Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Dan Kemampuan Manajemen Terhadap Kinerja Usaha Pada Ukm Toko Kain Jalan Perniagaan Medan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1
Kewirausahaan
Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha
berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian wirausaha dapat
didefenisikan sebagai seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan
sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat dibanggakan
(Sukirno, 2004:367).
Kao dalam Lupiyoadi, (2007:4) menyebut bahwa ”kewirausahaan sebagai
suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat
sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi)”. Berdasarkan pengertian yang
telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses
yang mengacu pada kreatifitas individu yang direalisasikan dalam menciptakan usaha
baru dengan tujuan kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Schumpeter dalam Alma, (2005:21) menyatakan bahwa wirausahawan adalah
individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan perekonomian
masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan adalah individu-individu yang
berani mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman modal atau sarana
produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau yang mampu
memberikan respon secara kreatif dan inovatif.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kuratko (2009:21) kewirausahaan adalah proses dinamis dari visi,
perubahan dan penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat terhadap
penciptaan dan implementasi dari ide baru dan solusi kreatif. Tidak semua orang
memiliki kapabilitas kewirausahaan. Hanya orang yang memiliki jiwa kewirausahaan
dapat mendirikan dan mengelola usaha secara profesional (Echdar, 2013:19).
Kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan
berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi nilai
tambah pada masyarakat (Winarto, 2004). Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak,
dan karakteristik yang melekat pada setiap indivu yang memilki kemauan keras untuk
mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan
yang produktif(Mulyasa, 2011: 189). Pengertian ini memberikan arti bahwa setiap
orang bisa memiliki karakter kewirausahaan asalkan ia mau bekerja keras serta
berpikir kreatif dan inovatif.
2.1.2
Orientasi Kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam meningkatkan
kinerja usaha. Miller dan Friesen (1982) mengungkapkan bahwa orientasi
kewirausahaan menjadi suatu makna yang dapat diterima untuk menjelaskan kinerja
usaha. Sementara itu, menurut Gosselin (2005),bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan.
Porter (2008) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai strategi benefit
perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam market place yang
sama.Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan
Universitas Sumatera Utara
keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek
kewirausahaan, yaitu selalu inovatif, bertindak secara proaktif dan berani mengambil
risiko (Lumpkin dan Dess, 1996).
Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif
dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan menghasilkan
metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar
sekarang maupun ke pasar baru.Kemampuan inovasi berhubungan dengan persepsi
dan aktivitas terhadap aktivitas-aktivitas bisnisyang baru dan unik (Schumpeter dan
Milton, dalam Suryanita 2006). Sedangkan proaktif mencerminkan kesediaan
wirausaha untuk mendominasi pesaing melalui suatu kombinasi dan gerak agresif dan
proaktif, seperti memperkenalkan produksi baru atau jasa di atas kompetisi dan
aktivitas untuk rnengantisipasi permintaan mendatang untuk menciptakan perubahan
dan membentuk lingkungan. Sikap aktif dan dinamis adalah kata kuncinya (Doukakis,
2002, dalam Suryanita 2006).Proaktif juga ditunjukkan dengan sikap agresifkompetitif, yang mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk bersaing secara
ketat dan langsung bagi semua kompetitornya untuk menjadi yang terbaik dan
meninggalkan para pesaingnya (Covin dan Slevin, 1989; Lumpkin and Dess, 1996;
Morris and Paul, 1987).
Berani mengambil risiko merupakan sikap berani menghadapi tantangan
dengan melakukan eksploitasi atau terlibat dalam strategi bisnis dimana kemungkinan
hasilnya penuh ketidakpastian.Hambatan risiko merupakan faktor kunci yang
membedakan perusahaan dengan jiwa wirausaha dantidak. Fungsi utama dari
Universitas Sumatera Utara
tingginya orientasi kewirausahaan adalah bagaimana melibatkanpengukuran risiko
dan pengambilan risiko secara optimal (Looy et al. dalam Suryanita,2006).
Orientasi kewirausahaan yang tercermin dari sikap penuh inovasi, proaktif dan
keberanian mengambil risiko diyakini mampu mendongkrak kinerja perusahaan. Hal
tersebut dikuatkan oleh Covin dan Slevin (1991); Wiklund (1999), yang menyatakan
bahwa orientasi kewirausahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam memasarkan produknya menujukinerja usaha yang lebih baik.
Orientasi kewirausahaan dari seorang pelaku wirausaha dapat menimbulkan
peningkatan kinerja usaha juga disampaikan oleh Covin dan Slevin (1991).
Miller (1983) menjelaskan orientasi kewirausahaan sebagai salah satuyang
terlibat dalam inovasi produk-pasar, melakukan sedikit usaha berisiko, dan pertama
kali datang dengan 'proaktif' inovasi, serta memberikan pukulan untuk mengalahkan
pesaing. Dalam pandangannya, Miller (1983) menyatakan bahwa orientasi
kewirausahaan dapat ditentukan berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu proactive,
innovative dan risk – Taking.
2.1.2.1 Proaktif (Proactive)
Menurut Baker & Sinkula (2009: 447) proaktif mengacu pada kemampuan
perusahaan untuk mengambil inisiatif dalam. Mengejar peluang pasar Lumpkin dan
Dess (2001: 431) proaktif sebagai kesempatan melihat ke depan perspektif yang
melibatkan memperkenalkan produk atau jasa baru menjelang kompetisi dan
bertindak dalam mengantisipasi permintaan di masa mendatang untuk membuat
Universitas Sumatera Utara
perubahan dan membentuk lingkungan. Orientasi Proaktif sebagai pemasar mencoba
untuk mendefinisikan kondisi eksternal untuk mengurangi ketidakpastian dan
mengurangi ketergantungan dan kerentanan (Morris, et.al., 2002: 6).
Covey (1995:44) berpendapat definisi dan pengertian tentang sifat proaktif
setidaknya ada 5 (lima), yaitu :
1. Orang proaktif selalu bertanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan,
kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku adalah produk dari
pilihan sadar, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari suasana hati, conditioning,
atau tekanan sosial yang diterima.
2. Orang proaktif menfokuskan upaya mereka pada lingkaran pengaruh
(mencakup segala hal yang dapat dipengaruhi). Mereka mengerjakan hal-hal yang
terhadapnya mereka dapat perbuat sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif,
memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka
meningkat.
3. Berfokus pada lingkaran pengaruh, orang proaktif bekerja dari dalam ke luar
(in side – out), yaitu berusaha memulai perubahan dengan mengubah dirinya lebih
dahulu, bahkan dari yang paling dalam dari dirinya, yaitu dengan memeriksa
kebenaran paradigma dan persepsi-persepsinya.
4. Orang proaktif hidup berpusat pada prinsip (principle centered) kemudian ia
menerjemahkan prinsip-prinsip itu kedalam seperangkat nilai-nilai (values) yang telah
Universitas Sumatera Utara
dipilihnya dengan sadar. Berdasarkan nilai-nilai itulah ia mengarahkan pilihan sikap
dan perilakunya.
5. Orang proaktif mengembangkan dan menggunakan empat anugrah unik
manusianya secara optimal. Empat anugrah itu adalah seperti yang diyakini oleh
pengikut madzhab psikologi humanistik sebagai sifat-sifat unik manusia yang
membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Covey menyebutkan four
unique himant gifts itu adalah Self Awareness (kesadaran diri), Conscience (hati
nurani), Creative Imagination (imajinasi kreatif) dan Independent Will (kebebasan
kehendak).
2.1.2.2 Inovasi (Innovative)
Inovasi adalah membangun perilaku, ukuran kinerja perusahaan (Baker &
Sinkula, 2009: 447 - 448). Inovasi mencerminkan keinginan dasar untuk menyimpang
dari status quo dan merangkul ide-ide baru (Baker & Sinkula, 2009: 447). Inovasi
mengacu pada kesediaan untuk mendukung kreativitas dan eksperimentasi di
memperkenalkan produk baru / jasa, dan kebaruan, kepemimpinan teknologi dan R &
D dalam mengembangkan ide baru proses (Lumpkin dan Dess, 2001: 431).
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik
itu berupa hasil invensi maupun diskoveri.Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk memcahkan suatu masalah tertentu (Sa’ud, Udin S, 2008).
Inovasi adalah salah satu karakter yang sangat penting dari wirausahaan.
Tanpa adanya inovasi perusahaan tidak akan dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan berubah-ubah (Larsen, P dan Lewis
A, 2007:11) , sedangkan Hills (2008) mendefinisikan inovasi sebagai ide, praktek
atau obyek yang dianggap baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya.
Suryana (2003) mengemukakan inovasi adalah sebagai kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk
meningkatkan
dan
memperkaya
(http://www.zainalhakim.web.id)
kehidupan
mengemukakan
Zainal
bahwa
inovasi
Hakim
merupakan
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan
berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam
bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang
diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai
tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang
berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha.
2.1.2.3 Pengambilan Resiko (Risk Taking)
Menurut (Lumpkin dan Dess 2001: 431) risiko pengambilan berarti
kecenderungan untuk mengambil tindakan tegas seperti bertualang ke pasar baru yang
tidak diketahui, melakukan sebagian besar sumber daya untuk usaha dengan hasil
yang tidak pasti, atau meminjam berat. Ini adalah kemampuan untuk mengurangi
risiko yang melekat pada kesempatan mengejar dengan tindakan dihitung digunakan
(Becherer et al, 2012: 8). Ini berarti upaya terang-terangan untuk faktor risiko
identitas, dan kemudian untuk mengurangi atau berbagi faktor - faktor tersebut
(Morris et al, 2002: 7).
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan risiko mengarah pada perilaku yang menyatu dan dapat
menghasilkan keputusan yang merugikan atau berbahaya, pada saat yang sama dapat
menghasilkan kesempatan yang positif. Kuncinya adalah seberapa sempurna
mendapatkan inormasi. Semakin sempurna informasi yang dikumpul dan semakin
akurat pula besar resiko yang diperoleh (Hendro, 2011:258).
Menurut Ali (2004) resiko berupa potensi terjadinya suatu peristiwa yang
memberikan pengaruh negatif, dapat menimpa siapa saja, apa saja, dimana saja,
kapan saja, tak terkecuali terhadap UMKM. Risk Taking
digambarkan seperti
seseorang yang mengemudi dalam kecepatan tinggi, mengemudi dengan kecepatan
tinggi dapat memberikan waktu tempuh yang lebih singkat sehingga seseorang dapat
mencapai tujuan lebih cepat, namun potensi kecelakaan yang terjadi sangat tinggi
ketika seseorang mengemudi dengan kecepatan tinggi.
2.1.3
Kemampuan Manajemen
Menurut Suci (2009), kemampuan manajemen merupakan sekumpulan
keahlian dan kompetensi baik secara administrative maupun operasional dalam
periode waktu tertentu. Menurut Tangkilisan (2007:10), kemampuan manajemen
yaitu kemampuan untuk memanfaatkan dan menggerakkan sumber daya agar dapat
digerakkan dan diarahkan bagi tercapainya tujuan melalui kegiatan orang lain.
Menurut (Siagian dalam Mulyanto,2007), kemampuan manajemen adalah
kemampuan untuk mengelola usaha seperti perencanaan , pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian. Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Manajemen adalah suatu keterampilan
Universitas Sumatera Utara
dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh efektivitas. Para
peneliti memiliki pemikiran yang berbeda di dalam menetapkan berbagai atribut dari
efektivitas managerial, tetapi pada dasarnya terdapat 4 komponen penting, yaitu
membuat perencanaan,
mengorganisasi, mengarahkan dan pengawasan
(Latif,
2002).
Perusahan kecil atau berskala besar dalam pengelolaannya untuk mencapai
hasil yang efektif dan efisien penerapan prinsip prinsip manajemen sangat diperlukan,
peranan pimpinan atau pemilik usaha untuk memahami dan mampu menjalankan
fungsi-fungsi utama manajemen menjadi hal yang utama bagi keberhasilan usaha
dimasa mendatang.
2.1.3.1 Membuat Perencanaan
Perencanaan dalam sebuah perusahaan dan oprganisasi merupakan hal penting
yang harus dilakukan agar program-program tersebut dapat menunjang terlaksananya
tujuan dari perusahaan atau organisasi yang tentunya ditentukan bagaimana cara
seorang manager menyusun sebuah perencanaan tersebut. Menurut Stephen Robins
dan Mary Coulter (2012 :36) perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari
penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi
tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh
pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Robbins dan Coulter (2007:7) perencanaan tersebut ada dua macam
bentuknya yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Rencana formal adalah rencana tertulis yang telah ditetapkan dan harus
dilaksanakan suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka waktu tertentu dan
merupakan rencana bersama anggota korporasi. Maksudnya setiap anggota harus
mengetahui dan menjalankan rencana itu agar tujuan dapat diwujudkan. Rencana
formal ini dibentuk untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman
tentang apa yang harus dilakukan untuk tujuan bersama sebuah organisasi atau
perusahaan.
2.
Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan
tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana informal ini biasanya mencakup
pada kemampuan anggota dalam hubungannya dengan seorang manager. Maksudnya
tidak tertulis disini adalah rencana yang tidak ada dalam ADRT sebuah perusahaan
atau organisasi, rencana ini bersifat tidak tetap hanya berada pada kondisi tertentu
saja.
2.1.3.2 Mengorganisasi
Oganisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi,
salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas tentang bagaimana sebuah
organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi
tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja organisasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah
sekumpulan ilmu pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua orang
atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori
organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu.
Adapun ciri-ciri organisasi yaitu:
1.Mempunyai tujuan dan sasaran
2. Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
3.Adanya kerja sama dari sekelompok orang
4.Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang
2.1.3.3 Mengarahkan
Menurut Terry ( 2008 : 181) Pengarahan adalah mengintegrasikan usaha –
usaha anggota suatu kelompok sedemikian rupa, sehingga dengan selesainya tugas –
tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan – tujuan individual
dan kelompok. Cara mengarahkan bawahan / staf yang tepat dilakukan oleh manajer
sebab :
1. Mengenal bawahannya
2. Terbiasa dengan kecakapan dan kemampuan mereka
3. Mengerti akan kapasitas dan perhatian mereka
4. Mengetahui apa yang dapat mereka hasilkan
Teknik atau strategi pengarahan yang efektif sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil tindakan yang
efektif
2. Memberikan informasi mengenai lingkungan fisik dan manusia di tempat
bekerja ( untuk pegawai baru)
3. Informasi cara bekerja yang baik
2.1.3.4 Melakukan Pengawasan
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar
rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.Fungsi
manajemen lainnya seperti perencanaan,pengorganisasian, pelaksanakan tidak akan
dapat berjalan dengan baik apabila fungsi pengawasan ini tidak dilakukan dengan
baik.Demikian pula halnya dengan fungsi evaluasi terhadap pencapaian tujuan
manajemen akan berhasil baik apabila fungsi pengawasan telah di lakukan dengan
baik.
Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendifinisikan
pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai
dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson
(2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan
kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas
penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik
pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. Defenisi ini tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan
organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup
pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. Pengawasan sangat penting
dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah
kemungkinan terjadinya penyimpangan–penyimpangan dengan melakukan tindakan
koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan sebelumnya.
Harahap (2001: 14) menyatakan pengawasan adalah keseluruhan sistem,
teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar
segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan
prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Simbolon,Maringan (2004: 61), pengawasan adalah proses
dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan
perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif
membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik.
Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini
terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana
yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.
2.1.4
Kinerja Usaha
Kinerja merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam
periode waktu tertentu. Tujuan perusahaan yang terdiri dari tetap berdiri atau eksis
(survive), untuk memperoleh laba (benefit) dan dapat berkembang (growth), dapat
tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik (Suci, 2006).
Kinerja (performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat
keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over serta pangsa pasar yang diraihnya
dan strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran
(seperti volume penjualan dan tingkat pertumbuhan penjualan) yang baik dan juga
kinerja keuangan yang baik. Hal ini menyebabkan beragam pengukuran kinerja dalam
penelitian bidang bisnis terus berkembang dengan dasar indikasi yang bervariasi.
Setiap organisasi atau usaha yang dibentuk mempunyai tujuan yang harus dicapai
untuk keberlangsungan hidup. Dalam mencapai tujuan tersebut maka usaha harus
melalui proses yang meliputi aktivitas-aktivitas positif demi tercapainya tujuan usaha
yang diinginkan dimana kinerja usaha dalam organisasi merupakan jawaban dari
berhasil atau tidaknya langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Pengertian kinerja adalah sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
oleh organisasi (Moeheriono, 2012:32). Kinerja merupakan serangkaian kegiatan
Universitas Sumatera Utara
manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik baik
berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Pencapaian hasil serangkaian
kegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan sejak awal dimulainya usaha Gibson et al(dalam Julita,
2013:95).
Rue dan Byars (dalam Riyanti, 2003:25) juga mengatakan bahwa kinerja
dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil ataupun tujuan organisasi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kinerja usaha merupakan serangkaian capaian hasil kerja
seorang pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya, baik dalam
pengembangan produktivitas dan dalam hal pemasaran, dalam konteks wewenang dan
tanggung jawabnya.
Gaskill dan Van Auken (1993) menyatakan kemudahan dalam berbisnis,
pembuat kebijakan dan keterkaitan lain stakeholders untuk melayani sektor usaha
kecil dan menengah mempengaruhi kinerja usaha. Kinerja adalah indikator yang
paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis (Man
et al, 2002). Peningkatan pendapatan, penerimaan penjualan dan pekerja juga adalah
indikator dari kinerja (Le Brasseur, 2003).
Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha dapat dikatakan sebagai
sebuah bentuk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi
strategi perusahaan. Penurunan kinerja usaha tentu menjadi masalah dan merupakan
tantangan bagi orientasi strategi usaha untuk dapat terus mempertahankan kinerja
Universitas Sumatera Utara
usaha dengan baik melalui satu orientasi strategi yang dipilih berdasarkan keputusan
agar dapat bertahan dalam industri. Terdapat dua dimensi dalam kinerja, yaitu
internal (kualitas produk, kepuasan pegawai), dan eksternal (lingkungan dan
masyarakat) oleh Venkatraman & Ramanujam (1986: 803-804).
2.1.5
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Menurut UU Nomor 9 tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah suatu
unit usaha yang dimiliki nilai asset netto (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak
melebihi Rp 200 juta atau penjualan pertahun tidak lebih besar dari Rp 1 Milliar,
milik WNI, berdiri sendiri langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau
besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum. Defenisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam
mengelompokkan jenis-jenis usaha.
Menurut Kementrian Negara Koperasi dan UMKM, kelompok usaha kecil
termasuk kelompok usaha mikro. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
bersekala kecil dan bersifat tradisonal dan informal dalam arti belum terdaftar, belum
tercatat dan berbadan hukum, dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 100 juta.
Sedangkan menurut (Biro Pusat Statistis ) BPS (2005), usaha kecil adalah unit usaha
dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk
pengusaha.
Dalam perekonomian Indonesia UMKM merupakan kelompok usaha yang
memiliki jumlah paling besar. Selain itu Kelompok ini terbukti tahan terhadap
berbagai macam goncangan krisi ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan
Universitas Sumatera Utara
kelompok usaha mikro, kecil dan menengah yang melibatkan banyak kelompok.
Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur
dalam payung hukum berdasarkan undang-undang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk
mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :
1. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
3. Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai dengan Usaha Kecil atau
Universitas Sumatera Utara
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Tabel 2.1
Jenis-Jenis UMKM berdasarkan Asset dan Omzet
No Usaha
Omzet
Asset
1
Usaha Mikro
Maks. 50 Juta
Maks. 300 Juta
2
Usaha Kecil
> 50 Juta – 500 Juta
> 300 Juta – 2,5 Miliar
3
Usaha Menengah
> 500 Juta – 10 Miliar
> 2,5 Miliar – 50 Miliar
Sumber : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM).
Berdasarkan Undang-undang tersebut, dari sudut pandang perkembangannya
Usaha Kecil Dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha
Kecil Dan Menengah yaitu :
1. Pedagang, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan
kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.
Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2. Usaha Mikro, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin
tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3. Usaha Kecil, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
Universitas Sumatera Utara
4. Usaha Menengah, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Peningkatan
1.Orientasi
Kinerja
Melalui Kewirausahaan
Orientasi
2.Kemampuan
Kewirausahaan,
Manajemen
Rahayu Puji Kemampuan
Manajemen,
dan 3.Strategi
Suci (2013)
Bisnis
Strategi Bisnis
Teknik
Analisis
Analisis
Jalur
4.Kinerja
Perusahaan
The Impact of
Entrepreneurial
Azlin Shafina Orientation
on
Arsyad, et al Business
(2014)
Performance:
A
Study
of
Technology- Based
SMEs in Malaysia
1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Kinerja
Bisnis
Analisis
Deskriptif
Hasil
Penelitian
Orientasi
Kewirausahaan
Kemampuan
Manajemen dan
Strategi Bisnis
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kinjera
perusahaan
Dimensi
orientasi
kewirausahaan :
inovasi,
proaktif,
pengambilan
risiko dan
agresifitas
kompetitif yang
berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
pada kinerja
bisnis
Rita Indah
Mustikowati
(2014)
Orientasi
Kewirausahaan,
Inovasi, dan
Strategi Bisnis
untukmeningkatkan
Kinerja Perusahaan
1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Inovasi
Analisis
Regresi
Berganda
Orientasi
Kewirausahaan,
Inovasi, dan
Strategi Binis
berpengaruh
secara langsung
dan positif
terhadap
Kinerja
Perusahaan
Model
Persamaan
Struktural
Orientasi
Kewirausahaan
, Kemampuan
Manajemen dan
Strategi bisnis
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Kinerja
Perusahaan
3.Strategi
Bisnis
4.Kinerja
perusahaan
Mahmud,
Ariati
Anomsari
Analisis Pengaruh
Orientasi
Kewirausahaan,
(2011)
Kemampuan
Manajemen dan
Strategi Bisnis
dalam peningkatan
Kinerja Perusahaan
1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Kemampuan
Manajemen
3.Strategi
Bisnis
4.Peningkatan
Kinerja
Perusahaan
(SEM)
Universitas Sumatera Utara
Andwiani
Sinarasri
(2013)
Analisis Pengaruh
Orientasi
Kewirausahaan
terhadap Strategi
Bisnis dalam
meningkatkan
Kinerja Perusahaan
1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Strategi
Bisnis
Model
Analisa
Regresi
Berganda
3.Kinerja
Perusahaan
Orientasi
Kewirausahaan
berpengaruh
terhadap
Strategi Bisnis
dan Strategi
Bisnis
berpengaruh
terhadap
Kinerja
Perusahaan
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan, hubungan antara orientasi
kewirausahaan serta kemampuan manajemen dengan kinerja usaha telah teruji
signifikansinya.
Studi
awal
yang
menjelaskan
tentang
konsepsi
orientasi
kewirausahaan dikemukakan oleh (Covin dan Slevin ,1991) meliputi perilaku inovatif
(innovativeness),
pengambilan
resiko
(risk
taking)
dan
tindakan
proaktif
(proactiveness).
Orientasi kewirausahaan memberikan kontribusi terhadap kinerja dan
didefinisikan sebagai sebuah ukuran majemuk yang mencakup kinerja keuangan
(Wiklund, 1999). Dalam studinya, Wiklund menjelaskan bahwa terdapat hubungan
positif antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja. Kinerja diukur dari kinerja
keuangan, yaitu tingkat pertumbuhan secara relatif dibandingkan dengan pesaing,
Universitas Sumatera Utara
melalui indikator pertumbuhan penjualan, pertumbuhan karyawan, pertumbuhan
penjualan dibandingkan dengan pesaing dan pertumbuhan pangsa pasar dibandingkan
pesaing.
Studi lanjutan yang mendukung penerapan orientasi kewirausahaan dalam
hubungannya dengan kinerja usaha telah dilakukan oleh Galetić dan Milovanović
(2004). Dalam studinya, peneliti menggunakan istilah orientasi kewirausahaan untuk
merujuk pada proses pembuatan strategi dan gaya perusahaan yang terlibat dalam
kegiatan wirausaha. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara orientasi kewirausahaan yang dimiliki oleh UKM toko kain di jalan Perniagaan
dengan kinerja usaha yang diukur dengan kriteria berikut : tingkat penjualan, tingkat
pertumbuhan penjualan, arus kas, laba bersih dan kemampuan untuk mendanai
pertumbuhan bisnis dari keuntungan.
Seorang
kewirausahaan,
wirausahawan
dan
pada
kemampuan
intinya
manajemen
apabila
menerapkan
orientasi
maka
wirausahawan
tersebut
mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kinerja usaha. Karena orientasi
kewirausahaan dan kemampuan manajemen memilki hubungan positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan
membahas mengenai pengaruh orientasi kewirausahaan dan kemampuan manajemen
terhadap kinerja usaha pada UKM Toko Kain di Jalan Perniagaan. Melihat teori dan
penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka konseptual yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Orientasi
Kewirausahaan
(X1)
Kinerja Usaha
(Y)
Kemampuan
Manajemen
(X2)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah: “orientasi
kewirausahaan dan kemampuan manajemen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha Pada UKM Toko Kain Jalan Perniagaan Kota Medan”.
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis
2.1.1
Kewirausahaan
Wirausaha berasal dari kata wira yang berarti pahlawan (berani) dan usaha
berarti melakukan kegiatan usaha (bisnis). Dengan demikian wirausaha dapat
didefenisikan sebagai seseorang yang dengan gigih berusaha untuk menjalankan
sesuatu kegiatan bisnis dengan tujuan untuk mencapai hasil yang dapat dibanggakan
(Sukirno, 2004:367).
Kao dalam Lupiyoadi, (2007:4) menyebut bahwa ”kewirausahaan sebagai
suatu proses, yakni proses penciptaan sesuatu yang baru (kreasi baru) dan membuat
sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada (inovasi)”. Berdasarkan pengertian yang
telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah suatu proses
yang mengacu pada kreatifitas individu yang direalisasikan dalam menciptakan usaha
baru dengan tujuan kesejahteraan individu dan nilai tambah bagi masyarakat.
Schumpeter dalam Alma, (2005:21) menyatakan bahwa wirausahawan adalah
individu yang mendobrak sistem ekonomi yang ada dan menggerakkan perekonomian
masyarakat untuk maju ke depan. Wirausahawan adalah individu-individu yang
berani mengambil resiko, mengkoordinasi, mengelola penanaman modal atau sarana
produksi serta mengenalkan fungsi faktor produksi baru atau yang mampu
memberikan respon secara kreatif dan inovatif.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Kuratko (2009:21) kewirausahaan adalah proses dinamis dari visi,
perubahan dan penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat terhadap
penciptaan dan implementasi dari ide baru dan solusi kreatif. Tidak semua orang
memiliki kapabilitas kewirausahaan. Hanya orang yang memiliki jiwa kewirausahaan
dapat mendirikan dan mengelola usaha secara profesional (Echdar, 2013:19).
Kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan
berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi nilai
tambah pada masyarakat (Winarto, 2004). Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak,
dan karakteristik yang melekat pada setiap indivu yang memilki kemauan keras untuk
mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif dalam setiap kegiatan
yang produktif(Mulyasa, 2011: 189). Pengertian ini memberikan arti bahwa setiap
orang bisa memiliki karakter kewirausahaan asalkan ia mau bekerja keras serta
berpikir kreatif dan inovatif.
2.1.2
Orientasi Kewirausahaan
Orientasi kewirausahaan memegang peranan penting dalam meningkatkan
kinerja usaha. Miller dan Friesen (1982) mengungkapkan bahwa orientasi
kewirausahaan menjadi suatu makna yang dapat diterima untuk menjelaskan kinerja
usaha. Sementara itu, menurut Gosselin (2005),bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara orientasi kewirausahaan yang ditetapkan dengan kinerja perusahaan.
Porter (2008) mendefinisikan orientasi kewirausahaan sebagai strategi benefit
perusahaan untuk dapat berkompetisi secara lebih efektif di dalam market place yang
sama.Orientasi kewirausahaan mengacu pada proses, praktik, dan pengambilan
Universitas Sumatera Utara
keputusan yang mendorong ke arah input baru dan mempunyai tiga aspek
kewirausahaan, yaitu selalu inovatif, bertindak secara proaktif dan berani mengambil
risiko (Lumpkin dan Dess, 1996).
Inovatif mengacu pada suatu sikap wirausahawan untuk terlibat secara kreatif
dalam proses percobaan terhadap gagasan baru yang memungkinkan menghasilkan
metode produksi baru sehingga menghasilkan produk atau jasa baru, baik untuk pasar
sekarang maupun ke pasar baru.Kemampuan inovasi berhubungan dengan persepsi
dan aktivitas terhadap aktivitas-aktivitas bisnisyang baru dan unik (Schumpeter dan
Milton, dalam Suryanita 2006). Sedangkan proaktif mencerminkan kesediaan
wirausaha untuk mendominasi pesaing melalui suatu kombinasi dan gerak agresif dan
proaktif, seperti memperkenalkan produksi baru atau jasa di atas kompetisi dan
aktivitas untuk rnengantisipasi permintaan mendatang untuk menciptakan perubahan
dan membentuk lingkungan. Sikap aktif dan dinamis adalah kata kuncinya (Doukakis,
2002, dalam Suryanita 2006).Proaktif juga ditunjukkan dengan sikap agresifkompetitif, yang mengacu pada kecenderungan perusahaan untuk bersaing secara
ketat dan langsung bagi semua kompetitornya untuk menjadi yang terbaik dan
meninggalkan para pesaingnya (Covin dan Slevin, 1989; Lumpkin and Dess, 1996;
Morris and Paul, 1987).
Berani mengambil risiko merupakan sikap berani menghadapi tantangan
dengan melakukan eksploitasi atau terlibat dalam strategi bisnis dimana kemungkinan
hasilnya penuh ketidakpastian.Hambatan risiko merupakan faktor kunci yang
membedakan perusahaan dengan jiwa wirausaha dantidak. Fungsi utama dari
Universitas Sumatera Utara
tingginya orientasi kewirausahaan adalah bagaimana melibatkanpengukuran risiko
dan pengambilan risiko secara optimal (Looy et al. dalam Suryanita,2006).
Orientasi kewirausahaan yang tercermin dari sikap penuh inovasi, proaktif dan
keberanian mengambil risiko diyakini mampu mendongkrak kinerja perusahaan. Hal
tersebut dikuatkan oleh Covin dan Slevin (1991); Wiklund (1999), yang menyatakan
bahwa orientasi kewirausahaan yang semakin tinggi dapat meningkatkan kemampuan
perusahaan dalam memasarkan produknya menujukinerja usaha yang lebih baik.
Orientasi kewirausahaan dari seorang pelaku wirausaha dapat menimbulkan
peningkatan kinerja usaha juga disampaikan oleh Covin dan Slevin (1991).
Miller (1983) menjelaskan orientasi kewirausahaan sebagai salah satuyang
terlibat dalam inovasi produk-pasar, melakukan sedikit usaha berisiko, dan pertama
kali datang dengan 'proaktif' inovasi, serta memberikan pukulan untuk mengalahkan
pesaing. Dalam pandangannya, Miller (1983) menyatakan bahwa orientasi
kewirausahaan dapat ditentukan berdasarkan pada tiga dimensi, yaitu proactive,
innovative dan risk – Taking.
2.1.2.1 Proaktif (Proactive)
Menurut Baker & Sinkula (2009: 447) proaktif mengacu pada kemampuan
perusahaan untuk mengambil inisiatif dalam. Mengejar peluang pasar Lumpkin dan
Dess (2001: 431) proaktif sebagai kesempatan melihat ke depan perspektif yang
melibatkan memperkenalkan produk atau jasa baru menjelang kompetisi dan
bertindak dalam mengantisipasi permintaan di masa mendatang untuk membuat
Universitas Sumatera Utara
perubahan dan membentuk lingkungan. Orientasi Proaktif sebagai pemasar mencoba
untuk mendefinisikan kondisi eksternal untuk mengurangi ketidakpastian dan
mengurangi ketergantungan dan kerentanan (Morris, et.al., 2002: 6).
Covey (1995:44) berpendapat definisi dan pengertian tentang sifat proaktif
setidaknya ada 5 (lima), yaitu :
1. Orang proaktif selalu bertanggung jawab. Mereka tidak menyalahkan keadaan,
kondisi, atau pengkondisian untuk perilaku mereka. Perilaku adalah produk dari
pilihan sadar, berdasarkan nilai, dan bukan produk dari suasana hati, conditioning,
atau tekanan sosial yang diterima.
2. Orang proaktif menfokuskan upaya mereka pada lingkaran pengaruh
(mencakup segala hal yang dapat dipengaruhi). Mereka mengerjakan hal-hal yang
terhadapnya mereka dapat perbuat sesuatu. Sifat dari energi mereka adalah positif,
memperluas dan memperbesar, yang menyebabkan lingkaran pengaruh mereka
meningkat.
3. Berfokus pada lingkaran pengaruh, orang proaktif bekerja dari dalam ke luar
(in side – out), yaitu berusaha memulai perubahan dengan mengubah dirinya lebih
dahulu, bahkan dari yang paling dalam dari dirinya, yaitu dengan memeriksa
kebenaran paradigma dan persepsi-persepsinya.
4. Orang proaktif hidup berpusat pada prinsip (principle centered) kemudian ia
menerjemahkan prinsip-prinsip itu kedalam seperangkat nilai-nilai (values) yang telah
Universitas Sumatera Utara
dipilihnya dengan sadar. Berdasarkan nilai-nilai itulah ia mengarahkan pilihan sikap
dan perilakunya.
5. Orang proaktif mengembangkan dan menggunakan empat anugrah unik
manusianya secara optimal. Empat anugrah itu adalah seperti yang diyakini oleh
pengikut madzhab psikologi humanistik sebagai sifat-sifat unik manusia yang
membuatnya berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Covey menyebutkan four
unique himant gifts itu adalah Self Awareness (kesadaran diri), Conscience (hati
nurani), Creative Imagination (imajinasi kreatif) dan Independent Will (kebebasan
kehendak).
2.1.2.2 Inovasi (Innovative)
Inovasi adalah membangun perilaku, ukuran kinerja perusahaan (Baker &
Sinkula, 2009: 447 - 448). Inovasi mencerminkan keinginan dasar untuk menyimpang
dari status quo dan merangkul ide-ide baru (Baker & Sinkula, 2009: 447). Inovasi
mengacu pada kesediaan untuk mendukung kreativitas dan eksperimentasi di
memperkenalkan produk baru / jasa, dan kebaruan, kepemimpinan teknologi dan R &
D dalam mengembangkan ide baru proses (Lumpkin dan Dess, 2001: 431).
Inovasi ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat), baik
itu berupa hasil invensi maupun diskoveri.Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk memcahkan suatu masalah tertentu (Sa’ud, Udin S, 2008).
Inovasi adalah salah satu karakter yang sangat penting dari wirausahaan.
Tanpa adanya inovasi perusahaan tidak akan dapat bertahan lama. Hal ini disebabkan
Universitas Sumatera Utara
kebutuhan, keinginan, dan permintaan pelanggan berubah-ubah (Larsen, P dan Lewis
A, 2007:11) , sedangkan Hills (2008) mendefinisikan inovasi sebagai ide, praktek
atau obyek yang dianggap baru oleh seorang individu atau unit pengguna lainnya.
Suryana (2003) mengemukakan inovasi adalah sebagai kemampuan untuk
menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk
meningkatkan
dan
memperkaya
(http://www.zainalhakim.web.id)
kehidupan
mengemukakan
Zainal
bahwa
inovasi
Hakim
merupakan
kemampuan untuk melakukan sesuatu yang baru dan berbeda. Sesuatu yang baru dan
berbeda tersebut dapat dalam bentuk hasil seperti barang dan jasa, dan bisa dalam
bentuk proses seperti ide, metode, dan cara. Sesuatu yang baru dan berbeda yang
diciptakan melalui proses berpikir kreatif dan bertindak inovatif merupakan nilai
tambah (value added) dan merupakan keunggulan yang berharga. Nilai tambah yang
berharga adalah sumber peluang bagi wirausaha.
2.1.2.3 Pengambilan Resiko (Risk Taking)
Menurut (Lumpkin dan Dess 2001: 431) risiko pengambilan berarti
kecenderungan untuk mengambil tindakan tegas seperti bertualang ke pasar baru yang
tidak diketahui, melakukan sebagian besar sumber daya untuk usaha dengan hasil
yang tidak pasti, atau meminjam berat. Ini adalah kemampuan untuk mengurangi
risiko yang melekat pada kesempatan mengejar dengan tindakan dihitung digunakan
(Becherer et al, 2012: 8). Ini berarti upaya terang-terangan untuk faktor risiko
identitas, dan kemudian untuk mengurangi atau berbagi faktor - faktor tersebut
(Morris et al, 2002: 7).
Universitas Sumatera Utara
Pengambilan risiko mengarah pada perilaku yang menyatu dan dapat
menghasilkan keputusan yang merugikan atau berbahaya, pada saat yang sama dapat
menghasilkan kesempatan yang positif. Kuncinya adalah seberapa sempurna
mendapatkan inormasi. Semakin sempurna informasi yang dikumpul dan semakin
akurat pula besar resiko yang diperoleh (Hendro, 2011:258).
Menurut Ali (2004) resiko berupa potensi terjadinya suatu peristiwa yang
memberikan pengaruh negatif, dapat menimpa siapa saja, apa saja, dimana saja,
kapan saja, tak terkecuali terhadap UMKM. Risk Taking
digambarkan seperti
seseorang yang mengemudi dalam kecepatan tinggi, mengemudi dengan kecepatan
tinggi dapat memberikan waktu tempuh yang lebih singkat sehingga seseorang dapat
mencapai tujuan lebih cepat, namun potensi kecelakaan yang terjadi sangat tinggi
ketika seseorang mengemudi dengan kecepatan tinggi.
2.1.3
Kemampuan Manajemen
Menurut Suci (2009), kemampuan manajemen merupakan sekumpulan
keahlian dan kompetensi baik secara administrative maupun operasional dalam
periode waktu tertentu. Menurut Tangkilisan (2007:10), kemampuan manajemen
yaitu kemampuan untuk memanfaatkan dan menggerakkan sumber daya agar dapat
digerakkan dan diarahkan bagi tercapainya tujuan melalui kegiatan orang lain.
Menurut (Siagian dalam Mulyanto,2007), kemampuan manajemen adalah
kemampuan untuk mengelola usaha seperti perencanaan , pengorganisasian,
pemberian motivasi, pengawasan dan penilaian. Berdasarkan beberapa pengertian di
atas, dapat disimpulkan bahwa Kemampuan Manajemen adalah suatu keterampilan
Universitas Sumatera Utara
dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh efektivitas. Para
peneliti memiliki pemikiran yang berbeda di dalam menetapkan berbagai atribut dari
efektivitas managerial, tetapi pada dasarnya terdapat 4 komponen penting, yaitu
membuat perencanaan,
mengorganisasi, mengarahkan dan pengawasan
(Latif,
2002).
Perusahan kecil atau berskala besar dalam pengelolaannya untuk mencapai
hasil yang efektif dan efisien penerapan prinsip prinsip manajemen sangat diperlukan,
peranan pimpinan atau pemilik usaha untuk memahami dan mampu menjalankan
fungsi-fungsi utama manajemen menjadi hal yang utama bagi keberhasilan usaha
dimasa mendatang.
2.1.3.1 Membuat Perencanaan
Perencanaan dalam sebuah perusahaan dan oprganisasi merupakan hal penting
yang harus dilakukan agar program-program tersebut dapat menunjang terlaksananya
tujuan dari perusahaan atau organisasi yang tentunya ditentukan bagaimana cara
seorang manager menyusun sebuah perencanaan tersebut. Menurut Stephen Robins
dan Mary Coulter (2012 :36) perencanaan adalah sebuah proses yang dimulai dari
penetapan tujuan organisasi, menentukan strategi untuk pencapaian tujuan organisasi
tersebut secara menyeluruh untuk mengintegrasikan dan mengoordinasikan seluruh
pekerjaan organisasi hingga tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Robbins dan Coulter (2007:7) perencanaan tersebut ada dua macam
bentuknya yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1.
Rencana formal adalah rencana tertulis yang telah ditetapkan dan harus
dilaksanakan suatu perusahaan atau organisasi dalam jangka waktu tertentu dan
merupakan rencana bersama anggota korporasi. Maksudnya setiap anggota harus
mengetahui dan menjalankan rencana itu agar tujuan dapat diwujudkan. Rencana
formal ini dibentuk untuk mengurangi ambiguitas dan menciptakan kesepahaman
tentang apa yang harus dilakukan untuk tujuan bersama sebuah organisasi atau
perusahaan.
2.
Rencana informal adalah rencana yang tidak tertulis dan bukan merupakan
tujuan bersama anggota suatu organisasi. Rencana informal ini biasanya mencakup
pada kemampuan anggota dalam hubungannya dengan seorang manager. Maksudnya
tidak tertulis disini adalah rencana yang tidak ada dalam ADRT sebuah perusahaan
atau organisasi, rencana ini bersifat tidak tetap hanya berada pada kondisi tertentu
saja.
2.1.3.2 Mengorganisasi
Oganisasi adalah teori yang mempelajari kinerja dalam sebuah organisasi,
salah satu kajian teori organisasi, diantaranya membahas tentang bagaimana sebuah
organisasi menjalankan fungsi dan mengaktualisasikan visi dan misi organisasi
tersebut. Selain itu, dipelajari bagaimana sebuah organisasi mempengaruhi dan
dipengaruhi oleh orang didalamnya maupun lingkungan kerja organisasi tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Lubis dah Husein (1987) bahwa teori organisasi itu adalah
sekumpulan ilmu pengetahuan yang membecarakan mekanisme kerjasama dua orang
atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Teori
organisasi merupakan sebuah teori untuk mempelajari kerjasama pada setiap individu.
Adapun ciri-ciri organisasi yaitu:
1.Mempunyai tujuan dan sasaran
2. Mempunyai keterikatan format dan tata tertib yang harus ditaati
3.Adanya kerja sama dari sekelompok orang
4.Mempunyai koordinasi tugas dan wewenang
2.1.3.3 Mengarahkan
Menurut Terry ( 2008 : 181) Pengarahan adalah mengintegrasikan usaha –
usaha anggota suatu kelompok sedemikian rupa, sehingga dengan selesainya tugas –
tugas yang diserahkan kepada mereka, mereka memenuhi tujuan – tujuan individual
dan kelompok. Cara mengarahkan bawahan / staf yang tepat dilakukan oleh manajer
sebab :
1. Mengenal bawahannya
2. Terbiasa dengan kecakapan dan kemampuan mereka
3. Mengerti akan kapasitas dan perhatian mereka
4. Mengetahui apa yang dapat mereka hasilkan
Teknik atau strategi pengarahan yang efektif sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengambil tindakan yang
efektif
2. Memberikan informasi mengenai lingkungan fisik dan manusia di tempat
bekerja ( untuk pegawai baru)
3. Informasi cara bekerja yang baik
2.1.3.4 Melakukan Pengawasan
Pengawasan merupakan bagian dari fungsi manajemen yang berupaya agar
rencana yang sudah ditetapkan dapat tercapai dengan efektif dan efisien.Fungsi
manajemen lainnya seperti perencanaan,pengorganisasian, pelaksanakan tidak akan
dapat berjalan dengan baik apabila fungsi pengawasan ini tidak dilakukan dengan
baik.Demikian pula halnya dengan fungsi evaluasi terhadap pencapaian tujuan
manajemen akan berhasil baik apabila fungsi pengawasan telah di lakukan dengan
baik.
Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317), mendifinisikan
pengawasan merupakan sebagai proses dalam menetapkan ukuran kinerja dalam
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai
dengan ukuran yang telah ditetapkan tersebut. Sedangkan menurut Mathis dan Jackson
(2006: 303), menyatakan bahwa pengawasan merupakan sebagai proses pemantauan
kinerja karyawan berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas
penilaian kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik
pencapaian hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan. Defenisi ini tidak hanya
Universitas Sumatera Utara
terpaku pada apa yang direncanakan, tetapi mencakup dan melingkupi tujuan
organisasi. Hal tersebut akan mempengaruhi sikap, cara, sistem, dan ruang lingkup
pengawasan yang akan dilakukan oleh seorang manajer. Pengawasan sangat penting
dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan operasionalnya untuk mencegah
kemungkinan terjadinya penyimpangan–penyimpangan dengan melakukan tindakan
koreksi terhadap penyimpangan tersebut untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
oleh perusahaan sebelumnya.
Harahap (2001: 14) menyatakan pengawasan adalah keseluruhan sistem,
teknik, cara yang mungkin dapat digunakan oleh seorang atasan untuk menjamin agar
segala aktivitas yang dilakukan oleh dan dalam organisasi benar-benar menerapkan
prinsip efisiensi dan mengarah pada upaya mencapai keseluruhan tujuan organisasi.
Sedangkan menurut Simbolon,Maringan (2004: 61), pengawasan adalah proses
dimana pimpinan ingin mengetahui hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan
bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan, kebijakan yang telah ditentukan.
Berdasarkan penjelasan para ahli diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa pengawasan merupakan suatu tindakan pemantauan atau pemeriksaan kegiatan
perusahaan untuk menjamin pencapaian tujuan sesuai dengan rencana yang
ditetapkan sebelumnya dan melakukan tindakan korektif yang diperlukan untuk
memperbaiki kesalahan-kesalahan yang ada sebelumnya. Pengawasan yang efektif
membantu usaha dalam mengatur pekerjaan agar dapat terlaksana dengan baik.
Fungsi pengawasan merupakan fungsi terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini
terdiri dari tugas-tugas memonitor dan mengevaluasi aktivitas perusahaan agar target
Universitas Sumatera Utara
perusahaan tercapai. Dengan kata lain fungsi pengawasan menilai apakah rencana
yang ditetapkan pada fungsi perencanaan telah tercapai.
2.1.4
Kinerja Usaha
Kinerja merujuk pada tingkat pencapaian atau prestasi dari perusahaan dalam
periode waktu tertentu. Tujuan perusahaan yang terdiri dari tetap berdiri atau eksis
(survive), untuk memperoleh laba (benefit) dan dapat berkembang (growth), dapat
tercapai apabila perusahaan tersebut mempunyai performa yang baik (Suci, 2006).
Kinerja (performa) perusahaan dapat dilihat dari tingkat penjualan, tingkat
keuntungan, pengembalian modal, tingkat turn over serta pangsa pasar yang diraihnya
dan strategi perusahaan selalu diarahkan untuk menghasilkan kinerja pemasaran
(seperti volume penjualan dan tingkat pertumbuhan penjualan) yang baik dan juga
kinerja keuangan yang baik. Hal ini menyebabkan beragam pengukuran kinerja dalam
penelitian bidang bisnis terus berkembang dengan dasar indikasi yang bervariasi.
Setiap organisasi atau usaha yang dibentuk mempunyai tujuan yang harus dicapai
untuk keberlangsungan hidup. Dalam mencapai tujuan tersebut maka usaha harus
melalui proses yang meliputi aktivitas-aktivitas positif demi tercapainya tujuan usaha
yang diinginkan dimana kinerja usaha dalam organisasi merupakan jawaban dari
berhasil atau tidaknya langkah-langkah yang digunakan untuk mencapai tujuan
organisasi yang telah ditetapkan.
Pengertian kinerja adalah sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan
oleh organisasi (Moeheriono, 2012:32). Kinerja merupakan serangkaian kegiatan
Universitas Sumatera Utara
manajemen yang memberikan gambaran sejauh mana hasil yang sudah dicapai dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik baik
berupa keberhasilan maupun kekurangan yang terjadi. Pencapaian hasil serangkaian
kegiatan yang dimaksud meliputi standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria
yang telah ditentukan sejak awal dimulainya usaha Gibson et al(dalam Julita,
2013:95).
Rue dan Byars (dalam Riyanti, 2003:25) juga mengatakan bahwa kinerja
dapat diartikan sebagai tingkat pencapaian hasil ataupun tujuan organisasi. Sehingga
dapat dikatakan bahwa kinerja usaha merupakan serangkaian capaian hasil kerja
seorang pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan usahanya, baik dalam
pengembangan produktivitas dan dalam hal pemasaran, dalam konteks wewenang dan
tanggung jawabnya.
Gaskill dan Van Auken (1993) menyatakan kemudahan dalam berbisnis,
pembuat kebijakan dan keterkaitan lain stakeholders untuk melayani sektor usaha
kecil dan menengah mempengaruhi kinerja usaha. Kinerja adalah indikator yang
paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis (Man
et al, 2002). Peningkatan pendapatan, penerimaan penjualan dan pekerja juga adalah
indikator dari kinerja (Le Brasseur, 2003).
Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha dapat dikatakan sebagai
sebuah bentuk yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi
strategi perusahaan. Penurunan kinerja usaha tentu menjadi masalah dan merupakan
tantangan bagi orientasi strategi usaha untuk dapat terus mempertahankan kinerja
Universitas Sumatera Utara
usaha dengan baik melalui satu orientasi strategi yang dipilih berdasarkan keputusan
agar dapat bertahan dalam industri. Terdapat dua dimensi dalam kinerja, yaitu
internal (kualitas produk, kepuasan pegawai), dan eksternal (lingkungan dan
masyarakat) oleh Venkatraman & Ramanujam (1986: 803-804).
2.1.5
Usaha Kecil Menengah (UKM)
Menurut UU Nomor 9 tahun 1999 ditetapkan bahwa usaha kecil adalah suatu
unit usaha yang dimiliki nilai asset netto (tidak termasuk tanah dan bangunan) tidak
melebihi Rp 200 juta atau penjualan pertahun tidak lebih besar dari Rp 1 Milliar,
milik WNI, berdiri sendiri langsung atau tidak langsung dengan usaha menengah atau
besar dan berbentuk badan usaha perorangan, baik berbadan hukum maupun tidak
berbadan hukum. Defenisi yang tercantum dalam UU tersebut sebagai dasar dalam
mengelompokkan jenis-jenis usaha.
Menurut Kementrian Negara Koperasi dan UMKM, kelompok usaha kecil
termasuk kelompok usaha mikro. Usaha mikro adalah kegiatan ekonomi rakyat yang
bersekala kecil dan bersifat tradisonal dan informal dalam arti belum terdaftar, belum
tercatat dan berbadan hukum, dan hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 100 juta.
Sedangkan menurut (Biro Pusat Statistis ) BPS (2005), usaha kecil adalah unit usaha
dengan jumlah pekerja paling sedikit 5 orang dan paling banyak 19 orang termasuk
pengusaha.
Dalam perekonomian Indonesia UMKM merupakan kelompok usaha yang
memiliki jumlah paling besar. Selain itu Kelompok ini terbukti tahan terhadap
berbagai macam goncangan krisi ekonomi. Maka sudah menjadi keharusan penguatan
Universitas Sumatera Utara
kelompok usaha mikro, kecil dan menengah yang melibatkan banyak kelompok.
Kriteria usaha yang termasuk dalam Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah diatur
dalam payung hukum berdasarkan undang-undang.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
Kecil dan Menengah (UMKM) ada beberapa kriteria yang dipergunakan untuk
mendefinisikan Pengertian dan kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.
Pengertian-pengertian UMKM tersebut adalah :
1. Usaha Mikro
Kriteria kelompok Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan
dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana
diatur dalam Undang-Undang ini.
2. Usaha Kecil
Kriteria Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar
yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
ini.
3. Usaha Menengah
Kriteria Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai dengan Usaha Kecil atau
Universitas Sumatera Utara
usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang.
Tabel 2.1
Jenis-Jenis UMKM berdasarkan Asset dan Omzet
No Usaha
Omzet
Asset
1
Usaha Mikro
Maks. 50 Juta
Maks. 300 Juta
2
Usaha Kecil
> 50 Juta – 500 Juta
> 300 Juta – 2,5 Miliar
3
Usaha Menengah
> 500 Juta – 10 Miliar
> 2,5 Miliar – 50 Miliar
Sumber : Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil
dan Menengah (UMKM).
Berdasarkan Undang-undang tersebut, dari sudut pandang perkembangannya
Usaha Kecil Dan Menengah dapat dikelompokkan dalam beberapa kriteria Usaha
Kecil Dan Menengah yaitu :
1. Pedagang, merupakan Usaha Kecil Menengah yang digunakan sebagai kesempatan
kerja untuk mencari nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor informal.
Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2. Usaha Mikro, merupakan Usaha Kecil Menengah yang memiliki sifat pengrajin
tetapi belum memiliki sifat kewirausahaan.
3. Usaha Kecil, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor
Universitas Sumatera Utara
4. Usaha Menengah, merupakan Usaha Kecil Menengah yang telah memiliki jiwa
kewirausahaan dan akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB)
2.2 Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Nama
Peneliti dan
Tahun
Penelitian
Judul Penelitian
Variabel
Penelitian
Peningkatan
1.Orientasi
Kinerja
Melalui Kewirausahaan
Orientasi
2.Kemampuan
Kewirausahaan,
Manajemen
Rahayu Puji Kemampuan
Manajemen,
dan 3.Strategi
Suci (2013)
Bisnis
Strategi Bisnis
Teknik
Analisis
Analisis
Jalur
4.Kinerja
Perusahaan
The Impact of
Entrepreneurial
Azlin Shafina Orientation
on
Arsyad, et al Business
(2014)
Performance:
A
Study
of
Technology- Based
SMEs in Malaysia
1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Kinerja
Bisnis
Analisis
Deskriptif
Hasil
Penelitian
Orientasi
Kewirausahaan
Kemampuan
Manajemen dan
Strategi Bisnis
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap kinjera
perusahaan
Dimensi
orientasi
kewirausahaan :
inovasi,
proaktif,
pengambilan
risiko dan
agresifitas
kompetitif yang
berpengaruh
Universitas Sumatera Utara
pada kinerja
bisnis
Rita Indah
Mustikowati
(2014)
Orientasi
Kewirausahaan,
Inovasi, dan
Strategi Bisnis
untukmeningkatkan
Kinerja Perusahaan
1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Inovasi
Analisis
Regresi
Berganda
Orientasi
Kewirausahaan,
Inovasi, dan
Strategi Binis
berpengaruh
secara langsung
dan positif
terhadap
Kinerja
Perusahaan
Model
Persamaan
Struktural
Orientasi
Kewirausahaan
, Kemampuan
Manajemen dan
Strategi bisnis
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Kinerja
Perusahaan
3.Strategi
Bisnis
4.Kinerja
perusahaan
Mahmud,
Ariati
Anomsari
Analisis Pengaruh
Orientasi
Kewirausahaan,
(2011)
Kemampuan
Manajemen dan
Strategi Bisnis
dalam peningkatan
Kinerja Perusahaan
1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Kemampuan
Manajemen
3.Strategi
Bisnis
4.Peningkatan
Kinerja
Perusahaan
(SEM)
Universitas Sumatera Utara
Andwiani
Sinarasri
(2013)
Analisis Pengaruh
Orientasi
Kewirausahaan
terhadap Strategi
Bisnis dalam
meningkatkan
Kinerja Perusahaan
1.Orientasi
Kewirausahaan
2.Strategi
Bisnis
Model
Analisa
Regresi
Berganda
3.Kinerja
Perusahaan
Orientasi
Kewirausahaan
berpengaruh
terhadap
Strategi Bisnis
dan Strategi
Bisnis
berpengaruh
terhadap
Kinerja
Perusahaan
2.3 Kerangka Konseptual
Berdasarkan studi empiris yang telah dilakukan, hubungan antara orientasi
kewirausahaan serta kemampuan manajemen dengan kinerja usaha telah teruji
signifikansinya.
Studi
awal
yang
menjelaskan
tentang
konsepsi
orientasi
kewirausahaan dikemukakan oleh (Covin dan Slevin ,1991) meliputi perilaku inovatif
(innovativeness),
pengambilan
resiko
(risk
taking)
dan
tindakan
proaktif
(proactiveness).
Orientasi kewirausahaan memberikan kontribusi terhadap kinerja dan
didefinisikan sebagai sebuah ukuran majemuk yang mencakup kinerja keuangan
(Wiklund, 1999). Dalam studinya, Wiklund menjelaskan bahwa terdapat hubungan
positif antara orientasi kewirausahaan dengan kinerja. Kinerja diukur dari kinerja
keuangan, yaitu tingkat pertumbuhan secara relatif dibandingkan dengan pesaing,
Universitas Sumatera Utara
melalui indikator pertumbuhan penjualan, pertumbuhan karyawan, pertumbuhan
penjualan dibandingkan dengan pesaing dan pertumbuhan pangsa pasar dibandingkan
pesaing.
Studi lanjutan yang mendukung penerapan orientasi kewirausahaan dalam
hubungannya dengan kinerja usaha telah dilakukan oleh Galetić dan Milovanović
(2004). Dalam studinya, peneliti menggunakan istilah orientasi kewirausahaan untuk
merujuk pada proses pembuatan strategi dan gaya perusahaan yang terlibat dalam
kegiatan wirausaha. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif
antara orientasi kewirausahaan yang dimiliki oleh UKM toko kain di jalan Perniagaan
dengan kinerja usaha yang diukur dengan kriteria berikut : tingkat penjualan, tingkat
pertumbuhan penjualan, arus kas, laba bersih dan kemampuan untuk mendanai
pertumbuhan bisnis dari keuntungan.
Seorang
kewirausahaan,
wirausahawan
dan
pada
kemampuan
intinya
manajemen
apabila
menerapkan
orientasi
maka
wirausahawan
tersebut
mempunyai tujuan yaitu untuk meningkatkan kinerja usaha. Karena orientasi
kewirausahaan dan kemampuan manajemen memilki hubungan positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha.
Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan
membahas mengenai pengaruh orientasi kewirausahaan dan kemampuan manajemen
terhadap kinerja usaha pada UKM Toko Kain di Jalan Perniagaan. Melihat teori dan
penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka konseptual yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Orientasi
Kewirausahaan
(X1)
Kinerja Usaha
(Y)
Kemampuan
Manajemen
(X2)
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan
sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah: “orientasi
kewirausahaan dan kemampuan manajemen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap kinerja usaha Pada UKM Toko Kain Jalan Perniagaan Kota Medan”.
Universitas Sumatera Utara