Pengaruh Pemberian Ekstrak Puguntano (Curanga fel-terrae. Merr) Terhadap Kadar Adiponektin Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 yang Baru Didiagnosa

21

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Diabetes melitus tipe 2 (DM tipe 2) merupakan suatu kelompok penyakit

metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Berbagai penelitian epidemiologi
menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi
DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. Jumlah penderita diabetes diatas usia 20
tahun pada tahun 2000 diperkirakan berjumlah 171 juta. WHO memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030. Berdasarkan pola pertambahan
penduduk, diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta penduduk yang
berusia di atas 20 tahun dengan asumsi prevalensi DM pada urban (14,7%) dan
rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12 juta penyandang diabetes di daerah
urban dan 8,1 juta di daerah rural.1

Dua penyebab utama dari hiperglikemia pada DM tipe 2 adalah gangguan
pada sekresi insulin dan peningkatan resistensi insulin. Evaluasi resistensi insulin
(sensitivitas) dan fungsi sel beta merupakan hal yang penting untuk mengerti
status penyakit dan pemilihan farmakologi pengobatan.2,3Resistensi insulin sangat
penting pada diabetes tidak hanya sebagai prediktor yang kuat terhadap
perkembangan diabetes, tetapi juga sebagai target terapi saat hiperglikemia sudah
terjadi.4
Penelitian terbaru terhadap pemahaman patofisiologi molekular jaringan
adiposa menyatakan bahwa jaringan adiposa dapat mempengaruhi signal insulin
pada sel-sel lain melalui pelepasan asam lemak bebas atau melalui sekresi
berbagai macam protein, peptida, dan sitokin yang dapat mempengaruhi signal
insulin. Adipositokin yang disekresikan antara lain leptin, adiponektin,
angiotensinogen, resistin, tumor necrosis factor (TNF)-a, interleukin (IL)-6,
acylation stimulating protein (ASP), dan plasminogen activator inhibitor (PAI)1.5Adiponektin telah diidentifikasi sebagai produk adiposit penting yang dapat

Universitas Sumatera Utara

22

mempengaruhi sensitivitas insulin. Penurunan produksi adiponektin berhubungan

dengan resistensi insulin.6
Penggunaan bahan alam sebagai obat tradisional di Indonesia telah
dilakukan sejak berabad-abad yang lalu terbukti dari adanya naskah lama pada
daun lontar Husodo (Jawa), Usada (Bali), Lontarak pabbura (Sulawesi Selatan),
dokumen Serat Primbon Jampi, dan relief candi Borobudur yang menggambarkan
orang sedang merarat Primbon Jampi, dan relief candi Borobudur yang
menggambarkan orang sedang meracik obat dengan tunbuhan sebagai bahan
bakunya. 7
Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di
dunia.Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia dan Amerika menggunakan
obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang mereka terima. WHO
merekomendasikan penggunaan obat-obatan tradisional dalam pemeliharaan
kesehatan masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit, terutama untuk
penyakit kronis, penyakit degeneratif dan kanker.8
Baru-baru ini di Indonesia ditemukan salah satu tumbuhan yang berkhasiat
obat yaitu puguntano (Curanga fel-terrae Merr) suku Scrophulariaceae yang juga
tumbuh di wilayah Asia seperti Cina, India, Indonesia, Filipina, Malaysia dan
Myanmar. Di Indonesia, masyarakat Desa Tiga Lingga Kabupaten Dairi Provinsi
Sumatera Utara telah menggunakan daun Puguntano secara tradisional sebagai
obat anti diabetes.Selain itu, tanaman ini juga diyakini dapat berkhasiat sebagai

penghilang rasa sakit di badan, meningkatkan daya tahan tubuh, bahkan sebagai
anti aging agar kelihatan awet muda. Tanaman ini saat ini sudah mulai banyak di
budidayakan oleh masyarakat setempat sebagai tanaman obat.8,9
Puguntano (Curanga fel-terrae(Lour.) Merr.)atau sering disebut picria felterrae merupakan tanaman dari famili Scrophulariaceae yang tumbuh di wilayah
Asia seperti Cina, India, Indonesia, Filipina, Malaysia dan Myanmar. Di
Indonesia, tanaman ini tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan
Maluku. Juwita (2008) dan Sentra Pengembangan Penelitian Pengobatan
Tradisional (SP3T) Medan (2011) melaporkan penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa tanaman daun puguntano mempunyai potensi sebagai

Universitas Sumatera Utara

23

antiinflamasi dalam bentuk ekstrak dan memiliki efek antidiabetes.7 Urip H dkk.
melalui observasinya juga telah menemukan bahwa ekstrak etanol daun
puguntano yang diperoleh dari metode perkolasi dan sokletasi memiliki
kandungan fitokimia berupa flavonoid, saponin, tannin , glikosida, dan
steroid/terpenoid.8 Golongan senyawa metabolit sekunder ekstrak etanol daun
puguntano yang teridentifikasi dalam penelitian ini juga telah dilaporkan oleh

beberapa peneliti yaitu glikosida (Zhou dkk, 2005, Huang dkk, 1998), flavonoid
(Huang dkk , 1999), saponin (Fang dkk , 2009), dan terpenoid (Wang dkk, 2006).
Diduga senyawa cucurbitacin dalam glikosida yang terkandung pada tumbuhan
inilah yang memberikan efek penurunan kadar gula darah pada serbuk simplisia
Puguntano tersebut. Kemampuan senyawa tersebut dalam menurunkan kadar gula
darah adalah dengan merangsang sekresi insulin sehingga banyak produksi insulin
yang dikeluarkan untuk mengontrol kadar gula darah menjadi normal.7
Pada suatu studi Panal Sitorus dkk (2014) telah berhasil mengisolasi βSisterol dari ekstrak n- hexane pada tanaman puguntano suatu kandungan yang
diyakini sebagai salah satu efek antidiabetes dari tanaman ini, Bahkan studi ini
juga berhasil membuktikan pemberian ekstrak ini pada mencit selama 10 hari
menurunkan kadar gula darah sebesar 44.47 %.9 Penemuan ini sejalan dengan
yang didapatkan oleh Anonim (2011) dimana terdapat golongan fitosterol dalam
bentuk β- testoterol yang juga berperan dalam merangsang sensitifitas insulin,
meningkatkan produksi insulin, dan sebagai antioksidan untuk mengurangi
kerusakan yang terjadi pada sel-sel di Langerhans.7
Sementara Finni Harfina dkk (2012) , juga telah melakukan observasi
klinis terhadap penggunaan serbuk simplisia daun puguntano dan mendapatkan
efek dalam menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus dengan
dosis 2 g, 3 kali sehari selama 14 hari yang diberikan secara oral dalam bentuk
seduhan, dimana pemantauan efektifitas pada studi ini dengan pemeriksaan kadar

gula darah puasa dan post prandial.7

Penelitian pendahuluan oleh Lindarto dkk (2016) mendapatkan bahwa
setelah pemberian ekstrak puguntano (Curanga fel-terrae(Lour.) Merr.) selama 12

Universitas Sumatera Utara

24

minggu efektif menurunkan kadar gula darah puasa, HbA1c, HOMA B dan
HOMA-IR pada penderita DM tipe 2 yang baru didiagnosa.10

Berdasarkan data-data di atas, penulis tertarik untuk meneliti manfaat
pemberian tanaman puguntano terhadap kadar adiponektin pada penderita
diabetes melitus tipe 2. Sejauh pengetahuan penulis belum ada penelitian
sebelumnya yang meneliti hal ini, sehingga penelitian ini dapat memperkuat data
ilmiah terhadap pemberian ekstrak puguntano sebagai obat tradisional untuk
diabetes melitus tipe 2.

1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Apakah ada pengaruh pemberian ekstrak puguntano terhadap kadar
adiponektin pada pasien DM tipe 2 yang baru didiagnosa?

1.3 Hipotesis
Terdapat

pengaruh

pemberian

ekstrakpuguntano

terhadap

kadar

adiponektin pada pasien DM tipe 2 yang baru didiagnosa

1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak Puguntano terhadap kadar
adiponektin pada pasien DM tipe 2 yang baru didiagnosa.
1.4.2

Tujuan Khusus

1.4.2.1 Untuk mengetahui

karakteristik dasar pasien DM tipe 2 yang baru

didiagnosa, kadar gula darah puasa dan prandial dan HbA1c.
1.4.2.2 Untuk mengetahui perbedaan pengaruh pemberian ekstrak Puguntano dan
Metformin terhadap pasien DM tipe 2 yang baru didiagnosa.

1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat akademis

Universitas Sumatera Utara

25


Manfaat akademis pada penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
serbuk Puguntano sebagai obat anti diabetes pada pasien DM tipe2.
1.5.2 Manfaat untuk masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masarakat mengenai manfaat pemberian ekstrak puguntano sebagai obat anti
diabetes pada pasien DM tipe 2 yang banyak terjadi di masyarakat.

1.5.3 Manfaat untuk penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data dasar tentang efektifitas
ekstrak Puguntano sebagai obat anti diabetes pada pasien DM tipe 2 sehingga
dapat menjadi salah satu acuan untuk penelitian selanjutnya.

Universitas Sumatera Utara

26

D.KERANGKA KONSEPTUAL
DM Tipe 2 Baru


Adiponektin ↓
-

Sensitivitas
insulin ↓
Anti
inflamasi ↓
Anti
aterogenik


Resistensi Insulin


-

Disfungsi sel
beta pankreas

KGD N ↑

KGD
2
JAM PP ↑
HbA1c↑

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

Metformin

: Efek metabolik

Puguntano

: Mempengaruhi

-

Adiponektin↑

KGD N ↓
KGD 2 PP ↓
HbA1c ↓

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Universitas Sumatera Utara