Kata Kerja Operasional Kur 20131 (1)

KATA KERJA OPERASIONAL (KKO) KURIKULUM 2013
Dari: http://ans29.blogspot.com/2014/04/kata-kerja-operasional-kko-kurikulum.html#comment-form

Nah teman-teman selamat datang di blog supeksa, artikel ini akan membahas mengenai kata
kerja operasional kognitif, afektif dan psikomotor. Sebelumnya kita bahas dulu pengertiannya
A. Kecakapan Kognitif
Upaya pengembangan fungsi kognitif akan berdampak positif bukan hanya terhadap kognitif
sendiri, melainkan terhadap afektif dan psikomotor. Ada dua macam kecakapan kognitif
siswa yang perlu dikembangkan secara khusus oleh guru yaitu:
1. Strategi belajar memahami isi materi pelajaran
2. Strategi menyakini arti penting isi materi pelajaran dan aplikasinya serta menyerap
pesan-pesan moral yang terkandung didalam materi tersebut.
Strategi adalah prosedur mental yang berbentuk tatanan tahapan yang memerlukan upaya
yang bersifat kognitif dan selalu dipengaruhi oleh pilihan kognitif atau kebiasaan belajar.
Pilihan tersebut yaitu menghafal prinsip yang ada dalam materi dana mengaplikasikan
prinsip-prinsip tersebut. Ada dua prefensi kognitif
1. Dorongan dari luar (motif ekstrinsik) yang mengakibatkan siswa menggarap belajar
hanya sebagai alat pencegah ketidakstabilan atau ketidaknaikkan. Aspirasi yang
dimilikinya bukan ingin menguasai materi secara mendalam tetapi hanya sekedar lulus
atau naik kelas semata
2. Dorongan dari dalam (motif Intrinsik), dalam arti siswa tertarik dan membutuhkan

materi-materi yang disajikan gurunya.
Guru dituntut untuk mengembangkan dengan kecakapan kognitif siswa dalam memecahkan
masalah dengan pengetahuan yang dimilikinya dan keyakinan terhadap pesan moral yang
terkandung dan menyatu dalam pengetahuan.
B. Kecakapan Afektif
Keberhasilan pengembangan kognitif tidak hanya membuahkan kecakapan kognitif akan
tetapi membuahkan kecakapan afektif. Pemahaman yang mendalam terhadap arti penting
materi serta preferensi. Kognitif mementingkan aplikasi prinsip atau meningkatkan
kecakapan afektif para siswa. Peningkatan-peningkatan afektif ini antara lain, berupa
kesadaran beragama yang mantap
C. Kecakapan psikomotor
Keberhasilan pengembangan kognitif berdampak positif pada perkembangan psikomotor.
Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniah yang konkrit dan mudah diamati baik
kuantitasnya maupun kualitasnya. Kecakapan psikomotor merupakan manifestasi wawasan
pengetahuan dan kesadaran serta sikap mentalnya.
Ketiga aspek atau ranah kejiwaan itu erat sekali dan bahkan tidak mungkin dapat dilepaskan
dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar. Benjamin S. Bloom dan kawan-kawannya itu

berpendapat bahwa pengelompokkan tujuan pendidikan itu harus senantiasa mengacu kepada
tiga jenis domain (daerah binaan atau ranah) yang melekat pada diri peserta didik, yaitu:

1. Ranah proses berpikir (cognitive domain)
2. Ranah nilai atau sikap (affective domain)
3. Ranah keterampilan (psychomotor domain)
CONTOH DAFTAR KATA KERJA RANAH KOGNITIF (Cl – C6)
Pengetahuan (Cl)
Mengutip
Menyebutkan
Menjelaskan
Menggambar
Membilang
Mengidentiflkasi
Mendaftar
Menunjukkan
Memberi label
Memberi indek
Memasangkan
Menamai
Menandai
Membaca
Menyadap

Menghafal
Menim
Mencatat
Mengulang
Mereproduksi
Meninjau
Memilih
Menyatakan
Mempelajari
Mentabulasi
Memberi kode
Menelusuri
Menulis

Pemahaman (C2)
Memperkirakan
Menjelaskan
Mengkategorikan
Mencirikan
Merinci

Mengasosiasikan
Membandingkan
Menghitung
Mengkontrasikan
Mengubah
Mempertahankan
Menguraikan
Menjalin
Membedakan
Mendiskusikan
Menggali
Mencontohkan
Menerangkan
Mengemukakan
Mempolakan
Memperluas
Menyimpulkan
Meramalkan
Merangkum
Menjabarkan


Penerapan (C3)
Menugaskan
Mengurutkan
Menentukan
Menerapkan
Menyesuaikan
Mengkalkulasi
Memodifikasi
Mengklasifikasi
Menghitung
Membangun
Mengurutkan
Membiasakan
Mencegah
Menentukan
Menggambarkan
Menggunakan
Menilai
Melatih

Menggali
Mengemukakan
Mengadaptasi
Menyelidiki
Mengoperasikan
Mempersoalkan
Mengkonsepkan
Melaksanakan
Meramalkan
Memproduksi
Memproses
Mengaitkan
Mensuimulasikan
Memecahkan
Melakukan
Mentabulasi
Menyusun
Memproses
meramalkan


Analisis (C4)
Menganalisis
Mengaudit
Memecahkan
Menegaskan
Mendeteksi
Mendiagnosis
Menyeleksi
Memerinci
Menominasikan
Mendiagramkan
Mengkorelasikan
Merasionalkan
Menguji
Mencerahkan
Menjelajah
Membagankan
Menyimpulkan
Menemukan
Menelaah

Memaksimalkan
Memerintahkan
Mengedit
Mengaitkan
Memilih
Mengukur
Melatih
Mentransfer

Sintesis (C5)
Mengabstraksi
Mengatur
Menganimasi
Mengumpulkan
Mengkategorikan
Mengkode
Mengkombinasikan
Menyusun
Mengarang
Membangun

Menanggulangi
Menghubungkan
Menciptakan
Mengkreasikan
Mengoreksi
Merancang
Merencanakan
Mendikte
Meningkatkan
Memperjelas
Memfasilitasi
Membentuk
Merumuskan
Menggeneralisasi
Menggabungkan
Memadukan
Membatasi
Mereparasi
Menampilkan
Menyiapkan

Memproduksi
Merangkum
Merekonstruksi

Penilaian (C6)
Membandingkan
Menyimpulkan
Menilai
Mengarahkan
Mengkritik
Menimbang
Memutuskan
Memisahkan
Memprediksi
Memperjelas
Menugaskan
Menafsirkan
Mempertahankan
Memerinci
Mengukur

Merangkum
Membuktikan
Memvalidasi
Mengetes
Mendukung
Memilih
Memproyeksikan

Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berpikir, mulai dari jenjang
terendah sampai yang paling tinggi. Keenam jenjang atau aspek yang dimaksud adalah:
1. Pengetahuan/hafalan/ingatan (knowledge)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali
kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan
kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan adalah merupakan proses
berpikir yang paling rendah.
Salah satu contoh hasil belajar kognitif pada jenjang pengetahuan adalah dapat menghafal
surat al-’Ashar, menerjemahkan dan menuliskannya secara baik dan benar, sebagai salah satu
materi pelajaran kedisiplinan yang diberikan oleh guru Pendidikan Agama Islam di sekolah.
2. Pemahaman (comprehension)
Adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan
dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu
apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu
dengan menggunakan kata-katanya sendiri. Pemahaman merupakan jenjang kemampuan
berpikir yang setingkat lebih tinggi dari ingatan atau hafalan.
Salah satu contoh hasil belajar ranah kognitif pada jenjang pemahaman ini misalnya: Peserta
didik atas pertanyaan Guru Pendidikan Agama Islam dapat menguraikan tentang makna
kedisiplinan yang terkandung dalam surat al-’Ashar secara lancar dan jelas.
3. Penerapan (application)
Adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata
cara ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan sebagainya,
dalam situasi yang baru dan kongkret. Penerapan ini adalah merupakan proses berpikir
setingkat lebih tinggi ketimbang pemahaman. Salah satu contoh hasil belajar kognitif jenjang
penerapan misalnya: Peserta didik mampu memikirkan tentang penerapan konsep
kedisiplinan yang diajarkan Islam dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga,
sekolah, maupun masyarakat.
4. Analisis (analysis)
Adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan
menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagianbagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. Jenjang analisis adalah
setingkat lebih tinggi ketimbang jenjang aplikasi.
Contoh: Peserta didik dapat merenung dan memikirkan dengan baik tentang wujud nyata dari
kedisiplinan seorang siswa dirumah, disekolah, dan dalam kehidupan sehari-hari di tengahtengah masyarakat, sebagai bagian dari ajaran Islam.
5. Sintesis (syntesis)
Adalah kemampuan berpikir yang merupakan kebalikan dari proses berpikir analisis.
Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara

logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau bebrbentuk pola
baru. Jenjang sintesis kedudukannya setingkat lebih tinggi daripada jenjang analisis. Salah
satu jasil belajar kognitif dari jenjang sintesis ini adalah: peserta didik dapat menulis
karangan tentang pentingnya kedisiplinan sebagiamana telah diajarkan oleh islam.
6. Penilaian/penghargaan/evaluasi (evaluation)
Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi
Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu kondisi, nilai atau ide, misalkan jika seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan
patokan-patokan atau kriteria yang ada.
CONTOH DAFTAR KKO UNTUK RANAH AFEKTIF (A1-A5)
Menerima (Al)
Memilih
Mempertanyakan
Mengikuti
Memberi
Menganut
Mematuhi
Meminati

Menanggapi (A2)
Menjawab
Mem bantu
Mengajukan
Mengkompromikan
Menyenangi
Menyambut
Mendukung
Mendukung
Menyetujui
Menampilkan
Melaporkan
Memilih
Mengatakan
Memilah
Menolak

Menilai (A3)
Mengasumsikan
Meyakini
Melengkapi
Meyakinkan
Memperjelas
Memprakarsai
Mengimani
Mengundang
Menggabungkan
Memperjelas
Mengusulkan
Menekankan
Menyumbang

Mengelola (A4)
Menganut
Mengubah
Menata
Mengklasifikasikan
Mengkombinasikan
Mempertahankan
Membangun
Membentuk pendapat
Memadukan
Mengelola
Menegosiasi
Merembuk

Menghayati (A5)
Mengubah prilaku
Berakhlak mulia
Mempengaruhi
Mendengarkan
Mengkualifikasi
Melayani
Menunjukkan
Membuktikan
memecahkan

Menurut Krathwol (1964) klasifikasi tujuan domain afektif terbagi lima kategori :
1. Penerimaan (recerving)
Mengacu kepada kemampuan memperhatikan dan memberikan respon terhadap sitimulasi
yang tepat. Penerimaan merupakan tingkat hasil belajar terendah dalam domain afektif.
2. Pemberian respon atau partisipasi (responding)
Satu tingkat di atas penerimaan. Dalam hal ini siswa menjadi terlibat secara afektif, menjadi
peserta dan tertarik.
3. Penilaian atau penentuan sikap (valuing)
Mengacu kepada nilai atau pentingnya kita menterikatkan diri pada objek atau kejadian
tertentu dengan reaksi-reaksi seperti menerima, menolak atau tidak menghiraukan. Tujuantujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi “sikap dan opresiasi”.
4. Organisasi (organization)
Mengacu kepada penyatuan nilai, sikap-sikap yang berbeda yang membuat lebih konsisten
dapat menimbulkan konflik-konflik internal dan membentuk suatu sistem nilai internal,
mencakup tingkah laku yang tercermin dalam suatu filsafat hidup.

5. Karakterisasi /pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex)
Mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Nilai-nilai sangat berkembang nilai
teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan lebih mudah diperkirakan. Tujuan
dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa
CONTOH KKO UNTUK RANAH PSIKOMOTOR (P1-P4)
PENIRUAN (PI)
Mengaktifkan
Menyesuaikan
Menggabungkan
Melamar
Mengatur
Mengumpulkan
Menimbang
Memperkecil
Membangun
Mengubah
Membersihkan
Memposisikan
Mengkonstruksi

MANIPULASI (P2)
Mengoreksi
Mendemonstrasikan
Merancang
Memilah
Melatih
Memperbaiki
Mengidentifikasikan
Mengisi
Menempatkan
Membuat
Memanipulasi
Mereparasi
Mencampur

KETETAPAN (P3)
Mengalihkan
Menggantikan
Memutar
Mengirim
Memindahkan
Mendorong
Menarik
Memproduksi
Mencampur
Mengoperasikan
Mengemas
Membungkus

ARTIKULASI (P4)
Mengalihkan
Mempertajam
Membentuk
Memadankan
Menggunakan
Memulai
Menyetir
Menjelaskan
Menempel
Menskestsa
Mendengarkan
Menimbang

Menurut Davc (1970) klasifikasi tujuan domain psikomotor terbagi lima kategori yaitu :
1. Peniruan
Terjadi ketika siswa mengamati suatu gerakan. Mulai memberi respons serupa dengan yang
diamati. Mengurangi koordinasi dan kontrol otot-otot saraf. Peniruan ini pada umumnya
dalam bentuk global dan tidak sempurna.
2. Manipulasi
Menekankan perkembangan kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakangerakan pilihan yang menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa
menampilkan sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
3. Ketetapan
Memerlukan kecermatan, proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan.
Respon-respon lebih terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat
minimum.
4. Artikulasi
Menekankan koordinasi suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan
mencapai yang diharapkan atau konsistensi internal di natara gerakan-gerakan yang berbeda.
5. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik
maupun psikis. Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat
kemampuan tertinggi dalam domain psikomotorik.