Pemikiran Politik Indonesia dan yang

1 a. Penistaan agama yang dilakukan oleh Basuki Cahaya Purnama alias Ahok yang pada saat kejadian
masih berstatus sebagai Gubernur DKI Jakarta bertempat di Kepulauan Seribu di acara sosialisasi yang
merupakan kegiatan kedinasan dengan menyebutkan tentang “surat Al-Maidah ayat 51” dianggap
sebagai penistaan agama terhadap Islam oleh banyak pihak khususnya dari para ulama dan sebagian
besar umat Islam. Tudingan itu bukan tanpa alasan karena disampaikan oleh Ahok yang sejatinya bukan
hanya sebagai Gubernur tapi juga sebagai salah satu orang asal etnis Tionghoa dan non Muslim, maka
dianggap sebagai penyulut emosi banyak umat islam.
Kasus ini yang disambut oleh banyak pelaporan kepada kepolisian dengan delik penistaan agama oleh
berbagai pihak dari mulai Ulama, para aktivis sosial, dan masyarakat lainnya di berbagai daerah. Dan
menimbulkan berbagai gerakan sosial keagamaan karena mulai menyangkut ke ranah SARA. Karena oleh
berbagai Ulama khususnya dari MUI dan ormas Islam pernyataan tersebut sangat menyakiti umat Islam
dan para ulama yang dianggap menjadi kambing hitam dalam pernyataan ahok yang selalu
menggunakan “surat Al-Maidah ayat 51”.
Kasus ini menjadi salah satu issue nasional yang saat ini sangat santer diperbincangkan karena berbagai
elemen keagamaan dan kemasyarakatan di seluruh Nusantara memulai banyak pergerakan dan protes
kepada pihak kepolisian untuk segera memproses secara hukum saudara Ahok seperti kasus-kasus
penistaan agama lainnya yang pernah terjadi sebelumnya di Indonesia yang segera diproses. Kasus ini
berlarut-larut dan menimbulkan konflik horizontal antar masyarakat karena mulai masuk ke ranah agama
dan etnis, banyak oknum yang mulai saling serang dari membuat berita-berita menyerang antar berbagai
kelompok sampai menimbulkan dua pihak yang pro dan kontra. Sehingga keutuhan NKRI diertaruhkan
dengan kasus penistaan agama ini karena dua kelompok besar yaitu kelompok yang mendukung ahok di

adili karena dianggap menistakan agama dan kelompok pendukung ahok yang semuanya saat ini sudah
merambah ke berbagai wilayah di Indonesia. Konflik terus bermunculan dan masyarakat meminta
ketegasan dari pemimpin Negara yaitu dalam hal ini Presiden supaya kasus ini tidak berkepanjangan.
b. Kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok yang terjadi pada saat menjabat sebagai Gubernur
DKI Jakarta menjadi perbincangan dan konflik di berbagai wilayah bukan tanpa alasan, permasalahan ini
juga menimbulkan banyak gerakan sosial mendukung fatwa MUI bahwa ahok bersalah Karena dianggap
menghina al-Quran dan para ulama dengan menyebut kalimat “jangan mau ditipu pakai surat Al-Maidah
51”. Hal ini menjadi sangat besar dari masyarakat kecil sampai para pengusaha dan elit parpol ikut masuk
dalam konflik tersebut karena kejadiannya terjadi menjelang Pilgub DKI Jakarta 2017, ahok sebagai
gubernur petahana yang sudah menjadi Calon Gubernur DKI Jakarta dipilkada serentak 2017 dianggap
melakukan kesalahan yang sangat fatal, karena dia sebagai Gubernur aktif juga sebagai calon membahas
hal yang mengarah ke ranah SARA.
Sebelum kejadian semua bakal calon Gubernur DKI sudah menyatakan siap dan komitmennya untuk
tidak menyerang satu sama lain dengan kampanye-kampanye yang membahas mengenai agama dan
etnis karena notabene ahok merupakan calon Gubernur non Muslim dan salah satu dari etnis Tionghoa.
Tetapi Ahok sendiri lah yang mulai dengan membahas mengenai salah satu ayat di dalam al-Quran
padahal ahok saat ini sedang menjabat sebagai Gubernur dan tidak boleh melakukan kampanye
sedangkan isi surat Al-Maidah ayat 51 membahas mengenai pemimpin umat Islam.

Dan ini menjadi salah satu hal yang banyak dijadikan ajang kepentingan, banyak masyarakat yang

melakukan gerakan Bela Islam dengan sukarela tanpa pamrih dan materi ditumpangi oleh oknum-oknum
elit partai untuk ikut menyerang Ahok yang berstatus sebagai lawan politik di Pilgub DKI Jakarta.
Permasalahan ini semakin melebar dengan menyangkutpautkan berbagai hal dari mulai ketidaktegasan
Presiden dan kepolisian dalam menyelesaikan delik aduan penistaan agama yang dilaporkan terhdap
Ahok, dianggap Presiden yang sama-sama berasal dari partai pengusung Ahok membela dan
membekingi saudara Ahok. Dan juga menjadi pembahasan apakah ahok masih bisa mencalonkan diri
sebagai Calon Gubernur DKI jika sudah menjadi terpidana kasus penistaan agama, sehingga kasus ini
didorong untuk secepatnya diadili oleh Kepolisian, dan direspon dengan cepat melimpahkan ke
Kejaksaan dan Pengadilan.
Hal ini secara tidak langsung menguntungkan Calon Gubernur lainnya yang ikut mengomentari
permasalahan ini dan dalam proses kampanye yang semakin dekat menjadi leluasa karena Ahok
disibukkan dengan kasus hukumnya.
2. Rapat Paripurna DPR menyetujui perubahan atas Rancangan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD (UU MD3) menjadi undang-undang. Dalam peraturan yang baru ini
ada beberapa dihapus dan ada juga yang mengalami perubahan. Pasal yang mengalami perubahan itu
antara lain terkait dengan tugas dan wewenang DPR, komposisi pemimpin komisi dan Badan Legislasi
(Baleg), Badan Anggaran (Banggar), dan Badan Urusan Rumah Tangga (BURT).
Revisi Undang-Undang MD3 sangat kental dengan nuansa politis karena ini merupakan salah satu
kepentingan yang menguntungkan beberapa pihak parpol dalam mengisi jabatan di Lembaga Legislatif
baik itu MPR, DPR, DPD, maupun DPRD di daerah yang berasal dari partai politik (kecuali anggota DPD

RI). Kepentingan partai sangat kentara dalam pembahasan dan pengajuan revisi UU MD3, sistematika
penunjukkan pimpinan DPR dan MPR pun menjadi salah satu poin yang dianggap sangat krusial dalam
Revisi UU tersebut. Koalisi partai dengan jumlah kursi yang banyak sangat diuntungkan dalam
pembahasan penyempurnaan UU MD3. Beberapa partai dengan jumlah kursi banyak dan berkoalisi
diuntungkan dengan keinginan-keinginan yang menguntungkan partainya dalam mendukung usulanusulan penambahan Kursi Pimpinan DPR dan syarat prasyarat lain dalam pengisian jabatan yang bukan
hanya untuk DPR dan MPR tapi juga DPD.
Dalam hal ini pembahasan revisi UU MD3 oleh DPR dibuat dengan tenggat waktu yang pendek dan
dianggap tergesa-gesa karena dalam rangka mempersiapkan posisi kedepan karena Pileg 2019 semakin
dekat. Pembahasan UU MD3 juga dilaksanakan dengan banyak nuansa politis karena unsure DPD yang
tidak banyak dilibatkan dalam pembahasan Revisi padahal DPD juga masuk dalam UU MD3 tersebut.
Revisi UU MD3 ini dimaksudkan dengan tujuan memberikan kesan efektif dalam kinerja DPR, MPR, DPD
dan DPRD kedepan dalam rangka menjalankan roda pemerintahan. Perubahan pasal-pasal mengenai
tugas dan wewenang DPR RI, pengisian jabatan Pimpinan dan alat kelengkapan MPR, DPR, DPD dan
DPRD menjadi agenda utama untuk memperkuat fungsi Legislatif.
3. Rekonsiliasi birokrasi dengan demokrasi Indonesia saat ini menjadi cara untuk mengatasi
permasalahan kinerja birokrasi termasuk di era Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) – JK. Beberapa

reposisi penting terjadi dalam formasi Kabinet Kerja Presiden Jokowi, hal ini ditunjukkan dengan adanya
Reshuffle yang dilakukan Jokowi dalam masa pemerintahannya saat ini yang belum genap 3 tahun.
Rekonsiliasi politik Jokowi dengan mengajak beberapa partai yang tadinya tidak ikut mengusung dalam

Pilpres 2014 menjadi salah satu prestasi politik karena beberapa partai sekarang sudah menjadi mitra
pemerintah dan ikut koalisi Jokowi JK. Bukti rekonsiliasi dilihat dari diisinya posisi-posisi penting di
tingkatan Menteri dan pejabat setingkatnya dari beberapa partai yang mulai masuk mendukung jokowi
di tengah berjalannya pemerintahan Jokowi.
Stabilitas pemerintahan jokowi kedepan dilihat dari kekualatan politik mendapat posisi aman dengan
jumlah kursi di legislative yang mendukung pemerintahan Jokowi semakin besar berbanding dengan
pihak oposisi yang semakin mengecil dengan beberapa partai politik beralih untuk mendukung
Pemerintah. Walaupun diserang dengan berbagai issue permasalahan yang menyangkut dirinya Jokowi
mempunyai kekuatan yang besar untuk menstabilkan pemerintahan, baik itu issue stabilitas keuangan
dan keamanan. Beberapa menteri strategis memiliki loyalitas yang tinggi terhadap Jokowi JK.
Program-program pemerintah pun sampai akhir masa jabatan melihat kapabilitas Jokowi kemungkinan
besar akan berjalan mulus, dengan mendapat banyak perhatian masyarakat. Pola pemerintahan Jokowi
dengan pos-pos menteri saat ini yang lebih banyak masuk ke masyarakat grass root menambah titik
aman stabilitas Jokowi untuk menyelesaikan pemerintahannya sampai tahun 2019.
Berbagai problematika keamanan nasional dan konflik horizontal yang terjadi di masyarakat akan sedikit
menggoyang pemerintah bila reposisi pos-pos menteri melakukan kesalahan-kesalahan yang berujung
pada Presiden langsung.
4. a. Setiap partai politik mempunyai tugas dan kewajiban melakukan pendidikan politik kepada
masyarakat dan kadernya yang juga menjadi wakil rakyat baik di daerah, propinsi maupun di pusat. Partai
harus secara serius melakukan kaderisasi kepada para kadernya mengenai tujuan dan ideologi partainya

supaya para anggota partai politik dengan serius mengedepankan kepentingan masyarakat khususnya
masyarakat di daerah pemilihannya untuk sama-sama membangun dan mensejahterakan masyarakat.
Disisi lain partai politik yang menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya adalah kemakmuran masarakat
dengan mengedepankan tujuan Partai, maka partai politik dalam hal ini harus bisa melakukan
konsolidasi internal kader dalam meningkatkan kualitas para wakil rakyatnya yang duduk di DPR dan
DPRD. Banyaknya anggota Legislatif di daerah maupun pusat yang bukan kader asli partai (karbitan)
memberikan kesan dan preseden yang buruk terhadap kinerja partai. Partai harus selektif memilih kader
dalam kontestasi pemilu legislative yang nantinya akan merepresentasikan tujuan dan ideologi partai
tersebut. Jangan sampai orang-orang yang tidak mempunyai basic politik atau pemerintahan tadinya
secara langsung ikut dalam kontestasi pileg dan nantinya tidak bisa mengemban amanah rakyat yang
memilihnya. Agar kedepannya tingkat kepercayaan dan kepuasan masyarakat terhadap wakil rakyatnya
di daerah propinsi maupun pusat meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan kepercayaan dan
elektabilitas partai bukan hanya individunya.
b. Demokrasi di Indonesia menjadi salah satu demokrasi yang di anggap paling berjalan dibanding
dengan di Negara lain. Berbagai metoda demokrasi di jalankan setiap kepemimpinan Presiden. Timbul

banyaknya partai politik menjadi salah satu tolak ukur demokrasi di Indonesia berkembang sangat pesat.
Bahkan dianggap sedikit berlebihan, karena hampir setiap menjelang Pemilu partai baru bermunculan
dengan munculnya tokoh-tokoh partai lama yang keluar dan membuat partainya sendiri. Indonesia
menjadi Negara dengan partai terbanyak di dunia, karena syarat mendirikan partai politik pun

dipermudah melaui aturan perundang-undangan.
Dengan transisi demokrasi di setiap generasinya diharapkan para pemimpin pemerintahan dan lembaga
Negara lainnya baik Presiden, MPR, DPR dan DPD RI bisa mengarahkan demokrasi di Indonesia menjadi
salah satu demokrasi yang bebas tapi terbatas dengan arti setiap hak masyarakat untuk menyampaikan
pendapat dan pandangannya serta hak untuk berkelompok harus dibatasi dengan aturan perundangundangan untuk selalu menjaga stabilitas dan kondusifitas Negara. Dimaksudkan masyarakat
mendapatkan pengaruh supaya lebih makmur dan sejahtera, ekspektasi tersebut bukan tidak mungkin
bila ketegasan dari para Decission Maker dan kesamaan persepsi mengenai demokrasi dari setiap stake
holder di Negara ini.
c. Saat ini demokrasi di Indonesia di representasikan dengan adanya partai politik dan hak politik setiap
masyarakat Indonesia. Setiap posisi dan jabatan Eksekutif dan Legislatif di isi dengan orang-orang partai
politik. Dimulai dari Presiden-Wakil Presiden, jabatan Menteri dan setingkatnya, serta anggota MPR, DPR
dan DPRD tingkat propinsi dan kabupaten. Berhasil atau tidaknya demokrasi di Indonesia saat ini bisa
dilihat dari kinerja para petinggi pemerintah baik Eksekutif maupun legislatif yang berasal dari Partai
politik. Efektifitas dan efisiensi kinerja para kader Parpol saat ini masih belum maksimal karena memang
banyak hambatan dan kendala internal dan eksternal. Kurangnya konsolidasi internal parpol menjadi
salah satu sebab kurang efektifnya kinerja para wakilnya di eksekutif dan legislatif dengan tidak seriusnya
kaderisasi dan pendidikan politik terhadap kadernya. Sehingga kualitas kader partai tidak sebanding
dengan kuantitas orang yang duduk di dalam pemerintahan, kualitasnya masih banyak dipertanyakan
oleh masyarakat yang merapa tidak puas dengan adanya partai politik dan para politisi di internal
pemerintahan yang lebih mementikan kepentingan partai di banding kepentingan masyarakat dan

Negara. Terlalu banyak konflik antar elit partai yang meberikan efek negatif terhadap berbagai kinerja
Pemerintah, sehingga acap kali dianggap tidak serius dalam berbagai komitmen pemerintah yang selalu
dikampanyekan seperti memberantas Korupsi, Narkoba bahkan teroris yang semakin hari semakin
menjadi.

1. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya yang terdiri dari berbagai Suku, Agama, Ras,
dan golongan yang di persatukan dalam satu Negara Indonesia. Masyarakat didalamnya juga

tidak bisa lepas dari setiap hal tersebut ang mewakili dirinya, kadang rasa primordialism muncul
dalam setiap masyarakat. Akan tetapi pancasila merupakan ideologi yang harusnya
mempersatukan bangsa ini. Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah Indonesia di lingkup
Eksekutif dan Legislatif juga harus menjunjung tinggi nilai-nilai dan norma yang berlaku di
Negara ini. Politisi perwakilan parpol yang berada di eksekutif maupun legislatif harus samasama menjunjung tinggi nilai moral dan etika dalam berbangsa dan bernagara dan dalam
menjalankan roda pemerintahan bangsa ini. Moral dan etika ini menjadi dasar setiap politisi
dalam membuat pencitraan kepada masyarakat, politisi harus menjadi contoh bagi masarakat
dalam setiap kehidupannya karena sudah menjadi pejabat publik. Banyak contoh politisi di
Indonesia yang tidak mengindahkan nilai dan norma moral serta etika yang akhirnya terjerumus
dalam kehidupan yang akhirnya mematikan karir politisi tersebut. Ada beberapa kasus politisi
Indonesia yang menjabat sebagai anggota DPRD, DPR, Bupati/walikota, bahkan Gubnernur yang
tersangkut kasus moral seperti perzinahan dan pemukulan. Ada juga beberapa politisi yang

melanggar nilai etika politik dan kehidupan dengan tidak menjaga dalam berkomunikasi sehingga
banyak dihujat dalam berbagai media.
2. Feminisme merupakan gerakan perjuangan para kaum hawa untuk mendapatkan kesetaraan dan
persamaan derajat dengan para laki-laki. Feminisme adalah wajah dari banyak perempuan dan
laki-laki, yang terwujud dalam pemikiran-pemikiran dan ekspresi berbeda, semuanya dengan
tujuan sama untuk membangun kesetaraan untuk perempuan di semua wilayah kehidupan
mereka. Empat tuntutan pertama dalam gerakan feminism dulu adalah kesetaraan
gaji, kesempatan sama atas pendidikan dan pekerjaan, jaminan hak-hak reproduksi,
dan penghapusan kekerasan atau pemaksaan seksual tanpa memandang status pernikahannya.
Sejarah feminisme di Indonesia telah dimulai pada abad 18 oleh RA Kartini melalui hak yang
sama atas pendidikan bagi anak-anak perempuan.
Di Indonesia banyak kasus-kasus yang mendiskriminasi kaum perempuan, diantaranya adalah
dalam lowongan pekerjaan yang banyak mendahulukan kaum laki-laki di banding perempuan
bahkan dalam sistem gaji pun ada beberapa perbedaan besaran kaum laki-laki denga
perempuan. Dalam perlindungan kaum perempuan pun kasus-kasus seperti asusila dan
pelecehan seksual terhadap kaum perempuan acap kali tidak mendapat keadilan dalam proses
hukumnya.
Selain itu penerapan ideologi feminism dalam politik khususnya yaitu dengan mengedepankan
kesetaraan gender di tingkatan birokrasi baik eksekutif dan legislatif. Di eksekutif contohnya
sudah banyak para Camat yang terdiri dari kaum perempuan dengan kepemimpinan yang

mempunyai cirri khasnya sendiri, bahkan sampai tingkatan Desa pun sekarang kepala Desa
banyak dari kaum perempuan yang dipilih oleh masarakat. Lain lagi di legislatif gerakan feminism
sudah di akomodir dengan setiap partai politik menyertakan 30 persen kaum perempuan sebagai
bakal calon anggota DPRD dan DPR RI untuk ikut dalam kontestasi pileg. Tapi sangat disayangkan
walaupun sudah banyak dari kaum perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR dan DPRD tapi
tidak serta merta memenuhi kuota 30 persen. Ada baiknya para pembuat Undang-Undang di
DPR RI membahas revisi pengisian kuota anggota DPR RI pun harus mencapai 30 persen dari
kuota. Dan saat ini kirah kaum perempuan dalam berpolitik berbangsa serta bernegara sudah
mendapat porsi yang sama dengan kaum laki-laki di Indonesia.
3. Moral dan etika para anggota legislatif masih banyak dikeluhkan oleh masarakat. Banyak anggota
DPR RI, DPRD propinsi maupun kabupaten yang tidak mengindahkan tentang moral dan etika
ketika sudah menjadi anggota legislatif atau wakil rakyat, dan harus menjadi panutan bagi

masyarakat yang diwakilinya, banyak terjadi kejadian-kejadian yang menimpa anggota legislatif
sehingga masyarakat mulai tidak percaya terhadap wakil rakyatnya. Misalnya kasus yang
berkaitan dengan pornografi dan pelecehan seksual sering terjadi dan tertangkap tangan
sehingga ramai di media masa, selain itu ada beberapa perkelahian atau keributan yang
dilakukan oleh anggota DPR bahkan ketika mereka melakukan pekerjaannya. Kejadian tersebut
merupakan preseden yang buruk bagi para politisi anggota DPR RI, DPRD propinsi maupun di
kabupaten.

Partai politik disini harus berperan penting untuk melakukan penekanan kaderisasi para anggota
legislatifnya sehingga mereka punya jiwa kepemimpinan yang menjunjung tinggi asas-asas etika
dan moral yang merepresentasikan budaya bangsa Indonesia. Pendidikan dan pelatihan yang
selama ini terbukti tidak efektif bagi mental para anggota legislatif harus mulai dirubah
metodenya. Disini ketua Umum Partai Politik bersama para jajarannya harus berperan aktif
untuk terus memonitoring dan mengevaluasi para anggotanya yang duduk di kursi DPR.
Revolusi mental di tataran angora Legislatif saat ini harus ekstra di lakukan karena memang
sebagian besar para wakil rakyat kita yang duduk di kursi DPR DPD DPRD Propinsi dan kabupaten
belum tertanam rasa loyalitas dalam mengabdi, kebanyakan belum paham pola kerjanya sendiri,
dan etos kerja yang kecil masih sangat kentara di diri pribadi para anggota legislatif di Indonesia.
Pola revolusi mental harus di tanamkan bersama-sama para pengurus Partai Politik di tingkatan
pusat sampai ke daerah dengan mengikutsertakan pihak pimpinan daerah yang notabene
sebagian besar juga adalah para tokoh partai politik (dalam hal ini Presiden-Wakil Presiden,
Gubernur dan Bupati) serta juga tokoh masyarakat dan tokoh agama bersama-sama menerakan
revolusi mental ke para anggota Legislatif.
4. Pemilukada serentak tahun 2017 yang terdiri dari pemilukada di 7 Propinsi dan 76 Kabupaten
dan 18 Kota di seluruh Indonesia memang menjadi salah satu komitmen Pemerintah Pusat
dengan KPU sebagai penyelenggaranya dalam efektifitas dan efisiensi pelaksanaan Pilkada di
seluruh Indonesia baik dari segi anggaran dan pelaksanaan. Saat ini dI Pemilukada serentak 2017
yang paling menyorot perhatian adalah Pilkada DKI Jakarta dalam memilih Gubernur-Wakil

Gubernurnya, yang saat ini memiliki 3 pasangan calon dalam kontestasi Pemilukada. Banyak
alasan kenapa pemilukada DKI Jakarta menjadi sorotan Nasional. Bahkan nuansa dan
atmosfernya dianggap setara dengan kontestasi Pilpres. Pilkada DKI Jakarta dianggap menjadi
tolak ukur berhasilnya pemilukada serentak di 2017, partai politik pengusung melakukan
pertarungan dalam pilkada di DKI ini menjadi salah satu agenda utama kemengan menghadapi
Pemilukada serentak 2018, Pileg dan Pilpres di 2019. Pilkada DKI bukan hanya menjadi
pertarungan para pasangan calon, tapi juga pertarungan para partai politik besar di Indonesia,
koalisi parpol juga menjadi tolak ukur mengapa pilkada DKI menjadi sorotan, termasuk tokoh
partai di dalamnya. Pasangan No urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di dukung
oleh beberapa Partai yaitu Demokrat, PAN, PKB, PPP, no urut 2 Basuki Cahaya Purnama (Ahok)Djarot didukung oleh PDIP, Golkar, Hanura, Nasdem dan no urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno
didukung oleh Partai Gerindra dan PKS. Beberapa tokoh di partai pengusung yang notabene
adalah para mantan Presiden dan calon Presiden menjadi sorotan pertarungan dibelakangnya
yaitu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketum Demokrat sekaligus ayah dari paslon no 1 Agus
Harimurti Yudhoyono, Megawati Ketum PDIP sebagai pengusung paslon no 2, dan Prabowo
Sugianto Ketum Partai Gerindra sebagai pengusung paslon no 3. Pemilukada DKI Jakarta juga di
barengi dengan berbagai issue nasional yang saat ini menghangat di tanah Nusantara, yaitu salah
satunya issue SARA yang menimpa Ahok yang menimbulkan gerakan sosial agama dari berbagai
daerah di Indonesia.
5. A. Cara memperbaiki kualitas anggota legislatif yang saat ini banyak tersandung kasus hukum di
khususnya kasus Korupsi, Kolusi, Nepotisme dan Gartifikasi serta yang saat ini sedang di galakkan

yaitu kasus Pungutan Liar yang banyak merebak di pemerintahan Indonesia khususnya yang
dilakukan oleh para anggota Legislatif, yaitu dengan adanya revolusi mental dan penekanan dari
para petinggi Partai Politik sebagai perahu duduknya para wakil rakyat di DPR untuk
meningkatkan etos kerja para anggota legislatif dan menanamkan pola budaya kerja di Indonesia
dengan berdasarkan asas nilai dan norma begitupula moral dan etika yang merupakan
bagiannya. Hal tersebut bisa dengan mengarahkan para anggota legislatif dalam kegiatankegiatan penguatan internal partai dan lembaga legislatif.
B. dalam meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lembaga legislatif di Indonesia
Baik lembaga legislatif pusat maupun di daerah harus dengan beberapa startegi politik yang bisa
bersinergi dengan pemerintah terutama dalam pelaksanaan program pemerintah yang pro
rakyat harus di barengi dengan turunnya para anggota eksekutif dengan legislatif yang sejatinya
berperan sebagai lembaga pengawasan. Publikasi program pro rakyat tersebut di era
modernisasi saat ini harus dilaksanakan diberbagai media publikasi yaitu dengan media televise,
cetak dan media sosial yang banyak di pakai masyarakat dari mulai masyarakat bawah sampai
masyarakat kelas atas. Yang kedua adalah dengan menyelesaikan berbagai peraturan perundangundangan yang menjadi agenda lembaga legislatif dalam jangka waktu yang tidak berlarut-larut
dan mengedepankan penyelesaian perundang-undangan atau peraturan yang lebih banyak
berkenaan langsung dengan masyarakat. Yang terakhir adalah menindak tegas anggota legislatif
yang mempunyai masalah moralitas yang merusak citra lembaga sehingga menurunnya tingkat
kepercayaan masyarakat.

1. Salah satu pemikiran Mahatma Gandhi adalah 7 dosa sosial yang dikemukakan pada tahu 1925,
dan saat ini masih tetap relevan dengan kondisi kekinian di banyak Negara, termasuk Indonesia.
Dosa-dosa sosial ini merupakan problematika karakter Bangsa termasuk yang terjadi di
Indonesia. Problem karakter bangsa ini akan terlihat nyata ketika dihadapkan pada realitas

problematika sosial-budaya masyarakat bangsa Indonesia. Dosa sosial yang dikemukakan oleh
Mahatma Gandhi diantaranya Polititk tanpa prinsip, kekayaan tanpa proses kerja, kesenangan
yang dinikmati tanpa suara hati, ilmu pengetahuan tanpa karakter, perniagaan tanpa
mengindahkan nilai moral, sains yang melupakan sisi kemanusiaan, dan ibadah tanpa melewati
jalan pengorbanan. Sebagaimana Pancasila yang dirumuskan dengan tata urutan mekanisme
reaksi berantai sebab-akibat, 7 dosa sosial juga bekerja dengan cara yang sama. Dalam lingkup
Indonesia, kita tidak bisa mengkhianati kebenaran tentang sebuah kenyataan pada seluruh aspek
kehidupan bangsa Indonesia, baik yang asasi maupun yang non-asasi.
Dalam rangka problem karakter Bangsa Indonesia ini ada beberapa yang menohok langsung yang
memerlukan pembenahan oleh semua elemen pemerintahan dan masyarakatnya sendiri.
Pertama, politik di Indonesia telah kehilangan sebagian jati diri sehingga prinsip kebijaksanaan
yang awalnya ditawarkan oleh konsep politik tidak lagi dipakai. Politik tanpa prinsip dan karakter
telah ditetapkan sebagai politik yang purna. Padahal politik seharusnya melalui proses purifasi
paradigma, sehingga lebih mementingkan asas konsep politik itu sendiri, yaitu kebijaksanaan
yang berimplikasi kemashlahatan. Contoh nyata yang sesuai dengan kondisi bangsa saat ini yaitu
banyak politisi Indonesia yang berasal dari partai politik yang duduk di kursi wakil rakyat maupun
yang mengendalikan mereka di kepengurusan partai itu sendiri sudah tidak mementingkan asasasas yang berlaku di Indonesia. Nilai, moral dan budaya sudah tidak menjadi dasar para politisi
dalam memperjuangkan hak-hak rakyat. Sedangkan pemerintahan sendiri baik di eksekutif dan
legislatif terdiri dari orang-orang politik yang sama-sama mempunyai tujuan dan misi yang di
emban dari Partainya tidak berlandaskan kepentingan rakyat. Banyaknya kasus moral dan
penyimpangan dalam pelaskaan pemerintahan menjadi bukti nyata bahwa politik di Indonesia
telah kehilangan jati dirinya. Kedua, kasus korupsi yang menempatkan Indonesia sebagai salah
satu negara terkorup di dunia menunjukan bahwa mayoritas kekayaan yang dimiliki oleh orangorang besar di Indonesia merupakan pendapatan yang diraih tanpa proses kerja keras. Harus
disadari bahwa korupsi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan adanya dehidrasi
perbaikan dalam struktur kehidupan bangsa Indonesia. Korupsi di Indonesia sudah tidak lagi
berkembangan di tingkatan pemerintahan tapi juga masyarakat biasa dan para pengusaha.
Masyarakat banyak yang mengambil keuntungan dari kesempatan yang hadir dengan
bekerjasama dengan oknum pemerintahan dan legislatif dengan banyak bermain anggaran
melaui program-program yang harusnya sampai ke masyarakat tapi banyak persenkongkolan
terjadi dan program tersebut tidak berjalan malah memperkaya mereka sendiri. dan pengusaha
dalam berjalannya sudah menemukan banyak celah untuk bekerjasama dengan para oknum baik
dari mulai perijinan sampai ke tingkat pekerjaan atau program pemerintah yang dipihak
ketigakan. Ketiga, ilmu pengetahuan yang awalnya didaulat sebagai pencerah dunia, tidak lagi
memiliki karakter, salah satunya karena pelaku yang bergelut dalam ranah ilmu pengetahuan
lebih mementingkan nilai sebagai formalitas daripada kualitas output. Sekarang ini di Indonesia
dalam rangka mencerdaskan bangsa sesuai amanat Undang Undang Dasar sudah tidak
dilaksanakan secara maksimal, pendidikan hanya dikemas dengan sabatas pengajaran
administrative, penerapan mental kebangsaan yang berbudaya lokal sudah tidak diterapkan
kepada kaum muda penerus bangsa.
2. Rekonsiliasi birokrasi dengan demokrasi Indonesia saat ini menjadi cara untuk mengatasi
permasalahan kinerja birokrasi termasuk di era Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) – JK.
Beberapa reposisi penting terjadi dalam formasi Kabinet Kerja Presiden Jokowi, hal ini
ditunjukkan dengan adanya Reshuffle yang dilakukan Jokowi dalam masa pemerintahannya saat
ini yang belum genap 3 tahun. Rekonsiliasi politik Jokowi dengan mengajak beberapa partai yang
tadinya tidak ikut mengusung dalam Pilpres 2014 menjadi salah satu prestasi politik karena

beberapa partai sekarang sudah menjadi mitra pemerintah dan ikut koalisi Jokowi JK. Bukti
rekonsiliasi dilihat dari diisinya posisi-posisi penting di tingkatan Menteri dan pejabat
setingkatnya dari beberapa partai yang mulai masuk mendukung jokowi di tengah berjalannya
pemerintahan Jokowi.
Stabilitas pemerintahan jokowi kedepan dilihat dari kekualatan politik mendapat posisi aman
dengan jumlah kursi di legislative yang mendukung pemerintahan Jokowi semakin besar
berbanding dengan pihak oposisi yang semakin mengecil dengan beberapa partai politik beralih
untuk mendukung Pemerintah. Walaupun diserang dengan berbagai issue permasalahan yang
menyangkut dirinya Jokowi mempunyai kekuatan yang besar untuk menstabilkan pemerintahan,
baik itu issue stabilitas keuangan dan keamanan. Beberapa menteri strategis memiliki loyalitas
yang tinggi terhadap Jokowi JK. Program-program pemerintah pun sampai akhir masa jabatan
melihat kapabilitas Jokowi kemungkinan besar akan berjalan mulus, dengan mendapat banyak
perhatian masyarakat. Pola pemerintahan Jokowi dengan pos-pos menteri saat ini yang lebih
banyak masuk ke masyarakat grass root menambah titik aman stabilitas Jokowi untuk
menyelesaikan pemerintahannya sampai tahun 2019. Berbagai problematika keamanan nasional
dan konflik horizontal yang terjadi di masyarakat akan sedikit menggoyang pemerintah bila
reposisi pos-pos menteri melakukan kesalahan-kesalahan yang berujung pada Presiden langsung
3. Kasus korupsi di Indonesia semakin menjadi-jadi lemahnya sistem pengawasan, sistem hukum
terbukanya celah memainkan anggaran pemerintah menjadi factor utama maraknya korupsi,
kolusi nepotisme serta gratifikasi di Indonesia. DIbentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
oleh pemerintah diharapkan bisa menekan angka korupsi di Indonesia dan menimbulkan efek
jera bagi para koruptor dari berbagai kasus korupsi yang muncul dengan beredarnya setiap
pemberitaan di berbagai media. Akan tetapi keberadaan KPK malah tidak menyurutkan angka
korupsi malah semakin menjadi sampai ke tingkat daerah. Seakan lembaga yudikatif penegak
hukum seperti KPK, Polri dan Kejaksaan tidak mampu untuk membendung Korupsi yang saat ini
sudah merampah ke berbagai elemen lembaga pemerintahan dari eksekutif, legislatif bahkan
sampai ke lembaga yudikatif (penegak hukum) acap kali operasi tangkap tangan terjadi ke
pejabat legislatif dan penegak hukum. Suap untuk anggota legislatif untuk memuluskan banyak
pekerjaan pemerintah, suap untuk jual beli kasus semakin merajalela. Pemerintah saat ini
banyak melakukan pengalih perhatian dengan issue-isue untuk menutup issue korupsi, banyak
kasus-kasus yang tidak penting lebih banyak di ekspos di media dengan ekspektasi masyarakat
tidak terlalu terfokus ke kasus korupsi di pemerintahan. Pencitraan program yang banyak
melakukan blusukan ke masyarakat kecil yang dilakukan oleh berbagai elemen pejabat eksekutif,
anggota legislatif dilakukan untuk memperbaiki citra pemerintah yang sudah negatif karena
terlalu banyak kasus korupsi yang melanda.
Pemerintah harus dengan tegas melakukan pemberantasan korupsi dengan memperbaiki sistem
yang ada sekarang. Banyak nya aturan yang pro elit memperlihatkan kurangnya keseriusan
pemerintah dalam menangani kasus korupsi. Evaluasi perundang-undangan mengenai keuangan
Negara dan penegakan hukum harus di lakukan. Efek jera yang sifatnya tidak hanya seremonial
juga harus dijadikan dasar hukuman bagi para koruptor. Mengefektifkan program pro rakyat

dengan mengefektifkan peran Desa harus menjadi program unggulan pemerintah supaya citra
pemerintah di grass root semakin meningkat. Melihat angka kepercayaan dan kepuasan
masyarakat terhadap pemerintah semakin menurun hal-hal tersebut harus dengan serius
dilaksanakan.
4. _________________________
5. Pemilukada serentak tahun 2017 yang terdiri dari pemilukada di 7 Propinsi dan 76 Kabupaten
dan 18 Kota di seluruh Indonesia yang akan dilaksanakan 15 Februari 2017 menjadi sorotan
dalam awal tahun 2017. Pemilukada serentak menjadi agenda utama dalam efektifitas
pelaksanaan pemilukada. Dalam proses pelaksaannya dari mulai pendaftaran, kampanye
pasangan calon sampai hari pemilihan semua pasangan calon pemilukada baik Bupati, Walikota,
dan Gubernur harus mentaati aturan KPU yang berlaku, dengan pelaksanaan oleh KPU di
masing-masing daerah, dengan pengawas Panwaslu di tiap daerah juga.
Dalam proses setelah pendaftaran setiap pasangan calon harus mentaati semua aturan yang
sudah di sosialisasikan. Ada beberapa jenis bentuk pelanggaran pemilukada yaitu pelanggaran
pidana pemilihan /kejahatan terhadap ketentuan pemilihan salah satunya adalah money politik
yang banyak digunakan pasangan calon untuk mengajak masyarakat memberikan hak suaranya
kepada pasangan tertentu dengan embel-embel uang. Pelanggaran kode etik yaitu pelanggaran
oleh penyelenggara Pemilu yaitu KPU dan Bawaslu. Pelanggaran administrative pemilihan yang
paling banyak atau sering dilakukan oleh pasangan calon seperti pelanggaran daftar pemilih
tetap, kampanye melibatkan anak-anak, kampanye di tempat peribadatan dan sekolah,
pemasangan alat peraga kampanye, pelanggaran kelengkapan persyaratan dan keabsahan syarat
dari para calon. Yang terakhir pelanggaran sengketa pemilihan misalnya pelanggaran soal
sengketa pemilihan yakni perselisihan atau sengketa yang muncul karena parpol peserta pemilu
atau pasangan calon yang maju merasa dirugikan oleh hasil perhitungan suara yang dilakukan
oleh KPU, seperti keputusan KPU digugat oleh peserta pemilihan.
Pelanggaran pemilukada yang dilakukan oleh pasangan calon pada saat proses kampanye bisa
dilakukan oleh pasangan calon lain atau masyarakat yang menemukan pelanggaran tersebut ke
Panwaslu tiap daerah. Pelanggaran sengketa pemilu pasca pemilihan bisa dilakukan ke
Mahkamah Konstitusi dalam rangka menggugat hasil pemilihan oleh pasangan calon lain.

1. Feminisme merupakan gerakan perjuangan para kaum hawa untuk mendapatkan kesetaraan dan
persamaan derajat dengan para laki-laki. Feminisme adalah wajah dari banyak perempuan dan
laki-laki, yang terwujud dalam pemikiran-pemikiran dan ekspresi berbeda, semuanya dengan
tujuan sama untuk membangun kesetaraan untuk perempuan di semua wilayah kehidupan
mereka. Empat tuntutan pertama dalam gerakan feminism dulu adalah kesetaraan

gaji, kesempatan sama atas pendidikan dan pekerjaan, jaminan hak-hak reproduksi,
dan penghapusan kekerasan atau pemaksaan seksual tanpa memandang status pernikahannya.
Sejarah feminisme di Indonesia telah dimulai pada abad 18 oleh RA Kartini melalui hak yang
sama atas pendidikan bagi anak-anak perempuan.
Di Indonesia banyak kasus-kasus yang mendiskriminasi kaum perempuan, diantaranya adalah
dalam lowongan pekerjaan yang banyak mendahulukan kaum laki-laki di banding perempuan
bahkan dalam sistem gaji pun ada beberapa perbedaan besaran kaum laki-laki denga
perempuan. Dalam perlindungan kaum perempuan pun kasus-kasus seperti asusila dan
pelecehan seksual terhadap kaum perempuan acap kali tidak mendapat keadilan dalam proses
hukumnya.
Selain itu penerapan ideologi feminism dalam politik khususnya yaitu dengan mengedepankan
kesetaraan gender di tingkatan birokrasi baik eksekutif dan legislatif. Di eksekutif contohnya
sudah banyak para Camat yang terdiri dari kaum perempuan dengan kepemimpinan yang
mempunyai cirri khasnya sendiri, bahkan sampai tingkatan Desa pun sekarang kepala Desa
banyak dari kaum perempuan yang dipilih oleh masarakat. Lain lagi di legislatif gerakan feminism
sudah di akomodir dengan setiap partai politik menyertakan 30 persen kaum perempuan sebagai
bakal calon anggota DPRD dan DPR RI untuk ikut dalam kontestasi pileg. Tapi sangat disayangkan
walaupun sudah banyak dari kaum perempuan yang terpilih menjadi anggota DPR dan DPRD tapi
tidak serta merta memenuhi kuota 30 persen. Ada baiknya para pembuat Undang-Undang di
DPR RI membahas revisi pengisian kuota anggota DPR RI pun harus mencapai 30 persen dari
kuota. Dan saat ini kirah kaum perempuan dalam berpolitik berbangsa serta bernegara sudah
mendapat porsi yang sama dengan kaum laki-laki di Indonesia.
2. Banyak Negara di dunia menerapkan sistem demokrasi dalam pelaksanaan berbagai aktivitas
setiap warga Negara dalam rangka memenuhi setiap hak-hak individu dalam berbangsa dan
benegara. Tujuan Demokratisasi di suatu Negara adalah untuk memberikan kebebasan
berpendapat dan berkreasi. Tetapi dalam pelaksanaanya sekarang sistem demokrasi yang
berjalan di Indonesia dengan asas konstitusi dengan berbagai peraturan perundang-undangan
yang berlaku dengan mengatasnamakan asas keluhuran dengan tujuan luhur, mengatasnamakan
keteraturan kepantasan public dengan nilai dan norma yang berlaku sesuai dengan adat budaya
bangsa ini akan mengurangi prduktivitas dan kreativitas masyarakat karena mobilitas individu
akan amat dibatasi dan diawasi.
3. Fatwa yang dikeluarkan MUI untuk umat muslim menggunakan atribut Natal atau hukum
menggunakan atribut keagamaan non-muslim beberapa waktu lalu memang menuai pro kontra.
inti dari fatwa MUI tersebut adalah satu, menggunakan atribut keagamaan non muslim adalah
haram. Kedua mengajak dan atau memerintahkan penggunaan atribut keagamaan non-muslim
adalah haram. Beberapa dasar MUI mengeluarkan fatwa tersebut lantaran banyakan pengaduan
kepada MUI atas paksaan beberapa perusahaan seperti department store, perhotelan dan
bahkan beberapa lembaga pemerintah yang meminta karyawannya menggunakan atribut nonmuslim. Hal tersebut sebernanya tidak mengikat, karena fatwa bukanlah hukum posiif di Negara
ini. Karena Indonesia adalah Negara hukum yang terdiri dari beragam Suku, Agama, Ras dan
antar Golongan. Pelaksanaan fatwa kembali pada diri Muslim itu, apakah akan mentaati fatwa itu
atau tidak, karena fatwa tersebut bukan seperti keputusan pengadilan yang mengikat. Saat ini

seharusnya setiap masyarakat Indonesia lebih banyak menyadari dan memahami sesuatu hal
dengan lebih komprehensif, posisi Indonesia yang menganut keberagaman dengan dipersatukan
oleh NKRI yang berdasarkan asas Pancasila dan UUD. Dengan fatwa tersebut harus ada sosialisasi
maksud dan tujuan dengan berbagai forum antar umat beragama supaya tidak ada
kesalahpahaman walaupun di Indonesia mayoritas adalah masyarakat muslim. Disini
Kemneterian agama harus lebih aktif berperan dalam koordinasi antar MUI dengan pempimpin
umat beragama lainnya untuk menghindari perpecahan dan provokasi dari publikasi oknum
Media.
4. A. Dalam proses kampanye Pilkada setiap pasangan calon melaksanakan berbagai strategi politik
untuk menarik perhatian masyarakat pemilihnya supaya pada saat pemilihan memilih pasangan
calon tersebut. Beragam cara kampanye dari mulai menggunakan alat peraga kampanye,
sosialisasi, pengajian ataupun kegiatan-kegiatan yang bersifat seremonial di masyarakat menjadi
ajang kampanye bagi ara pasangan calon pemilukada. Acap kali dalam proses kampanye setia
pasangan calon yang menginginkan dirinya menang melakukan semua cara untuk menang,
bahkan Black Campaign sering dilakukan dengan cara mendiskreditkan atau memfitnah
pasangan calon lain. Hal tersebut menjadi preseden buruk pemilu di Indonesia saat ini, karena
dianggap semua cara bisa dihalalkan dalam kampanye. Bahkan sampai menjatuhkan nama
pasangan calon lain yang sudah masuk unsur pidana. Hal ini patut diberi ketegasan supaya ada
efek jera bagi pasangan calon yang melakukan black campaign, sanksi yang tegas harus diberikan
sesuai dengan pelanggaran kampanye yang dilakukan.
B. Terjadinya banyak Black Campaign yang dilakukan dipemilukada di Indonesia dalam setia
kontestasi Pilkada menjadi preseden yang buruk bagi sistem pemilihan di Indonesia. Indonesia
yang mengagungkan sistem demokrasi yang paling berhasil di dunia ternyata aplikasinya masih
jauh dari ekspektasi masyarakat di Indonesia. Dan ini menunjukkan kemunduran yang signifikan
dalam sistem demokrasi di Indonesia.
5. Kasus korupsi di Indonesia semakin menjadi-jadi lemahnya sistem pengawasan, sistem hukum
terbukanya celah memainkan anggaran pemerintah menjadi factor utama maraknya korupsi,
kolusi nepotisme serta gratifikasi di Indonesia. DIbentuknya KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi)
oleh pemerintah diharapkan bisa menekan angka korupsi di Indonesia dan menimbulkan efek
jera bagi para koruptor dari berbagai kasus korupsi yang muncul dengan beredarnya setiap
pemberitaan di berbagai media. Akan tetapi keberadaan KPK malah tidak menyurutkan angka
korupsi malah semakin menjadi sampai ke tingkat daerah. Seakan lembaga yudikatif penegak
hukum seperti KPK, Polri dan Kejaksaan tidak mampu untuk membendung Korupsi yang saat ini
sudah merampah ke berbagai elemen lembaga pemerintahan dari eksekutif, legislatif bahkan
sampai ke lembaga yudikatif (penegak hukum) acap kali operasi tangkap tangan terjadi ke
pejabat legislatif dan penegak hukum. Suap untuk anggota legislatif untuk memuluskan banyak
pekerjaan pemerintah, suap untuk jual beli kasus semakin merajalela. Pemerintah saat ini
banyak melakukan pengalih perhatian dengan issue-isue untuk menutup issue korupsi, banyak
kasus-kasus yang tidak penting lebih banyak di ekspos di media dengan ekspektasi masyarakat
tidak terlalu terfokus ke kasus korupsi di pemerintahan. Pencitraan program yang banyak

melakukan blusukan ke masyarakat kecil yang dilakukan oleh berbagai elemen pejabat eksekutif,
anggota legislatif dilakukan untuk memperbaiki citra pemerintah yang sudah negatif karena
terlalu banyak kasus korupsi yang melanda.
Pemerintah harus dengan tegas melakukan pemberantasan korupsi dengan memperbaiki sistem
yang ada sekarang. Banyak nya aturan yang pro elit memperlihatkan kurangnya keseriusan
pemerintah dalam menangani kasus korupsi. Evaluasi perundang-undangan mengenai keuangan
Negara dan penegakan hukum harus di lakukan. Efek jera yang sifatnya tidak hanya seremonial
juga harus dijadikan dasar hukuman bagi para koruptor. Mengefektifkan program pro rakyat
dengan mengefektifkan peran Desa harus menjadi program unggulan pemerintah supaya citra
pemerintah di grass root semakin meningkat. Melihat angka kepercayaan dan kepuasan
masyarakat terhadap pemerintah semakin menurun hal-hal tersebut harus dengan serius
dilaksanakan.

1. Feodalisme adalah struktur pendelegasian kekuasaan sosiopolitik yang dijalankan kalangan
bangsawan/monarki untuk mengendalikan berbagai wilayah yang diklaimnya melalui kerja sama
dengan pemimpin-pemimpin lokal sebagai mitra. Feodalisme juga identik dengan memasukkan
pula aspek kehidupan sosial para pekerja lahan di lahan yang dikuasai oleh tuan tanah. Dalam
penggunaan bahasa sehari-hari di Indonesia, seringkali kata ini digunakan untuk merujuk pada

perilaku-perilaku negatif yang mirip dengan perilaku para penguasa yang lalim, seperti 'kolot',
'selalu ingin dihormati', atau 'bertahan pada nilai-nilai lama yang sudah banyak ditinggalkan'. Arti
ini sudah banyak melenceng dari pengertian politiknya. Di Indonesia praktik feodalisme ini dapat
ditemukan dalam kehidupan kerajaan-kerajaan
Sedangkan paham elitisme adalah suatu paham yang mendorong orang lain untuk memiliki gaya
hidup yang berbeda yang cenderung lebih boros dan meorientasikan kebutuhannya pada
barang-barang mewah. Hal ini mendorong terjadinya pergeseran struktur sosial pada masyarakat
dimana jurang pemisah antara si kaya dan si miskin semakin besar. Elitisme mendorong
sekelompok orang merasa diri memiliki status sosial-politik yang lebih tinggi daripada orangorang lain, terutama rakyat kebanyakan.
Saat ini paham yang menjangkiti Indonesia lebih merebak paham elitisme, karena ideologi
feodalisme di Indonesia hanya dipraktekkan di beberapa daerah saja yang masih menjunjung
dan menggunakan system kerajaan atau kesultanan. Sedangkan paham elitisme ini sudah bisa
dilihat dari tingginya kesenjangan sosial dan ekonomi di tingkatan masyarakat bawah, menengah
dan masyarakat atas. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat konsumerisme orang Indonesia yang
lebih mementingkan citra disbanding kemampuannya sendiri.
2. Pemilukada serentak tahun 2017 yang terdiri dari pemilukada di 7 Propinsi dan 76 Kabupaten
dan 18 Kota di seluruh Indonesia memang menjadi salah satu komitmen Pemerintah Pusat
dengan KPU sebagai penyelenggaranya dalam efektifitas dan efisiensi pelaksanaan Pilkada di
seluruh Indonesia baik dari segi anggaran dan pelaksanaan. Saat ini dI Pemilukada serentak 2017
yang paling menyorot perhatian adalah Pilkada DKI Jakarta dalam memilih Gubernur-Wakil
Gubernurnya, yang saat ini memiliki 3 pasangan calon dalam kontestasi Pemilukada. Banyak
alasan kenapa pemilukada DKI Jakarta menjadi sorotan Nasional. Bahkan nuansa dan
atmosfernya dianggap setara dengan kontestasi Pilpres. Pilkada DKI Jakarta dianggap menjadi
tolak ukur berhasilnya pemilukada serentak di 2017, partai politik pengusung melakukan
pertarungan dalam pilkada di DKI ini menjadi salah satu agenda utama kemengan menghadapi
Pemilukada serentak 2018, Pileg dan Pilpres di 2019. Pilkada DKI bukan hanya menjadi
pertarungan para pasangan calon, tapi juga pertarungan para partai politik besar di Indonesia,
koalisi parpol juga menjadi tolak ukur mengapa pilkada DKI menjadi sorotan, termasuk tokoh
partai di dalamnya. Pasangan No urut 1 Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di dukung
oleh beberapa Partai yaitu Demokrat, PAN, PKB, PPP, no urut 2 Basuki Cahaya Purnama (Ahok)Djarot didukung oleh PDIP, Golkar, Hanura, Nasdem dan no urut 3 Anies Baswedan-Sandiaga Uno
didukung oleh Partai Gerindra dan PKS. Beberapa tokoh di partai pengusung yang notabene
adalah para mantan Presiden dan calon Presiden menjadi sorotan pertarungan dibelakangnya
yaitu Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketum Demokrat sekaligus ayah dari paslon no 1 Agus
Harimurti Yudhoyono, Megawati Ketum PDIP sebagai pengusung paslon no 2, dan Prabowo
Sugianto Ketum Partai Gerindra sebagai pengusung paslon no 3. Pemilukada DKI Jakarta juga di
barengi dengan berbagai issue nasional yang saat ini menghangat di tanah Nusantara, yaitu salah
satunya issue SARA yang menimpa Ahok yang menimbulkan gerakan sosial agama dari berbagai
daerah di Indonesia

3. Setidaknya ada empat penyebab adanya radikalisme agama. Pertama, adanya beberapa ajaran
dalam agama yang disalahpahami. Dalam Islam ada ajaran jihad dan mati syahid, yang ironisnya
dianggap membenarkan aksi-aksi keras teroris. Padahal, jihad dan mati syahid tidak seperti yang
teroris pahami. Jihad adalah prinsip perjuangan suci yang tidak selalu berarti perang fisik.
Penyebab kedua adalah mengenai adanya persoalan kesejahteraan di masyarakat, seperti
kemiskinan dan kesenjangan sosial. Telah banyak fakta di lapangan menyuguhkan kenyataan
bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial mampu membuat seseorang melakukan apa pun yang
menguntungkan, walaupun itu jelas terlarang seperti radikalisme.
Kemudian penyebab ketiga adalah adanya ideologi negara agama. Pada tahap tertentu ideologi
negara agama turut menyuburkan paham terorisme. Karena sebagaimana diakui para teroris,
mereka menjalankan semua aksinya dengan tujuan mendirikan negara agama. Bagi mereka,
pemerintahan yang ada saat ini (termasuk Indonesia) mengikuti sistem kafir.
Adapun penyebab keempat adalah adanya paham salafisme. Ideologi negara agama terus
bertahan karena mengendap di balik kecenderungan salafisme di kalangan pemeluk agama.
Salafisme adalah kecenderungan yang membayangkan masa lalu sepenuhnya suci, ideal,
sempurna, tanpa kekurangan apa pun. Pada era suci inilah negara agama diyakini pernah ada
dan berdiri tegak dengan nilai-nilai luhur yang dipraktikkan paripurna.
Contoh radikalisme adalah berkembangnya terorisme yang ada di indonesia itu sendiri. Aksi
teroris tersebut mengatasnamakan jihad kepada Allah. Akan tetapi semua itu dipandang salah
oleh masyarakat banyak karena aksi tersebut merugikan orang lain. Beberapa kasus terorisme
seperti bom bunuh diri beberapa kali terjadi di Indonesia, bahkan merebaknya ISIS masuk di
Indonesia menjadi contoh nyata radikalisme islam oleh oknum-oknum yang mengatasnamakan
Islam yang terjadi di beberapa daerah. Marwah islam harus dikembalikan ke ajaran Nabi
Muhammad SAW. Saat ini pemerintah Indonesia harus dengan tegas menindak terorismeterorisme yang mengatasnamakan islam di Indonesia.
4. Pemilukada serentak saat ini menjadi agenda utama pemerintah dalam rangka mengefektifkan
dan melakukan efisiensi berbagai hal termasuk anggaran dan waktu pelaksanaanya. Pemilukada
serentak yang telah dilaksanakan untuk kedua kalinya setelah dilaksanakan pertama kalinya
tahun 2015 ini menjadi sorotan berbagai pihak. Di satu sisi pemerintah telah berhasil melakukan
efisiensi penggunaan anggaran dan efektifitas pelaksanaan penyelenggaraan pemilukada, tapi di
sisi lain ada beberapa kelemahan pemilukada yang harus menjadi PR bersama di semua lini.
Salah satunya adalah belum siapnya masyarakat Indonesia dalam menghadapi pemilukada
serentak yang seakan-akan dipaksakan. Faktor penyebab belum siapnya masyarakat adalah
pendidikan politik di masyarakat yang belum sepenuhnya diberikan. Peran pemerintah dan
partai politik dalam rangka memberikan pendidikan politik bagi masyarakat belum maksimal,
alhasil masyarakat banyak dimanfaatkan oleh oknum-oknum kader parpol atau pasangan calon
dan bakal calon dalam rangka suksesi mereka dalam pemilukada serentak.
5. a. Setiap partai politik mempunyai tugas dan kewajiban melakukan pendidikan politik kepada
masyarakat dan kadernya yang juga menjadi wakil rakyat baik di daerah, propinsi maupun di
pusat. Partai harus secara serius melakukan kaderisasi kepada para kadernya mengenai tujuan
dan ideologi partainya supaya para anggota partai politik dengan serius mengedepankan
kepentingan masyarakat khususnya masyarakat di daerah pemilihannya untuk sama-sama

membangun dan mensejahterakan masyarakat. Disisi lain partai politik yang menjadi tolak ukur
berhasil atau tidaknya adalah kemakmuran masarakat dengan mengedepankan tujuan Partai,
maka partai politik dalam hal ini harus bisa melakukan konsolidasi internal kader dalam
meningkatkan kualitas para wakil rakyatnya yang duduk di DPR dan DPRD. Banyaknya anggota
Legislatif di daerah maupun pusat yang bukan kader asli partai (karbitan) memberikan kesan dan
preseden yang buruk terhadap kinerja partai. Partai harus selektif memilih kader dalam
kontestasi pemilu legislative yang nantinya akan merepresentasikan tujuan dan ideologi partai
tersebut. Jangan sampai orang-orang yang tidak mempunyai basic politik atau pemerintahan
tadinya secara langsung ikut dalam kontestasi pileg dan nantinya tidak bisa mengemban amanah
rakyat yang memilihnya. Agar kedepannya tingkat kepercayaan dan kepuasan masyarakat
terhadap wakil rakyat

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

Representasi Nasionalisme Melalui Karya Fotografi (Analisis Semiotik pada Buku "Ketika Indonesia Dipertanyakan")

53 338 50

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24