SCI Masukan untuk Rencana Induk Nasional

TINJAUAN ASPEK LOGISTIK DAN RANTAI PASOK
DALAM PENYUSUNAN
RENCANA INDUK PERKERETAAPIAN NASIONAL
Setijadi
setijadi@SupplyChainIndonesia.com

www.SupplyChainIndonesia.com

in

Supply Chain Indonesia

f

Supply Chain Indonesia

@SupplyChainID1

OUTLINE

1


PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL

2
3

CONTOH KASUS POTENSI PENGEMBANGAN
PENGANGKUTAN BARANG DAN KOMODITAS

4

PROGRAM PENGEMBANGAN KONEKTIVITAS NASIONAL

5
6

PROGRAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

PERMASALAHAN DAN TANTANGAN KERETA API BARANG


KESIMPULAN
2

1
PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL

3

KINERJA PEREKONOMIAN INDONESIA 2015-2017
2016
YoY: 5,03

2015
YoY: 4,88

5,21

5,15

Q1


9,0

4,74

4,78

Q2

Q3

Q1

Q4

5,19
5,03

4,94
4,83


2017
YoY: 5,07

Q2

Q3

4,94

Q4

5,01

5,01

Q1

Q2


5,06

Q3

Q4

PERBANDINGAN KINERJA PEREKONOMIAN BEBERAPA EMERGING ECONOMIES
DALAM 10 TAHUN TERAKHIR
7,4

G20 & BRICS
5,6
3,7

3,5

3,3

2,7


2,3

2,1

2,1

2,0

1,6

1,5

1,3

1,2

1,1

0,8


0,4

Sumber: Menteri Keuangan Republik Indonesia, Indonesia Outlook: Striking the Right Balance between Reform and Growth, Mandiri Investor Forum, 7 Februari 2018.

0,6

4

DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK BRUTO DAN PERTUMBUHANNYA
MENURUT LAPANGAN USAHA TAHUN 2017
Industri Pengolahan
Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

13,14

3,81

Perdagangan Besar & Eceran; Reparasi Mobil & Sepeda Motor

13,01


4,44

Konstruksi

10,38

6,79

Pertambangan

7,57

0,69
5,41

Transportasi dan Pergudangan
4,2

Jasa keuangan dan Asuransi


Adm, Pemerintahan, Pertahanan, dan Jaminan sosial

2,06

8,49

5,48

3,8

Informasi dan Komunikasi

9,81

3,7

Distribusi (%)
Pertumbuhan (%)


3,29
3,66

Jasa Pendidikan

2,85

Akomodasi dan Makan minum

5,55

2,79
3,68

Real Estate
Jasa lainnya

1,76

Jasa perusahaan


1,75

Listrik dan Gas

1,19
1,54

8,66
8,44

1,07

Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

0,07

Air, Sampah, Limbah, dan Daur Ulang
0
Sumber: BPS

20,16

4,27

6,79
4,61
5

10

15

20

25

5

DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK BRUTO TERKAIT LOGISTIK
Pertanian,
Kehutanan,
dan
Perikanan
12%

Jasa-jasa
20%

Industri
Pengolahan
Migas
18%

Informasi dan
Komunikasi
3%

• Transportasi dan pergudangan
berkontribusi terhadap PDB sebanyak 5%.
Rp

Konstruksi
9%
Perdagangan
11%

647.154,3

Industri
Pengolahan Non
Migas
16%
Transportasi &
Pergudangan
5%

• Angkutan darat mendominasi sektor
transportasi dan pergudangan.

• Angkutan udara memberikan kontribusi
terbesar kedua (28%) walaupun volume barang
yang didistribusikan hanya sekitar 0,05%.

miliar

Pergudangan
dan Jasa
Penunjang
Angkutan; Pos
dan Kurir
16%

DISTRIBUSI PDB SEKTOR TRANSPORTASI &
PERGUDANGAN 2016

Angkutan Rel
1%

Angkutan Udara
28%

Angkutan
Sungai Danau &
Penyeberangan
2%

Angkutan Laut
6%

Angkutan Darat
47%

Keterangan: Data BPS 2015: Angka sangat sementara, 2016: Angka sangat sangat sementara

Pertambangan
dan Penggalian
6%

DISTRIBUSI PRODUK DOMESTIK BRUTO 2016

Sumber: BPS, analisis oleh Supply Chain Indonesia

6

700.000

800.000

700.000

800.000

INDUSTRI PENGOLAHAN MIGAS

PDB (Rp Miliar)

INDUSTRI PENGOLAHAN NON-MIGAS

Data BPS

Proyeksi SCI

Data BPS

Proyeksi SCI

7

Sumber: BPS, diolah oleh Supply Chain Indonesia (2017)

500.000

TRANSPORTASI & PERGUDANGAN

TW I-2014
TW II-2014
TW III-2014
TW IV-2014
TW I-2015
TW II-2015
TW III-2015
TW IV-2015
TW I-2016
TW II-2016
TW III-2016
TW IV-2016
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018

400.000

300.000

200.000

100.000

0

800.000

700.000

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

600.000

Data BPS

Proyeksi SCI

Data BPS

Proyeksi SCI

100.000

0

600.000

500.000

400.000

300.000

KONSTRUKSI

TW I-2014
TW II-2014
TW III-2014
TW IV-2014
TW I-2015
TW II-2015
TW III-2015
TW IV-2015
TW I-2016
TW II-2016
TW III-2016
TW IV-2016
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018

PDB (Rp Miliar)

TW I-2014
TW II-2014
TW III-2014
TW IV-2014
TW I-2015
TW II-2015
TW III-2015
TW IV-2015
TW I-2016
TW II-2016
TW III-2016
TW IV-2016
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018

200.000

100.000

0

800.000

700.000

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

0
TW I-2014
TW II-2014
TW III-2014
TW IV-2014
TW I-2015
TW II-2015
TW III-2015
TW IV-2015
TW I-2016
TW II-2016
TW III-2016
TW IV-2016
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018

PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI PDB 2014-2018 [1]

PDB (Rp Miliar)

PDB (Rp Miliar)

PDB (Rp Miliar)

800.000

700.000

800.000

PERTANIAN, KEHUTANAN, DAN PERIKANAN

700.000

PDB (Rp Miliar)

PERDAGANGAN

Data BPS

Proyeksi SCI

Proyeksi 1

Proyeksi 2

Proyeksi 3

Data BPS

8

Sumber: BPS, diolah oleh Supply Chain Indonesia (2017)

500.000

PERTAMBANGAN & PENGGALIAN

TW I-2014
TW II-2014
TW III-2014
TW IV-2014
TW I-2015
TW II-2015
TW III-2015
TW IV-2015
TW I-2016
TW II-2016
TW III-2016
TW IV-2016
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018

400.000

300.000

200.000

100.000

0

800.000

700.000

600.000

500.000

400.000

300.000

600.000

Data BPS

Proyeksi SCI

Data BPS

Proyeksi SCI

200.000

100.000

0

600.000

500.000

400.000

INFORMASI & KOMUNIKASI

TW I-2014
TW II-2014
TW III-2014
TW IV-2014
TW I-2015
TW II-2015
TW III-2015
TW IV-2015
TW I-2016
TW II-2016
TW III-2016
TW IV-2016
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018

PDB (Rp Miliar)

TW I-2014
TW II-2014
TW III-2014
TW IV-2014
TW I-2015
TW II-2015
TW III-2015
TW IV-2015
TW I-2016
TW II-2016
TW III-2016
TW IV-2016
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018

300.000

200.000

100.000

0

800.000

700.000

600.000

500.000

400.000

300.000

200.000

100.000

0
TW I-2014
TW II-2014
TW III-2014
TW IV-2014
TW I-2015
TW II-2015
TW III-2015
TW IV-2015
TW I-2016
TW II-2016
TW III-2016
TW IV-2016
TW I-2017
TW II-2017
TW III-2017
TW IV-2017
TW I-2018
TW II-2018
TW III-2018
TW IV-2018

PERKEMBANGAN DAN PROYEKSI PDB 2014-2018 [2]

PDB (Rp Miliar)

DISTRIBUSI PEREKONOMIAN DAN PERTUMBUHANNYA
BERDASARKAN WILAYAH TAHUN 2017

6,11

21,66
%

8,20
4,30

%

%

%

4,33

6,99
%

%

2,43
%

4,89
%

3,11
%

58,49

3,73
%

%

5,61
%

Distribusi
Pertumbuhan
Sumber: BPS

9

2
PROGRAM PEMBANGUNAN PEREKONOMIAN

10

PROYEK STRATEGIS NASIONAL TERDIRI DARI 245 PROYEK
DAN 2 PROGRAM ESTIMASI TOTAL INVESTASI RP 4.417 T (PER 19 DESEMBER 2017)

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Mengelola Potensi Ekonomi 2018, Seminar KEIN, 17 Januari 2018.

11

PEMBANGUNAN 16 ZONA INDUSTRI

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Mengelola Potensi Ekonomi 2018, Seminar KEIN, 17 Januari 2018.

12

PEMBANGUNAN 11 KAWASAN EKONOMI KHUSUS

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Mengelola Potensi Ekonomi 2018, Seminar KEIN, 17 Januari 2018.

13

PEMBANGUNAN 10 KAWASAN STRATEGI PARIWISATA NASIONAL

Sumber: Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, Mengelola Potensi Ekonomi 2018, Seminar KEIN, 17 Januari 2018.

14

3
CONTOH KASUS POTENSI PENGEMBANGAN
PENGANGKUTAN BARANG DAN KOMODITAS

15

PETA VOLUME EKSPOR PER WILAYAH ASAL
MELALUI PELABUHAN TANJUNG PRIOK (TAHUN 2016)*
Tanggerang

Jakarta Utara&Timur

Bekasi

9%

38%

20%

Karawang

18%
Cilegon&Serang

Purwakarta

5%

5%

Bogor

2%
Bandung

4%

* Analisis Supply Chain Indonesia (2017) berdasarkan sekitar 70% volume ekspor melalui Pelabuhan Tanjung Priok dari
wilayah sekitar Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten

16

PETA VOLUME IMPOR PER WILAYAH ASAL
MELALUI PELABUHAN TANJUNG PRIOK (TAHUN 2016)*
Tanggerang

Jakarta Utara&Timur

Bekasi

8%

44%

13%

Karawang

20%
Cilegon&Serang

Purwakarta

1%

5%

Bogor

6%
Bandung

3%

* Analisis Supply Chain Indonesia (2017) berdasarkan sekitar 70% volume impor melalui Pelabuhan Tanjung Priok dari
wilayah sekitar Jakarta, Provinsi Jawa Barat, dan Provinsi Banten

17

PETA KAWASAN INDUSTRI DI TIMUR JAKARTA

http://mediatataruang.com/wp-content/uploads/2016/04/pabrik5.jpg

18

ANGKA POTENSI SUMBER DAYA IKAN DI INDONESIA
(JUTA TON/TAHUN)

12,54*

13
12
11

9,93

10
9
8
7

6,19

6,4

6,41

1999

2001

6,52

7,31

6
5
4

3
2
1
0
1997

2011

2013

2015

2017

*) Kepmen KP No. 50/KEPMEN-KP/2017

Sumber: Pengembangan Logistik Ikan untuk Mendukung Industri Perikanan Nasional, Ditjen PDS-KKP,
Marine & Fisheries Business & Investment Forum KKP, Jakarta, 12 Feb. 2018

19

POTENSI WILAYAH PENGELOLAAN PERIKANAN INDONESIA
DAN LOKASI PELABUHAN PERIKANAN

WPP-NRI 716

WPP-NRI 711
665.754 ton
(11,03%)

WPP-NRI 571
489.920 ton
(8,11%)
PP Idi

327.364 ton
(5,42%)

WPP-NRI 712

WPP-NRI 715

1.081.178 ton
(17,91%)

482.035 ton
(7,98%)

WPP-NRI 717
161.496 ton
(2,67%)

PP. Lampulo
PP. Belawan
Medan
PP. Bitung

PP. Pemangkat
PP. Sibolga
PP. Bungus

PP. Kwandang

Pontianak

PP.Ternate
Sorong

PP. Sungailiat

WPP-NRI 572
602.148 ton
(9,97%)

PP. Kendari
PP. Tanjung Pandan

Makassar

PP. Karangantu
Semarang
Serang PP. Kejawanan
PP. Brondong
PP. Nizam Zachman
Surabaya
Jakarta
PP. Pekalongan
Bandung
PP. Pengambengan
PP. Pelabuhan Ratu
Bali
PP. Cilacap
PP. Prigi

PP. Ambon

PP. Tual

Kupang

WPP-NRI 714
604.515 ton
(10,01%)

WPP-NRI 573
459.749 ton
(7,61%)
KETERANGAN :
Lokasi PPS (7)

WPP-NRI 713

WPP-NRI 718
413.118 ton
(6,84%)

750.377 ton
(12,43%)

Lokasi PPN (16)
Lokasi PPP (44)
Lokasi PPI (1038)

Sumber: KKP dan Statistik Perikanan Tangkap di Laut Menurut Wilayah WPPNRI 2005-2015

20

SEBARAN COLD STORAGE

Cold Storage KKP (2009-2015)

Single Cold Storage KKP (2016)

Cold Storage Swasta (importir)

Sumber: Pengembangan Logistik Ikan untuk Mendukung Industri Perikanan Nasional, Ditjen PDS-KKP,
Marine & Fisheries Business & Investment Forum KKP, Jakarta, 12 Feb. 2018

21

4
PROGRAM PENGEMBANGAN
KONEKTIVITAS NASIONAL

22

PROGRAM TOL LAUT: PETA TRAYEK TOL LAUT TAHUN 2018

Natuna
(Selat Lampa)
Tarempa

Marore
Miangas

P. Sebatik
(Sungai Nyamuk)

Serasan

Tahuna

Kakorotan

Kahakitang

Melangoane

Buhias

Nunukan

Tobelo

Biaro

Midai

Morotai
(Daruba)

Lirung

Tagulandang

Maba
Sangatta
P. Nias
(Gn. Sitoli)

Tidore

Tlk. Bayur

P. Gebe

Oransbari

Blinyu

Obi

Tg. Batu

Bengkulu

Mentawai
(Sikakap)

Belang-Belang

Wasior

Waren

Namrole

Kaimana

Tg.Priok

Kalabahi

Tg. Perak

(Subsidi Container)

T-6 =
T-7 =
T-8 =
T-9 =
T - 10 =

Dobo

Wanci

Larantuka

Kapal Penghubung =

Timika
Agats

Kisar

Lewoleba

Saumlaki

Moa
T - 11 =
T - 12 =
T - 13 =
T - 14 =
T - 15 =

Sarmi

Nabire

Makassar

Kapal Utama =

Teba

Serui

FakFak

Namlea

Enggano

T-1=
T-2=
T-3=
T-4=
T-5=

Biak

Sanana

Merauke

Adonara
(Terong)
Rote
Sabu (Biu) (Ba’a)

Pelabuhan yang Diusahakan
Pelabuhan yang Tidak Diusahakan

23

CONTOH INTEGRASI PROGRAM TOL LAUT DAN
PEMBANGUNAN SEKTOR PERIKANAN
Membangun industri baru berbasis kawasan di pulau-pulau terluar, mendekatkan dengan gateway ekspor
Lokasi 12 SKPT
Tahun 2017
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Natuna
Saumlaki
Merauke
Mentawai
Nunukan
Talaud
Morotai
Biak Numfor
Mimika
Rote Ndao
Sumba Timur
Sabang

Sumber:
- Rute Tol Laut:
Kementerian
Perhubungan, 2016
- SKTP 2017: KKP,
2016
dalam materi “Sistem
Logistik Ikan Nasional
(SLIN), Direktorat
Logistik KKP pada FGD
Biaya Logistik, Bogor,
29 November 2017.

24

5
PERMASALAHAN DAN TANTANGAN
KERETA API BARANG

25

KELEBIHAN KERETA BARANG
Supply Chain Indonesia (2017)

KAPASITAS

Emisi gas buang
10-12,5% dari truk

Kapasitas besar:
50 gerbong @15ton

WAKTU
TEMPUH

POLUSI

Pertimbangan
subsidi

1 KA =
75 truk

Waktu tempuh
lebih pasti

KEUNGGULAN

KERETA
BARANG

EFISIENSI
BBM
,,,

KEAMANAN

Lebih aman dari
tindak kejahatan
Lebih aman dari
tindak pungli

26

KEKURANGAN KERETA BARANG
AKSESIBILITAS

Terbatas
(antar stasiun)

Biaya investasi mahal
Bisa lebih mahal
daripada truk

BIAYA
TOTAL

Bisa lebih lama
daripada truk

FLEKSIBILITAS

Jadwal tetap

KELEMAHAN
KERETA
BARANG

WAKTU
TOTAL

HANDLING

Handling
tambahan di
stasiun

Supply Chain Indonesia (2017)

27

ORIENTASI PENGGUNA KERETA BARANG

CAKUPAN
LAYANAN

KETERSEDIAAN

FLEKSIBILITAS

• Layanan
dimulai dari
lokasi muat
pabrik
sampai
dengan
Stasiun
Pasoso (dock
to ramp
Pasoso) dan
Stasiun
Pasoso ke
container
yard (CY)

• Ketersediaan
space sesuai
dengan hasil
pengkajian
delivery time
dan vessel
departure
schedule.

• Jadwal bisa
mengakomo
dir
kebutuhan
delivery time
dan mampu
menampung
kontainer
bila ada
kebutuhan
early
stacking.

JADWAL
• Jadwal harus
memperhitu
ngkan
rencana
pengiriman
barang dari
sisi
operasional
pabrik dan
jadwal
keberangkata
n di
Pelabuhan
Tanjung
Priok.

KEHANDALAN

KEMUDAHAN

• Kehandalan
rute dengan
waktu
tempuh yang
lebih cepat
dibanding
dengan
trucking dan
emergency
response bila
terjadi back
log, misalnya
kereta
anjlog.

• Kemudahan
layanan one
stop service
dan door-todoor

BIAYA
• Biaya secara
keseluruhan
harus lebih
kompetitif
daripada
dengan
trucking.

28

PELUANG DAN KEBUTUHAN DUKUNGAN

PENINGKATAN DAYA SAING KERETA BARANG

1

3

Aksesibilitas antara stasiun ke sentrasentra industri dan konsumen maupun
koneksi ke simpul-simpul transportasi,
termasuk pelabuhan dan bandara.

Profesionalisme Manajemen
penanganan barang di stasiun

5

2

4

Infrastruktur stasiun:
- Emplasemen bongkar muat barang
- Peralatan bongkar muat barang
- Gudang dan lapangan penumpukan
- Fasilitas penunjang, misal: reefer plug

Kerja sama dengan penyedia jasa logistik
dalam pengembangan, pengoperasian
berbagai fasilitas terkait, sebagai konsolidator
pengiriman barang, dan untuk meminimalkan
biaya pickup dan delivery.

Kebijakan dan regulasi yang mendorong
penggunaan kereta api untuk pengangkutan
barang.

29

TANTANGAN PENGEMBANGAN KERETA BARANG
Peningkatan volume pengangkutan barang dan jaringannya

Peningkatan ketersediaan, kapasitas, dan teknologi fasilitas penanganan

barang/komoditas
Penurunan tingkat kepadatan lalu lintas dan polusi karena pengurangan lalu lintas
jalan
Penurunan biaya logistik karena pengurangan penanganan barang selama transportasi.

Peningkatan return on investment bagi transporter dengan pertambahan ritase,
peningkatan usia kendaraan, dan pengurangan biaya operasional dan pemeliharaan armada.
Peningkatan kerja sama para pihak terkait.
Supply Chain Indonesia (2016)

30

6
KESIMPULAN

31

KESIMPULAN [1]
1

Perencanaan strategis perkeretaapian diperlukan dalam mendukung pertumbuhan
ekonomi nasional, termasuk terhadap program strategis nasional

2

Analisis pertumbuhan per sektor barang/komoditas dalam perencanaan dukungan
kereta api barang

3

Penyiapan dukungan layanan perkeretaapian sesuai komoditas dan barang, termasuk
dengan penyiapan infrastruktur dan teknologinya

4

Dukungan perkeretaapian sebagai penghubung zona/kawasan ekonomi dan industri

5

Perlu perumusan keterkaitan dan dukungan perkeretaapian dalam program
konektivitas nasional

32

KESIMPULAN [2]
6

Biaya logistik Indonesia yang mahal terjadi antara lain karena ketidakseimbangan
peranan dan tidak terintegrasinya moda transportasi barang.

7

Penghapusan PPN akan menurunkan biaya, sehingga akan meningkatkan daya

8
9
10

saing kereta barang.

Peningkatan daya saing kereta barang perlu dilakukan secara komprehensif
terhadap tujuh faktor: cakupan layanan, ketersediaan, fleksibilitas, jadwal,
kehandalan, kemudahan, dan biaya.

Peluang dan kebutuhan dukungan peningkatan daya saing kereta barang:
aksesibilitas, infrastruktur, profesionalisme manajemen, kerja sama, serta kebijakan
dan regulasi.
Kebutuhan sinergi para pemangku kepentingan untuk meningkatkan kinerja KA
barang: pemilik barang, TPK, freight forwarder, pengelola pelabuhan, transporter
(trucking), dan masyarakat.
33

EDUCATION

|

TRAINING

Taman Melati B1/22 Pasir Impun, Bandung 40194
Phone : +62 22 720 5375
Mobile : +62 821 1515 9595
E-mail : sekretariat@SupplyChainIndonesia.com

|

CO NSULTING

|

RESEARCH

|

DEVELOPMENT

Website : www.SupplyChainIndonesia.com

LinkedIn : Supply Chain Indonesia

Mailing list : SupplyChainIndonesia@googlegroups.com

Facebook : Supply Chain Indonesia

Mailing list : jasa-logistik@googlegroups.com

@SupplyChainID

34