Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkat

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X
DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka Raya
Jl. Hiu Putih, Tjilik Riwut Km. 7
Abstract : The purpose of this study is to find out how the application of discussion methods

to improve the activity and learning outcomes of students in learning history of class X in
SMA PGRI 2 Palangka Raya, the advantages and constraints of discussion methods in
learning history. This type of research is a classroom action research (Classroom Action
Research). This study was conducted in two cycles, each cycle consisting of 4 stages i.e
planning, action, observation, and reflection. Data collection techniques in this study are
observation, interviews, and tests. Validity used in this research is triangulation method and
source triangulation. This research uses qualitative analysis and quantitative analysis. The
results of the research can be summarized as follows: 1) The implementation of discussion
method can improve the activity and learning outcomes of class X in SMA PGRI 2 Palangka
Raya students in learning history. Before the action of the class X average activity is 36.16%.
In cycle I mean the percentage of student activity indicator is 79,46% increase in cycle II

equal to 9,38% become 88,84%. The average value of the class in the first cycle is pretest
48.18 has an increase in posttest of 26.32 to 74.5. The average value of the class in the second
cycle of pretest 46.82 experienced increase in posttest of 33.72 to 80.54. 2) The advantages of
the discussion method in learning history i.e students more active and learning history more
fun. Constraint discussion method in learning history is student not yet familiar with this
method and not enough time to discuss.
Keywords : Discussion methods, liveliness, learning outcomes
multiarah antarsiswa, guru, dan lingkungan

PENDAHULUAN
komponen

belajar. Karena itu pembelajaran harus diatur

masukan dalam proses pendidikan, sebagai

sedemikian rupa sehingga akan diperoleh

suatu organisme yang hidup, memiliki


dampak

potensi

(istructional

Peserta

didik

untuk

adalah

berkembang,

yang

pembelajaran


secara

langsung

effect) ke arah perubahan

memerlukan lingkungan dan arah tertentu

tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam

sehingga

tujuan pembelajaran (Hamzah B. Uno dan

membutuhkan

pembelajaran.

bimbingan


Pemilihan

dan

strategi

pembelajaran pada dasarnya merupakan

Nurdin Mohamad, 2011:4).
Pelajaran

sejarah

salah satu hal penting yang harus dipahami

menciptakan

oleh

perspektif sejarah. Pelajaran sejarah juga


setiap

guru,

mengingat

proses

pembelajaran merupakan proses komunikasi

mempunyai

wawasan

bertujuan

fungsi

historis


atau

sosiokultural,
103

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

membangkitkan kesadaran historis. Dalam

rata nilai sejarah pada ulangan akhir semester

pelajaran sejarah perlu dimasukkan biografi

I tahun ajaran 2016/2017.


pahlawan

mencakup

soal

Hal lain yang ditemukan saat observasi

kepribadian,
perlu

adalah rendahnya keaktifan siswa dalam

ditanam historical-mindedness, perbedaan

proses pembelajaran sejarah. Terdapat 10

antara sejarah dan mitos, legenda, dan novel

siswa yang memperhatikan penjelasan guru,


historis (Aman, 2011:31-32).

5 siswa aktif bertanya atau mengemukakan

perwatakan

semangat

berkorban,

harus

pendapat, 16 siswa tidak mendengarkan

menumbuhkan suasana sedemikian rupa

teman yang presentasi, 14 siswa yang tidak

sehingga


Pembelajaran

di

sekolah

didik

aktif

bertanya,

mencatat materi sejarah, 5 siswa membuat

dan

mengemukakan

sketsa gambar-gambar sejarah, 15 siswa


pendapat. Belajar memang merupakan proses

antusias pindah untuk berkelompok, 18 siswa

aktif

membangun

tidak memecahkan soal dalam diskusi, dan

pengetahuannya, bukan proses pasif yang

18 siswa malas untuk presentasi di depan

hanya menerima ceramah dari seorang guru

kelas.

peserta


mempertanyakan,

dari

siswa

dalam

umumnya

Selama ini proses pembelajaran sejarah

pembelajaran di kelas-kelas dilakukan dalam

di SMA PGRI 2 Palangka Raya bersifat

bentuk satu arah yaitu guru lebih banyak

konvensional, monoton dan terkesan kurang

ceramah dihadapan siswa dan siswa hanya

menarik. Guru sering menggunakan metode

mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya

ceramah. Ketika proses belajar mengajar

hanya

yang

siswa membaca LKS (Lembar Kerja Siswa)

dimilikinya kepada siswa dengan target

dan mengerjakan soal-soal latihan di LKS.

tersampaikannya topik-topik yang tertulis

Guru

dalam kurikulum. Hal ini menyebabkan

pembelajaran lainnya hal ini menyebabkan

siswa hanya mendengarkan, kurang aktif,

siswa jenuh dengan pelajaran sejarah. Siswa

kurang dalam hal pemahaman dan daya ingat

cenderung malas belajar karena guru tidak

yang

menerapkan metode lain dalam proses

tentang

pengetahuan.

mentransfer

rendah.

Pada

pengetahuan

Minimnya

metode

yang

diterapkan dalam pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan hasil

hasil

menggunakan

metode

pembelajaran.
Menyikapi hal tersebut di atas maka
peneliti bermaksud mengadakan penelitian

belajar kurang maksimal.
Berdasarkan

jarang

observasi

dan

wawancara terhadap guru sejarah SMA

dengan judul “ Penerapan Metode Diskusi
Untuk

Meningkatkan

Keaktifan

Belajar

PGRI 2 Palangka Raya diperoleh data rata104
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Kelas X

observer Penelitian ini bersifat kolaboratif

di SMA PGRI 2 Palangka Raya”.

peneliti dengan guru dengan tujuan lebih
mudah dan lebih teliti dalam kegiatan
observasi.

METODE
Penelitian

yang

akan

Penelitian Tindakan Kelas dibedakan

dilakukan
Kelas

dalam dua tahap, yaitu tahap perencanaan

(Classroom Action Research). Penelitian

dan pelaksanaan tindakan menurut Suharsimi

adalah proses pengamatan terhadap suatu

Arikunto, dkk (2007:16). Menurut Suharsimi

objek dengan menggunakan metodologi

Arikunto, dkk (2007:17-20) dalam PTK

untuk mendapatkan data akurat mengenai

terdapat empat tahapan yang harus dilalui

peningkatan objek yang diteliti, tindakan

oleh peneliti yaitu perencanaan, pelaksanaan,

menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang

pengamatan, dan refleksi.

sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu

1.

merupakan

Penelitian

Tindakan

Tahap pendahuluan
Pada

sedangkan kelas merupakan kegiatan yang

awalnya

peneliti

melakukan

dilakukan selama penelitian yang terdiri dari

observasi mengenai kondisi sekolah yang

beberapa siklus, dan kelas merupakan tempat

akan dijadikan sebagai tempat penelitian.

para siswa mendapatkan pelajaran dari guru

Observasi

yang sama

kondisi fisik berupa bangunan dan sarana

(Suharsimi

Arikunto, dkk.,

dilakukan

untuk

mengetahui

prasarana maupun kondisi pembelajaran di

2009:2).
Secara ringkas, Penelitian Tindakan

sekolah

terutama

pembelajaran

sejarah.

Kelas (PTK) adalah bagaimana sekelompok

Observasi kondisi pembelajaran di kelas

guru

dilakukan agar mengetahui jalannya Proses

dapat

mengorganisasikan

kondisi

praktek pembelajaran mereka, dan belajar

Belajar

Mengajar

(PBM)

dan

juga

dari pengalaman mereka sendiri (Rochiati

wawancara dengan guru dan siswa mengenai

Wiriaatmadja, 2007:13). PTK bertujuan agar

PBM.

guru lebih bisa menyajikan PBM dengan

Peneliti membuat surat permohonan

bervariatif. Guru akan mendapatkan banyak

izin penelitian di Fakultas Keguruan dan

keuntungan

metode

Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka

pembelajaran yang diterapkan meskipun

Raya yang kemudian dilanjutkan dengan

dengan berbagai kekurangan. Penelitian ini

mengurus surat izin dengan pihak sekolah

dilaksanakan

antara

yaitu SMA PGRI 2 Palangka Raya. Pada

peneliti dengan guru. Peneliti bertindak

tahap pendahuluan peneliti melakukan dialog

sebagai pengajar dan guru bertindak sebagai

dengan guru sejarah sebagai tahap persiapan

dengan

secara

berbagai

kolaborasi

105
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

penelitian. Dialog yang dilakukan bertujuan

6) Peneliti mencari informasi mengenai

untuk mengetahui materi dan menentukan

keaktifan

kelas yang akan digunakan. Selain itu

menggunakan pretest.

peneliti juga perlu mengetahui karakteristik

b.

peneliti

bersama

kolaborator

hasil

dalam satu siklus yang terdiri dari dua
pertemuan.

muncul dalam pelaksanaan pembelajaran

disesuaikan

dengan

sejarah.

sebelumnya.

Pelaksana

itu

peneliti

menyusun

siswa

Pelaksanaan tindakan

melakukan identifikasi permasalahan yang

Setelah

belajar

Pelaksanaan tindakan akan dilakukan

siswa yang digunakan dalam penelitian.
Kemudian

dan

Pelaksanaan
RPP

tindakan
yang

dibuat

tindakan

adalah

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

peneliti

dan menyusun soal yang digunakan dalam

Pengawasan

pretest dan posttest.

diserahkan kepada guru yang bertindak

2.

sebagai

Tahap pelaksanaan tindakan
Penelitian tindakan kelas (Classroom

Action

Research)

merupakan

suatu

pemantauan terhadap proses pembelajaran

yang

berperan

sebagai

pembelajaran

observer

sekaligus

di

guru.
kelas

kolaborator.

Pelaksanaan melibatkan guru, siswa, dan
peneliti
c.

berupa tindakan siswa yang secara sengaja

Observasi
Observasi

dilakukan

selama

dimunculkan dalam kelas secara bersamaan.

pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi

a.

dan pelaksanaan tindakan berlangsung dalam

Perencaanaan

1) Menyusun

Rencana

Pelaksanaan

waktu yang sama. Peneliti mengamati dan

(RPP)

menggunakan

mencatat aktivitas siswa sesuai dengan

metode diskusi sesuai dengan materi

format observasi yang telah disiapkan.

yang akan dilakukan tindakan.

Observasi

Pembelajaran

2) Menyiapkan

kelengkapan

yang

dibutuhkan dalam pembelajaran

4) Merancang
dengan

skenario

metode

diskusi.

diperoleh dianalisis sebagai bahan refleksi
terhadap pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi. Hasil refleksi kemudian

5) Memberikan pelatihan kepada guru yang
bertindak

Refleksi
Pada tahap ini seluruh data yang

pembelajaran

memperkenalkan

keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
d.

3) Merancang lembar pengamatan.

dilakukan dengan mengamati

sebagai

observer

pengisian lembar observasi.

dalam

digunakan

sebagai

acuan

untuk

merencanakan tindakan yang lebih efektif
pada siklus berikutnya. Kelemahan dan
kekurangan yang ada di siklus 1 dipakai
106

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

sebagai landasan untuk perbaikan pada siklus

akankah dapat meningkatkan keaktifan

berikutnya dengan mengadakan perbaikan

dan

agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

pembelajaran sejarah.

belajar siswa.

b. Wawancara

hasil

belajar

Dalam

Adapun sumber data dalam penelitian ini

penelitian

siswa

dalam

ini

peneliti

adalah:

menggunakan

1.

Data yang diperoleh dari guru sejarah

langsung

kelas X SMA PGRI 2 Palangka Raya

penguatan

mengenai pelaksanaan kegiatan belajar

berdasarkan hasil observasi. Wawancara

siswa.

dalam penelitian ini dilakukan terhadap

Data yang diperoleh dari siswa kelas X

siswa

SMA PGRI 2 Palangka Raya mengenai

informasi

hasil belajar mereka.

pembelajaran sejarah dengan metode

Lembar observasi yang diperoleh selama

diskusi. Wawancara berpedoman pada

penelitian di SMA PGRI 2 Palangka

lembar pedoman wawancara yang telah

Raya.

disiapkan oleh peneliti.

2.

3.

4.

Lembar wawancara selama penelitian di

guna

pengumpulan

data

kelas

yang

X

atau

wawancara

untuk

dan

diperoleh

mendapatkan

pendapat

mengenai

Tes
a. Tes Awal (pretest)

SMA PGRI 2 Palangka Raya.
5.

2.

teknik

Lembar tes yang terdiri dari soal-soal
pretest dan posttest.

Tes awal ini sering dikenal dengan
istilah pretest. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dan

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

sebagai

1.

Non Tes

kelompok belajar pada pembelajaran

a. Observasi

dengan metode diskusi.

Penelitian ini menggunakan jenis
observasi partisipasi yaitu peneliti ikut
terlibat

dalam

dalam

pembentukan

b. Tes Akhir (posttest)
Tes akhir sering dikenal dengan

Dalam

istilah posttest. Tes ini diberikan pada

penelitian ini hal-hal yang diobservasi

saat akhir tindakan untuk mengukur

adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi

hasil

selama

sejarah

keberhasilan tindakan pembelajaran tiap

mengetahui

siklus. Tes akhir dilaksanakan dengan

suasana kegiatan pembelajaran di kelas

tujuan untuk mengetahui apakah semua

dengan menggunakan metode diskusi

materi pelajaran yang tergolong penting

proses

berlangsung

penelitian.

dasar

pembelajaran

dan

untuk

belajar

sejarah

dan

tingkat

107
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

sudah dapat dikuasai dengan baik oleh

test) dan tes prestasi (achievement test).

siswa.

Sumber persyaratan tes didasarkan atas mutu

Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan

dalam

rangka

pengumpulan

data.Instrumen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.

dilakukan

selama

proses

pembelajaran berlangsung. Lembar observasi
yaitu lembar yang berisi tentang indikator
aktivitas siswa belajar maupun kondisi fisik
lingkungan sekolah dan digunakan siswa
dalam melaksanakan pengamatan kelas.
2.

dalam

penelitian

ini

digunakan untuk menilai keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas X SMA PGRI Palangka
Raya. Kelebihan wawancara ialah bisa
kontak langsung dengan siswa sehingga
dapat mengungkapkan jawaban secara lebih
bebas

dan

mendalam

(Nana

Sudjana,

2005:68). Wawancara ini dilakukan kepada
guru mata pelajaran sejarah serta kepada
beberapa siswa
3.

pengadministrasian

dalam

pelaksanaan.
Tes belajar digunakan untuk mengetahui
data mengenai peningkatan hasil belajar
penguasaan

materi yang diajarkan oleh guru dengan
menggunakan

metode

diskusi

dalam

pembelajaran sejarah. Soal pretest dan
posttest masing-masing berjumlah 10 item

pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban
yaitu a,b,c,d, dan e dan dua soal uraian.
Validitas adalah suatu konsep yang

Wawancara
Wawancara

dan

siswa, khususnya mengenai

Lembar observasi
Observasi

tes

berkaitan dengan sejauh mana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sumarna

Surapranata,

2006:50).

Suatu

penelitian bisa dikatakan tepat apabila sudah
diuji atau diukur validitasnya. Instrumen
yang valid adalah instrumen yang mampu
dengan tepat mengukur apa yang hendak
diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan valid
apabila mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya alat ukur yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah.

Tes
Tes adalah merupakan alat atau prosedur

yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan
(Suharsimi

Arikunto,

kemampuan

pada

2007:53).

dasarnya

Tes

dibedakan

menjadi dua jenis yaitu tes bakat (apitude

Teknik pengembangan validitas data dalam
kualitatif yaitu triangulasi. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.

Menggunakan triangulasi sumber yaitu
orang-orang
informan.
dalam

yang

dekat

Triangulasi

penelitian

ini

yang
yaitu

dengan
dipakai
guru
108

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

(observer), peneliti, dan siswa kelas X

a.

Reduksi

SMA PGRI 2 Palangka Raya.
2.

Triangulasi

metode

Reduksi Data

yaitu

peneliti

data

tahap

menggunakan teknik atau pengumpulan

pengabstrakan

sumber

informasi

yang

berbeda

untuk

proses

penyederhanaan yang dilakukan melalui

mengumpulkan data yang sejenis dengan

data

merupakan

seleksi,

pemfokusan,
data

yang

mentah

bermakna.

dan
menjadi

Sehingga

memperoleh data tentang partisipasi dan

kesimpulan-kesimpulan final dapat ditarik

kompetensi profesional guru sejarah

dan diverifikasi.

yang dimiliki. Triangulasi metode dalam

b.

Penyajian Data
Penyajian yang sering digunakan pada

penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi, dan tes hasil belajar.

data kualitatif adalah bentuk teks naratif.

Analisis data adalah proses menyeleksi,

Penyajian-penyajian data meliputi berbagi

memfokuskan,

jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.

mengabstraksikan, mengorganisasikan data

Penciptaan dan penggunaan penyajian data

secara

untuk

merupakan bagian dari analisis yang tidak

dapat

dapat dipisahkan.

menyederhanakan,

sistematis

menampilkan
digunakan

dan

rasional

bahan-bahan
untuk

yang

menyusun

jawaban

c.

Penarikan Kesimpulan

pada

Menarik kesimpulan merupakan tahap

umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu

terakhir dalam analisa data yang dilakukan

analisis kualitatif (qualitatif control) dan

dengan melihat hasil reduksi data dan tetap

analisis kuantitatif (quantitatif control).

mengacu pada rumusan masalah serta tujuan

1.

Analisis Kulitatif

yang hendak dicapai. Data yang telah

Analisis kualitatif sering juga disebut

tersusun

terhadap

tujuan

PTK.

Analisis

tersebut

dihubungkan

dan

sebagai validitas logis (logical validity) yaitu

dibandingkan antara satu dengan yang

berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk

lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan

menganalisis soal ditinjau dari segi teknis,

sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.

isi, dan editorial (Sumarna Surapranata,

Data yang diperoleh dalam penelitian berupa

2006:1-2). Teknik analisis data kualitatif

lembar observasi, wawancara, dokumentasi,

mengacu pada metode analisis dari Miles dan

dan tes.

Hubberman (Sugiyono, 2009: 337-345) yaitu

2.

reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
sebagai berikut:

Langkah-langkah

tersebut

Analisis Kuantitatif
Hasil

analisis

mengetahui
membedakan

dimaksudkan

sejauh
antara

mana
peserta

soal
tes

untuk
dapat
yang
109

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

kemampuannya tinggi

dalam hal

yang

didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes
yang

kemampuannya

rendah

(Sumarna

hasil belajar didapat dari penilaian pretest
dan posttest.
Pada siklus I penerapan metode diskusi
berjalan lancar. Guru membuka pembelajaran

Surapranata, 2006:10).

dengan

mengadakan

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.

Penerapan

Metode

salam,

apersepsi,

pretest.

Guru

kemudian
memberikan

untuk materi pengantar dan menjelaskan langkah-

Diskusi

Meningkatkan Keaktifan dan Hasil langkah metode diskusi. Guru menerapkan
Belajar Kelas X di SMA PGRI 2

metode diskusi dalam pembelajaran sejarah

Palangka Raya dalam Pembelajaran

sesuai skenario pembelajaran. Guru menarik

Sejarah

kesimpulan pada akhir kegiatan pembelajaran

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kemudian melakukan posttest.
tindakan kelas (Classroom Action Reserch).

Berdasarkan observasi pada siklus I

Kelas yang dipilih sebagai objek pelaksanaan

menunjukkan bahwa rata-rata persentase

tindakan adalah kelas X dengan jumlah siswa

aktivitas belajar mencapai 79,46%. Rata-rata

28 orang. Kelas X dipilih berdasarkan

keaktifan sebelum tindakan adalah 36,16%.

pertimbangan dan diskusi antara guru sejarah

Deskripsi keadaan siswa ketika mengikuti

dan peneliti. Penelitian ini dilakukan dalam pembelajaran sejarah yaitu semua siswa
upaya untuk meningkatkan keaktifan dan

memperhatikan penjelasan guru, 20 siswa

hasil belajar melalui metode diskusi

pada

aktif bertanya atau mengemukakan pendapat,

siswa kelas X SMA PGRI 2 Palangka Raya.

4 siswa tidak mendengarkan teman yang

Selain itu juga untuk mengetahui kendala dan

presentasi, 6 siswa yang tidak mencatat

kelebihan pada saat menerapkan metode

materi sejarah, 14 siswa membuat sketsa

diskusi dalam pembelajaran sejarah.

gambar-gambar sejarah, 18 siswa antusias

Data yang diperoleh dalam penelitian

pindah untuk berkelompok, 2 siswa tidak

berdasarkan hasil observasi selama 4 kali

memecahkan soal dalam diskusi, dan 2 siswa

pertemuan yang berlangsung dari tanggal 6

malas untuk presentasi di depan kelas.

April

2017

Pelaksanaan

sampai
penelitian

27

April

tindakan

2017.

Berdasarkan

penilaian

pretest

pada

kelas siklus I, nilai rata-rata kelas X yaitu 48,18

berlangsung sebanyak dua siklus. Data

dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah

observasi

24. Nilai tertinggi siswa belum mampu

keaktifan

diperoleh

melalui

wawancara dengan guru dan siswa serta data mencapai nilai KKM yaitu ≥ 73. Setelah
penerapan metode diskusi

nilai rata-rata
110

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

kelas yaitu 74,5. Pada posttest siklus I nilai pindah untuk berkelompok, 2 siswa tidak
tertinggi 85 dan nilai terendah 60. Walaupun memecahkan soal dalam diskusi, dan 1 siswa
ada 6 siswa yang belum mencapai KKM hasil

malas untuk presentasi di depan kelas.

belajar siswa kelas X mengalami peningkatan

Pada tes awal (pretest) siklus II nilai

dari nilai rata-rata kelas 48,18 menjadi 74,5

rata-rata kelas yaitu 46,82. Pada pretest

mengalami peningkatan sebesar 26,32.

siklus II nilai tertinggi yaitu 80 dan nilai

Perubahan dan perbaikan pada siklus II terendah 25. Pada pretest siklus II ini hanya
antara lain guru aktif membangun motivasi

ada 1 siswa yang sudah mencapai KKM.

untuk aktif bertanya, pembagian kelompok

Berdasarkan tes akhir (posttest) nilai rata-rata

direncanakan dengan baik, guru memperjelas kelas setelah dilakukannya tindakan yaitu
langkah-langkah
penggunaan

metode

video

diskusi

dan 80,54. Pada tes akhir (posttest) nilai tertinggi

pembelajaran

agar yaitu 95 dan nilai terendah 63. Pada siklus II

pengetahuan dan pemahaman siswa lebih

ini hanya ada 1 siswa yang belum mencapai

luas.

KKM. Penerapan metode diskusi pada siklus

Pada siklus II penerapan metode diskusi II mampu meningkatkan hasil belajar siswa
berjalan lancar. Guru membuka pembelajaran

dari nilai rata-rata kelas 46,82 menjadi 80,54

dengan salam, apersepsi, dan melakukan

mengalami peningkatan sebesar 33,72. Nilai

pretest. Guru memberikan materi pengantar

yang diperoleh pada siklus II merupakan nilai

dan menjelaskan langkah-langkah metode tertinggi dibandingkan pada siklus I.
diskusi . Guru menerapkan metode diskusi

2.

Kendala-Kendala

Metode

dalam pembelajaran sejarah sesuai skenario

dalam Pembelajaran Sejarah

pembelajaran

Berdasarkan

dengan

tambahan

video

hasil

observasi

Diskusi

yang

pembelajaran. Guru menarik kesimpulan dilakukan oleh peneliti dan guru, terdapat
pada akhir kegiatan pembelajaran kemudian

beberapa kendala yang dihadapi dalam

melakukan posttest.

Penerapan

Keaktifan

siswa

mencapai

Metode

Diskusi,

diantaranya

88,84%. sebagai berikut:

Deskripsi keaktifan siswa pada siklus II yaitu

a.

semua siswa memperhatikan penjelasan guru,
23 siswa aktif bertanya atau mengemukakan

Beberapa siswa ada yang terlambat
masuk kelas.

b.

Siswa belum terbiasa dengan metode

pendapat, 2 siswa tidak mendengarkan teman

diskusi.

yang presentasi, 3 siswa yang tidak mencatat

menjelaskan

materi sejarah, 20 siswa membuat sketsa

pembelajaran

gambar-gambar sejarah, 24 siswa antusias

metode diskusi.

Guru

kurang

jelas

dalam

langkah-langkah
dengan

menggunakan
111

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

c.

Terdapat beberapa siswa yang belum

membuat siswa antusias, bersemangat,

berani bertanya dan mengemukakan

dan tidak jenuh dengan pelajaran sejarah.

pendapat.
d.

e.

c.

g.

3.

saling

berinteraksi,

Pembagian kelompok kurang efektif dan

berkomunikasi,

efisien

kebersamaan dan keakraban dengan

Suasana kurang kondusif saat diskusi

teman.
d.

kelompok.
f.

Siswa

Waktu

untuk

pembahasan

diskusi

menjalin

suasana

Siswa lebih memahami materi pelajaran
sejarah secara luas. Jika biasanya siswa

gambar-gambar kurang.

hanya belajar sejarah dengan teori-teori

Penguasaan materi siswa terbatas pada

maka

penjelasan guru, buku paket, dan LKS.

memperluas wawasan siswa dengan

Kelebihan

gambar-gambar yang mewakili materi

Metode

Diskusi

dalam

hasil

metode

diskusi

sejarah dan lebih menarik.

Pembelajaran Sejarah
Berdasarkan

penerapan

observasi

yang

dilakukan oleh peneliti dan guru, terdapat

SIMPULAN

beberapa kelebihan dalam penerapan metode 1.

Penerapan

diskusi, diantaranya sebagai berikut:

ditambah dengan video pembelajaran

a.

Sebagian besar siswa sudah aktif dalam

dapat meningkatkan keaktifan dan hasil

pembelajaran sejarah. Hal ini tampak

belajar siswa kelas X SMA PGRI 2

dalam

Palangka

beberapa

siswa

Raya

diskusi

dalam

yang

pembelajaran

memperhatikan penjelasan guru, siswa

sejarah. Rata-rata keaktifan sebelum

bertanya

tindakan adalah 36,16%. Pada siklus I

dan

menyatakan

pendapat

dalam diskusi, siswa mendengarkan guru

persentase

dan

sedang

79,46% mengalami peningkatan pada

siswa

siklus II sebesar 9,38% menjadi 88,84%.

mencatat materi dan hasil diskusi, siswa

Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar

membuat sketsa gambar yang berkaitan

sebelum tindakan sebesar 48,18 dan

dengan materi pelajaran, siswa bergerak

setelah dilakukan tindakan nilai rata-

dan berpindah dalam kelompok, dan

ratanya sebesar 74,5. Hasil belajar siswa

siswa berani tampil presentasi.

mengalami peningkatan sebesar 26,32.

Kegiatan pembelajaran sejarah lebih

Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar

menarik dan menyenangkan. Hal ini

sebelum dilakukannya tindakan adalah

temannya

mengemukakan

b.

indikator:

metode

yang
pendapat,

46,82

dan

keaktifan

setelah

siswa

tindakan

adalah

adalah
112

PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

sebesar

80,54.

Hasil

belajar

siswa DAFTAR RUJUKAN

mengalami peningkatan sebesar 33,72.
2.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam
penggunaan metode diskusi yaitu siswa

Agus

Supriyono. (2009). Cooperative
Learning:
Teori
dan
Aplikasi
PAIKEM.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.

membutuhkan waktu yang cukup lama
Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran
Sejarah.
Yogyakarta:
Penerbit
Ombak.
pembelajaran dengan metode diskusi.
untuk menyesuaikan diri pada saat

Pada siklus I guru belum sepenuhnya
mampu

mengelola

keadaan

kelas

pembagian

kelas

menjadi

kelompok

Barwood, Tom. (2011). Strategi Belajar .
sehingga Jakarta: Erlangga.

ramai
dan

saat

diskusi

kelompok. Adapun solusi yang diambil
oleh guru dan peneliti untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut yaitu guru lebih
optimal

menjelaskan

Daryanto & Muljo Rahardjo. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.

proses

Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. (2011).
Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.
Jakarta: Bumi Aksara.
diskusi dan mengelola kelas agar suasana
pembelajaran sejarah dengan metode

kelas lebih terkontrol. Penerapan metode

Helius Sjamsudin & H. Ismaun. (1996).
Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:
Dapartemen
Pendidikan
dan
dengan video pembelajaran sejarah.
Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
Keunggulan dalam penerapan metode
Akademik.
diskusi dalam pembelajaran sejarah yaitu
diskusi akan lebih optimal jika ditambah

3.

pembelajaran sejarah lebih bermakna
dan

menyenangkan

karena

terjalin

Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu
Sejarah.
Yogyakarta:
Yayasan
Bentang Budaya.

kerjasama yang erat antar siswa dalam
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning.
Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:
Siswa menjadi semangat dan lebih aktif
Grasindo.
baik
dalam
bertanya
maupun
kelompok dalam menyelesaikan tugas.

mengemukakan pendapat atau bertukar Moh. Uzer Usman. (2011). Cara Belajar
Siswa Aktif. Jakarta: Gramedia
informasi. Penerapan metode diskusi
Pustaka Utama.
juga dapat meningkatkan keaktifan dan
Nana Sudjana. (2004). Dasar-dasar Proses
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
sejarah.
113
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie

Desember 2017, Volume 4 Nomor 2

_______. (2005). Penilaian Hasil Proses Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Belajar Mengajar . Bandung: Remaja
Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Rosdakarya.
Kualitatif, dan R&D . Bandung:
_______. (2006). CBSA Cara Belajar Siswa
Alfabeta..
Aktif dalam Proses Belajar Mengajar .
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumarna Surapranata. (2006). Analisis,
Validitas, Reliabilitas, dan Intrepetasi
Oemar Hamalik. (2009). Kurikulum dan
Hasil Tes. Bandung: PT Remaja
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rosdakarya.
R. Moh. Ali. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia. Yogyakarta: LKIS.
Rochiati Wiriatmadja. (2007). Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.

Trianto.
(2009).
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
______. (2011). Panduan Lengkap Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), Teori dan Praktik. Jakarta:
Prestasi Pustaka raya.

Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Wina,
Sanjaya.
(2009).
Strategi
Pers.
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan (Cetakan ke-6).
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor
Jakarta: Kencana.
yang Mempengaruhinya . Jakarta:
Rineka Cipta.
Zainal Aqib. (2009). Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung

114
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie