Pengaruh Puguntano (Curanga Fel-Terrae Merr.) terhadap HOMA-IR pada Pasien Diabetes Mellitus Baru

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2013, Diabetes

Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau
kedua-duanya.1,2
Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan
peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia.
WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup
besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3
juta pada tahun 2030. Senada dengan WHO, International Diabetes Federation
(IDF) pada tahun 2009, memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM dari 7,0
juta pada tahun 2009 menjadi 12,0 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat
perbedaan angka prevalensi, laporan keduanya menunjukkan adanya peningkatan

jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030.2
Dua penyebab utama dari hiperglikemia pada DM tipe 2 adalah
gangguan pada sekresi insulin dan peningkatan resistensi insulin. Evaluasi
resistensi insulin (sensitifitas) dan fungsi sel beta merupakan hal yang penting
untuk mengerti status penyakit dan pemilihan farmakologi pengobatan.3 Insulin
resisten sangat penting pada diabetes tidak hanya sebagai prediktor yang kuat
terhadap perkembangan diabetes, tetapi juga sebagai target terapi saat
hiperglikemia sudah terjadi.4
Homeostatic model assessment (HOMA) adalah suatu metode untuk
menilai fungsi sel beta dan resistensi insulin dari glukosa basal (puasa) dan
konsentrasi insulin. Hal ini telah dilaporkan lebih dari 500 publikasi, dimana 20
kali lebih sering pengukuran insulin resisten (HOMA-IR) dari pada fungsi sel beta
(HOMA-B). HOMA-IR juga telah terbukti sebagai alat yang kuat sebagai
penilaian resistensi insulin.5,6

Universitas Sumatera Utara

2

Pemanfaatan obat tradisional terus meningkat dan berkembang dengan

pesat di masyarakat. Hal ini didukung oleh berbagai faktor dan isu yang
berkembang saat ini berupa sikap kembali ke alam (back to nature). Pemanfaatan
obat tradisional di berbagai daerah merupakan warisan turun temurun berdasarkan
pengalaman/empirik selanjutnya berkembang melalui pembuktian ilmiah melalui
uji pra-klinik dan uji klinik.7 Untuk itu perlu dilakukan pengembangan obat
tradisional secara berkelanjutan dan terpadu sehingga kekayaan alam Indonesia
dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pelayanan kesehatan
masyarakat. Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat adalah puguntano
[Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.] suku Scrophulariaceae yang tumbuh di wilayah
Asia seperti Cina, India, Indonesia, Filipina, Malaysia dan Myanmar.8 Di
Indonesia, oleh masyarakat Desa Tiga Lingga Kabupaten Dairi Provinsi Sumatera
Utara telah menggunakan daun Puguntano secara tradisional sebagai obat anti
diabetes. Selain itu, tanaman ini juga diyakini dapat berkhasiat sebagai penghilang
rasa sakit di badan, meningkatkan daya tahan tubuh, bahkan sebagai anti aging
agar kelihatan awet muda. Tanaman ini saat ini sudah mulai banyak di
budidayakan oleh masyarakat setempat sebagai tanaman obat.7
Puguntano [Curanga fel-terrae (Lour.) Merr.] atau sering disebut picria
fel-terrae merupakan tanaman dari famili Scrophulariaceae yang tumbuh di
wilayah Asia seperti Cina, India, Indonesia, Filipina, Malaysia dan Myanmar. Di
Indonesia, tanaman ini tersebar di daerah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan

Maluku.9 Juwita (2008) dan SP3T medan (2011) melaporkan penelitian yang
telah dilakukan menunjukkan bahwa tanaman daun puguntano mempunyai
potensi sebagai antiinflamasi dalam bentuk ekstrak dan memiliki efek
antidiabetes.10,11 Harahap dkk. melalui observasinya juga telah menemukan bahwa
ekstrak etanol daun puguntano yang diperoleh dari metode perkolasi dan sokletasi
memiliki kandungan fitokimia berupa flavonoid, saponin, tannin, glikosida, dan
steroid/terpenoid.12 Golongan senyawa metabolit sekunder ekstrak etanol daun
puguntano yang teridentifikasi dalam penelitian ini juga telah dilaporkan oleh
beberapa peneliti yaitu glikosida (Zhou dkk. 2005, Huang dkk, 1998), flavonoid
(Huang dkk., 1999), saponin (Fang dkk., 2009), dan terpenoid (Wang dkk., 2006).

Universitas Sumatera Utara

3

Diduga senyawa cucurbitacin dalam glikosida yang terkandung pada tumbuhan
inilah yang memberikan efek penurunan kadar gula darah pada serbuk simplisia
Pugun tano tersebut. Kemampuan senyawa tersebut dalam menurunkan kadar gula
darah adalah dengan merangsang sekresi insulin sehingga banyak produksi insulin
yang dikeluarkan untuk mengontrol kadar gula darah menjadi normal.9

Pada suatu studi, Sitorus dkk. telah berhasil mengisolasi β-Sisterol dari
ekstrak n-hexane pada tanaman puguntano suatu kandungan yang diyakini sebagai
salah satu efek antidiabetes dari tanaman ini. Bahkan, studi ini juga berhasil
membuktikan pemberian ekstrak ini pada mencit selama 10 hari menurunkan
kadar gula darah sebesar 44.47 %.13
Sementara, Harfina dkk. (2012) juga telah melakukan observasi klinis
terhadap penggunaan serbuk simplisia daun puguntano dan mendapatkan efek
dalam menurunkan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus dengan dosis 2
g, 3 kali sehari selama 14 hari yang diberikan secara oral dalam bentuk seduhan,
dimana pemantauan efektifitas pada studi ini dengan pemeriksaan kadar gula
darah puasa dan post prandial.9
Sejauh ini, sepengetahuan penulis, belum ada yang menganalisa
hubungan pemberian tanaman puguntano dan HOMA-IR sebagai petunjuk
resistensi insulin pada DM tipe 2 sehingga penulis tertarik untuk melakukan
penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

4


1.2

Perumusan Masalah

1.2.1

Apakah ada pengaruh pemberian serbuk Puguntano terhadap HOMA-IR
pada DM tipe 2 yang baru didiagnosa?

1.3

Hipotesa
Terdapat pengaruh pemberian serbuk Puguntano terhadap HOMA-IR

pada DM tipe 2 yang baru didiagnosa.

1.4

Tujuan Penelitian


1.4.1

Tujuan umum
Untuk mengetahui pengaruh pemberian serbuk Puguntano terhadap
HOMA-IR pada pasien DM tipe 2 yang baru didiagnosa.

1.4.2

Tujuan Khusus

1.4.2.1 Untuk mengetahui gambaran persentase efektifitas pemberian Puguntano
terhadap sekresi insulin pada pengobatan pasien DM tipe 2 yang baru
didiagnosa.
1.4.2.1 Untuk mengetahui Pengaruh Puguntano terhadap kadar gula darah puasa
dan 2 jam post prandial pada pasien DM tipe 2 yang baru didiagnosa.

1.5

Manfaat Penelitian


1.5.1

Bidang Penelitian

1.5.1.1 Membuka pemikiran dan penelitian biomolekuler lebih lanjut terhadap
efek Puguntano dalam hal memperbaiki sensitifitas insulin.

1.5.2

Bidang Pendidikan

1.5.2.1 Untuk mengetahui efektifitas serbuk Puguntano sebagai obat anti
diabetes pada pasien DM tipe 2 yang banyak terjadi di masyarakat.
1.5.3

Bidang Pelayanan Masyarakat

1.5.3.1 Untuk meningkatkan kualitas hidup pada penderita diabetes mellitus
yang banyak terjadi di masyarakat.


Universitas Sumatera Utara

5

1.5.3.2 Untuk lebih membudidayakan tanaman daerah sebagai obat tradisional
dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan di masyarakat.

Universitas Sumatera Utara

6

1.6

KERANGKA KONSEPTUAL

DM tipe 2
baru
Gangguan
sel beta


Resistensi
Insulin ↑
PI3K
(Phosphoi
nositide
3-Kinase)

Glut -4
(glucose
transporter)
HOMA -

Pre
Proinsulin
Proinsulin

p 38 MAPK
PPARγ
(mitogen
(gamma)

activated
protein kinase)
Gula darah
puasa/2 jam pp

Insulin
Puguntano
Hba1c ↓

DM TIPE
Metformin
HOMA Puguntano

DM TIPE
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Keterangan
: Variabel yang diteliti
: Mempengaruhi
: Efek Metabolik


Universitas Sumatera Utara