PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL TERHADAP KUALITAS LABA : Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(1)

PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL TERHADAP KUALITAS LABA

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi Pada Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

Berlian Agung Dipanusa NIM. 0907163

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2013


(2)

PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), KOMISARIS INDEPENDEN, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, DAN KEPEMILIKAN

INSTITUSIONAL TERHADAP KUALITAS LABA

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia)

Oleh

Berlian Agung Dipanusa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis

© Berlian Agung Dipanusa 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

(4)

Berlian Agung Dipanusa, 2013

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas

Laba

(Studi Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia)

Oleh:

Berlian Agung Dipanusa

Pembimbing I : Dra. Silviana Agustami., M.Si., Ak. Pembimbing II : Indah Fitriani., SE., M.Ak., Ak.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap kualitas laba.

Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Dengan menggunakan teknik purposive sampling, diperoleh 44 perusahaan sebagai sampel. Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi data panel.

Hasil dari analisis regresi data panel menunjukkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Sementara investment opportunity set, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Kemudian hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa investment opportunity set, komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kualitas laba.

Kata Kunci: Investment Opportunity Set, komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kualitas laba


(5)

The Influence of Investment Opportunity Set (IOS), Independent Commissioner, Managerial Ownership, and Institutional Ownership toward

Earnings Quality

(Study at Manufacturing Companies that Registered in The Indonesia Stock Exchange)

By:

Berlian Agung Dipanusa

Supervisor I : Dra. Silviana Agustami., M.Si., Ak.

Supervisor II : Indah Fitriani., SE., M.Ak., Ak.

ABSTRACT

This research aimed to find out the influence of Investment Opportunity Set (IOS), Independent Commissioner, Managerial Ownership, and Institutional Ownership toward Earnings Quality.

This research population are manufacturing firms that registered in The Indonesia Stock Exchange in the year of 2010-2012. By using purposive sampling method, 44 sample firms were selected. Method of analysis used in this research is pooled data regressions.

The result of pooled data regressions showed that independent commissioner gave a positive influence toward earnings quality. While Investment Opportunity Set, managerial ownership, and institutional ownership gave negative influences toward earnings quality. And then, the result of hypotesis testing showed that Investment Opportunity Set, independent commissioner, managerial ownership, and institutional ownership partially gave no significantly influences toward earnings quality.

Keywords: Investment Opportunity Set, independent commissioner, managerial ownership, institutional ownership, earnings quality


(6)

Berlian Agung Dipanusa, 2013

DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ABSTRAK

ABSTRACT

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 13

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 13

1.3.1 Maksud Penelitian ... 13

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 14

1.4 Kegunaan Penelitian ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 15

2.1 Kajian Pustaka ... 15


(7)

2.1.2 Laba ... 17

2.1.3 Kualitas Laba ... 18

2.1.4 Investment Opportunity Set ... 21

2.1.5 Mekanisme Corporate Governance ... 22

2.1.6 Komisaris Independen ... 26

2.1.7 Kepemilikan Manajerial ... 28

2.1.8 Kepemilikan Institusional ... 29

2.1.9 Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kualitas Laba 29

2.1.10 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba ... 30

2.1.11 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kualitas Laba .... 32

2.1.12 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba .. 33

2.2 Penelitian Terdahulu ... 34

2.3 Kerangka Pemikiran ... 36

2.4 Hipotesis ... 41

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN ... 42

3.1 Obyek Penelitian ... 42

3.2 Metode Penelitian ... 42

3.2.1 Desain Penelitian ... 42

3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel ... 44

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 49

3.2.3.1Populasi Penelitian ... 49

3.2.3.2Sampel Penelitian ... 50

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.2.5 Teknik Analisis Data ... 54

3.2.5.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 54

3.2.5.2 Uji Asumsi Klasik ... 54

3.2.5.2.1 Uji Normalitas ... 55

3.2.5.2.2 Uji Multikolinieritas ... 55

3.2.5.2.3 Uji Autokorelasi ... 55


(8)

Berlian Agung Dipanusa, 2013

3.2.5.3 Analisis Regresi Data Panel... 57

3.2.5.3.1 Metode Pemilihan Data ... 61

3.2.5.4 Uji Hipotesis ... 63

3.2.5.4.1 Penentuan Hipotesis ... 63

3.2.5.4.2 Uji Koefisien Determinasi ... 64

3.2.5.4.3 Uji Statistik t (t-test) ... 64

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1 Hasil Penelitian ... 65

4.1.1 Tinjauan Umum tentang Subyek Penelitian ... 65

4.1.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 68

4.1.2.1 Gambaran Investment Opportunity Set (IOS) ... 68

4.1.2.2 Gambaran Komisaris Independen ... 69

4.1.2.3 Gambaran Kepemilikan Manajerial ... 70

4.1.2.4 Gambaran Kepemilikan Institusional ... 71

4.1.2.5 Gambaran Kualitas Laba ... 72

4.1.3 Analisis Statistik Deskriptif ... 74

4.1.4 Uji Asumsi Klasik ... 80

4.1.4.1 Uji Normalitas ... 80

4.1.4.2 Uji Multikolinieritas ... 81

4.1.4.3 Uji Autokorelasi ... 82

4.1.4.4 Uji Heteroskedastisitas ... 83

4.1.5 Analisis Regresi Data Panel ... 84

4.1.5.1 Metode Estimasi Data Panel ... 84

4.1.5.2 Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 87

4.1.5.3 Regresi Data Panel ... 88

4.1.6 Uji Hipotesis ... 91

4.1.6.1 Uji Koefisien Determinasi ... 91

4.1.6.2 Uji Statistik t (t-test) ... 91

4.2 Pembahasan ... 94


(9)

4.2.2 Komisaris Independen ... 96

4.2.3 Kepemilikan Manajerial ... 98

4.2.4 Kepemilikan Institusional ... 101

4.2.5 Kualitas Laba ... 102

4.2.6 Pengaruh Investment Opportunity Set terhadap Kualitas Laba ... 104

4.2.7 Pengaruh Komisaris Independen terhadap Kualitas Laba ... 107

4.2.8 Pengaruh Kepemilikan Manajerial terhadap Kualitas Laba .... 108

4.2.9 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba .. 111

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 114

5.1 Simpulan ... 114

5.2 Saran ... 116

DAFTAR PUSTAKA ... 117 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(10)

Berlian Agung Dipanusa, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan yang Melakukan Transaksi Afiliasi dan atau

Benturan Kepentingan ... 3

Tabel 2.1 Tabel Penelitian Terdahulu ... 34

Tabel 3.1 Operasionalisasi Variabel ... 47

Tabel 3.2 Kriteria Pengambilan Sampel ... 51

Tabel 3.3 Daftar Sampel Perusahaan ... 52

Tabel 4.1 Daftar Sektor dan Sub Sektor Manufaktur yang Terdaftar di BEI ... 66

Tabel 4.2 Nilai Koefisien Regresi Akrual Diskresioner ... 73

Tabel 4.3 Analisis Statistik Deskriptif 44 Perusahaan Sampel Tahun 2010 . 75 Tabel 4.4 Analisis Statistik Deskriptif 44 Perusahaan Sampel Tahun 2011 . 77

Tabel 4.5 Analisis Statistik Deskriptif 44 Perusahaan Sampel Tahun 2012 . 79

Tabel 4.6 Uji Multikolinieritas ... 82

Tabel 4.7 Uji Autokorelasi ... 82

Tabel 4.8 Uji Heteroskedastisitas ... 83

Tabel 4.9 Common Effect Model ... 84

Tabel 4.10 Fixed Effect Model ... 85

Tabel 4.11 Random Effect Model ... 86


(11)

(12)

Berlian Agung Dipanusa, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 40 Gambar 4.1 Uji Normalitas ... 81


(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Tabel Investment Opportunity Set Lampiran 2 Tabel Komisaris Independen Lampiran 3 Tabel Kepemilikan Manajerial Lampiran 4 Tabel Kepemilikan Institusional Lampiran 5 Tabel Nilai Total Akrual

Lampiran 6 Tabel Nilai Total Akrual dengan Ordinary Least Square Lampiran 7 Tabel Nilai Non Discretionary Accrual

Lampiran 8 Tabel Nilai Akrual Diskresioner

Lampiran 9 Keputusan Pengangkatan dan Penetapan Dosen Pembimbing Skripsi Program Studi Akuntansi

Lampiran 10 Formulir Frekuensi Bimbingan

Lampiran 11 Formulir Perbaikan (Revisi) Usulan Penelitian

Lampiran 12 Formulir Persetujuan Perbaikan (Revisi) Usulan Penelitian

Lampiran 13 Formulir Perbaikan (Revisi) Skripsi


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Laporan keuangan merupakan suatu alat yang berperan penting dalam hal pengukuran maupun penilaian kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan dibuat dengan tujuan untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Oleh karena itu laporan keuangan harus memuat berbagai informasi yang benar-benar sesuai dengan keadaan perusahaan yang sesungguhnya agar dapat digunakan oleh para pengguna sebagai dasar pengambilan keputusan.

Salah satu unsur penting yang terdapat dalam laporan keuangan adalah informasi mengenai laba perusahaan. Laba seringkali digunakan sebagai ukuran dalam menilai prestasi suatu perusahaan. Semakin meningkat laba maka dengan begitu prestasi perusahaan akan semakin tinggi. Laba juga bisa digunakan untuk mengukur kinerja dari manajemen dalam suatu perusahaan selama periode tertentu yang pada umumnya menjadi perhatian dari pihak-pihak tertentu terutama dalam menaksir kinerja atas pertanggungjawaban manajemen dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka, serta dapat dipergunakan untuk meningkatkan prospeknya di masa depan (Boediono, 2005).


(15)

Menurut agency theory, hubungan agensi muncul ketika satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa dan mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Namun di dalam hubungan keagenan ini seringkali terjadi dua permasalahan. Permasalahan pertama yang mungkin muncul yaitu memungkinkan terjadinya informasi yang asimetris. Seperti yang dikatakan oleh Haris dalam Ujiyantho dan Pramuka (2007), manajer sebagai pengelola perusahaan lebih banyak mengetahui informasi internal dan prospek perusahaan di masa yang akan datang dibandingkan pemilik (pemegang saham). Oleh karena itu sebagai pengelola, manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada pemilik. Akan tetapi informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya. Kondisi ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi (information asymmetric). Asimetri yang terjadi diantara pihak manajemen dan juga dengan pihak pemilik (pemegang saham) dapat memberikan kesempatan bagi pihak manajer untuk melakukan manajemen laba (earnings management).

Permasalahan yang kedua adalah memungkinkan terjadinya konflik kepentingan (conflict of interest). Konflik ini terjadi akibat ketidaksamaan tujuan diantara pihak agen (manajemen) dengan pihak prinsipal (pemegang saham), keduanya memiliki kepentingan yang saling bertentangan. Hal tersebut dapat menjadi alasan pemikiran jika pihak manajemen tidak selalu bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham. Pernyataan tersebut diperkuat oleh


(16)

3

Rachmawati dan Triatmoko (2007) yang mengatakan bahwa pihak manajemen dapat melakukan tindakan yang hanya memberikan keuntungan bagi dirinya sendiri didasarkan pada suatu asumsi yang menyatakan setiap orang mempunyai perilaku yang mementingkan diri sendiri atau self-interested behaviour. Perbedaan kepentingan diantara kedua pihak tersebut bisa menimbulkan kemungkinan bagi pihak manajemen bertindak suatu hal yang mengakibatkan kerugian bagi pemegang saham, diantaranya dengan berperilaku tidak sesuai dan cenderung melakukan kecurangan akuntansi.

Berdasarkan Siaran Pers BAPEPAM tahun 2010, diketahui terdapat 53 perusahaan yang melakukan transaksi afiliasi dan atau transaksi yang mengandung unsur benturan kepentingan. Sedangkan pada tahun 2011 terdapat 55 perusahaan yang terkait dengan hal tersebut. Daftar perusahaan terkait hal tersebut bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1.1

Daftar Perusahaan yang Melakukan Transaksi Afiliasi dan atau Benturan Kepentingan

Sektor Nama Perusahaan

No. Tahun 2010 No. Tahun 2011

Infrastruktur

1 Jasa Marga 1 Garuda Indonesia 2 Arpeni Pratama Ocean Line 2 Indo Straits

3 Nusantara Infrastruktur 3 Rigs Tender Indonesia 4 SMART 4 Wintermar Offshore Marine 5 Dharmindo Adidutha 5 XL Axiata

Keuangan

1 Indoexchange 1 Arthavest 2 Bank Negara Indonesia 2 Bank Bumi Arta 3 Bank Himpunan Saudara 1906 3 Bank Central Asia 4 Bank Permata 4 Bank Tabungan Negara 5 Bank OCBC NISP 5 HD Finance

6 Bank Tabungan Negara 6 Bank Central Asia 7 Bank Eksekutif Internasional 7 Bank Bumi Arta 8 Bank Himpunan Saudara 1906


(17)

10 Bank Mayapada

Manufaktur

1 Sara Lee Body Care Indonesia 1 Alkindo Naratama 2 Dynaplast 2 Bentoel International Inv. 3 Barito Pasific 3 Chandra Asri Petrochemical 4 HM Sampoerna 4 HM Sampoerna

5 Kimia Farma 5 Hanson International 6 Indofarma 6 Holcim Indonesia 7 Charoen Pokphand Indonesia 7 Indomobil Sukses Int. 8 Astra Otoparts 8 Indorama Synthetics 9 Sekar Bumi 9 Japfa Comfeed Indonesia 10 Bentoel International Inv. 10 Kertas Basuki Rachmat Ind. 11 Citra Tubindo 11 Mandom Indonesia

12 Sucaco 12 Pelat Timah Nusantara 13 Sumalindo Lestari Jaya 13 Sorini Agro Asia Corp. 14 Keramika Indonesia Assosiasi 14 Star Petrochem

15 Indal Alumium Industry 15 Tiga Pilar Sejahtera Food 16 Berlina 16 Titan Kimia Nusantara 17 Japfa Comfeed Indonesia 17 Unilever Indonesia 18 Mandom Indonesia

Perdagangan & Jasa

1 Catur Sentosa Ardiprna 1 AKR Corporindo 2 Centrin Online 2 Centrin Online 3 Dian Swastatika Sentosa 3 First Media

4 Sona Topas Turism Industry 4 Indonesian Paradise Prop. 5 Matahari Department Store 5 Jakarta Setiabudi Int. 6 Matahari Putra Prima 6 Pembangunan Jaya Ancol 7 First Media 7 Sona Topas Tourism Ind. 8 Star Pasific 8 United Tractors

9 AKR Corporindo

Pertambangan

1 Petrosea 1 Aneka Tambang

2 Central Omega Resources 2 ATPK Resources 3 Bayan Resources 3 Berau Coal Energy 4 Resources Alam Indonesia 4 Delta Dunia Makmur

5 International Nickel Ind.

6 Medco Energi International

7 Mitra Int.Resources

8 Radiant Utama Interinsco

Pertanian

1 Central Proteinaprima 1 Bakrie Sumatera Plant. 2 BISI International 2 Bumi Teknokultura Unggul 3 Bakrie Sumatera Plantations

Property

1 Indonesia Prima Property 1 Alam Sutera Realty 2 Intiland Development 2 Ciputra Development 3 Bumi Serpong Damai 3 Indonesia Prima Property 4 Ciputra Surya 4 Jaya Real Properti

5 Lippo Karawaci

6 Pondok Indah Padang Golf

7 Ristia Bintang Mahkota


(18)

5

Sumber: Siaran Pers Bapepam yang telah diolah kembali

Konflik keagenan dapat mengakibatkan adanya sifat manajemen melaporkan laba secara oportunis untuk memaksimalkan kepentingan pribadinya saja, sehingga akan berdampak pada buruknya kualitas laba. Kualitas laba itu sendiri sangat dipengaruhi oleh perilaku manajemen dalam menyiapkan angka-angka dalam laporan keuangan. Sutopo (2009) mengatakan bahwa untuk memenuhi tujuan penyajian informasi keuangan yaitu bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi atau investasi, seharusnya laba yang disajikan merupakan laba yang berkualitas.

Penerapan konsep akrual dapat berpotensi memicu kesempatan manajemen untuk melakukan manajemen laba dengan menaikkan atau menurunkan angka akrual dalam laporan laba rugi. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kelonggaran (flexibility principles) kepada perusahaan dalam memilih metode akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan. Dengan kelonggaran ini, perusahaan dapat menghasilkan nilai laba yang berbeda melalui pemilihan metode akuntansi yang berbeda. Praktik seperti ini dapat berdampak pada kualitas laba yang dilaporkan.

Laba dapat dikatakan berkualitas tinggi apabila laba yang dilaporkan dapat digunakan oleh para pengguna (users) untuk membuat keputusan yang terbaik, yaitu laba yang memiliki karakteristik relevansi, reliabilitas, dan komparabilitas atau konsistensi (Sutopo, 2009). Rendahnya kualitas laba akan dapat membuat kesalahan dalam pembuatan keputusan para pemakainya seperti investor dan kreditor, sehingga nilai perusahaan akan berkurang (Siallagan dan Machfoedz,


(19)

2006). Laba yang tidak menunjukkan informasi yang sebenarnya tentang kinerja manajemen dapat menyesatkan pihak pengguna laporan. Jika laba seperti itu digunakan oleh investor untuk membentuk nilai perusahaan, maka laba tidak dapat menjelaskan nilai pasar perusahaan yang sebenarnya (Boediono, 2005)

Laba dikatakan berkualitas apabila laba tersebut menunjukkan informasi yang sebenernya tentang kinerja perusahaan. Disisi lain perusahaan juga terkadang memanipulasi isi kandungan laba yang berdampak pada rendahnya kualitas laba. hal tersebut dilakukan perusahaan salah satu nya demi kepentingan perusahaan itu sendiri, misalkan saja menarik perhatian para investor perusahaan. Namun rendahnya kualitas laba tersebut dapat menyesatkan para pengguna laporan keuanmgan dalam pengambilan keputusan.

Kasus mengenai rendahnya kualitas laba pernah terjadi pada PT. Ades Alfindo. Kasus ini terungkap pada 2004 ketika manajemen baru PT Ades menemukan inkonsistensi pencatatan atas penjualan periode 2001-2004. Sebelumnya, pada Juni 2004 terjadi perubahan manajemen di PT Ades dengan masuknya Water Partners Bottling Co. (Perusahaan patungan The Coca-cola Company dan Nestle SA) dengan kepemilikan saham sebesar 65,07%. Pemilik baru inilah yang berhasil menemukan adanya inkonsistensi pencatatan dalam laporan keuangan periode 2001-2004 yang dilakukan olen manajemen lama. Inkonsistensi pencatatan terjadi antara 2001 dan kuartal kedua 2004. Hasil penelusuran menunjukkan, untuk setiap kuartal, angka penjualan lebih tinggi antara 0,6-3,9 juta galon dibandingkan angka produksi. Hal ini tentu tidak logis karena tidak mungkin orang menjual lebih banyak dari yang diproduksi.


(20)

7

Manajemen Ades baru melaporkan angka penjualan riil pada 2001 diperkirakan lebih rendah Rp. 13 miliar dari yang dilaporkan. Pada 2002, perbedaannya mencapai Rp. 45 miliar, sedangkan untuk 2003 sebesar Rp.55 miliar. Untuk enam bulan pertama 2004, selisihnya kira-kira hampir Rp. 2 miliar. Kesalahan tersebut luput dari pengamatan publik karena PT Ades tidak memasukkan volume penjualan dalam laporan keuangan yang telah diaudit. Akibatnya, laporan keuangan yang disajikan PT Ades pada 2001 dan 2004 lebih tinggi dari yang seharusnya dilaporkan (Overstated). Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa kandungan laba pada laporan keuangannya tidak sesuai dengan keadaan yang seharusnya, dengan kata lain informasi laba yang dihasilkan menjadi tidak berkualitas.

Kemudian kasus yang mengindikasikan rendahnya kualitas laba juga pernah terjadi pada PT. Kimia Farma Tbk. Kasus yang terjadi pada dasarnya dimotivasi oleh keinginan pihak direksi untuk menaikkan laba. Kasus ini bermula dari penyelidikkan yang dilakukan oleh Bapepam yang kemudian menemukan adanya kesalahan dalam penyajian dalam laporan keuangannya, berupa kesalahan dalam penilaian persediaan barang jadi dan kesalahan pencatatan penjualan. Kemudian dampak yang ditimbulkan dari kesalahan tersebut adalah penyajian angka laba pada laba bersih yang disajikan terlalu tinggi dari seharusnya. Hal ini kemudian mengakibatkan informasi kandungan laba yang disajikan tidaklah seperti keadaan yang sebenarnya. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa informasi kandungan laba yang disajikan PT. Kimia Farma Tbk. pada saat itu berkualitas rendah.


(21)

Hal serupa juga pernah terjadi pada PT. Indofarma Tbk. Dalam penyelidikan yang telah dilakukan Bapepam pada tahun 2004 ditemukan adanya bukti bahwa nilai barang dalam proses dinilai lebih tinggi dari nilai yang seharusnya dalam penyajian nilai persediaan barang dalam proses sebesar Rp. 28 miliar. Akibat dari hal tersebut, persediaan disajikan terlalu tinggi sementara harga pokok penjualan kemudian disajikan terlalu rendah. Dampak yang dihasilkan adalah penyajian informasi laba bersih yang disajikan terlalu tinggi dari keadaan yang ada sebenarnya. Mengacu pada kerangka dasar penyajian laporan keuangan, penyajian laba yang lebih tinggi berdampak pada penyajian informasi yang menyesatkan dan tidak andal. Dengan kata lain, hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas informasi laba yang ada pada PT. Indofarma Tbk. pada saat itu sangatlah rendah karena tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya terjadi di perusahaan sehingga dapat merugikan pengambil keputusan.

Beberapa kasus di atas menunjukkan bahwa praktik manipulasi kandungan informasi laba di dalam perusahaan bukanlah hal yang baru. Tekanan-tekanan yang di dapat perusahaan mengharuskan perusahaan berlomba untuk menunjukkan kualitas ataupun kinerja yang baik dengan menghalalkan cara apapun. Akibatnya kualitas laporan keuangan yang dilaporkan akan menjadi rendah dan menjadikan suatu tantangan bagi para pengguna laporan keuangan untuk menilai apakah semua kandungan yang terdapat dalam laporan keuangan sudah sesuai dengan apa yang ada sebenernya atau mungkin tidak. Termasuk unsur laba yang terkandung di dalamnya.


(22)

9

Ada beberapa faktor yang terkait erat dengan kualitas laba. Menurut Rachmawati dan Triatmoko (2007) dan Wulansari (2013) Investment Opportunity Set (IOS) merupakan faktor yang erat kaitannya dengan kualitas laba. Sementara Boediono (2005) menyebutkan bahwa mekanisme corporate governance merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kualitas laba. Mekanisme corporate governance disini terdiri dari komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Hal tersebut diperkuat oleh Sri Sulistyanto (2008:86) dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Laba” dikatakan bahwa kualitas laba dapat dipengaruhi oleh mekanisme good corporate governance.

Penelitian mengenai kualitas laba ini sendiri telah beberapa kali dilakukan. Namun demikian masih banyak ditemukan hasil yang tidak konsisten antar penelitian tersebut. Salah satu hal yang terkait erat dengan kualitas laba adalah Investment Opportunity Set (IOS) atau Set Kesempatan Investasi. Penelitian Rachmawati dan Triatmoko (2007) mengenai hubungan antara Investment Opportunity Set (IOS) dengan kualitas laba menyimpulkan bahwa Investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap kualitas laba. Dilihat dari koefisiennya yang positif, ini menandakan bahwa semakin IOS meningkat maka semakin meningkat pula discretionary accrual, sehingga kenaikan IOS membuat kualitas laba menurun. Hal tersebut berbeda dengan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Wulansari (2013) yang mengatakan bahwa Investment Opportunity Set tidak mempunyai perngaruh signifikan terhadap kualitas laba.

Kecenderungan manajemen untuk melakukan praktik manajemen laba dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Namun hal tersebut dapat


(23)

diatasi dengan menerapkan mekanisme tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Ada tiga unsur dari mekanisme corporate governance yang penulis coba ungkapkan dalam penelitian ini, yaitu komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Mekanisme-mekanisme tersebut pada dasarnya bertujuan untuk mengurangi terjadinya konflik keagenan.

Penelitian mengenai pengaruh komposisi dewan komisaris independen terhadap kualitas laba telah beberapa kali dilakukan. Namun demikian masih saja mengahsilkan suatu simpulan yang beragam antar penelitian satu dengan lainnya. Hasil penelitian Vafeas dan Anderson dalam Boediono (2005) memberikan simpulan bahwa komposisi dewan komisaris di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan. Hal ini di dukung oleh penelitian Boediono (2005) yang hasil analisisnya menunjukkan besarnya pengaruh langsung komposisi dewan komisaris terhadap kualitas laba sebesar 5,29%. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Siallagan dan Machfoedz (2006) yang menyebutkan bahwa komposisi dewan komisaris negatif berpengaruh terhadap kualitas laba. Hal tersebut kemudian didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan Muid (2009) yang memberikan simpulan bahwa komposisi komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba. Indikator yang digunakan adalah persentase jumlah anggota dewan yang berasal dari luar perusahaan terhadap seluruh anggota dewan komisaris perusahaan.

Beberapa penelitian mengemukakan bahwa struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh yang besar terhadap perusahaan. struktur


(24)

11

kepemilikan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.

Studi mengenai struktur kepemilikan manajerial dan pengaruhnya terhadap kualitas laba menghasilkan simpulan yang beragam. Penelitian yang dilakukan Midiastuty dan Machfoedz (2003) menemukan hasil yang positif dan signifikan antara kepemilikan manajerial dengan kualitas laba. Hal tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan Muid (2009) yang menyebutkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas laba. Namun berbeda dengan penelitian Boediono (2005) yang menyatakan bahwa kepemilikan manajerial memberikan pengaruh terhadap kualitas laba yang lemah dan mengindikasikan bahwa tingkat kepemilikan saham manajerial kurang mampu menjadi mekanisme pengendali. Tekanan dari pasar modal yang menyebabkan perusahaan dengan kepemilikan manajerial yang rendah akana memilih metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan, yang sebenarnya tidak mencerminkan keadaan ekonomi dari perusahaan yang bersangkutan.

Beberapa penelitian mengenai kepemilikan institusional dan pengaruhnya terhadap kualitas laba menghasilkan simpulan yang beragam. Hasil studi yang telah dilakukan Rachmawati dan Triatmoko (2007) menunjukkan bahwa variabel kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kualitas laba. Pemikiran ini tidak didukung oleh hasil penelitian Midiastuty dan Machfoedz (2003), Boediono (2005), serta Muid (2009) yang memberikan simpulan bahwa kepemilikan institusional di perusahaan dapat mempengaruhi kualitas laba yang dilaporkan.


(25)

Faktor-faktor yang akan digunakan dalam penelitian ini sendiri adalah Investment Opportunity Set (IOS), komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Pemilihan keempat faktor tersebut tidak terlepas dari fakta maupun keadaan yang telah dipaparkan sebelumnya yang menemukan bahwa berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian yang sudah pernah dilakukan, keempat faktor inilah yang memberikan hasil yang beragam dan juga tidak konsisten dalam setiap penelitiannya. Kemudian hal tersebutlah yang mendasari motivasi penulis untuk mencoba mengkaji kembali hasil dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai keempat faktor tersebut berdasarkan dengan bukti-bukti empiris yang ada terkait dengan hubungannya terhadap kualitas laba.

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin mencoba menguji kebenaran dari adanya pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012. Penelitian ini sendiri lebih mengacu kepada penelitian yang telah dilakukan Boediono (2005). Hal tersebut dikarenakan penelitian yang dilakukan sebelumnya dianggap lebih sesuai dengan bidang kajian yang akan penulis teliti. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian tersebut adalah penambahan variabel Investment Opportunity Set. Selain itu juga penulis akan mencoba mengembangkan penelitian ini dengan metode data panel, bukan metode analisis jalur seperti yang dilakukan sebelumnya.

Alasan penulis memilih perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian adalah disebabkan karena perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek


(26)

13

Indonesia terdiri dari berbagai sub sektor industri sehingga dapat mencerminkan reaksi pasar modal secara keseluruhan. Perusahaan manufaktur juga memiliki jumlah perusahaan terbanyak di Bursa Efek Indonesia. Di samping itu pemilihan perusahaan manufaktur sebagai objek penelitian dikarenakan sesuai dengan fakta yang telah dijelaskan, kasus yang melibatkan perusahaan manufaktur lebih banyak atau mendominasi jika dibandingkan dengan perusahaan lainnya. Dengan itu penulis bermaksud melakukan penelitian mengenai ada atau tidaknya pengaruh dari faktor-faktor tersebut terhadap kualitas laba dan memilih judul “Pengaruh

Investment Opportunity Set (IOS), Komisaris Independen, Kepemilikan

Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan dijadikan pokok bahasan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional secara parsial terhadap kualitas laba.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah memperoleh data dan informasi mengenai pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) dan komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional


(27)

terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rangka penyusunan usulan penelitian.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional secara parsial terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

1.4 Kegunaan Penelitian

Dari maksud dan tujuan yang telah dipaparkan di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

a. Aspek Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana bagi pengembangan teori-teori atau ilmu pengetahuan terutama di bidang ekonomi.

2. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi ataupun tambahan informasi bagi pihak-pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut mengenai permasalahan ini.

b. Aspek Praktis

1. Bagi perusahaan, diharapkan dapat menjadi salah satu informasi sebagai bahan pertimbangan bagi manajemen perusahaan dalam melaporkan laba. 2. Bagi investor, diharapkan dapat memberikan informasi dalam


(28)

BAB III

OBYEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Obyek Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Obyek penelitian yang menjadi fokus penulis dalam penelitian ini adalah pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap kualitas laba. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap kualitas laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

3.2 Metode Penelitian 3.2.1 Desain Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:1), “metode penelitian pada dasarnya merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Desain penelitian khususnya dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif merupakan alat dalam sebuah penelitian dimana seorang peneliti tergantung dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian yang sedang dilakukan. Desain penelitian itu sendiri merupakan “ rencana tentang cara mengumpulkan dan menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara

ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu” (Nasution, 2009:23).

Pada dasarnya metode adalah cara atau jalan. Dalam dunia ilmiah metode mempunyai arti cara kerja untuk memahami suatu obyek yang menjadi sasaran


(29)

ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

Jenis metode penelitian yang penulis terapkan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Adapun definisi penelitian deskriptif menurut Nazir (2003:54) sebagai berikut:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sitem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Ciri-ciri metode deskriptif menurut Wirartha (2006:155) adalah sebagai berikut :

1. Pada umumnya bersifat menyajikan potret keadaan yang biasa mengajukan hipotesis atau tidak

2. Merancang pendekatannya, yang meliputi macam data, penentuan sampel, penentuan metode pengumpulan data, melatih para tenaga lapangan dan sebagainya

3. Mengumpulkan data 4. Menyusun laporan

Data yang telah diperoleh kemudian akan diolah dan dianalisis lebih lanjut dengan dasar-dasar teori yang telah dipelajari, sedangkan analisis dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dengan metode statistik yang relevan untuk menguji hipotesis. Definisi penelitian kuantitatif itu sendiri menurut Wirartha

(2006:140) adalah “suatu penelitian yang didasari oleh falsafah positivisme yaitu

ilmu yang valid, ilmu yang dibangun dari empiris, teramati terukur, menggunakan


(30)

44

3.2.2 Definisi dan Operasionalisasi Variabel

Variabel dapat dikatakan sebagai suatu hal yang menjadi objek pengamatan penelitian atau sering juga dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti.

Pengertian variabel penelitian sendiri menurut Sugiyono (2012:38) adalah

“segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Penelitian ini melibatkan dua buah variabel, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Definisi dari variabel-variabel yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variable atau Variabel X)

Variabel independent adalah variabel bebas yang apabila dalam hubungannya dengan variabel lain, variabel tersebut fungsinya menerangkan atau mempengaruhi keadaan variabel lainnya. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka yang menjadi variabel bebasnya adalah Investment Opportunity Set (IOS) dan mekanisme corporate governance yang terdiri dari komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable atau Variabel Y)

Variabel dependent adalah variabel terikat (tidak bebas) yang apabila dalam hubungannya dengan variabel lain, variabel tersebut diterangkan atau dipengaruhi oleh variabel lainnya. Sesuai dengan penelitian ini, maka yang menjadi variabel terikatnya adalah kualitas laba.


(31)

Adapun definisi masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Investment Opportunity Set (IOS)

Wulansari (2013) mengatakan bahwa secara umum investment opportunity set menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahan untuk kepentingan dimasa yang akan datang. Variabel ini termasuk

kedalam variabel independen yang diberi notasi “ ”. Investment Opportunity Set diukur dengan menggunakan Market Value to Book Value of Assets Ratio.

2. Komisaris Independen

Menurut Boediono (2005) komisaris independen merupakan keanggotaan yang berasal dari luar perusahaan (outside directors) terhadap keseluruhan jumlah anggota komisaris. Komisaris Independen ini merupakan variabel

independen yang diberi notasi “ ”. Alat ukur yang digunakan untuk

mengukur komposisi komisaris independen dalam penelitian ini adalah dengan menghitung persentase komisaris independen yang terdaftar di perusahaan terhadap jumlah keseluruhan anggota komisaris.

3. Kepemilikan Manajerial

Ghosh dan Ariff (2004:36) mengatakan bahwa kepemilikan manajerial merupakan rata-rata rasio dari jumlah total saham yang dipegang oleh manajer dengan jumlah total saham secara keseluruhan. Kepemilikan manajerial merupakan variabel independen yang diberi notasi “ ”. Kepemilikan manajerial dalam penelitian ini diukur dengan menghitung


(32)

46

persentase jumlah kepemilikan saham dari pihak manajemen perusahaan terhadap jumlah keseluruhan modal perusahaan.

4. Kepemilikan Institusional

Boediono (2005) mengatakan bahwa kepemilikan saham institusional merupakan kepemilikan saham oleh investor institusi terhadap total jumlah saham yang beredar. Dalam penelitian ini kepemilikan institusional

merupakan variabel independen yang diberi notasi “ ”. Kepemilikan institusional dalam penelitian ini diukur dengan menghitung persentase jumlah kepemilikan saham dari pihak institusi terhadap jumlah keseluruhan modal perusahaan.

5. Kualitas Laba

Menurut Chandrarin dalam Jang et al. (2007), laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit gangguan persepsian (perceived noise) di dalamnya, dan dapat mencerminkan kinerja keuangan perusahaan yang sesungguhnya. Kualitas laba merupakan variabel dependen

dalam penelitian ini yang diberi notasi “y”. Kualitas laba dihitung dengan menggunakan model discretionary accrual dengan modified Jones.


(33)

Variabel-variabel tersebut dijabarkan secara operasional sebagai berikut:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel

Indikator Skala

Variabel (X1) Investment Opportunity Set (IOS) Investment Opportunity Set merupakan luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan, namun sangat tergantung pada pilihan expenditure perusahan untuk kepentingan dimasa yang akan datang. Diukur dengan menggunakan Book Value to Market Value of Assets Ratio.

Sumber : (Yenny Wulansari, 2013)

MVBVA

=

Sumber : (Harahap 2006, 311)

Rasio Variabel (X2) Komisaris Independen Komposisi dewan komisaris independen merupakan keanggotaan yang berasal dari luar perusahaan (outside directors) Komisaris Independen = %

Sumber: (Boediono, 2005)


(34)

48 terhadap keseluruhan jumlah anggota dewan. Sumber: (Boediono, 2005) Variabel (X3) Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial merupakan rata-rata rasio dari jumlah total saham yang dipegang oleh manajer dengan jumlah total saham secara keseluruhan. Sumber:

(Ghosh dan Ariff, 2004:36)

Kepemilikan Manajerial = %

Sumber: (Boediono, 2005)

Rasio Variabel (X4) Kepemilikan Institusional Kepemilikan Saham Institusional merupakan kepemilikan saham oleh investor institusi terhadap total jumlah saham yang beredar. Sumber: (Boediono, 2005) Kepemilikan Institusional = %

Sumber: (Boediono, 2005)

Rasio Variabel (Y) Kualitas Laba laba akuntansi yang berkualitas adalah laba akuntansi yang mempunyai sedikit gangguan Discretionary Accrual Rasio


(35)

persepsian (perceived noise) di dalamnya, dan dapat

mencerminkan kinerja

keuangan

perusahaan yang sesungguhnya dapat diukur melalui discretionary accruals

Sumber: (Chandrarin dalam Jang et al, 2007)

Sumber : (Sulistiawan et al., 2011:72)

3.2.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.3.1 Populasi Penelitian

Setiap penelitian tentunya akan dihadapkan dengan populasi karena dari sanalah data yang akan dibutuhkan untuk kepentingan penelitian akan diperoleh. Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2012:90) “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya”.

Dalam setiap penelitian, populasi yang dipilih erat kaitannya dengan masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2010-2012 yang berjumlah 133 perusahaan.


(36)

50

3.2.3.2 Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2012:91) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sesuai dengan pengertian ini maka pengambilan sampel harus diperhatikan agar pemilihan sampel tersebut dapat benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan dalam penelitian dan dapat mewakili populasi.

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel

dengan pertimbangan tertentu”. (Sugiyono, 2012:96)

Pemilihan sampel berdasarkan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012.

2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan tahun 2010-2012. 3. Perusahaan yang laporan keuangannya menggunakan mata uang rupiah. 4. Perusahaan yang tidak melakukan akuisisi atau merger selama periode

penelitian. Bila perusahaan melakukan akuisisi dan merger selama periode pengamatan akan mengakibatkan variabel-variabel dalam penelitian mengalami perubahan yang tidak sebanding dengan periode sebelumnya.

Pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang telah dijelaskan dapat dilihat pada tabel berikut:


(37)

Tabel 3.2

Kriteria Pengambilan Sampel

Kriteria Sampel Jumlah

Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2010-2012

133

Perusahaan yang delisting selama tahun 2010-2012 (2)

Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan keuangan secara lengkap selama tahun 2010-2012

(32)

Perusahaan yang tidak menggunakan mata uang rupiah (17)

Perusahaan yang melakukan akuisisi dan merger (5)

Perusahaan yang tidak memberikan informasi mengenai variabel-variabel penelitian

(33)

Perusahaan yang dapat dijadikan sampel 44

Dari hasil seleksi sampel di atas, didapat sebanyak 44 perusahaan yang dapat dijadikan sampel. Daftar perusahaan yang dapat dijadikan sampel dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel berikut:


(38)

52

Tabel 3.3

Daftar Sampel Perusahaan

No. Kode Nama Perusahaan

1 ALMI PT. Alumindo Light Metal Industry, Tbk

2 ARGO PT. Argo Pantes, Tbk

3 ASII PT. Astra International, Tbk

4 AUTO PT. Astra Otoparts, Tbk

5 BRNA PT. Berlina, Tbk

6 BTON PT. Betonjaya Manunggal, Tbk

7 DLTA PT. Delta Djakarta, Tbk

8 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara, Tbk

9 DVLA PT. Darya-Varia Laboratoria, Tbk

10 EKAD PT. Ekadharma International, Tbk

11 ETWA PT. Eterindo Wahanatama, Tbk

12 GGRM PT. Gudang Garam, Tbk

13 GJTL PT. Gajah Tunggal, Tbk

14 HDTX PT. Panasia Indosyntex, Tbk

15 IKAI PT. Intikeramik Alamasri Industri, Tbk 16 IMAS PT. Indomobil Sukses Internasional, Tbk

17 INDF PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk

18 INDS PT. Indospring, Tbk

19 JKSW PT. Jakarta Kyoei Steel Works, Tbk

20 JPRS PT. Jaya Pari Steel, Tbk

21 KAEF PT. Kimia Farma (Persero), Tbk

22 KBLM PT. Kabelindo Murni, Tbk

23 KICI PT. Kedaung Indah Can, Tbk

24 KLBF PT. Kalbe Farma, Tbk

25 LMPI PT. Langgeng Makmur Industri, Tbk

26 MAIN PT. Malindo Feedmill, Tbk

27 NIPS PT. Nipress, Tbk

28 PICO PT. Pelangi Indah Canindo, Tbk 29 PRAS PT. Prima Alloy Steel Universal, Tbk

30 PYFA PT. Pyridam Farma, Tbk

31 SAIP PT. Surabaya Agung Industry Pul & Kertas, Tbk

32 SIMA PT. Siwani Makmur, Tbk

33 SKLT PT. Sekar Laut, Tbk

34 SMCB PT. Holcim Indonesia, Tbk

35 SMSM PT. Selamat Sempurna, Tbk

36 SRSN PT. Indo Acidatama, Tbk

37 SSTM PT. Sunson Textile Manufacturer, Tbk

38 STTP PT. Siantar Top, Tbk

39 SULI PT. Sumalindo Lestari Jaya, Tbk


(39)

41 TOTO PT. Surya Toto Indonesia, Tbk

42 TSPC PT. Tempo Scan Pacific, Tbk

43 ULTJ PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Comp., Tbk

44 UNVR PT. Unilever Indonesia, Tbk

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian merupakan suatu upaya pencarian tentang topik tertentu. Para peneliti tentunya akan lebih dapat yakin terhadap integritas dari informasi mereka dengan mengambilnya dari sumber-sumber yang dianggap relevan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah hasil pengumpulan oleh orang lain dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan mereka (Nasution, 2009:143).

Data yang diperlukan untuk penelitian ini didapat dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, yaitu berupa laporan tahunan perusahaan yang tercatat pada tahun 2010-2012. Data tersebut diperoleh dengan mengakses situs Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

Sedangkan dari teknik pengumpulan datanya dilakukan studi pustaka dan studi dokumentasi. Studi pustaka merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara membaca dan mempelajari buku, penelitian pihak lain, dan laporan yang diduplikasikan yang mempunyai hubungan erat dengan objek penelitian yang kemudian dianalisis. Selain itu dilakukan pula teknik dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dalam rangka analisa masalah yang sedang diteliti dengan mencari informasi dari dokumen-dokumen yang ada hubungannya dan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen serta


(40)

catatan-54

catatan perusahaan yang terkait dengan obyek yang sedang diteliti. Teknik studi dokumentasi dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data dari perusahaan dalam hal ini berupa laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2010-2012.

3.2.5 Teknik Analisis Data

3.2.5.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan berbagai karakteristik data dan menganalisis suatu statistik hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012:169) mengenai pengertian statistik deskriptif, yaitu sebagai berikut:

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Statistik deskriptif menggambarkan profil data sampel yang meliputi antara lain mean, median, maksimum, minimum, dan deviasi standar dari varibel-variabel yang akan diteliti.

3.2.5.2 Uji Asumsi Klasik

Dalam penelitian ini dilakukan uji asumsi klasik, yang bertujuan untuk menentukan ketepatan model. Uji asumsi klasik yang digunakan terdiri dari uji normalitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.


(41)

3.2.5.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas data bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang baik adalah data yang berdistribusi normal atau mendekati normal (Ghozali, 2005:110). Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji Jarque-Berra dengan alat olah data software Eviews 7. Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut:

a. Jika ρ Jarque-Berra< 0,05; maka distribusi data tidak normal b. Jika ρ Jarque-Berra > 0,05; maka distribusi data normal

3.2.5.2.2 Uji Multikolinieritas

“Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variable).” (Ghozali, 2005:91). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam model regresi pada penelitian ini dapat dilihat dari koefisien korelasi masing-masing variabel bebas. Jika koefisien korelasi di antara masing-masing variabel bebas lebih besar dari 0,8 maka terjadi multikolinearitas. Penghitungan ini dibantu dengan program Eviews 7.

3.2.5.2.3 Uji Autokorelasi

Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengguna pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2005:95). Autokorelasi muncul karena


(42)

56

adanya observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.

Metode uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Menurut Makridakis dalam Wahid Sulaiman (2004:89), kriteria pengujian terhadap nilai D-W sebagai berikut: 1. 1,65 < DW <2,35 maka tidak terjadi autokorelasi

2. 1,21<DW<1,65 atau 2,35<DW<2,79 maka tidak dapat disimpulkan 3. DW<1,21 atau DW>2,79 maka terjadi autokorelasi

3.2.5.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian ini bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas (Ghozali, 2005:105). Model regresi yang baik adalah model yang tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji white heteroscedascity yang tersedia dalam program Eviews 7. Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan adalah sebagai berikut:

c. Jika ρ value Obs*R-square < 0,05; maka ada heteroskedastisitas d. Jika ρ value Obs*R-square > 0,05; maka tidak ada heteroskedastisitas


(43)

3.2.5.3 Analisis Regresi Data Panel

Metode analisis yang digunakan untuk menguji pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), komisaris independen, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional terhadap kualitas laba dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda data panel. Data panel itu sendiri merupakan gabungan antara data runtut waktu (time series) dan data silang (cross section). Pemilihan data panel itu sendiri dikarenakan di dalam penelitian ini sendiri menggunakan rentang waktu beberapa tahun dan juga banyak perusahaan. Pertama penggunaan data time series dimaksudkan karena dalam penelitian ini menggunakan rentang waktu tiga tahun yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012. Kemudian penggunaan cross section itu sendiri karena penelitian mengambil data dari banyak perusahaan (data pooled), tepatnya sejumlah 44 perusahaan yang dijadikan sampel penelitian.

Mengingat data panel merupakan gabungan dari data time series dan cross section, maka untuk menguji hipotesis-hipotesis yang telah dirumuskan dalam penelitian ini, modelnya dapat dituliskan sebagai berikut:

Yit= α + β1

X

1it+ β2 X2it+ β3 X3it+ β4 X4it+ ε

Keterangan:

Y = Discretionary accruals (proksi kualitas laba)

α = Konstanta

β = Koefisien Regresi masing-masing variabel independen X1 = Investment Opportunity Set

X2 = Komposisi Komisaris Independen

X3 = Kepemilikan Manajerial


(44)

58

ε = Error term

t = Waktu

i = Perusahaan

( Ajija et al, 2011:53 ) Menurut Gujarati (2003:637), keunggulan penggunaan data panel memberikan banyak keuntungan diantaranya sebagai berikut:

1. Data panel mampu menyediakan data yang lebih banyak, sehingga dapat memberikan informasi yang lebih lengkap. Sehingga diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan lebih baik. 2. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat

mengatasi masalah yang timbul karena ada masalah penghilangan variabel (omitted variable).

3. Data panel mampu mengurangi kolinearitas antarvariabel.

4. Data panel lebih baik dalam mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni dan cross section murni.

5. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks. Sebagai contoh, fenomena seperti skala ekonomi dan perubahan teknologi.

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.

Dalam Yana Rohmana (2010:241), bahwa dalam pembahasan teknik estimasi model regresi data panel ada 3 teknik yang dapat digunakan yaitu:


(45)

1) Model dengan metode OLS (common) 2) Model Fixed effect.

3) Model Random Effect 1. Common Effect Model

Model Common Effect merupakan model sederhana yaitu menggabungkan seluruh data time series dengan cross section, selanjutnya dilakukan estimasi model dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Model ini menganggap bahwa intersep dan slop dari setiap variabel sama untuk setiap obyek observasi. Dengan kata lain, hasil regresi ini dianggap berlaku untuk semua kabupaten/kota pada semua waktu. Kelemahan model ini adalah ketidakseuaian model dengan keadaan sebenarnya. Kondisi tiap obyek dapat berbeda dan kondisi suatu obyek satu waktu dengan waktu yang lain dapat berbeda. Model Common Effect dapat diformulasikan sebagai berikut :

Dimana :

= variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i

= intersep

= parameter untuk variabel ke-j

= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

= urutan perusahaan yang di observasi = Time series (urutan waktu)

= urutan variabel


(46)

60

2. Fixed Effect Model

Pendekatan efek tetap (Fixed effect). Salah satu kesulitan prosedur panel data adalah bahwa asumsi intersep dan slope yang konsisten sulit terpenuhi. Untuk mengatasi hal tersebut, yang dilakukan dalam panel data adalah dengan memasukkan variabel boneka (dummy variable) untuk mengizinkan terjadinya perbedaan nilai parameter yang berbeda-beda baik lintas unit (cross section) maupun antar waktu (time-series). Pendekatan dengan memasukkan variabel boneka ini dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variable (LSDV).

Dimana :

= variabel dependen di waktu t untuk unit cross section i

= intersep yang berubah-ubah antar cross section = parameter untuk variabel ke-j

= variabel bebas j di waktu t untuk unit cross section i = komponen error di waktu t untuk unit cross section i

= Dummy Variable

(Ajija et al 2011: 52) 3. Random Effect Model (REM)

Random Effect Model (REM) digunakan untuk mengatasi kelemahan model efek tetap yang menggunakan dummy variable, sehingga model mengalami ketidakpastian. Penggunaan dummy variable akan mengurangi derajat bebas (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. REM menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan


(47)

antawaktu dan antarindividu. Sehingga REM mengasumsikan bahwa setiap individu memiliki perbedaan intersep yang merupakan variabel random.

Model REM secara umum dituliskan sebagai berikut:

̂

Dimana :

= merupakan komponen cross-section error

= merupakan komponen time series error

= merupakan time series dan cross section error

(Ajija et al 2011: 52)

3.2.5.3.1 Metode Pemilihan Data

Pertama yang harus dilakukan adalah melakukan uji F untuk memilih metode mana yang terbaik diantara ketiga metode tersebut dilakukan uji Chow dan uji Hausmant. Uji Chow dilakukan untuk menguji antara metode commont effect dan fixed effect. sedangkan uji Hausment dilakukan untuk menguji apakah data dianalisis dengan menggunakan fixed effect atau random effect, pengujian tersebut dilakukan dengan Eviews 7. Dalam melakukan uji Chow, data diregresikan dengan menggunakan common effect dan fixed effect terlebih dahulu kemudian dibuat hipotesis untuk diuji. Hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

Ho : metode common effect (model pool) Ha : metode fixed effects

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji Chow adalah sebagai berikut:


(48)

62

1. Jika nilai probability F≥ 0,05 artinya Ho diterima ; maka model common effect.

2. Jika nilai probability F< 0,05 artinya Ho ditolak; maka model fixed effect, dan dilanjutkan dengan uji Hausman untuk memilih apakah menggunakan metode fixed effect atau metode random effect. Namun, uji Hauman tidak perlu dilakukan apabila hasil Uji Chow menunjukkan bahwa Ho diterima, atau dengan kata lain menyimpulkan bahwa model yang paling tepat digunakan dalam persamaan regresi adalah model common effect (Winarno:2009).

Selanjutnya untuk menguji Hausman Test data juga diregresikan dengan metode random effect, kemudian dibandingkan antara fixed effect dan random effect dengan membuat hipotesis:

Ho : Model Random effect Ha : Model fixed effect,

Pedoman yang akan digunakan dalam pengambilan kesimpulan uji Hausman adalah sebagai berikut:

1. Jika Nilai probability Chi-Square ≥ 0,05, maka Ho diterima, yang artinya model random effect.

2. Jika Nilai probability Chi-Square < 0,05, maka Ho diterima, yang artinya model fixed effect.


(49)

3.2.5.4 Uji Hipotesis

3.2.5.4.1 Penentuan Hipotesis

Dalam perumusan hipotesis statistik, antara hipotesis nol (H0) dan

hipotesis alternatif (Ha) selalu berpasangan, bila salah satu ditolak, maka yang lain

pasti diterima sehingga dapat dibuat keputusan yang tegas, yaitu apabila H0

ditolak pasti Ha diterima (Sugiyono, 2012:87). Adapun masing-masing hipotesis

tersebut adalah sebagai berikut:

H0-1: β = 0 : Tidak terdapat pengaruh Investment Opportunity Set (IOS)

terhadap kualitas laba.

Ha-1: β ≠ 0 : Terdapat pengaruh Investment Opportunity Set (IOS) terhadap

kualitas laba.

H0-2: β = 0 : Tidak terdapat pengaruh komisaris independen terhadap kualitas

laba.

Ha-2 β ≠ 0 : Terdapat pengaruh komisaris independen terhadap kualitas laba.

H0-3: β = 0 : Tidak terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas

laba.

Ha-3: β ≠ 0 : Terdapat pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kualitas laba.

H0-4: β = 0 : Tidak terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap

kualitas laba.

Ha-4: β ≠ 0 : Terdapat pengaruh kepemilikan institusional terhadap kualitas


(50)

64

3.2.5.4.2 Uji Koefisien Determinasi

Uji R2 disebut juga koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variabel-variabel dependen. Besarnya r2 ini adalah diantara nol dan satu (0<r2<1). Nilai r2 berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:169). Artinya jika nilainya semakin mendekati satu, maka model tersebut baik dan tingkat kedekatannya antara variabel bebas dan terikat semakin dekat pula.

3.2.5.4.3 Uji Statistik t (t-test)

Menurut Ghozali (2005:56), “uji-t digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda”. Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Kaidah pengambilan keputusan dalam uji t ini adalah sebagai berikut:

a. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak, artinya X1, X2,X3, dan X4 secara

parsial (sendiri-sendiri) berpengaruh terhadap Y.

b. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima, artinya X1,X2,X3, dan X4 secara


(51)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Dari hasil penelitian mengenai “Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia”, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa Investment Opportunity Set berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kesempatan investasi dari suatu perusahaan, maka kualitas laba dari pesuahaan tersebut akan semakin menurun. Berdasarkan hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yang menunjukkan Investment Opportunity Set tidak signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa Investment Opportunity Set tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas laba.

2. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa komisaris independen berpengaruh positif terhadap kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi komposisi komisaris independen yang dimiliki suatu perusahaan, maka kualitas laba dari perusahaan tersebut akan semakin meningkat Berdasarkan hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabelyang menunjukkan komisaris independen tidak


(52)

115

Berlian Agung Dipanusa, 2013

signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas laba.

3. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham oleh pihak manajemen di dalam suatu perusahaan, maka kualitas laba dari perusahaan tersebut akan menurun. Berdasarkan hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabelyang menunjukkan kepemilikan manajerial tidak signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas laba.

4. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham oleh pihak institusional, maka kualitas laba dari perusahaan tersebut akan semakin menurun. Berdasarkan hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yang menunjukkan kepemilikan institusional tidak signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas laba.


(53)

5.2 Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan metode atau pendekatan lain, serta memperluas lingkup penelitian yaitu dengan menambahkan ataupun meneliti faktor-faktor lain yang memungkinkan dapat mempengaruhi kualitas laba, seperti keberadaan komite audit, ukuran perusahaan, ataupun faktor-faktor lainnya.

2. Sampel dari perusahaan ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, untuk penelitian selanjutnya diharapkan tidak menggunakan perusahaan dari sektor manufaktur kembali sebagai cakupan sampel penelitian, melainkan menggunakan perusahaan dari sektor lainnya.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Ajija, Shochrul R. et al. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.

Anthony, Robert N. Dan Vijay Govindarajan. (2005). Management Control System. Jakarta: Salemba Empat..

Arfan, Muhammad. (2006). “Pengaruh Arus Kas Bebas, Set Kesempatan

Investasi, dan Financial Leverage terhadap Manajemen Laba”. Disertasi

Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Boediono, Gideon S.B. (2005). ”Kualitas Laba: Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi VIII. Hal. 172-194.

Diyah, Pujiati dan Erman Widanar. (2009). “Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura. Vol 12. No. 1. Hal. 71-86.

Dewi, A. R. 2003. “Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan Terhadap ERC”. Yogyakarta: Tesis Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Fanani, Zaenal. (2006). “Manajemen Laba: Bukti dari Set Kesempatan Investasi, Utang, Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar yang Sedang Berkembang”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi IX. Hal. 1-26.

Ghosh, Dilip dan Mohamed Ariff. (2004). Regional Financial Market: Issues and Policies. Greenwood Publishing Group.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariative dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. (2003). Basic Econometrics (Ekonometrika Dasar). Jakarta: Erlangga.


(55)

Harahap, Sofyan Syafri. (2006). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Irawati, Dian Eka. (2012). “Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran

Perusahaan dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba”. Accounting Analysis

Journal. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Isnanta, Rudi. (2008). “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Skripsi.

Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Jang, Lesia, et. al. (2007). “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”. Akuntabilitas. Vol. 16 No. 2 Hal. 142-149.

Kuswadi. (2008). Memahami Rasio-Rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta: Gramedia.

Malhotra, Naresh K. (2007). Marketing Research an Applied Orientation (5th ed.). New Jearsey: Pearson Education.

McCahery et al. (2002). Corporate Governance Regimes: Convergence and Diversity. New york: Oxford University Press.

Midiastuty, Pratana dan Mas’ud Machfoedz. (2003). “Analisis Hubungan

Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal 176-198.

Muid, Dul. (2009). “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap

Kualitas Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 4 No. 2 Hal. 94-108

Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. (2007). “Pengaruh Corporate

Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi X. Hal. 1-26.

Nasution, S. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indo.

Prasetyantoko, A. (2008). Corporate Governance Pendekatan Institusional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(56)

119

Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. (2007). “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi X. Hal. 1-26.

Rifai, Badriyah. (2009). “Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good

Corporate Governance di Perusahaan Publik”. Jurnal Hukum. Vol. 16 No. 3 Hal. 396-412.

Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia.

Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. (2006). “Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi IX. Hal. 1-23.

Siregar, Sylvia Veronica N. P. dan Sidharta Utama. (2005). “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi VIII. Hal. 475-490. Soemarso. (2002). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Solihin, Ismail. (2009). Corporate Social Responsibility: from Charity to Suistainability. Jakarta: Salemba Empat.

Struktur Kepemilikan Perusahaan. [Online]. Tersedia:

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: ALFABETA. Sulaiman, Wahid. (2004), Analisis-Analisis Regresi menggunakan SPSS.

Yogyakarta : ANDI.

Sulistiawan D, et. al. (2011). Creative Accounting: Mengungkapkan Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Sulistyanto, Sri. (2008). Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo.

Sunarto. (2009). ”Teori Keagenan dan Manajemen Laba”. Kajian Akuntansi


(1)

Berlian Agung Dipanusa, 2013

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa komisaris independen tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas laba.

3. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham oleh pihak manajemen di dalam suatu perusahaan, maka kualitas laba dari perusahaan tersebut akan menurun. Berdasarkan hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabelyang menunjukkan kepemilikan manajerial tidak signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas laba. 4. Dari hasil pengujian, dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional

berpengaruh negatif terhadap kualitas laba. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham oleh pihak institusional, maka kualitas laba dari perusahaan tersebut akan semakin menurun. Berdasarkan hasil uji signifikansi menunjukkan bahwa nilai t hitung lebih kecil dari t tabel yang menunjukkan kepemilikan institusional tidak signifikan berpengaruh terhadap kualitas laba. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas laba.


(2)

116

Berlian Agung Dipanusa, 2013

5.2 Saran

1. Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya menggunakan metode atau pendekatan lain, serta memperluas lingkup penelitian yaitu dengan menambahkan ataupun meneliti faktor-faktor lain yang memungkinkan dapat mempengaruhi kualitas laba, seperti keberadaan komite audit, ukuran perusahaan, ataupun faktor-faktor lainnya.

2. Sampel dari perusahaan ini adalah perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, untuk penelitian selanjutnya diharapkan tidak menggunakan perusahaan dari sektor manufaktur kembali sebagai cakupan sampel penelitian, melainkan menggunakan perusahaan dari sektor lainnya.


(3)

Berlian Agung Dipanusa, 2013

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan DAFTAR PUSTAKA

Ajija, Shochrul R. et al. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat.

Anthony, Robert N. Dan Vijay Govindarajan. (2005). Management Control

System. Jakarta: Salemba Empat..

Arfan, Muhammad. (2006). “Pengaruh Arus Kas Bebas, Set Kesempatan

Investasi, dan Financial Leverage terhadap Manajemen Laba”. Disertasi

Program Studi Doktor Ilmu Ekonomi. Bandung: Universitas Padjadjaran.

Boediono, Gideon S.B. (2005). ”Kualitas Laba: Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan Analisis Jalur”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi VIII.

Hal. 172-194.

Diyah, Pujiati dan Erman Widanar. (2009). “Pengaruh Struktur Kepemilikan

terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal Ekonomi Bisnis dan Akuntansi Ventura. Vol 12. No. 1. Hal. 71-86.

Dewi, A. R. 2003. “Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan Terhadap ERC”.

Yogyakarta: Tesis Program Studi Akuntansi Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Fanani, Zaenal. (2006). “Manajemen Laba: Bukti dari Set Kesempatan Investasi,

Utang, Kos Politis, dan Konsentrasi Pasar pada Pasar yang Sedang

Berkembang”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional

Akuntansi IX. Hal. 1-26.

Ghosh, Dilip dan Mohamed Ariff. (2004). Regional Financial Market: Issues and Policies. Greenwood Publishing Group.

Ghozali, Imam. (2005). Aplikasi Analisis Multivariative dengan program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, Damodar. (2003). Basic Econometrics (Ekonometrika Dasar). Jakarta: Erlangga.


(4)

118

Harahap, Sofyan Syafri. (2006). Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Irawati, Dian Eka. (2012). “Pengaruh Struktur Modal, Pertumbuhan Laba, Ukuran

Perusahaan dan Likuiditas terhadap Kualitas Laba”. Accounting Analysis

Journal. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Isnanta, Rudi. (2008). “Pengaruh Corporate Governance dan Struktur

Kepemilikan terhadap Manajemen Laba dan Kinerja Keuangan”. Skripsi.

Yogyakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.

Jang, Lesia, et. al. (2007). “ Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur di BEJ”. Akuntabilitas. Vol. 16 No. 2 Hal.

142-149.

Kuswadi. (2008). Memahami Rasio-Rasio Keuangan bagi Orang Awam. Jakarta: Gramedia.

Malhotra, Naresh K. (2007). Marketing Research an Applied Orientation (5th ed.).

New Jearsey: Pearson Education.

McCahery et al. (2002). Corporate Governance Regimes: Convergence and

Diversity. New york: Oxford University Press.

Midiastuty, Pratana dan Mas’ud Machfoedz. (2003). “Analisis Hubungan

Mekanisme Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”.

Makalah dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI. Hal 176-198.

Muid, Dul. (2009). “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance terhadap

Kualitas Laba”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol 4 No. 2 Hal. 94-108

Nasution, Marihot dan Doddy Setiawan. (2007). “Pengaruh Corporate

Governance terhadap Manajemen Laba di Industri Perbankan Indonesia”.

Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi X. Hal. 1-26.

Nasution, S. (2009). Metode Research: Penelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara. Nazir. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indo.

Prasetyantoko, A. (2008). Corporate Governance Pendekatan Institusional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.


(5)

Berlian Agung Dipanusa, 2013

Pengaruh Investment Opportunity Set (IOS), Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, dan

Rachmawati, Andri dan Hanung Triatmoko. (2007). “Analisis Faktor-faktor yang

Mempengaruhi Kualitas Laba dan Nilai Perusahaan”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi X. Hal. 1-26.

Rifai, Badriyah. (2009). “Peran Komisaris Independen dalam Mewujudkan Good

Corporate Governance di Perusahaan Publik”. Jurnal Hukum. Vol. 16 No. 3

Hal. 396-412.

Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews. Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi Universitas Pendidikan Indonesia.

Siallagan, Hamonangan dan Mas’ud Machfoedz. (2006). “Mekanisme Corporate

Governance, Kualitas Laba, dan Nilai Perusahaan”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi IX. Hal. 1-23.

Siregar, Sylvia Veronica N. P. dan Sidharta Utama. (2005). “Pengaruh Struktur

Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan Laba (Earnings Management)”. Makalah

dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi VIII. Hal. 475-490. Soemarso. (2002). Akuntansi Suatu Pengantar. Jakarta: Salemba Empat.

Solihin, Ismail. (2009). Corporate Social Responsibility: from Charity to

Suistainability. Jakarta: Salemba Empat.

Struktur Kepemilikan Perusahaan. [Online]. Tersedia:

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: ALFABETA. Sulaiman, Wahid. (2004), Analisis-Analisis Regresi menggunakan SPSS.

Yogyakarta : ANDI.

Sulistiawan D, et. al. (2011). Creative Accounting: Mengungkapkan Manajemen

Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Sulistyanto, Sri. (2008). Manajemen Laba: Teori dan Model Empiris. Jakarta: Grasindo.

Sunarto. (2009). ”Teori Keagenan dan Manajemen Laba”. Kajian Akuntansi


(6)

120

Sutopo, Bambang. (2009). Pidato Guru Besar Manajemen Laba dan Manfaat

Kualitas Laba dalam Keputusan Investasi. UPT Perpustakaan UNS.

Syakhroza, Akhmad. (2005). Good Corporate Governance: Sejarah dan

Perkembangan, Teori, Model, dan Sistim Governance serta Aplikasinya pada Perusahaan BUMN. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Tugiman, Hiro. (2006). Pengenalan Manajemen Internal Audit. Bandung: Universitas Widyatama.

Ujiyantho, Arief dan Bambang Agus Pramuka. (2007). “Mekanisme Corporate Governance, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan”. Makalah dipresentasikan dalam Simposiun Nasional Akuntansi X. Hal. 1-26.

Widioatmodjo, Swawidji. (2004). Jurus Jitu Go Public. Jakarta: Gramedia.

Winarno, Wing Wahyu. (2009). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan

Eviews: Edisi kedua. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.

Wirartha, I Made. (2006). Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Yogyakarta: Andi. Wirjono, Endang Raino. (2009). “Pengaruh Set Kesempatan Investasi terhadap

Hubungan antara Kepemilikan Manajerial dan Aliran Kas Bebas dengan

Tingkat Leverage Perusahaan”. Jurnal Kinerja. Vol. 13 No. 1 Hal. 122-134.

Wulansari, Yeni. (2013). “Pengaruh Investment Opportunity Set, Likuiditas, dan

Leverage terhadap Kualitas Laba pada Perusahaan Manufaktur yang

Terdaftar di BEI”. Jurnal Akuntansi. Vol. 1 No. 2

http://www.kesimpulan.com/2009/04/strukturkepemilikan-perusahaan.html[27 April 2013]

http://www.bapepam.go.id. http://www.idx.co.id


Dokumen yang terkait

Pengaruh Ukuran Kap, Proporsi Komisaris Independen, Free Cash Flow, Kepemilikan Institusional, Dan Ukuranperusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei

0 69 100

Pengaruh Kemampulabaan Dan Invesment Opportunity Set Serta Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

1 37 96

Analsis Pengaruh Free Cash flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

3 40 90

Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 46 91

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 99 107

Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 42 93

Pengaruh Komisaris Independen, Komite Audit, dan Kepemilikan Institusional Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

2 154 83

Analisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba (studi empiris perusahaan sektor perbankan yang terdaftar di BEI)

2 33 138

Pengaruh corporate governance terhadap tax avoidance : studi empiris pada sektor perbankan yang terdaftar di bei periode tahun 2009-2013

0 15 0

PENGARUH INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS), KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, KOMISARIS INDEPENDEN, DAN RETURN ON INVESTMENT (ROI) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 143