Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENGARUH KEPEMILIKAN MANAJERIAL, INVESTMENT OPPORTUNITY SET, FREE CASH FLOW, DAN UKURAN PERUSAHAAN

TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR PADA

BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

OLEH :

WIKKY NALAPRAYOGA MUTIAH 070503229

PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pengaruh kepemilikan manajerial, investment opportunity set, free cash flow, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan populasi sebanyak 152 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia diperoleh 22 perusahaan yang dijadikan sampel pada periode tahun 2008-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupalaporan keuangan perusahaan

yang diperoleh dari website resmi BEI yaitu

diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Variabel yang diteliti adalah kepemilikan manajerial (MOWNSP), investment opportunity set (IOS), free cash flow (FCF), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan hutang (DER).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial, hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yaitu investment opportunity set dan ukuran perusahaan, sedangkan variabel kepemilikan manajerial dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci : kepemilikan manajerial, investment opportunity set, free cash flow, ukuran perusahaan, kebijakan hutang


(3)

ABSTRACT

This study aims to analyze how far the influence of managerial ownership, investment opportunity set, free cash flow, and firm size of debt policy on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method used is purposive sampling method with a population of 152 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange acquired 22 companies sampled in the period 2008-2010. The data used in this study is secondary data from company financial statements obtained from the official website of IDX www.idx.co.id. Research hypotheses tested with using multiple regression analysis.

The variables studied are managerial ownership (MOWNSP), investment opportunity set (IOS), free cash flow (FCF), and firm size (SIZE). While the dependent variable is debt policy (DER).

The results of this study indicate that simultaneously all of independent variables significantly influence to debt policy. Partially, only two variables that significantly influence to debt policy which is investment opportunity set and firm size, while the managerial ownership variabel and free cash flow had no significant effect to the debt policy of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX).

Keyword : managerial ownership, investment opportunity set, free cash flow, firm size, debt policy


(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil‘alamin, segala puji hanya bagi Allah SWT semesta

alam, yang telah melimpahkan berbagai nikmat, hidayah dan kasih sayangNya

kepada penulis sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Pengaruh

Kepemilikan Manajerial, Investment Opportunity Set, Free Cash Flow, dan

Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur

yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)” dapat diselesaikan dengan baik.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi dan doa dari

berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan, yaitu kepada :

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak. selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu, pikiran, dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan


(5)

5. Ibu Dra. Tapianda Sari Lubis, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembanding I dan

Bapak Drs. Idhar Yahya, MBA, Ak. selaku Dosen Pembanding II saya atas segala masukan dan saran yang telah diberikan.

6. Orang tua saya, Drs. Erwin Said, M.Si dan Eva Elisa, serta mama Nelly

Purnamasari, keempat saudara kandung saya Widya Nalapratama Mutiah,

Willy Nalapraya Mutiah, Wivvy Nalaprapat Mutiah, dan Wildan Faiz, yang

selama ini senantiasa melimpahkan cinta dan kasih sayangnya serta selalu

mendoakan dan mendukung saya dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Teman-teman seperjuang, yang selalu setia memberikan cinta, perhatian,

dukungan, nasehat, semangat dan motivasi tersendiri sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan

skripsi ini.

Medan, Desember 2011 Penulis

Wikky Nalaprayoga Mutiah NIM: 070503229


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 6

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 8

2.1.1 Pengertian Hutang ... 8

2.1.2 Kebijakan Hutang ... 8

2.1.3 Teori Kebijakan Hutang ... 10

a. Agency Theory ... 10

b. Signaling Theory ... 11

c. Static Trade Off Theory ... 12

d. Pecking Order Theory ... 12

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang ... 13

a. Kepemilikan Manajerial ... 13

b. Investment Opportunity Set ... 14

c. Free Cash Flow ... 16

d. Ukuran Perusahaan ... 17

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 18

2.3 Kerangka Konseptual ... 23

2.4 Hipotesis Penelitian ... 24

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 26


(7)

3.2.1 Populasi Penelitian ... 26

3.2.2 Sampel Penelitian ... 27

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 29

3.4 Teknik Pengambilan Data ... 29

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 29

3.6 Metode Analisis Data ... 31

3.6.1 Uji Asumsi Klasik ... 31

a. Uji Normalitas ... 31

b. Uji Multikolinearitas ... 32

c. Uji Heterokedastisitas ... 33

d. Uji Autokorelasi ... 33

3.6.2 Uji Hipotesis ... 34

a. Model Regresi Linear Berganda ... 34

b. Koefisien Determinasi ... 34

c. Uji Parsial (t-test) ... 35

d. Uji Simultan (F-test) ... 35

3.7 Jadwal Penelitian ... 37

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Statistik Deskriptif ... 38

4.2 Pengujian Asumsi Klasik ... 41

4.2.1 Uji Normalitas Data ... 41

4.2.2 Uji Multikolinearitas ... 44

4.2.3 Uji Heterokedastisitas ... 45

4.2.4 Uji Autokorelasi ... 46

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 47

4.3.1 Model Regresi Linear Berganda ... 48

4.3.2 Koefisien Determinasi (R2) ... 50

4.3.3 Uji Signifikan Parsial (t-test) ... 51

4.3.4 Uji Signifikan Simultan (F-test) ... 54

4.4 Pembahasan Hasil Analisis Penelitian ... 55

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 60

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 61

5.3 Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63


(8)

DAFTAR TABEL

Keterangan Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 21

Tabel 3.1 Rekapitulasi Pengambilan Sampel ... 27

Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 28

Tabel 3.3 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 30

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian ... 37

Tabel 4.1 Hasil Statistik Deskriptif ... 38

Tabel 4.2 Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov ... 42

Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinearitas ... 45

Tabel 4.4 Hasil Uji Durbin-Watson ... 47

Tabel 4.5 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 48

Tabel 4.6 Hasil Koefisien Determinasi ... 51

Tabel 4.7 Hasil Uji Parsial (t-test) ... 52


(9)

DAFTAR GAMBAR

Keterangan Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 23

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 43

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot ... 43


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Keterangan Judul Halaman

Lampiran i Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 66

Lampiran ii Data Kepemilikan Manajerial ... 70

Lampiran iii Data Investment Opportunity Set ... 71

Lampiran iv Data Free Cash Flow ... 72

Lampiran v Data Ukuran Perusahaan ... 73

Lampiran vi Data Debt to Equity Ratio ... 74

Lampiran vii Statistik Deskriptif ... 74

Lampiran viii Hasil Uji Normalitas ... 75

Lampiran ix Hasil Uji Multikolinearitas ... 76

Lampiran x Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 77

Lampiran xi Hasil Uji Autokorelasi ... 77

Lampiran xii Hasil Uji Regresi ... 78

Lampiran xiii Hasil Koefisien Determinasi ... 78

Lampiran xiv Hasil Uji Parsial (t-test) ... 78


(11)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh mana pengaruh kepemilikan manajerial, investment opportunity set, free cash flow, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI). Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan populasi sebanyak 152 perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia diperoleh 22 perusahaan yang dijadikan sampel pada periode tahun 2008-2010. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupalaporan keuangan perusahaan

yang diperoleh dari website resmi BEI yaitu

diuji dengan menggunakan analisis regresi berganda.

Variabel yang diteliti adalah kepemilikan manajerial (MOWNSP), investment opportunity set (IOS), free cash flow (FCF), dan ukuran perusahaan (SIZE). Sedangkan variabel dependennya adalah kebijakan hutang (DER).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan semua variabel independen berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial, hanya dua variabel yang berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang yaitu investment opportunity set dan ukuran perusahaan, sedangkan variabel kepemilikan manajerial dan free cash flow tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Kata kunci : kepemilikan manajerial, investment opportunity set, free cash flow, ukuran perusahaan, kebijakan hutang


(12)

ABSTRACT

This study aims to analyze how far the influence of managerial ownership, investment opportunity set, free cash flow, and firm size of debt policy on manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX). The sampling method used is purposive sampling method with a population of 152 manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange acquired 22 companies sampled in the period 2008-2010. The data used in this study is secondary data from company financial statements obtained from the official website of IDX www.idx.co.id. Research hypotheses tested with using multiple regression analysis.

The variables studied are managerial ownership (MOWNSP), investment opportunity set (IOS), free cash flow (FCF), and firm size (SIZE). While the dependent variable is debt policy (DER).

The results of this study indicate that simultaneously all of independent variables significantly influence to debt policy. Partially, only two variables that significantly influence to debt policy which is investment opportunity set and firm size, while the managerial ownership variabel and free cash flow had no significant effect to the debt policy of manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange (IDX).

Keyword : managerial ownership, investment opportunity set, free cash flow, firm size, debt policy


(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Menurut Kepala BPS, Rusman Heriawan yang dikutip dalam

www.indonesiafinancetoday.com menyatakan bahwa pertumbuhan produksi

industri manufaktur kuartal II 2011 sebesar 4,79% dibandingkan kuartal II 2010.

Selama tiga tahun terakhir, menurut data BPS terjadi kenaikan pertumbuhan

produksi industri manufaktur besar dan sedang. Pertumbuhan produksi industri

manufaktur besar dan sedang tahunan pada tahun 2010 mengalami kenaikan

sebesar 4,41 persen dari tahun 2009. Produksi industri tahun 2009 naik sebesar

1,34 persen dari tahun 2008 dan produksi industri tahun 2008 naik sebesar 3,01

persen dari tahun 2007. Pertumbuhan produksi industri manufaktur yang cukup

signifikan ini memerlukan sumber pendanaan untuk tambahan modal yang secara

umum dapat diperoleh dari sumber internal dan juga sumber eksternal untuk

menjalankan operasinya. Sumber pendanaan internal perusahaan merupakan

sumber dana yang diperoleh dari dalam perusahaan, dimana dalam memenuhi

kebutuhan modal perusahaan menggunakan dana yang dihasilkan oleh aktivitas

perusahaan tersebut seperti modal pemilik perusahaan dan laba ditahan. Sumber

pendanaan internal juga sering disebut sebagai sumber utama untuk mendanai

kegiatan operasional perusahaan, sedangkan sumber pendanaan eksternal

perusahaan merupakan sumber dana yang diperoleh dari luar perusahaan dengan


(14)

Kebijakan pendanaan dengan meminjam modal kepada kreditor (hutang)

dianggap lebih menguntungkan bagi perusahaan karena kreditor tidak akan

mengganggu hak kepemilikan perusahaan dan pembagian keuntungan yang

diperoleh perusahaan. Perusahaan juga lebih cenderung memilih untuk

menerbitkan hutang daripada menerbitkan saham baru dengan alasan jika

menerbitkan saham baru, maka pemegang saham lama akan merasa bahwa dengan

adanya penerbitan saham baru yang dilakukan oleh perusahaan akan mengurangi

hak pemegang saham lama dan mereka harus membagi hak dengan pemegang

saham baru. Pihak perusahaan harus mengelola hutang dengan hati-hati karena

semakin tinggi level hutang suatu perusahaan maka akan semakin tinggi resiko

keuangan yang dihadapi oleh perusahaan.

Adanya kepemilikan manajerial (managerial ownership) dapat

mempengaruhi kebijakan suatu perusahaan. Kepemilikan manajerial merupakan

persentase kepemilikan saham dimana pihak manajemen perusahaan memiliki

saham perusahaan atau dengan kata lain pihak manajemen perusahaan tersebut

sekaligus sebagai pemegang saham pada perusahaan tersebut. Dengan adanya

kepemilikan manajerial, pihak manajer perusahaan akan lebih berhati-hati dalam

mengambil keputusan dalam kebijakan pendanaan perusahaan karena manajer

akan menanggung resiko dari keputusan yang diambilnya. Penelitian mengenai

pengaruh hubungan kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang

perusahaan telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti dan menemukan hasil

penelitian yang berbeda. Dalam penelitian Faisal (2004) dan Siswandi (2011)


(15)

signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, dan berbeda dengan hasil

penelitian Pithaloka (2009) dan penelitian Damayanti (2006) yang menemukan

bahwa kepemilikan manajerial memiliki hubungan yang tidak signifikan terhadap

kebijakan hutangperusahaan.

Investment Opportunity Set atau set kesempatan investasi juga dapat

mempengaruhi kebijakan pendanaan perusahaan. Smith dan Watts (1992) yang

dikutip dalam Faisal (2004) secara empiris menemukan adanya bukti bahwa pada

perusahaan yang mempunyai kesempatan untuk lebih besar mempunyai rasio

Debt to Equity Ratio (DER) yang lebih rendah dalam kebijakan struktur

modalnya. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang besar akan

menghasilkan profit yang tinggi, dengan demikian akan dapat meminimalkan

level hutang perusahaan tersebut dan perusahaan tersebut akan mengutamakan

sumber pendanaan yang berasal dari internal perusahaan sebagai biaya investasi

mereka. Sedangkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah akan

menghasilkan profit yang rendah juga, sehingga perusahaan tersebut akan

menggunakan sumber pendanaan tambahan yang berasal dari eksternal perusahan

dengan penggunaan hutang sebagai biaya investasinya. Dalam penelitian Jaggi

dan Gul (1999) menunjukkan bahwa investment opportunity set tidak memiliki

hubungan yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, dan

berbeda dengan hasil penelitian Faisal (2004) yang menunjukkan hasil bahwa set

kesempatan investasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan

hutang dan Damayanti (2006) yang menunjukkan bahwa set kesempatan investasi


(16)

Jensen (1986) yang dikutip dalam Faisal (2004) menjelaskan bahwa

peningkatan hutang akan mengurangi free cash flow atau aliran kas bebas

perusahaan. Dengan adanya hutang akan menurunkan free cash flow perusahaan

karena sebagian dari free cash flow tersebut digunakan untuk membayar hutang

dan bunganya kepada kreditor, sehingga free cash flow yang tersedia akan sedikit

dan hal tersebut dapat mengurangi kegiatan pemborosan atau tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh manajer perusahaan untuk kepentingan manajemen dan dapat

mengurangi konflik yang terjadi antara manajer perusahaan dengan pemegang

saham. Apabila free cash flow perusahaan yang tersedia cukup besar dan dengan

pengawasan yang kurang efektif maka pihak manajer perusahaan akan bertindak

demi kepentingan mereka sendiri. Dalam penelitian Jaggi dan Gul (1999), Faisal

(2004), dan Damayanti (2006) menunjukkan bahwa free cash flow memiliki

pengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan, dan

berbeda dengan hasil penelitian Siswandi (2011) yang menunjukkan bahwa free

cash flow tidak memiliki pengaruh terhadap kebijakan hutang.

Ukuran perusahaan (SIZE) juga diperkirakan dapat mempengaruhi

kebijakan pendanaan pada perusahaan. Perusahaan yang semakin besar akan lebih

banyak membutuhkan modal untuk menjalankan operasinya dan ketika dana yang

berasal dari internal perusahaan tidak mencukupi kebutuhan perusahaan sehingga

memerlukan tambahan modal yang bersumber dari eksternal perusahaan yaitu

dengan meminjam modal kepada kreditor atau menerbitkan saham. Kutipan

Pithaloka (2009) dengan pendekatan Pecking Order Theory menyatakan bahwa


(17)

perusahaan daripada sumber eksternal perusahaan, sehingga level hutang

perusahaan dikatakan kecil. Hal tersebut tidak mendukung penelitian Jaggi dan

Gul (1999), Faisal (2004) dan penelitian Pithaloka (2009) yang menunjukkan

bahwa ukuran perusahaan memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap

kebijakan hutang perusahaan.

Fenomena ketidakkonsistenan hasil penelitian yang telah dijelaskan

sebelumnya membutuhkan penelitian lebih lanjut dengan memfokuskan objek

penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia

(BEI) mengingat pertumbuhan perusahaan manufaktur yang cukup signifikan dari

tahun ke tahunnya dan memerlukan pendanaan yang bersumber dari eksternal

perusahaan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah

dilakukan oleh Faisal (2004). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang

dilakukan oleh Faisal terletak pada periode tahun penelitian yaitu tahun 2000

sampai tahun 2002.

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian mengenai pengaruh kepemilikan manajerial, investment opportunity set,

free cash flow, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian


(18)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan

masalah pada penelitian ini adalah apakah kepemilikan manajerial, investment

opprtunity set, free cash flow, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial

dan simultan terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah

kepemilikan manajerial, investment opportunity set, free cash flow, dan

ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kebijakan hutang pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 baik

secara parsial maupun simultan.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi

pihak-pihak yang berkepentingan antara lain sebagai berikut:

a. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan untuk mengembangkan wawasan

pengetahuan peneliti khususnya mengenai pengaruh struktur

kepemilikan manajerial, investment opportunity set, free cash flow, dan


(19)

b. Bagi perusahaan, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

alternatif pendanaan dan aspek-aspek yang mempengaruhinya.

c. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam

mengambil keputusan untuk melakukan investasi pada pasar modal.

d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi tambahan bagi peneliti

selanjutnya dan dapat mengembangkan dan memperluas penelitian


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis

2.1.1 Pengertian Hutang

Hutang adalah semua kewajiban keuangan perusahaan kepada

pihak-pihak lain yang belum terpenuhi, dimana hutang ini merupakan sumber dana

atau modal suatu perusahaan. Hutang terdiri atas hutang lancar (hutang

jangka pendek) dan hutang tidak lancar (hutang jangka panjang).

Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu:

1) Hutang lancar (hutang jangka pendek)

Hutang lancar yaitu kewajiban keuangan perusahaan yang

pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka

pendek (satu tahun sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva

lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

2) Hutang tidak lancar (hutang jangka panjang)

Hutang tidak lancar yaitu kewajiban keuangan yang jangka waktu

pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu

tahun sejak tanggal neraca).

2.1.2 Kebijakan Hutang

Kebijakan hutang merupakan kebijakan pendanaan yang dilakukan oleh


(21)

untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan. Kebijakan hutang juga

merupakan salah satu kebijakan pendanaan yang berasal dari eksternal

perusahaan.

Myers dan Maljuf (1984) dalam Faisal (2004) menjelaskan bahwa

keterkaitan antara kebijakan hutang dengan profitabilitas perusahaan yang

menyatakan bahwa perusahaan yang lebih menguntungkan akan menurunkan

hutangnya. Perusahaan lebih memilih membiayai perusahaan mereka dengan

menggunakan sumber dana yang diperoleh dari internal perusahaan.

Kebijakan hutang memiliki pengaruh pendisiplinan perilaku manajer.

Hutang akan mengurangi agency conflict dan meningkatkan nilai perusahaan.

Peningkatan hutang meningkatkan leverage sehingga meningkatkan

kemungkinan kesulitan-kesulitan keuangan atau kebangkrutan. Kekhawatiran

akan kebangkrutan mendorong manajer agar efisien, sehingga memperbaiki

biaya agensi. Hutang memaksa perusahaan membayar pokok hutang dan

bunga sehingga mengurangi free cash flow dan menurunkan insentif manajer

untuk berperilaku memuaskan diri sendiri.

Kebijakan hutang sering diukur menggunakan debt to equity ratio yang

mencerminkan kemampuan perusahaan dengan menggunakan seluruh

kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang

digunakan untuk membayar hutang. Semakin tinggi level hutang perusahaan,

maka kemungkinan resiko keuangan dan kegagalan perusahaan juga akan

semakin tinggi. Oleh karena itu, semakin rendah tingkat level hutang


(22)

seluruh kewajibannya. Peningkatan level hutang akan mempengaruhi tingkat

pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham termasuk dividen yang

akan diterima. Tingkat level hutang yang rendah diharapkan dapat

mengurangi resiko keuangan dan tingkat kebangkrutan perusahaan.

2.1.3 Teori Kebijakan Hutang a. Agency Theory

Agency Theory menjelaskan bahwa sebagai agen dari pemegang

saham, manajer tidak selalu bertindak demi kepentingan pemegang

saham sehingga terjadi konflik antara manajer perusahaan dengan

pemegang saham.

Hal ini terjadi karena manajer perusahaan lebih mengutamakan

kepentingan pribadi. Pemegang saham tidak menyukai kepentingan

pribadi manajer karena akan menambah biaya bagi perusahaan dan

mengurangi keuntungan yang diterima. Untuk itu mengurangi agency

conflict tersebut, diperlukan mekanisme pengawasan yang dapat

mensejajarkan kepentingan-kepentingan tersebut yang dapat dilakukan

dengan cara seperti pengikatan agen, pemeriksaan laporan keuangan,

dan pembatasan terhadap pengambilan keputusan oleh manajemen.

Dengan melakukan pengawasan tersebut maka diperlukan biaya

keagenan atau sering disebut dengan agency cost.

Menurut Jensen dan Meckling (1976) dalam Faisal (2004)


(23)

1) Monitoring Costs

Monitoring Costs meruapakan biaya untuk memonitor perilaku

manajer perusahaan.

2) Bonding Costs

Bonding Costs merupakan biaya untuk membentuk mekanisme

untuk menjamin bahwa manajer perusahaan akan bertindak sesuai

dengan kepentingan pemegang saham.

3) Residual Loss

Residual Loss merupakan biaya untuk mendorong manajer

perusahaan agar bertindak sesuai dengan kemampuannya untuk

kepentingan pemegang saham.

b. Signaling Theory

Signaling Theory merupakan suatu tindakan yang diambil

manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang

bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Brigham dan

Houston (2001) dalam Phitaloka (2009) menjelaskan bahwa perusahaan

dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari

penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan

dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi

target struktur modal yang normal.

Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan


(24)

suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek

perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan

penjualan saham baru lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya

akan menurun. Karena hal tersebut berarti memberikan isyarat negatif

yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek

perusahaan cerah.

c. Static Trade Off Theory

Teori ini berasumsi bahwa struktur modal suatu perusahaan

ditentukan dengan mempertimbangkan manfaat pengurangan pajak

ketika hutang meningkat di satu sisi dan meningkatnya agency cost

ketika hutang meningkat pada sisi yang lain. Ketika manfaat

pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan

agency cost maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya dan

peningkatan hutang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas

tambahan hutang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dengan

peningkatan agency cost.

d. Pecking Order Theory

Teori ini pertama kali dikenalkan oleh Donaldson pada tahun

1961 (Pithaloka, 2009). Pecking Order Theory mengatakan bahwa

perusahaan lebih cenderung memilih pendanaan yang berasal dari


(25)

laba ditahan, dan depresiasi dari pada yang berasal dari eksternal

perusahaan (eksternal financing). Penggunaan dana internal lebih

didahulukan dibandingkan dengan penggunaan dana yang bersumber

dari eksternal. Penggunaan sumber pendanaan eksternal oleh

perusahaan dilakukan apabila pendanaan sumber internal tidak

mencukupi. Dalam Pecking Order Theory manajer konsisten dengan

tujuan utama perusahaan yaitu memakmurkan kekayaan pemegang

saham.

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Hutang a. Kepemilikan Manajerial

Christiawan dan Josua (2007) menyatakan bahwa kepemilikan

manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan

atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang

saham. Dengan adanya kepemilikan manajerial menunjukkan adanya

peran ganda seorang manajer, yakni manajer bertindak juga sebagai

pemegang saham. Sebagai seorang manajer sekaligus pemegang saham,

ia tidak ingin perusahaan mengalami kesulitan keuangan atau bahkan

kebangkrutan.

Kesulitan keuangan atau kebangkrutan usaha akan merugikan

baik sebagai manajer atau sebagai pemegang saham. Sebagai manajer

akan kehilangan insentif dan sebagai pemegang saham akan kehilangan


(26)

resiko ini adalah dengan menurunkan tingkat debt yang dimiliki

perusahaan (Brailsford et al, 1999 dalam Christiawan dan Josua, 2007).

Debt yang tinggi akan meningkatkan resiko kebangkrutan perusahaan,

karena perusahan akan mengalami financial distress. Karena itulah

maka manajer akan berusaha menekan jumlah debt serendah mungkin.

Tindakan ini di sisi lain tidak menguntungkan karena perusahaan hanya

mengandalkan dana dari pemegang saham. Perusahaan tidak bisa

berkembang dengan cepat, dibandingkan jika perusahaan juga

menggunakan dana dari kreditor.

b. Investment Opportunity Set

Myers (1977) dalam Faisal (2004) mengemukakan bahwa IOS

merupakan satu kombinasi antara aktiva riil dan opsi investasi masa

depan. IOS tersebut akan mempengaruhi nilai suatu perusahaan dan

berhubungan dengan kemampuan suatu perusahaan dalam

mengeksploitasi kesempatan mengambil keuntungan dibandingkan

dengan perusahaan lain yang setara dalam kelompok industrinya.

Perusahaan yang memiliki potensi tumbuh tinggi diidentifikasi sebagai

perusahaan yang mengalami peningkatan pada aktiva riilnya dan

peningkatan pada peluang investasinya, sebaliknya perusahaan yang

memiliki potensi tumbuh rendah diidentifikasi sebagai perusahaan yang


(27)

mengalami penurunan nilai karena perusahaan tersebut tidak mampu

menangkap peluang untuk investasi.

Kallapur dan Trombley (1999) yang dikutip dalam Faisal (2004)

mengklasifikasikan IOS menjadi tiga kelompok yaitu :

a. Proksi yang berbasis pada harga (price-based proxies).

Investment Opportunity Set berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place). Rasio-rasio yang berkaitan dengan proksi pasar adalah market to book value of equity; market to book value of asset; Tobin’s Q; earnings to price ratios; ratio of properti, plant, and equipment to firm value; ratio of depreciation to firm value.

b. Proksi yang berbasis pada investasi (investment-based proxies).

Proksi IOS berdasarkan investasi mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang diinvestasikan untuk waktu yang lama dalam suatu perusahaan. Proksi ini berbentuk suatu rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio tersebut adalah ratio of R&D to assets, ratio of R&D to sales, ratio of capital expenditure to firm value, investment intensity, ratio of capital expenditure to book value of assets, investment to sales ratio.

c. Proksi yang berbasis pada ukuran varians (variance measures proxies).

Proksi pengukuran varians (variance measurement) mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai


(28)

jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi tumbuh seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Rasio dalam proksi tersebut adalah variance of returns, asset betas, variance of asset deflated sales.

Dalam penelitian ini, IOS diproksikan dengan rasio PBV

(Price to Book Value) atau sering disebut dengan MVEBVE (Market

to Book Value of Equity). Rasio tersebut merupakan proksi yang

dianggap paling valid yang sering digunakan oleh peneliti-peneliti

sebelumnya.

c. Free Cash Flow

Ross et al (2000) yang dikutip dalam Siswandi (2010)

menyatakan bahwa “free cash flow adalah kas lebih perusahaan yang

dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak

diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada asset”.

Free Cash Flow tersebut biasanya menimbulkan agency conflict

antara pihak manajer perusahaan dan pemegang saham. Free cash flow

yang besar dan kurangnya pengawasan yang kurang efektif akan

mengarah pada perilaku manajer perusahaan yang bertindak demi

kepentingan sendiri dan bukan untuk kepentingan pemegang saham.

Dengan kata lain, para manajer mempunyai kecenderungan untuk

menggunakan kas lebih tersebut untuk kepentingan dan perilaku


(29)

tersebut dibagikan kepada mereka sehingga akan menambah

kesejahteraan mereka.

Dengan adanya hutang dapat digunakan untuk mengendalikan

penggunaan free cash flow yang berlebihan oleh manajer. Karena free

cash flow tersebut digunakan untuk membayar hutang beserta bunganya

kepada kreditor, sehingga free cash flow yang tersedia cukup kecil.

Dengan adanya hutang, manajemen akan bekerja lebih efisien agar

tidak terjadi kegagalan keuangan sehingga akan mengurangi konflik

yang terjadi antara manajer perusahaan dengan pemegang saham.

d. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan skala pengukuran atas suatu

perusahaan baik dari segi aset yang dimiliki perusahaan tersebut

maupun unsur lainnya seperti jumlah tenaga kerja. Ukuran perusahan

juga merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan

level hutang perusahaan. Perusahaan-perusahaan besar lebih mudah

memperoleh pinjaman dari pihak ketiga, karena kemampuan akses

kepada pihak lain atau jaminan yang dimiliki berupa aset yang bernilai

besar dibandingkan dengan perusahaan kecil. Perusahaan-perusahaan

yang besar akan lebih banyak membutuhkan dana, sehingga terkadang

dana internal perusahaan tidak mencukupi untuk menjalankan operasi

perusahaan dan kecenderungan menggunakan dana yang bersumber


(30)

perusahaan-perusahaan kecil secara umum tidak memiliki posisi yang kuat terhadap

persoalan hutang, karena kapabilitasnya terhadap pinjaman dibatasi.

2.2 Tinjauan Peneliti Terdahulu

2.2.1 Bikki Jaggi dan Ferdinand Gull (1999)

Jaggi dan Gul (1999) meneliti dengan judul penelitian “An Analysis of

Joint Effects of Investment Opportunity Set, Free Cash Flows and Size on Corporate Debt Policy”. Variabel dependennya adalah debt policy,

sedangkan variabel independennya adalah free cash flow, investment

opportunity set, dan size. Penelitian menggunakan 1.869 perusahaan publik di

United Stated selama periode tahun 1989-1993, yang dijadikan sebagai

sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa free

cash flow berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan

hutang saat investment opportunity set rendah dan dengan ukuran perusahaan

yang besar.

2.2.2 Muhamad Faisal (2004)

Faisal (2004) meneliti pengaruh free cash flow, set kesempatan

investasi, kepemilikan manajerial, dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan

hutang. Variabel dependennya adalah kebijakan hutang, sedangkan variabel

independennya adalah free cash flow, set kesempatan investasi, kepemilikan

manajerial, dan ukuran perusahaan. Metode analisis yang digunakan adalah


(31)

tahun 2000-2002 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa free cash flow, set kesempatan investasi, kepemilikan

manajerial, dan ukuran perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap

kebijakan hutang baik secara parsial maupun secara simultan.

2.2.3 Isrina Damayanti (2006)

Damayanti (2006) meneliti pengaruh free cash flow dan struktur

kepemilikan saham terhadap kebijakan hutang pada perusahaan manufaktur

di Indonesia. Variabel dependennya adalah kebijakan utang (debt to equity

ratio), sedangkan variabel independennya adalah free cash flow, kepemilikan

manajerial, dan kepemilikan institusional. Damayanti (2006) menggunakan

rasio MVABVA sebagai proksi dari investment opportunity set dan dividend

yield sebagai variabel kontrol. Metode analisis yang digunakan adalah regresi

linear berganda. Ada 39 sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ

tahun 2000-2003 yang digunakan sebagai sampel. Hasil penelitiannya

menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kebijakan hutang, sedangkan kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

hutang. Investment opportunity set berpengaruh positif signifikan terhadap

kebijakan hutang, sebaliknya, dividend yield berpengaruh negatif namun tetap


(32)

2.2.4 Nina Diah Pithaloka (2009)

Pithaloka (2009) meneliti tentang pengaruh faktor-faktor intern

perusahaan terhadap kebijakan utang dengan pendekatan pecking order

theory. Variabel dependennya adalah kebijakan hutang, sedangkan variabel

independennya adalah kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan, dan

pertumbuhan penjualan. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear

berganda. Ada 20 perusahaan manufaktur di Indonesia selama tahun

2003-2007 yang dijadikan sampel dalam penelitian ini. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kebijakan utang, sedangkan kepemilikan manajerial dan

pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan

hutang.

2.2.5 Afri Siswandi (2011)

Siswandi (2011) meneliti tentang pengaruh free cash flow dan

kepemilikan manajerial terhadap kebijakan hutang. Variabel dependennya

adalah kebijakan hutang, dan variabel independennya adalah free cash flow

dan kepemilikan manajerial. Metode analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah regresi linear berganda. Ada 20 perusahaan manufaktur

di Indonesia selama tahun 2008-2010 yang dijadikan sampel dalam penelitian

ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa free cash flow dan kepemilikan

manajerial secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap


(33)

yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, tetapi free cash flow

tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.

Tabel 2.1

Tinjauan Peneliti Terdahulu Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

Bikki Jagi dan Ferdinand Gull (1999)

An Analysis of Joint Effects of Investment Opportunity Set, Free Cash Flows and Size on Corporate Debt Policy Variabel Dependen: debt policy Variabel Independen: investment

opportunity set, free cash flows and size

Free Cash Flow

berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang pada saat IOS rendah dan ukuran perusahaan besar.

Muhamad Faisal (2004)

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Set Kesempatan Investasi, Kepemilikan Manajerial, dan Ukuran Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan-Perusahaan Sektor Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta) Variabel Dependen: kebijakan hutang Variabel Independen:

free cash flow, set kesempatan investasi, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan

Secara simultan semua variabel berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang.

Secara parsial variabel free cash flow dan ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, sedangkan variabel set kesempatan investasi dan kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang. Isrina Damayanti (2006) Analisa

Pengaruh Free Cash Flow dan Struktur Kepemilikan Variabel Dependen: kebijakan utang

Free Cash Flow dan IOS berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang,


(34)

Saham Terhadap Kebijakan Utang pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia Variabel Independen:

free cash flow, kepemilikan manajerial, kepemilikan institutional Variabel Kontrol: investment opportunity set, dividen yield

berpengaruh negatif tetapi tetap signifikan terhadap kebijakan utang.

Namun kepemilikan manajerial dan

kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan utang. Nina Diah Pithaloka (2009) Pengaruh Faktor-Faktor Intern Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang: Dengan Pendekatan Pecking Order Theory Variabel Dependen: kebijakan utang Variabel Independen : kepemilikan manajerial, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang, sedangkan kepemilikan manajerial dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang. Afri Siswandi (2011) Analisis Pengaruh Free Cash Flow dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Variabel Dependen: kebijakan hutang Variabel Independen:free cash flow,

kepemilikan manajerial

Free Cash Flow dan kepemilikan manajerial secara simultan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang. Secara parsial,

kepemilikan manajerial memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang, tetapi Free Cash Flow tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kebijakan hutang.


(35)

Kepemilikan Manajerial (X1)

Investment Opportunity Set (X2)

Free Cash Flow (X3)

Ukuran Perusahaan (X4)

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka berpikir (konseptual) merupakan model konseptual tentang

bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan

sebagai masalah penting.

Berdasarkan landasan teori yang dikemukakan di atas, maka penulis

menggambarkan kerangka konseptual sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang, dan

variabel independennya adalah kepemilikan manajerial, investment opportunity

set, free cash flow, dan ukuran perusahaan.

Kepemilikan manajerial menggambarkan persentase kepemilikan saham

oleh pihak manajemen (komisaris dan direksi) diperlukan untuk menyelaraskan

kepentingan antara manajemen dan pemegang saham. Manajer yang ikut memiliki

perusahaan tidak mungkin bertindak opportunistik dan semakin berhati-hati dalam

menggunakan hutang serta berusaha meminimumkan cost agency sehingga akan Kebijakan Hutang (Y)


(36)

meningkatkan nilai perusahaan. Dengan demikian, hubungan antara kepemilikan

manajerial terhadap kebijakan hutang adalah hubungan negatif.

Perusahaan yang mempunyai investment opportunity set (IOS) lebih besar

mempunyai rasio debt to equity yang lebih rendah dalam kebijakan struktur

modalnya karena pendanaan modal sendiri (equity financing) cenderung untuk

mengurangi masalah-masalah agensi yang potensial berasosiasi dengan eksistensi

hutang yang berisiko dalam struktur modalnya. Dengan demikian, hubungan

antara investment opportunity set (IOS) terhadap kebijakan hutang adalah

hubungan negatif.

Perusahaan dengan free cash flow yang besar cenderung akan memiliki

level hutang yang lebih tinggi, khususnya ketika perusahaan memiliki investment

opportunity set (IOS) rendah. Dengan adanya hutang maka free cash flow yang

tersedia akan sedikit sehingga mengurangi konflik yang terjadi antara pihak

manajer perusahaan dengan pemegang saham. Dengan demikian, hubungan antara

free cash flow terhadap kebijakan hutang adalah hubungan positif.

Perusahaan yang besar cenderung memiliki level hutang yang tinggi.

Karena semakin besar ukuran perusahaan maka kebutuhan dana operasional

perusahaan juga semakin besar, sehingga perusahaan akan memerlukan dana

tambahan yang bersumber dari eksternal perusahaan yaitu dengan meminjam

modal kepada kreditor atau menerbitkan saham baru. Sebaliknya, perusahaan

yang kecil tidak memiliki posisi yang kuat terhadap persoalan hutang. Dengan

demikian, hubungan antara ukuran perusahaan terhadap kebijakan hutang adalah


(37)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka konseptual yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini

adalah:

Ha: Kepemilikan manajerial (MOWNSP), investment opprtunity set (IOS), free

cash flow (FCF), dan ukuran perusahaan (SIZE) berpengaruh signifikan

baik secara parsial maupun simultan terhadap kebijakan hutang pada

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

H0: Kepemilikan manajerial (MOWNSP), investment opprtunity set (IOS), free

cash flow (FCF), dan ukuran perusahaan (SIZE) tidak berpengaruh

signifikan baik secara parsial maupun simultan terhadap kebijakan hutang


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal.

Menurut Umar (2003:30) penelitian asosiatif kausal adalah “penelitian yang

bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel

lainya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain”. Dengan kata

lain desain kausal berguna untuk mengukur hubungan-hubungan antar variabel

riset atau berguna untuk menganalisis bagaimana suatu variabel mempengaruhi

variabel yang lain.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek

yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2006:115). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008 dan 2010. Jumlah populasi


(39)

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian populasi yang digunakan untuk memperkirakan

karakteristik populasi (Erlina, 2008:75). Metode pengambilan sampel

dilakukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Erlina (2008:83)

Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan suatu

kriteria tertentu.

Tabel 3.1

Rekapitulasi Pengambilan Sampel

Keterangan Jumlah

• Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2008-2010

• Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan yang telah diaudit secara berturut selama periode tahun 2008-2010

• Perusahaan yang tidak aktif memperdagangkan sahamnya selama periode tahun 2008-2010

• Perusahaan yang tidak memiliki data tentang kepemilikan manajerial periode tahun 2008-2010

152

(44)

(49)

(37)

Jumlah perusahaan yang dijadikan sampel 22

Sumber: Tabel Lampiran I

Adapun Kriteria yang digunakan untuk pengambilan sampel penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan manufaktur yang terdaftar


(40)

2. Perusahaan tersebut mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang

telah diaudit secara berturut selama periode tahun 2008-2010

3. Perusahaan tersebut aktif memperdagangkan sahamnya selama periode

tahun 2008-2010

4. Perusahaan tersebut memiliki data tentang kepemilikan manajerialnya

periode tahun 2008-2010

Berikut adalah daftar sampel perusahaan Manufaktur yang digunakan

dalam penelitian ini setelah melalui tahap penyeleksian kriteria sampel:

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian

No Kode Nama Perusahaan

1 AKRA PT. AKR Corporindo

2 APLI PT. Asiaplast Industries Tbk. 3 ASII PT. Astra International Tbk. 4 AUTO PT. Astra Otoparts Tbk. 5 BRNA PT. Berlina Tbk.

6 BRPT PT. Barito Pacific Tbk.

7 BTON PT. Betonjaya Manunggal Tbk. 8 DPNS PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk. 9 GJTL PT. Gajah Tunggal Tbk.

10 INAF PT. Indofarma (Persero) Tbk. 11 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk. 12 INTA PT. Intraco Penta Tbk.

13 JPRS PT. Jaya Pari Steel Tbk.

14 LMPI PT. Langgeng Makmur Industry Tbk. 15 LTLS PT. Lautan Luas Tbk.

16 MTDL PT. Metrodata Electronic Tbk. 17 PYFA PT. Pyridam Farma Tbk. 18 SKLT PT. Sekar Laut Tbk.

19 SMSM PT. Selamat Sempurna Tbk. 20 SRSN PT. Indo Acidatama Tbk. 21 TCID PT. Mandom Indonesia Tbk. 22 YPAS PT. Yanaprima Hastapersada Tbk. Sumber: Tabel Lampiran I


(41)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur

dalam suatu skala numerik. Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder.

Menurut Umar (2003:69) “data sekunder merupakan data primer yang telah diolah

lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak

lain”. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa

laporan keuangan perusahaan selama periode 2008 sampai dengan 2010. Data

penelitian didapatkan dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu

3.4 Teknik Pengambilan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

teknik dokumentasi yaitu teknik mengumpulkan data-data sekunder. Data-data

penelitian ini diperoleh melalui media internet dengan cara men-download

laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang diperoleh dari situs

resmi Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui situs

3.5 Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional dan pengukuran variabel memberikan pengertian

terhadap variabel dengan menspesifikasikan kegiatan atau tindakan yang

diperlukan peneliti untuk mengukur variabel tersebut dan dapat dilihat pada Tabel


(42)

Tabel 3.3

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Jenis

Variabel

Nama

Variabel Definisi Pengukuran Skala

Dependen Kebijakan Hutang Kebijakan hutang adalah kebijakan yang diambil oleh pihak manajemen dalam rangka memperoleh sumber pembiayaan dari pihak ketiga untuk membiayai operasional perusahaan. Rasio

Independen Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah proksi kepemilikan saham biasa yang dimiliki oleh manajemen (direktur dan komisaris) Rasio

Independen Investment Opportunity Set Investment Opportunity Set (IOS) merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva riil yang dimiliki (asset in place) dengan opsi investasi di masa yang akan datang yang mempunyai

(Net Present Value) positif


(43)

Independen Free Cash Flow

Free cash flow adalah kas perusahaan yang dapat didistribusikan kepada kreditor atau pemegang saham yang tidak diperlukan untuk modal kerja atau investasi pada aset. Rasio

Independen Ukuran Perusahaan

Ukuran

perusahaan (firm size) mencerminkan ukuran perusahaan berdasarkan total aset yang dimiliki perusahaan tersebut. Rasio

3.6 Metode Analisis Data 3.6.1 Uji Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis dalam

penelitian ini, model tersebut harus diuji terlebih dahulu apakah memenuhi

asumsi klasik atau tidak. Pengujian asumsi klasik digunakan untuk

mengetahui apakah hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala

multikolonieritas, gejala heteroskedastisitas, dan gejala autokorelasi.

a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam

model regresi antara variabel dependen dengan variabel independen


(44)

memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Proses uji

normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji

Kolmogorov-Smirnov. Distribusi data dapat dilihat dengan membandingkan Zhitung

dengan Ztabel dengan kriteria sebagai berikut:

1) Jika angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal,

2) Jika angka signifikan < taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.

b. Uji Multikolinearitas

Menurut Umar (2003:132) “multikolinearitas adalah ada tidaknya

korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif

tinggi pada variabel-variabel bebasnya”. Untuk menguji ada tidaknya

multikolinieritas, dapat dilakukan dengan cara:

1) nilai R2 pada estimasi model regresi,

2) menganalisis matrik korelasi variabel- variabel independen,

3) menggunakan variance inflation factor dan nilai tolerance.

Pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini

menggunakan variance inflation factor dan nilai tolerance.

Multikolinieritas terjadi jika VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih

kecil dari 0,10. Model regresi linier berganda harus terbebas dari gejala


(45)

c. Uji Heterokedastisitas

Menurut Ghozali (2005:11) “uji heterokedastisitas bertujuan

untuk melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan

variabel dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain”.

Model regresi yang baik adalah terjadi homokedastisitas. Untuk melihat

ada tidaknya heterokedasititas dapat dilakukan dengan melihat grafik

Scatterplot. Cara memprediksi pola gambar Scatterplot adalah dengan:

1) titik-titik menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,

2) titik-titik tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,

3) penyebaran titik-titik tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar,

4) penyebaran titik-titik sebaiknya tidak berpola.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t

dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali,

2005:95).

Pengujian autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji

Durbin-Watson. Kriteria untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:

1) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

2) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,


(46)

3.6.2 Uji Hipotesis

a. Model regresi linier berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda.

Analisis ini digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau

lebih dan juga menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen

dengan variabel independen. Persamaan regresi linier berganda yaitu:

Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ ε

Keterangan:

Y = Kebijakan Hutang (DER)

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi variabel X1, X2, X3, dan X4

X1 = Kepemilikan Manajerial (MOWNSP)

X2 = Investment Opportunity Set (MVEBVE) X3 = Free Cash Flow (FCF)

X4 = Ukuran Perusahaan (SIZE)

ε = Error

b. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen

(Ghozali, 2006: 83). Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan

satu. Karena variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini

lebih dari dua, maka nilai koefisien determinasinya dilihat pada

adjusted R square. Nilai adjusted R square yang kecil berarti

kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi


(47)

mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi

variabel dependen.

c. Uji Parsial (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Hipotesis statistik yang

diajukan adalah:

Ha : bi≠ 0 : ada pengaruh

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis

(dua arah) adalah:

a. Ha diterima atau H0 ditolak apabila –ttabel > thitung > +ttabel, pada α = 2,5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,

b. Ha ditolak atau H0 diterima apabila –ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 2,5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

d. Uji Simultan (F-test)

Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimasukkan dalam model regresi berganda

mempunyai pengaruh secara bersama- sama terhadap variabel dependen


(48)

Ha : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen berpengaruh H0 : b0 = b1 = b2 ≠ 0 : semua variabel independen tidak

berpengaruh

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis

adalah:

a. Ha diterima apabila Fhitung > Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,

b. Ha ditolak apabila Fhitung < Ftabel, pada α = 5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.


(49)

3.7 Jadwal Penelitian

Tabel 3.4 Jadwal Penelitian Tahapan

Penelitian

Jun 2011

Jul 2011

Agu 2011

Sep 2011

Okt 2011

Nov 2011

Des 2011

Pengajuan judul skripsi

Bimbingan proposal skripsi Seminar

proposal skripsi Pengumpulan dan pengolahan data

Bimbingan skripsi

Persiapan meja hijau

Ujian meja hijau


(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk mengetahui gambaran data yang

akan dianalisis dalam penelitian ini baik itu merupakan variabel dependen

maupun variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini dan mencakup

nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean), dan penyimpangan

(standar deviasi). Adapun statistik deskriptif dari data penelitian ini dapat dilihat

pada Tabel 4.1 dibawah ini.

Tabel 4.1

Hasil Statistik Deskriptif Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

MOWNSP 66 .00012 5.56133 .5296315 1.54368319

IOS 66 .18 4.48 1.3183 .94601

FCF 66 -2.E17 3.E17 1.19E15 6.511E16

SIZE 66 24.97 32.36 27.7594 1.91261

DER 66 .08 4.28 1.2005 .95150

Valid N (listwise) 66

Sumber: Output SPSS, 2011

Berdasarkan Tabel 4.1 diatas dapat dilihat bahwa jumlah unit analisis (N)

dalam penelitian ini adalah sebanyak 66 dari 22 perusahaan manufaktur yang

terpilih menjadi sampel dan diteliti dalam periode tahun 2008-2010. Nilai

minimum dari variabel Debt to Equity Ratio (DER) yang menjadi variabel

dependen dalam penelitian ini memiliki nilai sebesar 0,08 pada PT. Betonjaya


(51)

adalah sebesar 0,08 kali dari total equity dan memiliki nilai maksimum sebesar

4,28 pada PT. Gajah Tunggal Tbk yang berarti bahwa total hutang jangka panjang

terbesar adalah 4,28 kali dari total equity. Nilai rata-rata (mean) dari variabel DER

sebesar 1,2005 artinya bahwa selama periode penelitian rata-rata perusahaan

memiliki hutang jangka panjang sebesar 1,2005 kali dari total equity. Hal ini

menunjukkan bahwa perusahaan dalam menggunakan sumber hutang masih lebih

kecil daripada menggunakan modal sendiri. Sedangkan nilai standar deviasi

sebesar 0,9515 berarti selama periode penelitian, ukuran penyebaran dari variabel

DER adalah sebesar 0,9515.

Variabel kepemilikan manajerial (MOWNSP) yang menjadi variabel

independen dalam penelitian ini memiliki nilai minimum sebesar 0.00012 yang

berarti bahwa perusahaan memiliki tingkat persentase kepemilikan manajerial

yang sangat kecil dan nilai maksimum sebesar 5.5613 yang berarti bahwa

perusahaan memiliki tingkat persentase yang besar dan manajemen perusahaan

ikut serta dalam menanamkan investasi pada perusahaan mereka. Nilai rata-rata

(mean) dalam variabel MOWNSP sebesar 0.5296315 dan memliki standar deviasi

sebesar 1.54368319. Variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai rata-rata

yang lebih kecil dari nilai deviasi standarnya yang berarti bahwa penyimpangan

datanya besar sehingga data tersebar.

Variabel Investment Opportunity Set (IOS) yang diproksikan oleh PBV

memiliki nilai minimum sebesar 0,18 dan nilai maksimum sebesar 4,48. Semakin

besar nilainya akan menunjukkan bahwa harga saham di pasar modal lebih tinggi


(52)

minat investor terhadap saham, sehingga investor dapat tetap memegang saham

pada perusahaan tersebut. Nilai rata-rata (mean) dalam variabel IOS sebesar

1,3183 dan nilai standar deviasi sebesar 0,94601 yang berarti bahwa secara umum

perusahaan-perusahaan manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini

memiliki harga saham sebesar 1,3183 kali dari nilai bukunya. Variabel investment

opportunity set memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai deviasi

standarnya yang berarti bahwa penyimpangan datanya kecil sehingga data tidak

tersebar.

Variabel Free Cash Flow (FCF) memiliki nilai minimum sebesar -2.E17.

Hal ini terjadi karena perusahaan lebih cenderung menggunakan sumber

pendanaan dengan investasi untuk mengembangkan perusahaannya, sehingga free

cash flow bernilai negatif. Nilai maksimum sebesar 3.E17 yang berarti perusahaan

yang memiliki nilai free cash flow yang besar tentu akan menguntungkan investor

karena makin besar nilai free cash flow maka dividen yang dibayarkan kepada

investor juga semakin besar. Nilai standar deviasi sebesar 6.511E16 dan bertanda

positif yang menunjukkan bahwa secara umum perusahaan-perusahaan

manufaktur yang menjadi sampel dalam penelitian ini masih memiliki kas yang

berlebih. Nilai rata-rata (mean) variabel free cash flow sebesar 1.19E15yang lebih

kecil dari nilai deviasi standarnya yang berarti bahwa penyimpangan datanya

besar sehingga data tersebar.

Variabel ukuran perusahaan (SIZE) dalam penelitian ini memiliki nilai

minimum sebesar 24,97 dan memiliki nilai maksimum sebesar 32,36. Nilai


(53)

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode penelitian memiliki

kemampuan rata-rata total aktiva adalah sebesar 27,7594 satuan logaritma

Natural. Nilai standar deviasi variabel SIZE sebesar 1,9126. Variabel ukuran

perusahaan memiliki nilai rata-rata yang lebih besar dari nilai deviasi standarnya

yang berarti bahwa penyimpangan datanya kecil sehingga data tidak tersebar.

4.2 Pengujian Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan dalam pengujian hipotesis dalam

penelitian ini, model tersebut harus diuji terlebih dahulu apakah memenuhi asumsi

klasik atau tidak. Pengujian asumsi klasik digunakan untuk mengetahui apakah

hasil estimasi regresi yang dilakukan terbebas dari gejala multikolinearitas, gejala

heteroskedastisitas, dan gejala autokorelasi.

4.2.1 Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah dalam model

regresi antara variabel dependen dengan variabel independen memiliki

distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki

distribusi data normal atau mendekati normal. Proses uji normalitas data

dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov. Distribusi data

dapat dilihat dengan membandingkan Zhitung dengan Ztabel dengan kriteria

sebagai berikut:

3) Jika angka signifikan > taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan normal.


(54)

4) Jika angka signifikan < taraf signifikansi (α) 0,05 maka distribusi data dikatakan tidak normal.

Menurut hasil pengujian dengan uji Kolmogorov-Smirnov seperti pada

Tabel 4.2 dibawah menyatakan bahwa nilai Asymp. Sig memiliki nilai

sebesar 0,574 atau lebih besar dari level signifikan 0,05 maka itu berarti

bahwa data residual terdistribusi normal.

Tabel 4.2

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 66

Normal Parametersa,b Mean .0000000

Std. Deviation .78052588

Most Extreme Differences Absolute .096

Positive .096

Negative -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .782

Asymp. Sig. (2-tailed) .574

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: Output SPSS, 2011

Selain itu, uji normalitas data juga dapat dilakukan dengan analisis

grafik, yaitu dengan melihat grafik histogram dan dengan grafik Normal P-P


(55)

Sumber: Output SPSS, 2011

Gambar 4.1 Grafik Histogram

Pada Gambar 4.1 diatas dapat dilihat bahwa gambar histogram

berbentuk lonceng dan itu menunjukkan bahwa data terdistribusi secara

normal.

Sumber: Output SPSS, 2011

Gambar 4.2 Grafik Normal P-P Plot


(56)

Pada Gambar 4.2 yang merupakan grafik Normal P-P Plot terlihat titik

yang mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Hal ini berarti data tersebut

berdistribusi normal meskipun ujung-ujung plot agak menyimpang dari garis

lurus, tetapi pola-pola titik masih berbentuk linear.

4.2.2 Uji Multikolinearitas

Menurut Umar (2003:132) “multikolinearitas adalah ada tidaknya

korelasi yang sempurna atau korelasi yang tidak sempurna tetapi relatif tinggi

pada variabel-variabel bebasnya”. Untuk menguji ada tidaknya

multikolinieritas, dapat dilakukan dengan cara:

4) nilai R2 pada estimasi model regresi,

5) menganalisis matrik korelasi variabel- variabel independen,

6) menggunakan variance inflation factor dan nilai tolerance.

Pengujian multikolinieritas data dalam penelitian ini menggunakan

variance inflation factor dan nilai tolerance. Multikolinearitas terjadi jika

VIF lebih dari 10 dan nilai tolerance lebih kecil dari 0,10. Model regresi

linier berganda harus terbebas dari gejala multikolinearitas agar dapat

digunakan dalam penelitian.

Berdasarkan uji multikolinearitas pada Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa

nilai tolerance untuk semua variabel dalam penelitian ini memiliki nilai lebih

besar dari 0,10 dan nilai VIF untuk semua variabel dalam penelitian ini

memiliki nilai lebih kecil dari 10, dan dapat disimpulkan bahwa semua data


(57)

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolonieritas Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) -6.372 1.563

MOWNSP -.068 .066 -.110 .970 1.031

IOS -.329 .118 -.328 .801 1.249

FCF 2.859E-19 .000 .020 .956 1.046

SIZE .290 .058 .582 .812 1.232

a. Dependent Variable: DER

Sumber: Output SPSS, 2011

4.2.3 Uji Heteroskedastisitas

Menurut Ghozali (2005:11) “uji heterokedastisitas bertujuan untuk

melihat apakah di dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari

residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain”. Model regresi yang

baik adalah terjadi homokedastisitas. Untuk melihat ada tidaknya

heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik Scatterplot. Cara

memprediksi pola gambar Scatterplot adalah dengan:

5) titik-titik data menyebar di atas dan di bawah atau di sekitar angka 0,

6) titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau di bawah saja,

7) penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang

melebar,


(58)

Sumber: Output SPSS, 2011

Gambar 4.3 Grafik Scatterplot

Pada Gambar 4.3 yang merupakan grafik Scatterplot diatas terlihat

titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk sebuah pola tertentu dan

berada diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini berarti

terbebas dari gejala heteroskedastisitas.

4.2.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi

linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan

kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya) (Ghozali, 2005:95).

Metode regresi yang baik apabila tidak terdapat autokorelasi. Autokorelasi


(59)

dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson. Kriteria untuk penilaian

terjadinya autokorelasi yaitu:

4) angka D-W di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif,

5) angka D-W di antara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi,

6) angka D-W di atas +2 berarti autokorelasi negatif.

Tabel 4.4

Hasil Uji Durbin-Watson Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of The Estimate

Durbin-Watson

1 .572a .327 .283 .80571 1.966

a. Predictors: (Constant), SIZE, FCF, IOS, MOWNSP b. Dependent Variable: DER

Sumber: Output SPSS, 2011

Hasil output untuk uji Durbin-Watson dapat dilihat pada Tabel 4.4

diatas dan memperlihatkan nilai statisrik D-W sebesar 1,966. Angka tersebut

terletak di antara -2 sampai +2, dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini

tidak ada atau terbebas dari gejala autokorelasi.

4.3 Pengujian Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil uji asumsi klasik yang telah dilakukan maka dapat

diperoleh suatu kesimpulan bahwa data yang digunakan dalam penelitian ini

terdistribusi secara normal dan terbebas dari multikolonieritas, heteroskedastisitas,

dan autokorelasi. Sehingga uji hipotesis yang meliputi model regresi linear

berganda, koefisien determinasi, uji signifikan parsial, dan uji signifikan simultan


(60)

4.3.1 Model Regresi Linear Berganda

Penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis ini

digunakan untuk mengukur kekuatan dua variabel atau lebih dan juga

menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen. Persamaan regresi linier berganda yaitu: Y = α + β1X1+ β2X2+ β3X3+ β4X4+ ε

Keterangan:

Y = Kebijakan Hutang (DER)

α = Konstanta

β1,β2,β3,β4 = Koefisien regresi variabel X1, X2, X3, dan X4

X1 = Kepemilikan Manajerial (MOWNSP)

X2 = Investment Opportunity Set (MVEBVE) X3 = Free Cash Flow (FCF)

X4 = Ukuran Perusahaan (SIZE)

ε = Error

Tabel 4.5

Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

B Std. Error Beta

1 (Constant) -6.372 1.563

MOWNSP -.068 .066 -.110

IOS -.329 .118 -.328

FCF 2.859E-19 .000 .020

SIZE .290 .058 .582

a. Dependent Variable: DER


(61)

Berdasarkan output pada Tabel 4.5 diatas, koefisien regresi yang

digunakan adalah unstandardized coefficients (B) karena variabel independen

dalam penelitian ini telah memiliki ukuran yang sama, yaitu dengan

transformasi yang dilakukan di awal pengolahan data. Dengan adanya hasil

tersebut, persamaan regresi linear berganda antara kepemilikan manajerial

(MOWNSP), Investement Opportunity Set (IOS), Free Cash Flow (FCF), dan

ukuran perusahaan (SIZE)dengan Debt to Equity Ratio (DER), menjadi:

Y = (-6,372) - 0,68 X1 – 0,329 X2 + 2,859E-19 X3 + 0,290 X4+ ε

Dari persamaan regresi tersebut, dapat diketahui bahwa:

a. Konstanta (α) sebesar -6,372 dan menunjukkan bahwa jika variabel independen (MOWNSP, IOS, FCF, dan SIZE) bernilai nol, maka nilai

variabel terikat (β ) sebesar -6,732.

b. Koefisien regresi untuk variabel MOWNSP (X1) sebesar -0,068. Hal ini

berarti bahwa setiap kenaikan satu satuan MOWNSP, maka akan

menurunkan rasio hutang (DER) sebesar 0,068, dengan asumsi bahwa

variabel independen yang lain dari model regresi adalah tetap.

c. Koefisien regresi dari variabel IOS (X2) sebesar -0,329. Hal ini berarti

bahwa setiap kenaikan satu satuan IOS, maka akan menurunkan rasio

hutang (DER) sebesar 0,329, dengan asumsi bahwa variabel

independen yang lain dari model regresi adalah tetap.

d. Koefisien regresi dari variabel FCF (X3) sebesar 2,859E-19. Hal ini


(62)

rasio hutang (DER) sebesar 2,859E-19, dengan asumsi bahwa variabel

independen yang lain dari model regresi adalah tetap.

e. Koefisien regresi dari variabel SIZE (X4) sebesar 0,290. Hal ini berarti

bahwa setiap kenaikan satu satuan SIZE, maka akan menaikkan rasio

hutang (DER) sebesar 0,290, dengan asumsi bahwa variabel

independen yang lain dari model regresi adalah tetap.

4.3.2 Koefisien Determinasi (R2)

Nilai yang digunakan untuk melihat uji koefisien determinasi adalah

nilai adjusted R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan variabel

independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Dalam hal ini

adjusted R2 digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel

kepemilikan manajerial (MOWNSP), Investment Opportunity Set (IOS), Free

Cash Flow (FCF), danukuran perusahaan (SIZE) terhadap kebijakan hutang

(DER). Nilai adjusted R2 adalah 0 sampai dengan 1 dan jika nilai adjusted R2

semakin mendekati 1 maka semua variabel independennya memberikan

semua informasi yang diperlukan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Hasil uji koefisien determinasi dapat dilihat pada Tabel 4.6 sebagai


(63)

Tabel 4.6

Hasil Koefisien Determinasi Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of The Estimate

1 .572a .327 .283 .80571

a. Predictors: (Constant), SIZE, FCF, IOS, MOWNSP

Sumber: Output SPSS, 2011

Nilai adjusted R2 yang terlihat pada Tabel 4.7 adalah sebesar 0,283.

Dengan demikian besarnya pengaruh yang diberikan oleh variabel

kepemilikan manajerial (MOWNSP), Investment Opportunity Set (IOS), Free

Cash Flow (FCF), danukuran perusahaan (SIZE) terhadap kebijakan hutang

(DER) adalah sebesar 28,3%. Sedangkan sisanya sebesar 71,7% adalah

dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

4.3.3 Uji Signifikan Parsial (t-test)

Uji parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi

variabel dependen (Ghozali, 2005:84). Hipotesis statistik yang diajukan

adalah:

Ha : bi≠ 0 : ada pengaruh

Kriteria yang digunakan dalam menerima atau menolak hipotesis (dua

arah) adalah:

c. Ha diterima atau H0 ditolak apabila –ttabel > thitung > +ttabel, pada α = 2,5% dan nilai probabilitas < level of significant sebesar 0,05,


(64)

d. Ha ditolak atau H0 diterima apabila –ttabel < thitung < +ttabel, pada α = 2,5% dan nilai probabilitas > level of significant sebesar 0,05.

Dengan melihat ttabel dengan α = 0,025 karena dalam penelitian ini

menggunakan uji dua arah sehingga α/2 (0,05/2) maka Nilai ttabel dalam penelitian ini adalah sebesar 1,99962. Untuk uji dua arah maka titik kritis

distribusi yang digunakan yaitu -1,99962 dan 1,99962.

Tabel 4.7

Hasil Uji Parsial (t-test) Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) -6.372 1.563 -4.077 .000

MOWNSP -.068 .066 -.110 -1.028 .308

IOS -.329 .118 -.328 -2.790 .007

FCF 2.859E-19 .000 .020 .182 .856

SIZE .290 .058 .582 4.995 .000

a. Dependent Variable: DER

Sumber: Output SPSS, 2011

Dengan melihat ttabel dengan α = 0,025 karena dalam penelitian ini menggunakan uji dua arah sehingga α/2 (0,05/2) maka Nilai ttabel dalam penelitian ini adalah sebesar 1,99962. Untuk uji dua arah maka titik kritis

distribusi yang digunakan yaitu -1,99962 dan 1,99962.

Berdasarkan Tabel 4.7, dapat dilihat bahwa variabel MOWNSP

memiliki nilai signifikan 0,308 yang berarti nilai signifikan lebih besar dari


(1)

Lampiran vi

DATA DEBT TO EQUITY RATIO

Kode

Nama Perusahaan

Tahun

2008

Tahun

2009

Tahun

2010

AKRA

PT. AKR Corporindo

1,81

2,20

2,01

APLI

PT. Asiaplast Industries Tbk.

1,20

0,94

0,46

ASII

PT. Astra International Tbk.

1,21

1,00

1,10

AUTO

PT. Astra Otoparts Tbk.

0,45

0,39

0,38

BRNA

PT. Berlina Tbk.

1,27

1,70

1,62

BRPT

PT. Barito Pacific Tbk.

1,22

1,17

1,39

BTON

PT. Betonjaya Manunggal Tbk.

0,28

0,08

0,23

DPNS

PT. Duta Pertiwi Nusantara Tbk.

0,34

0,26

0,40

GJTL

PT. Gajah Tunggal Tbk.

4,28

2,32

1,94

INAF

PT. Indofarma (Persero) Tbk.

2,26

1,44

1,36

INDF

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk.

3,11

2,45

1,34

INTA

PT. Intraco Penta Tbk.

2,46

1,91

2,91

JPRS

PT. Jaya Pari Steel Tbk.

0,48

0,30

0,37

LMPI

PT. Langgeng Makmur Industry Tbk.

0,43

0,36

0,52

LTLS

PT. Lautan Luas Tbk.

3,18

2,78

3,14

MTDL

PT. Metrodata Electronic Tbk.

2,74

2,04

1,63

PYFA

PT. Pyridam Farma Tbk.

0,42

0,37

0,30

SKLT

PT. Sekar Laut Tbk.

1,00

0,73

0,69

SMSM

PT. Selamat Sempurna Tbk.

0,63

0,80

0,96

SRSN

PT. Indo Acidatama Tbk.

1,04

0,89

0,59

TCID

PT. Mandom Indonesia Tbk.

0,12

0,13

0,10

YPAS

PT. Yanaprima Hastapersada Tbk.

0,52

0,55

0,53

Lampiran vii

STATISTIK DESKRIPTIF

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation MOWNSP 66 .00012 5.56133 .5296315 1.54368319

IOS 66 .18 4.48 1.3183 .94601

FCF 66 -2.E17 3.E17 1.19E15 6.511E16 SIZE 66 24.97 32.36 27.7594 1.91261

DER 66 .08 4.28 1.2005 .95150


(2)

Lampiran viii

HASIL UJI NORMALITAS

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 66

Normal Parametersa,b Mean .0000000 Std. Deviation .78052588 Most Extreme Differences Absolute .096

Positive .096

Negative -.052

Kolmogorov-Smirnov Z .782

Asymp. Sig. (2-tailed) .574

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.


(3)

Lampiran ix

HASIL UJI MULTIKOLINEARITAS

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) -6.372 1.563

MOWNSP -.068 .066 -.110 .970 1.031

IOS -.329 .118 -.328 .801 1.249

FCF 2.859E-19 .000 .020 .956 1.046

SIZE .290 .058 .582 .812 1.232


(4)

Lampiran x

HASIL UJI HETEROSKEDASTISITAS

Lampiran xi

HASIL UJI AUTOKORELASI

Model Summaryb

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of The Estimate

Durbin-Watson 1 .572a .327 .283 .80571 1.966 a. Predictors: (Constant), SIZE, FCF, IOS, MOWNSP


(5)

Lampiran xii

HASIL UJI REGRESI

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients B Std. Error Beta 1 (Constant) -6.372 1.563

MOWNSP -.068 .066 -.110

IOS -.329 .118 -.328

FCF 2.859E-19 .000 .020

SIZE .290 .058 .582

a. Dependent Variable: DER

Lampiran xiii

HASIL KOEFISIEN DETERMINASI

Model Summary

Model

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of The Estimate

1 .572a .327 .283 .80571

a. Predictors: (Constant), SIZE, FCF, IOS, MOWNSP

Lampiran xiv

HASIL UJI PARSIAL (t-test)

Coefficientsa Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) -6.372 1.563 -4.077 .000 MOWNSP -.068 .066 -.110 -1.028 .308 IOS -.329 .118 -.328 -2.790 .007 FCF 2.859E-19 .000 .020 .182 .856

SIZE .290 .058 .582 4.995 .000


(6)

Lampiran xv

HASIL UJI SIMULTAN (F-test)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 19.248 4 4.812 7.413 .000a

Residual 39.599 61 .649

Total 58.848 65

a. Predictors: (Constant), SIZE, FCF, MOWNSP, IOS b. Dependent Variable: DER


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 52 101

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 3 97

PENGARUH FREE CASH FLOW, KEPEMILIKAN MANAJERIAL, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 20

PENGARUH FREE CASH FLOW DAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL TERHADAP KEBIJAKAN HUTANG PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI).

1 6 24

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 10

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 21

Analisis Pengaruh Free Cash Flow, Kepemilikan Manajerial, Set Kesempatan Investasi, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang pada Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Free Cash Flow, dan Investment Opportunity Set terhadap Kebijakan Hutang pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI - Unika Repository

0 0 14