Hubungan Antara Fatigue, Nyeri dan Depresi Dengan Kualitas Hidup Pada Penderita Paska Stroke dan Nyeri Kepala Kronik Chapter III V

46

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1. TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian dilakukan di Departemen Neurologi RSUP H. Adam Malik
Medan dan RS jejaring dari tanggal 1 Juni 2015 s/d 30 Maret 2016.
III.2. SUBJEK PENELITIAN
Subjek penelitian diambil dari populasi pasien rumah sakit. Penentuan
subjek penelitian dilakukan menurut metode sampling non random secara
konsekutif.
III.2.1. Populasi sasaran
Semua

penderita paska stroke dan nyeri kepala kronik yang datang

berobat di poliklinik stroke dan sefalgia RSUP Haji Adam Malik Medan dan RS
jejaring.
III.2.2. Populasi terjangkau
Semua


penderita paska stroke dan nyeri kepala kronik yang datang

berobat ke poliklinik stroke dan sefalgia RSUP Haji Adam Malik Medan dan RS
jejaring yang memenuhi kriteria inklusi dilakukan menurut metode sampling non
random secara konsekutif dari tanggal 1 Juni 2015 s/d 30 Maret 2016 atau
sampai jumlah subjek penelitian terpenuhi.

Universitas Sumatera Utara

47

III.2.3. Besar sampel
Untuk penderita stroke:
Dihitung dengan rumus:
n

= σ2 [ Zα + Zβ ] 2
[ μ0 - μa ] 2


n = Besar sampel
σ = Standard deviasi skor kualitas hidup (Lima LM dkk, 2014 ) = 3,09
Zα = Deriviat baku alpha, untuk α = 0,05  Zα = 1,96
Zβ = Deriviat baku beta, untuk β = 0,10  Zβ= 1,282
μ0 = Rata-rata skor kualitas hidup pada pasien Stroke= 63,38 (Lima M.L, dkk,
2014 )
μa = Rata-Rata skor kualitas hidup (dari survei awal) = 61,50
Maka :
n = 3,09 2 [ 1,96 + 1,282 ] 2
[ 63,38– 61,50] 2
= 53,32
Maka dibutuhkan sampel minimal 53 orang untuk penderita stroke

Untuk penderita nyeri kepala kronik :
Dihitung dengan rumus:

Universitas Sumatera Utara

48


= σ2 [ Zα + Zβ ] 2

n

[ μ0 - μa ] 2
n = Besar sampel
σ = Standard deviasi skor kualitas hidup (Shaik MM dkk, 2015) = 11,4
Zα = Deriviat baku alpha, untuk α = 0,05  Zα = 1,96
Zβ = Deriviat baku beta, untuk β = 0,10  Zβ= 1,282
μ0 = Rata-rata skor kualitas hidup pada pasien nyeri kepala kronik= 83,4 (Shaik
MM, dkk, 2015)
μa = Rata-Rata skor kualitas hidup (dari survei awal) = 75,8
Maka :
n = 11,42 [ 1,96 + 1,282 ] 2
[ 83,4– 75,8] 2
= 23,64
Maka dibutuhkan sampel minimal 24 orang untuk penderita nyeri kepala
kronik.
III.2.4. Kriteria inklusi
1.


Penderita stroke yang sudah > 3 bulan dan penderita nyeri kepala yang
sudah > 3 bulan yang berobat jalan ke poliklinik stroke dan sefalgia di
RSUP H.Adam Malik Medan

2.

Memberikan persetujuan untuk ikut dalam penelitian

3.

Dapat membaca dan menulis.

Universitas Sumatera Utara

49

4.

Dapat berbahasa Indonesia.


III. 2.5. Kriteria eksklusi

1.

Penderita nyeri kepala sekunder.

III.3. BATASAN OPERASIONAL
1.

Kualitas hidup menurut WHO didefinisikan sebagai persepsi individu dari
posisi mereka dalam kehidupan dalam konteks

budaya dan sistem nilai

dimana mereka hidup dan kaitannya dengan tujuan, harapan, taraf/standar
dan kepentingan mereka (Kuyken dkk, 1995).

2.


Stroke

adalah suatu episode disfungsi neurologi akut disebabkan oleh

iskemik atau pendarahan berlangsung 24 jam atau meninggal, tapi tidak
memiliki bukti yang cukup untuk diklasifikasikan. (Sacco dkk, 2013)
3.

Stroke iskemik adalah episode disfungsi neurologis disebabkan infark fokal
serebral, spinal, dan infark retinal. (Sacco dkk, 2013)

4.

Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis yang berkembang dengan
cepat yang disebabkan oleh pendarahan di parenkim otak atau sistem
ventrikel yang tidak disebabkan oleh trauma. (Sacco dkk, 2013)

5.

Paska Stroke adalah individu yang didiagnosa 3 bulan setelah mengalami

stroke. (Vuletic V dkk, 2011)

Universitas Sumatera Utara

50

6.

Nyeri kepala adalah rasa nyeri atau rasa tidak mengenakkan pada seluruh
daerah kepala dengan batas bawah dari dagu sampai ke daerah belakang
kepala (area oksipital dan sebahagian daerah tengkuk) (Sjahrir, 2008)

7.

Migren Kronik ialah nyeri kepala yang berlangsung ≥ 15 hari dengan paling
tidak ada 8 hari serangan migren atau probable migraine dalam satu bulan
selama lebih dari 3 bulan dan tidak adanya riwayat penggunaan obat
berlebihan (Sjahrir H dkk, 2013)

8.


Chronic Tension Type Headache (CTTH) ialah nyeri kepala yang berasal
dari episodic tension type headache (ETTH), dengan serangan tiap hari atau
serangan episodik nyeri kepala yang lebih sering yang berlangsung
beberapa menit sampai beberapa hari. Nyeri kepala bersifat bilateral,
menekan atau mengikat dalam kualitas dan intensitas ringan atau sedang
dan nyeri tidak bertambah memberat dengan aktivitas fisik yang rutin,
kemungkinan terdapat mual, fotofobia, atau fonofobia ringan (Sjahrir H dkk,
2013)

9.

Fatigue

adalah

hilangnya

kemampuan


untuk

menghasilkan

tenaga

maksimal yang terjadi secara progresif selama (atau mengikuti) kontraksi
otot yang berulang ataupun terus-menerus atau hilangnya kemampuan
menghasilkan tenaga selama melakukan suatu aktivitas (Davis dkk, 2010)
10. Nyeri adalah suatu rasa tidak menyenangkan dan pengalaman emosional
disertai kerusakan jaringan potensial atau akut, atau digambarkan sebagai
akibat dari kerusakan yang terjadi. (Suryamiharja A dkk, 2011)

Universitas Sumatera Utara

51

11. Depresi ialah suatu gangguan kesehatan mental yang dikarakteristikkan
oleh hilangnya afek positif (hilangnya minat dan kesenangan dalam
melakukan kegiatan dan pengalaman sehari-hari), mood yang menurun dan

sekumpulan gejala yang berkaitan dengan gejala emosional, kognitif, fisik
dan behaviour (NCCMH , 2010).
12. World Health Organization Quality of Life - BREF merupakan instrumen
yang digunakan untuk menilai kualitas hidup yang terdiri dari 26 item yang
mengukur empat domain yang luas yaitu: kesehatan fisik, kesehatan
psikologis, hubungan sosial dan lingkungan. Instrumen WHOQOL-BREF
telah dikembangkan secara kolaboratif disejumlah negara di seluruh dunia
dan telah digunakan di banyak bidang. (Skevington SM dkk, 2004)
13. Fatigue Severity Scale (FSS) merupakan suatu kuesioner yang digunakan
untuk menilai tingkat keparahan fatigue, khususnya pada berbagai gangguan
medis dan neurologis (Neuberger, 2003). Berdasarkan studi sebelumnya,
dikatakan sebagai fatigue adalah bila skor FSS adalah ≥ 5 dan dikatakan
tidak fatigue adalah jika ≤ 4 dan skor antara 4,1 dan 4,9 dianggap
meragukan. (Tellez N dkk, 2005)
14. Numeric Rating Scale adalah skala yang umum digunakan untuk mengukur
klinis nyeri. Pasien diminta untuk menunjukkan intensitas nyeri dengan
angka yang paling mewakili nyeri tersebut.. Berdasarkan kajian dan praktek
klinis sebelumnya, telah dikategorikan skrining nyeri pada nilai NRS sebagai
berikut: ringan (1-3), sedang (4-6), atau berat (7- 10). (Powel RA dkk, 2010;
Polly E dkk,2008).


Universitas Sumatera Utara

52

15. Beck Depression Inventory (BDI) II merupakan suatu daftar pertanyaan
yang dikembangkan untuk mengukut intensitas dan beratnya simptomsimptom depresi. Terdiri dari 21 pertanyaan, masing-masing ditujukan untuk
mengukur simptom spesifik yang umum dijumpai pada orang dengan
depresi. Dimana skor “0” menunjukkan tidak ada masalah dan skor “3”
menunjukkan masalah yang berat, dengan total skor keseluruhan mulai dari
0 sampai 63. Skor di bawah 13 menunjukkan tidak ada depresi, 14-20
menunjukkan depresi ringan, 21-30 menunjukkan depresi sedang, dan di
atas 30 menunjukkan depresi berat (Bilgic dkk, 2011; Contreras dkk, 2010)
16. Nyeri kepala sekunder menurut klasifikasi The International Classification
Of Headache Disorder, 2nd Edition dari The International Headache Society,
terdiri dari : (Kelompok Studi Nyeri Kepala PERDOSSI, 2013)

1. Nyeri kepala yang berkaitan dengan trauma kepala dan/atau leher
2. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan vaskuler kranial atau
servikal.
3. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan non vaskuler
intrakranial.
4. Nyeri kepala yang berkaitan dengan substansi atau withdrawalnya
nya.
5. Nyeri kepala yang berkaitan dengan infeksi.
6. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan homeostasis.
7. Nyeri kepala atau nyeri vaskuler yang berkaitan dengan kelainan
kranium, leher, mata, telinga, hidung, sinus, gigi, mulut atau struktur
fasial atau kranial lainnya.

Universitas Sumatera Utara

53

8. Nyeri kepala yang berkaitan dengan kelainan psikiatrik.
III.4. RANCANGAN PENELITIAN
Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan metode pengumpulan data
secara potong lintang dengan sumber data primer yang diperoleh dari semua
penderita paska stroke dan penderita nyeri kepala kronik di RSUP Haji Adam
Malik Medan dan RS jejaring..
III. 5. PELAKSANAAN PENELITIAN
III.5.1. Instrumen

1. Fatigue Severity Scale (FSS)
2. Numeric Rating Scale (NRS)
3. Beck Depression Inventory (BDI) II
4. WHOQOL-BREF
III.5.2. Pengambilan Sampel
Semua penderita paska stroke yang datang berobat ke poliklinik
stroke dan penderita nyeri kepala kronik yang datang berobat ke poliklinik
sefalgia RSUP Haji Adam Malik Medan dan RS jejaring diambil secara
konsekutif yang memenuhi kriteria inklusi serta menandatangani surat
persetujun ikut dalam penelitian.
Subjek

penderita

paska

stroke

di

anamnese,

dilakukan

pemeriksaan fisik serta telah dilakukan CT Scan kepala dan subjek
dengan nyeri kepala dianamnesa sesuai pertanyaan pada kriteria
diagnostik berdasarkan Konsensus Nasional IV PERDOSSI 2013 untuk

Universitas Sumatera Utara

54

mendiagnosa jenis nyeri kepala kronik. Kemudian setiap subjek dinilai
tingkat keparahan fatigue dengan menggunakan kuesioner FSS, nyeri
dengan menggunakan kuesioner NRS, depressi dengan menggunakan
kuesioner BDI II kemudian dinilai kualitas hidupnya dengan menggunakan
kuesioner HRQOL BREF. Pengambilan sampel dilakukan oleh dokter
pemeriksa.
II.5.3. Kerangka Operasional
Penderita Paska Stroke dan
Penderita Nyeri Kepala Kronik

Eksklusi

Inklusi

Pengumpulan data:

-

Kuesioner FSS
Kuesioner NRS
Kuesioner BDI II

Pemeriksaan
HRQOL-BREF

Analisa Data

Hasil

Universitas Sumatera Utara

55

III.5.4. Variabel yang diamati
Variabel bebas : fatigue, nyeri, depresi
Variabel terikat : kualitas hidup
III.5.5. Analisa statistik
Data hasil penelitian akan dianalisa secara statistik dengan bantuan
program komputer Windows SPSS (Statistical Product and Science Service ).
Analisis dan penyajian data dilakukan sebagai berikut:

1.

Untuk mengetahui hubungan antara fatigue, nyeri dan depresi
dengan kualitas hidup pada penderita paska stroke di RSUP H.
Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji regresi linier
ganda.

2.

Untuk mengetahui hubungan antara fatigue, nyeri dan depresi
dengan

kualitas hidup pada penderita nyeri kepala kronik di

RSUP H. Adam Malik Medan dan RS jejaring digunakan uji
regresi linier ganda.
3.

Untuk mengetahui hubungan antara fatigue dengan kualitas
hidup penderita paska stroke digunakan uji korelasi Pearson jika
berdistribusi normal, jika tidak berdistribusi normal maka
digunakan uji korelasi Sperman.

4.

Untuk mengetahui hubungan antara nyeri dengan kualitas hidup
penderita paska stroke digunakan uji korelasi Pearson jika

Universitas Sumatera Utara

56

berdistribusi normal, jika tidak berdistribusi normal maka
digunakan uji korelasi Sperman.
5.

Untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas
hidup penderita paska stroke digunakan uji korelasi Pearson jika
berdistribusi normal, jika tidak berdistribusi normal maka
digunakan uji korelasi Sperman.

6.

Untuk mengetahui hubungan antara fatigue dengan kualitas
hidup penderita nyeri kepala kronik digunakan uji korelasi
Pearson jika berdistribusi normal, jika tidak berdistribusi normal
maka digunakan uji korelasi Sperman.

7.

Untuk mengetahui hubungan antara nyeri dengan kualitas hidup
penderita nyeri kepala kronik digunakan uji korelasi Pearson jika
berdistribusi normal, jika tidak berdistribusi normal maka
digunakan uji korelasi Sperman.

8.

Untuk mengetahui hubungan antara depresi dengan kualitas
hidup penderita nyeri kepala kronik digunakan uji korelasi
Pearson jika berdistribusi normal, jika tidak berdistribusi normal
maka digunakan uji korelasi Sperman.

9.

Untuk melihat gambaran karakteristik demografi penderita paska
stroke dan nyeri kepala kronik di RSUP Haji Adam Malik Medan
dan RS jejaring digunakan analisa deskriptif.

Universitas Sumatera Utara

57

III.5.6. Jadwal penelitian
Penelitian akan dilakukan mulai tanggal 1 juni 2015 sampai 30 Maret
2016 .

Persiapan

: 20 Mei 2015 s/d 30 Mei 2015

Pengumpulan Data

: 1 Juni 2015 s/d 30 maret 2016

Analisa Data

: 1 April 2016 s/d 10 April 2016

Penyusunan Laporan

: 11 April 2016 s/d 10 Mei 2016

Penyajian Laporan

: 17 Mei 2016

III.5.7. Biaya penelitian
Biaya pencetakan lembaran pengumpulan data : Rp. 400.000
Biaya penulisan laporan penelitian

: Rp. 600.000
+

Jumlah

: Rp. 1.000.000

Universitas Sumatera Utara

58

III.5.8. Personalia Penelitian
Peneliti utama: dr. Toety Maria Simanjuntak
Pembimbing : 1 Dr. dr. Aldy S Rambe, SpS (K)
2 dr. Khairul P. Surbakti, SpS

Universitas Sumatera Utara

59

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 HASIL PENELITIAN
IV.1.1 Karakteristik Demografi Subjek Penelitian
Dari keseluruhan pasien paska stroke dan nyeri kepala kronik yang
berobat jalan di poliklinik Neurologi RSUP HAM Medan dan RS Jejaring periode
Juni 2015 hingga Maret 2016, terdapat 80 pasien paska stroke dan 40 pasien
nyeri kepala kronik yang memenuhi kriteria sehingga diikutsertakan dalam
penelitian.
Dari 80 orang subjek penelitian pada pasien paska stroke, didapati rerata
umur subjek penelitian adalah 57,64 ± 8,09 tahun. Jenis kelamin terbanyak
adalah laki-laki 48 orang (60,0%). Suku terbanyak adalah Batak sebanyak 47
orang (58,8%). Pendidikan terbanyak adalah SLTA 29 orang (36,3%), pekerjaan
terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga 27 orang (33,8%), jenis troke terbanyak
adalah stroke iskemik 59 orang (73,8 %).
Rerata nilai fatigue subjek penelitian pada pasien paska stroke ialah 3,83
± 1,00 dengan nilai minimal 1,7 dan nilai maksimal 5,4 . Rerata nilai nyeri pada
subjek penelitian adalah 1,69 ± 1,81`dengan nilai minimal 0 dan nilai maksimal 6.
Rerata nilai depresi pada pada subjek penelitian ialah 14,08 ± 4,17 dengan nilai
minimal 8 dan nilai maksimal 24. Paling banyak didapati pada subjek penelitian
adalah yang tidak fatigue yaitu 56 orang (70,0%), tidak nyeri sebanyak 40 orang
(50,0%) dan tidak depresi sebanyak 44 orang (55,0%). Dari keseluruhan subjek

Universitas Sumatera61Utara

60

penelitian pada pasien paska stroke didapati rerata nilai kualitas hidup adalah
58,88 ± 10,95 (Tabel 1).
Dari 40 orang subjek penelitian pada pasien nyeri kepala kronik, didapati
rerata umur subjek penelitian adalah 43,10 ± 14,00 tahun. Jenis kelamin
terbanyak adalah perempuan 31 orang (77,5%). Suku terbanyak adalah Batak
sebanyak 23 orang (57,5%). Pendidikan terbanyak adalah SLTA 20 orang
(50,0%), pekerjaan terbanyak adalah Ibu Rumah Tangga 16 orang (40,0%), jenis
nyeri kepala kronik terbanyak adalah CTTH yaitu 29 orang (72,5%).
Rerata nilai fatigue subjek penelitian pada pasien nyeri kepala kronik
adalah 3,32 ± 1,23 dengan nilai minimal 1 dan nilai maksimal 5. Rerata nilai
nyeri pada subjek penelitian adalah 3,73 ± 1, 60`dengan nilai minimal 2 dan nilai
maksimal 8. Rerata nilai depresi pada pada subjek penelitian ialah 14,28 ± 4,39
dengan nilai minimal 8 dan nilai maksimal 25. Paling banyak didapati pada
subjek penelitian adalah yang tidak fatigue yaitu 31 orang (77,5%), nyeri ringan
sebanyak 25 orang (62,5%) dan tidak depresi sebanyak 23 orang (57,5%). Dari
keseluruhan subjek penelitian pada pasien nyeri kepala kronik didapati rerata
nilai kualitas hidup adalah 63, 58 ± 10, 45 (Tabel 2).
.

Universitas Sumatera Utara

61

Tabel 1. Karakteristik Subjek Penelitian pada Penderita Paska Stroke
Karakteristik Sampel
Umur, rerata ± SD (tahun)

N (80)

%

57,64 ± 8,09

Jenis Kelamin
Laki-laki

48

60,0

Perempuan

32

40,0

SD

20

25,0

SLTP

15

SLTA

29

36,3

Akademi

6

7,5

Perguruan Tinggi

10

12,5

Ibu Rumah Tangga

27

33,8

Pensiunan

10

12,5

Petani

15

18,8

PNS

9

11,3

Wiraswasta

19

23,8

Aceh

12

15,0

Batak

47

58,8

Jawa

12

15,0

Melayu

3

3,8

Nias

3

3,8

Padang

3

3,8

Pendidikan

18,8

Pekerjaan

Suku

Jenis Stroke

Universitas Sumatera Utara

62

Stroke Iskemik

59

73,8

Stroke Hemoragik

21

26,2

Nilai Fatigue, rerata ± SD

3,83 ± 1,00

Nilai Nyeri, rerata ± SD

1,69 ± 1,81

Nilai Depresi, rerata ± SD

14,08 ± 4,17

Nilai Kualitas Hidup, rerata ± SD

58,88 ± 10,95

Fatigue
Ya

24

30,0

Tidak

56

70,0

Tidak nyeri

40

50,0

Ringan

26

32,5

Sedang

14

17,5

Tidak depresi

44

55,0

Ringan

31

38,8

Sedang

5

6,0

Parietal

11

13,8

Temporal

10

12,5

Periventrikuler

3

3,8

Basal ganglia

22

27,5

Pons

11

13,8

Thalamus

10

12,5

Cerebellum

4

5,0

Frontal

9

11,3

Nyeri

Depresi

Lokasi

Universitas Sumatera Utara

63

Tabel 2. Karakteristik Subjek Penelitian pada Penderita Nyeri Kepala Kronik
Karakteristik Sampel
Umur, rerata ± SD (tahun)

N (40)

%

43,10 ± 14,00

Jenis Kelamin
Laki-laki

9

22,5

Perempuan

31

77,5

SD

2

5,0

SLTP

6

15,0

SLTA

20

50,0

Akademi

5

12,5

Perguruan Tinggi

7

17,5

Ibu Rumah Tangga

16

40,0

Pelajar

6

15,0

Pensiunan

4

10,0

PNS

9

22,5

Wiraswasta

5

12,5

Aceh

2

5,0

Batak

23

57,5

Jawa

8

20,0

Melayu

3

7,5

Nias

2

5,0

Padang

2

5,0

Pendidikan

Pekerjaan

Suku

Universitas Sumatera Utara

64

Jenis Nyeri Kepala
Migren Kronik

11

27,5

CTTH

29

72,5

Nilai Fatigue, rerata ± SD

3,32 ± 1,23

Nilai Nyeri, rerata ± SD

3,73± 1,23

Nilai Depresi, rerata ± SD

14,28 ± 4,39

Nilai Kualitas Hidup, rerata ± SD

63,58 ± 10,45

Fatigue
Ya

9

22,5

Tidak

31

77,5

Ringan

25

62,5

Sedang

12

30,0

Berat

3

7,5

Tidak depresi

23

57,5

Ringan

12

30,0

Sedang

5

12,5

Nyeri

Depresi

Universitas Sumatera Utara

65

Gambar 2. Grafik Frekuensi Fatigue Penderita Paska Stroke

Universitas Sumatera Utara

66

Gambat 3. Grafik Frekuensi Nyeri Penderita Paska Stroke

Gambar 4. Grafik Frekuensi Depresi Penderita Paska Stroke

Universitas Sumatera Utara

67

Gambar 5. Grafik Frekuensi Fatigue Penderita Nyeri Kepala Kronik

Gambar 6. Grafik Frekuensi Nyeri Penderita Nyeri Kepala Kronik

Gambar 7. Grafik Frekuensi Depresi Penderita Nyeri Kepala Kronik.

Universitas Sumatera Utara

68

IV.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Stroke
Dari 80 orang subjek penelitian pada penderita paska stroke, didapati
penderita stroke iskemik 59 orang (73,8%) dan penderita stroke hemoragik 21
orang (26,2%). Rerata umur pada penderita stroke iskemik adalah 58,27 ± 8,32
tahun dan pada stroke hemoragik 55, 86 ± 7,28 tahun. Jenis kelamin terbanyak
pada penderita stroke iskemik dan stroke hemoragik adalah laki-laki yaitu 36
orang (61,0%) dan 12 orang (57,1). Suku terbanyak pada stroke iskemik dan
hemoragik adalah Batak yaitu sebanyak 35 orang (59,3%) dan 12 orang (57,1%).
Pendidikan terbanyak pada stroke iskemik dan stroke hemoragik adalah SLTA
yaitu 19 orang (32,2%,) dan 10 orang (47,6%), pekerjaan terbanyak pada stroke
iskemik dan stroke hemoragik adalah Ibu Rumah Tangga sebanyak 19 orang
(32,2%) dan 8 orang (38,1%). Rerata nilai fatigue subjek penelitian pada
penderita stroke iskemik adalah 3,84 ± 0,98 sedangkan pada stroke hemoragik
adalah 3,78 ± 1,08. Rerata nilai nyeri pada stroke iskemik adalah 1,53 ± 1,77
sedangkan pada stroke hemoragik 2,14 ± 1,90.`Rerata nilai depresi pada pada
stroke iskemik adalah 14, 29 ± 4,37 sedangkan stroke hemoragik 13,48 ± 3,55.
Pada penderita stroke iskemik dan stroke hemoragik didapati yang
terbanyak adalah tidak fatigue yaitu 41 orang (69,5%) dan 15 orang (71,4%).
Pada penderita stroke iskemik didapati yang terbanyak adalah tidak nyeri yaitu
32 orang (54,2%) sedangkan pada stroke hemoragik adalah nyeri ringan
sebanyak 9 orang (42,9%). Pada penderita stroke iskemik dan stroke hemoragik
didapati yang terbanyak adalah tidak depresi yaitu 32 orang (54,2%) dan stroke
hemoragik 12 orang (57,1%). Nilai rerata kualitas hidup pada penderita stroke
iskemik lebih baik dibandingkan stroke hemoragik yaitu 59,10 ± 11,27 sedangkan
stroke hemoragik 58,24 ± 10,23. Fatigue dijumpai pada 18 orang (30,5%)
penderita paska stroke iskemik dan 6 orang pada stroke hemoragik. Nyeri

Universitas Sumatera Utara

69

sedang dijumpai pada 10 orang (16,9%) penderita paska stroke iskemik dan 4
orang (19,0%) pada penderita stroke hemoragik. Depresi sedang dijumpai pada
4 orang (6,8%) penderita paska stroke iskemik dan 1 orang (4,8%) penderita
stroke hemoragik. Pada Tabel 3 terlihat tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dari karakteristik penderita paska stroke iskemik dan hemoragik.
IV.1.3 Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Nyeri Kepala
Kronik
Dari 40 orang subjek penelitian pada penderita nyeri kepala kronik,
didapati penderita migren kronik 11 orang (27,5%) dan penderita CTTH 29 orang
(72,5%). Rerata umur pada penderita migren kronik adalah 37,18 ± 11,33 tahun
dan pada CTTH 45,34 ± 14,43 tahun. Jenis kelamin terbanyak pada penderita
migren kronik dan CTTH adalah perempuan yaitu 9 orang (81,8%) dan 22 orang
(75,9%). Suku terbanyak pada migren kronik dan CTTH adalah Batak yaitu
sebanyak 8 orang (72,7%) dan 15 orang (51,7%). Pendidikan terbanyak pada
migren kronik dan CTTH adalah SLTA yaitu 6 orang (54,4%,) dan 14 orang
(48,3%), pekerjaan terbanyak pada migren kronik dan CTTH adalah Ibu Rumah
Tangga sebanyak 6 orang (54,4%) dan 10 orang (34,5%). Rerata nilai fatigue
subjek penelitian pada penderita migren kronik adalah 4,47 ± 0,87 sedangkan
pada CTTH adalah 2, 87 ± 1,05. Rerata nilai nyeri pada migren kronik adalah
5,82 ± 1,16 sedangkan pada CTTH 2,93 ± 0,84.`Rerata nilai depresi pada pada
migren kronik adalah 17,55 ± 4,74 sedangkan pada CTTH 13,03 ± 3,62.
Pada penderita migren kronik didapati yang terbanyak yang memiliki
fatigue yaitu 6 orang (54,5%) dan CTTH didapati yang terbanyak adalah tidak
fatigue yaitu 26 orang (89,7%). Pada penderita migren kronik didapati yang
terbanyak adalah nyeri sedang yaitu 8 orang (72,7%) sedangkan pada CTTH

Universitas Sumatera Utara

70

adalah nyeri ringan sebanyak 25 orang (86,2%). Pada penderita migren kronik
didapati yang terbanyak adalah depresi ringan dan sedang yaitu masing-masing
4 orang (36,4%) sedangkan pada CTTH yang terbanyak adalah tidak depresi
sebanyak 20 orang (69,0%). Nilai rerata kualitas hidup pada penderita CTTH
lebih baik dibandingkan migren kronik yaitu 64,52 ± 10,36 sedangkan migren
kronik 61,09 ± 10,76. Fatigue dijumpai pada 6 orang (54,5,5%) penderita migren
kronik dan 3 orang (10,3%) pada CTTH. Nyeri berat dijumpai pada 3 orang
(27,3%) penderita migren kronik

sedangkan pada penderita CTTH tidak

dijumpai. Penderita yang tidak depresi paling banyak dijumpai pada CTTH yaitu
20 orang (69,0%) sedangkan pada migren kronik dijumpai sebanyak 3 orang
(27,3%). Pada Tabel 4 terlihat terdapat perbedaan yang signifikan dari
karakteristik penderita migren kronik dan CTTH yaitu pada rerata nilai fatigue,
rerata nilai nyeri dan rerata nilai depresi.

Universitas Sumatera Utara

71

Tabel 3. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Stroke
Karakteristik
Stroke
Iskemik
n ( %)
58,27 ± 8,32

Umur, rerata ± SD (tahun)
Jenis Kelamin
36 (61,0)
Laki-laki
23 (39,0)
Perempuan
Pendidikan
16 (27,1)
SD
10 (16,9)
SLTP
19 (32,2)
SLTA
6 (10,2)
Akademi
8 (13,6)
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
19 (32,2)
Ibu Rumah Tangga
8 (13,6)
Pensiunan
9 (15,3)
Petani
8 (13,6)
PNS
15 (25,4)
Wiraswasta
Suku
8 (13,6)
Aceh
35 (59,3)
Batak
Jawa
11 (18,6)
Melayu
1 (1,7)
Nias
2 (3,4)
Padang
2 (3,4)
Nilai Fatigue, rerata ± SD
3,84 ± 0,98
Nilai Nyeri, rerata ± SD
1,53 ± 1,77
Nilai Depresi, rerata ± SD
14,29 ± 4,37
Nilai Kualitas Hidup, rerata ±SD 59,10 ± 11,27
Fatigue
Ya
18 (30,5)
Tidak
41 (69,5)
Nyeri
Tidak nyeri
32 (54,2)
Ringan
17 (28,8)
Sedang
10 (16,9)
Depresi
Tidak depresi
32 (54,2)
Ringan
23 (39,0)
Sedang
4 (6,8)

Stroke
Hemoragik
n (%)
55,86 ± 7,28

p

0,248*
0,756**

12 (57,1)
9 (42,9)
0,913***
4 (19,0)
5 (23,8)
10 (47,6)
0 (0,0)
2 (9,5)
0,946***
8 (38,1)
2 (9,5)
6 (28,6)
1 (4,8)
4 (19,0)
0,819***
4 (19,0)
12 (57,1)
1 (4,8)
2 (9,5)
1 (4,8)
1 (4,8)
3,78 ± 1,08
2,14 ± 1,90
13,48 ± 3,55
58,24 ± 10,23

0,978*
0,213*
0,554*
0,665*
0,868**

6 (28,6)
15 (71,4)

0,409**

8 (38,1)
9 (42,9)
4 (19,0)

0,638***

12 (57,1)
8 (38,1)
1 (4,8)

*Uji Mann Whitne
** Uji Chi-Square
***Uji Kolmogorov-Smirnov

Universitas Sumatera Utara

72

Tabel 4. Karakteristik Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Nyeri
Kronik

Kepala

Karakteristik

CTTH
n (%)

p

45,34 ± 14,43

0,084*
0,687**

Migren
Kronik
n ( %)
37,18 ± 11,33

Umur, rerata ± SD (tahun)
Jenis Kelamin
2 (18,2)
Laki-laki
9 (81,8)
Perempuan
Pendidikan
0 (0,0)
SD
3 (27,3)
SLTP
6 (54,4)
SLTA
1 (9,1)
Akademi
1 (9,1)
Perguruan Tinggi
Pekerjaan
6 (54,4)
Ibu Rumah tangga
2 (18,2)
Pelajar
0 (0,0)
Pensiunan
2 (18,2)
PNS
1(9,1)
Wiraswasta
Suku
1 (9,1)
Aceh
8 (72,7)
Batak
2 (18,2)
Jawa
0 (0,0)
Melayu
0 (0,0)
Nias
0,(0,0)
Padang
Nilai Fatigue, rerata ± SD
4,47 ± 0,87
Nilai Nyeri, rerata ± SD
5,82 ± 1,16
Nilai Depresi, rerata ± SD
17,55 ± 4,74
Nilai Kualitas Hidup, rerata ±SD 61,09 ± 10,76
Fatigue
6 (54,5)
Ya
5 (45,5)
Tidak
Nyeri
0 (0,0)
Ringan
8 (72,7)
Sedang
3 (27,3)
Berat
Depresi
3 (27,3)
Tidak Depresi
4 (36,4)
Ringan
4 (36,4)
Sedang

7 (24,1)
22 (75,9)
0,984****
2 (6,9)
3 (10,3)
14 (48,3)
4 (13,8)
6 (20,7)
0,948****
10 (34,5)
4 (13,8)
4 (13,8)
7 (24,1)
4 (13,8)
0,873****
1 (3,4)
15 (51,7)
6 (20,7)
3 (10,3)
2 (6,9)
2 (6,9)
2,87 ± 1,05
2,93 ± 0,84
13,03 ± 3,62
64,52 ± 10,36

0,001*
0,001*
0,004*
0,323*
0,007***

3 (10,3)
26 (89,7)

0,001****

25 (86,2)
4 (13,8)
0 (0,0)

0,104****

20 (69,0)
8 (27,6)
1 (3,4)

*Uji Mann Whitne
** Uji Chi-Square
***Uji Fisher’s
***Uji Kolmogorov-Smirnov

Universitas Sumatera Utara

73

Tabel 5. Karakteristik Fatigue, Nyeri dan Depresi Berdasarkan Lokasi Pada
Penderita Stroke Iskemik
Lokasi
Parietal
Temporal
Basal ganglia
Pons
Thalamus
Cerebellum
Frontal

Fatigue
n (%)
3 (5,0)
2 (3,3)
5 (8,4)
3 (5,0)
2 (3,3)
0 (0,0)
3 (5,0)

Nyeri
n (%)
4 (6,7)
2 (3,3)
11 (18,6)
1 (1,6)
6 (10,1)
1 (1,6)
2 (3,3)

Depresi
n (%)
5 (8,4)
4 (6,7)
10 (16,9)
3 (5,08)
2 (3,3)
0 (0,0)
5,08

Tabel 6. Karakteristik Fatigue, Nyeri dan Depresi Berdasarkan Lokasi Pada
Penderita Stroke Hemoragik
Lokasi
Parietal
Temporal
Periventrikuler
Basal ganglia
Pons
Thalamus
Cerebellum
Frontal

Fatigue
n (%)
1 (4,7)
1 (4,7)
0 (0,0)
0 (0,0)
0 (0,0)
0 (0,0)
2 (9,5)
1 (4,7)

Nyeri
n (%)
1 (4,7)
2 (9,5)
3 (14,2)
0 (0,0)
0 (0,0)
3 (14,2)
3 (14,2)
1 (4,7)

Depresi
n (%)
1 (4,7)
0 (0,0)
2 (9,5)
1 (4,7)
0 (0,0)
2 (9,5)
1 (4,7)
2 (9,5)

Pada tabel 5 dan tabel 6 ditemukan bahwa penderita yang paling banyak
mengalami nyeri pada stroke iskemik adalah dengan lokasi lesi pada basal
ganglia sebanyak 11 orang (18,6%), sedangkan pada stroke hemoragik
penderita yang paling banyak mengalami nyeri adalah dengan lokasi lesi di
periventrikuler, thalamus dan cerebellum masing-masing sebanyak 3 orang
(14,2%).
IV.1.4. Hubungan antara Fatigue, Nyeri dan Depresi dengan Kualitas Hidup
pada Penderita Paska Stroke
Untuk mengetahui hubungan antara fatigue, nyeri dan depresi dengan
kualitas hidup pada penderita paska stroke digunakan uji regresi linier ganda.
Dengan menggunakan uji ini terlihat bahwa nyeri memiliki koefisien yang lebih
besar sehingga merupakan variabel yang paling berperan terhadap kualitas
hidup pada penderita paska stroke, dimana nyeri menunjukkan hubungan negatif

Universitas Sumatera Utara

74

yang signikan dengan kualitas hidup dengan kekuatan korelasi lemah (B= -1,821,
p=0,005)

Tabel 7. Hubungan antara Fatigue, Nyeri dan Depresi dengan
Hidup pada Penderita Paska Stroke
Model

Koefisien B

1 ( Constant)
Fatigue
Nyeri
Depresi

Kualitas

Koefisien Korelasi

78,780
-1,718
-1,821
-0,726

p
0,001
0,125
0,005
0,006

-0,158
-0,302
-0,276

Uji Regresi Linier Ganda

IV.1.5. Hubungan antara Fatigue dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke.
Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan
korelasi negatif yang tidak signifikan antara fatigue dengan kualitas hidup pada
penderita paska stroke dengan nilai kekuatan korelasi sangat lemah (r=-0,198,
p=0,078) (Tabel 6).
Tabel 8. Hubungan Antara Fatigue dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke

Fatigue

r

Kualitas Hidup
-0,198

p

0,078

n

80

Uji Korelasi Spearman

Universitas Sumatera Utara

75

IV.1.6. Hubungan antara Nyeri dengan Kualitas Hidup pada Penderita Paska
Stroke.
Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan
korelasi negatif yang signifikan antara nyeri dengan kualitas hidup pada
penderita paska stroke dengan nilai kekuatan korelasi lemah (r=-0,224, p=0,046)
(Tabel 7).

Tabel 9. Hubungan antara Nyeri dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke

Nyeri

r

Kualitas Hidup
-0,224

p

0,046

n

80

Uji Korelasi Spearman

IV.1.7. Hubungan antara Depresi dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke.
Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan
korelasi negatif yang signifikan antara depresi dengan kualitas hidup pada
penderita paska stroke dengan nilai kekuatan korelasi lemah (r=-0,241, p=0,031)
(Tabel 8).

Universitas Sumatera Utara

76

Tabel 10. Hubungan antara Depresi dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke

Depresi

r

Kualitas Hidup
-0,241

p

0,031

n

80

Uji Korelasi Spearman

IV.1.8. Hubungan antara Fatigue, Nyeri dan Depresi dengan Kualitas Hidup
pada Penderita Nyeri Kepala Kronik.
Untuk mengetahui hubungan antara fatigue, nyeri dan depresi dengan
kualitas hidup pada penderita nyeri kepala kronik digunakan uji regresi linier
ganda. Dengan menggunakan uji ini terlihat bahwa fatigue memiliki koefisien
yang lebih besar sehingga merupakan variabel yang paling berperan terhadap
kualitas hidup pada penderita nyeri kepala
kronik, namun fatigue menunjukkan hubungan negatif yang tidak signikan
dengan kualitas hidup dengan kekuatan korelasi sedang (B= -3,639, p=0,100)
Tabel 11. Hubungan antara Fatigue, Nyeri dan Depresi dengan Kualitas
Hidup pada Penderita Nyeri Kepala Kronik

Model

Koefisien B

1 (Constant)
Fatigue
Nyeri
Depresi

71,975
-3,639
0,665
0,084

Koefisien Korelasi
-0,429
0,102
0,035

p
0,001
0,100
0,692
0,867

Uji Regresi Linier Ganda

Universitas Sumatera Utara

77

IV.1.9. Hubungan antara Fatigue dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Nyeri Kepala Kronik
Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan
korelasi negatif yang tidak signifikan antara fatigue dengan kualitas hidup pada
penderita nyeri kepala kronik dengan nilai kekuatan korelasi lemah (r=-0,294,
p=0,065) (Tabel 10).
Tabel 12. Hubungan antara Fatigue dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Nyeri Kepala Kronik

Fatigue

r

Kualitas Hidup
-0,294

p

0,065

n

40

Uji Korelasi Spearman

IV.1.10. Hubungan antara Nyeri dengan Kualitas Hidup pada Penderita Nyeri
Kepala Kronik

Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan
korelasi negatif yang tidak signifikan antara nyeri dengan kualitas hidup pada
penderita nyeri kepala kronik dengan nilai kekuatan korelasi lemah (r=-0,222,
p=0,169) (Tabel 11).

Universitas Sumatera Utara

78

Tabel 13. Hubungan antara Nyeri dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Nyeri Kepala Kronik

Nyeri

r

Kualitas Hidup
-0,222

p

0,169

n

40

Uji korelasi Spearman

IV.1.11 Hubungan antara Depresi dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Nyeri Kepala Kronik
Hasil analisa statistik menggunakan uji korelasi Spearman menunjukkan
korelasi negatif yang tidak signifikan antara depresi dengan kualitas hidup pada
penderita nyeri kepala kronik dengan nilai kekuatan korelasi sangat lemah (r=0,154, p=0,344) (Tabel 12).

Tabel 14. Hubungan antara Depresi dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Nyeri Kepala Kronik

Depresi

r

Kualitas Hidup
-0,154

p

0,344

n

40

Uji korelasi Spearman

Universitas Sumatera Utara

79

IV.2 PEMBAHASAN
Penelitian ini merupakan penelitian potong lintang dengan tujuan untuk
melihat hubungan antara fatigue, nyeri dan depresi dengan kualitas hidup pada
penderita paska stroke dan nyeri kepala kronik.

Pada penelitian ini subjek penderita paska stroke di anamnese,
dilakukan pemeriksaan fisik serta telah dilakukan CT Scan kepala dan
subjek dengan nyeri kepala dianamnesa sesuai pertanyaan pada kriteria
diagnostik berdasarkan Konsensus Nasional IV PERDOSSI 2013 untuk
mendiagnosa jenis nyeri kepala kronik. Kemudian setiap subjek dinilai nilai
fatigue dengan menggunakan kuesioner FSS, nilai nyeri dengan
menggunakan kuesioner NRS dan nilai depressi dengan menggunakan
kuesioner BDI II kemudian dinilai kualitas hidupnya dengan menggunakan
kuesioner HRQOL BREF. Pengambilan sampel dilakukan oleh dokter
pemeriksa.

IV.2.1 Karakteristik Subjek Penelitian pada Penderita Paska Stroke
Jumlah keseluruhan subjek penelitian pada penderita paska stroke
adalah 80 orang, dengan jumlah laki-laki 48 orang (60,0%) lebih banyak dari
perempuan 32 orang (40,0%). Pada penelitian Onabajo GV dkk (2014) didapati
subjek penelitian terbanyak adalah juga laki-laki sebanyak 66 orang (66,0%)
lebih banyak dari perempuan 34 orang (34%) dan penelitian yang dilakukan oleh
Visser MM dkk (2014) didapati subjek penelitian terbanyak juga adalah laki-laki
(56,0%) sedangkan perempuan adalah (44,0%).

Universitas Sumatera Utara

80

Tabel 15. Karakteristik Stroke berdasarkan Jenis Kelamin
Penelitian

Tahun

Onabajo GV dkk

2014

Visser MM dkk

2014

Penelitian ini

2016

Hasil
Subjek penelitian terbanyak adalah laki-laki
sebanyak 66 orang (66,0%) lebih banyak dari
perempuan 34 orang (34%).
e Subjek penelitian terbanyak juga adalah laki-laki
(56,0%) sedangkan perempuan adalah (44,0%).
Jumlah keseluruhan subjek penelitian pada
penderita paska stroke adalah 80 orang, jumlah
laki-laki
48 orang (60,0%) lebih banyak dari
perempuan 32 orang (40,0%).

Rerata umur keseluruhan subjek pada penelitian ini adalah 57,64 ± 8,09
tahun, dimana rerata umur untuk penderita stroke iskemik adalah 58,27 ± 8,32
tahun dan rerata umur untuk penderita stroke hemoragik adalah 55, 86 ± 7, 28
tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Haacke C dkk (2006) ditemukan
rerata umur pada stroke iskemik adalah 70,6 ± 7,9 tahun, sedangkan pada stroke
hemoragik 73,9 ± 8,6 tahun. Pada penelitian yang dilakukan Onabajo GV dkk
(2014) diperoleh rerata umur untuk penderita paska stroke adalah 55,32 ± 13,9
tahun.
Tabel 16. Karakteristik Stroke berdasarkan Umur
Penelitian
Haacke C dkk

Onabajo GV dkk
Penelitian ini

Tahun

Hasil

2006

Rerata umur pada stroke iskemik adalah 70,6 ± 7,9
tahun, sedangkan pada stroke hemoragik 73,9 ±
8,6 tahun.
2014 erata Rerata umur untuk penderita paska stroke adalah
55,32 ± 13,9 tahun.
2016
Rerata umur keseluruhan subjek ini adalah 57,64 ±
8,09 tahun, rerata umur untuk penderita stroke
iskemik adalah 58,27 ± 8,32 tahun dan rerata umur
untuk penderita stroke hemoragik adalah 55, 86 ±
7, 28 tahun.

Universitas Sumatera Utara

81

Pada penelitian ini pendidikan yang terbanyak adalah SLTA yaitu 29
orang (36,3%). Pada penderita stroke iskemik terdapat 19 orang (32,2%) yang
berpendidikan SLTA. Sedangkan pada penderita stroke hemoragik terdapat 10
orang (47,6%) yang memiliki pendidikan SLTA. Pada penelitian Froes KS dkk
(2011) pendidikan yang terbanyak pada subjek penderita paska stroke adalah
yang berpendidikan 9 tahun yaitu sebanyak 37 orang (57,8%). Sedangkan pada
penelitian yang dilakukan oleh Onabajo GV dkk (2014) ditemukan subjek
penderita stroke yang paling banyak adalah yang berpendidikan 13 tahun
sebanyak 35 orang (35%).
Pada penelitian ini didapati bahwa subjek penelitian yang mengalami
fatigue adalah 24 orang (30,0%). Pada penderita stroke iskemik terdapat 18
orang (30,5%) yang mengalami fatigue. Sedangkan pada penderita stroke
hemoragik terdapat 6 orang (28,6%) yang mengalami fatigue. Menurut penelitian
Christensen D dkk (2008) dikatakan bahwa fatigue adalah merupakan keluhan
yang sering terjadi pada penderita stroke, dilaporkan terdapat fatigue pada 4074% pada pasien paska stroke. Pada penelitian yang dilakukan oleh Naess H
dkk (2012) dari 328 orang penderita stroke iskemik ditemukan bahwa 40%
pasien mengalami fatigue.
Tabel 17. Fatigue pada Penderita Paska Stroke
Penelitian
Christensen D
Naess H dkk
Penelitian ini

Tahun

Hasil

Terdapat fatigue pada 40-74% pada pasien paska
stroke.
2012 erata Dari 328 orang penderita stroke iskemik ditemukan
bahwa 40% pasien mengalami fatigue
Subjek penelitian yang mengalami fatigue
24
2016
orang (30,0%), stroke iskemik terdapat 18 orang
(30,5%) yang mengalami fatigue. Sedangkan
stroke hemoragik terdapat 6 orang (28,6%) yang
2008

Universitas Sumatera Utara

82

mengalami fatigue.

Pada penelitian ini dari keseluruhan subjek penelitian didapati nyeri
ringan 26 orang (32,5%), nyeri sedang 14 orang (17,5%) dan yang tidak nyeri
dijumpai paling banyak yaitu 40 orang (50,0%). Pada penderita stroke iskemik
ditemukan nyeri ringan 17 orang (28,8%) dan nyeri sedang 10 orang (16,9%).
Sedangkan pada penderita stroke hemoragik ditemukan nyeri ringan 9 orang
(42,9%), nyeri sedang 4 orang (19,0%). Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Naess H dkk (2012) dari 328 orang penderita stroke iskemik ditemukan bahwa
20%-40% pasien mengalami nyeri. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Lundstrom dkk (2009) prevalensi nyeri yang terjadi setelah stroke bervariasi
antara 19% dan &74%.
Tabel 18. Nyeri pada Penderita Paska Stroke
Penelitian
Naess H dkk
Lundstrom dkk
Penelitian ini

Tahun

Hasil

2012

Dari 328 orang penderita stroke iskemik ditemukan
bahwa 20%-40% pasien mengalami nyeri.
2009 erata Prevalensi nyeri yang terjadi setelah stroke bervariasi
antara 19% dan &74%.
2016
Pada penderita stroke iskemik ditemukan nyeri
ringan 17 orang (28,8%),nyeri sedang 10 orang
(16,9%). Sedangkan pada penderita stroke
hemoragik ditemukan nyeri ringan 9 orang (42,9%),
nyeri sedang 4 orang (19,0%)

Pada penelitian ini dari keseluruhan subjek penelitian didapati yang
paling banyak adalah yang tidak depresi yaitu sebanyak 44 orang (55,0%),
depresi ringan 31 orang (38,8,%) dan depresi sedang pada 5 orang (6,0%). Pada
penderita stroke iskemik didapati depresi ringan 23 orang (39,0%) dan depresi
sedang berjumlah 4 orang (6,8%) sedangkan pada penderita stroke hemoragik
didapati depresi ringan 8 orang (38,1%) dan depresi sedang 1 orang (4,8%).

Universitas Sumatera Utara

83

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Froes KS dkk
(2011) terhadap penderita paska stroke, ditemukan bahwa yang paling banyak
adalah yang tidak mengalami depresi yaitu sebanyak 60% dan yang mengalami
depresi ringan pada 21,8% subjek penelitian, depresi sedang pada 12,7% subjek
penelitian dan depresi berat ditemukan pada 5,5% subjek penelitian. Sedangkan
penelitian yang dilakukan oleh Altindag O dkk (2008) pada penderita paska
stroke ditemukan bahwa yang paling banyak adalah yang mengalami depresi
berat yaitu sebanyak 48,7%, depresi ringan pada 12,2% subjek penelitian dan
depresi sedang sebanyak 36,6%.
Tabel 19. Depresi pada Penderita Paska Stroke
Penelitian

Tahun

Froes KS dkk

2011

Altindag O dkk

2008

Penelitian ini

2016

Hasil
Depresi ringan pada 21,8% subjek penelitian,
depresi sedang pada 12,7% dan depresi berat
pada 5,5% subjek penelitian.
Paling banyak ditemukan pada pebderita paska
stroke adalah yang depresi berat yaitu sebanyak
48,7%, depresi ringan 12,2% dan depresi sedang
36,6%
Pada stroke iskemik didapati depresi ringan 23
orang (39,0%) , depresi sedang 4 orang (6,8%) dan
pada penderita stroke hemoragik didapati depresi
ringan 8 orang (38,1%), depresi sedang 1 orang
(4,8%).

Pada penelitian ini nilai rerata kualitas

hidup pada seluruh subjek

penelitian adalah 58,88 ± 10,95, dengan nilai rerata kualitas hidup pada stroke
iskemik adalah 59,10 ± 11,27 sedangkan pada stroke hemoragik nilai rerata
kualitas hidup 58,24 ± 10,23. Pada penelitian Lima ML dkk (2009) ditemukan nilai
rerata kualitas hidup pada penderita paska stroke adalah 63,38 ± 3,09. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Onabajo GV dkk (2014) ditemukan rerata kualitas
hidup pada penderita paska stroke adalah 57,92 ±14, 58.

Universitas Sumatera Utara

84

Tabel 20. Rerata Kualitas Hidup pada Penderita Paska Stroke
Penelitian

Tahun

Lima ML dkk

2009

Onabajo GV dkk

2014

Hasil
Nilai rerata kualitas hidup pada penderita paska
stroke adalah 63,38 ± 3,09.

erata Nilai rerata kualitas hidup pada penderita paska
stroke adalah 57,92 ±14, 58.
Penelitian ini

2016

Nilai rerata kualitas hidup pada seluruh subjek
penelitian adalah 58,88 ± 10,95.

IV.2.2 Karakteristik Subjek Penelitian pada Penderita Nyeri Kepala Kronik
Jumlah keseluruhan subjek penelitian pada nyeri kepala kronik adalah
40 orang, dengan jumlah perempuan 31 orang (77,5%) lebih banyak dari lakilaki 9 orang (22,5%). Pada penelitian Houle dkk (2012) didapati subjek penelitian
terbanyak adalah perempuan (83,6%) dan penelitian yang dilakukan oleh Morgan
I dkk (2015) didapati subjek penelitian terbanyak juga adalah perempuan (60,1%)
sedangkan laki-laki adalah (39,9%).
Tabel 21. Karakteristik Nyeri Kepala Kronik berdasarkan Jenis Kelamin
Penelitian

Tahun

Houle dkk

2012

Morgan I dkk

2015

Penelitian ini

2016

Hasil
Subjek penelitian terbanyak adalah perempuan
(83,6%).
e Penelitian terbanyak juga perempuan (60,1%)
sedangkan laki-laki adalah (39,9%).
Jumlah keseluruhan subjek penelitian pada nyeri
kepala kronik adalah 40 orang, dengan jumlah
perempuan 31 orang (77,5%) lebih banyak dari
laki-laki 9 orang (22,5%)

Universitas Sumatera Utara

85

Rerata umur keseluruhan subjek pada penelitian ini adalah 43,10 ± 4,00
tahun, dimana rerata umur untuk prenderita migren kronik adalah 37,18 ± 11,33
tahun dan rerata umur untuk penderita CTTH adalah 45,34 ± 14,43 tahun. Pada
Penelitian Houle dkk (2012) diperoleh rerata umur untuk penderita migren konik
adalah 43,3 ± 13,5 tahun dan rerata umur untuk penderita CTTH adalah 45 ±
12,4 tahun. Pada penelitian yang dilakukan oleh Morgan I dkk (2015) pada
subjek migren kronik didapati rerata usia adalah 35,7 ± 12,1.
Tabel 22. Insidensi Nyeri Kepala Kronik berdasarkan Umur
Penelitian

Tahun

Houle dkk

2012

Morgan I dkk

2015

Penelitian ini

2016

Hasil
Rerata umur untuk penderita migren konik 43,3 ±
13,5 tahun dan untuk penderita CTTH adalah 45 ±
12,4 tahun.
e Subjek migren kronik didapati rerata usia adalah 35,7
± 12,1.
Rerata umur untuk prenderita migren kronik adalah
37,18 ± 11,33 tahun dan CTTH adalah 45,34 ±
14,43 tahun.

Pada penelitian ini pendidikan yang terbanyak adalah SLTA yaitu 20
orang (50,0%). Pada penderita migren kronik terdapat 6 orang (54,4%) yang
berpendidikan SLTA. Sedangkan pada penderita CTTH terdapat 14 orang
(48,3%) yang memiliki pendidikan SLTA. Pada penelitian Morgan I dkk (2015)
pendidikan yang terbanyak pada subjek penderita migren kronik adalah yang
berpendidikan 6 tahun yaitu sebanyak 474 orang (44,7%).
Pada penelitian ini didapati bahwa subjek penelitian yang mengalami
fatigue adalah 9 orang (22,5%). Pada penderita migren kronik terdapat 6 orang
(54,5%) yang mengalami fatigue. Sedangkan pada penderita CTTH terdapat 3
orang (10,3%) yang mengalami fatigue. Pada penelitian Haque dkk (2012)

Universitas Sumatera Utara

86

menunjukkan fatigue merupakan faktor pencetus pada 34 orang (13%) penderita
migren kronik dan 18 orang (7%) penderita CTTH.
Tabel 23. Fatigue pada Penderita Nyeri Kepala Kronik
Penelitian
Haque dkk

Penelitian ini

Tahun

Hasil

Fatigue merupakan faktor pencetus pada 34 orang
(13%) penderita migren kronik dan 18 orang (7%)
penderita CTTH.
2016 erata Penderita migren kronik terdapat 6 orang (54,5%)
yang fatigue. Sedangkan pada penderita CTTH 3
orang (10,3%)
2012

Pada penelitian ini dari keseluruhan subjek penelitian didapati nyeri
ringan 25 orang (62,5%), nyeri sedang 12 orang (30,0%) dan nyeri berat 3 orang
(7,5%). Pada penderita migren kronik ditemukan nyeri sedang 8 orang (72,7%)
dan nyeri berat 3 orang (27,3%). Sedangkan pada penderita CTTH ditemukan
nyeri ringan 25 orang (86,2%), nyeri sedang 4 orang (13,8%) dan tidak
ditemukan nyeri berat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Shaik MM dkk
(2014) dikatakan bahwa skor nyeri secara signifikan lebih tinggi dijumpai pada
kelompok migren kronik. Lamanya mengalami nyeri kepala dengan intensitas
nyeri yang berat sangat berpengaruh terhadap disabilitas yang lebih tinggi.
Tabel 24. Nyeri pada Penderita Nyeri Kepala Kronik
Penelitian

Tahun

Shaik MM dkk

2014

Penelitian ini

2016

Hasil
Shaik MM dkk (2014) ditemukan bahwa skor nyeri
secara signifikan lebih tinggi dijumpai pada
kelompok migren kronik. Lamanya mengalami nyeri
kepala dengan intensitas nyeri yang berat sangat
berpengaruh terhadap disabilitas yang lebih tinggi.
Pada penderita migren kronik ditemukan nyeri
sedang 8 orang (72,7%), nyeri berat 3 orang
(27,3%). Sedangkan pada CTTH ditemukan nyeri
ringan 25 orang (86,2%), nyeri sedang 4 orang
(13,8%)

Universitas Sumatera Utara

87

Pada penelitian ini dari keseluruhan subjek penelitian didapati depresi
ringan 12 orang (30,%) dan depresi sedang pada 5 orang (12,5%). Pada
penderita migren kronik didapati depresi ringan dan sedang berjumlah masingmasing 4 orang (36,4%) sedangkan pada penderita CTTH didapati depresi
ringan 8 orang (27,6%) dan depresi sedang 1 orang (3,4%). Pada penelitian
Peres dkk (2005) terhadap penderita migren kronik, didapati depresi ringan pada
27,1% subjek penelitian, depresi sedang pada 37,2% subjek penelitian dan
depresi berat pada 21,5% subjek penelitian. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Mercante JP dkk (2005) terhadap penderita migren kronik, terdapat 27,1%
depresi ringan, depresi sedang 37,2% dan depresi berat 21,5% sedangkan yang
tidak mengalami depresi 14,2%. Pada penelitian Chen dkk (2012) terhadap
penderita CTTH ditemukan depresi didapati pada 11,1% subjek penelitian.
Tabel 25. Depresi pada Penderita Nyeri Kepala Kronik
Penelitian

Tahun

Mercante JP dkk

2005

Chen dkk

2012

Penelitian ini

2016

Hasil
Pada migren kronik, terdapat 27,1%
depresi
ringan, depresi sedang 37,2% dan depresi berat
21,5% sedangkan yang tidak mengalami depresi
14,2%.
Penderita CTTH ditemukan yang depresi
sebanyak 11,1% subjek penelitian.
Penderita migren kronik didapati depresi ringan
dan sedang berjumlah masing-masing 4 orang
(36,4%) sedangkan pada penderita CTTH
didapati depresi ringan 8 orang (27,6%) dan
depresi sedang 1 orang (3,4%).

Pada penelitian ini nilai rerata kualitas

hidup pada seluruh subjek

penelitian adalah 63,58 ± 10,45, dengan nilai rerata kualitas hidup pada migren
kronik adalah 61,09 ± 10,76 sedangkan pada CTTH nilai rerata kualitas hidup
64,52 ± 10,36. Pada penelitian Seidel S dkk (2009) ditemukan nilai rerata kualitas

Universitas Sumatera Utara

88

hidup pada penderita migren kronik adalah 65,0 ± 3,9. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Shaik MM (2014) ditemukan bahwa nilai rerata kualitas hidup
pada penderita migren kronik adalah 83,4 ± 11,4.
Tabel 26. Rerata Kualitas Hidup pada Nyeri Kepala Kronik
Penelitian

Tahun

Seidel S dkk

2009

Shaik MM

2014

Penelitian ini

2016

Hasil
Nilai rerata kualitas hidup pada penderita migren
kronik adalah 65,0 ± 3,9
Nilai rerata kualitas hidup pada penderita migren
kronik adalah 83,4 ± 11,4.
Nilai rerata kualitas hidup pada seluruh subjek
penelitian adalah 63,58 ± 10,45, dengan nilai rerata
kualitas hidup pada migren kronik 61,09 ± 10,76
sedangkan pada CTTH adalah 64,52 ± 10,36.

IV.2.3 Hubungan antara Fatigue dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke
Pada penelitian ini diperoleh korelasi negatif yang tidak signifikan antara
fatigue dengan kualitas hidup pada penderita paska stroke dengan kekuatan
korelasi sangat lemah. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Van
de Port dkk (2007) yang mengatakan bahwa fatigue tidak mempengaruhi kualitas
hidup secara signifikan.
Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Onabajo dkk
(2014) yang mengatakan bahwa fatigue yang terjadi paska stroke berhubungan
signifikan dengan semua aspek kualitas hidup baik bivariat dan multivariat.
Dikatakan bahwa nilai fatigue yang lebih tinggi berhubungan dengan kualitas
hidup yang lebih rendah. Pengaruh fatigue paska stroke tersebut bebas dari
faktor status perkawinan penderita stroke, jenis kelamin, usia, pekerjaan sebelum

Universitas Sumatera Utara

89

stroke, stroke berulang atau stroke pertama kalinya. Tingkat hubungan antara
fatigue paska stroke dan domain dengan kualitas hidup bervariasi, kualitas hidup
pada domain fisik merupakan salah satu yang paling berat terkena dampak
setelah stroke mungkin dikarenakan adanya gangguan motorik dan keterbatasan
fungsional yang menyertai penyakit.
Tabel 27. Hubungan antara Fatigue dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke
Penelitian

Tahun

Van de Port dkk

2007

Onabajo dkk

2014

Penelitian ini

2016

IV.2.4

Hasil
i fatigue tidak mempengaruhi kualitas hidup secara
signifikan.
fatigue pada paska stroke berhubungan signifikan
dengan semua aspek kualitas hidup baik bivariat
dan multivariat.
Korelasi negatif yang tidak signifikan antara fatigue
dengan kualitas hidup pada penderita paska stroke,
dengan kekuatan korelasi sangat lemah.

Hubungan antara Nyeri dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke
Pada penelitian ini diperoleh korelasi negatif yang signifikan antara nyeri

dengan kualitas hidup pada penderita paska stroke, dengan kekuatan korelasi
lemah. Semakin tinggi nilai nyeri yang dialami subjek penelitian, maka akan
semakin rendah nilai kualitas hidup yang dialaminya
Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan Jonsson dkk (2006) yang
menunjukkan bahwa rasa nyeri mempengaruhi kualitas hidup pada penderita
stroke, nyeri digambarkan sering konstan dari waktu ke waktu dan mengganggu
tidur pada setengah dari pasien. Sementara itu dijumpai sebanyak 25-50%
pasien paska stroke dengan rasa nyeri yang kemudian dijumpai dapat merubah

Universitas Sumatera Utara

90

kualitas hidupnya. Oleh karena itu harus dilakukan evaluasi dan follow up dalam
jangka waktu yang lama pada pasien stroke yang mengalami nyeri.
Tabel 28. Hubungan antara Nyeri dengan Kualitas Hidup pada Penderita
Paska Stroke
Penelitian

Tahun

Jonsson dkk

2006

Penelitian ini

2016

Hasil
i Nyeri mempengaruhi kualitas hidup pada pender