Analsis Pengaruh Free Cash flow Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH :

MUHAMMAD RIDHO ALVIN 060503054

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul:

ANALISIS PENGARUH FREECASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA

Adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akhir guna untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku oleh Universitas Sumatera Utara Medan.

Medan, 26 November 2012

Muhammad Ridho Alvin NIM: 060503054


(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas izin dan kuasa-Nya saya mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik dan tepat waktu.

Skripsi saya ini berjudul ” Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Skripsi ini disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan pada Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penyusunan skripsi ini, saya banyak memperoleh bimbingan, dorongan semangat, nasehat, dan bantuan lain baik secara moril maupun materil dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini saya ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. H. Arifin Lubis MM,Ak, selaku Plt. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, AK, selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, dan Bapak Drs. Hotmal Ja’far MM, Ak, selaku Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara


(4)

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak, Selaku Ketua Program Studi Starata 1 dan Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris Program Studi Strata 1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembimbing, terima kasih atas bimbingan dan arahan Bapak dalam proses penyelesaian skripsi ini. 5. Kepada kedua orang tua saya, Chairy Torkis dan Nitra Norita. Terima

kasih banyak untuk kasih sayang, didikan, dan dukungan berupa nasehat, doa dan materi yang telah diberikan kepada saya.

Akhir kata, saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Saya berharap skripsi ini bisa bermanfaat untuk semua pihak. Semoga Allah SWT selalu menimpakan rahmat dan berkahnya kepada kita.

Medan, 30 Oktober 2012 Penulis,

Muhammad Ridho Alvin 060503054


(5)

ABSTRACT

The Aims of this research is to study the impact of free cash flow and managerial ownership toward debt policy which represented by debt to equity ratio. The data that used in this research were secondary data which provided by Indonesian Capital Market Directory and Indonesian Stock Exchange’s website.

Multiple regression techniques was used to analyse the data. Free cash flow and managerial ownership used as independent variables meanwhile debt to equity ratio used as dependent variable. Samples in this study were 20 manufacturing companies which listed on Indonesian Stock Exchange and selected from 152 population companies using purposive sampling method. The period of this research was began from 2008 through 2010.

The results shows that independent variables such as free cash flow and managerial ownership simultaneously have a significant impact toward debt policy which represented by debt to equity ratio. Partially, managerial ownership have a negative and significant impact toward debt to equity ratio, but free cash flow didn’t have a significant impact toward debt to equity ratio.


(6)

ABSTRAK

Tujian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh free cash flow

dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to equity ratio. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan situs Bursa Efek Indonesia.

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regressi berganda.

Free cash flow dan kepemilikan manajerial digunakan sebagai variabel bebas sedangkan debt to equity ratio sebagai variable terikat. Sampel penelitian ini adalah 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dari 152 perusahaan populasi dengan menggunakan purposive sampling method. Periode penelitian adalah tahun 2008 sampai 2010.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas free cash flow dan kepemilikan manajerial secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang ( DER ). Secara parsial, kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan tehadap kebijakan hutang, tetapi

free cash flow tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow, DER.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ……….…….…… i

KATA PENGANTAR ……….………. ii

ABSTRACT ……….…..……. iv

ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI ……… vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Free Cash Flow ... 8

2.2. Kepemilikan Manajerial ... 8

2.3. Hutang ... 9

2.3.1. Pengertian Hutang ... 9


(8)

2.3.3. Kebijakan Hutang ... 11

2.4. Agency Theory ... 13

2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 16

2.6. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 20

2.6.1. Kerangka Konseptual ... 20

2.6.2. Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian ... 23

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 23

3.3. Jenis Data ... 25

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 27

3.6. Metode Analisis Data ... 29

3.7. Uji Asumsi Klsik ... 29

3.8. Model Analisis Regressi Berganda... 32

3.9. Pengujian Hipotesis ... 32

3.9.1. Pengujian Secara Parsial ( uji t ) ... 32

3.9.2. Pengujian Secara Simultan ( Uji F ) ... 33

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1. Data Penelitian ... 34

4.2. Deskripsi Nilai Variabel ... 35

4.2.1. Deskripsi Nilai Variabel Kepemilikan Manajerial.. 35

4.2.2. Deskripsi Nilai Variabel Free Cash Flow ……... 36


(9)

4.3. Statistik Deskriptif ... 39

4.4. Uji Asumsi Klasik ... 41

4.4.1. Uji Normalitas Data ... 41

4.4.2. Uji Autokorelasi ... 45

4.4.3. Uji Multikolinearitas ... 47

4.4.4. Uji Heterokedastisitas ... 50

4.5. Pengujian Hipotesis ... 52

4.5.1. Pengujian Hipotesis 1 ... 55

4.5.2. Pengujian Hipotesis 2 ... 55

4.5.3. Pengujian Hipotesis 3 ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 58

5.2. Keterbatasan Penelitian ... 59

5.3. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu 19

Halaman

Tabel 3.1 Daftar Sampel Penelitian Dan Kriteria Perusahaan 25 Tabel 4.1 Nilai Kepemilikan Manajerial Perusahaan Sampel 35 Tabel 4.2 Nilai Free Cash Flow Perusahaan Sampel 36

Tabel 4.3 Nilai DER Perusahaan Sampel 38

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif 40

Tabel 4.5 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov 44

Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi 46

Tabel 4.7 Durbin Watson Test Bound 47

Tabel 4.8 Hasil Uji Multikolinearitas 49

Tabel 4.9 Koefisien Determinasi 53

Tabel 4.10 Anova 53

Tabel 4.11 Hasil Uji t 53


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 20

Halaman

Gambar 4.1 Histogram 42

Gambar 4.2 Normal P-P Plot 43


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Judul

Lampiran i Daftar Populasi 65

Halaman

Lampiran ii Statistik Deskriptif 70

Lampiran iii Histogram 71

Lampiran iv Normal P-P Plot 72

Lampiran v Hasil Kolmogorov-Smirnov Test 73

Lampiran vi Hasil Uji Autokorelasi 73

Lampiran vii Durbin Watson Test Bound 74

Lampiran viii Hasil Uji Multikolinearitas 75

Lampiran ix Scatterplot 76

Lampiran x Hasil Uji F 76

Lampiran xi Hasil Uji t 77


(13)

ABSTRACT

The Aims of this research is to study the impact of free cash flow and managerial ownership toward debt policy which represented by debt to equity ratio. The data that used in this research were secondary data which provided by Indonesian Capital Market Directory and Indonesian Stock Exchange’s website.

Multiple regression techniques was used to analyse the data. Free cash flow and managerial ownership used as independent variables meanwhile debt to equity ratio used as dependent variable. Samples in this study were 20 manufacturing companies which listed on Indonesian Stock Exchange and selected from 152 population companies using purposive sampling method. The period of this research was began from 2008 through 2010.

The results shows that independent variables such as free cash flow and managerial ownership simultaneously have a significant impact toward debt policy which represented by debt to equity ratio. Partially, managerial ownership have a negative and significant impact toward debt to equity ratio, but free cash flow didn’t have a significant impact toward debt to equity ratio.


(14)

ABSTRAK

Tujian dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh free cash flow

dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang yang diwakili oleh debt to equity ratio. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory dan situs Bursa Efek Indonesia.

Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis regressi berganda.

Free cash flow dan kepemilikan manajerial digunakan sebagai variabel bebas sedangkan debt to equity ratio sebagai variable terikat. Sampel penelitian ini adalah 20 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang dipilih dari 152 perusahaan populasi dengan menggunakan purposive sampling method. Periode penelitian adalah tahun 2008 sampai 2010.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel bebas free cash flow dan kepemilikan manajerial secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang ( DER ). Secara parsial, kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan tehadap kebijakan hutang, tetapi

free cash flow tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Kata Kunci : Kepemilikan Manajerial, Free Cash Flow, DER.


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap perusahaan memerlukan dana yang besar untuk tumbuh dan berkembang ditengah – tengah persaingan yang semakin ketat di era globalisasi dewasa ini. Dana tersebut dapat diperoleh dengan cara dan dari sumber yang berbeda. Masalah pendanaan ini harus diputuskan dengan hati – hati karena setiap kebijakan pendanaan memiliki konsekuensi financial yang berbeda. Keputusan pendanaan akan berkaitan dengan sumber dana dan penggunaan dana yang telah diperoleh. Sumber dana dapat berasal dari dalam ( internal ) ataupun dari luar ( eksternal ) kedua sumber pendanaan ini akan sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Keputusan pendanaan keuangan perusahaan juga akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya. Sumber dana internal berasal dari laba ditahan sedangkan sumber dana eksternal

berasal dari para kreditur dan pemilik. Dana yang diperoleh dari kreditur disebut hutang sedangkan dana yang diperoleh dari pemilik disebut modal.

Kebijakan hutang perusahaan ini sering kali menjadi penyebab konflik antara manajemen dan pemegang saham. Konlik tersebut meliputi darimana sumber hutang tersebut didapatkan dan bagaimana hutang yang diperoleh tersebut akan diinvestasikan. Hal ini terjadi dikarenakan adanya pemisahan antara fungsi kepemilikan dan fungsi pengelolaan perusahaan sehingga menyebakan timbulnya perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham. Keadaan diatas disebut dengan konflik keagenan ( agency conflict ).


(16)

Konflik antara manajer dengan pemegang saham telah menjadi subjek penelitian yang menarik bagi para peneliti. Ketika para pemegang saham kesulitan untuk memonitor pengelola perusahaan, maka asset perusahaan bisa saja digunakan untuk kepentingan pengelola daripada untuk memaksimalkan kepentingan pemegang saham. Salah satu cara untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan memberikan sebagian kepemilikan perusahaan kepada pengelola. Hal ini akan menjadikan para manajer lebih berhati – hati dalam pengambilan setiap keputusan, karena dari setiap keputusan yang dibuat para manajer juga akan turut menanggung resiko dari keputusan tersebut. Dengan demikian, manajemen akan berusaha untuk menciptakan kinerja yang lebih baik. Cara ini juga dapat membantu untuk menyelaraskan antara kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham.

Dalam perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas terdapat sifat limited liability ( tanggung jawab pemilik sebesar modal yang disetor ). Hal ini dapat memicu perusahaan untuk menggunakan rasio hutang yang terlalu tinggi karena ingin menggeser resiko financial kearah kreditur. Sifat limited liability tersebut akan mengakibatkan pemilik akan menikmati seluruh manfaat dari investasi yang berhasil setelah dikurangi bunga, apabila investasi gagal kreditur akan ikut menanggung kerugian. Karena itu, apabila kreditur memberi kredit pada perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang terlalu tinggi, mereka juga akan menetapkan tingkat bunga yang tinggi untuk mengamankan kredit yang mereka berikan. Dari pernyataan – pernyataan diatas penulis menyimpulkan bahwa kebijakan hutang di pengaruhi oleh tingkat kepemilikan manajemen terhadap saham perusahaan.


(17)

Free cash flow atau aliran kas bebas adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan sebagai modal kerja. Menurut Jensen ( 1986 : 137 ) yang dikutip ( Faisal, 2004 ) kenaikan hutang akan mengurangi free cash flow. Sebaliknya, jika free cash flow

tinggi maka tingkat hutang akan semakin rendah. Perusahaan dengan aliran kas bebas tinggi bisa lebih bertahan dalam kondisi yang buruk. Sedangkan aliran kas bebas yang negatif menggambarkan bahwa perusahaan kekurangan dana internal, sehingga perusahaan akan membutuhkan tambahan dana eksternal dalam bentuk hutang maupun penerbitan saham baru.

Dari gambaran dan uraian diatas penulis menyimpulkan bahwa free cash flow dan kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang. Karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia “. Penelitian ini merupakan penelitian empiris yang dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan laporan keuangan auditan sejak tahun 2008 sampai dengan tahun 2010. Penulis melakukan penelitian yang berbentuk replikasi dengan menggunakan variabel dan sampel yang berbeda dari penelitian terdahulu.


(18)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan hutang ?

2. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap kebijakan hutang ? 3. Apakah free cash flow dan kepemilikan manajerial secara simultan

berpengaruh terhadap kebijakan hutang ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow terhadap kebijakan hutang.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh free cash flow dan kepemilikan manajerial secara simultan terhadap kebijakan hutang.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan penulis dapat memberikan manfaat – manfaat sebagai berikut :

1. Memberikan kontribusi ilmiah dan tambahan bukti empiris dalam bidang akuntansi keuangan terutama yang berkaitan dengan pengaruh free cash flow dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang.


(19)

2. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti, khususnya mengenai pengaruh free cash flow dan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang.

3. Bagi peneliti lain, diharapkan penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan dan bahan referensi untuk melakukan penelitian selanjutnya.

4. Bagi kalangan akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa free cash flow dan kepemilikan manajerial akan memiliki implikasi terhadap kebijakan manajemen, antara lain di bidang kebijakan hutang.

5. Bagi investor, sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan investasi , khususnya pada pemilihan perusahaan, setelah mengetahui perilaku manajemen dalam perusahaan tersebut.

6. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan mengenai pentingnya free cash flow dan kepemilikan manajerial dalam menentukan struktur modal perusahaan.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Free Cash Flow

Free cash flow merupakan kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditur atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset. Kas tersebut biasanya menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham. Manajemen biasanya lebih suka untuk menginvestasikan lagi dana tersebut pada proyek – proyek yang dapat menghasilkan keuntungan, karena alternatif ini akan meningkatkan insentif yang diterimanya. Disisi lain, pemegang saham mengharapkan sisa dana tersebut dibagikan sehingga akan meningkatkan kemakmuran para pemegang saham.

Free cash flow menyatakan bahwa tekanan pasar akan mendorong manajer untuk mendistribusikan free cash flow kepada pemegang saham atau resiko akan kehilangan kendali terhadap perusahaan. Menurut Jensen ( 1986 : 137 ) free cash flow adalah kelebihan kas yang dipelukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki net present value positif setelah membagi dividen.

Free cash flow merupakan kelebihan yang diperlukan untuk mendanai semua proyek yang memiliki nilai net present value positif. Free cash flow

dihitung dengan menggunakan rumus Ross et al ( 1999 : 57 ), yaitu : FCF = AKO – PM – NWC


(21)

AKO = Aliran kas operasi perusahaan. PM = Pengeluaran modal perusahaan.

NWC = Modal kerja bersih perusahaan ( net working capital )

Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada aset tetap yaitu aset tetap bersih akhir periode dikurangi aset tetap bersih pada awal periode. Sedangkan modal kerja bersih adalah selisih antara jumlah aset lancer dengan hutang lancar pada tahun yang sama.

Pertumbuhan perusahaan merupakan harapan yang diinginkan oleh pihak internal perusahaan yaitu manajemen maupun pihak eksternal

perusahaan yaitu investor dan kreditor. Vogt ( 1997 : 20 ) menunjukkan bahwa perusahaan yang bertumbuh akan direspon positif oleh pasar. Hasil temuan tersebut menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki pertumbuhan rendah harus mencari alternatif pendanaan lainnya, misalnya melalui kebijakan hutang. Pengaruh free cash flow terhadap hutang berbeda antara perusahaan besar dengan perusahaan kecil. Permasalahan free cash flow akan lebih nyata untuk perusahaan besar, karena akan memerlukan mekanisme tersendiri untuk memantau manajer dalam membuat keputusan yang terbaik bagi para pemegang saham.


(22)

2.2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen. Sesuai dengan teori keagenan, konflik antara pemegang saham dan manajemen timbul karena adanya pemisahan wewenang perusahaan, antara pemilik dan pengelola ( manajemen ). Pihak manajemen cenderung menginginkan pembagian dividen yang kecil karena, mereka menginginkan kelebihan arus kas untuk membiayai investasi perusahaan, sedangkan pemegang saham mengigninkan pembagian dividen yang besar sehinnga dapat meningkatkan kemakmurannya. Kelebihan kas tersebut jika digunakan untuk membiayai investasi – invesatsi yang menguntungkan tidak akan menjadi masalah, tetapi seringkali manajer cenderung menggunakan dana tersebut untuk memperkaya diri sendiri dan membiayai investasi – investasi yang tidak menguntungkan.

Kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen berkaitan erat dengan kontrol dan monitoring atas perilaku manajemen, sebagai konsekuensi adanya konflik keagenan. Kepemilikan mnajerial dapat membantu untuk mensejajarkan kepentingan pihak manajemen dengan pemegang saham. Manajer akan berhati – hati dalam setiap pengambilan keputusan, karena setiap keputusan yang diambil akan secara langsung berpengaruh terhadapnya. Tingkat kepemilikan manajerial yang rendah berarti pihak manajemen memiliki pengaruh dan tingkat voting power yang terbatas. Investor luar sebagai pemilik saham mayoritas mempunyai kuasa untuk memonitor dan membatasi perilaku oportunistik manajer, sehingga dapat mengurangi konflik keagenan.


(23)

Konflik kepentingan dapat timbul di antara pemegang saham ketika pemegang saham memiliki kendali lebih besar dari yang seharusnya. Apabila seorang pemegang saham memiliki kendali yang terlalu besar maka dia akan cenderung memiliki insentif untuk memperoleh keuntungan pribadi, akibatnya kinerja perusahaan akan menurun. Kecenderungan ini meningkat ketika kepemilikan pemegang saham pengendali berkurang. Pada perusahaan dengan kepemilikan saham terbagi – bagi, pemilik saham tersbesar akan mengendalikan perusahaan. Pada perusahaan yang dimiliki oleh konglomerat melalui kepemilikan institusi, pemegang saham pengendali akan mengendalikan perusahaan dengan sedikit kepentingan.

Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijakan hutang memiliki peran yang penting, yaitu mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham. Semakin tinggi tingkat hutang, maka resiko keuangan juga akan semakin tinggi. Kepemilikan manajerial akan membuat pihak manajemen lebih berhati – hati dalam keputusan pembentukan hutang. Pemegang saham akan berusaha untuk menyamakan kepentingan antara manajemen dengan pemegang sahm dengan mengikat kekayaan pribadi manajemen ke dalam kekayaan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut dapat dinyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

2.3. Hutang

2.3.1. Pengertian Hutang

Hutang merupakan salah satu sumber pendanaan perusahaan. Semua perusahaan baik perusahaan besar maupun kecil pasti memiliki hutang.


(24)

Hutang didefinisikan sebagai kewajiban suatu perusahaan yang timbul dari transaksi – transaksi yang terjadi di masa lalu yang harus dibayar dengan kas, aktiva atau barang atau jasa di waktu yang akan datang ( Jusuf, 2001 : 23 ). Hutang juga dapat diartikan sebagai pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan perusahaan di masa yang akan datang yang disebabakan karena tindakan – tindakan yang terjadi di masa lalu. Bentuk pengorbanan ekonomi ini dapat berupa uang, aktiva, jasa, atau melaukan pekerjaan – pekerjaan tertentu. Hutang menimbulkan ikatan yang memberikan hak kepada pemberi hutang ( kreditur ) untuk mengklaim aktiva perusahaan.

2.3.2. Klasifikasi Hutang

Hutang dapat diklasifikasikan kedalam dua bagian, yaitu hutang jangka pendek dan hutang jangka panjang. Hutang jangka pendek adalah kewajiban – kewajiban yang harus dibayar dengan penggunaan aktiva lancar atau pembentukan aktiva lainnya atau dapat diartikan pula sebagai hutang yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Hutang jangka panjang adalah hutang yang masa jatuh temponya lebih dari satu tahun. Hutang lancar atau hutang jangka pendek yang biasanya ada di perusahaan adalah hutang dagang, uang muka penjualan, kewajiban pajak, hutang dividen, hutang wesel dan hutang biaya ( hutang gaji, hutang bunga ).

Hutang jangka panjang bisanya terdiri dari hutang hipotek, hutang oblogasi, utang bank jangka panjang, dan hutang sewa jangka panjang. Kebutuhan dana untuk jangka pendek biasanya didanai dengan sumber – sumber hutang jangka pendek ( hutang dagang, wesel ), sedangkan untuk


(25)

kebutuhan dana yang bersifat lebih permanen didanai dengan sumber – sumber jangka panjang ( obligasi, hutang bank jangka panjang, dll ).

2.3.3. Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang dipandang sebagai mekanisme internal control

yang dapat mengurangi konflik keagenan antara manajemen dan para pemegang saham, khususnya biaya keagenan free cash flow. Menurut

Pecking–Order Theory, perusahaan menggunakan pendanaan internal jika tersedia dan memilih hutang lebih dari ekuitas ketika pendanaan eksternal digunakan. Jika pendanaan eksternal dibutuhkan perusahaan terlebih dahulu akan menerbitkan sekuritas yang paling aman yaitu perusahaan akan mulai dengan hutang, kemudian sekuritas campuran seperti obligasi konvertibel, kemudian ekuitas sebagai langkah terakhir.

Pecking-order adalah suatu konsekuensi dari aymmetric information. Para manajer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan mereka dibanding investor luar, dan para manajer bersifat enggan untuk mengeluarkan saham ketika mereka percaya harga saham adalah terlalu rendah. Para manajer mencoba menyiapkan penerbitan ketika saham secara wajar dihargai atau di atas harga pasar. Para investor memahami hal ini dan menginterpretasikan keputusan untuk mengeluarkan saham sebagai berita buruk. Hal ini menjelaskan mengapa harga saham biasanya jatuh ketika penerbitan saham diumumkan.

Hutang menjadi lebih baik dibanding ekuitas ketika permasalahan informasi ini bersifat penting. Para manajer optimis akan menyukai hutang dibanding ekuitas yang dihargai rendah. Pecking-Order Theory menjelaskan


(26)

bahwa ekuitas akan dikeluarkan hanya ketika kapasitas hutang habis dan kesulitan keuangan mengancam. Penggunaan hutang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan hutang dalam struktur modal mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Perusahaan mempunyai kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang dan resiko kebangkrutan. Kebijakan hutang berhubungan positif dengan resiko sehingga peningkatan hutang meningkatkan resiko keuangan. Peningkatan resiko keuangan berarti menimbulkan konflik sehingga diperlukan pengaturan terhadap penggunaan hutang untuk mengurangi konflik keagenan.

Perusahaan yang mempunyai profitabilitas tinggi mengurangi hutang dan mengutamakan penggunaan dana internal sebagai biaya investasi dan untuk menghindari kemungkinan kebangkrutan dan resiko keuangan sedangkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan rendah yang menghasilkan profitabilitas rendah, perusahaan meningkatkan penggunaan hutang untuk membiayai perusahaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan hutang adalah sebagai berikut : kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kebijakan pengambilan resiko, kebijakan dividen.

1. Kepemilikan institusional, merupakan persentase kepemilikan saham oleh investor – investor institusional seperti perusahaan investasi atau berupa


(27)

lembaga atau perusahaan lain. Dengan peningkatan mekanisme pengawasan dalam perusahaan yaitu dengan mengaktifkan monitoring

melalui investor-investor institutional dapat mengurangi agency cost. Dengan adanya kepemilikan institutional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen. Semakin tinggi kepemilikan institusional maka diharapkan semakin kuat kontrol internal terhadap perusahaan dimana akan dapat mengurangi agency cost

pada perusahaan. Adanya kontrol ini akan membuat manajer menggunakan hutang pada tingkat rendah untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya financial distress dan kebangkrutan perusahaan. 2. Kepemilikan manajerial, merupakan persentase kepemilikan saham oleh

pihak manajemen atau pihak dalan perusahaan.

3. Kebijakan pengambilan resiko, pada resiko tinggi manajer akan memilih proyek yang berisiko tinggi untuk mendapatkan imbal hasil yang tinggi. Pengurangan resiko dilakukan dengan menggunakan hutang dari pihak kreditur.

4. Kebijakan dividen, merupakan bagian yang menyatu dengan keputusan pendanaan perusahaan. Deviden mempengaruhi hutang dengan hubungan yang positif. Perusahaan yang membagikan devidennya dalam jumlah besar akam memerlukan tambahan dana melalui hutang untuk membiayai investasinya.

2.4. Agency Theory

Agency theory muncul karena adanya pemisahan fungsi antara pemilik dengan pengelola, hal ini dikarenakan dewasa ini kebutuhan modal perusahaan


(28)

tidak dapat lagi disediakan hanya oleh satu pemilik. Teori perusahaan klasik tidak dapat lagi dijadikan basis analisis. Teori perusahaan klasik menyatakan bahwa pemilik perusahaan merupakan seorang wiraswasta yang mengelola dan mendanai sendiri perusahaannya untuk menciptakan profit yang sebesar – besarnya. Perusahaan – perusahaan modern yang besar tidak dapat lagi memenuhi kebutuhan modalnya hanya dari satu pemilik, akibatnya mereka akan mengundang pihak lain untuk menanamkan modal pada perusahaan, hal ini akan berakibat pada pemisahan wewenang perusahaan, antara pemilik dan pengelola.

Pemilik atau pemegang saham ini disebut principal, sedangkan pengelola atau manajemen disebut agent. Dalam manajemen keuangan salah satu tujuan utama perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, untuk itu manajer yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham, tetapi sering kali terjadi konflik antara pemegang saham dengan pihak manajemen. Konflik ini disebabkan kepentingan pemegang saham dan manajer yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan manajer cenderung untuk mengutamakan kepentingan pribadinya dibandingkan kepentingan pemegang saham. Pemegang saham tidak menyukai ambisi pribadi para manajer, karena hal itu dapat menyebabkan timbulnya tambahan biaya bagi perusahaan, hal ini dengan sendirinya akan menurunkan tingkat laba perusahaan. Biaya – baiya yang timbul ini disebut dengan biaya keagenan. Jensen (1986 : 327 ), mengelompokkan biaya keagenan tersebut ke dalam tiga bentuk, yaitu :


(29)

2. Bonding cost, yaitu biaya untuk membentuk mekanisme yang dapat menjamin bahwa manajer akan bertindak sesuai dengan kepentingan manajemen.

3. Residual loss, yaitu biaya untuk mendorong manajer bertindak sesuai dengan kemampuannya untuk kepentingan pemegang saham.

Ada beberapa alternatif yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost yaitu, pertama dengan meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen, hal tersebut akan membuat manajer merasakan langsung akibat dari kebijakan yang dibuat. Kepemilikan oleh manajer ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham. Dengan demikian kepemilikan oleh manajemen merupakan insentif bagi para manajer untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan manajer akan memanfaatkan hutang secara maksimal

Kedua, dengan meningkatkan dividend payout ratio, hal ini akan menurunkan tingkat free cash flow, sehingga manajemen akan mencari pendanaan dari luar untuk membiayai investasinya. Ketiga, meningkatkan pendanaan dengan hutang. Peningkatan hutang akan menurunkan besarnya konlik antara pemegang saham denga manajemen. Disampin itu, hutang juga akan menurunkan tingkat

free cash flow yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan oleh manajemen.

Keempat, investor institutional sebagai monitoring agent. Distribusi saham antara pemegang saham dari luar yaitu institutional investor dan

shareholder dispersion dapat mengurangi agency cost. Karena kepemilikan mewakili satu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau


(30)

sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusi lain akan mendorong penigkatan pengawasan secara optimal terhadap kinerja manajemen.

2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Wahidahwati ( 2002 : 16 ) menguji hubungan kepemilikan manajerial dan kepemilikan institutional terhadap kebijakan hutang. Metode penelitian yang dilakukan menggunakan persamaan regresi. Hasil penelitiannya terdapat hubungan negatif antara kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Dalam penelitiannya Wahidahwati juga menggunakan ukuran perusahaan sebagai variabel dalam menguji kebijakan hutang, hasil yang diperoleh adalah hubungan antara ukuran perusahaan dengan kebijakan hutang adalah signifikan positif.

Tarjo dan Jogiyanto ( 2003 : 278 ) dalam penelitiannya mengenai free cash flow dan kepemilikan manajerial menggunakan set kesempatan investasi sebagai variabel moderat. Alasan menggunakan set kesempatan investasi sebagai variabel moderat adalah hasil analisis terhadap pengujian bila hanya menggunakan free cash flow saja sebagai variabel adalah tidak signifikan. Pengaruh free cash flow

terhadap kebijakan hutang akan signifikan apabila diketahui set kesempatan investasi perusahaan rendah atau tinggi. Penelitian yang dilakukan mengelompokkan perusahaan – perusahaan yang memliki set kesempatan investasi rendah atau tinngi. Hasil kesimpulan penelitiannya adalah free cash flow

behubungan positif terhadap kebijakan hutang pada perusahaan yang memiliki set kesempatan investasi rendah. Sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh secara negatif terhadap kebijakan hutang.


(31)

Ismiyanti dan Hanafi ( 2003 : 260 ) menguji persamaan simultan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional, resiko kebijakan hutang, dan kebijakan deviden. Metode penelitian menggunakan persamaan regresi secara simultan antara variabel – variabel yang saling mempengaruhi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang.

Nasir ( 2006 : 13 ), melakukan penelitian yang berjudul Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Resiko, Kebijakan Utang dan Kebijakan Vividen dalam Perspektif Teori Keagenan. Populasi yang digunakan dalam penelitiannya ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta selama tahun 2000 hingga 2004 Hasil penelitiannya adalah kepemilikan institusional secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, kebijakan pengambilan resiko berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang, pengaruh kebijakan deviden terhadap kebijakan hutang tidak signifikan dan Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

Hasil ringkasa penelitian terdahulu diatas dapat dilihat pada tabel di balik ini :


(32)

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

NO Nama, Tahun dan Judul Variabel Hasil Penelitian 1 Wahidahwati

(2002),”Pengaruh Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional pada Kebijakan Hutang Perusahaan (Sebuah Perspektif Teori Agency)

Variabel Independen : Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional. Variabel Dependen : Kebijakan Hutang.

Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang .

2 Tarjo dan Jogiyanto (2003), ” Analisa Free

Cas Flow dan

Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang”.

Varaiabel

Independen adalah Free cash flow dan Kepemilikan

Manajerial.

Variabel dependen adalah Kebijakan Hutang.

Free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan hutang, sedangkan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

3 Ismayanti dan Mamduh Hanafi

(2003),”Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden dan Resiko Kebijakan Hutang”. Variabel Independen : Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Kebijakan Deviden. Variabel dependen : kebijakn Hutang.

Kepemilikan manajerial memiliki hubungan yang

positif terhadap kebijakan hutang.

4 Nasir (2006), ” Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan

Institusioanal, Resiko, Kebijakan Hutang Dan Kebijakan Deviden dalam Perspektif Teori Keagenan.” Variabel Independen : Kepemilikan Manajerial dan Kepemilikan Institusional serta Kebijakan Deviden. Variabel Dependen adalah Kebijakan Hutang. Kepemilikan Manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.


(33)

H1 2.6. Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.6.1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu model yang menerangkan bagaimana hubungan suatu teori dengan faktor – faktor yang penting yang telah diketahui dalam suatu masalah tertentu. Kerangka konseptual akan menghubungkan secara teoritis antara variabel – variabel penelitian, yaitu antara variabel bebas dengan variabel terikat. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis yang telah diuraikan diawal maka kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada skema gambar di bawah ini:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber : Penulis, 2012

Kepemilikan manajerial dalam kaitannya dengan kebijkan hutang adalah penting, yaitu untuk mengendalikan kebijakan keuangan perusahaan agar sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan kepemilikan manajerial, manajer akan berhati – hati dalam memutuskan penggunaan hutang, karena dengan tingkat hutang yang semakin tinggi perusahaan juga

Kepemilikan Manajerial ( X1)

Free Cash Flow

( X2)

Kebijakan Hutang

(Y) H2


(34)

akan menghadapi resiko yang juga semakin tinggi. Wahidahwati ( 2002 ), Faisal ( 2004 ), Nasir ( 2006 ), serta Tarjo dan Jogiyanto ( 2003 : 245 ), dalam penelitian mereka menemukan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap kebijakan hutang.

.Free cash flow merupakan kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak lagi dibutuhkan untuk modal kerja atau investasi pada aset. Free cash flow yang berlebihan atau terlalu besar akan menimbulkan konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Keadaan tersebut disebabkan manajer cenderung akan melakukan investasi – investasi yang tidak menguntungkan dengan free cash flow. Di sisi lain, pemegang saham menginginkan free cash flow tersebut dibagikan kepada mereka.

Salah satu cara untuk mengurangi dugaan pemborosan free cash flow

oleh manajer adalah dengan pembentukan hutang. Pembentukan hutang akan mengurangi keinginan manajer untuk menggunakan free cash flow. Tekanan pasar akan mendorong manajer untuk membagikan free cash flow

kepada pemegang saham atau mereka beresiko akan kehilangan kendali atas perusahaan. Keadaan tersebut akan membuat manajer mencari sumber pendanaan lain, yaitu dengan hutang. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap hutang. Dari penjelasan diatas dapat pula disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial dan


(35)

2.6.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya atas suatu penelitian yang dilakukan agar dapat mempermudah dalam menganalisis. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah dijelaskan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap hutang.

H2 : Free cash flow berpengaruh positif terhadap hutang.

H3 : Free cash flow dan Kepemilikan manajerial secara simultan


(36)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain kausal. Menurut Sugiyono ( 2007 : 4 ) desain kausal adalah desain penelitian yang bertujuan menganalisis hubungan sebab akibat antara variabel independent ( variabel yang mempengaruhi ) dan variabel dependen ( variabel yang dipengaruhi ). Penelitian ini menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan free cash flow terhadap kebijakan hutang. Demensi waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah time series, yang mencerminkan keadaan pada suatu saat tertentu, yaitu dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya ( Sugiyono, 2007 : 13 ). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2008 sampai tahun 2010.

Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi dan harus benar – benar representatif atau mewakili. Jika sampel kurang representatif maka mengakibatkan nilai yang dihitung dari sampel tidak cukup tepat untuk menduga nilai populasi sesungguhnya ( Erlina, 2008 : 99 ). Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik


(37)

dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan suatu kriteria tertentu. Kriteria yang digunakan dapat berdasarkan pertimbangan ( judgement ) tertentu atau jatah ( quota ) tertentu ( Jogiyanto, 2004 : 18).

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010.

2. Perusahaan tersebut tidak di delisting ( dikeluarkan ) dari Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 sampai 2010.

3. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit pada periode 2008 sampai 2010.

4. Perusahaan memiliki informasi mengenai kepemilikan manajerial.

Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berjumlah 152 perusahaan, ke – 152 perusahaan tersebut yang menjadi populasi. Setelah dipilah dengan menggunakan kriteria yang telah dijelaskan di atas, didapat 20 perusahaan yang layak menjadi sampel, ke – 20 perusahaan tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :


(38)

Tabel 3.1

Daftar Sampel Penelitian Dan Kriteria Perusahaan

NO Nama Emiten Kriteria

Sampel 1 2 3 4

1 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk √ √ √ √ 1 2 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk √ √ √ √ 2

3 PT. Indo Acidatama Tbk √ √ √ √ 3

4 PT. Indo Kordsa Tbk √ √ √ √ 4

5 PT. Ekadharma Internasional Tbk √ √ √ - - 6 PT. Resource Alam Indonesia Tbk √ √ √ √ -

7 PT. Intraco Penta Tbk √ √ √ √ 5

8 PT. AKR Corporindo Tbk √ √ √ √ 6

9 PT. Pan Brother Tex Tbk √ √ √ - -

9 PT. Lautan Luas Tbk √ √ √ √ 7

10 PT. Mandom Indonesia Tbk √ √ √ √ 8

11 PT. Jaya Pari Steel Tbk √ √ √ √ 9

12 PT. Lionmesh Prima Tbk √ √ √ √ 10

13 PT Multistrada Arah Sarana Tbk √ √ √ - -

14 PT. Dynaplast Tbk √ √ √ √ 11

15 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk √ √ √ √ 12

16 PT. Gudang Garam Tbk √ √ √ √ 13

17 PT Budi Acid Jaya Tbk √ √ √ - -

18 PT Kageo Igar Jaya Tbk √ √ √ - -

19 PT Sekar Bumi Tbk √ √ √ - -

20 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk √ √ √ √ 14 21 PT. Metrodata Electronics Tbk √ √ √ √ 15 22 PT Indal Aluminium Industry Tbk √ √ √ - -

23 PT. Barito Pacific √ √ √ √ 16

24 PT. Pyridam Farma Tbk √ √ √ √ 17

25 PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk √ √ √ √ 18

26 PT Suparma Tbk √ √ √ - -

27 PT. Asiaplast Industry Tbk √ √ √ √ 19

28 PT. Berlina Tbk √ √ √ √ 20

Sumber : Bursa Efek Indonesia 3.3. Jenis Data

Data merupakan keterangan yang dapat memberikan gambaran tentang suatu keadaan. Data yang diperoleh perlu diolah untuk dapat menjawab persoalan penelitian yang telah dirumuskan. Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan


(39)

adalah data kuantitatif dan merupakan data sekunder yang informasinya diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan setiap tahun oleh pihak – pihak yang berkompeten yang terdapat di dalam Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) atau dapat didownload melalui situs www. Idx.co.id.

1. Daftar perusahaan sektor industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai 2010.

Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2. Data laporan keuangan lengkap yang telah diaudit dari perusahaan sektor industri manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2008 sampai 2010.

3. Data persentase kepemilikan manajerial. Data ini dapat diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) atau dapat dilihat di catatan atas laporan keuangan perusahaan.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data eksternal. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode dokementasi. Pengumpulan data dimulai dengan tahap penelitian pendahuluan, yaitu dengan melakukan studi kepustakaan dengan mempelajari buku – buku dan bacaan – bacaan lain yang berhubungan dengan pokok bahasan dalam penelitian ini. Pada tahap ini juga dilakukan pengkajian data yang dibutuhkan, yaitu mengenai jenis data yang dibutuhkan, ketersediaan data, cara memperoleh data, dan gambaran cara mengolah data. Tahapan selanjutnya adalah penelitian pokok yang digunakan untuk mengumpulkan keseluruhan data yang dibutuhkan guna


(40)

menjawab persoalan penelitian dan memperkaya literartur untuk menunjang data kuantitatif yang diperoleh. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ) 2009 dan dari situs

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional memberikan pengertian terhadap konstruk atau memberikan variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang diperlukan peneliti untuk mengukur. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen. Penelitian ini menggunakan free cash flow dan kepemilikan manajerial sebagai variabel independen ( Bebas ). Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas penelitian ini menggunakan hutang yang diukur dari DER sebagai variabel dependen. Berikut ini adalah definisi operasional variabel – variabel tersebut :

1. Free cash flow

Free cash flow adalah kas lebih perusahaan yang dapat didistribusikan kepada pemegang saham atau kreditor yang tidak lagi dibutuhkan untuk modal kerja atau investasi pada asset tetap. Free cash flow dihitung dengan menggunakan rumus Ross et al ( 1999 : 17 ), yaitu :

FCF = AKO – PM - ∆NWC Dimana :

FCF : Free cash flow

AKO : Aliran kas operasi perusahaan. PM : Pengeluaran modal perusahaan.


(41)

∆NWC : Perubahan Modal kerja bersih perusahaan.

Aliran kas operasi adalah kas yang berasal dari penghasil utama perusahaan dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. Pengeluaran modal adalah pengeluaran bersih pada asset tetap, yaitu asset tetap bersih akhir periode dikurangi asset tetap bersih di awal periode ditambah penyusutan. Sedangkan perubahan modal kerja bersih adalah modal kerja bersih akhir dikurang dengan modal kerja bersih awal. Modal kerja bersih adalah selisih antara asset lancar dengan kewajiban lancar.

2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham yang dimiliki oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajerial diukur sesuai dengan persentase kepemilikan saham perusahaan oleh pihak manajemen. Kepemilikan manajerial ini dapat dilihat di Indonesian Capital market Directory ( ICMD ) atau dapat juga dilihat pada catatan atas laporan keuangan perusahaan.

3. Debt to Equity Ratio ( DER )

DER menggambarkan perbandingan antara total hutang perusahaan dengan total ekuitas perusahaan yang digunakan sebagai sumber pendanaan usaha. Data mengenai DER dapat langsung diketahui di Indonesian Capital Market Directory ( ICMD ), atau dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Total Hutang

DER = × 100 % = % Total Ekuitas


(42)

3.6. Metode Analisis Data

Pada penelitian ini metode analisis data yang digunakan adalah metode analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 16.0. Metode analisis regresi berganda dipilih untuk digunakan pada penelitian ini karena metode analisis regresi berganda dapat menyimpulkan secara langsung mengenai pengaruh masing – masing variabel bebas yang digunakan secara parsial ataupun simultan.

3.7. Uji Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik dilakukan agar hasil regresi memenuhi kriteria

BLUE ( best linear unbiased estimator ). Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas data, uji autokorelasi, uji heterokedasitas, dan uji multikolinearitas.

1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variable pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Pengujian ini diperlukan karena untuk melakukan uji t dan uji F diasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Uji normalitas data dapat menggunakan

Kolmogorov – smirnov test. Apabila nilai Z statistiknya tidak signifikan maka suatu data disimpulkan terdistribusi secara normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t- 1. Autokorelasi muncul karena observasi yang


(43)

berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu sama lainnya. Jika ada korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.

Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama lain. Masalah ini timbul karena residual atau kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi masalah autokorelasi diantaranya dengan uji Durbin Watson. Uji ini hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat pertama dan mensyaratkan adanya intercept ( konstanta ) dalam model regresi. Penganmbilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut :

1. Bila nilai Durbin – Watson ( DW ) terletak anatara batas atas atau Upper Bound ( DU ) dan 4 – DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol, berarti tidak ada autokorelasi.

2. Bila nilai DW lebih rendah daripada batas bawah atau Lower Bound ( DL ), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari nol, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar daripada ( 4- DL ), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila nilai DW terletak diantara batas atas ( DU ) dan batas bawah ( DL ) atau DW terletak anatara ( 4 – DU ) dan ( 4- DL ), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan ( Ghozali, 2005 : 95 ).

3. Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas terjadi jika terdapat hubungan linier antara independen variabel yang dilibatkan dalam model. Jika terjadi gejala multikolinearitas yang tinggi, standard erroe koefisien regresi akan semakin besar dan mengakibatkan


(44)

confidence interval unruk pendugaan parameter semakin lebar, dengan demikian terbuka kemungkinan terjadi kekeliruan, menerima hipotesis yang salah dan menilak hipotesis yang benar.

Uji asumsi klasik seperti multikolinearitas dapat dilaksanakan dengan jalan meregresikan model analisis dan melakukan uji korelasi antar variabel independen dengan menggunakan Varian Inflation Factor ( VIF ). Batas dari VIF

adalah 10 dan nilai tolerance value adalah 0.1. Jika VIF lebih besar dari 10 dan nilai tolerance value kurang dari 0.1 maka terjadi multikolinearitas. Bila terdapat gejala multikolinearitas diantara variabel independen, maka penanggulangannya adalah dengan mengeluarkan salah satu variabel tersebut dari model.

4. Uji Heterokedastisitas

Heterokedastisitas berarti terdapat varian yang tidak sama dalam kesalahan pengganggu. Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalah sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pendeteksiannya dilakukan dengan melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan denga melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah residual ( Y prediksi – Y sesungguhnya ) yang telah di – studentized. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola – pola tertentu yang teratur ( bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengidikasikan telah terjadi heterokedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.


(45)

3.8. Model Analisis Regresi Berganda

Pada penelitian ini metode analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda untuk mengolah dan memproses data yang telah diperoleh serta untuk menguji hipotesis yang telah diajukan. Teknik analisis regresi berganda dipilih untuk penelitian ini karena metode ini dapat menyimpulkan secara langsung mengenai penganruh masing – masing variabel baik secara parsial maupun simultan.

Model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut : Y = a + b1X1 +b2X2 + e

Keterangan :

Y = Hutang a = Konstanta

b1,b2 = Koefisien Regresi X1 = Kepemilikan Manajerial X2 = Free Cash Flow

e = error 3.9. Pengujian Hipotesis

3.9.1. Pengujian Secara Parsial ( Uji t )

Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikansi individual. Uji ini dipakai untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh variabel independen secara parsial terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut : H0 : b = 0 : Artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh


(46)

Ha : b ≠ 0 : Artinya secara parsial variabel independen berpengaruh terhadap variabel independen.

Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan nilai ttabel pada tingkat signifikansi sebesar 5 %. Kriteria pengambilan keputusan pada uji t ini adalah sebagai berikut :

H0 diterima jika thitung < ttabel H0 ditolak jika thitung > ttabel

3.9.2. Uji Secara Simultan ( Uji f )

Uji F dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen yang digunakan dalam model penelitian memiliki pengaruh secara simultan / bersama – sama terhadap variabel dependen. Bentuk pengujiannya adalah sebagai berikut : H0 : b1 = b2 = 0 : Artinya secara simultan tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Ha : b1 ≠ b2 ≠ 0 : Artinya secara simultan ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan nilai Ftabel pada tingkat signifikansi 5 %. Kriteria yang dipakai pada uji F ini adalah :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel Ho ditolak jika Fhitung > Ftab


(47)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

Penulis akan menyajikan dan memaparkan hasil analisis data yang telah terkumpul. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh kepemilikan manajerial dan free cash flow terhadap kebijakan hutang. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan yang telah dijelaskan terlebih dahulu di atas. Sebelum memaparkan hasil penelitian, terlebih dahulu penulis akan menyajikan data – data penelitian yang digunakan.

4.1. Data Penelitian

Untuk mengetahui pengaruh antar varabel dalam penelitian ini, maka dipelukan data – data dari perusahaan yang akan diteliti. Analisi data tersebut diperlukan untuk sebelum membahas pengaruh variabel dependen yaitu kepemilikan manajerial dan free cash flow terhadap varabel independen, yaitu kebijakan hutang.

Penelitian ini menggunakan perusahaan – perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008 sampai 2010 sebagai populasi. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebanyak 152 perusahaan, ke – 152 perusahaan inilah yang menjadi populasi penelitian ini. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah 20 perusahaan, dimana perusahaan – perusahaan tersebut telah memenuhi kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan jumlah sampel secara keseluruhan berjumlah 60 perusahaan untuk tiga tahun dari tahun 2008 – 2010.


(48)

Kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel adalah :

1. Perusahaan sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari tahun 2008 sampai tahun 2010.

2. Perusahaan tersebut tidak dikeluarkan dari Bursa Efek Indonesia pada periode 2008 sampai 2010.

3. Perusahaan mengeluarkan laporan keuangan yang lengkap dan telah diaudit pada periode tahun 2008 sampai tahun 2010.

4. Perusahaan memiliki informasi mengenai kepemilikan manajerial. 4.2. Deskripsi Nilai Variabel

Berikut ini deskripsi nilai masing – masing varabel yang digunakan dalam penelitian ini.

4.2.1. Deskripsi Nilai Variabel Kepemilikan Manajerial Tabel 4.1

Nilai Kepemilikan Manajerial Perusahaan Sampel ( % )

NO EMITEN 2008 2009 2010

1 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 1.9 6.46 6.87 2 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 15.46 15.46 15.46

3 PT. Indo Acidatama Tbk 14.15 14.15 14.15

4 PT. Indo Kordsa Tbk 25.4 25.4 25.4

5 PT. Intraco Penta Tbk 5.43 5.76 3.53

6 PT. AKR Corporindo Tbk 0.24 0.46 0.63

7 PT. Lautan Luas Tbk 3.64 3.64 3.64

8 PT. Mandom Indonesia Tbk 0.19 0.18 0.15

9 PT. Jaya Pari Steel Tbk 2.2 15.53 15.53

10 PT. Lionmesh Prima Tbk 25.6 25.61 25.61


(49)

Nilai Kepemilikan Manajerial Perusahaan Sampel ( % )

12 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk 0.35 0.35 0.35

13 PT. Gudang Garam Tbk 1.72 0.8 0.8

14 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk 1.65 1.59 1.6 15 PT. Metrodata Electronics Tbk 6.42 10.57 10.83

16 PT. Barito Pacific Tbk 0.42 0.43 0.49

17 PT. Pyridam Farma Tbk 23.08 23.08 23.08

18 PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk 5.58 5.58 5.58 19 PT. Asiaplast Industry Tbk 7.69 7.69 6.67

20 PT. Berlina Tbk 10.51 10.51 10.51

Sumber : idx.co.id ( 10 Oktober 2012,diolah )

Tabel 4.1 di atas menunjukkan nilai variabel kepemilikan manajerial selama tiga tahun dari tahun 2008 sampai 2010. Dari tabel di atas dapat dilihat PT. Lionmesh Prima Tbk merupakan perusahaan yang memiliki tingkat kepemilikan manajerial tertingi yaitu rata – rata 25.6 %, selama tiga tahun, sedangkan kepemilikan manajerial terendah dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia Tbk yaitu rata – rata sebesar 0.17 %.

4.2.2. Deskripsi Nilai Variabel Free Cash Flow

Tabel 4.2

Nilai Free Cash Flow Perusahaan Sampel ( Juta Rupiah )

NO EMITEN 2008 2009 2010

1 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 7274.88 856.99 1659.16 2 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 2758.15 6461.45 7660.51 3 PT. Indo Acidatama Tbk -16861.85 -11159.55 -24015.15 4 PT. Indo Kordsa Tbk 297524.36 143137.54 -13571.58


(50)

Nilai Free Cash Flow Perusahaan Sampel ( Juta Rupiah )

5 PT. Intraco Penta Tbk -65850.07 201997.49 104903.6 6 PT. AKR Corporindo Tbk -354774.05 -164100.08 -139689.97

7 PT. Lautan Luas Tbk -519378 184942 -44730

8 PT. Mandom Indonesia Tbk -21150.06 61094.01 66381.6 9 PT. Jaya Pari Steel Tbk 87776.69 -110209.43 -10512.55 10 PT. Lionmesh Prima Tbk 4779.2 -4672.43 1674.96

11 PT. Dynaplast Tbk 45989.43 36341.23 -8629.32

12 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk -27129.25 3658.2. 12015.12

13 PT. Gudang Garam Tbk 694557 789321 1024515

14 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk 48974.01 -290623.87 124951.65 15 PT. Metrodata Electronics Tbk 28781.73 55944.5 65529.78 16 PT. Barito Pacific Tbk -6004314 2310481 1359113

17 PT. Pyridam Farma Tbk 35.92 -1236.87 -2187.42

18 PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk -1173 -345.41 -486.1 19 PT. Asiaplast Industry Tbk 18645.39 -34461.39 -4834.08

20 PT. Berlina Tbk -7643.28 39139.57 28100.5

Sumber : idx.co.id ( 20 Oktober 2012, diolah )

Tabel diatas menunjukkan nilai varabel free cash flow perusahaan sampel dari tahun 2008 – 2010. Dari tabel diatas dapat dilihat perubahan free cash flow setiap tahunnya. Pada tahun 2008 nilai free cash flow tertinggi dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk sebesar Rp. 694.557 juta, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Barito Pacific Tbk, yaitu sebesar minus Rp 6.004.314 juta.

Pada tahun 2009, nilai free cash flow tertinggi dimiliki oleh PT. Gudang Garam Tbk, yaitu sebesar Rp 789.321 juta, sedangkan yang terendah dimiliki oleh PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk, yaitu sebesar minus Rp


(51)

290.623,87 juta. Pada tahun 2010, nilai free cash flow tertinggi dimiliki oleh PT. Barito Pacific Tbk, yaitu sebesar Rp 1.359.113 juta, sedangkan nilai free cash flow terendah dimiliki oleh PT. AKR Corporindo Tbk sebesar minus Rp 139.689,97 juta.

4.2.3. Deskripsi Nilai Variabel DER Tabel 4.3

Nilai DER Perusahaan Sampel

NO EMITEN 2008 2009 2010

1 PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk 0.34 0.26 0.4 2 PT. Ricky Putra Globalindo Tbk 1 0.84 0.82

3 PT. Indo Acidatama Tbk 1.04 0.89 0.59

4 PT. Indo Kordsa Tbk 0.48 0.23 0.26

5 PT. Intraco Penta Tbk 2.46 1.9 2.9

6 PT. AKR Corporindo Tbk 1.81 2.2 2.01

7 PT. Lautan Luas Tbk 3.18 2.78 3.14

8 PT. Mandom Indonesia Tbk 0.12 0.13 0.1

9 PT. Jaya Pari Steel Tbk 0.48 0.3 0.37

10 PT. Lionmesh Prima Tbk 0.64 0.83 0.67

11 PT. Dynaplast Tbk 1.79 1.65 2.5

12 PT. Yanaprima Hastapersada Tbk 0.52 0.54 0.52

13 PT. Gudang Garam Tbk 0.55 0.48 0.44

14 PT. Alumindo Light Metal Industry Tbk 2.76 2.2 1.97 15 PT. Metrodata Electronics Tbk 2.74 2.04 1.63

16 PT. Barito Pacific Tbk 1.27 1.17 1.39

17 PT. Pyridam Farma Tbk 0.42 0.36 0.3

18 PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk 2.22 3.2 2.61 19 PT. Asiaplast Industry Tbk 1.2 0.94 0.45


(52)

Sumber : idx.co.id ( 10 Oktober 2012, diolah )

Tabel di samping menunjukkan tingkat Debt to Equity ( DER ), perusahaan – perusahaan sampel selama tiga tahun dari 2008 hingga 2010. dari tabel di atas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 PT. Lautan Luas Tbk memiliki tingkat DER yang paling tinngi yaitu sebesar 3.18, ini berarti PT. Lautan Luas Tbk memiliki tingkat hutang sebesar 3.18 kali dari nilai modalnya. Tingkat DER terendah dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia Tbk, yaitu sebesar 0.12, ini berarti PT. Mandom Indonesia memiliki hutang sebanyak 0.12 kali dari nilai modalnya.

Pada tahun 2009, PT. Perdana Bangun Pusaka Tbk memiliki tingkat DER tertinggi yaitu sebesar 3.2, hal ini berarti PT. Perdana Bangun Pusaka memiliki hutang sebesar 3.2 kali nilai modal yang dimiliknya, sedangkan yang terendah adalah PT. Mandom Indonesia Tbk sebesar 0.13, angka ini menceminkan bahwa hutang PT. Mandom Indonesia sebesar 0.13 kali dari nilai modalnya.

Pada 2010, perusahaan yang memiliki tingkat DER tertinggi adalah PT. Lautan Luas Tbk, dengan tingkat DER sebesar 3.14, hal ini berarti PT. Lautan Luas Tbk memiliki hutang sebesar 3.14 kali nilai modalnya, sedangkan DER terendah lagi – lagi dimiliki oleh PT. Mandom Indonesia Tbk sebesar 0.1, hal ini berarti tingkat hutang PT. Mandom Indonesia Tbk adalah sebesar 0.1 kali jumlah modal yang dimilikinya.

4.3. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisa data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul


(53)

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi ( Sugiyono, 2007 : 23 ). Deskripsi suatu data dilihat dari nilai rata – rata, standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.

Nilai minimum adalah nilai terkecil dari suatu rangkaian pengamatan, nilai maksimum adalah nilai terbesar dari suatu rangkaian pengamatan, rata – rata adalah hasil penjumlahan nilai seluruh data dibagi dengan banyaknya data, sementara itu deviasi standar adalah akar dari jumlah kuadrat dari selisih nilai data dengan rata – rata dibagi dengan banyaknya data.

Tabel 4.4 berikut ini menjelaskan ringkasan statistik deskriptif dari variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian ini.

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

MOWNSHP 60 .15 25.61 8.2977 8.49216

FCF 60 -6.00E6 2.31E6 -2.6237E2 8.84757E5

DER 60 .10 3.20 1.2595 .93253

Valid N (listwise) 60

Sumber : Diolah dengan SPSS 16.0

Dari tabel 4.4 diatas dapat disimpulkan bahwa :

1. Nilai rata – rata variabel kepemilikan manajerial adalah sebesar 8.2977 dengan deviasi standar adalah 8.49216. Nilai minimum adalah 0.15


(54)

sedangkan nilai maksimum adalah 25.61, dengan jumlah sampel sebanyak 60.

2. Nilai rata – rata variabel free cash flow adalah sebesar -2.6237, ini artinya secara umum perusahaan sampel memiliki nilai free cash flow yang negatif. Nilai minimum adalah -6.00 sedangkan nilai maksimum adalah sebesar 2.31. Jumlah sampel adalah 60.

3. Nilai rata – rata DER adalah 1.25 dengan deviasi standar 0.93. Nilai maksimum adalah 3.20 dan nilai minimum adalah 0.10. Jumlah sampel 60. 4.4. Uji Asumsi Klasik

4.4.1. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data dilakukan untuk melihat apakah suatu data terdistribusi secara normal atau tidak. Uji normalitas ini dapat dilakukan dengan menggunakan metode grafik juga dengan metode statistik. Dalam penelitian ini penulis menggunakan baik metode grafik juga metode statistik. 1. Metode Grafik

Metode grafik dapat dilakukan dengan dua alat yaitu grafik histogram dan grafik P-P Plot. Data yang baik adalah data yang memiliki distribusi normal. Pada histogram data yang mengikuti atau mendekati distribusi normal adalah distribusi data dengan bentuk lonceng. Pada grafik P-P Plot, suatu data dikatakan berdistribusi normal apabila titik – titik datanya tidak melenceng ke kiri atau ke kanan melainkan mengikuti dan menyebar di sekitar garis diagonal. Histogram dan grafik P-P Plot dapat dilihat dibawah ini.


(55)

Gambar 4.1 Histogram


(56)

Gambar 4.2 Normal P-P Plot

Pada gambar 4.1 menunjukkan bahwa histogram berbentuk lonceng yang hampir mendekati kurva normal. Sedangkan pada gambar 4.2 terlihat bahwa titik – titik menyebar di sekitar garis diagonal, hasil tersebut menunjukkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Metode Statistik

Pengujian normalitas data dengan hanya menggunakan metode grafik dapat menyesatkan, jika tidak dilihat dengan seksama. Untuk memberikan keyakinan yang lebih besar ada baiknya digunakan juga metode statistik. Uji statistik ini dilakukan dengan menggunkan uji kolmogorov-smirnov. Pada tabel dibawah ini disajikan hasil uji kolmogorov-smirnov.


(57)

Tabel 4.5

Hasil Uji Kolmogorov-smirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .86687255

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .077

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .595

Asymp. Sig. (2-tailed) .871

a. Test distribution is Normal.

Sumber : Hasil Pengolahan SPSS 16.0

Pengambilan keputusan dalam uji Kolmogorov-Smirnov ini adalah sebagai berikut :

1. Data tidak terdistribusi normal apabila nilai Asymp.Sig ( 2-tailed ) lebih kecil dari 0.05.

2. Data terdistribusi normal apabila nilai Asymp.Syg ( 2-tailed ) lebih besar dari 0.05.

Pada table diatas dapat dilihat bahwa nilai Asymp.Sig ( 2-tailed ) adalah 0.871, yang mana lebih besar dari nilai signifikan 0.05. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa variabel terdistribusi dengan normal.


(58)

4.4.2. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan penggnggu pada periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual ( kesalahan pengganggu ) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini biasanya terjadi pada data deret waktu ( time series ), karena gangguan pada satu data cenderung mengganggu data lainnya. Konsekuensi dari adanya autokorelasi dalam suatu model regresi adalah varians sampel tidak dapat menggambarkan varians populasinya. Lebih jauh lagi model regresi yang dihasilkan, tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.

Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Metode pendeteksian adanya autokorelasi adalah dengan menggunakan Durbin Watson test. Uji Durbin Watson hanya digunkan untuk autokorelasi tingkat satu ( first order autocorrelation ) dan mensyaratkan adanya intercept ( konstanta ) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel bebas.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi, yaitu :

1. Bila nilai DW terletak antara batas atas atau upper bound ( du ) dan ( 4-du ), maka koefisien korelasi sama dengan nol, yang berarti tidak ada autokorelasi.positif maupun negatif.


(59)

2. Bila DW lebih rendah dari batas bawah atau lower bound ( dl ), maka koefisien autokorelasi lebih besar dari pada nol, berarti ada autokorelasi positif.

3. Bila nilai DW lebih besar dari pada ( 4-dl ), maka koefisien autokorelasi lebih kecil dari pada nol, berarti ada autokorelasi negatif.

4. Bila DW terletak antara batas atas ( du ) dan batas bawah ( dl ) atau DW terletak diantara ( 4-du ) dan ( 4-dl ), maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

Hasil uji autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel – tabel dibawah ini :

Tabel 4.6

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .369a .136 .106 .88195 2.143

a. Predictors: (Constant), FCF, MOWNSHP

b. Dependent Variable: DER


(60)

Tabel 4.7

Durbin Watson Test Bound n k=2

dl du

6 . . . 60 0.61 . . . 1.51 1.4 . . . 1.65 Sumber : Penulis, 2011

Dari tabel 4.6 diketahui nilai DW sebesar 2.14, yang mana lebih besar dari batas atas ( du ) sebesar 1.65 dan kurang dari 4 – du sebesar 2.35. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai DW terletak antara upper bound ( du ) dan ( 4-du ) , maka tidak ada autokorelasi positif maupun negatif atau tidak ada autokorelasi.

4.4.3. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah di dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent variabel). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel – variabel bebasnya. Jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel – variabe ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel bebas yang nilai korelasi antar sesama variabel bebas adalah sama dengan nol. Apabila terjadi gejala multikolinearitas, maka akan menyebabkan hal – hal sebagai berikut :


(61)

2. Kesulitan dalam memisahkan pengaruh masing – masing variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen).

Beberapa sumber penyebab multikolinearitas adalah sebagai berikut : 1. Metode pengumpulan data yang digunakan membatasi nilai dari variabel

regressor.

2. Kendala – kendala model pada populasi yang diamati.

3. Spesifikasi model, misalnya penambahan bentuk polinomial terhadap model regresi, khususnya ketika nilai jarak antar variabel eksplanatoris sangant kecil.

4. Data time series, dimana nilai trend tercakup dalam nilai varaibel eksplanatoris yang ditunjukkan oleh penurunan atau peningkatan sejalan dengan waktu.

Untuk menguji ada tidaknya multikolinearitas dalam suatu model regresi dapat dilakukan dengan cara berikut ini :

1. Nilai R2 ( R-Squared ), yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel – variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.

2. Menganalisis matriks korelasi variabel – variabel bebas, jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi ( diatas 0,90 ), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel bebas tidak berarti tidak ada multikolinearitas. Multikolinearitas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel bebas.


(62)

3. Multikolinearitas dapat juga dilihat dari nilai Variance Inflation Factor ( VIF ) dan tolerance. Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel bebas yang dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel bebas menjadi varabel terikat dan diregres terhadap variabel bebas lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel bebas yang terpilih yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi ( karena VIF = 1/tolerance ) dan menunjukkan adanya kolinearitas yang tinggi.

Hasil pengujian multikolinearitas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.8

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.590 .160 9.947 .000

MOWNSHP -.040 .014 -.363 -2.948 .005 .999 1.001

FCF -5.744E-8 .000 -.055 -.442 .660 .999 1.001

a. Dependent Variable: DER

Sumber : Hasil pengolahan data dengan menggunakan SPSS 16.0

Untuk mendeteksi ada atau tidak adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat toleransi vriabel dan Variance Inflation Factor ( VIF ) dengan membandingkan sebagai berikut :


(63)

• VIF < 5 maka tidak terdapat multikolinearitas.

Tolerance < 0.1 maka diduga mempunyai persoalan

multikolinearitas.

Tolerance > 0.1 maka tidak terdapat multikolinearitas.

Dari hasil output SPSS pada tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa nilai VIF semua variabel berada di bawah 5 dan nilai tolerance semua variabel di atas 0.1, maka dapat disimpulkan pada model regresi tidak ditemukan persoalan multikolinearitas.

4.4.4. Uji Heterokedastisitas

Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain, jika dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas.

Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas yaitu melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Deteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara variabel terikat dan residualnya dimana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual ( Y prediksi – Y sesungguhnya ).

Dasar analisis dalam menentukan ada atau tidaknya heterokedastisitas adalah sebagai berikut :


(64)

1. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Gambar 4.3 Scatterplot


(65)

Dari scatterplot diatas dapat disimpulkan bahwa data menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y,juga diketahui titik - titik data tidak mengumpul di satu tempat dan tidak membentuk pola – pola tertentu, maka disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas.

4.5. Pengujian Hipotesis

Sesuai dengan kaidah dalam melakukan analisis regresi berganda, bahwa suatu persamaan regresi harus memiliki data yang terdistribusi normal, bebas heterokedastisitas dan bebas multikolinearitas dan bebas autokorelasi agar diperoleh persamaan regresi yang baik dan tidak bias. Dari hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan di atas, maka diketahui bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini terdistribusi secara normal, bebas heterokedastisitas, dan tidak terdapat multikolinearitas serta tidak terdapat autokorelasi, sehingga memenuhi segala persyaratan untuk melakukan analisis regresi berganda dengan baik.

Untuk menjawab masalah, mencapai tujuan dan menjawab hipotesis yang diajukan serta untuk mengetahui apakah variabel eksplanatori secara signifikan berpengaruh terhadap variabel terikat, baik secara parsial maupun simultan, maka perlu dilakukan uju t dan uji F. Hasil – hasil uji t serta uji F akan dijelaskan dibawah ini.


(66)

Tabel 4.9 Koefisien Deteminasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .369a .136 .106 .88195

a. Predictors: (Constant), FCF, MOWNSHP

Sumber : Hasil pengolahan data menggunakan SPSS 16.0 Tabel 4.10

Anova

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 6.970 2 3.485 4.481 .016a

Residual 44.337 57 .778

Total 51.307 59

a. Predictors: (Constant), FCF, MOWNSHP

b. Dependent Variable: DER

Sumber : Hasil Pengolahan data menggunakan SPSS 16.0

Tabel 4.11 Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.590 .160 9.947 .000

MOWNSHP -.040 .014 -.363 -2.948 .005

FCF -5.744E-8 .000 -.055 -.442 .660

a. Dependent Variable: DER


(67)

Dari tabel 4.9 diketahui koefisien multiple korelasi antara variabel independen dengan variabel dependen adalah sebesar 0,369 ( R=0,369 ), hal ini menunjukkan tingkat keeratan hubungan antara variabel independen yaitu kepemilikan manajerial dan free cash flow terhadap variabel dependen yaitu DER adalah sebesar 36,9 %. Untuk memastikan tipe hubungan antar variable dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.12

Keeratan Hubungan Antar Variabel

Nlai Interpretasi

0,0 – 0,19 Sangat tidak erat

0,2 – 0,39 Tidak erat

0,4 – 0,59 Cukup erat

0,6 – 0,79 Erat

0,8 – 0,99 Sangat erat

Nilai koefisien determinasi ( R2 ) adalah sebesar 0,136, ini berarti 13,6 % faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat hutang ( DER ) perusahaan manufaktur yang terdapat di Bursa Efek Indonesia dapat dijelaskan oleh kepemilikan manajerial dan free cash flow, sedangkan sisanya sebesar 86,4 % dapat dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dijelaskan dalam model penelitian ini. Tabel 4.11 merupakan hasil analisis regresi menggunakan software SPSS untuk uji t. Dari tabel tersebut dapat ditulis persamaan regresi untuk penelitian ini sebagai berikut :


(1)

Lampiran iv


(2)

Lampiran v Hasil Kolmogorov-Smirnov Test

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 60

Normal Parametersa Mean .0000000

Std. Deviation .86687255

Most Extreme Differences Absolute .077

Positive .077

Negative -.057

Kolmogorov-Smirnov Z .595

Asymp. Sig. (2-tailed) .871

a. Test distribution is Normal.

Lampiran vi

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .369a .136 .106 .88195 2.143

a. Predictors: (Constant), FCF, MOWNSHP b. Dependent Variable: DER


(3)

Lampiran vii

Durbin Watson Test Bound

Critical Values for the Durbin-Watson Statistic Level of Significance α = .05

n k=1 k=2 k=3 k=4 k=5

dL dU dL dU dL dU dL dU dL dU

6 0.61 1.40

7 0.70 1.36 0.47 1.90

8 0.76 1.33 0.56 1.78 0.37 2.29

9 0.82 1.32 0.63 1.70 0.46 2.13 0.30 2.59

10 0.88 1.32 0.70 1.64 0.53 2.02 0.38 2.41 0.24 2.82

11 0.93 1.32 0.66 1.60 0.60 1.93 0.44 2.28 0.32 2.65

12 0.97 1.33 0.81 1.58 0.66 1.86 0.51 2.18 0.38 2.51

13 1.01 1.34 0.86 1.56 0.72 1.82 0.57 2.09 0.45 2.39

14 1.05 1.35 0.91 1.55 0.77 1.78 0.63 2.03 0.51 2.30

15 1.08 1.36 0.95 1.54 0.82 1.75 0.69 1.97 0.56 2.21

16 1.10 1.37 0.98 1.54 0.86 1.73 0.74 1.93 0.62 2.15

17 1.13 1.38 1.02 1.54 0.90 1.71 0.78 1.90 0.67 2.10

18 1.16 1.39 1.05 1.53 0.93 1.69 0.92 1.87 0.71 2.06

19 1.18 1.4 1.08 1.53 0.97 1.68 0.86 1.85 0.75 2.02

20 1.20 1.41 1.10 1.54 1.00 1.68 0.90 1.83 0.79 1.99

21 1.22 1.42 1.13 1.54 1.03 1.67 0.93 1.81 0.83 1.96

22 1.24 1.43 1.15 1.54 1.05 1.66 0.96 1.80 0.96 1.94

23 1.26 1.44 1.17 1.54 1.08 1.66 0.99 1.79 0.90 1.92

24 1.27 1.45 1.19 1.55 1.10 1.66 1.01 1.78 0.93 1.90

25 1.29 1.45 1.21 1.55 1.12 1.66 1.04 1.77 0.95 1.89

26 1.30 1.46 1.22 1.55 1.14 1.65 1.06 1.76 0.98 1.88

27 1.32 1.47 1.24 1.56 1.16 1.65 1.08 1.76 1.01 1.86

28 1.33 1.48 1.26 1.56 1.18 1.65 1.10 1.75 1.03 1.85

29 1.34 1.48 1.27 1.56 1.20 1.65 1.12 1.74 1.05 1.84

30 1.35 1.49 1.28 1.57 1.21 1.65 1.14 1.74 1.07 1.83

31 1.36 1.50 1.30 1.57 1.23 1.65 1.16 1.74 1.09 1.83

32 1.37 1.50 1.31 1.57 1.24 1.65 1.18 1.73 1.11 1.82

33 1.38 1.51 1.32 1.58 1.26 1.65 1.19 1.73 1.13 1.81


(4)

45 1.48 1.57 1.43 1.62 1.38 1.67 1.34 1.72 1.29 1.78

50 1.50 1.59 1.46 1.63 1.42 1.67 1.38 1.72 1.34 1.77

55 1.53 1.60 1.49 1.64 1.45 1.68 1.41 1.72 1.38 1.77

60 1.55 1.62 1.51 1.65 1.48 1.69 1.44 1.73 1.41 1.77

65 1.57 1.63 1.54 1.66 1.50 1.70 1.47 1.73 1.44 1.77

70 1.58 1.64 1.55 1.67 1.52 1.70 1.49 1.74 1.46 1.77

75 1.60 1.65 1.57 1.68 1.54 1.71 1.51 1.74 1.49 1.77

80 1.61 1.66 1.59 1.69 1.56 1.72 1.53 1.74 1.51 1.77

85 1.62 1.67 1.60 1.70 1.57 1.72 1.55 1.75 1.52 1.77

90 1.63 1.68 1.61 1.70 1.59 1.73 1.57 1.75 1.54 1.78

95 1.64 1.69 1.62 1.71 1.60 1.73 1.58 1.75 1.56 1.78

100 1.65 1.69 1.63 1.72 1.61 1.74 1.59 1.76 1.57 1.78

150 1.72 1.75 1.71 1.76 1.69 1.77 1.68 1.79 1.66 1.80

200 1.76 1.78 1.75 1.79 1.74 1.80 1.73 1.81 1.72 1.82

Lampiran viii

Hasil Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.590 .160 9.947 .000

MOWNSHP -.040 .014 -.363 -2.948 .005 .999 1.001

FCF -5.744E-8 .000 -.055 -.442 .660 .999 1.001


(5)

Lampiran ix

Scatterplot

Lampiran x Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.


(6)

Lampiran xi

Hasil Uji t

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 1.590 .160 9.947 .000

MOWNSHP -.040 .014 -.363 -2.948 .005

FCF -5.744E-8 .000 -.055 -.442 .660

a. Dependent Variable: DER

Lampiran xii

Koefisien Determinasi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 .369a .136 .106 .88195


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 101

Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Industri Tekstil dan Garmen yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 99 107

Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 42 93

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 97

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 20

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 6 24

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAA MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 15 22

Hubungan Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial dan Free Cash Flow dengan Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur Terdaftar di BEI.

0 1 18

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 88