PEMANFAATAN SITUS KESULTANAN DELI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIKULTURAL: Penelitian Naturalistik Inquiri di SMA Panca Budi Medan.

(1)

TESIS

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Oleh

Abdul Haris Nasution, S.Pd NIM. 1200950

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG


(2)

PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIKULTURAL (Penelitian Naturalistik Inquiry di SMA Panca Budi Medan)

Disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I

Dr. Agus Mulyana, M. Hum NIP. 196608081991031002

Pembimbing II

Prof. Helius Sjamsuddin, Ph.D, M.A NIP. 130188282

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah

Sekolah Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Dr. Agus Mulyana, M.Hum NIP. 196608081991031002


(3)

Hari/Tanggal : 8 dan 10 Juli 2014

Tempat : Ruang Sidang Sekolah Pasca Sarjana UPI Tim Penguji :

Penguji I, Penguji II,

Dr. Agus Mulyana, M. Hum Prof. Helius Sjamsuddin, Ph.D, M.A NIP. 196608081991031002 NIP. 130188282

Penguji III, Penguji IV,

Prof. Dr. Dadang Supardan, M.Pd Dr. Nana Supriatna, M. Ed

NIP.195804081984031003 NIP.196110141986011

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah SPS UPI

Dr. Agus Mulyana, M. Hum NIP. 196608081991031002


(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Pemanfaatan Situs Kesultanan Deli Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural (Penelitian Natiralistic Inquiry di SMA Panca Budi Medan)” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat ilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi yang berlaku apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya tulis ini.

Bandung, Juni 2014

Abdul Haris Nasution NIM. 1200950


(5)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Klarifikasi Konsep ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Sejarah dan situs Kesultanan Deli ... 11

1. Sejarah Kesultanan Deli ... 11

2. Sistem Pemerintahan dan Wilayah Kesultanan Deli. 17 3. Perkembangan Perkebunan Pada Masa Kesultanan Deli 23 4. Situs Kesultanan Deli ... 29

B. Konsep Sejarah Lokal dan Pembelajaran Sejarah Lokal. 37 1. Pengertian Sejarah lokal ... 37

2. Pembelajaran Sejarah Lokal ... 39

C. Konsep Situs Sejarah ... 45

1. Pengertian Situs Sejarah ... 45

2. Situs Sejarah Sebagai Sumber Belajar ... 46

D. Konsep Multikulturalisme ... 48

1. Pengertian Multikulturalisme ... 48

2. Nilai-nilai Multikulturalisme ... 50

E. Kerangka Berfikir ... 52

F. Penelitian Terdahulu ... 54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian ... 58

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 59

C. Teknik Pengumpulan Data ... 60

1. Observasi ... 60

2. Wawancara ... 62

3. Dokumentasi ... 63

D. Teknik Analisis Data ... 64

1. Data Reduction ... 64

2. Data Display ... 65


(6)

E. Verifikasi Data... 68

1. Triangulasi ... 68

2. Member Check ... 68

3. Expert Opinion ... 69

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Nilai-nilai Multikulturalisme Pada Situs Kesultanan Deli ... 70

1. Data Hasil Wawancara. ... 70

2. Pembahasan... ... 73

3. Relevansi Situs Kesultanan Deli dalam Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikltural... 76

B. Implementasi Pembelajaran Sejarah Lokal berbasis Multikultural... 79

1. Deskripsi Hasil Observasi ... 79

2. Data Hasil Wawancara... 109

3. Pembahasan ... 111

C. Hasil-hasil yang Dicapai Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural Dengan Memanfaatkan Situs Kesultanan Deli ... 121

1. Deskripsi Hasil Observasi ... 121

2. Data Hasil Wawancara ... 123

3. Pembahasan ... 125

D. Kendala dan Solusi ... 133

1. Deskripsi Hasil Observasi ... 133

2. Data Hasil Wawancara ... 135

3. Pembahasan ... 136

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 142

B. Rekomendasi ... 144


(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Istana Maimoon ... 30

Gambar 2.2. Masjid Raya Al-Mahsun ... 32

Gambar 2.3. Masjid Al-Osmani ... 34

Gambar 2.4. Taman Khalidjah/Sri Deli ... 36

Gambar 2.5. Kerangka Berfikir ... 53

Gambar 3.1. Pola Display dalam penelitian ... 65


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran sejarah merupakan salah satu sarana strategis dalam pewa-risan nilai-nilai luhur bangsa kepada generasi muda yaitu peserta didik, atau dapat dikatakan bahwa sejarah memiliki fungsi didaktis yang turut membangun mental peserta didik sebagai generasi bangsa. Namun, dewasa ini pembelajaran sejarah yang demikian sangat jarang ditemui di sekolah-sekolah di Kota Medan. Pembelajaran sejarah umumnya cenderung bersifat textbook centered sehingga kering akan nilai dan menyebabkan pembelajaran sejarah tersebut menjadi tidak bermakna dan kurang diminati oleh siswa. Padahal jika guru mau sedikit lebih kreatif dan inovatif, terciptanya pembelajaran sejarah yang menyenangkan, sarat akan nilai dan bermakna bukanlah hal yang mustahil, misalnya dengan mengimplementasikan pembelajaran sejarah memanfaatkan situs-situs sejarah yang ada di Kota Medan sebagai sumber belajar. Seperti situs Kesultanan Deli yang mengandung nilai-nilai multikulturalisme. Pembelajaran sejarah dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli dapat dimanfaatkan oleh guru untuk mengembangkan nilai-nilai multikulturalisme di dalam diri siswa, selain itu pemanfaatan situs tersebut dapat menstimulus siswa dalam melakukan pembelajaran yang berbasis penelitian sehingga melatih siswa untuk mampu mengkonstruksi pengetahuannya secara mandiri. Disisi lain, pembelajaran diluar kelas akan memberikan pengalaman langsung kepada siswa dalam berinteraksi dengan situs sebagai sumber belajar sehingga pembelajaran sejarah menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Hal yang tentunya tidak akan siswa dapatkan dari pembelajaran berbasis buku teks.

Pendidikan sejarah sejatinya bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang jati diri peserta didik sebagai bagian dari suatu bangsa. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang memiliki latar belakang yang berbeda antara satu orang dengan orang yang lain. Kombinasi antara ras, suku, kebangsaan, latar


(9)

belakang keluarga dan individu yang berpadu membentuk individu yang unik dan berbeda dengan orang lain. Namun melalui nilai-nilai yang diperoleh dari sejarah yang ditanamkan melalui proses pendidikan, memungkinkan setiap siswa untuk memiliki pemahaman diri tentang identitasnya sebagai bagian dari suatu bangsa yang majemuk. Oleh karena itu, penting bagi guru sejarah untuk meng-implementasikan pembelajaran yang sarat akan nilai-nilai multikultural, yaitu suatu nilai yang mengakomodasi adanya penerimaan diri terhadap perbedaan kultur, etnis dan kepercayaan dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Apalagi bila mengingat banyaknya konflik SARA yang pernah terjadi di beberapa daerah baik secara fisik maupun berupa convert conflict (konflik tertutup). Contoh fenomena kecil yang dapat diamati sehari-hari ialah adanya stereotipe-stereotipe yang melekat pada etnis-etnis dan kepercayaan tertentu yang sebenarnya tidak dapat dianggap sepele. Misalnya sebutan Melayu malas kepada etnis Melayu,

Batak kasar kepada etnis Batak, Cina picik kepada etnis Cina, Aceh peungo kepada etnis Aceh, Minang Pelit kepada etnis Minang, dan lain sebagainya.

Belum lagi berkembangnya sikap eksklusifisme menjadi dinding abstrak yang membatasi pergaulan masyarakat antar etnis. Fenomena-fenomena kecil dalam masyarakat tersebut tentunya mencederai slogan Bhineka Tunggal Ika yang selama ini menjadi kebanggaan bangsa Indonesia.

Supardi (2005:3-4) mengemukakan bahwa salah satu media pengem-bangan kesadaran nilai-nilai multikulturalisme bangsa ialah melalui pendidikan sejarah. Pengajaran sejarah, merupakan sarana yang efektif untuk mempro-pagandakan dan menanamkan kesadaran multikulturalisme. Pendidikan yang selama ini ditanamkan dalam kurikulum pendidikan dasar hingga perguruan tinggi secara implisit sebenarnya telah menjelaskan tentang konsep keberagaman tersebut. Namun, implementasi pendidikan sejarah pada umumnya belum mampu menggiring siswa untuk mencapai taraf aktualisasi terhadap nilai-nilai multikul-turalisme yang terkandung di dalam kurikulum tersebut. Pendidikan sejarah hanya memberikan penjelasan bagaimana perjalanan bangsa Indonesia dengan konsep


(10)

kontekstual yang relevan untuk menumbuh kembangkan nilai-nilai multikul-turalisme di dalam diri setiap siswa.

Kesadaran akan pentingnya pendidikan sejarah sebagai sarana pengem-bangan nilai-nilai multikulturalisme pernah menjadi pembahasan penting dalam Mukernas Pendidikan Sejarah tahun 2006. Dimana poin terpenting dari hasil Mukernas tersebut ialah pentingnya implementasi pembelajaran materi-materi sejarah yang bersumber pada peristiwa lokal dalam dimensi kontekstual untuk menanamkan nilai-nilai multikulturalisme di dalam diri peserta didik. (Supardi, 2006:5). Hasil mukernas tersebut tentunya tidak dapat terlepas dari kerisauan para jajaran stakeholder pendidikan, kaum akademisi dan pengajar sejarah akan disintegrasi bangsa.

Pembelajaran sejarah lokal yang sarat akan nilai-nilai multikulturalisme tentunya menuntut guru untuk lebih aktif dalam mengeksplor dan mengekspose peristiwa-peristiwa sejarah lokal dan peninggalan-peninggalan sejarah berupa arsip, situs, folklore dan objek lainnya yang menggambarkan pencapaian dan kejayaan masyarakat multikultur di setiap daerah pada masa lalu di tengah-tengah heterogenitas. Pembelajaran sejarah lokal dengan muatan nilai-nilai multikultural yang demikian tentunya penting untuk diterapkan di setiap daerah Indonesia terutama daerah-daerah yang memiliki masyarakat yang heterogen seperti kota Medan, Jakarta, Surabaya, dsb. Dalam posisi ini, sejarah lokal menjadi subjek pokok yang menjembatani pengembangan jati diri pribadi peserta didik sebagai bagian dari suatu bangsa yang memiliki keberagaman masyarakat sebagai identitas nasional. Menurut Cartwright (dalam Hasan, 2012:124), materi sejarah lokal dan sejarah nasional merupakan proses enkulturasi dalam rangka pembangunan karakter nasional (nation character building). Dari pendapat tersebut, dapat diambil sebuah gagasan bahwa sejatinya pendidikan sejarah bukan hanya bertujuan untuk membangun kompetensi paedagogik peserta didik. Lebih dari itu, pendidikan sejarah juga bertujuan untuk membangun kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial peserta didik serta sarana yang dapat digunakan untuk mewariskan nilai-nilai multikulturalisme disetiap sekolah (transfer of value), sehingga pembelajaran sejarah mampu membentuk karakter


(11)

siswa yang kompeten, berbudi pekerti luhur dan menjunjung tinggi asas bhineka

tunggal ika dalam interaksinya di masyarakat sebagai cerminan jatidiri bangsa.

Maka tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah merupakan media yang penting dalam pewarisan nilai-nilai terhadap peserta didik.

Kota Medan merupakan salah satu daerah yang memiliki masyarakat heterogen, ditunjukkan dengan adanya keragaman etnis, kebudayaan, keperca-yaan, dan sebagainya. Heterogenitas tersebut berasal dari masyarakat etnis Melayu, Jawa, Batak, Aceh, Sunda, India, Tionghoa, Banjar, dan etnis lainnya yang mendiami Kota Medan. Keberagaman tersebut tidak terlepas dari faktor sejarah di masa lampau seperti kebijakan migrasi dalam politik etis yang di ambil oleh pemerintah kolonial dan perekrutan pegawai perkebunan dan buruh tani dari wilayah luar Sumatera untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan Sumatera Timur pada abad 19 sampai abad 20. (Stoler, 2005:87). Artinya kemajemukan bukanlah isu yang baru bagi masyarakat Sumatera Utara khususnya kota Medan. Bahkan masyarakat yang multukultur pernah terbentuk di kota Medan pada masa Kesultanan Deli di abad ke-19 hingga abad 20. Namun dewasa ini, pola interaksi masyarakat antaretnis di kota Medan cenderung eksklusif dimana suatu etnis cenderung enggan untuk berinteraksi dengan etnis lain walaupun hidup di lingkungan yang sama. (Pelly, 2005:53). Kondisi yang demikian sama seperti konsep masyarakat Salad Bowl yang dikemukakan oleh Banks (1993:155), dimana sekumpulan masyarakat hidup bersama namun tanpa adanya interaksi yang berarti antara satu dengan yang lain. Oleh karena itu, pembelajaran sejarah yang berbasis multi-kultural merupakan salah satu solusi yang dapat diupayakan di setiap sekolah untuk mengubah pola interaksi masyarakat yang demikian.

Pembelajaran sejarah lokal yang berbasis nilai-nilai multikulturalisme di sekolah-sekolah di kota Medan sangat penting untuk dikembangkan demi membentuk karakter siswa yang multikultur agar kelak mampu berinteraksi dengan baik dalam lingkungan masyarakat yang heterogen. Penanaman nilai-nilai multikulturalisme tersebut juga bermanfaat untuk mengubah model interaksi masyarakat heterogen yang cenderung eksklusif menjadi lebih inklusif dan dapat berbaur satu sama lain. Di kota Medan, pola hidup masyarakat yang multikultur


(12)

sebenarnya pernah tercipta ketika Kesultanan Deli masih berdiri di abad ke-19 sampai abad ke-20. Menurut Sinar (2006:53), pada masa pemerintahan Sultan Osman Perkasa Alam, Kesultanan Deli berhasil menyatukan negeri-negeri kecil di Sumatera Timur yang didiami oleh etnis Cina, Batak Karo, India Tamil ke dalam masyarakat Deli.

Kesultanan Deli yang identik dengan etnis Melayu sejatinya memiliki hubungan erat dengan etnis-etnis dan suku bangsa yang berbeda seperti Aceh, Batak (Toba dan Karo), Cina, India, Arab dan Eropa. Sejarah perkembangan Kesultanan Deli tidak terlepas dari adanya hubungan interaksi dengan etnis-etnis dan suku bangsa tersebut. Di setiap daerah Kesultanan Deli, setiap etnis yang berbeda tersebut diberi kebebasan untuk saling berinteraksi dan mengembangkan kebudayaan masing-masing. Hanya saja, kedatangan kaum kapitalis Eropa perlahan-lahan merubah pola tatanan masyarakat Deli yang multikultur tersebut menjadi terklasifikasi dalam beberapa kelas. (Stoler, 2005:145).

Adanya hubungan antaretnis dan antarbangsa dalam masyarakat Deli tercermin pada objek-objek peninggalan sejarah dalam situs Kesultanan Deli yang masih dapat diamati sampai saat ini. Peninggalan-peninggalan sejarah di dalam situs tersebut berupa bangunan-bangunan fisik antara lain, Istana Maimoon, Masjid Raya Al-Mashun, Kolam Deli dan Masjid Raya Al-Osmani serta objek meriam buntung yang menyimpan mitos hubungan antara etnis Melayu dengan Aceh. Nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam objek peninggalan bangunan fisik dapat dilihat dari bentuk arsitektur, corak, motif dan ornamen-ornamen yang ada di setiap sisi objek bangunan-bangunan peninggalan Kesul-tanan Deli tersebut. Oleh karena itu, situs KesulKesul-tanan Deli sangat potensial untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural, sebagai upaya mengembangkan pemahaman siswa akan slogan bhineka tunggal ika. Apalagi mengingat sekolah-sekolah yang ada di kota Medan pada umumnya terdiri dari siswa-siswa yang berlainan etnis dan agama.

Pembelajaran sejarah yang hanya berbasis pada materi di dalam buku teks (textbook thinking) akan menyebabkan pelajaran sejarah semakin tidak diminati oleh siswa. (Harries dalam Widja, 1989:16). Oleh karena itu, penting


(13)

bagi guru sejarah untuk merencanakan serangkaian metode pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman konkrit bagi siswa dalam pembelajaran sejarah. Pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal dapat memberikan pengalaman yang tidak dapat ditemukan siswa di kelas. Para siswa secara langsung dapat mengamati objek-objek peninggalan bersejarah yang ada disekitarnya sehingga melahirkan ikatan emosional antara diri siswa dan peristiwa sejarah di lingkungan sekitarnya. Menurut Habermas (dalam Budiningsih, 2005:73) belajar akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungan. Artinya bahwa pembelajaran sejarah akan lebih bermakna jika melibatkan siswa dengan objek-objek peninggalan sejarah di sekitarnya. Dengan demikian, pembelajaran sejarah bukan lagi pembelajaran yang membosankan, hanya serangkaian kegiatan menghafal, dan kurang bermakna.

Berdasarkan pengamatan peneliti di lokasi Situs Kesultanan Deli, nilai-nilai multikulturalisme yang tekandung pada situs Kesultanan Deli tersebut nya-tanya telah dimanfaatkan oleh beberapa sekolah mulai dari jenjang sekolah dasar hingga sekolah menengah di kota Medan dalam pelaksanaan pembelajaran sejarah dengan muatan sejarah lokal. Salah satunya dilakukan oleh SMA Panca Budi Medan. Kunjungan ke situs Kesultanan Deli menjadi bagian dari serangkaian metode pembelajaran guru dalam sejarah lokal pada pembelajaran sejarah dalam materi Kolonialisme. Kegiatan pembelajaran dengan metode karyawisata tersebut dilaksanakan untuk menciptakan suatu pembelajaran sejarah yang bermakna serta membantu peserta didik untuk dapat mengkonstruksi pengetahuan mereka secara mandiri dan menepis anggapan bahwa sejarah ialah subjek pelajaran yang membosankan dan cenderung kaku, sebagaimana dikemukakan oleh Wineburg (2006:6) bahwa pembelajaran sejarah yang diajarkan didalam ruangan kelas di sekolah cenderung tidak bermakna apalagi jika bersifat teacher centered. Sejalan dengan itu, Mulyana dan Gunawan (2007:1) mengemukakan bahwa pembelajaran sejarah dengan materi sejarah lokal akan lebih mudah untuk dipahami siswa dengan melihat secara langsung realitas kehidupan sesungguhnya di lingkungan terdekatnya. Berdasarkan dari pendapat-pendapat tersebut, semakin menguatkan pentingnya peranan lingkungan (dalam hal ini situs Kesultanan Deli) sebagai


(14)

sumber belajar sejarah, terlebih lagi dalam upaya pengembangan nilai-nilai multikulturalisme. Melalui kunjungan ke situs sejarah/objek wisata sejarah secara langsung diharapkan dapat mengubah anggapan siswa bahwa mempelajari sejarah bukanlah sesuatu yang membosankan dan menjenuhkan namun sebaliknya merupakan sesuatu yang menarik dan menyenangkan.

Pentingnya keberadaan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural menjadi salah satu alasan pokok bagi SMA Panca Budi Medan untuk menjadikan situs Kesultanan Deli sebagai salah satu sumber pembelajaran sejarah lokal yang relevan. Hal tersebut menjadi dasar ketertarikan penulis dalam melakukan penelitian dengan judul “ Pemanfaatan Situs Kesultanan Deli Dalam Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural” (Penelitian Naturalistik Inquiri di SMA Panca Budi Medan).

B.Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain:

1. Nilai-nilai apa yang terkandung pada objek-objek bersejarah di situs Kesul-tanan Deli?

2. Bagaimana implementasi pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural de-ngan memanfaatkan situs Kesultanan Deli?

3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli?

4. Bagaimana kendala dan solusi yang dihadapi guru dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui nilai-nilai apa yang terkandung pada objek-objek ber-sejarah di situs Kesultanan Deli.

2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi pembelajaran sejarah lokal berba-sis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli.


(15)

3. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli. 4. Untuk mengetahui bagaimana kendala dan solusi yang dihadapi guru dalam

pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli.

D.Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan informasi secara ilmiah tentang pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli.

b. Dapat digunakan sebagai sumber data penelitian lebih lanjut untuk memahami lebih jauh mengenai pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah berbasis Multikultural.

2. Manfaat Praktis

a. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam merencanakan pembelajaran Sejarah dan tujuan pembelajarannya.

b. Memotivasi peserta didik, guru, masyarakat dan pemerintah untuk melestarikan situs Kesultanan Deli mengingat potensinya yang sangat besar untuk dimanfaatkan dalam pembelajaran Sejarah dan Subjek-subjek lainnya.

E.Klarifikasi Konsep

Untuk memperjelas permasalahan dan pencapaian hasil sesuai yang diinginkan dalam penelitian ini, maka penulis perlu memberikan penjelasan tentang arti atau makna dari beberapa kata atau istilah yang tencantum dalam penelitian ini yang bertujuan untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran atas


(16)

istilah-istilah yang dipakai dalam penelitian ini. Beberapa istilah yang perlu diperjelas dalam penelitian ini antara lain:

1. Situs Kesultanan Deli

Situs Kesultanan Deli ialah sebuah situs sejarah yang merupakan peninggalan dari Kesultanan Deli. Di area situs ini dapat ditemukan berbagai objek-objek sejarah peninggalan kesultanan Deli yang juga menjadi icon kota Medan. Objek-objek bersejarah tersebut antara lain: Istana Maimoon, Masjid Raya Al-Mashun, Kolam Sri Deli, Meriam Buntung, dll.

2. Pembelajaran Sejarah Lokal

Sejarah lokal adalah suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas meliputi suatu lokalitas tertentu. Sejarah lokal diartikan sebagai studi tentang kehidupan masyarakat khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar (neighborhood) tertentu dalam dinamika perkembangannya terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. (Widja, 1989:11)

Pembelajaran sejarah lokal dapat diartikan sebagai suatu proses ter-jadinya kegiatan belajar-mengajar sebagai upaya guru untuk tujuan terter-jadinya proses belajar memahami sejarah dari suatu “tempat” atau “locality” tertentu.

Pembelajaran sejarah lokal tersebut tentunya bertujuan untuk mengedepankan isu-isu tertentu yang tidak terlepas dari tujuan pembelajaran sejarah nasional secara umum. (Suparlan, 2002:7)

3. Nilai-nilai Multikulturalisme

Multikulturalisme merupakan suatu pemahaman yang memandang keragaman kebudayaan sebagai kesetaraan para pengikutnya. Motto Bhineka Tunggal ika merupakan gambaran berbagai bentuk keragaman etnik, bahasa, adat kebiasaan, kebudayaan dan agama adalah satu dengan kesetaraan dalam jenis perbedaan itu. (Wiriaatmadja, 2007:217)

Farida Hanum dan Setya Raharja (2011:113-116) mengemukakan nilai-nilai multikultural selalu menegakkan dan menghargai pluralisme, demokrasi, dan humanisme, berdasarkan dari pendapat Hanum dan Raharja. Adapun indikator


(17)

pengamalan siswa terhadap nilai-nilai multikulturalisme antara lain: inklusif, humanis, bersikap toleran, tolong-menolong, demokratis, mengakui persamaan dan persaudaraan, berbaik sangka menanggapi perbedaan dan Cinta Tanah Air.


(18)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Panca Budi Medan Kelas X IPS dan di situs Kesultanan Deli. Peneliti memilih SMA Panca Budi Medan disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1) SMA Panca Budi menjadikan kunjungan ke situs Kesultanan Deli sebagai agenda rutin dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural; 2) Pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural yang diimplementasikan di SMA Panca Budi belum pernah diteliti secara mendalam; 3) SMA Panca Budi memiliki siswa-siswi yang heterogen; 4) SMA Panca Budi Medan merupakan salah satu sekolah yang memiliki akreditasi A sehingga menarik untuk ditinjau bagaimana proses kegiatan belajar mengajarnya terutama pada mata pelajaran sejarah; 5) SMA Panca Budi Medan rutin mengadakan pembelajaran lapangan dengan mengunjungi situs-situs sejarah di kota Medan sesuai dengan kompetensi dan materi pelajaran sejarah yang diajarkan.

Adapun pemilihan situs Kesultanan Deli sebagai tempat penelitian di latarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain: 1) Dari segi arsitektur dan ornamental, situs Kesultanan Deli mengandung nilai-nilai multikultural; 2) Dari tinjauan Historis, Kesultanan Deli yang bercorak Melayu memiliki hubungan erat dengan masyarakat etnis lain di dalam dan di luar tanah Deli; 3) Arsitektur dan ornamen situs Kesultanan Deli menggambarkan kehidupan masyarakat Deli yang heterogen namun menjunjung tinggi multikulturalisme.


(19)

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural, sebagai upaya yang dilakukan guru dalam mengembangkan pembelajaran sejarah pada siswa kelas X di SMA Panca Budi Medan. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kualitatif, metode naturalistik Inquiry. Menurut Lincoln dan Guba (1985:28), naturalistik merupakan pendekatan yang berorientasi pada penemuan yang meminimalisir manipulasi peneliti atas objek penelitian/studi. Pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural telah menjadi agenda tetap SMA Panca Budi Medan, namun belum pernah diteliti secara mendalam. Oleh karena itu, metode naturalistik Inquiry sangat tepat untuk diaplikasikan dalam penelitian ini dengan membiarkan kegiatan pembelajaran berjalan dengan alami tanpa adanya perlakukan atau intervensi dari peneliti.

Dalam penelitian ini, karakteristik naturalistik terlihat dari tujuan penelitian yang ingin memperoleh gambaran tentang pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli di SMA Panca Budi Medan. Dengan kata lain, penelitian ini bukan bertujuan untuk menguji suatu teori dengan beberapa variabel. Sebagai instrumen, peneliti fokus pada kegiatan pembelajaran tentang materi sejarah Kesultanan Deli, karakteristik masyarakat dan peninggalan-peninggalannya. Hal-hal yang menjadi perhatian antara lain meliputi bagaimana perencanaan guru dalam mengembangkan pembelajaran, bagaimana proses pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural di dalam kelas maupun di situs Kesultanan Deli, hasil-hasil belajar siswa, hingga kendala-kendala dan solusi yang muncul pada proses pembelajaran. Peneliti tidak melakukan rekayasa atau treatment apapun terhadap siswa, guru, kelas maupun situs sejarah. Artinya peneliti bersifat pasif dan cenderung membiarkan pembelajaran mengalir apa adanya.


(20)

C.Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, peneliti berada pada posisi sebagai pengamat dan pengumpul data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti antara lain: observasi (pengamatan), inteview (wawancara) dan dokumentasi.

1. Observasi

Pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dapat dilihat melalui upaya pengamatan yang cermat. Untuk itu diperlukan kegiatan observasi yang terencana dengan menggunakan catatan lapangan (field note). Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data tentang proses pembelajaran yang dilakukan guru sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Manfaat observasi dalam penelitian ini antara lain:

a. Melalui observasi pada kegiatan pembelajaran sejarah di kelas dan di situs Kesultanan Deli, peneliti akan memperoleh data tentang bagaimana implementasi pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli, mulai dari perencanaan hingga tahap evaluasi.

b. Dengan kegiatan observasi pada kegiatan pembelajaran sejarah di Situs Kesultanan Deli, peneliti akan memperoleh data tentang bagaimana aktifitas siswa dan kemampuan siswa dalam mengeksplorasi data-data tentang sejarah Kesultanan Deli, karakteristik masyarakat dan peninggalan-peninggalannya pada kegiatan karyawisata.

c. Dengan kegiatan observasi pada kegiatan pembelajaran sejarah di kelas, peneliti akan memperoleh data tentang bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli. Hasil belajar siswa dapat diketahui melalui pengamatan terhadap test uraian siswa dan aktifitas siswa dalam kegiatan diskusi kelas. d. Dengan kegiatan observasi terhadap perilaku dan pola interaksi siswa di dalam

dan di luar kelas (dilingkungan sekolah), peneliti akan memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh tentang bagaimana pengamalan siswa terhadap nilai-nilai multikulturalisme.


(21)

e. Dengan kegiatan observasi pada kegiatan pembelajaran di kelas dan di situs Kesultanan Deli, peneliti akan memperoleh data-data tentang kendala-kendala yang terjadi dalam pembelajaran dan solusi yang dilakukan oleh guru dalam menghadapi kendala-kendala tersebut.

Dalam kegiatan observasi, peneliti melakukan pengamatan langsung terhadap rangkaian proses kegaitan pembelajaran, antara lain:

a. Pembelajaran di kelas dengan materi sejarah Kesultanan Deli, karakteristik masyarakat dan peninggalan-peninggalannya pada pertemuan pertama tanggal 25 Februari 2014. Kegiatan ini merupakan rangkaian awal dari beberapa tahapan pembelajaran yang dirancang oleh guru. Pada pertemuan ini, peneliti mengamati kegiatan guru dalam memberikan pengantar materi sejarah Kesultanan Deli dengan menggunakan metode ceramah tanya-jawab memanfaatkan media gambar-gambar dan teks yang terintegerasi dalam beberapa slide power point. Selain itu peneliti juga mengamati perilaku siswa dalam kegiatan pembelajaran, antara lain: reaksi siswa terhadap metode pembelajaran, media serta sumber belajar berupa makalah sejarah Kesultanan Deli yang disajikan oleh guru. Kemudian, peneliti mengamati bagaimana guru melakukan perencanaan kegiatan karyawisata ke situs Kesultanan Deli mulai dari membentuk kelompok-kelompok siswa yang heterogen, merumuskan susunan kegiatan di situs, hingga penjelasan tentang teknis penyusunan laporan karyawisata yang harus dikerjakan oleh siswa untuk dipresentasekan dan didiskusikan dalam kegiatan pembelajaran dikelas pada pertemuan selanjutnya. b. Pembelajaran di situs Kesultanan Deli Kota Maksum (Istana Maimoon dan meriam buntung, Masjid Raya dan taman Sri Deli) tanggal 2 Maret 2014 dan Situs Labuhan Deli (Masjid Al-Osmani) tanggal 9 Maret 2014. Pada pertemuan ini, peneliti mengamati aktifitas siswa dalam mengeksplorasi data-data seputar sejarah Kesultanan Deli, karakter masyarakat dan peninggalan-peninggalannya seperti mengamati beberapa sudut situs, mendengar pemaparan dari pengelola situs, mengemukakan pertanyaan dan mendokumentasikan situs. Dalam kegiatan pengamatan ini peneliti memperoleh data tentang sejauh mana siswa


(22)

mampu berinteraksi dengan sumber data, berkoordinasi dengan teman-teman sekelompok yang heterogen, motivasi siswa dalam belajar dan kendala-kendala yang dihadapi oleh guru dalam pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural.

c. Diskusi kelas membahas laporan karyawisata situs Kota Maksum pada pertemuan di kelas pasca kunjungan, yaitu kegiatan diskusi membahas Sejarah Kesultanan Deli di Kota Maksum, karakteristik masyarakat dan peninggalan-peninggalannya tanggal 4 Maret 2014 dan disikusi membahas Sejarah Kesultanan Deli di Labuhan Deli, karakter masyarakat dan peninggalan-peninggalannya tanggal 11 Maret 2014. Dalam kegiatan pengamatan ini, peneliti memperoleh data tentang sejauh mana siswa memahami materi seputar kesultanan deli, karakteristik masyarakat dan peninggalannya-peninggalannya yang terlihat dari aktifitas siswa pada kegiatan dialog tanya-jawab dalam diskusi. Selain itu melalui kegiatan observasi tersebut, peneliti dapat memperoleh sejauh mana siswa mengamalkan nilai-nilai multikulturalisme sebagaimana yang terkandung pada materi Kesultanan Deli.

2. Wawancara

Wawancara mendalam, merupakan kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk memperoleh data dari informan yaitu berupa pemahaman, perasaan dan makna sesuatu. Dalam wawancara dengan informan, peneliti memberikan keleluasan kepada mereka untuk menjawab segala pertanyaan, sehingga memperkuat data-data melalui pengamatan. Wawancara dilakukan peneliti sebagai upaya untuk melengkapi data hasil observasi.

Adapun kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti antara lain dilakukan dengan:

a. Pengelola situs Kesultanan Deli, Tengku Zulkarnain, Tengku Zulfan dan Tengku Aliyuddin Alamsyah, yaitu untuk memperoleh data-data/ informasi yang berkaitan dengan karakteristik masyarakat Deli yang hidup dalam heterogenitas dan nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung pada objek-objek situs Kesultanan Deli.


(23)

b. Guru sejarah, Ibu Dini Wariastuti, S.Pd, yaitu untuk memperoleh data seputar perencanaan guru dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli, implementasi pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli serta evaluasi yang dilakukan guru, hingga kendala-kendala dan solusi dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli.

c. Siswa, antara lain siswa SMA Panca Budi kelas X, yaitu untuk memperoleh data tentang sikap siswa terhadap kegiatan pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli, sejauh mana pemahaman siswa terhadap materi tersebut dan bagaimana pemahaman siswa terhadap nilai-nilai multikulturalisme serta bagaimana aplikasinya.

1. Dokumentasi

Lincon dan Guba, (1985: 276-277) mengemukakan bahwa dokumentasi dan catatan digunakan dalam pengumpulan data didasarkan pada beberapa hal yakni:

a. Dokumen dan catatan ini selalu dapat digunakan terutama karena mudah diperoleh dan relative lebih murah.

b. Merupakan informasi yang mantap baik dalam pengertian merefleksikan situasi secara akurat maupun dapat dianalisis ulang tanpa melalui perubahan didalamnya.

c. Dokumen dan catatan merupakan sumber informasi yang kaya.

d. Keduanya merupakan sumber resmi yang tidak dapat disangkal, yang menggambarkan kenyataan formal.

e. Tidak seperti pada sumber manusia, baik dokumen maupun catatan non kreatif, tidak memberikan reaksi dan respon atau pelakuan peneliti.

Adapun yang menjadi objek dokumentasi yang dikumpulkan peneliti ialah semua yang berkaitan dengan pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli. Objek-objek tersebut antara lain:


(24)

a. Objek-objek peninggalan sejarah Kesultanan Deli. b. Katalog profil SMA Panca Budi Medan.

c. RPP Pembelajaran Sejarah dalam 1 Kompetensi Dasar.

d. Foto-foto dan video aktifitas siswa pada pembelajaran di kelas. e. Foto-foto dan video kegiatan pembelajaran di situs Kesultanan Deli. f. Video wawancara mendalam dengan guru beserta transkripnya.

g. Video wawancara mendalam dengan pengurus situs Kesultanan Del beserta transkripnya.

h. Video wawancara mendalam dengan siswa beserta transkripnya.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data yang dilakukan dengan proses pelaksanaan pembelajaran, dalam hal ini peneliti berada pada posisi mengamati saja terhadap bagaimana aktivitas siswa. Selanjutnya pelaksanaan analisis data dilakukan sepanjang penelitian dan secara terus menerus dimulai dengan tahap pengumpulan data sampai dengan penelitian ini berakhir.

Miles dan Huberman, (2007:337) mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga data mencapai titik jenuh. Aktifitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan conclucing: drawing / verification.

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas. Reduksi data bukanlah sesuatu yang terpisah dari analisis, namun merupakan bagian dari analisis yang memfokuskan data dengan membuang data-data yang tidak relevan dengan tujuan penelitian.


(25)

2. Data Display (penyajian data)

Pada penelitaian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan data dalam bentuk uraian yang bersifat deskriptif. Selanjutnya data-data dari hasil obsevasi, wawancara dan dokumentasi dikelompokkan menjadi beberapa klasifikasi, antara lain: (1) Data-data yang berkaitan dengan nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung pada situs Kesultanan Deli; (2) Data-data yang berkaitan dengan implementasi pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli; (3) Data-data yang berkaitan dengan hasil belajar siswa melalui impelementasi pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli dan; (4) Data-data yang berkaitan dengan kendala-kendala dan solusi yang dihadapi dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli. Semuanya dirancang dalam bentuk uraian deskriptif yang saling berhubungan agar data yang tersusun dalam bentuk uraian tersebut mudah difahami dan peneliti dapat menarik kesimpulan yang benar.

Gambar 3.1: Pola display dalam Penelitian Situs Kesultanan Deli

Sejarah Kesultanan Deli

Karakteristik/Multikultu-ralisme Masyarakat Deli

Nilai-nilai multikulturalisme

pada Situs Kesultanan Deli Pembelajaran Sejarah Lokal

Berbasis Multikultural Kendala-kendala

Hasil-hasil Belajar Siswa/Pengamalan terhadap nilai-nilai multikulturalisme


(26)

Dari pola display penelitian, dapat disimpulkan bahwa data akan disajikan dalam 4 kategori yang terdiri dari:

a. Nilai-nilai Multikulturalisme yang Terkandung dalam Situs Kesultanan Deli

Pada kategori ini peneliti mendeskripsikan data-data yang berhubungan dengan nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung pada situs Kesultanan Deli. Dengan demikian, peneliti dapat menyajikan data-data dari berbagai literatur dan narasumber yang memperkuat relevansi situs Kesultanan Deli dalam pemanfaatannya sebagai sumber belajar sejarah lokal berbasis multikultural.

b. Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural

Pada kategori ini peneliti menyajikan data-data tentang proses peman-faatan situs Kesultanan Deli sebagai sumber belajar sejarah lokal berbasis multikultural, antara lain: Deskripsi desain pembelajaran, rangkaian proses pembelajaran hingga evaluasi pembelajaran.

c. Hasil Belajar/pengamalan Siswa terhadap Nilai-nilai Multikultu-ralisme

Pada kategori ini peneliti mendeskripsikan bagaimana hasil belajar dan pemahaman siswa dalam mengimplementasikan nilai-nilai multikulturalisme, berdasarkan data-data yang dikumpulkan ketika observasi pembelajaran dan diperkuat dengan wawancara dengan siswa dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli dilakukan.

d. Kendala-kendala dan solusi dalam Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural

Pada kategori ini, peneliti menyajikan kendala-kendala dan solusi yang dilakukan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli, berdasarkan data-data yang diperoleh melalui observasi kegiatan pembelajaran serta wawancara dengan


(27)

guru dan siswa. Kendala-kendala ini dapat menjadi bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan pembelajaran sejarah lokal berikutnya agar lebih baik.

3. Conclucion/Verification

Kemudian langkah ke tiga dalam analisis data kulitatif menurut Miles and Huberman (1984) adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak dimukan bukti-bukti yang kuat dalam mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsistenan saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang kemudian merupakan suatu kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitaian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak, karena telah dikemukakan bahwa rumusan masalah dalam penelitain kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses dilapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Dalam kenyataannya, analisis data kualitatif berlangsung selama proses pengumpulan data dari pada setelah selesai pengumpulan data. Dalam penelitian kulitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan tehnik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif.

Hal itu berkaitan dengan pengujian secara sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar bagian, dan hubungannya dengan keseluruhan. Analisis adalah untuk mencari pola. Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dikemukakan disini bahwa, analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisirkan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke pola, memilih


(28)

mana yang penting dan yang akan dipelajari, membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

E. Verifikasi Data

Verifikasi data adalah suatu kegiatan pengujian terhadap keobjektifan dan keabsahan data. Tehnik verifikasi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Triangulasi

Triangulasi yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kebenaran data, antara lain dengan membandingkan hasil analisis peneliti dengan analisis orang lain. Dalam penelitian ini, triangulasi dilakukan berdasarkan beberapa sudut pandang, antara lain sudut pandang guru, siswa dan peneliti sebagai pihak yang melakukan pengamatan atau observasi. Guru melakukan analisis terhadap hasil kinerjanya dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran sejarah lokal dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli. Siswa menjelaskan bagaimana pencapaian/hasil belajar atau pengaruh pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural yang dikembangkan oleh guru terhadap mereka (siswa) pada waktu pembelajaran berlangsung. Kemudian peneliti membandingkan kedua sudut pandang tersebut dengan sudut pandang peneliti sendiri untuk mengetahui relevansi/kebenaran data.

2. Member Check

Member check yaitu memeriksa kembali kebenaran data-data yang

diperoleh dari observasi dan wawancara melalui dialog dengan subjek penelitian. Apabila data tersebut sesuai dengan penafsiran subjek penelitian maka data-data tersebut kredibel/ dapat dipercaya, tetapi apabila data-data yang ditemukan peneliti dengan berbagai penafsirannya tidak disepakati oleh subjek peneltian, maka peneliti perlu melakukan diskusi dengan pemberi data, dan apabila perbedaannya tajam, maka peneliti harus merubah temuannya, dan harus menyesuaikan dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Dalam penelitian ini,


(29)

peneliti melakukan pemeriksaan kebenaran data-data tentang pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan guru sejarah dan siswa SMA Panca Budi sebagai subjek penelitian.

3. Expert Opinion

Mengkonsultasikan hasil temuan penelitian dilapangan kepada para ahli yang mempunyai spesialisasi di bidangnya, termasuk dengan pembimbing dalam penelitian ini. Untuk memperoleh arahan dan berbagaia masukan sehingga verifikasi data penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam penelitian ini, pembimbing I, Dr. Agus Mulyana, M.Hum dan pembimbing II, Prof. Helius Sjamsuddin, Ph.D, M.A memberikan arahan atau saran terhadap masalah-masalah yang muncul pada saat penelitian. Perbaikan, modifikasi dilakukan berdasarkan arahan atau opini dari pembimbing-pembimbing tersebut. Proses ini berlangsung selama penelitian dan proses penulisan tesis.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Dari hasil penelitian dan pembahasan pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural, peneliti menarik beberapa kesimpulan dan merumuskan beberapa rekomendasi dengan tidak terlepas dari fokus masalah yang telah dirumuskan. Adapun kesimpulan-kesimpulan dan rekomendasi yang peneliti peroleh dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:

A.Kesimpulan

Sebagai salah satu Icon Kota Medan, Situs Kesultanan Deli merupakan salah satu objek potensial yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber pewarisan nilai-nilai multikulturalisme melalui pembelajaran sejarah lokal. Namun diperlu-kan adanya perencanaan yang matang oleh guru dalam pemanfaatan situs tersebut dalam pembelajaran sejarah lokal, antara lain penentuan pendekatan dan metode pembelajaran, hingga tahap evaluasi dalam pembelajaran. Implementasi peman-faatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal lebih menekankan peranan lingkungan dalam hal ini situs sejarah sebagai sumber belajar yang efektif. Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam pembahasan, bahwa lingkungan merupakan sumber belajar sejarah yang efektif dimana siswa dapat berinteraksi langsung dengan fenomena-fenomena masyarakat, masalah sosial kontemporer yang merupakan wujud dari pembelajaran sejarah lokal yang kontekstual. Pembelajaran yang demikian memberikan pengalaman langsung kepada siswa tentang nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat sehingga dapat ditumbuh kembangkan di dalam diri peserta didik.

Wujud pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dapat dilakukan dengan menggunakan pendekaan pembelajaran kontekstual (CTL), dan pendekatan disciplinary yaitu pembelajaran


(31)

sejarah berbasis peneltian. Pendekatan-pendekatan tersebut berpengaruh terhadap terciptanya pembelajaran yang meaningfull dan kritis. Pembelajaran dengan memanfaatkan pendekatan tersebut turut meningkatkan aktivitas siswa sehingga turut berpengaruh pada hasil pembelajaran.

Pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural dengan memanfaatkan situs Kesultanan Deli memberikan pengaruh yang positif terhadap pengetahuan, perilaku siswa dan kreatifitas siswa. Selain memperoleh pengetahuan dan pemahaman terhadap sejarah Kesultanan Deli, karakterisitik masyarakat dan situs-situs peninggalan Deli secara kritis, siswa juga mampu mengimplemetasikan nilai-nilai multikulturalisme yang terdapat pada materi sejarah Kesultanan Deli. Hal ini tercermin dalam pemahaman siswa akan pentingnya sikap toleransi, tolong-menolong, dialog terbuka dan berbaik sangka terhadap masyarakat dari etnis maupun kepercayaan yang berbeda. Selain itu, pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikuktural membangun sense of belonging siswa terhadap situs sejarah tersebut.

Kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural ialah bersifat teknis dan nonteknis. Dalam menghadapi kendala-kendala tersebut, guru mengambil langkah solusi berdasarkan pengalaman dalam pemanfaatan situs Kesultanan Deli dalam pembelajaran sejarah lokal berbasis multikultural pada tahun-tahun sebelumnya. Oleh karena itu, hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran dapat diminimalisir.


(32)

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan lapangan, dalam kesempatan ini peneliti memberikan beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak terkait yang memiliki kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran sejarah khususnya sejarah lokal. Beberapa rekomendasi tersebut antara lain:

1. Kepada guru sejarah, diharapkan untuk senantiasa mengembangkan pembelajaran sejarah lokal dengan kreatif dan inovatif untuk mengembangkan nilai-nilai budi pekerti luhur dalam diri peserta didik, salah satunya dengan mengembangkan pembelajaran sejarah berbasis penelitian. Pembelajaran ini dapat diimplementasikan dengan memanfaatkan situs sejarah dan peristiwa sejarah lokal yang ada di sekitar siswa. Hal ini bertujuan agar pembelajaran sejarah lebih memiliki makna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepada pihak sekolah, dalam hal ini kepada kepala sekolah sebagai

stakeholder lembaga pendidikan, hendaknya senantiasa mendukung

pe-ngembangan pembelajaran sejarah yang berbasis penelitian, seperti pemanfaatan situs bersejarah, museum, monumen dan sebagainya.

3. Kepada lembaga yang terkait dengan pelestarian situs-situs bersejarah di Kota Medan, hendaknya senantiasa merawat dan melindungi seluruh objek-objek bersejarah di Kota Medan dari pengerusakan dan pemusnahan mengingat banyaknya nilai-nilai budaya bangsa yang terkandung pada situs-situs tersebut dan manfaatnya dalam bidang pendidikan.

4. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi untuk terus menghasilkan inovasi dan penemuan-penemuan baru dalam bidang pendidikan sejarah, yang dapat menjadi solusi efektif dalam pengembangan pembelajaran sejarah yang meaningfull.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (1985). Dari Sejarah Lokal ke Kesadaran Nasional: Beberapa 136 Problematik Metodologis dalam Sartono Kartodirdjo, Dari Babat dan Hikayat Dalam Sejarah Kritis. Yogyakarta: UGM Press.

___________. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada University press

____________. (1992). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

____________. (1996). Sejarah Lokal di Indonesia, Yogjakarta: Gajahmada University Press.

____________. (2001). Nasionalisme & Sejarah. Bandung: Satya Historika

Ahonen. (2008). Model Pembelajaran Terpadu. depdiknas.

Anderson, J. (1971). Mission to the east coast of Sumatera in 1832. London, Newyork: Oxford University Press

Asy’arie, M, (2004). Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural (Sebuah Kajian Awal). Jakarta: Kompas Gramedia.

Avan, A. (2010). Paris van Sumatera. Medan: Rainmaker Publishing.

Banks, J.A. (1993). Multicultural Education: Issues and Perspectives. Needham Height, Massachusetts : Allyn and Bacon.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Creswell, J.W. (1998). Research Design: Qualitative and quantitative Approach.

California: Sage Publication.

Djamarah, S,B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gilstrap, R.L and Martin, W.R. (1975). Current Strategies for Teachers. California, Santa Monica: Good Year Publishing Company,Inc.

Hamalik, O. (1983). Metode Belajar dan Kesulitan kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Hanum, F dan Setya, R.(2011). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Multikultural Menggunakan Modul Sebagai Suplemen Pelajaran IPS di


(34)

Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Volume 04, Nomor 2. Hlm 113-128.

Hasan, S. H. (2003). Strategi Pembelajaran Sejarah Pada Era Otonomi Daerah Sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: _________. (2012) Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam ide dan

Pembelajaran. Bandung: Rizki Press.

Irhandayaningsih, A .(TT). Kajian Filosofis Terhadap Multikulturalisme Indo-nesia. Semarang: Undip Press.

Johnson. B. E. (2008). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

belajar mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: MLC

Khotimah, K. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Pusat Perbu-kuan Nasional – BSE

Kocchar, S.K. (2008). Teaching of History (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Gramedia

Lincoln, Y.S & Egon.G.G, (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications

Mahfud, C. (2008). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta.Pustaka Pelajar

Miles, M.B. and Michael.H.(1984). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. London: Sage Publication, Inc.

________________________. (2007). Analisis Data Penelitian Kualitatif

(Terjemahan). Jakarta: UI Press.

Martanto, S.D, dkk. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa‟. Semarang: Tidak Dipublikasikan.

Mudriyah, (TT). Sejarah Lokal: Pengertian, konten dan Pengajaran. Bandung: FPIPS UPI.

Mulyana, A. (2009). Mengembangkan Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Sejarah, Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Mengem-bangkan Social Skills Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah, Kerjasama Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan Universiti Kebangsaan Malaysia, Bandung, 29 Januari. Tidak diterbitkan.


(35)

Mulyana, A dan Restu .G. (2007). Sejarah Lokal: Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.

Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mumford, Richard, L. (1991). Teaching History through Analytical and Reflective

Thinking Skills. Social Studies.82

Moleong, L.J.(2006 ). Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nasution, S. (1998). Metologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurhadi, dkk. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pelly, U. (2005). Pengukuran Intensitas Konflik Dalam Masyarakat Majemuk. Jurnal Antropologi Sosial Budaya Vol.1 No.2. Medan: USU Press.

Rahmat, M, (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural dalam Pengembangan Karakter Bangsa. Tesis Prodi Pendidikan Sejarah UPI, Tidak di terbitkan.

Reid, A. (1969). The Contest for North Sumatra: Atjeh, the Netherlands and Britain 1858-1898.Kuala Lumpur: Oxford University Press.

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Said, M. (1981). Aceh Sepanjang Abad. Jilid pertama Cetakan kedua. Medan:

Penerbit Waspada.

Sagala, S.(2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sedyawati, E. (2006). Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta

Sinar, T.L.(2006). Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang.

__________. (1971) Sari Sejarah Serdang Jilid I .Tanpa Penerbit


(36)

Stearns, P. N. Seixas, Peter. & Winneburg, Sam. (2000). Knowing, Teaching

& Learning History. New York: New York University dan American

Historical Association.

Stearns, P. (2003). Benchmarks for Professional Development in Teaching

History as a discipline. Online. Tersedia:

http://www.historians.org/info/contact.cfm?u=nfrankel 22 – 06-04

Stoler, A.L, (2005). Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatera

1870-1979. Jakarta: Penerbit Karsa.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,

Kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supardan, D.(2004). Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, dan Global dalam Integrasi Bangsa. Disertasi Untuk Memperoleh Gelar Doktor di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Tidak dipublikasikan.

____________. (2009). Pengantar Ilmu Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.

Supardi. (2006). Pendidikan Sejarah Lokal Dalam Konteks Multikulturalisme. Yogyakarta: Jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2006, Th. XXV, No.1

Suprayitno. (2012). Sejarah Kesultanan Deli. Medan: USU Press

Supriatna, N. (2005). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Lokal Tatar Sunda Untuk Memahami Isu-isu Sosial. dalam Historia, Jurnal Pendidikan Sejarah, nomor 11, Juni 2005.

___________.(2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Suryana, N.(2012). Pembelajaran Sejarah Lokal dan Nasional Untuk mengembangkan Nilai-nilai kepahlawanan. Tesis Prodi Pendidikan Sejarah UPI, Tidak di terbitkan.

Takari, M. dkk. (2006). Sejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya. Medan : USU Press.

Tilaar, A.H.R, (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo. Utomo, T dan Kees. R. (1985). Peningkatan dan pengembangan pendidikan.


(37)

Widja, I Gde. (1989). Sejarah Lokal dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_____________.(1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Angkasa.

Wineburg, S. (2006). Berfikir Sejarah (terjemahan). Jakarta: Penerbit Obor. Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia; Perspektif lokal,


(1)

144

B.Rekomendasi

Berdasarkan hasil temuan lapangan, dalam kesempatan ini peneliti memberikan beberapa rekomendasi untuk berbagai pihak terkait yang memiliki kontribusi terhadap pengembangan pembelajaran sejarah khususnya sejarah lokal. Beberapa rekomendasi tersebut antara lain:

1. Kepada guru sejarah, diharapkan untuk senantiasa mengembangkan pembelajaran sejarah lokal dengan kreatif dan inovatif untuk mengembangkan nilai-nilai budi pekerti luhur dalam diri peserta didik, salah satunya dengan mengembangkan pembelajaran sejarah berbasis penelitian. Pembelajaran ini dapat diimplementasikan dengan memanfaatkan situs sejarah dan peristiwa sejarah lokal yang ada di sekitar siswa. Hal ini bertujuan agar pembelajaran sejarah lebih memiliki makna bagi siswa dalam kehidupan sehari-hari.

2. Kepada pihak sekolah, dalam hal ini kepada kepala sekolah sebagai

stakeholder lembaga pendidikan, hendaknya senantiasa mendukung

pe-ngembangan pembelajaran sejarah yang berbasis penelitian, seperti pemanfaatan situs bersejarah, museum, monumen dan sebagainya.

3. Kepada lembaga yang terkait dengan pelestarian situs-situs bersejarah di Kota Medan, hendaknya senantiasa merawat dan melindungi seluruh objek-objek bersejarah di Kota Medan dari pengerusakan dan pemusnahan mengingat banyaknya nilai-nilai budaya bangsa yang terkandung pada situs-situs tersebut dan manfaatnya dalam bidang pendidikan.

4. Kepada peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat menjadi motivasi untuk terus menghasilkan inovasi dan penemuan-penemuan baru dalam bidang pendidikan sejarah, yang dapat menjadi solusi efektif dalam pengembangan pembelajaran sejarah yang meaningfull.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, T. (1985). Dari Sejarah Lokal ke Kesadaran Nasional: Beberapa 136 Problematik Metodologis dalam Sartono Kartodirdjo, Dari Babat dan Hikayat Dalam Sejarah Kritis. Yogyakarta: UGM Press.

___________. (1990). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta. Gadjah Mada University press

____________. (1992). Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

____________. (1996). Sejarah Lokal di Indonesia, Yogjakarta: Gajahmada University Press.

____________. (2001). Nasionalisme & Sejarah. Bandung: Satya Historika

Ahonen. (2008). Model Pembelajaran Terpadu. depdiknas.

Anderson, J. (1971). Mission to the east coast of Sumatera in 1832. London, Newyork: Oxford University Press

Asy’arie, M, (2004). Multikulturalisme dan Pendidikan Multikultural (Sebuah Kajian Awal). Jakarta: Kompas Gramedia.

Avan, A. (2010). Paris van Sumatera. Medan: Rainmaker Publishing.

Banks, J.A. (1993). Multicultural Education: Issues and Perspectives. Needham Height, Massachusetts : Allyn and Bacon.

Budiningsih, A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Creswell, J.W. (1998). Research Design: Qualitative and quantitative Approach.

California: Sage Publication.

Djamarah, S,B. (2002). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Gilstrap, R.L and Martin, W.R. (1975). Current Strategies for Teachers. California, Santa Monica: Good Year Publishing Company,Inc.

Hamalik, O. (1983). Metode Belajar dan Kesulitan kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Hanum, F dan Setya, R.(2011). Pengembangan Model Pembelajaran Pendidikan Multikultural Menggunakan Modul Sebagai Suplemen Pelajaran IPS di


(3)

Sekolah Dasar. Jurnal Penelitian Ilmu Pendidikan, Volume 04, Nomor 2. Hlm 113-128.

Hasan, S. H. (2003). Strategi Pembelajaran Sejarah Pada Era Otonomi Daerah Sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: _________. (2012) Pendidikan Sejarah Indonesia: Isu dalam ide dan

Pembelajaran. Bandung: Rizki Press.

Irhandayaningsih, A .(TT). Kajian Filosofis Terhadap Multikulturalisme Indo-nesia. Semarang: Undip Press.

Johnson. B. E. (2008). Contextual Teaching and Learning: Menjadikan Kegiatan

belajar mengajar Mengasikkan dan Bermakna. Bandung: MLC

Khotimah, K. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Pusat Perbu-kuan Nasional – BSE

Kocchar, S.K. (2008). Teaching of History (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Gramedia

Lincoln, Y.S & Egon.G.G, (1985). Naturalistic Inquiry. Beverly Hills: Sage Publications

Mahfud, C. (2008). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta.Pustaka Pelajar

Miles, M.B. and Michael.H.(1984). Qualitative Data Analysis: A Sourcebook of New Methods. London: Sage Publication, Inc.

________________________. (2007). Analisis Data Penelitian Kualitatif

(Terjemahan). Jakarta: UI Press.

Martanto, S.D, dkk. (2009). Pembelajaran Sejarah Berbasis Realitas Sosial Kontemporer Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa‟. Semarang: Tidak Dipublikasikan.

Mudriyah, (TT). Sejarah Lokal: Pengertian, konten dan Pengajaran. Bandung: FPIPS UPI.

Mulyana, A. (2009). Mengembangkan Kearifan Lokal Dalam Pembelajaran Sejarah, Makalah disajikan dalam Seminar Internasional Mengem-bangkan Social Skills Dalam Pembelajaran IPS di Sekolah, Kerjasama Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI dengan Universiti Kebangsaan Malaysia, Bandung, 29 Januari. Tidak diterbitkan.


(4)

Mulyana, A dan Restu .G. (2007). Sejarah Lokal: Penulisan dan Pembelajaran di Sekolah. Bandung: Salamina Press.

Mulyasa. (2005). Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mumford, Richard, L. (1991). Teaching History through Analytical and Reflective

Thinking Skills. Social Studies.82

Moleong, L.J.(2006 ). Metologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Nasution, S. (1998). Metologi Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarsito.

Nurhadi, dkk. (2003). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Malang: Universitas Negeri Malang.

Pelly, U. (2005). Pengukuran Intensitas Konflik Dalam Masyarakat Majemuk. Jurnal Antropologi Sosial Budaya Vol.1 No.2. Medan: USU Press.

Rahmat, M, (2012). Pembelajaran Sejarah Lokal Berbasis Multikultural dalam Pengembangan Karakter Bangsa. Tesis Prodi Pendidikan Sejarah UPI, Tidak di terbitkan.

Reid, A. (1969). The Contest for North Sumatra: Atjeh, the Netherlands and Britain 1858-1898.Kuala Lumpur: Oxford University Press.

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rohani, A. (2004). Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Said, M. (1981). Aceh Sepanjang Abad. Jilid pertama Cetakan kedua. Medan:

Penerbit Waspada.

Sagala, S.(2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Sedyawati, E. (2006). Budaya Indonesia Kajian Arkeologi, Seni, dan Sejarah. Jakarta

Sinar, T.L.(2006). Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera Timur. Medan: Yayasan Kesultanan Serdang.

__________. (1971) Sari Sejarah Serdang Jilid I .Tanpa Penerbit


(5)

Stearns, P. N. Seixas, Peter. & Winneburg, Sam. (2000). Knowing, Teaching

& Learning History. New York: New York University dan American

Historical Association.

Stearns, P. (2003). Benchmarks for Professional Development in Teaching

History as a discipline. Online. Tersedia:

http://www.historians.org/info/contact.cfm?u=nfrankel 22 – 06-04

Stoler, A.L, (2005). Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatera

1870-1979. Jakarta: Penerbit Karsa.

Sugiyono, (2006). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif,

Kualitatif,dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supardan, D.(2004). Pembelajaran Sejarah Berbasis Pendekatan Multikultural dan Perspektif Sejarah Lokal, Nasional, dan Global dalam Integrasi Bangsa. Disertasi Untuk Memperoleh Gelar Doktor di Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung Tidak dipublikasikan.

____________. (2009). Pengantar Ilmu Sosial.Jakarta: Bumi Aksara.

Supardi. (2006). Pendidikan Sejarah Lokal Dalam Konteks Multikulturalisme. Yogyakarta: Jurnal Cakrawala Pendidikan, Februari 2006, Th. XXV, No.1

Suprayitno. (2012). Sejarah Kesultanan Deli. Medan: USU Press

Supriatna, N. (2005). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Lokal Tatar Sunda Untuk Memahami Isu-isu Sosial. dalam Historia, Jurnal Pendidikan Sejarah, nomor 11, Juni 2005.

___________.(2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia Utama Press.

Suryana, N.(2012). Pembelajaran Sejarah Lokal dan Nasional Untuk mengembangkan Nilai-nilai kepahlawanan. Tesis Prodi Pendidikan Sejarah UPI, Tidak di terbitkan.

Takari, M. dkk. (2006). Sejarah Kesultanan Deli dan Peradaban Masyarakatnya. Medan : USU Press.

Tilaar, A.H.R, (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo. Utomo, T dan Kees. R. (1985). Peningkatan dan pengembangan pendidikan.


(6)

Widja, I Gde. (1989). Sejarah Lokal dalam Pengajaran Sejarah. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

_____________.(1991). Sejarah Lokal Suatu Perspektif Dalam Pengajaran Sejarah. Bandung: Angkasa.

Wineburg, S. (2006). Berfikir Sejarah (terjemahan). Jakarta: Penerbit Obor. Wiriaatmadja, R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia; Perspektif lokal,