TEKNOLOGI PERTANIAN bab (1). doc

BAB 1. PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

1.1 Pengertian Teknologi Pertanian
Rahardi (2008), menyimpulkan bahwa teknologi adalah usaha manusia
untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan demi kepentingan dan kesejahteraan.
Teknologi tidak terlepas dari sumber daya manusia dan sumber daya alam demi
membangun kemandirian suatu bangsa dan ini hanya bisa dicapai kalau
masyarakatnya menguasai teknologi. Jadi teknologi pertanian adalah usaha
manusia untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan demi kepentingan dan
kesejahteraan dalam bidang pertanian. Selain itu, teknologi pertanian ini dalam
bentuk lain dibedakan menjadi teknologi pertanian tradisional dan teknologi
pertanian yang sudah modern.
1.2 Teknologi Pertanian Modern
Teknologi pertanian modern adalah kegiatan pertanian yang menggunakan
alat-alat dengan teknologi modern yang digunakan dalam bekerja, dengan
menggunakan alat modern dapat mempersingkat waktu dan juga meningkatkan
efisiensi dalam bekerja, misalnya dalam bekerja petani menggunakan traktor
untuk membajak sawah, di bandingkan dengan cara tradisional dengan kerbau
atau degnan cara mencangkul, cara modern lebih efektif dan dapat mempersingkat
waktu dalam proses pembajakan. pada umumnya teknologi modernlah yang lebih
menonjol, misalnya penggunaan bibit, pupuk dan pemberantasan hama, walaupun

dilain pihak peralatan yang mendukung masih berupa alat-alat yang sudah lama
dipakai. (Bafdal N, 2008)
1.3 Teknologi Pertanian Tradisional
Teknologi

pertanian

tradisional

adalah

kegiatan

pertanian

yang

menggunakan alat-alat yang masih sederhana dan digunakan dari masa ke masa,
serta tingkat efisiensinya masih terbatas, dengan kata lain apabila menggunakan


alat-alat tradisional, maka tenaga yang dikeluarkan untuk memperoleh hasil yang
maksimal memerlukan tenaga yang besar, contoh penggunaan peralatan teknologi
tradisional dalam pengolahan tanah menggunakan cangkul, dan proses
pembajakan pada sawah menggunakan tenaga kerbau. (Bafdal N, 2008)
1.3 Keteknikan Pertanian
Ilmu Keteknikan Pertanian adalah ilmu yang mempelajari
penguasaan dan pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk pengembangan daya
karya manusia dalam bidang pertanian demi untuk kesejahteraan manusia, bidangbidang yang meliputi keteknikan pertanian antara lain :
1.

Alat dan mesin budidaya pertanian, yang menelaah persoalan kebutuhan
tenaga dan alat-alat dibidang pertanian.

2.

Teknik tanah dan air, yang menelaah persoalan dalam hubungan dengan
keadaan teknik tanah dan tata air.

3.


Alat dan mesin-mesin pengoalahan hasil yang menelaah persoalan
penggunaan mesin-mesin yang dipakai dalam usaha menyiapkan hasil
pertanian untuk langsung dipergunakan atau disimpan, juga menelaah
pemakaian listrik untuk pertanian, bangunan pertanian dan perlengkapan.

4.

Instrumentasi pertanian yang menelaah permasalahan instrumentasi yang erat
hubungannya dengan teknologi pertanian, elektronika, dan sebagainya.
Jadi keteknikan pertanian erat hubungannya dengan peralatan pertanian
yang membantu untuk menunjang meningkatkan hasil pertanian, alat-alat
yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, dan membantu
manusia dalam keterbatasan fisiknya. (Mutiarawati T, 2009)

BAB 2. TEKNOLOGI PRA PANEN
2.1 Pengolahan, Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Proses kegiatan pertama kali dalam penanaman terlebih dahulu persiapan,
antara lain pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan, penyiraman,
hingga pemanenan. Sebelum ada teknologi untuk pengolahan pra panen, para
petani banyak memerlukan biaya. Antara lain biaya untuk buruh tani.

2.1.1 Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah penyiapan tanah untuk penanaman dan proses
mempertahankanya dalam keadaan remah dan bebas dari gulma selama
pertumbuhan tanaman budidaya. Tujuan utama dan maksud dasar pengolahan
tanah dibagi dalam 3 fase : (1) mempersiapkan bedengan benih yang sesuai, (2)
memberantas gulma pesaing, dan (3) meningkatkan kondisi fisik tanah. Peralatan
yang digunakan oleh petani untuk memecah dan meremahkan tanah sampai suatu
kedalaman dari 6 sampai 36 inci (15,2 sampai 91,4 cm) dikenal dengan alat
pengolah tanah primer, yang mencangkup bajak singkal, bajak piringan, putar,
pahat, dan bajak tanah sawah
Untuk menggerakkan bajak biasanya digunakan dua tenaga yang tradisional
menggunakan kerbau dan yang modern menggunakan traktor. Pada traktor
biasanya menggunakan bajak singkal terpasang terpadu benar – benar merupakan
kelengkapan traktor, sebab bergantung pada traktor untuk pengoperasian
umumnya.
2.1.2 Penggilas dan Penggembur Tanah
Penggilas atau penggembur tanah adalah alat – alat yang digunakan untuk
mempersiapkan lebih lanjut tanah persemaian. Untuk peralatan pengolahan tanah
yang lain adalah garu, garu adalah peralatan yang digunakan untuk meratakan
tanah dan memecahkan bongkahan – bongkahan tanah, mengaduk tanah dan

untuk mencegah dan membinasakan gulma. Dibawah kondisi – kondisi tertentu
garu dapat digunakan untuk menutup biji (Smith dkk., Ed., 1990: 265).

Ada beberapa alat untuk penggemburan tanah antara lain:
1.

Penggilas-Penggembur Tanah Bentuk V
Mesin tersebut tersusun atas beberapa bagian roda, sehingga bila roda-roda

tersebut dirangkai pada suatu poros, maka permukaan penggilas akan membentuk
suatu konfigurasi berombak. Penggilas tipe ini dinyatakan dapat mencegah erosi
angin. Alat ini juga menggilas, menggemburkan, menekan, meratakan,mendangir
dan memberi mulsa kepada tanah dalam satu kali kegiatan (Smith dkk., Ed., 1990:
286).
2.

Penggilas Penginjak Bawah Permukaan
Kadang-kadang diperlukan untuk memampatkan permukaan dibawah tanah.

Alat khusus untuk melakukan pekerjaan ini disebut pemampat dibawah

permukaan (subsurface packer). Alat ini terdiri atas sejumlah roda yang tepinya
berbentuk V dirangkai pada sebuah poros dengan rangka disebelah atas. Bila roda
dijalan kan mundur, roda itu berguna sebagai penggilas, dan apabila digunakan
pada lahan gandum berjerami, akan menginjak jerami kedalam tanah (Smith dkk.,
Ed., 1990: 288).
2.1.3

Penanaman
Seni menempatkan biji di dalam tanah untuk memperoleh perkecambahan

dan tegakan yang baik, tanpa harus melakukan penyulaman adalah tujuan semua
orang yang menanam tanaman. Pada era tradisional petani masih dalam
penanaman dan penyebaran biji masih menggunakan manual dan yang
membutuhkan waktu dan biaya lebih.
Peralatan tanam modern antara lain sebagai berikut:
1.

Mesin tanam biji dalam lubang gandengan, mesin ini dapat menghemat jam

kerja manusia dan jam daya traktor ber “acre” dan mengurangi biaya. Mesin

tanam dalam lubang digunakan untuk menanam jagung (Smith dkk., Ed., 1990:
301).
2.

Mesin tanam jagung dalam paliran, mesin ini tersambung langsung dengan

traktor yang dapat dipasang dengan cepat yang dilengkapi denga brujal untuk
menanam jagung ditanah yang keras. Sedangkan mesin tanam jagung paliran

untuk tanah yang gembur dilengkapi dengan alat pembuka paliran tipe piringan
ganda (Smith dkk., Ed., 1990: 303).
2.1.4

Penyemprotan (Spraying)
Masalah pengendalian hama serangga da penyakit tumbuhan menyebabkan

perlunya sebagian besar petani dan pekebun buah-buahan untuk menambahkan
dalam alat usahatani mereka. Mesin-mesin untuk pemberian instektisida dan
fungisida baik dalam bentuk debu maupun cairan. Pemilihan peralatan yang tepat
untuk memberantas hama serangga atau penyakit tumbuhan tertentu, merupakan

suatu masalah yang membutuhkan pertimbangan yang cermat (Smith dkk., Ed.,
1990: 400).
Mesin yang digunakan ialah sebagai berikut.
1.

Penyemprot Hidraulik
Kebanyakan mesin penyemprot yang digunakan kini adalah tipe hidraulik

yang tekanan di dalamnya berasal dari kerja pompa pada bahan semprotan yang
cair.
Bagian–bagian esensial penyemprotan tipe hidraulik adalah pompa (dengan
ruang udara, jika perlu); tangki yang berisi pengaduk; rangka untuk pemasangan
penyemprot; kombinasi pengatur dan pembebas tekanan atau kutup pembebas;
pengukur tekanan, tapisan dan tabir; katup kendali; pipa-pipa dan sambungan;
sistem distribusi; serta sumber daya (Smith dkk.,Ed., 1990: 403).
2.

Penyemprot Swa-gerak untuk ruang bebas tinggi
Penyemprot ini dikembangkan sebagai suatu mesin dengan tujuan khusus


untuk menyemprot tanaman di lapangan dan tanaman larikan yang terlalu tinggi
untuk mesin penyemprot dan traktor-traktor konvensional.Umumnya unit-unit
yang digerakkan oleh mesin dengan pendingin udara, mempunyai tiga roda dan
daya biasanya diterapkan pada roda depan. Mesin –mesin ini biasanya dilengkapi
dengan penyemprot tekanan rendah, volume rendah dan mesin kedua sering
ditambahkan untuk pengoprasian penyemprot tadi (Smith dkk., Ed., 1990: 422).

3.

Penyemprot tiup
Penyemprot ini dikenal sebagai penyemprot konsentrat atau penyemprot

kabut, dikembangkan untuk pemberian pestisida dalam bentuk yang pekat.
Dengan ini dapat dilakukan penghematan biaya tenaga yang cukup besar, karena
jumlah air yang diperlukan sebagai pengencer dapat diturunkan dari 20 sampai 80
persen atau lebih dibandingkan penyemprotan dengan metode konvensional.
Penyemprotan ini digunakan untuk penyemprotan kebun pohon buah –
buahan yang luas, pohon peneduh yang besar, sayuran, serta tanaman budidaya
tertentu lainnya (Smith dkk.,Ed., 1990: 423).
2.1.5


Pemupukan
Pupuk dapat diberikan kepada tanah dalam beberapa bentuk, seperti

misalnya pupuk kandang dari kebun, pupuk dari berbagai formula dalam bentuk
butiran dan peluru atau pelet, dan pupuk dalam bentuk cairan atau gas. Untuk
menangani tipe-tipe pupuk ini, diperlukan peralatan khusus, yang diberikan
kepada tanah dan tanaman budidaya dengan berbagai cara pada tahap-tahap
pembudidayaan yang berlainan. Sebagai contoh, pupuk kandang dari kebun
biasanya disebarkan di atas lahan dengan penyebar pupuk sebelum penyiapan
lahan tanam. Pupuk itu kemudian dimasukkan ke dalam tanah, atau dengan
pembajakan atau dengan garu piringan (Smith dkk.,Ed., 1990: 444).
Penyebar pupuk adalah suatu mesin untuk mengangkut pupuk kandang dari kebun
ke lapangan, mencacahnya dan menyebarkannya dengan merata di atas lahan.
Penyebar pupuk dapat digolongkan dalam penyebar pupuk digerakkan di tanah
(ground-driven) dan digerakkan oleh pengambil daya (PTO-driven). Penyebar
rabuk dengan daya penggerak yang diambil dari traktor biasanya dipasang pada
dua buah roda ban karet pada suatu poros yang terletak sedikit dibelakang kotak,
sehingga sebagian berat alat penyebar didukung oleh traktor tersebut. Penyebar
rabuk yang dipasang ditruk tersedia untuk penanganan pupuk dalam jumlah yang

besar (Smith dkk.,Ed., 1990: 445).

2.1.6 Pemanenan
a.

Pemanenan tradisional padi menggunakan sabit selain banyak butir gabah

yag rontok (terutama jenis caredan unggul) juga butir gabah masak(tua) dan
belum masak (muda) akan terpanen sekaligus.Untuk mengurangi kerontokan
menggunakan sabit bergerigi.
b.

Pemanenan padi secara modern menggunakan mesin combine harvester 72

PK/TK. Mesin pemanen jenis ini merupakan alat pemotong dan pengumpul yang
dikombinasikan dengan alat perontok, pemisah gabah dari tungkai dan kotoran
lainya, sehingga sehingga dengan menggunakan alat pemanen ini akan diperoleh
gabah bersih.

BAB 3. TEKNOLOGI PASCA PANEN
Dalam bidang pertanian istilah pasca panen diartikan sebagai berbagai
tindakan atau perlakuan yang diberikan pada hasil pertanian setelah panen sampai
komoditas berada di tangan konsumen. Istilah tersebut secara keilmuan lebih tepat
disebut Pasca produksi (Postproduction) yang dapat dibagi dalam dua bagian
atau tahapan, yaitu pasca panen (postharvest) dan pengolahan (processing).
Penanganan pasca panen (postharvest) sering disebut juga sebagai pengolahan
primer (primary processing) merupakan istilah yang digunakan untuk semua
perlakuan dari mulai panen sampai komoditas dapat dikonsumsi “segar” atau
untuk persiapan pengolahan berikutnya. Umumnya perlakuan tersebut tidak
mengubah bentuk penampilan atau penampakan, kedalamnya termasuk berbagai
aspek dari pemasaran dan distribusi. Pengolahan (secondary processing)
merupakan tindakan yang mengubah hasil tanaman ke kondisi lain atau bentuk
lain dengan tujuan dapat tahan lebih lama (pengawetan), mencegah perubahan
yang tidak dikehendaki atau untuk penggunaan lain. Ke dalamnya termasuk
pengolahan pangan dan pengolahan industri. Penanganan pasca panen bertujuan
agar hasil tanaman tersebut dalam kondisi baik dan sesuai/tepat untuk dapat
segera dikonsumsi atau untuk bahan baku pengolahan. (Mutiarawati T, 2009).
3.1 Penanganan Pasca Panen
Pada penanganan hasil tanaman, ada beberapa tindakan yang harus
dilakukan segera setelah panen, tindakan tersebut bila tidak dilakukan segera,
akan menurunkan kualitas dan mempercepat kerusakan sehingga komoditas tidak
tahan lama disimpan.
3.1.2 Pengeringan (drying)
bertujuan mengurangi kadar air dari komoditas. Pada bijibijian pengeringan
dilakukan sampai kadar air tertentu agar dapat disimpan lama. Pada bawang
merah pengeringan hanya dilakukan sampai kulit mengering.

3.1.3 Pendinginan pendahuluan (precooling)
untuk buah-buahan dan sayuran buah. Buah setelah dipanen segera disimpan di
tempat yang dingin/sejuk, tidak terkena
sinar matahari, agar panas yang terbawa dari kebun dapat segera didinginkan dan
mengurangi penguapan, sehingga kesegaran buah dapat bertahan lebih lama. Bila
fasilitas tersedia, precooling ini sebaiknya dilakukan pada temperatur rendah
(sekitar 10°C) dalam waktu 1 – 2 jam.
3.1.4 Pemulihan (curing)
untuk ubi, umbi dan rhizom. Pada bawang merah, jahe dan kentang dilakukan
pemulihan dengan cara dijemur selama 1 – 2 jam sampai tanah yang menempel
pada umbi kering dan mudah dilepaskan/ umbi dibersihkan, telah
itu juga segera disimpan di tempat yang dingin / sejuk dan kering. Untuk kentang
segera disimpan di tempat gelap (tidak ada penyinaran) Curing juga berperan
menutup luka yang terjadi pada saat panen.
3.1.5 Pengikatan (bunching)
dilakukan pada sayuran daun, umbi akar (wortel) dan pada buah yang bertangkai
seperti rambutan, lengkeng dll. Pengikatan dilakukan untuk memudahkan
penanganan dan mengurangi kerusakan.
3.1.6 Pencucian (washing)
dilakukan pada sayuran daun yang tumbuh dekat tanah untuk membersihkan
kotoran yang menempel dan memberi kesegaran. Selain itu dengan pencucian
juga dapat mengurangi residu pestisida dan hama penyakit yang terbawa.
Pencucian disarankan menggunakan air yang bersih, penggunaan desinfektan
pada air pencuci sangat dianjurkan. Kentang dan ubi jalar tidak disarankan untuk
dicuci. Pada mentimun pencucian berakibat buah tidak tahan simpan, karena

lapisan lilin pada permukaan buah ikut tercuci. Pada pisang pencucian dapat
menunda kematangan.
3.1.7 Pembersihan ( cleaning, trimming)
yaitu membersihkan dari kotoran atau benda asing lain, mengambil bagian-bagian
yang tidak dikehendaki seperti daun, tangkai atau akar yang tidak dikehendaki.
3.1.8 Sortasi
yaitu pemisahan komoditas yang layak pasar (marketable) dengan yang tidak
layak pasar, terutama yang cacat dan terkena hama atau penyakit agar tidak
menular pada yang sehat.
3.2 Penanganan pasca panen umumnya meliputi pekerjaan:
- Grading (pengkelasan) dan standarisasi
- Pengemasan dan pelabelan
- Penyimpanan
- Pengangkutan.
Pada beberapa komoditas ada yang diberi perlakuan tambahan antara lain :
pemberianbahan kimia, pelilinan, pemeraman.
3.2.1 Grading dan Standarisasi
Grading adalah pemilahan berdasarkan kelas kualitas. Biasanya dibagi dalam
kelas 1, kelas 2, kelas 3 dan seterusnya, atau kelas A, kelas B, kelas C dan
seterusnya. Pada beberapa komoditas ada kelas super-nya. Tujuan dari tindakan
grading ini adalah untuk memberikan nilai lebih ( harga yang lebih tinggi) untuk
kualitas yang lebih baik. Standard yang digunakan untuk pemilahan (kriteria ) dari
masing-masing kualitas tergantung dari permintaan pasar. Standarisasi merupakan
ketentuan mengenai kualitas atau kondisi komoditas berikut kemasannya yang
dibuat untuk kelancaran tataniaga/pemasaran. Standarisasi pada dasarnya dibuat
atas persetujuan antara konsumen dan produsen, dapat mencakup kelompok
tertentu atau wilayah / negara / daerah pemasaran tertentu.

3.2.2 Pengemasan / pengepakan
Keuntungan dari pengemasan yang baik:
- Melindungi komoditas dari kerusakan
- Melindungi dari kerusakan mekanis : gesekan, tekanan, getaran
- Melindungi dari pengaruh lingkungan : temperatur, kelembaban, angin
- Melindungi dari kotoran / pencemaran : sanitasi
- Melindungi dari kehilangan (pencurian) : memudahkan pengontrolan
- Memudahkan penanganan : Penggunaan berbagai fasilitas pengemasan
memudahkan penanganan
- Memberikan kesinambungan dalam penanganan
- Mengacu pada standarisasi wadah / kontainer
- Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran
- Praktis untuk konsumen (pengemasan dalam skala kecil)
Lebih menarik Dapat untuk menyampaikan informasi produk yang dikemas
Penggunaan label dapat menerangkan cara penggunaan dan cara melindungi
produk yang dikemas
- Mengurangi / menekan biaya transportasi / biaya tataniaga.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengemasan:
- Pengemasan harus dilakukan dengan hati-hati terutama mencegah terluka,
terjatuh atau kerusakan lain.
- Hanya komoditas yang baik yang dikemas (melalui sortasi)
- Tempat pengemasan harus bersih dan hindari kontaminasi
- Container atau wadah dan bahan pengemas lain, juga “pengisi” atau pelindung,
harus bersih atau untuk yang tidak “didaur pakai” seperti kardus, plastik
transparan dan lain-lain, harus yang baru.
- Pengemasan pada beberapa komoditas dilakukan setelah precooling .
Pengemasan sebaiknya dilakukan pada tiap grad kualitas secara terpisah.
- Bahan pengemas harus kuat, sesuai dengan sifat dan kondisi produk yang
dikemas dan lama penyimpanan/pengangkutan. Pada beberapa negara ada

peraturan khusus mengenai bahan pengemas yang diperbolehkan, juga dalam
hubungannya dengan penggunaan bahan kimia setelah panen.
3.2.3 Penyimpanan (Storage operation)
Tujuan / guna penyimpanan
- Memperpanjang kegunaan (dalam beberapa kasus, meningkatkan kualitas)
- Menampung produk yang melimpah
- Menyediakan komoditas tertentu sepanjang tahun
- Membantu dalam pengaturan pemasaran
- Meningkatkan keuntungan finansial bagi produsen
- Mempertahankan kualiatas dari komoditas yang disimpan
Prinsip dari perlakuan penyimpanan :
- Mengendalikan laju transpirasi
- Mengendalikan repirasi
- Mengendalikan / mencegah serangan penyakit
- Memcegah perubahan-perubahan yang tidak dikehendaki konsumen
Lama penyimpanan (ketahanan simpan) dapat diperpanjang dengan
- Mengontrol penyakit yang timbul setelah panen
- Mengatur kondisi atmosfer (C.A. storage)
- Perlakuan kimia (chemical treatment)
- Perlakuan penyinaran (irradiation)
- Penyimpanan dingin (refrigeration)
Penyimpanan dingin merupakan cara penyimpanan yang murah (terjangkau),
efektif

(bisa

digunakan

untuk

semua

komoditas)

dan

efisien

(dapat

dikombinasikan dengan cara-cara penyimpanan yang lain), namun untuk kondisi
daerah tropis yang mempunyai temperatur udara rata-rata cukup tinggi,
penyimpanan hasil pertanian dalam temperatur rendah
3.2.4 Pengangkutan:
Pengangkutan umumnya diartikan sebagai penyimpanan berjalan. Semua kondisi
penyimpanan pada komoditas yang diangkut harus diterapkan.
Faktor pengangkutan yang perlu diperhatikan adalah:

- Fasilitas angkutannya
- Jarak yang ditempuh atau lama perjalanan
- Kondisi jalan dan kondisi lingkungan selama pengangkutan
- Perlakuan “bongkar-muat” yang diterapkan.
3.2.5 Pemberian bahan kimia:
Berbagai tujuan pemberian bahan kimia, antara lain:
- Insektisida atau Fungisida untuk mencegah serangan hama dan penyakit setelah
panen.
- Penyerap etilen (ethylene absorber) untuk mengikat gas etilen yang timbul
selama
penyimpanan buah agar pematangan buah dapat diperlambat.
- Pemberian etilen untuk mempercepat pematangan atau untuk pemeraman.
- Pemberian zat penghambat pertunasan untuk menekan tumbuhnya tunas
- Pelilinan untuk mengganti atau menambah lapisan lilin yang ada dipermukaan
buah.
- Pemberian kapur pada tangkai kubis (bekas potongan) untuk mencegah
pembusukan.
- Pemberian senyawa tertentu untuk warna yang lebih baik

BAB 4. PEMBAHASAN

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang terus
mengalami peningkatan, masalah yang timbul ialah pencukupan akan kebutuhan
pangan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia maka terjadi
perkembangan dibidang pertanian, yaitu dibidang teknologi. Dengan penggunaan
teknologi yang maju atau dengan kata lain modern, maka akan dapat
mempertinggi efisiensi usaha manusia dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas
produksi pertanian pada umumnya. Sehingga dapat memenuhi masalah
pemenuhan kebutuhan pangan manusia.
Dalam teknologi pra panen dengan cara tradisional, petani banyak
mengeluarkan biaya dikarenakan dalam pengolahan lahan yang masih
menggunakan tenaga yang lebih, berasal dari hewan dan manusia. Pada
pengolahan tanah dipergunakan alat-alat antara lain: cangkul, garu, luku, sligi, dan
alat-alat tersebut sudah semenjak dahulu dipakai. Sedangkan dengan cara modern
yang menggunakan mesin, misalnya traktor; lebih efektif dan efisien baik dalam
segi tenaga, waktu, dan biaya. Namun, penggunaan traktor masih jarang di
kalangan petani dikarenakan lahan pertanian yang sempit atau dtruktur tanahnya
yang tidak memungkinkan dipakai traktor. Disamping itu, kemampuan ekonomi
petani yang terbatas. Pemupukan yang menggunakan alat modern seperti semprot
(sprayer) atau pompa, dapat meringankan pekerjaan petani di sawah. Jadi, dalam
teknologi pra panen sebaiknya menggunakan teknologi modern tetapi juga harus
memperhatikan luas lahan yang dimiliki dan ekonomi petani.
Untuk menghasilkan hasil tanaman yang berkualitas diperlukan penanganan
pasca panen sehingga dapat memenuhi dan memuaskan apa yang dibutuhkan
masyarakat. Pasca panen meliputi beberapa tahapan mulai dari pemanenan sampai
pengangkutan ke pasar. Seorang petani biasanya kurang mengetahui pentingnya
kegiatan penanganan dan pengolahan lepas panen sehingga hasil panen yang
dianggap baik menjadi buruk karena penanganan yang jelek. Beberapa petani
masih menggunakan alat tradisional padahal kebutuhan pasar itu memerlukan

sesuai dengan keadaan, misalnya ketika pasar membutuhkan sebuah mangga yang
segar; namun petani biasanya terjadi kesalahan pada pemanenan buah mangga
yang seharusnya mangga itu tidak dipetik menjadi dipetik. Untuk itu memerlukan
alat atau teknologi yang dapat membantu menguntungkan petani tersebut
meskipun dapat merugikan dengan cara pengeraman secara modern, jadi buah itu
tidak akan busuk dengan sia-sia dan dapat dipasarkan kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Kartasapoetra, A. G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen.
Jakarta: Penerbit
Rineka Cipta.
Bafdal, N. Pengantar Teknologi Pertanian 2012. Universitas Padjajaran pdf.
Effendi, M. Teknologi Penanganan dan Pengolahan Hasil Pertanian 2008. FTP
Universitas Brawijaya pdf.
Mutiarawati, T. Penaganan Pasca Panen Hasil Pertanian 2009. Fakultas
Pertanian Universitas Padjajaran pdf .
Smith, H.P. & Lambert H. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Terjemahan oleh Tri
Purwadi. 1990. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pdf