Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkat
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X
DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka Raya
Jl. Hiu Putih, Tjilik Riwut Km. 7
Abstract : The purpose of this study is to find out how the application of discussion methods
to improve the activity and learning outcomes of students in learning history of class X in
SMA PGRI 2 Palangka Raya, the advantages and constraints of discussion methods in
learning history. This type of research is a classroom action research (Classroom Action
Research). This study was conducted in two cycles, each cycle consisting of 4 stages i.e
planning, action, observation, and reflection. Data collection techniques in this study are
observation, interviews, and tests. Validity used in this research is triangulation method and
source triangulation. This research uses qualitative analysis and quantitative analysis. The
results of the research can be summarized as follows: 1) The implementation of discussion
method can improve the activity and learning outcomes of class X in SMA PGRI 2 Palangka
Raya students in learning history. Before the action of the class X average activity is 36.16%.
In cycle I mean the percentage of student activity indicator is 79,46% increase in cycle II
equal to 9,38% become 88,84%. The average value of the class in the first cycle is pretest
48.18 has an increase in posttest of 26.32 to 74.5. The average value of the class in the second
cycle of pretest 46.82 experienced increase in posttest of 33.72 to 80.54. 2) The advantages of
the discussion method in learning history i.e students more active and learning history more
fun. Constraint discussion method in learning history is student not yet familiar with this
method and not enough time to discuss.
Keywords : Discussion methods, liveliness, learning outcomes
multiarah antarsiswa, guru, dan lingkungan
PENDAHULUAN
komponen
belajar. Karena itu pembelajaran harus diatur
masukan dalam proses pendidikan, sebagai
sedemikian rupa sehingga akan diperoleh
suatu organisme yang hidup, memiliki
dampak
potensi
(istructional
Peserta
didik
untuk
adalah
berkembang,
yang
pembelajaran
secara
langsung
effect) ke arah perubahan
memerlukan lingkungan dan arah tertentu
tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam
sehingga
tujuan pembelajaran (Hamzah B. Uno dan
membutuhkan
pembelajaran.
bimbingan
Pemilihan
dan
strategi
pembelajaran pada dasarnya merupakan
Nurdin Mohamad, 2011:4).
Pelajaran
sejarah
salah satu hal penting yang harus dipahami
menciptakan
oleh
perspektif sejarah. Pelajaran sejarah juga
setiap
guru,
mengingat
proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi
mempunyai
wawasan
bertujuan
fungsi
historis
atau
sosiokultural,
103
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
membangkitkan kesadaran historis. Dalam
rata nilai sejarah pada ulangan akhir semester
pelajaran sejarah perlu dimasukkan biografi
I tahun ajaran 2016/2017.
pahlawan
mencakup
soal
Hal lain yang ditemukan saat observasi
kepribadian,
perlu
adalah rendahnya keaktifan siswa dalam
ditanam historical-mindedness, perbedaan
proses pembelajaran sejarah. Terdapat 10
antara sejarah dan mitos, legenda, dan novel
siswa yang memperhatikan penjelasan guru,
historis (Aman, 2011:31-32).
5 siswa aktif bertanya atau mengemukakan
perwatakan
semangat
berkorban,
harus
pendapat, 16 siswa tidak mendengarkan
menumbuhkan suasana sedemikian rupa
teman yang presentasi, 14 siswa yang tidak
sehingga
Pembelajaran
di
sekolah
didik
aktif
bertanya,
mencatat materi sejarah, 5 siswa membuat
dan
mengemukakan
sketsa gambar-gambar sejarah, 15 siswa
pendapat. Belajar memang merupakan proses
antusias pindah untuk berkelompok, 18 siswa
aktif
membangun
tidak memecahkan soal dalam diskusi, dan
pengetahuannya, bukan proses pasif yang
18 siswa malas untuk presentasi di depan
hanya menerima ceramah dari seorang guru
kelas.
peserta
mempertanyakan,
dari
siswa
dalam
umumnya
Selama ini proses pembelajaran sejarah
pembelajaran di kelas-kelas dilakukan dalam
di SMA PGRI 2 Palangka Raya bersifat
bentuk satu arah yaitu guru lebih banyak
konvensional, monoton dan terkesan kurang
ceramah dihadapan siswa dan siswa hanya
menarik. Guru sering menggunakan metode
mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya
ceramah. Ketika proses belajar mengajar
hanya
yang
siswa membaca LKS (Lembar Kerja Siswa)
dimilikinya kepada siswa dengan target
dan mengerjakan soal-soal latihan di LKS.
tersampaikannya topik-topik yang tertulis
Guru
dalam kurikulum. Hal ini menyebabkan
pembelajaran lainnya hal ini menyebabkan
siswa hanya mendengarkan, kurang aktif,
siswa jenuh dengan pelajaran sejarah. Siswa
kurang dalam hal pemahaman dan daya ingat
cenderung malas belajar karena guru tidak
yang
menerapkan metode lain dalam proses
tentang
pengetahuan.
mentransfer
rendah.
Pada
pengetahuan
Minimnya
metode
yang
diterapkan dalam pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan hasil
hasil
menggunakan
metode
pembelajaran.
Menyikapi hal tersebut di atas maka
peneliti bermaksud mengadakan penelitian
belajar kurang maksimal.
Berdasarkan
jarang
observasi
dan
wawancara terhadap guru sejarah SMA
dengan judul “ Penerapan Metode Diskusi
Untuk
Meningkatkan
Keaktifan
Belajar
PGRI 2 Palangka Raya diperoleh data rata104
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Kelas X
observer Penelitian ini bersifat kolaboratif
di SMA PGRI 2 Palangka Raya”.
peneliti dengan guru dengan tujuan lebih
mudah dan lebih teliti dalam kegiatan
observasi.
METODE
Penelitian
yang
akan
Penelitian Tindakan Kelas dibedakan
dilakukan
Kelas
dalam dua tahap, yaitu tahap perencanaan
(Classroom Action Research). Penelitian
dan pelaksanaan tindakan menurut Suharsimi
adalah proses pengamatan terhadap suatu
Arikunto, dkk (2007:16). Menurut Suharsimi
objek dengan menggunakan metodologi
Arikunto, dkk (2007:17-20) dalam PTK
untuk mendapatkan data akurat mengenai
terdapat empat tahapan yang harus dilalui
peningkatan objek yang diteliti, tindakan
oleh peneliti yaitu perencanaan, pelaksanaan,
menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang
pengamatan, dan refleksi.
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu
1.
merupakan
Penelitian
Tindakan
Tahap pendahuluan
Pada
sedangkan kelas merupakan kegiatan yang
awalnya
peneliti
melakukan
dilakukan selama penelitian yang terdiri dari
observasi mengenai kondisi sekolah yang
beberapa siklus, dan kelas merupakan tempat
akan dijadikan sebagai tempat penelitian.
para siswa mendapatkan pelajaran dari guru
Observasi
yang sama
kondisi fisik berupa bangunan dan sarana
(Suharsimi
Arikunto, dkk.,
dilakukan
untuk
mengetahui
prasarana maupun kondisi pembelajaran di
2009:2).
Secara ringkas, Penelitian Tindakan
sekolah
terutama
pembelajaran
sejarah.
Kelas (PTK) adalah bagaimana sekelompok
Observasi kondisi pembelajaran di kelas
guru
dilakukan agar mengetahui jalannya Proses
dapat
mengorganisasikan
kondisi
praktek pembelajaran mereka, dan belajar
Belajar
Mengajar
(PBM)
dan
juga
dari pengalaman mereka sendiri (Rochiati
wawancara dengan guru dan siswa mengenai
Wiriaatmadja, 2007:13). PTK bertujuan agar
PBM.
guru lebih bisa menyajikan PBM dengan
Peneliti membuat surat permohonan
bervariatif. Guru akan mendapatkan banyak
izin penelitian di Fakultas Keguruan dan
keuntungan
metode
Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka
pembelajaran yang diterapkan meskipun
Raya yang kemudian dilanjutkan dengan
dengan berbagai kekurangan. Penelitian ini
mengurus surat izin dengan pihak sekolah
dilaksanakan
antara
yaitu SMA PGRI 2 Palangka Raya. Pada
peneliti dengan guru. Peneliti bertindak
tahap pendahuluan peneliti melakukan dialog
sebagai pengajar dan guru bertindak sebagai
dengan guru sejarah sebagai tahap persiapan
dengan
secara
berbagai
kolaborasi
105
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
penelitian. Dialog yang dilakukan bertujuan
6) Peneliti mencari informasi mengenai
untuk mengetahui materi dan menentukan
keaktifan
kelas yang akan digunakan. Selain itu
menggunakan pretest.
peneliti juga perlu mengetahui karakteristik
b.
peneliti
bersama
kolaborator
hasil
dalam satu siklus yang terdiri dari dua
pertemuan.
muncul dalam pelaksanaan pembelajaran
disesuaikan
dengan
sejarah.
sebelumnya.
Pelaksana
itu
peneliti
menyusun
siswa
Pelaksanaan tindakan
melakukan identifikasi permasalahan yang
Setelah
belajar
Pelaksanaan tindakan akan dilakukan
siswa yang digunakan dalam penelitian.
Kemudian
dan
Pelaksanaan
RPP
tindakan
yang
dibuat
tindakan
adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
peneliti
dan menyusun soal yang digunakan dalam
Pengawasan
pretest dan posttest.
diserahkan kepada guru yang bertindak
2.
sebagai
Tahap pelaksanaan tindakan
Penelitian tindakan kelas (Classroom
Action
Research)
merupakan
suatu
pemantauan terhadap proses pembelajaran
yang
berperan
sebagai
pembelajaran
observer
sekaligus
di
guru.
kelas
kolaborator.
Pelaksanaan melibatkan guru, siswa, dan
peneliti
c.
berupa tindakan siswa yang secara sengaja
Observasi
Observasi
dilakukan
selama
dimunculkan dalam kelas secara bersamaan.
pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi
a.
dan pelaksanaan tindakan berlangsung dalam
Perencaanaan
1) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
waktu yang sama. Peneliti mengamati dan
(RPP)
menggunakan
mencatat aktivitas siswa sesuai dengan
metode diskusi sesuai dengan materi
format observasi yang telah disiapkan.
yang akan dilakukan tindakan.
Observasi
Pembelajaran
2) Menyiapkan
kelengkapan
yang
dibutuhkan dalam pembelajaran
4) Merancang
dengan
skenario
metode
diskusi.
diperoleh dianalisis sebagai bahan refleksi
terhadap pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi. Hasil refleksi kemudian
5) Memberikan pelatihan kepada guru yang
bertindak
Refleksi
Pada tahap ini seluruh data yang
pembelajaran
memperkenalkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
d.
3) Merancang lembar pengamatan.
dilakukan dengan mengamati
sebagai
observer
pengisian lembar observasi.
dalam
digunakan
sebagai
acuan
untuk
merencanakan tindakan yang lebih efektif
pada siklus berikutnya. Kelemahan dan
kekurangan yang ada di siklus 1 dipakai
106
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
sebagai landasan untuk perbaikan pada siklus
akankah dapat meningkatkan keaktifan
berikutnya dengan mengadakan perbaikan
dan
agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
pembelajaran sejarah.
belajar siswa.
b. Wawancara
hasil
belajar
Dalam
Adapun sumber data dalam penelitian ini
penelitian
siswa
dalam
ini
peneliti
adalah:
menggunakan
1.
Data yang diperoleh dari guru sejarah
langsung
kelas X SMA PGRI 2 Palangka Raya
penguatan
mengenai pelaksanaan kegiatan belajar
berdasarkan hasil observasi. Wawancara
siswa.
dalam penelitian ini dilakukan terhadap
Data yang diperoleh dari siswa kelas X
siswa
SMA PGRI 2 Palangka Raya mengenai
informasi
hasil belajar mereka.
pembelajaran sejarah dengan metode
Lembar observasi yang diperoleh selama
diskusi. Wawancara berpedoman pada
penelitian di SMA PGRI 2 Palangka
lembar pedoman wawancara yang telah
Raya.
disiapkan oleh peneliti.
2.
3.
4.
Lembar wawancara selama penelitian di
guna
pengumpulan
data
kelas
yang
X
atau
wawancara
untuk
dan
diperoleh
mendapatkan
pendapat
mengenai
Tes
a. Tes Awal (pretest)
SMA PGRI 2 Palangka Raya.
5.
2.
teknik
Lembar tes yang terdiri dari soal-soal
pretest dan posttest.
Tes awal ini sering dikenal dengan
istilah pretest. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dan
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
sebagai
1.
Non Tes
kelompok belajar pada pembelajaran
a. Observasi
dengan metode diskusi.
Penelitian ini menggunakan jenis
observasi partisipasi yaitu peneliti ikut
terlibat
dalam
dalam
pembentukan
b. Tes Akhir (posttest)
Tes akhir sering dikenal dengan
Dalam
istilah posttest. Tes ini diberikan pada
penelitian ini hal-hal yang diobservasi
saat akhir tindakan untuk mengukur
adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi
hasil
selama
sejarah
keberhasilan tindakan pembelajaran tiap
mengetahui
siklus. Tes akhir dilaksanakan dengan
suasana kegiatan pembelajaran di kelas
tujuan untuk mengetahui apakah semua
dengan menggunakan metode diskusi
materi pelajaran yang tergolong penting
proses
berlangsung
penelitian.
dasar
pembelajaran
dan
untuk
belajar
sejarah
dan
tingkat
107
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
sudah dapat dikuasai dengan baik oleh
test) dan tes prestasi (achievement test).
siswa.
Sumber persyaratan tes didasarkan atas mutu
Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan
dalam
rangka
pengumpulan
data.Instrumen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
dilakukan
selama
proses
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi
yaitu lembar yang berisi tentang indikator
aktivitas siswa belajar maupun kondisi fisik
lingkungan sekolah dan digunakan siswa
dalam melaksanakan pengamatan kelas.
2.
dalam
penelitian
ini
digunakan untuk menilai keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas X SMA PGRI Palangka
Raya. Kelebihan wawancara ialah bisa
kontak langsung dengan siswa sehingga
dapat mengungkapkan jawaban secara lebih
bebas
dan
mendalam
(Nana
Sudjana,
2005:68). Wawancara ini dilakukan kepada
guru mata pelajaran sejarah serta kepada
beberapa siswa
3.
pengadministrasian
dalam
pelaksanaan.
Tes belajar digunakan untuk mengetahui
data mengenai peningkatan hasil belajar
penguasaan
materi yang diajarkan oleh guru dengan
menggunakan
metode
diskusi
dalam
pembelajaran sejarah. Soal pretest dan
posttest masing-masing berjumlah 10 item
pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban
yaitu a,b,c,d, dan e dan dua soal uraian.
Validitas adalah suatu konsep yang
Wawancara
Wawancara
dan
siswa, khususnya mengenai
Lembar observasi
Observasi
tes
berkaitan dengan sejauh mana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sumarna
Surapranata,
2006:50).
Suatu
penelitian bisa dikatakan tepat apabila sudah
diuji atau diukur validitasnya. Instrumen
yang valid adalah instrumen yang mampu
dengan tepat mengukur apa yang hendak
diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan valid
apabila mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya alat ukur yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah.
Tes
Tes adalah merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan
(Suharsimi
Arikunto,
kemampuan
pada
2007:53).
dasarnya
Tes
dibedakan
menjadi dua jenis yaitu tes bakat (apitude
Teknik pengembangan validitas data dalam
kualitatif yaitu triangulasi. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Menggunakan triangulasi sumber yaitu
orang-orang
informan.
dalam
yang
dekat
Triangulasi
penelitian
ini
yang
yaitu
dengan
dipakai
guru
108
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
(observer), peneliti, dan siswa kelas X
a.
Reduksi
SMA PGRI 2 Palangka Raya.
2.
Triangulasi
metode
Reduksi Data
yaitu
peneliti
data
tahap
menggunakan teknik atau pengumpulan
pengabstrakan
sumber
informasi
yang
berbeda
untuk
proses
penyederhanaan yang dilakukan melalui
mengumpulkan data yang sejenis dengan
data
merupakan
seleksi,
pemfokusan,
data
yang
mentah
bermakna.
dan
menjadi
Sehingga
memperoleh data tentang partisipasi dan
kesimpulan-kesimpulan final dapat ditarik
kompetensi profesional guru sejarah
dan diverifikasi.
yang dimiliki. Triangulasi metode dalam
b.
Penyajian Data
Penyajian yang sering digunakan pada
penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi, dan tes hasil belajar.
data kualitatif adalah bentuk teks naratif.
Analisis data adalah proses menyeleksi,
Penyajian-penyajian data meliputi berbagi
memfokuskan,
jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
mengabstraksikan, mengorganisasikan data
Penciptaan dan penggunaan penyajian data
secara
untuk
merupakan bagian dari analisis yang tidak
dapat
dapat dipisahkan.
menyederhanakan,
sistematis
menampilkan
digunakan
dan
rasional
bahan-bahan
untuk
yang
menyusun
jawaban
c.
Penarikan Kesimpulan
pada
Menarik kesimpulan merupakan tahap
umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu
terakhir dalam analisa data yang dilakukan
analisis kualitatif (qualitatif control) dan
dengan melihat hasil reduksi data dan tetap
analisis kuantitatif (quantitatif control).
mengacu pada rumusan masalah serta tujuan
1.
Analisis Kulitatif
yang hendak dicapai. Data yang telah
Analisis kualitatif sering juga disebut
tersusun
terhadap
tujuan
PTK.
Analisis
tersebut
dihubungkan
dan
sebagai validitas logis (logical validity) yaitu
dibandingkan antara satu dengan yang
berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk
lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan
menganalisis soal ditinjau dari segi teknis,
sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.
isi, dan editorial (Sumarna Surapranata,
Data yang diperoleh dalam penelitian berupa
2006:1-2). Teknik analisis data kualitatif
lembar observasi, wawancara, dokumentasi,
mengacu pada metode analisis dari Miles dan
dan tes.
Hubberman (Sugiyono, 2009: 337-345) yaitu
2.
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
sebagai berikut:
Langkah-langkah
tersebut
Analisis Kuantitatif
Hasil
analisis
mengetahui
membedakan
dimaksudkan
sejauh
antara
mana
peserta
soal
tes
untuk
dapat
yang
109
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
kemampuannya tinggi
dalam hal
yang
didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes
yang
kemampuannya
rendah
(Sumarna
hasil belajar didapat dari penilaian pretest
dan posttest.
Pada siklus I penerapan metode diskusi
berjalan lancar. Guru membuka pembelajaran
Surapranata, 2006:10).
dengan
mengadakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Penerapan
Metode
salam,
apersepsi,
pretest.
Guru
kemudian
memberikan
untuk materi pengantar dan menjelaskan langkah-
Diskusi
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil langkah metode diskusi. Guru menerapkan
Belajar Kelas X di SMA PGRI 2
metode diskusi dalam pembelajaran sejarah
Palangka Raya dalam Pembelajaran
sesuai skenario pembelajaran. Guru menarik
Sejarah
kesimpulan pada akhir kegiatan pembelajaran
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kemudian melakukan posttest.
tindakan kelas (Classroom Action Reserch).
Berdasarkan observasi pada siklus I
Kelas yang dipilih sebagai objek pelaksanaan
menunjukkan bahwa rata-rata persentase
tindakan adalah kelas X dengan jumlah siswa
aktivitas belajar mencapai 79,46%. Rata-rata
28 orang. Kelas X dipilih berdasarkan
keaktifan sebelum tindakan adalah 36,16%.
pertimbangan dan diskusi antara guru sejarah
Deskripsi keadaan siswa ketika mengikuti
dan peneliti. Penelitian ini dilakukan dalam pembelajaran sejarah yaitu semua siswa
upaya untuk meningkatkan keaktifan dan
memperhatikan penjelasan guru, 20 siswa
hasil belajar melalui metode diskusi
pada
aktif bertanya atau mengemukakan pendapat,
siswa kelas X SMA PGRI 2 Palangka Raya.
4 siswa tidak mendengarkan teman yang
Selain itu juga untuk mengetahui kendala dan
presentasi, 6 siswa yang tidak mencatat
kelebihan pada saat menerapkan metode
materi sejarah, 14 siswa membuat sketsa
diskusi dalam pembelajaran sejarah.
gambar-gambar sejarah, 18 siswa antusias
Data yang diperoleh dalam penelitian
pindah untuk berkelompok, 2 siswa tidak
berdasarkan hasil observasi selama 4 kali
memecahkan soal dalam diskusi, dan 2 siswa
pertemuan yang berlangsung dari tanggal 6
malas untuk presentasi di depan kelas.
April
2017
Pelaksanaan
sampai
penelitian
27
April
tindakan
2017.
Berdasarkan
penilaian
pretest
pada
kelas siklus I, nilai rata-rata kelas X yaitu 48,18
berlangsung sebanyak dua siklus. Data
dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah
observasi
24. Nilai tertinggi siswa belum mampu
keaktifan
diperoleh
melalui
wawancara dengan guru dan siswa serta data mencapai nilai KKM yaitu ≥ 73. Setelah
penerapan metode diskusi
nilai rata-rata
110
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
kelas yaitu 74,5. Pada posttest siklus I nilai pindah untuk berkelompok, 2 siswa tidak
tertinggi 85 dan nilai terendah 60. Walaupun memecahkan soal dalam diskusi, dan 1 siswa
ada 6 siswa yang belum mencapai KKM hasil
malas untuk presentasi di depan kelas.
belajar siswa kelas X mengalami peningkatan
Pada tes awal (pretest) siklus II nilai
dari nilai rata-rata kelas 48,18 menjadi 74,5
rata-rata kelas yaitu 46,82. Pada pretest
mengalami peningkatan sebesar 26,32.
siklus II nilai tertinggi yaitu 80 dan nilai
Perubahan dan perbaikan pada siklus II terendah 25. Pada pretest siklus II ini hanya
antara lain guru aktif membangun motivasi
ada 1 siswa yang sudah mencapai KKM.
untuk aktif bertanya, pembagian kelompok
Berdasarkan tes akhir (posttest) nilai rata-rata
direncanakan dengan baik, guru memperjelas kelas setelah dilakukannya tindakan yaitu
langkah-langkah
penggunaan
metode
video
diskusi
dan 80,54. Pada tes akhir (posttest) nilai tertinggi
pembelajaran
agar yaitu 95 dan nilai terendah 63. Pada siklus II
pengetahuan dan pemahaman siswa lebih
ini hanya ada 1 siswa yang belum mencapai
luas.
KKM. Penerapan metode diskusi pada siklus
Pada siklus II penerapan metode diskusi II mampu meningkatkan hasil belajar siswa
berjalan lancar. Guru membuka pembelajaran
dari nilai rata-rata kelas 46,82 menjadi 80,54
dengan salam, apersepsi, dan melakukan
mengalami peningkatan sebesar 33,72. Nilai
pretest. Guru memberikan materi pengantar
yang diperoleh pada siklus II merupakan nilai
dan menjelaskan langkah-langkah metode tertinggi dibandingkan pada siklus I.
diskusi . Guru menerapkan metode diskusi
2.
Kendala-Kendala
Metode
dalam pembelajaran sejarah sesuai skenario
dalam Pembelajaran Sejarah
pembelajaran
Berdasarkan
dengan
tambahan
video
hasil
observasi
Diskusi
yang
pembelajaran. Guru menarik kesimpulan dilakukan oleh peneliti dan guru, terdapat
pada akhir kegiatan pembelajaran kemudian
beberapa kendala yang dihadapi dalam
melakukan posttest.
Penerapan
Keaktifan
siswa
mencapai
Metode
Diskusi,
diantaranya
88,84%. sebagai berikut:
Deskripsi keaktifan siswa pada siklus II yaitu
a.
semua siswa memperhatikan penjelasan guru,
23 siswa aktif bertanya atau mengemukakan
Beberapa siswa ada yang terlambat
masuk kelas.
b.
Siswa belum terbiasa dengan metode
pendapat, 2 siswa tidak mendengarkan teman
diskusi.
yang presentasi, 3 siswa yang tidak mencatat
menjelaskan
materi sejarah, 20 siswa membuat sketsa
pembelajaran
gambar-gambar sejarah, 24 siswa antusias
metode diskusi.
Guru
kurang
jelas
dalam
langkah-langkah
dengan
menggunakan
111
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
c.
Terdapat beberapa siswa yang belum
membuat siswa antusias, bersemangat,
berani bertanya dan mengemukakan
dan tidak jenuh dengan pelajaran sejarah.
pendapat.
d.
e.
c.
g.
3.
saling
berinteraksi,
Pembagian kelompok kurang efektif dan
berkomunikasi,
efisien
kebersamaan dan keakraban dengan
Suasana kurang kondusif saat diskusi
teman.
d.
kelompok.
f.
Siswa
Waktu
untuk
pembahasan
diskusi
menjalin
suasana
Siswa lebih memahami materi pelajaran
sejarah secara luas. Jika biasanya siswa
gambar-gambar kurang.
hanya belajar sejarah dengan teori-teori
Penguasaan materi siswa terbatas pada
maka
penjelasan guru, buku paket, dan LKS.
memperluas wawasan siswa dengan
Kelebihan
gambar-gambar yang mewakili materi
Metode
Diskusi
dalam
hasil
metode
diskusi
sejarah dan lebih menarik.
Pembelajaran Sejarah
Berdasarkan
penerapan
observasi
yang
dilakukan oleh peneliti dan guru, terdapat
SIMPULAN
beberapa kelebihan dalam penerapan metode 1.
Penerapan
diskusi, diantaranya sebagai berikut:
ditambah dengan video pembelajaran
a.
Sebagian besar siswa sudah aktif dalam
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
pembelajaran sejarah. Hal ini tampak
belajar siswa kelas X SMA PGRI 2
dalam
Palangka
beberapa
siswa
Raya
diskusi
dalam
yang
pembelajaran
memperhatikan penjelasan guru, siswa
sejarah. Rata-rata keaktifan sebelum
bertanya
tindakan adalah 36,16%. Pada siklus I
dan
menyatakan
pendapat
dalam diskusi, siswa mendengarkan guru
persentase
dan
sedang
79,46% mengalami peningkatan pada
siswa
siklus II sebesar 9,38% menjadi 88,84%.
mencatat materi dan hasil diskusi, siswa
Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar
membuat sketsa gambar yang berkaitan
sebelum tindakan sebesar 48,18 dan
dengan materi pelajaran, siswa bergerak
setelah dilakukan tindakan nilai rata-
dan berpindah dalam kelompok, dan
ratanya sebesar 74,5. Hasil belajar siswa
siswa berani tampil presentasi.
mengalami peningkatan sebesar 26,32.
Kegiatan pembelajaran sejarah lebih
Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar
menarik dan menyenangkan. Hal ini
sebelum dilakukannya tindakan adalah
temannya
mengemukakan
b.
indikator:
metode
yang
pendapat,
46,82
dan
keaktifan
setelah
siswa
tindakan
adalah
adalah
112
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
sebesar
80,54.
Hasil
belajar
siswa DAFTAR RUJUKAN
mengalami peningkatan sebesar 33,72.
2.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam
penggunaan metode diskusi yaitu siswa
Agus
Supriyono. (2009). Cooperative
Learning:
Teori
dan
Aplikasi
PAIKEM.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
membutuhkan waktu yang cukup lama
Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran
Sejarah.
Yogyakarta:
Penerbit
Ombak.
pembelajaran dengan metode diskusi.
untuk menyesuaikan diri pada saat
Pada siklus I guru belum sepenuhnya
mampu
mengelola
keadaan
kelas
pembagian
kelas
menjadi
kelompok
Barwood, Tom. (2011). Strategi Belajar .
sehingga Jakarta: Erlangga.
ramai
dan
saat
diskusi
kelompok. Adapun solusi yang diambil
oleh guru dan peneliti untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut yaitu guru lebih
optimal
menjelaskan
Daryanto & Muljo Rahardjo. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
proses
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. (2011).
Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.
Jakarta: Bumi Aksara.
diskusi dan mengelola kelas agar suasana
pembelajaran sejarah dengan metode
kelas lebih terkontrol. Penerapan metode
Helius Sjamsudin & H. Ismaun. (1996).
Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:
Dapartemen
Pendidikan
dan
dengan video pembelajaran sejarah.
Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
Keunggulan dalam penerapan metode
Akademik.
diskusi dalam pembelajaran sejarah yaitu
diskusi akan lebih optimal jika ditambah
3.
pembelajaran sejarah lebih bermakna
dan
menyenangkan
karena
terjalin
Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu
Sejarah.
Yogyakarta:
Yayasan
Bentang Budaya.
kerjasama yang erat antar siswa dalam
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning.
Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:
Siswa menjadi semangat dan lebih aktif
Grasindo.
baik
dalam
bertanya
maupun
kelompok dalam menyelesaikan tugas.
mengemukakan pendapat atau bertukar Moh. Uzer Usman. (2011). Cara Belajar
Siswa Aktif. Jakarta: Gramedia
informasi. Penerapan metode diskusi
Pustaka Utama.
juga dapat meningkatkan keaktifan dan
Nana Sudjana. (2004). Dasar-dasar Proses
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
sejarah.
113
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
_______. (2005). Penilaian Hasil Proses Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Belajar Mengajar . Bandung: Remaja
Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Rosdakarya.
Kualitatif, dan R&D . Bandung:
_______. (2006). CBSA Cara Belajar Siswa
Alfabeta..
Aktif dalam Proses Belajar Mengajar .
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumarna Surapranata. (2006). Analisis,
Validitas, Reliabilitas, dan Intrepetasi
Oemar Hamalik. (2009). Kurikulum dan
Hasil Tes. Bandung: PT Remaja
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rosdakarya.
R. Moh. Ali. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia. Yogyakarta: LKIS.
Rochiati Wiriatmadja. (2007). Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Trianto.
(2009).
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
______. (2011). Panduan Lengkap Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), Teori dan Praktik. Jakarta:
Prestasi Pustaka raya.
Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Wina,
Sanjaya.
(2009).
Strategi
Pers.
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan (Cetakan ke-6).
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor
Jakarta: Kencana.
yang Mempengaruhinya . Jakarta:
Rineka Cipta.
Zainal Aqib. (2009). Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung
114
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH KELAS X
DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka Raya
Jl. Hiu Putih, Tjilik Riwut Km. 7
Abstract : The purpose of this study is to find out how the application of discussion methods
to improve the activity and learning outcomes of students in learning history of class X in
SMA PGRI 2 Palangka Raya, the advantages and constraints of discussion methods in
learning history. This type of research is a classroom action research (Classroom Action
Research). This study was conducted in two cycles, each cycle consisting of 4 stages i.e
planning, action, observation, and reflection. Data collection techniques in this study are
observation, interviews, and tests. Validity used in this research is triangulation method and
source triangulation. This research uses qualitative analysis and quantitative analysis. The
results of the research can be summarized as follows: 1) The implementation of discussion
method can improve the activity and learning outcomes of class X in SMA PGRI 2 Palangka
Raya students in learning history. Before the action of the class X average activity is 36.16%.
In cycle I mean the percentage of student activity indicator is 79,46% increase in cycle II
equal to 9,38% become 88,84%. The average value of the class in the first cycle is pretest
48.18 has an increase in posttest of 26.32 to 74.5. The average value of the class in the second
cycle of pretest 46.82 experienced increase in posttest of 33.72 to 80.54. 2) The advantages of
the discussion method in learning history i.e students more active and learning history more
fun. Constraint discussion method in learning history is student not yet familiar with this
method and not enough time to discuss.
Keywords : Discussion methods, liveliness, learning outcomes
multiarah antarsiswa, guru, dan lingkungan
PENDAHULUAN
komponen
belajar. Karena itu pembelajaran harus diatur
masukan dalam proses pendidikan, sebagai
sedemikian rupa sehingga akan diperoleh
suatu organisme yang hidup, memiliki
dampak
potensi
(istructional
Peserta
didik
untuk
adalah
berkembang,
yang
pembelajaran
secara
langsung
effect) ke arah perubahan
memerlukan lingkungan dan arah tertentu
tingkah laku sebagaimana dirumuskan dalam
sehingga
tujuan pembelajaran (Hamzah B. Uno dan
membutuhkan
pembelajaran.
bimbingan
Pemilihan
dan
strategi
pembelajaran pada dasarnya merupakan
Nurdin Mohamad, 2011:4).
Pelajaran
sejarah
salah satu hal penting yang harus dipahami
menciptakan
oleh
perspektif sejarah. Pelajaran sejarah juga
setiap
guru,
mengingat
proses
pembelajaran merupakan proses komunikasi
mempunyai
wawasan
bertujuan
fungsi
historis
atau
sosiokultural,
103
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
membangkitkan kesadaran historis. Dalam
rata nilai sejarah pada ulangan akhir semester
pelajaran sejarah perlu dimasukkan biografi
I tahun ajaran 2016/2017.
pahlawan
mencakup
soal
Hal lain yang ditemukan saat observasi
kepribadian,
perlu
adalah rendahnya keaktifan siswa dalam
ditanam historical-mindedness, perbedaan
proses pembelajaran sejarah. Terdapat 10
antara sejarah dan mitos, legenda, dan novel
siswa yang memperhatikan penjelasan guru,
historis (Aman, 2011:31-32).
5 siswa aktif bertanya atau mengemukakan
perwatakan
semangat
berkorban,
harus
pendapat, 16 siswa tidak mendengarkan
menumbuhkan suasana sedemikian rupa
teman yang presentasi, 14 siswa yang tidak
sehingga
Pembelajaran
di
sekolah
didik
aktif
bertanya,
mencatat materi sejarah, 5 siswa membuat
dan
mengemukakan
sketsa gambar-gambar sejarah, 15 siswa
pendapat. Belajar memang merupakan proses
antusias pindah untuk berkelompok, 18 siswa
aktif
membangun
tidak memecahkan soal dalam diskusi, dan
pengetahuannya, bukan proses pasif yang
18 siswa malas untuk presentasi di depan
hanya menerima ceramah dari seorang guru
kelas.
peserta
mempertanyakan,
dari
siswa
dalam
umumnya
Selama ini proses pembelajaran sejarah
pembelajaran di kelas-kelas dilakukan dalam
di SMA PGRI 2 Palangka Raya bersifat
bentuk satu arah yaitu guru lebih banyak
konvensional, monoton dan terkesan kurang
ceramah dihadapan siswa dan siswa hanya
menarik. Guru sering menggunakan metode
mendengarkan. Guru beranggapan tugasnya
ceramah. Ketika proses belajar mengajar
hanya
yang
siswa membaca LKS (Lembar Kerja Siswa)
dimilikinya kepada siswa dengan target
dan mengerjakan soal-soal latihan di LKS.
tersampaikannya topik-topik yang tertulis
Guru
dalam kurikulum. Hal ini menyebabkan
pembelajaran lainnya hal ini menyebabkan
siswa hanya mendengarkan, kurang aktif,
siswa jenuh dengan pelajaran sejarah. Siswa
kurang dalam hal pemahaman dan daya ingat
cenderung malas belajar karena guru tidak
yang
menerapkan metode lain dalam proses
tentang
pengetahuan.
mentransfer
rendah.
Pada
pengetahuan
Minimnya
metode
yang
diterapkan dalam pembelajaran merupakan
salah satu faktor yang menyebabkan hasil
hasil
menggunakan
metode
pembelajaran.
Menyikapi hal tersebut di atas maka
peneliti bermaksud mengadakan penelitian
belajar kurang maksimal.
Berdasarkan
jarang
observasi
dan
wawancara terhadap guru sejarah SMA
dengan judul “ Penerapan Metode Diskusi
Untuk
Meningkatkan
Keaktifan
Belajar
PGRI 2 Palangka Raya diperoleh data rata104
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
Siswa dalam Pembelajaran Sejarah Kelas X
observer Penelitian ini bersifat kolaboratif
di SMA PGRI 2 Palangka Raya”.
peneliti dengan guru dengan tujuan lebih
mudah dan lebih teliti dalam kegiatan
observasi.
METODE
Penelitian
yang
akan
Penelitian Tindakan Kelas dibedakan
dilakukan
Kelas
dalam dua tahap, yaitu tahap perencanaan
(Classroom Action Research). Penelitian
dan pelaksanaan tindakan menurut Suharsimi
adalah proses pengamatan terhadap suatu
Arikunto, dkk (2007:16). Menurut Suharsimi
objek dengan menggunakan metodologi
Arikunto, dkk (2007:17-20) dalam PTK
untuk mendapatkan data akurat mengenai
terdapat empat tahapan yang harus dilalui
peningkatan objek yang diteliti, tindakan
oleh peneliti yaitu perencanaan, pelaksanaan,
menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang
pengamatan, dan refleksi.
sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu
1.
merupakan
Penelitian
Tindakan
Tahap pendahuluan
Pada
sedangkan kelas merupakan kegiatan yang
awalnya
peneliti
melakukan
dilakukan selama penelitian yang terdiri dari
observasi mengenai kondisi sekolah yang
beberapa siklus, dan kelas merupakan tempat
akan dijadikan sebagai tempat penelitian.
para siswa mendapatkan pelajaran dari guru
Observasi
yang sama
kondisi fisik berupa bangunan dan sarana
(Suharsimi
Arikunto, dkk.,
dilakukan
untuk
mengetahui
prasarana maupun kondisi pembelajaran di
2009:2).
Secara ringkas, Penelitian Tindakan
sekolah
terutama
pembelajaran
sejarah.
Kelas (PTK) adalah bagaimana sekelompok
Observasi kondisi pembelajaran di kelas
guru
dilakukan agar mengetahui jalannya Proses
dapat
mengorganisasikan
kondisi
praktek pembelajaran mereka, dan belajar
Belajar
Mengajar
(PBM)
dan
juga
dari pengalaman mereka sendiri (Rochiati
wawancara dengan guru dan siswa mengenai
Wiriaatmadja, 2007:13). PTK bertujuan agar
PBM.
guru lebih bisa menyajikan PBM dengan
Peneliti membuat surat permohonan
bervariatif. Guru akan mendapatkan banyak
izin penelitian di Fakultas Keguruan dan
keuntungan
metode
Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Palangka
pembelajaran yang diterapkan meskipun
Raya yang kemudian dilanjutkan dengan
dengan berbagai kekurangan. Penelitian ini
mengurus surat izin dengan pihak sekolah
dilaksanakan
antara
yaitu SMA PGRI 2 Palangka Raya. Pada
peneliti dengan guru. Peneliti bertindak
tahap pendahuluan peneliti melakukan dialog
sebagai pengajar dan guru bertindak sebagai
dengan guru sejarah sebagai tahap persiapan
dengan
secara
berbagai
kolaborasi
105
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
penelitian. Dialog yang dilakukan bertujuan
6) Peneliti mencari informasi mengenai
untuk mengetahui materi dan menentukan
keaktifan
kelas yang akan digunakan. Selain itu
menggunakan pretest.
peneliti juga perlu mengetahui karakteristik
b.
peneliti
bersama
kolaborator
hasil
dalam satu siklus yang terdiri dari dua
pertemuan.
muncul dalam pelaksanaan pembelajaran
disesuaikan
dengan
sejarah.
sebelumnya.
Pelaksana
itu
peneliti
menyusun
siswa
Pelaksanaan tindakan
melakukan identifikasi permasalahan yang
Setelah
belajar
Pelaksanaan tindakan akan dilakukan
siswa yang digunakan dalam penelitian.
Kemudian
dan
Pelaksanaan
RPP
tindakan
yang
dibuat
tindakan
adalah
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
peneliti
dan menyusun soal yang digunakan dalam
Pengawasan
pretest dan posttest.
diserahkan kepada guru yang bertindak
2.
sebagai
Tahap pelaksanaan tindakan
Penelitian tindakan kelas (Classroom
Action
Research)
merupakan
suatu
pemantauan terhadap proses pembelajaran
yang
berperan
sebagai
pembelajaran
observer
sekaligus
di
guru.
kelas
kolaborator.
Pelaksanaan melibatkan guru, siswa, dan
peneliti
c.
berupa tindakan siswa yang secara sengaja
Observasi
Observasi
dilakukan
selama
dimunculkan dalam kelas secara bersamaan.
pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi
a.
dan pelaksanaan tindakan berlangsung dalam
Perencaanaan
1) Menyusun
Rencana
Pelaksanaan
waktu yang sama. Peneliti mengamati dan
(RPP)
menggunakan
mencatat aktivitas siswa sesuai dengan
metode diskusi sesuai dengan materi
format observasi yang telah disiapkan.
yang akan dilakukan tindakan.
Observasi
Pembelajaran
2) Menyiapkan
kelengkapan
yang
dibutuhkan dalam pembelajaran
4) Merancang
dengan
skenario
metode
diskusi.
diperoleh dianalisis sebagai bahan refleksi
terhadap pembelajaran dengan menggunakan
metode diskusi. Hasil refleksi kemudian
5) Memberikan pelatihan kepada guru yang
bertindak
Refleksi
Pada tahap ini seluruh data yang
pembelajaran
memperkenalkan
keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
d.
3) Merancang lembar pengamatan.
dilakukan dengan mengamati
sebagai
observer
pengisian lembar observasi.
dalam
digunakan
sebagai
acuan
untuk
merencanakan tindakan yang lebih efektif
pada siklus berikutnya. Kelemahan dan
kekurangan yang ada di siklus 1 dipakai
106
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
sebagai landasan untuk perbaikan pada siklus
akankah dapat meningkatkan keaktifan
berikutnya dengan mengadakan perbaikan
dan
agar dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
pembelajaran sejarah.
belajar siswa.
b. Wawancara
hasil
belajar
Dalam
Adapun sumber data dalam penelitian ini
penelitian
siswa
dalam
ini
peneliti
adalah:
menggunakan
1.
Data yang diperoleh dari guru sejarah
langsung
kelas X SMA PGRI 2 Palangka Raya
penguatan
mengenai pelaksanaan kegiatan belajar
berdasarkan hasil observasi. Wawancara
siswa.
dalam penelitian ini dilakukan terhadap
Data yang diperoleh dari siswa kelas X
siswa
SMA PGRI 2 Palangka Raya mengenai
informasi
hasil belajar mereka.
pembelajaran sejarah dengan metode
Lembar observasi yang diperoleh selama
diskusi. Wawancara berpedoman pada
penelitian di SMA PGRI 2 Palangka
lembar pedoman wawancara yang telah
Raya.
disiapkan oleh peneliti.
2.
3.
4.
Lembar wawancara selama penelitian di
guna
pengumpulan
data
kelas
yang
X
atau
wawancara
untuk
dan
diperoleh
mendapatkan
pendapat
mengenai
Tes
a. Tes Awal (pretest)
SMA PGRI 2 Palangka Raya.
5.
2.
teknik
Lembar tes yang terdiri dari soal-soal
pretest dan posttest.
Tes awal ini sering dikenal dengan
istilah pretest. Tes ini dilakukan untuk
mengetahui kemampuan awal siswa dan
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
sebagai
1.
Non Tes
kelompok belajar pada pembelajaran
a. Observasi
dengan metode diskusi.
Penelitian ini menggunakan jenis
observasi partisipasi yaitu peneliti ikut
terlibat
dalam
dalam
pembentukan
b. Tes Akhir (posttest)
Tes akhir sering dikenal dengan
Dalam
istilah posttest. Tes ini diberikan pada
penelitian ini hal-hal yang diobservasi
saat akhir tindakan untuk mengukur
adalah kegiatan-kegiatan yang terjadi
hasil
selama
sejarah
keberhasilan tindakan pembelajaran tiap
mengetahui
siklus. Tes akhir dilaksanakan dengan
suasana kegiatan pembelajaran di kelas
tujuan untuk mengetahui apakah semua
dengan menggunakan metode diskusi
materi pelajaran yang tergolong penting
proses
berlangsung
penelitian.
dasar
pembelajaran
dan
untuk
belajar
sejarah
dan
tingkat
107
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
sudah dapat dikuasai dengan baik oleh
test) dan tes prestasi (achievement test).
siswa.
Sumber persyaratan tes didasarkan atas mutu
Instrumen merupakan alat ukur yang
digunakan
dalam
rangka
pengumpulan
data.Instrumen dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1.
dilakukan
selama
proses
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi
yaitu lembar yang berisi tentang indikator
aktivitas siswa belajar maupun kondisi fisik
lingkungan sekolah dan digunakan siswa
dalam melaksanakan pengamatan kelas.
2.
dalam
penelitian
ini
digunakan untuk menilai keaktifan dan hasil
belajar siswa kelas X SMA PGRI Palangka
Raya. Kelebihan wawancara ialah bisa
kontak langsung dengan siswa sehingga
dapat mengungkapkan jawaban secara lebih
bebas
dan
mendalam
(Nana
Sudjana,
2005:68). Wawancara ini dilakukan kepada
guru mata pelajaran sejarah serta kepada
beberapa siswa
3.
pengadministrasian
dalam
pelaksanaan.
Tes belajar digunakan untuk mengetahui
data mengenai peningkatan hasil belajar
penguasaan
materi yang diajarkan oleh guru dengan
menggunakan
metode
diskusi
dalam
pembelajaran sejarah. Soal pretest dan
posttest masing-masing berjumlah 10 item
pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban
yaitu a,b,c,d, dan e dan dua soal uraian.
Validitas adalah suatu konsep yang
Wawancara
Wawancara
dan
siswa, khususnya mengenai
Lembar observasi
Observasi
tes
berkaitan dengan sejauh mana tes telah
mengukur apa yang seharusnya diukur
(Sumarna
Surapranata,
2006:50).
Suatu
penelitian bisa dikatakan tepat apabila sudah
diuji atau diukur validitasnya. Instrumen
yang valid adalah instrumen yang mampu
dengan tepat mengukur apa yang hendak
diukur. Suatu alat ukur dapat dikatakan valid
apabila mempunyai validitas yang tinggi.
Sebaliknya alat ukur yang kurang valid
berarti memiliki validitas yang rendah.
Tes
Tes adalah merupakan alat atau prosedur
yang digunakan untuk mengetahui atau
mengukur sesuatu dalam suasana, dengan
cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan
(Suharsimi
Arikunto,
kemampuan
pada
2007:53).
dasarnya
Tes
dibedakan
menjadi dua jenis yaitu tes bakat (apitude
Teknik pengembangan validitas data dalam
kualitatif yaitu triangulasi. Triangulasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.
Menggunakan triangulasi sumber yaitu
orang-orang
informan.
dalam
yang
dekat
Triangulasi
penelitian
ini
yang
yaitu
dengan
dipakai
guru
108
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
(observer), peneliti, dan siswa kelas X
a.
Reduksi
SMA PGRI 2 Palangka Raya.
2.
Triangulasi
metode
Reduksi Data
yaitu
peneliti
data
tahap
menggunakan teknik atau pengumpulan
pengabstrakan
sumber
informasi
yang
berbeda
untuk
proses
penyederhanaan yang dilakukan melalui
mengumpulkan data yang sejenis dengan
data
merupakan
seleksi,
pemfokusan,
data
yang
mentah
bermakna.
dan
menjadi
Sehingga
memperoleh data tentang partisipasi dan
kesimpulan-kesimpulan final dapat ditarik
kompetensi profesional guru sejarah
dan diverifikasi.
yang dimiliki. Triangulasi metode dalam
b.
Penyajian Data
Penyajian yang sering digunakan pada
penelitian ini menggunakan wawancara,
observasi, dan tes hasil belajar.
data kualitatif adalah bentuk teks naratif.
Analisis data adalah proses menyeleksi,
Penyajian-penyajian data meliputi berbagi
memfokuskan,
jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan.
mengabstraksikan, mengorganisasikan data
Penciptaan dan penggunaan penyajian data
secara
untuk
merupakan bagian dari analisis yang tidak
dapat
dapat dipisahkan.
menyederhanakan,
sistematis
menampilkan
digunakan
dan
rasional
bahan-bahan
untuk
yang
menyusun
jawaban
c.
Penarikan Kesimpulan
pada
Menarik kesimpulan merupakan tahap
umumnya dilakukan melalui dua cara, yaitu
terakhir dalam analisa data yang dilakukan
analisis kualitatif (qualitatif control) dan
dengan melihat hasil reduksi data dan tetap
analisis kuantitatif (quantitatif control).
mengacu pada rumusan masalah serta tujuan
1.
Analisis Kulitatif
yang hendak dicapai. Data yang telah
Analisis kualitatif sering juga disebut
tersusun
terhadap
tujuan
PTK.
Analisis
tersebut
dihubungkan
dan
sebagai validitas logis (logical validity) yaitu
dibandingkan antara satu dengan yang
berupa penelaahan yang dimaksudkan untuk
lainnya sehingga mudah ditarik kesimpulan
menganalisis soal ditinjau dari segi teknis,
sebagai jawaban dari permasalahan yang ada.
isi, dan editorial (Sumarna Surapranata,
Data yang diperoleh dalam penelitian berupa
2006:1-2). Teknik analisis data kualitatif
lembar observasi, wawancara, dokumentasi,
mengacu pada metode analisis dari Miles dan
dan tes.
Hubberman (Sugiyono, 2009: 337-345) yaitu
2.
reduksi data, penyajian data, dan penarikan
kesimpulan.
sebagai berikut:
Langkah-langkah
tersebut
Analisis Kuantitatif
Hasil
analisis
mengetahui
membedakan
dimaksudkan
sejauh
antara
mana
peserta
soal
tes
untuk
dapat
yang
109
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
kemampuannya tinggi
dalam hal
yang
didefinisikan oleh kriteria dengan peserta tes
yang
kemampuannya
rendah
(Sumarna
hasil belajar didapat dari penilaian pretest
dan posttest.
Pada siklus I penerapan metode diskusi
berjalan lancar. Guru membuka pembelajaran
Surapranata, 2006:10).
dengan
mengadakan
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
Penerapan
Metode
salam,
apersepsi,
pretest.
Guru
kemudian
memberikan
untuk materi pengantar dan menjelaskan langkah-
Diskusi
Meningkatkan Keaktifan dan Hasil langkah metode diskusi. Guru menerapkan
Belajar Kelas X di SMA PGRI 2
metode diskusi dalam pembelajaran sejarah
Palangka Raya dalam Pembelajaran
sesuai skenario pembelajaran. Guru menarik
Sejarah
kesimpulan pada akhir kegiatan pembelajaran
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kemudian melakukan posttest.
tindakan kelas (Classroom Action Reserch).
Berdasarkan observasi pada siklus I
Kelas yang dipilih sebagai objek pelaksanaan
menunjukkan bahwa rata-rata persentase
tindakan adalah kelas X dengan jumlah siswa
aktivitas belajar mencapai 79,46%. Rata-rata
28 orang. Kelas X dipilih berdasarkan
keaktifan sebelum tindakan adalah 36,16%.
pertimbangan dan diskusi antara guru sejarah
Deskripsi keadaan siswa ketika mengikuti
dan peneliti. Penelitian ini dilakukan dalam pembelajaran sejarah yaitu semua siswa
upaya untuk meningkatkan keaktifan dan
memperhatikan penjelasan guru, 20 siswa
hasil belajar melalui metode diskusi
pada
aktif bertanya atau mengemukakan pendapat,
siswa kelas X SMA PGRI 2 Palangka Raya.
4 siswa tidak mendengarkan teman yang
Selain itu juga untuk mengetahui kendala dan
presentasi, 6 siswa yang tidak mencatat
kelebihan pada saat menerapkan metode
materi sejarah, 14 siswa membuat sketsa
diskusi dalam pembelajaran sejarah.
gambar-gambar sejarah, 18 siswa antusias
Data yang diperoleh dalam penelitian
pindah untuk berkelompok, 2 siswa tidak
berdasarkan hasil observasi selama 4 kali
memecahkan soal dalam diskusi, dan 2 siswa
pertemuan yang berlangsung dari tanggal 6
malas untuk presentasi di depan kelas.
April
2017
Pelaksanaan
sampai
penelitian
27
April
tindakan
2017.
Berdasarkan
penilaian
pretest
pada
kelas siklus I, nilai rata-rata kelas X yaitu 48,18
berlangsung sebanyak dua siklus. Data
dengan nilai tertinggi 70 dan nilai terendah
observasi
24. Nilai tertinggi siswa belum mampu
keaktifan
diperoleh
melalui
wawancara dengan guru dan siswa serta data mencapai nilai KKM yaitu ≥ 73. Setelah
penerapan metode diskusi
nilai rata-rata
110
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
kelas yaitu 74,5. Pada posttest siklus I nilai pindah untuk berkelompok, 2 siswa tidak
tertinggi 85 dan nilai terendah 60. Walaupun memecahkan soal dalam diskusi, dan 1 siswa
ada 6 siswa yang belum mencapai KKM hasil
malas untuk presentasi di depan kelas.
belajar siswa kelas X mengalami peningkatan
Pada tes awal (pretest) siklus II nilai
dari nilai rata-rata kelas 48,18 menjadi 74,5
rata-rata kelas yaitu 46,82. Pada pretest
mengalami peningkatan sebesar 26,32.
siklus II nilai tertinggi yaitu 80 dan nilai
Perubahan dan perbaikan pada siklus II terendah 25. Pada pretest siklus II ini hanya
antara lain guru aktif membangun motivasi
ada 1 siswa yang sudah mencapai KKM.
untuk aktif bertanya, pembagian kelompok
Berdasarkan tes akhir (posttest) nilai rata-rata
direncanakan dengan baik, guru memperjelas kelas setelah dilakukannya tindakan yaitu
langkah-langkah
penggunaan
metode
video
diskusi
dan 80,54. Pada tes akhir (posttest) nilai tertinggi
pembelajaran
agar yaitu 95 dan nilai terendah 63. Pada siklus II
pengetahuan dan pemahaman siswa lebih
ini hanya ada 1 siswa yang belum mencapai
luas.
KKM. Penerapan metode diskusi pada siklus
Pada siklus II penerapan metode diskusi II mampu meningkatkan hasil belajar siswa
berjalan lancar. Guru membuka pembelajaran
dari nilai rata-rata kelas 46,82 menjadi 80,54
dengan salam, apersepsi, dan melakukan
mengalami peningkatan sebesar 33,72. Nilai
pretest. Guru memberikan materi pengantar
yang diperoleh pada siklus II merupakan nilai
dan menjelaskan langkah-langkah metode tertinggi dibandingkan pada siklus I.
diskusi . Guru menerapkan metode diskusi
2.
Kendala-Kendala
Metode
dalam pembelajaran sejarah sesuai skenario
dalam Pembelajaran Sejarah
pembelajaran
Berdasarkan
dengan
tambahan
video
hasil
observasi
Diskusi
yang
pembelajaran. Guru menarik kesimpulan dilakukan oleh peneliti dan guru, terdapat
pada akhir kegiatan pembelajaran kemudian
beberapa kendala yang dihadapi dalam
melakukan posttest.
Penerapan
Keaktifan
siswa
mencapai
Metode
Diskusi,
diantaranya
88,84%. sebagai berikut:
Deskripsi keaktifan siswa pada siklus II yaitu
a.
semua siswa memperhatikan penjelasan guru,
23 siswa aktif bertanya atau mengemukakan
Beberapa siswa ada yang terlambat
masuk kelas.
b.
Siswa belum terbiasa dengan metode
pendapat, 2 siswa tidak mendengarkan teman
diskusi.
yang presentasi, 3 siswa yang tidak mencatat
menjelaskan
materi sejarah, 20 siswa membuat sketsa
pembelajaran
gambar-gambar sejarah, 24 siswa antusias
metode diskusi.
Guru
kurang
jelas
dalam
langkah-langkah
dengan
menggunakan
111
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
c.
Terdapat beberapa siswa yang belum
membuat siswa antusias, bersemangat,
berani bertanya dan mengemukakan
dan tidak jenuh dengan pelajaran sejarah.
pendapat.
d.
e.
c.
g.
3.
saling
berinteraksi,
Pembagian kelompok kurang efektif dan
berkomunikasi,
efisien
kebersamaan dan keakraban dengan
Suasana kurang kondusif saat diskusi
teman.
d.
kelompok.
f.
Siswa
Waktu
untuk
pembahasan
diskusi
menjalin
suasana
Siswa lebih memahami materi pelajaran
sejarah secara luas. Jika biasanya siswa
gambar-gambar kurang.
hanya belajar sejarah dengan teori-teori
Penguasaan materi siswa terbatas pada
maka
penjelasan guru, buku paket, dan LKS.
memperluas wawasan siswa dengan
Kelebihan
gambar-gambar yang mewakili materi
Metode
Diskusi
dalam
hasil
metode
diskusi
sejarah dan lebih menarik.
Pembelajaran Sejarah
Berdasarkan
penerapan
observasi
yang
dilakukan oleh peneliti dan guru, terdapat
SIMPULAN
beberapa kelebihan dalam penerapan metode 1.
Penerapan
diskusi, diantaranya sebagai berikut:
ditambah dengan video pembelajaran
a.
Sebagian besar siswa sudah aktif dalam
dapat meningkatkan keaktifan dan hasil
pembelajaran sejarah. Hal ini tampak
belajar siswa kelas X SMA PGRI 2
dalam
Palangka
beberapa
siswa
Raya
diskusi
dalam
yang
pembelajaran
memperhatikan penjelasan guru, siswa
sejarah. Rata-rata keaktifan sebelum
bertanya
tindakan adalah 36,16%. Pada siklus I
dan
menyatakan
pendapat
dalam diskusi, siswa mendengarkan guru
persentase
dan
sedang
79,46% mengalami peningkatan pada
siswa
siklus II sebesar 9,38% menjadi 88,84%.
mencatat materi dan hasil diskusi, siswa
Pada siklus I nilai rata-rata hasil belajar
membuat sketsa gambar yang berkaitan
sebelum tindakan sebesar 48,18 dan
dengan materi pelajaran, siswa bergerak
setelah dilakukan tindakan nilai rata-
dan berpindah dalam kelompok, dan
ratanya sebesar 74,5. Hasil belajar siswa
siswa berani tampil presentasi.
mengalami peningkatan sebesar 26,32.
Kegiatan pembelajaran sejarah lebih
Pada siklus II, nilai rata-rata hasil belajar
menarik dan menyenangkan. Hal ini
sebelum dilakukannya tindakan adalah
temannya
mengemukakan
b.
indikator:
metode
yang
pendapat,
46,82
dan
keaktifan
setelah
siswa
tindakan
adalah
adalah
112
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
sebesar
80,54.
Hasil
belajar
siswa DAFTAR RUJUKAN
mengalami peningkatan sebesar 33,72.
2.
Kendala-kendala yang dihadapi dalam
penggunaan metode diskusi yaitu siswa
Agus
Supriyono. (2009). Cooperative
Learning:
Teori
dan
Aplikasi
PAIKEM.
Yogyakarta:
Pustaka
Pelajar.
membutuhkan waktu yang cukup lama
Aman. (2011). Model Evaluasi Pembelajaran
Sejarah.
Yogyakarta:
Penerbit
Ombak.
pembelajaran dengan metode diskusi.
untuk menyesuaikan diri pada saat
Pada siklus I guru belum sepenuhnya
mampu
mengelola
keadaan
kelas
pembagian
kelas
menjadi
kelompok
Barwood, Tom. (2011). Strategi Belajar .
sehingga Jakarta: Erlangga.
ramai
dan
saat
diskusi
kelompok. Adapun solusi yang diambil
oleh guru dan peneliti untuk mengatasi
kendala-kendala tersebut yaitu guru lebih
optimal
menjelaskan
Daryanto & Muljo Rahardjo. (2012). Model
Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Depdiknas. (2008). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
proses
Hamzah B. Uno & Nurdin Mohamad. (2011).
Belajar dengan Pendekatan PAIKEM.
Jakarta: Bumi Aksara.
diskusi dan mengelola kelas agar suasana
pembelajaran sejarah dengan metode
kelas lebih terkontrol. Penerapan metode
Helius Sjamsudin & H. Ismaun. (1996).
Pengantar Ilmu Sejarah. Jakarta:
Dapartemen
Pendidikan
dan
dengan video pembelajaran sejarah.
Kebudayaan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Proyek Pendidikan
Keunggulan dalam penerapan metode
Akademik.
diskusi dalam pembelajaran sejarah yaitu
diskusi akan lebih optimal jika ditambah
3.
pembelajaran sejarah lebih bermakna
dan
menyenangkan
karena
terjalin
Kuntowijoyo. (2005). Pengantar Ilmu
Sejarah.
Yogyakarta:
Yayasan
Bentang Budaya.
kerjasama yang erat antar siswa dalam
Lie, Anita. (2002). Cooperative Learning.
Mempraktikkan Cooperative Learning
di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta:
Siswa menjadi semangat dan lebih aktif
Grasindo.
baik
dalam
bertanya
maupun
kelompok dalam menyelesaikan tugas.
mengemukakan pendapat atau bertukar Moh. Uzer Usman. (2011). Cara Belajar
Siswa Aktif. Jakarta: Gramedia
informasi. Penerapan metode diskusi
Pustaka Utama.
juga dapat meningkatkan keaktifan dan
Nana Sudjana. (2004). Dasar-dasar Proses
hasil belajar siswa dalam pembelajaran
Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru Algesindo.
sejarah.
113
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie
Desember 2017, Volume 4 Nomor 2
_______. (2005). Penilaian Hasil Proses Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Belajar Mengajar . Bandung: Remaja
Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif,
Rosdakarya.
Kualitatif, dan R&D . Bandung:
_______. (2006). CBSA Cara Belajar Siswa
Alfabeta..
Aktif dalam Proses Belajar Mengajar .
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sumarna Surapranata. (2006). Analisis,
Validitas, Reliabilitas, dan Intrepetasi
Oemar Hamalik. (2009). Kurikulum dan
Hasil Tes. Bandung: PT Remaja
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Rosdakarya.
R. Moh. Ali. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah
Indonesia. Yogyakarta: LKIS.
Rochiati Wiriatmadja. (2007). Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Bandung:
Remaja Rosdakarya.
Trianto.
(2009).
Mendesain
Model
Pembelajaran
Inovatif-Progresif.
Jakarta: Kencana.
______. (2011). Panduan Lengkap Penelitian
Tindakan Kelas (Classroom Action
Research), Teori dan Praktik. Jakarta:
Prestasi Pustaka raya.
Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Wina,
Sanjaya.
(2009).
Strategi
Pers.
Pembelajaran Berorientasi Standar
Proses Pendidikan (Cetakan ke-6).
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor
Jakarta: Kencana.
yang Mempengaruhinya . Jakarta:
Rineka Cipta.
Zainal Aqib. (2009). Penelitian Tindakan
Kelas. Bandung
114
PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH
KELAS X DI SMA PGRI 2 PALANGKA RAYA
Sumiatie