Penerapan Teknologi Inderaja di Bidang P

Penerapan Teknologi Inderaja di Bidang Pembangunan.
Produk teknologi Inderaja di bidang pembangunan semakin dirasakan manfaatnya. Sejalan
dengan kemajuan yang dicapai di bidang teknologi tersebut, sekarang telah memiliki
kemampuan menyajikan informasi spatial (keruangbumian) yang semakin luas dan semakin
akurat. Kemampuan teknologi Inderaja Satelit yang dapat meliput daerah secara luas dalam
waktu singkat serta dilakukan secara periodik, telah menjadikan teknologi ini tidak saja sekedar
pengumpul data/informasi spatial, tetapi juga sebagai sarana pemantauan dinamika
perkembangan wilayah dan sarana/alat guna mengevaluasi dampak pembangunan terhadap ruang
muka bumi.
a) Penerapan di Bidang Inventarisasi Sumberdava Alam. Potensi sumberdaya alam (SDA) bagi
nagara sedang berkembang (developing country) seperti Indonesia belum dapat diketahui
secara pasti dan menyeluruh, terutama untuk daerah luar Jawa yang berpenduduk relatif
jarang. Dengan adanya teknologi Inderaja Satelit, proses inventarisasi SDA tersebut dapat
dipercepat. Salah satu kegiatan yang telah hampir selesai dilaksanakan adalah inventarisasi
sumberdaya lahan Nasional (SDLN) yang diwujudkan dalam bentuk peta tematik RePPProT
(Regional Physical Planning Program for Transmigration), proyek bersama Deptrans PPH,
BPN dan Bakosurtanal di era Orba. Daerah dengan potensi sumberdaya lahan (SDL) yang
miskin, namun padat penduduknya diplot sebagai daerah sumber penyedia transmigran,
sedangkan daerah dengan potensi SDL yang kaya SDA di luar Jawa diplot sebagai daerah
tujuan/penerima transmigran. Dalam peta RePPProT tersebut tergambar pula kondisi
vegetasi/tutupan lahan di setiap daerah. Potensi-potensi SDA yang lain seperti sumberdaya

mineral tambang, air tanah, sumberdaya maritim, dll., semuanya dapat diketahui melalui
teknologi Inderaja.
b) Penerapan di Bidang Kehutanan, Pertanian, Perkebunan dan Perikanan. Kemampuan citra
Landsat TM dan SPOT/P yang dihasilkan Multiband Scanner telah mampu mengidentifikasi
jenis-jenis tanaman, kondisi tanaman dan menentukan jenis tanah serta sifat-sifat tanah
lainnya. Bahkan dengan penggunaan Landsat TM beresolusi tinggi, kematangan tanaman dan
ukuran rata-rata pohon di hutan dapat diketahui. Dengan kemampuan pemantauan Inderaja
yang bersifat periodik dapat diketahui dan dievaluasi perkembangan/perubahan areal tanaman
atau tumbuhan hutan setiap waktu. Sehingga dengan demikian teknologi ini merupakan
sarana pengawasan pembangunan yang efektif dan efisien.
Di bidang perikanan, jasa teknologi ini juga dapat dirasakan manfaatnya, sekalipun tidak
langsung. Hal-hal yang diketahui secara langsung adalah kondisi kekeruhan air, gerakan
massa air (arus, panas atau dingin) dan sifat air lainnya. Dengan mengetahui kondisi air
seperti itu dapat diperkirakan di tempat mana saja terdapat kumpulan ikan jenis tertentu. Para
pencuri ikan (illegal fishing) juga menggunakan data peta/citra hasil teknologi Inderaja Satelit
ketika mencuri ikan di perairan Indonesia. Sehubungan dengan itu, dengan memahami hasil

anaIisis Inderaja di perairan, aparat Kamla dapat memperkirakan keberadaan para pencuri
ikan (Hasyim B., 1995).
c) Penerapan di Bidang Pemantauan Bencana Alam. Sebelum bencana alam terjadi biasanya

didahului oleh adanya gejaIa-gejala tertentu. Contohnya, sebelum gunung api meletus
biasanya didahului oleh adanya peningkatan suhu permukaan bumi di sekitar gunung api
tersebut. Peningkatan panas ini dapat diketahui dari perubahan yang terjadi pada citra Satelit
Inderaja. Bahaya longsoran tanah atau pergeseran tanah pada umumnya diawali dengan
adanya retakan atau rekahan atau patahan bidang tanah secara vertikal. Gejala demikian dapat
diketahui dari hasil analisis citra foto atau citra radar.
Bahaya badai atau angin ribut sebelumnya dapat diketahui dari adanya dua blok massa udara
bertekanan sangat tinggi dan di lain pihak massa udara bertekanan rendah. Gejata udara ini
dapat diketahui dari citra satellt GMS (Geostationary Meteorological Satellite). Demikian
pula dengan bencana alam lainnya seperti banjir, kebakaran hutan, secara tidak langsung
dapat diramalkan sebelumnya melalui perubahan gejala tertentu pada lingkungan setempat.
Perubahan gejata ini dapat diketahui dari perubahan citra satelit dalam kurun waktu yang
relatif singkat (Mahdi Kartasasmita, dkk, 1998).
Dengan citra satelit, kebakaran hutan dapat diketahui secara dini, bahkan dapat diantisipasi.
Guguran daun dari pohon-pohon pada suatu areal hutan yang luas akibat kekeringan pada
musim kemarau sangat rentan menimbulkan kebakaran yang hebat bilamana pada areal hutan
tersebut berhembus angin kencang. Kondisi tersebut dapat diketahui dari citra Satelit. Kita,
bahkan penduduk negara tetangga kita dapat mengetahui jumlah titik api pada kebakaran
hutan di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, dll. Untuk bencana alam yang ditimbulkan oleh
dampak perbuatan manusia, seperti pertanian liar di daerah terlarang, illegal logging, illegal

mining, dan lain-lain, dengan data citra satelit dapat diketahui dan bahayanya dapat
diantisipasi secara dini. Kerusakan lingkungan, khususnya hutan yang sekarang marak terjadi
dengan demikian dapat diminimalisasi, karena segera dapat diketahui sejak dini melalui citra
satelit (Agus Hidayat, 1995).
d) Penerapan Teknologi Inderaja untuk Bidang Survei dan Pemetaan (Surta). Bidang Surta sudah
cukup lama memanfaatkan jasa teknologi Inderaja ini. Sejak diperkenalkannya teknologi
Fotogrametri di bidang pemetaan topografi di Indonesia pada tahun 1975, maka sejak itu
teknologi terus dikembangkan oleh lembaga pemetaan nasional, seperti Bakosurtanal,
Dittopad, Dissurfotrud dan Dishidrosal serta perusahaan pemetaan swasta skala besar seperti
Mapindo, Exsa Internasional dan lain-lain. Sebelum era metoda fotogrametri, pemetaan
topografi diselenggarakan dengan metoda terestris, yakni pengukuran langsung di lapangan
dengan alat-alat ukur terestris, seperti : Theodolite, Waterpass, dll. Dengan metoda
fotogrametri pengumpulan data dilakukan melalui pemotretan udara dari wahana pesawat
terbang. Melalui perangkat peralatan plotter, aerotriangulasi dan rektifikasi, citra foto dapat
diubah menjadi peta garis (peta fotografi). Kehadiran teknologi fotogrametri ini telah

membawa perubahan besar di bidang pemetaan, karena dengan metoda ini pemetaan wilayah
dapat dilaksanakan lebih cepat, efektif dan efisien. Kehadiran teknologi Inderaja melalui
wahana satelit telah memungkinkan kemajuan yang lebih tinggi lagi di bidang Surta. Dari
citra satelit yang dapat menggambarkan unsur-unsur detail di permukaan bumi merupakan

sarana media cukup baik untuk survei pendahuluan (feasibility study) dalam proyek-proyek
pembangunan kewilayahan. Dalam kegiatan pemetaan, citra satelit dapat digunakan sebagai
bahan yang dapat diproses untuk pembuatan peta-peta sumber daya secara khusus (peta-peta
tematik) dan peta topografi skala kecil. Bahkan dengan semakin majunya teknologi Inderaja
melalui satelit sekarang telah dapat menghasilkan citra yang resolusinya sangat tinggi (satu
meter), seperti yang dihasilkan Satelit Ikonos 2. Data citra satelit resolusi tinggi seperti itu
dapat digunakan untuk pembaharuan peta topografi skala besar. Dengan citra satelit resolusi
tinggi, informasi spasial daerah-daerah terpencil yang belum dipetakan dapat diketahui (Tono
S., 2003)
Penyempurnaan teknologi inderaja satelit untuk pemetaan topografi terus diupayakan dan
diharapkan tidak lama lagi, dengan bantuan Citra Satelit pembuatan peta topografi standar
nasional untuk seluruh wilayah NKRl dapat dituntaskan (1:50.000). Sekalipun diakui
kehadiran teknologi Inderaja dapat mempercepat proses pembuatan peta topografi, namun
metode pemetaan konvensional (terestris) tidak ditinggalkan, mengingat teknologi
Fotogrametri dan lnderaja satelit sangat rawan terhadap gangguan/kerusakan serta punya
ketergantungan yang kuat dengan pihak luar negeri sebagai pemilik teknologi satelit. Oleh
karena itu bagi Indonesia, lembaga pemetaan TNI khususnya, teknologi inderaja yang
diaplikasikan di bidang pemetaan bersifat “komplemen”.
e) Penerapan di Bidang Lain-lain. Dengan informasi spasial secara global dari Citra Satelit,
pemerintah (pusat) dapat menjadikannya sebagai alat monitoring dan pengawasan

penggunaan wilayah dan SDA di setiap Daerah Otonom(provinsi, kabupaten/kota). Apakah
wilayah dan SDA Daerah Otonom dikelola dengan baik atau buruk ? Apakah pola dan cara /
teknik pengelolaan wilayah / SDA di daerah tersebut berdampak buruk terhadap daerah
otonom tetangganya ? Pertanyaan- pertanyaan tersebut diatas dapat dijawab dari hasil analisis
dan diseminasi Citra Satelit yang dapat dilakukan secara periodik atau kapan saja diperlukan.
Dengan data Citra saat ini pemerintah juga dapat menilai apakah penentuan besaran NJOP
pajak bumi dan bangunan (PBB) di setiap daerah sudah tepat/sesuai dengan fakta yang dari
waktu ke waktu mengalami perubahan sesuai dinamika pembangunan.

APLIKASI TEKNOLOGI INDERAJA UNTUK BIDANG HANKAM.
Teknologi Inderaja dapat dimanfaatkan untuk kegiatan militer/Hankam, baik operasi tempur,
operasi intelejen, kegiatan militer dan kepentingan Hankam lainnya.
a. Operasi Tempur (Opspur) dan Operasi Intelejen (Opsintel). Untuk Opspur dan Opsintel ada
jenis satelit khusus yakni satelit militer yang mempunyai sensor beresolusi tinggi (Decimetric
dan Metric Resolution = Resotusi di bawah 1 m). Peralatan tersebut dapat dipasang pada satelit
maupun wahana terbang lain (pesawat terbang, balon udara , dll.) Beberapa jenis pesawat
dirancang untuk kemampuan tersebut antara lain: Bigbird, Cosmos dan Keyhole (semuanya
beresolusi kuranglebih 1 m) yang mampu mendeteksi benda yang berukuran . Perangkat pesawat
tersebut mampu mendeteksi dengan tepat baik benda yang sedang bergerak (moving target
ground vehicles) maupun benda tak bergerak (fixed target). Satelit Helion, SPOT / Pan dan KFA

1000 mempunyai resolusi 1,0 sampai 10 m. Jenis pesawat tersebut cocok untuk mendeteksi
kegiatan gerakan satuan/massa dalam jumlah terbatas (reconnaissance of selected area). Pesawat
MSAR (Miniature Synthetic Aperture Radar) telah memiliki serangkaian pesawat yang masingmasing mempunyai kemampuan tersendiri. Jenis MTI (Moving Target Indication) khusus untuk
mendeteksi obyek yang bergerak. FTl (Fixed Target Imaging), dirancang untuk sasaran tak
bergerak dan ISAR (Inverse Synthetic Aperture Radar) untuk mendeteksi lokasi atau area
termasuk kelompok armada kapal (Hartono. 1997). Kegunaan :
1)
Proses Pembuatan Analisa Daerah Operasi (ADO), terutama untuk mengidentifikasi guna
menentukan : 5 aspek militer dari medan, Dropping Zone, tempat pendapatan, daya dukung
tanah, keadaan land cover, sumber air, kondisi cuaca.
2)
:

Dalam mengolah Informasi/lntelejen antara lain: dapat membantu mencari dan menentukan

a)

Disposisi dan dislokasi pasukan musuh

b)


Dislokasi logistik militer musuh

c)

Tempat pengintaian atau peninjauan

d)

Mendeteksi samaran

e)

Menentukan jalan-jalan pendekat, perlindungan, medan kritis dan rintangan.

3)
Untuk keperluan SAR di darat dan di laut Citra Satelit beresolusi tinggi dapat menjadi alat
bantu
pencarian lokasi bencana/kecelakaan yang menghendaki pertolongan segera.


4)
Dapat membantu pembuatan peta militer skala besar untuk daerah yang belum ada petanya
atau untuk pembaharuan peta yang datanya sudah usang.
5)
Dapat membantu pembuatan Laporan Geografi Militer (LGM) atau Laporan Medan (LM)
dan memperbaharui datalinformasi LGM/LM yang usang.
6)
Dapat membantu menganalisis dan meramalkan kondisi cuaca (suhu, awan, tekanan udara,
angin, kelembaban udara, cahaya dan kabut).
7)

Sebagai sarana untuk memantau kondisi wilayah/medan tempur.

b) Kegiatan Teritorial. Kegiatan Teritorial dapat juga memanfaatkan jasa penginderaan jauh.
Dalam hal ini kegiatan yang bersifat pembangunan fisik materil seperti TMMD, Operasi Bakti
dan Linmas. Kegiatan-kegiatan seperti itu memerlukan data dasar wilayah berupa Informasi
Geografi/SDA yang mutakhir sehingga dalam pelaksanaannya diperoleh hasil guna dan daya
guna yang optimal sesuai dengan kebutuhan sekarang dan dapat mengantisipasi masa yang akan
datang. Produk Inderaja yang cocok untuk kebutuhan kegiatan Teritorial adalah produk Landsat
dan SPOT yang mempunyai tingkat resolusi 10 sampai dengan 80 m. Landsat Multi Spectral

Scanner dan TM (Thematic Mapper). Masing-masing terdiri dari 4 sampai 7 band (saluran),
dimana setiap saluran dirancang untuk mengidentifikasi obyek tertentu sebagai contoh :
saluran/band-1 pada Landsat TM mampu menyajikan data sebaran air tanah dan jenis tanah.
Saluran/band-2 mampu mengidentifikasi jenis tanaman yang sehat dan yang sakit. Saluran/band3 mampu membedakan jenis tanaman dan tata guna lahan. Produk-produk seperti itu merupakan
data awal yang sangat berharga untuk perencanaan kegiatan territorial.

Sedangkan produk
Reconnaissance Spot dan Helios sangat mendukung perencanaan kegiatan operasi satuan-satuan
militer (Mawardi Nur, 1998).

PROSPEK PENGEMBANGAN TEKNOLOGI INDERAJA SATELIT
Pada awal kehadirannya teknologi Inderaja Satelit diperuntukkan bagi kegiatan dan operasi
militer.
Namun dalam tahap-tahap perkembangan selanjutnya pemanfaatannya lebih banyak diarahkan
kepada kepentingan pembangunan di segala bidang. Kemajuan yang dicapai dalam teknologi
Inderaja ini telah mampu menyajikan macam-macam data atau informasi spasial yang semakin
akurat. Bahkan informasi produk Inderaja tersebut tidak saja mengenai segala sesuatu yang ada

di muka bumi, melainkan juga potensi sumberdaya tambang yang ada diperut bumi dan
kedalaman laut. Hingga saat ini teknologi Inderaja telah mengalami beberapa tahap

perkembangan. Berawal dari pengamatan jarak dekat melalui wahana helikopter, kemudian
dengan pesawat terbang sayap tetap, selanjutnya dengan balon udara dan sekarang dengan
wahana satelit yang mengorbit pada ketinggian ratusan hingga ribuan kilometer dari permukaan
bumi, yang jumlahnya semakin bertambah, demikian juga kemampuannya. Tampaknya teknologi
Inderaja tidak akan berhenti hingga pada kondisi sekarang. Upaya-upaya penyempurnaan atau
peningkatan masih terus dilanjutkan untuk mendapat produk informasi spasial yang lebih akurat,
mendalam dan mampu menembus kedalaman bumi dan samudera serta menghilangkan kendalakendala yang masih ada.

Saat ini rekaman citra satelit telah dapat mengidentifikasi benda dengan ukuran 1 x 1 m (contoh :
Citra Satelit Ikonos-2). sehingga dapat membedakan mana kerbau, mana gajah dan mana kuda.
Menilik kemajuan teknologi Inderaja SateJit yang tidak pernah berhenti, era ke depan dengan
data satelit orang dapat membedakan mana kambing dan mana domba (ketika resolusi spasial
citra satelit sudah mencapai < 1 m).

Pengembangan dan Pemanfaatannya di Indonesia.
Indonesia sebagai Negara berkembang yang sedang membangun guna dapat sejajar dengan
negara-negara lain yang lebih maju sangat berkepentingan dengan pemanfaatan jasa dan produk
teknologi Inderaja. Hal. ini semakin dirasakan pentingnya mengingat wilayah negara yang sangat
luas terdiri dari perairan dan daratan yang hingga saat ini baru sebagian sumber daya alam yang
telah teridentifikasi. Tuntutan untuk mengetahui potensi SDA yang belum diketahui

menyadarkan kita, pentingnya pemanfaatan teknologi Inderaja tersebut.

Kondisi Indonesia yang memiliki wilayah daratan dan perairan yang sangat Iuas dengan
sejumlah permasalahan lingkungan - seperti : kebakaran hutan, illegal logging, illegal fishing,
illegal mining, illegal farming, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain, sangat membutuhkan
jasa teknologi Inderaja yang semakin maju, cepat dan murah. Oleh karena itulah, Indonesia telah
berupaya menjalin kerjasama dengan negara-negara pemilik dan pengembang teknologi ini.
Wujud nyata dari kesadaran tersebut adalah telah didirikannya stasiun bumi multi misi di ParePare (Sulawesi Selatan) dan stasiun pengolah data di Pekayon (LAPAN) Jakarta. Disadari bahwa
pengetahuan kita tentang SDA baik di darat maupun (terutama) di laut masih sangat terbatas. Di
bidang Hankam,luasnya wilayah tanah air dan panjangnya garis perbatasan negara dan pencurian

SDA oleh pihak asing sangat membutuhkan informasi yang aktual yang terus menerus (real
time), jasa dan produk teknologi Inderaja Satelit dalam hal ini telah dapat menjawab kebutuhan
tersebut. Dengan demikian, baik untuk kepentingan Hankam maupun pembangunan, teknologi
Inderaja akan semakin dirasakan kebutuhannya.

Permasalahan yang dihadapi saat ini kita belum memiliki tenaga SDM, peralatan dan dana
yang cukup untuk mengembangkan teknologi Inderaja satelit dan memanfaatkannya. Namun
demikian upaya untuk mengatasi kendala tersebut terus dilakukan oleh lembaga terkait.
Pengembangan dan pemanfaatan jasa dan produk teknologi Inderaja masih terpusat di LAPAN
dan secara terbatas pada beberapa lembaga pemetaan nasional (Bakosurtanal, Dittopad,
Dishidrosal, Dissurfotrud, Exsa International), BMG , departemen tertentu (Dephan, Dephut ,
Deptrans, DKP). TNI, Polri dan institusi pengamanan/keamanan masih sangat terbatas
menggunakan jasa dan produk teknologi Inderaja. Pemanfaatan citra Inderaja beresolusi tinggi
yang meliputi daerah luas dapat menyajikan data yang Iengkap dan mutakhir merupakan sumber
daya yang paling tepat untuk perencanaan dan penataan wilayah. Sedangkan data citra LandsatTM yang Multiband dapat menyajikan data tematis sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat
mengetahui segala jenis tutupan lahan (vegetation coverage) dengan segala karakteristiknya.
Sebagai contoh : Departemen Pertanian telah dapat memprediksi masa panen dan jumlah
produksi padi di suatu daerah dengan bantuan data citra satelit ini. Departemen Kehutanan dapat
mengidentifikasi jenis dan besaran pohon dari suatu kawasan hutan dan sebaran titik-titik api
penyebab kebakaran hutan. Tanpa bantuan data citra dari satelit NOAA dan GMS, mustahil
BMG dapat meramal cuaca di seluruh wilayah NKRI. Demikian juga aparat Kamla hanya
dengan bantuan analisis citra Inderaja dapat mendeteksi dan mengidentifikasi kejahatan /
pencurian SDA di laut dengan cepat.

Kementerian Lingkungan Hidup juga sangat membutuhkan jasa dan produk Inderaja guna
mengetahui kondisi kerusakan lingkungan dengan cepat dan akurat. Departemen Sosial dan
Departamen Kesehatan dengan bantuan data spasial dari hasil analisis Citra Satelit dapat
mengetahui sebaran daerah miskin dan rawan bencana, yang diperlukan untuk perencanaan
prioritas pemberian bantuan.

Untuk menjaga kontinuitas akuisisi dan perekaman data, LAPAN telah sedang mengembangkan
program upgrading kemampuan akuisisi, perekaman dan pengolahan data landsat-7, SPOT 4 dan
5, Envisat (pengganti ERS) dan Radarsat. Pengembangan terus dilaksanakan LAPAN untuk
menghasilkan metoda dan prosedur yang paling tepat untuk operasi rutin aplikasi data Inderaja
Satelit. Aplikasi yang telah berhasil dikembangkan dan sudah masuk fase operasional adalah
untuk penggunaan : pemantauan hutan, lahan, pemantauan musim dan penentuan awal musim

hujan. Sedangkan untuk kegiatan asesmen yang sudah berhasil dilaksanakan adalah
inventarisasi : hutan bakau dan terumbu karang, beberapa Daerah Aliran Sungai (DAS),
perubahan penggunaan tanah, pemetaan, perikanan, pemantauan luas panen, pemantauan luas
konversi lahan sawah ke non-pertanian, tata-ruang dan wilayah (Mahdi Kartasasmita. dkk.
1998).

Teknologi Inderaja dan Pelestarian Lingkungan. isu pelestarian lingkungan saat ini tampaknya
telah menjadi kesadaran global. Semakin padatnya penduduk dunia menyebabkan tingkat
ekspIoitasi SDA yang semakin tinggi sehingga mengancam kelestarian lingkungan. Bencana
alam, berupa banjir, longsor, kebakaran hutan, penggundulan areal lahan terjadi di mana-mana.
Bila kejadian ini dibiarkan akan mengancam kehidupan generasi manusia dan makhluk hidup
pada umumnya di masa yang akan datang. Bahkan sekarangpun telah banyak species hewan dan
tumbuhan yang telah punah. Untuk menghadapi ancaman yang serius ini diperlukan bukan hanya
sekedar membangun kesadaran atas pentingnya pelestarian lingkungan melainkan tindakan nyata
dari setiap individu untuk mengatasi kerusakan yang terjadi sekaligus upaya pelestarian
lingkungan tersebut. Dihadapkan pada upaya tersebut, teknologi Inderaja dapat memberikan
informasi dini tentang ancaman bahaya kerusakan lingkungan baik secara tekstual maupun
secara visual pada suatu daerah yang luas, sehingga dengan demikian upaya penanggulangannya
dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan baik. Dengan teknologi Inderaja ini, kita dapat
mengetahui kesadaran moral suatu bangsa yang tercermin dalam sikap komunalnya terhadap
lingkungan fisik negaranya, karena kerusakan lingkungan di suatu negara akan diketahui oleh
negara-negara lain melalui tampilan informasi satelit Inderaja. Kerusakan dan kebakaran hutan di
Sumatera. Kalimantan, Sulawesi dan Papua tidak saja menjadi perhatian dan keprihatinan kita
dan negara-negara tetangga, tetapi juga menjadi perhatian semua bangsa di dunia, karena hutan
tropis Indonesia merupakan bagian besar dari paru-paru dunia yang situasi dan kondisinya
menjadi perhatian masyarakat global. Karena itu kelambanan kita dalam menanggulangi
kebakaran hutan setiap tahun merupakan hal yang memalukan karena menyangkut kredibilitas
bangsa yang seolah-olah kurang peduli atas pelestarian fungsi global hutan tropis (Agus Hidayat,
1995)

KESIMPULAN.
a.
Satelit Penginderaan jauh (Satelit Inderaja) adalah suatu teknik/cara untukmemperoleh
informasi mengenai segala sesuatu di lingkungan permukaan bumi dengan memakai suatu alat
yang tidak mengadakan kontak fisik secara langsung terhadap objek yang diindera, melainkan
secara tidak langsung dari jarak jauh (dari udara), dalam hal ini dari Satelit yang mengorbit bumi
di angkasa.

b.
Citra lnderaja yang telah dianalisis merupakan data/informasi yang memiliki kegunaan
untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan mengevaluasi sumber daya aIam (di darat dan di laut),
bencana alam dan gejala cuaca atau iklim sehingga karenanya dapat digunakan sebagai sarana
perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan fisik dan mendeteksi kemungkinan
bencana alam. Di bidang pemetaan Citra Inderaja merupakan sarana (sumber data) untuk
pembuatan dan pembaharuan peta topografi (rupa bumi).
c.
Kendala teknologi Inderaja, pertama ; sebagai produk teknologi modern amat tergantung
pada kelengkapan sistem, kedua ; sebagai teknologi impor, pemilik teknologi dapat
mengendalikan kita sebagai konsumen produk teknologi tersebut melalui rekayasa teknologi
yang dilakukan secara terus-menerus. Untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia berusaha
mengikuti perkembangan guna menguasai teknologi Satelit lnderaja ini.
d.
Kemampuan teknologi Inderaja sebagai pengumpul, pengolah, penyaji informasi dan media
pemantauan kondisi spatial merupakan sarana yang ampuh untuk mencegah dan mengatasi
kerusakan lingkungan serta upaya pelestariannya. Kemampuannya yang multiguna dan dapat
menyajikan data secara tepat guna untuk wilayah yang luas bagi berbagai bidang kehidupan
sangat dibutuhkan Indonesia sebagai negara luas yang sedang membangun yang memiliki
potensi SDA sekalipun potensi bencana alam yang beragam.
e. Aplikasi teknologi Inderaja di bidang pembangunan (non—militer) meliputi bidang-bidang:
inventarisasi SDA; budi daya pertanian, perikanan, kehutanan dan kelautan; pemantauan dan
penanggulangan bencana alam/lingkungan; survei dan pemetaan.
f.
Aplikasi teknologi Inderaja di bidang Hankam/Militer meliputi : Operasi tempur; Operasi
intelejen; Kegiatan territorial; Operasi kegiatan militer lainnya (Opsmil Selain Perang/OMSP)

SARAN.
Pengembangan Iptek Inderaja demikian pesat, namun pemanfaatannya yang dicapai Indonesia
belum optimal, karena penguasaan sistem Iptek lnderaja di Indonesia dihadapkan pada berbagai
kendala. Biaya investasi yang tinggi dalam aplikasi teknologi Inderaja merupakan kendala utama
yang dihadapi Indonesia. Kendala lainnya adalah masalah keterbatasan SDM mampu, birokrasi
dan regulasi perijinan dalam kerjasama Internasional antar lembaga negara/perusahaan yang
bergerak di bidang ini. Padahal manfaatnya untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian
pembangunan wilayah sangat besar dan penting, terutama di era otonomi daerah sekarang ini.
Untuk mengatasi kendala tersebut diatas, disarankan :

a)
Meningkatkan kerjasama dengan negara pemilik dan pengembang teknologi dan negara
tetangga pemilik stasiun bumi, bukan saja dalam pemanfaatan jasa dan teknologi,
melainkan/ditingkatkan pada penguasaan Iptek Sat lnderaja melalui alih teknologi.
b)
Mengingat kemanfaatan yang menyangkut lapangan kehidupan yang amat luas, di bidangbidang inventarisasi eksplorasi, eksploitasi SDA dan penanggulangan bencana alam serta untuk
pengawasan, pengendalian dan koordinasi pembangunan antar wilayah, seyogyanya pemanfaalan
jasa dan produk teknologi Inderaja ini disebarluaskan di daerah-daerah. Bilamana perlu Pemda
dapat membangun sarana/perangkat penerima dan pengolah data Citra Sat atas supervisi
LAPAN.