa yang menimpa kerajaan dan Wastu Kancana sepeninggal Prabu Linggabhuana? Bagaimana reaksi Wastu Kancana ketika mendengar peristiwa yang menimpa ayah dan kakak yang dicintainya? Apakah dapat mengekang emosinya, melupakan masa lalu, tidak larut dalam kesedihan untuk kemudian menuntut ilmu demi mempersiapkan dirinya menjadi raja? Atau mengumbar dendam kesumat dan memburu orang yang telah membunuh orang-orang yang sangat dicintainya?
Dipilihnya masalah “Kajian Bandingan Nilai-nilai Budaya Novel Wastu Kancana Karya Yoseph Iskandar dan Novel Niskala Gajah Mada Musuhku Karya Hermawan Aksan” dalam penelitian ini merupakan suatu upaya untuk meningkatkan motivasi apresiasi sastra pada diri siswa, khususnya dalam bidang novel. Salah satu cara untuk mencapai hal itu, perlu kiranya diadakan pengkajian terhadap kedua novel yang sama-sama menceritakan kisah perjalanan hidup tokoh Prabu Wastu Kancana tersebut sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP. Novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar maupun-novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan merupakan karya sastra yang sudah banyak dibaca oleh masyarakat. Hal itu dibuktikan antara lain dengan diterbitkannya novel Wastu Kancana cetakan ke-2 tahun 2012 oleh penerbit yang berbeda ketika dicetak pertama kalinya tahun 1989. Kisah-kisah yang ada di dalamnya sangat menyentuh dengan kehidupan para remaja, dan banyak mengandung berbagai nilai, baik nilai moral, nilai budaya, nilai sosial, nilai pendidikan,dan sebagainya. Karena itu karya sastra tersebut sangat baik untuk dipahami, dinikmati, dan diapresiasi setelah membacanya. Dua novel tentang Wastu Kancana karya dua pengarang tersebut isinya sangat cocok dengan kehidupan seorang pelajar, mengingat cerita tersebut mengisahkan perjalanan dan petualangan hidup seorang remaja sejak berusia 9 tahun, 16 tahun, sampai usia dewasa yang kehidupannya tak lepas dari suka duka seseorang yang di satu sisi merasakan sakit hati dan pilu atas kematian keluarganya yang dibantai di Palagan Bubat, namun di sisi lain juga dituntut melaksanakan tanggung
(20)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
jawabnya sebagai putera mahkota. Untuk kedua maksud tersebutlah sang tokoh pergi bertualang dan menuntut ilmu. Sehingga kedua novel karya dua pengarang tersebut sangat relevan menjadi bahan bacaan dalam pembelajaran kesusastraan di sekolah, terutama Sekolah Menengah Pertama.
Kedua novel tentang tokoh Wastu Kancana ini sangat menggugah untuk dilakukan pengkajian agar bisa dirasakan manfaat lain disamping sebagai salah satu bacaan yang menghibur. Kajian yang dilakukan semestinya dilakukan dari berbagai segi dan pendekatan. Setiap pengkajian tersebut bertujuan agar karya sastra itu dapat digunakan dengan lebih baik, sehingga dapat dinikmati dan diambil manfaat yang sebesar-besarnya. Oleh karena itulah, peneliti tertarik untuk mengkaji kedua novel tentang tokoh Wastu Kancana ini. Berdasarkan paparan-paparan itu pula penulis bermaksud mengkaji novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan novel Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan dari aspek nilai budayanya, untuk selanjutnya dirancang penyiapannya sebagai bahan ajar dengan harapan agar peserta didik mampu mengaktualisasikan nilai-nilai budaya yang ditemukan dalam kegiatan belajar mengajar maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan penelaahan terhadap beberapa literatur hasil penelitian terdahulu, peneliti mencatat sedikitnya ada tiga penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Penelitian yang pertama yaitu yaitu disertasi yang disusun oleh Sumiyadi berjudul “Model Pengkajian dan Pengajaran Sastra
Indonesia Berbasis Sastra Bandingan”. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa
konsep sastra bandingan dalam studi sastra memiliki landasan keilmuan, baik dari segi ontologis, epistemologis, dan aksiologis dan dalam gradasi komponen penelitian ilmiah, konsep sastra bandingan tidak berkaitan dengan paradigma dan metodologi, melainkan pada tataran pendekatan, dan metode. Selanjutnya penelitian tersebut mengungkapkan bahwa dalam penerapannya pada pengkajian sastra, konsep sastra bandingan dapat menggunakan analisis struktural semiotik, kemudian dilanjutkan dengan analisis bandingan. Yang dibandingkan adalah
(21)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
karya sastra Indonesia berbahasa Indonesia dengan karya sastra daerah, khususnya yang berbahasa Sunda. Dalam penelitian ini, analisis dilakukan dengan memanfaatkan teori Greimas (skema aktan dan model fungsional) terhadap puisi Indonesia karya Ajip Rosidi berjudul Burak Siluman, yang dibandingkan dengan novel Sunda karya Mohamad Ambri berjudul Burak Siluman; dua novel Indonesia, Arjuna Mencari Cinta karya Yudistira A.N. Massardi dengan Arjuna Mencari Mati karya Redi Panuju, yang dibandingkan dengan novel Sunda karya Ahmad Bakri berjudul Mapag Perang Bharata; tiga drama Indonesia bertokoh Sangkuriang, yaitu Sang Kuriang karya Utuy Tatang Sontani, Sang Prabu karya Saini K.M., dan Sumbi dan Gigi Imitasi karya Benny Yohanes, yang dibandingkan dengan drama Sunda karya R.T.A. Sunarya berjudul Sangkuriang.
Penelitian kedua adalah penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan analisis terhadap novel karya Yoseph Iskandar dan Hermawan Aksan yaitu: “Identitas Orang Sunda Dalam Tiga Novel Indonesia Tentang Perang Bubat” penelitian itu mengkaji 3 buah novel tentang peristiwa perang bubat. Novel karya Yoseph Iskandar berjudul Sang Mokteng Bubat (1991) dan novel karya Hermawan Aksan berjudul Dyah Pitaloka: Senja di Langit Majapahit (2005) sedangkan satu novel lainnya adalah karya pengarang lain.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut diperoleh kesimpulan bahwa, dilihat dari segi strukturnya, ketiga novel memperlihatkan perbedaan dalam kompleksitas semua unsur yang membangun strukturnya. Berdasarkan hubungan ketiga novel ini dengan identitas Sunda dapat diungkapkan bahwa ketiganya membentuk satu kesatuan. Kesatuan itu menghasilkan pemaknaan terhadap Perang Bubat. Perubahan zaman yang dialami oleh generasi Sunda terkini mengakibatkan semakin kaburnya jati diri Sunda. Melalui pemaknaan ulang terhadap kisah Perang Bubat yang notabene merupakan salah satu sumber dalam pembentukan identitas Sunda di masa lalu coba digali kembali untuk diambil kembali perannya sebagai wacana bagi pembentukan identitas orang Sunda di masa kini.
(22)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sedangkan penelitan ketiga terdahulu lainnya yang relevan adalah “ Nilai-“Nilai Budaya dalam Sastra Klasik Mundinglaya Di Kusumah dan Kontribusinya Terhadap Pendidikan Karakter serta Implementasinya pada Pembelajaran Apresiasi Sastra di Kelas IX SMP Pasundan Subang Tahun Pelajaran 2011/2012.” Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa nilai budaya seperti sikap, religius, tabah, berani, santun, taat pada orang tua, dan berbakti pada orang tua yang tercermin dari tokoh Mundinglaya Di Kusumah, patut diteladani dan diimplementasikan pada masyarakat sekarang yang sudah cenderung mengalami pergeseran karakter akibat pengaruh budaya global. Nilai-nilai budaya yang ditemukan pada figur Mundinglaya Di Kusumah, dapat ditanamkan pada peserta didik dalam proses pembelajaran. Dari kajian yang telah dilakukan terhadap berbagai sub genre sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah, semuanya memenuhi syarat untuk dijadikan bahan ajar bagi peserta didik mulai dari jenjang SD, SMP atau SMA/SMK.
Akan tetapi peneliti akhirnya lebih merekomendasikan sastra klasik Mundinglaya Di Kusumah sub genre sastra modern (novel) sebagai bahan ajar yang cocok disajikan pada peserta didik, karena di samping menggunakan bahasa Indonesia, juga penyajian penulisannya menggunakan bahasa yang sederhana mudah dicerna oleh peserta didik. Tetapi penyajiannya harus dipikirkan secara matang terutama memperhatikan intake siswa. Sebab bahan ajar sastra yang baik, sebelum materi pembelajaran disampaikan, siswa sebaiknya telah memiliki dasar pengetahuan terhadap materi yang akan diberikan.
Namun demikian penelitian yang berhubungan dengan kajian bandingan Nilai-nilai Budaya Novel Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra belum pernah dilakukan. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan menyusun karya ilmiah dengan judul “Kajian Bandingan Nilai-nilai Budaya Novel Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan
(23)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya
menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP”.
B. Fokus Penelitian
Dalam suatu karya sastra yang baik, biasanya terekam peristiwa-peristiwa yang terjadi saat itu entah sebagai latar atau sebagai alur, kondisi sosial politik, adat-istiadat yang berlaku, sistem kekerabatan, nilai-nilai budaya, hukum, sistem kepercayaan dan lain sebagainya. Mengingat demikian luasnya bahan kajian, maka penelitian difokuskan pada kajian bandingan terhadap nilai-nilai budaya yang terdapat pada novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan Novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan, melalui: (1) analisis struktural Algirdas Julien Greimas, (2) kajian semiotik (3) identifikasi nilai-nilai budaya dan (4) penyiapan bahan ajar sastra sebagai hasil kajian bandingan.
Langkah yang dilakukan untuk menyintesis nilai-nilai budaya yang terdapat pada karya sastra tentang Prabu Wastu Kancana yaitu dengan cara melakukan perbandingan antara novel Sunda yang berjudul Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dengan novel Indonesia yang berjudul Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan aksan yang sama-sama menceritakan Prabu Niskala Wastu Kancana namun berbeda bahasa dan tahun pembuatan. Kemudian hasil pengkajian tersebut diimplementasikan pada penyiapan bahan ajar apresiasi novel berbasis nilai budaya dengan menggunakan kedua novel tersebut.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini akan menelaah dan membandingkan dua novel yang ditulis oleh dua pengarang. Dari perbandingan itu akan dibicarakan berbagai masalah yang menarik yang menjadi titik perhatian penelaahan. Oleh karena itu rumusan masalah yang menjadi pertanyaan penelitian, adalah sebagai berikut:
(24)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Bagaimanakah hubungan unsur dan antarunsur yang terdapat dalam novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar?
2. Bagaimanakah hubungan unsur dan antarunsur yang terdapat dalam novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan?
3. Bagaimanakah perbandingan unsur dan hubungan antarunsur antara novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan novel Indonesia Niskala Gajahmada Musuhku karya Hermawan Aksan?
4. Apakah terdapat perbedaan nilai-nilai budaya antara novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan?
5. Bagaimana penyiapan bahan ajar apresiasi novel berbasis nilai budaya dengan menggunakan novel Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan novel Niskala Gajah Mada Musuhku ka Hermawan Aksan?
D. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang nilai budaya novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan novel Indonesia Niskala Gajahmada Musuhku karya Hermawan Aksan. Berdasarkan hal tersebut secara operasional penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berikut ini.
1. Untuk mengetahui hubungan unsur dan antarunsur yang terdapat dalam novel Sunda Wastu Kancana karya yoseph Iskandar.
2. Untuk mengetahui hubungan unsur dan antarunsur yang terdapat dalam novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan. 3. Untuk mengetahui perbandingan unsur dan hubungan antarunsur antara
novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan novel Indonesia Niskala Gajahmada Musuhku karya Hermawan Aksan.
(25)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Untuk mengetahui perbedaan nilai-nilai budaya antara novel Sunda Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan novel Indonesia Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan.
5. Untuk memperoleh bahan ajar apresiasi novel berbasis nilai budaya dengan menggunakan novel Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan Novel Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara teoritis, praktis, keilmuan, dan perkembangan ilmu sastra. Manfaat secara teoritis adalah seperti berikut ini.
Secara teoritis penelitian ini dapat menjelaskan tentang nilai budaya novel. 1. Manfaat Praktis.
a. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam menentukan rencana pembelajaran apresiasi sastra khususnya pada pesan moral dan budaya dalam novel.
b. Hasil penelitian ini sebagai masukan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas hasil pembelajaran apresiasi sastra, khususnya pada nilai budaya dalam novel.
c. Hasil penelitian ini dapat menjelaskan tingkat keefektifan rencana pembelajaran dan analisis dalam pembelajaran apresiasi sastra, khususnya pada penggalian nilai budaya dalam novel.
d. Dengan melakukan kajian terhadap dua novel tentang Wastu Kancana, diharapkan ditemukan nilai-nilai budaya dan karakter yang masih relevan dengan perkembangan budaya masyarakat saat ini, untuk dijadikan bahan pembelajaran sastra di jenjang pendidikan SMP.
(26)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian lebih lanjut untuk menemukan teori baru atau menguatkan teori yang telah ada.
3. Manfaat bagi perkembangan ilmu sastra
Dengan melakukan kajian terhadap dua novel yang menceritakan tentang Prabu Niskala Wastu Kancana, diharapkan hasil kajiannya dapat dijadikan model penyiapan bahan ajar apresiasi novel berbasis nilai budaya di jenjang pendidikan SMP, sehingga eksistensi sastra dapat dirasakan kontribusisnya dalam membentuk karakter manusia, terutama dalam upaya membangun karakter bangsa Indonesia.
F. Anggapan Dasar Penelitian
Dalam rencana penelitian ini anggapan dasar peneliti adalah sebagai berikut.
1. Karya sastra merupakan gambaran situasi sosial.
Sebuah novel berisi ungkapan pengalaman pengarang yang dicerna dari pengalaman hidupnya sehari-hari yang diendapkannya, baik pengalaman yang diperoleh secara langsung maupun yang diperoleh secara secara tidak langsung. Apa yang dipaparkan oleh pengarang dalam novel sama dengan apa yang kita lihat, kita dengar, kita rasakan, dan kita lakukan dalam kehidupan ini. Sehingga sebuah novel memiliki kemiripan dengan kenyataan yang ada dalam kehidupan ini.
2. Di dalam karya sastra terdapat nilai-nilai.
Karya sastra merupakan karya seni yang di dalamnya terdapat nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang ditampilkan oleh pengarang melalui sebuah kisah kehidupan para pelakunya. Perjuangan hidup yang dilakukan oleh tokoh dalam sebuah cerita mengandung nilai-nilai kehidupan yang bisa dijadikan teladan dan panutan dalam menghadapi masalah sehari-hari maupun menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan nyata.
(27)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Nilai-nilai budaya bisa digali dari karya sastra.
Karya sastra khususnya novel berisi bermacam-macam pesan dan nilai-nilai kehidupan. Yoseph Iskandar dan Hermawan Aksan adalah dua orang novelis yang karya-karyanya sangat disukai pembaca karena isi cerita yang sangat menyentuh hati para pembaca, novel-novelnya banyak mengandung nilai-nilai sejarah dan kebudayaan. Kedua novel ini termasuk novel sejarah karena mengisahkan perjalanan hidup seorang raja Sunda dalam kedua novel ini, karena itu novel ini pun sarat dengan nilai-nilai budaya.
4. Nilai-nilai budaya merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diajarkan dan ditanamkan dalam diri siswa.
5. Novel tentang tokoh Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan Hermawan Aksan merupakan karya sastra yang sarat dengan berbagai nilai. Kisah-kisah yang ada di dalamnya sangat menyentuh kehidupan para remaja, lewat tokoh Wastu Kancana/Angga Larang yang seorang remaja muda belia. Nilai moral, nilai budaya, nilai sosial, nilai pendidikan, dan lain-lain. Sehingga karya sastra tersebut sangat baik untuk dipahami, dinikmati, dan diapresiasi setelah membacanya. Hal itu sesuai dengan materi yang diajarkan guru pada mata pelajaran kesusastraan Indonesia, sekaligus menanamkan nilai-nilai kehidupan yang baik tersebut kepada siswa.
G. Definisi Operasional
1. Yang dimaksud Kajian Bandingan dalam penelitian ini adalah penelitian sastra yang menggunakan pendekatan dan metode Sastra Bandingan. 2. Nilai Budaya adalah kajian perilaku hidup, sikap, karakteristik seorang
individu atau kelompok masyarakat yang dianggap bernilai baik oleh masyarakat.
(28)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Novel Wastu Kancana adalah prosa modern berbahasa Sunda karya Yoseph Iskandar diterbitkan pertama kali tahun 1989 yang menceritakan perjalanan hidup Niskala Wastu Kancana.
4. Novel Niskala Gajah Mada Musuhku adalah prosa modern berbahasa Indonesia karya Hermawan Aksan diterbitkan tahun 2008 yang menceritakan perjalanan hidup Angga Larang.
5. Bahan Ajar Apresiasi Sastra adalah penerapan nilai-nilai budaya yang ditemukan pada kedua novel tersebut melalui penyiapan bahan ajar apresiasi sastra bagi siswa.
H. Paradigma Penelitian
Diagram 1.1 Paradigma penelitian Problema Perubahan Nilai Budaya Memudarnya karakter bangsa Memudarnya Nilai-nilai budaya SOLUSI
1. Pembelajaran apresiasi sastra
2. Menggunakan novel sebagai bahan ajar
3. Menanamkan nilai-nilai budaya dalam sastra
NOVEL Wastu Kancana dan Niskala Perbandingan Unsur Perbandingan
Nilai Budaya Bahan
Ajar Sastra Kajian Nilai Budaya Kajian Semiotik
(29)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
I. Struktur Organisasi Tesis
Struktur organisasi tesis ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Masing-masing bagian dijelaskan sebagai berikut:
1. Bagian Awal. Informasi yang dicantumkan pada bagian awal adalah halaman judul, halaman pengesahan, pernyataan tentang keaslian tesis, kata pengantar, ucapan terima kasih, abstrak, daftar isi, dan daftar lainnya. 2. Bagian Isi. Bagian isi terdiri atas enam bab. Masing-masing bab diuraikan
sebagai berikut:
a. Bab I Pendahuluan. Pada bab I dipaparkan latar belakang penelitian, fokus penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, anggapan dasar penelitian, definisi operasional, dan struktur organisasi tesis.
b. Bab II Kajian Pustaka. Pada bab II dipaparkan (1) konsep-konsep atau teori-teori tentang Sastra Bandingan, konsep-konsep atau teori-teori tentang Analisis Struktural Algirdas Julien Greimas, Kajian Semiotik, Nilai-nilai Budaya, dan Pendidikan Karakter, (2) penelitian terdahulu yang relevan, dan (2) kerangka pemikiran.
(30)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Bab III Metode Penelitian. Pada bab III dipaparkan tentang (1) Paradigma penelitian, (2) Defenisi operasional, (3) Metode penelitian, (4) data dan sumber data penelitian, (5) instrument penelitian, (6) teknik pengumpulan data, dan (7) teknik analisis data penelitian.
d. Bab IV Analisis Data dan Pembahasan. Pada bab IV dipaparkan tentang (1) pengolahan data penelitian untuk menghasilkan temuan penelitian dan (2) pembahasan temuan penelitian.
e. Bab V Kesimpulan dan Saran. Pada bab V dipaparkan tentang (1) kesimpulan penelitian dan (2) saran.
3. Bagian Akhir. Bagian akhir terdiri atas dua hal penting, yaitu daftar pustaka dan lampiran, serta biografi peneliti.
(31)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
80 BAB III
METODE PENELITIAN
Pada bab ini penulis akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan prosedur pelaksanaan penelitian, khususnya yang berkenaan dengan metode penelitian, teknik ngumpulan dan pengolahan data, instrumen penelitian , dan alur penelitian.
A. Metode Penelitian
Koentjaraningrat, (1977: 7-8) mengemukakan bahwa metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai dengan tujuan, sifat, objek, sifat ilmu atau teori yang mendukungnya. Dalam penelitian, objeklah yang menentukan metode yang akan digunakan.
Berdasarkan kerangka teori dan kajian pustaka yang telah dibangun pada bab dua, metode penelitian yang akan digunakan metode yang bersifat kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Penelitian ini berusaha menggambarkan data dengan kata-kata atau kalimat yang dibedakan menurut unsur-unsur/bagian-bagian tertentu untuk memperoleh simpulan(Sukmadinata, 2009: 60). Sedangkan Frankel dan Wallen (2007: G6) menyatakan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang mengharuskan peneliti mengkaji fenomena yang terjadi secara alamiah dengan segala kompleksitasnya.
Metode penelitian ini bersifat deskriptif, kualitatif, analitis, komparatif, dan semiotik. Apabila mengikuti klasifikasi metode penelitian sastra menurut Ratna (2002:42-54, dalam Sumiyadi, 2010:106) penelitian seperti ini cenderung menggunakan metode deskriptif analisis dan deskriptif komparatif. Kedua metode ini tampaknya dapat digabung, sesuai dengan penahapan prosedur kerjanya
(32)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sehingga menjadi metode deskriptif analisis komparatif. Metode deskriptif analisis komparatif sebenarnya merupakan inti dari cara kerja pendekatan sastra bandingan dan teori semiotika intertekstual. Oleh sebab itu, metode penelitian ini pun dapat disebut sebagai metode semiotika dan cenderung menggunakan prinsip metodologi kualitatif.
B. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memudahkan upaya dalam mendeskripsikan, menganalisis, dan membandingkan data penelitian. Oleh sebab itu, untuk mengumpulkan data digunakan teknik studi pustaka.
Teknik pengumpulan data penelitian dilakukan dengan menggunakan studi kepustakaan atau studi dokumentasi terhadap novel Wastu Kancana karya Yoseph Iskandar dan Niskala Gajah Mada Musuhku karya Hermawan Aksan. Studi kepustakaan dilakukan dengan penghayatan secara langsung dan mendalam terhadap kedua novel tersebut.
C.Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian diperlukan untuk mendukung langkah-langkah operasional penelitian terutama yang berkaitan dengan teknik pengumpulan data. Dalam melaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh instrumen -instrumen pembantu berupa lembaran analisis struktur novel atau lembar analisis unsur-unsur intrinsik novel, lembar analisis nilai-nilai pendidikan, lembar analisis nilai-nilai budaya, lembar analisis nilai-nilai karakter tokoh remaja, kartu data, alat tulis, dan buku catatan.
Menurut Sugiyono (2010: 305), dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Posisi peneliti dalam penelitian kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian. Memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Selanjutnya Nasution dalam Sugiyono (2010: 306) rnenyebutkan dalam
(33)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
instrumen penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Oleh karena itu, Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah peneliti, format analisis, dan literatur (kepustakaan).
Dalam melakukan penelitian, peneliti dibantu oleh instrumen-instrumen pembantu berupa lembaran analisis semiotik novel dan lembar analisis nilai-nilai budaya. Dalam penelitian ini terdapat lima instrumen penelitian, yaitu empat instrumen semiotik dan satu instrumen analisis budaya sebagaimana yang akan diuraikan berikut ini:
1. Instrumen Kajian Semiotik
a) Instrumen Kajian Sintaksis (Alur/Tokoh)
Greimas adalah seorang peneliti Prancis penganut teori struktural (Teeuw,1984:293). Sebagaimana disampaikan oleh Suwondo (2003: 52-55) bahwa seperti halnya Propp, Levi-Strauss, Bremond, dan Todorov, Greimas juga mengembangkan teorinya berdasarkan analogi-analogi struktural dalam linguistik yang berasal dari Saussure (Hawkes, 1978:87). Dengan mencari analogi struktural dalam linguitik itulah Greimas menerapkan teorinya dalam dongeng atau cerita rakyat rusia. Sementara itu, sebagai ganti atas tujuh spheres of action yang diajukan oleh Propp, Greimas menawarkan three spheres of opposed yang meliputi 6 actants (peran,pelaku) yaitu (1) subjec vs object ‘subjek objek’ (2) sender vs receiver (destinateur vs destinataire ‘pengirim-penerima’) dan (3) helper vs opponent (adjuvant vs opposant ‘pembantu-penentang’) (Hawkes, 1978:91-93; Culler, 1977:82; Scholas, 1977:105-106, schleifer, 1987:96, 186). (1) Langkah-langkah
Langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengkaji cerita menggunakan instrumen struktural A.J Greimas adalah sebagai berikut:
(a) Mengemukakan pengarang dan karyanya; (b) Menyusun ringkasan cerita
(34)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(d) Membuat model fungsional (e) Menyusun actan utama
(f) Menyusun model fungsional utama
(2) Bentuk Instrumen
(a) Instrumen Sintaksis Skema Actan A.J. Greimas
Penjelasan Instrumen
Pengirim (sender) adalah seseorang atau sesuatu yang menjadi sumber ide dan berfungsi sebagai penggerak cerita. Dialah yang menimbulkan keinginan bagi subjek atau pahlawan untuk mencapai objek. Objek (object) adalah seseorang atau sesuatu yang diingini, dicari, dan diburu oleh pahlawan/subjek atas ide si pengirim. Subjek (subject) atau pahlawan adalah seseorang atau sesuatu yang ditugasi pengirim untuk mendapatkan objek. Penolong (helper) adalah seseorang atau sesuatu yang membantu atau mempermudah usaha pahlawan dalam mencapai objek. Penentang (opponent) adalah seseorang atau sesuatu yang menghalangi usaha pahlawan dalam mencari objek. Penerima (receiver) adalah seseorang atau sesuatu yang menerima objek hasil buruan subjek. Berkaitan dengan hal itu di antara pengirim dan penerima terdapat suatu komunikasi, di antara pengirim dan objek ada tujuan, di antara pengirim dan subjek ada perjanjian, di antara subjek dan objek ada usaha, dan di antara pembantu atau 86 penghambat dan subjek terdapat bantuan atau tantangan. Perlu diketahui bahwa actan-actan itu dalam struktur tertentu dapat menduduki fungsi ganda bergantung siapa yang menduduki fungsi subjek. Selain menunjukkan bagan actan.
Greimas juga mengemukakan model cerita yang tetap sebagai alur. Model itu dibangun oleh berbagai tindakan yang disebut fungsi. Model yang kemudian
PENOLONG
PENGIRIM OBJEK PENERIMA
PENENTANG SUBJEK
(35)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
disebut model fungsional itu memiliki cara kerja yang tetap karena memang sebuah cerita selalu bergerak dari situasi awal ke situasi akhir.
(b)Instrumen Sintaksis Skema Model Fungsional Situasi
awal
Transformasi
Situasi akhir Tahap
Kecakapan Tahap Utama
Tahap Kegemilangan
Penjelasan Instrumen
Model fungsional terdiri dari situasi awal, transformasi, situasi tahap uji akhir, kecakapan, tahap utama, dan tahap kegemilangan. Dalam situasi awal, cerita diawali dengan munculnya pernyataan adanya keinginan untuk mendapatkan sesuatu. Di sini ada panggilan, perintah, atau persetujuan.
Dalam transformasi terdapat tiga tahap, yaitu tahap kecakapan (adanya keberangkatan subjek, munculnya penentang dan penolong, dan jika pahlawan tidak mampu mengatasi tantangan akan didiskualifikasi sebagai pahlawan), tahap utama (adanya pergeseran ruang dan waktu, dalam arti pahlawan telah mengatasi tantangan dan melakukan perjalanan kembali), dan tahap kegemilangan atau
(36)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keberhasilan (kedatangan pahlawan, eksisnya pahlawan asli, terbongkarnya tabir pahlawan palsu, hukuman bagi pahlawan palsu, dan jasa bagi pahlawan sejati).
Dalam situasi akhir objek telah diperoleh dan diterima oleh penerima, keseimbangan telah terjadi, berakhirnya suatu keinginan terhadap sesuatu, dan berakhirlah sudah cerita itu. Dua skema actan dan model fungsional yang diajukan oleh Greimas memiliki hubungan kausalitas: hubungan antaractan ditentukan oleh fungsi-fungsi dalam membangun struktur cerita. Kajian struktur cerita seperti di atas, akan memberikan pemahaman yang utuh dan menyeluruh terhadap isi cerita.
c) Instrumen Kajian Aspek Semantik
Pedoman analisis Semantik novel Wastu Kancana dan Niskala Gajah Mada Musuhku sebagaimana terdapat pada tabel berikut.
Tabel 3.1
Pedoman Analisis Semantik Novel Wastu Kancana dan Niskala
Aspek yang Dianalisis Indikator
1. Tokoh Menelaah tokoh-tokoh berdasarkan gambaran fisik, nama diri, karakter/watak, dan status tokoh dalam lingkungan sosial;
2. Latar/setting a. Latar Tempat/ruang
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam novel, biasanya dalam suatu cerita terdapat lebih dari satu lokasi.
a. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa- peristiwa yang diceritakan dalam n o v e l . Keadaan yang diceritakan harus mengacu pada waktu tertentu karena latar waktu akan selalu berubah-ubah.
b. Latar Sosial
Latar sosial menyaran pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam novel. Latar sosial itu
(37)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Aspek yang Dianalisis Indikator
dapat berupa bahasa atau dialek tertentu, nama tokoh ataupun status sosial dan kedudukan orang yang bersangkutan.
3. Tema Menentukan tema teks novel berdasarkan fakta cerita (alur, tokoh, dan latar) atau isotopi.
d) Instrumen Kajian Pragmatik
Pedoman analisis Pragmatik novel Wastu Kancana dan Niskala Gajah Mada Musuhku sebagaimana terdapat pada tabel berikut.
Tabel 3.2
Pedoman Analisis Pragmatik Novel Wastu Kancana dan Niskala Gajah Mada Musuhku
Aspek yang Dianalisis Indikator
Fungsi referensial terkait dengan makna pesan yang disampaikan dalam konteks tertentu.
Fungsi emotif terkait erat dengan suasana batin penutur terhadap pesan yang disampaikan
Fungsi puitis bahasa merupakan estetika bahasa, yang memungkinkan terciptanya pesan.
Fungsi fatis bertujuan untuk mempertahankan komunikasi antara penutur dengan petutur.
Fungsi konatif bertujuan untuk menimbulkan reaksi kepada petutur (misalnya: menyuruh, melarang, mengajak, dsb).
Fungsi metalingual bahasa yang digunakan sebagai metabahasa untuk menjelaskan hal-hal yang terkait dengan bahasa tersebut (seperti: definisi, penjelasan makna kata).
e) Instrumen Kajian Nilai-nilai Budaya
Kluckhohn dalam (Koentjaraningrat, 1990:28) menyatakan bahwa semua sistem nilai budaya dalam semua kebudayaan di dunia itu, sebenarnya mengenai lima masalah pokok dalam kehidupan manusia. Kelima masalah pokok itu sebagai
(38)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berikut: (1) masalah mengenai hakekat dari hidup manusia, (2) masalah mengenai hakekat dari karya manusia, (3) masalah mengenai hakekat dari kedudukan manusia dalam ruang waktu, (4) masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya, (5) masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya.
Pedoman analisis nilai-nilai budaya novel Wastu Kancana dan Niskala Gajah Mada Musuhku sebagaimana terdapat pada tabel berikut.
Tabel 3.3
Pedoman Analisis Nilai-nilai Budaya Novel Wastu Kancana dan Niskala Aspek yang Dianalisis Indikator
1. Hakikat hidup a. Hidup itu buruk b. Hidup itu baik
c. Hidup itu wajib berikhtiar 2. Hakikat karya a. Karya itu untuk nafkah hidup
b. Karya itu untuk kedudukan, kehormatan, dll
c. Karya itu untuk menambah karya 3. Persepsi manusia tentang
waktu
a. Orientasi ke masa kini b. Orientasi ke masa lalu c. Orientasi ke masa depan 4. Pandangan manusia terhadap
alam
a. Manusia tunduk kepada alam
b. Manusia menjaga keselarasan dengan alam
c. Manusia berusaha menguasai alam 5. Hakikat hubungan manusia
dengan sesamanya
a. Orientasi horizontal, rasa
ketergantungan kepada sesamanya b. Orientasi vertikal, rasa ketergantungan
kepada tokoh, atasan, berpangkat c. Individualisme, menilai tinggi usaha
atas kekuatan sendiri
Pedoman penyusunan bahan ajar sastra
Pedoman penyusunan bahan ajar sastra sebagaimana terdapat pada tabel berikut. Tabel 3.4
Pedoman Penyusunan Bahan Ajar Sastra Aspek yang Dianalisis Indikator
(1)
301
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggali unsur-unsur pembangun kedua novel tersebut secara lebih mendalam.
2. Kajian terhadap novel Wastu Kancana dan Niskala Gajah Mada Musuhku telah berhasil mengungkapkan gambaran nilai-nilai budaya yang ada di dalam kedua novel tersebut. Namun karena keterbatasan waktu, masih ada nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosial yang belum dikaji dalam penelitian ini. Karena itu, masih terdapat peluang untuk melakukan kajian kedua nilai-nilai tersebut pada penelitian selanjutnya.
3. Hasil kajian bandingan nilai budaya novel Wastu Kancana dan Niskala Gajah Mada Musuhku dapat digunakan sebagai bahan ajar pembelajaran apresiasi sastra di SMP. Masih terdapat peluang untuk mengembangkan bahan ajar dari sisi lainnya, misalnya nilai-nilai moral dan nilai-nilai sosialnya.
(2)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
301
DAFTAR PUSTAKA
Aksan, H. (2008). Niskala gajah mada musuhku, perjuangan kerajaan sunda melawan ambisi penaklukan kerajaan majapahit Yogyakarta: Penerbit Bentang (PT Bentang Pustaka)
Aminuddin. (1987). Pengantar apresiasi karya sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Atmowiloto, A. (1984). Mengarang itu gampang. Jakarta: Gramedia. Bungin, B. M. (2010). Penelitian kualitatif. Jakarta: Kencana.
Chaer, A. (1994). Linguistik umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Damono, S. D.( 2005). Pegangan penelitian sastra bandingan. Jakarta: Pusat Bahasa, Depdiknas.
Damono, S. D. (2005). Sastra bandingan. Ciputat: Editum Depdiknas. (2009). Pelatihan bahan ajar. Jakarta: Depdiknas
Dhari, H.M., dan Dharyono, A.P. (1988). Perangkat pembelajaran. Malang: Depdikbud.
Djahiri, A. K. (1989). Teknik pengembangan program pengajaran pendidikan nilai moral. Bandung: PMPKn FPIPS IKIP Bandung.
Djamaris, E. (2002). Menggali khazanah sastra melayu klasik (sastra indonesia lama). Jakarta: Balai Pustaka.
Ekadjati, E. S. (2009). Kebudayaan sunda zaman pajajaran. jilid II. Jakarta: Pustaka Jaya.
Eston, M. (1984). Kritik sastra indonesia. Padang: Angkasa Raya.
Fanani, M., dkk. (1997). Analisis struktur dan nilai budaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
Gani, R. (1988). Pengajaran sastra indonesia respons dan analisis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Harras, K. (2012). Pembelajaran membaca, Disajikan pada Lokakarya Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra Indonesia Tingkat SD/MI dan SMP/MTs Tahun 2012.
Hidayat, S. (2012) Identitas Orang Sunda dalam tiga novel indonesia tentang perang bubat.Tesis Departemen Pascasarjana UI. Jakarta. Tidak diterbitkan
(3)
302
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Iskandar W., dan Dadang S. (2010). Strategi pembelajaran bahasa. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Iskandar, Y. (2012). Wastu kancana. Bandung. Pusat Studi Sunda.
Jamaluddin. (2003). Problematik pembelajaran bahasa dan sastra. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Jassin, H.B. (1979). Tifa penyair dan daerahnya. Jakarta: Gunung Agung.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2001). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Pedoman pendidikan budaya dan karakter bangsa. Jakarta: Balitbang Pusat Kurikulum.
Kementrian Pendidikan Nasional. (2013). Kurikulum 2013 tentang kompetensi dasar SMP dan MTs Jakarta: Balitbang Pusat Kurikulum
Kenny, W. (1966). How to analyze fiction. New York: Monarch Press.
Koentjaraningrat. (2002). Kebudayaan mentalitas dan pembangunan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Koentjaraningrat. (2007). Manusia dan kebudayaan di indonesia. Jakarta: Djambatan.
Koentjaraningrat.( 2009). Pengantar ilmu antropologi. Jakarta: Rineka Cipta. Lubis, M. (1981). Teknik mengarang. Jakarta: Kurnia Esa.
Luxemburg, J.V. et. al. (1984). Pengantar ilmu sastra. Diterjemahkan oleh Dick Hartoko. Jakarta: Gramedia
Luxemburg, V.J. (1992). Pengantar ilmu sastra indonesia (diindonesiakan oleh Dick Hartoko). Jakarta : PT Gramedia.
Mahayana, M. S. (2005). Sembilan jawaban sastra indonesia. Jakarta: Bening. Majid, A. (2008). Perencanaan pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mustafa, A. (1995). Kamus sastra. Bandung: Granesia
Masinambaow, E.K.M. (2001). Meretas ranah bahasa. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya
(4)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Masinambaow, E. K. M. (2004). Teori kebudayaan dan ilmu pengetahuan budaya dalam T. Christomy dan Untung Yuwono (Peny.), Semiotika Budaya. Depok: Pusat Peneitian Kemasyarakat dan Budaya Universitas Indonesia. Mulyasa, H.E. (2011). Manajemen pendidikan karakter. Jakarta: Bumi Aksara. Nasution, J.U. (1983). Pujangga sanusi pane. Jakarta: Gunung Agung
Noorduyn .J, - Teeuw. A, (2009). Tiga pesona sunda kuna. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Nurgiyantoro, B. (1995). Teori pengkajian fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Nurgiyantoro, B. (2005). Sastra anak pengantar pemahaman dunia anak.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Nurgiyantoro, B. (2009). Penilaian dalam pengajaran bahasa dan sastra indonesia: Yogyakarta: BPFE.
Panen, P., & Purwanto. (2005). Penulisan bahan ajar. Jakarta : Pusat antar Universitas untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Prastowo, A. (2011). Panduan kreatif membuat bahan ajar inovatif. Yogyakarta:
Diva Press.
Puskur Balitbang. (2003). Pelayanan profesional kurikulum 2004: kegiatan mengajar yang efektif. Jakarta: Depdiknas.
Puskur Balitbang. (2006). Panduan pengembangan materi pembelajaran. Jakarta: Depdiknas.
Raharja, R. (2012) Nilai-nilai budaya dalam sastra klasik mundinglaya di kusumah dan kontribusinya terhadap pendidikan karakter serta implementasinya pada pembelajaran apresiasi sastra di kelas ix smp pasundan subang tahun pelajaran 2011/2012. Tesis SPs UPI. Bandung. Tidak diterbitkan.
Ratna, N.K. (2007). Teori. metode, dan teknik penelitian sastra: dari strukturalisme hingga postrukturalisme.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, N.K. (2010). Metode penelitian: kajian budaya dan ilmu sosial humaniora pada umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, N.K. (2011). Teori, metode, dan teknik penelitian sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
(5)
304
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Ratna, N.K. (2011). Antropologi sastra: peranan unsur-unsur kebudayaan dalam proses kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ratna, N. K. (2011). Paradigma sosiologi sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rusyana, Y. (1984). Bahasa dan sastra dalam gamitan pendidikan. Bandung:
Diponegoro.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan r&d. Bandung: CV Alfabeta.
Soedarsono, S. (2008). Membangun kembali jati diri bangsa. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Soedarsono, S. (2010). Karakter Mengantar Bangsa Dari Gelap Menuju Terang. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Sudjiman, P. (1988). Memahami cerita rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya.
Sugiyono. (2010). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif, kualitatif dan r&d. Bandung: Alfabeta
Suharianto, S. (1982). Dasar-dasar teori sastra. Surakarta: Widya Sumardjo, J. (1991). Apresiasi kesusastraan. Jakarta: Gramedia
Sumiyadi. (2010) Model pengkajian dan pengajaran sastra indonesia berbasis sastra bandingan. Disertasi SPs UPI Bandung. Tidak diterbitkan
.
Standar Isi. (2006). Jakarta: Depdiknas
Stanton, R. (2007). Teori fiksi robert stanton (terjemahan sugihastuti & rossi abi al irsyad). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sudjana dan Ibrahim (2007). Penelitian dan penilaian pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumantri, E., & Sofyan, S. (2006). Konsep dasar pendidikan nilai. Bandung: Pribumi Mekar.
Sutjipto, N., & Swacita, I. B. (2006), Membuat bahan ajar, Denpasar : LP3 UNUD.
Sutrisno, M., & Hendar, P. (2005). Teori-teori kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
(6)
Ade Tahyudin, 2014
Kajian bandingan nilai-nilai budaya novel wastu kancana karya Yoseph Iskandar dengan Niskala Gajah Mada musuhku karya Hermawan Aksan sebagai upaya menyiapkan bahan ajar apresiasi sastra di SMP
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Syafi’ie, I & Ghazali, A. S. (1995). Terampil berbahasa indonesia 3. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Tarigan, H.G. (1985). Prinsip-prinsip dasar sastra. Bandung: Angkasa.
Tarigan, H.G. (1992). Prinsip-prinsip dasar metode riset pengajaran dan pembelajaran bahasa. Bandung: Angkasa.
Tasrip, S. (1981). Teknik mengarang. Jakarta: Prisma Agung. Teeuw, A. (1984). Sastra dan ilmu sastra. Jakarta: Pustaka Jaya. Teeuw, A. (1991). Membaca dan menilai sastra. Jakarta: Gramedia.
Trisman, B dkk. (2003). Antologi esai sastra bandingan dalam sastra indonesia modern Jakarta: Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional dan Yayasan Obor Indonesia
Wikipedia. (2014). Biografi Yoseph Iskandar. [online]. Tersedia:
http://su.wikipedia.org/wiki/Yoseph_Iskandar [11 Maret 2014]
Wellek, R., & Austin, W. (1995). Teori kesusastraan. Terjemahan Melanie Budianti. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Widagdho, D. (2008). Ilmu budaya dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Zaidan, & Abdul, R., dkk. (1994). Kamus istilah sastra. Jakarta: Balai Pustaka.