1. renstra_bappeda_2010-2015 visi baru
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini.
Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk
penyelenggaraan
meningkatnya
globalisasi.
pemerintahan
tingkat
yang
pengetahuan
baik
adalah
masyarakat,
sejalan
dengan
disamping
adanya
Pola-pola lama dalam penyelenggaraaan pemerintahan telah
tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang saat ini berubah. Oleh
karenanya, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan telah seharusnya
direspon oleh Pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah, pada
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang lebih
luas
untuk
mengatur
rumah
tangganya
sendiri.
Konsekuensi
dari
pelaksanaan Undang-Undang tersebut adalah bahwa Pemerintah Daerah
harus
dapat
lebih
meningkatkan
kinerjanya
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Secara
periodik kinerja penyelenggaraan pemerintahan tercermin dalam sistem
akuntabilitas
kinerja
instansi
perwujudan
kewajiban
pemerintah.
instansi
untuk
Akuntabilitas
merupakan
mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan
sasaran
yang
telah
ditetapkan
melalui
pertanggungjawaban
yang
dilaksanakan secara periodik (LAKIP). Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kota Semarang sebagai salah satu instansi pemerintah
daerah sesuai dengan bidang tugasnya membantu Kepala Daerah dalam
penyelenggaraan
berkewajiban
diharapkan
pemerintah
juga
agar
menyusun
dapat
di
bidang
rencana
menentukan
perencanaan
strategis.
arah
pembangunan,
Dengan
perkembangan
demikian
dalam
-1-
meningkatkan kinerjanya, dan mampu menjawab tuntutan perkembangan
lingkungan strategis baik lokal regional, nasional, maupun global.
Rencana strategis yang disusun oleh Bappeda merupakan langkah
awal
untuk
melaksanakan
mandat
tersebut
di
atas,
yang
dalam
penyusunannya perlu melaksanakan analisis terhadap lingkungan baik
internal maupun eksternal yang merupakan langkah yang penting dengan
memperhitungan kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness), peluang
(opportunities), dan tantangan (threats) yang ada. Rencana ini merupakan
suatu proses yang berorientasi pada proses dan hasil yang ingin dicapai
dalam kurun waktu lima tahun, dengan tetap memperhatikan potensi yang
ada baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi. Rencana strategis
disusun untuk jangka waktu lima tahun, dan diimplementasikan ke dalam
rencana kerja (Renja) tahunan.
Rencana
Strategis
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
merupakan salah satu dokumen teknis operasional dan merupakan
penjabaran teknis dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan indikasi
rencana program lima tahunan meliputi program internal maupun eksternal,
yaitu yang merupakan program SKPD Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, program lintas SKPD, dan program lintas wilayah.
1.2. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah adalah :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-2-
undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penyelenggaran Pemerintah Daerah.
7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.
8. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP).
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan,
Tata
Cara
Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan Pembangunan Daerah;
10. Peraturan Daerah Kota Semarang
Nomor 13
Tahun
2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang
Nomor 16 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang
Nomor 23);
11. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Semarang Tahun 2010-2015;
12. Peraturan
Walikota
Semarang
Nomor
43
Tahun
2008
tentang
Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Semarang.
-3-
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Rencana Strategis BAPPEDA Kota Semarang adalah :
1. Memberikan
arah
dan
pedoman
bagi
semua
personil
dalam
melaksanakan tugasnya untuk menentukan prioritas-prioritas di bidang
perencanaan pembangunan, sehingga tujuan program dan sasaran
kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurun waktu 2011 - 2015 dapat
tercapai.
2. Mempermudah pengendalian kegiatan serta pelaksanaan koordinasi
dengan instansi terkait, monitoring, analisis, evaluasi kegiatan baik
secara internal maupun eksternal.
3. Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders)
tentang rencana pembangunan tahunan.
4. Menjadi kerangka dasar bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dalam upaya meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan.
Tujuan
penyusunan
dari
Rencana
Strategis
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah adalah :
1. Meningkatkan pelayanan masyarakat secara prima.
2. Merencanakan perubahan dalam lingkungan yang semakin kompleks.
3. Mengelola keberhasilan organisasi secara sistemik.
4. Memanfaatkan perangkat manajerial dalam pengelolaan pemerintahan
dan pembangunan.
5. Mengembangkan pemikiran, sikap dan tindakan yang berorientasi pada
masa depan.
6. Meningkatkan komunikasi antar pemangku kepentingan (stakeholders).
7. Memudahkan
para
pemangku
kepentingan
(stakeholders)
untuk
menghadapi masa depan.
-4-
1.4. Sistematika Penulisan
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang
Tahun 2011 – 2015 disusun menurut sistematika sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II. GAMBARAN UMUM PELAYANAN SKPD
2.1 Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
2.2 Sumber Daya SKPD
2.3 Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
SKPD
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
3.3 Telaahan terhadap Renstra Bappeda Kota Semarang Tahun 2005-2010
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
3.5 Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN
KEBIJAKAN
4.1
Visi dan Misi
4.2
Tujuan dan Sasaran
4.3
Strategi dan Kebijakan
-5-
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN
DAN SASARAN RPJMD
-6-
BAB II
GAMBARAN UMUM PELAYANAN SKPD
2.1 Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
Tugas dan Fungsi
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3 Tahun 2001
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Kota Semarang yang kemudian diperbarui dengan Surat Keputusan
Kepala Bappeda Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu Kota Semarang, Bappeda mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
bidang perencanaan pembangunan daerah.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
Bappeda mempunyai
fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan pembangunan daerah;
b. Pemberian
dukungan
atas
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
dibidang perencanaan pembangunan daerah;
c. Pelaksanakan
pelayanan
penunjang
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah;
d. Penyusunan rencana program dibidang perencanaan pembangunan
daerah;
e. Penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan daerah dalam jangka
panjang dan jangka menengah serta tahunan;
f. Pelaksanaan koordinasi perencanaan pembangunan daerah dengan
perangkat daerah, instansi vertikal, dan pelaku pembangunan.
g. Pelaksanaan
fasilitasi
perencanaan,
pengendalian
dan
evaluasi
pembangunan daerah secara makro;
-7-
h. Pelaksanaan fasilitasi dan pertanggungjawaban terhadap kajian teknis/
rekomendasi perijinan dan/ atau non perijinan dibidang perencanaan
pembangunan daerah;
i. Pengelolaan urusan kesekretariatan Bappeda;
j. Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pembangunan daerah;
k. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian
serta monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Bappeda;
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
bidang tugasnya.
Struktur Organisasi SKPD
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang, struktur organisasi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang adalah sebagai berikut :
1.
Kepala Badan;
2.
Sekretariat, terdiri dari :
3.
4.
-
Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi;
-
Sub Bagian Keuangan;
-
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
Bidang Perencanaan Pemerintahan dan Sosial Budaya, terdiri dari :
-
Sub Bidang Perencanaan Pemerintahan;
-
Sub Bidang Perencanaan Sosial dan Budaya;
Bidang Perencanaan Perekonomian, terdiri dari :
-
Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Dunia Usaha;
-
Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi Produksi.
-8-
5.
6.
7.
Bidang Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur, terdiri :
-
Sub Bidang Perencanaan Ruang dan Lingkungan Hidup;
-
Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Infrastruktur.
Bidang Pengendalian dan Statistik, terdiri dari :
-
Sub Bidang Pengendalian;
-
Sub Bidang Statistik.
Bidang Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari :
-
Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Ekonomi, Pemerintahan,
Politik Sosial dan Budaya;
-
Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Tata Ruang dan Sarana
Prasarana Wilayah.
8.
Kelompok Jabatan Fungsional.
-9-
SUSUNAN ORGANISASI DAN
TUGAS FUNGSI BAPPEDA KOTA SEMARANG
KEPALA
SEKRETARIS
STRUKTUR ORGANISASI
BAPPEDA KOTA SEMARANG
BIDANG PERENCANAAN
PEMERINTAHAN DAN SOSIAL
BUDAYA
Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian
BIDANG PERENCANAAN
PEREKONOMIAN
BIDANG PERENCANAAN
PENGEMB. WILAYAH DAN
INFRASTRUKTUR
Sub Bagian Perencanaan dan
Evaluasi
BIDANG PENGENDALIAN DAN
STATISTIK
Sub Bagian Keuangan
BIDANG PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
Sub Bidang Perencanaan
Pemerintahan
Sub Bidang Perencanaan
Pengemb. Dunia Usaha
Sub Bidang Perencanaan Ruang
dan Lingk. Hidup
Sub Bidang Pengendalian
Sub Bidang Ekonomi
Pemerintahan, Poltik dan
Sosbud
Sub Bidang Perencanaan Sosial
dan Budaya
Sub Bidang Perencanaan
Pengemb. Ekonomi Produksi
Sub Bidang Perencanaan
Pengemb. Infrastruktur
Sub Bidang Statistik
Sub Bidang Litbang, Tata Ruang
dan Sarpras Wil
- 10 -
2.2. Sumber Daya SKPD
Personil dan Sarana Prasarana
a. Jumlah personil Bappeda Kota Semarang adalah 68 pegawai, yang terdiri
dari 37 personil laki-laki dan 31 personil perempuan.
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai/ Personil Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Bappeda Kota Semarang
No.
Pendidikan
Jumlah
1.
S2
21
2.
S1
45
3.
D3
9
4.
SMA
10
5.
SMP
1
JUMLAH
86
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai/Personil Berdasarkan Golongan/Ruang
Bappeda Kota Semarang
No.
Golongan / Ruang
Jumlah
1.
IV/c
1
2.
IV/b
1
3.
IV/a
5
4.
III/d
19
- 11 -
No.
Golongan / Ruang
Jumlah
5.
III/c
8
6.
III/b
11
7.
III/a
26
8.
II/d
2
9.
II/c
9
10.
II/b
2
11.
II/a
2
12.
I/d
-
13.
I/c
-
JUMLAH
86
Tabel 2.3
Jumlah Pegawai/Personil Yang Telah Mengikuti Pelatihan
Pimpinan
Bappeda Kota Semarang
No.
Nama Pelatihan Penjenjangan
Jumlah
1.
ADUM /Pim IV
16
2.
SPAMA / Pim III
2
3.
SPAMEN / Pim II
1
JUMLAH
19
Tabel 2.1
- 12 -
Jumlah Pegawai/Personil Yang Menduduki Eselon dan Staf
Bappeda Kota Semarang
No.
Jabatan
Jumlah
1.
Eselon II
1
2.
Eselon III
6
3.
Eselon IV
13
4.
Fungsional
-
5.
Staf
66
JUMLAH
86
b. Sarana Prasarana Aparatur, berupa :
Sarana dan prasarnaa yang dimiliki untuk mendukung pelaksanaan tugas
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 2.4
Jumlah Sarana dan Prasarana Kantor Bappeda Kota Semarang
No.
Nama Barang
Jumlah (unit)
1.
Kendaraan roda 4
8
2.
Kendaraan roda 2
19
3.
Almari Besi
1
4.
Almari Kayu
7
5.
Rak Kayu
-
6.
Rak Besi
-
- 13 -
No.
Nama Barang
Jumlah (unit)
7.
Kursi Besi
30
8.
Kursi Kayu
99
9.
Filling Kabinet
11
10.
MesinTik
11
11.
Komputer PC
46
12.
Komputer Laptop
20
13.
Printer
42
14.
Ploter
1
15.
Kamera
6
16.
OHP
2
17.
LCD
7
18.
AC
3
19.
Kipas Angin
7
20.
Meja Tamu
2 set
21.
Kursi Tamu
2 set
22.
Ruang Rapat
1
23.
Televisi
2
24.
Telpon
4
25.
Fax
3
- 14 -
No.
Nama Barang
Jumlah (unit)
26.
Kamar Mandi/Toilet
4
27.
Mushola
1
28.
Dapur
1
JUMLAH
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD
Penyelanggaraan pelayanan Bappeda pada saat ini adalah melaksanakan
fungsi sebagai Lembaga Teknis Perencanaan Pembangunan Daerah, yang
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan pada Peraturan
Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota
Semarang, Bappeda mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
Kondisi penyelenggaraan pelayanan Bappeda Kota Semarang dapat ditinjau
dari beberapa aspek, antara lain :
1. Kelembagaan
Kelembagaan Bappeda Kota Semarang mendasarkan pada Peraturan Daerah
Kota Semarang No. 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota
Semarang, dengan
pendekatan miskin struktur kaya fungsi, berimplikasi
pada perampingan struktur semula setiap bidang terdapat 4 sub bidang,
berubah
menjadi
hanya
2
sub
bidang.
Konsekuensi
perampingan
menyebabkan penggabungan tugas sub bidang, sehingga terjadi peningkatan
beban kerja.
Perubahan peraturan perundangan termasuk penerbitan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, mempengaruhi koordinasi yang dilaksanakan sehingga
pada beberapa fungsi pembangunan masih terdapat koordinasi bidang yang
- 15 -
berbeda. Kondisi ini menimbulkan kesan terdapatnya 1). tumpang tindih
antar bidang maupun sub bidang di Bappeda dan 2). lemahnya koordinasi
antar bidang.
2.
Mekanisme Perencanaan
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, mekanisme perencanaan pembangunan daerah
dituntut
untuk
semakin
mengedepankan
pendekatan
perencanaan
pembangunan partisipatif (participatory planning).
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sistem Perencanaan
Pembangunan
mencakup
lima
perencanaan, yaitu : politik;
down); dan
pendekatan
dalam
seluruh
rangkaian
teknokratik; partisipatif; atas-bawah (top-
bawah atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang
bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena
rakyat
pemilih
menentukan
pilihannya
berdasarkan
program-program
pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepada Daerah. Oleh
karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda
pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam
rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan
teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional
bertugas dalam perencanaan pembangunan daerah.
Perencanaan dengan
pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka
adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan
dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atasbawah dan bawah atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan
baik di tingkat kota, kecamatan, dan kelurahan.
- 16 -
3. Hasil Kinerja
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Bappeda Kota Semarang
telah melaksanakan kegiatan utama dalam penyusunan perencanaan
pembangunan daerah antara lain:
a.
Dokumen Perencanaan Jangka Panjang: Penyusunan RPJPD 2005 –
2025 Kota Semarang, penyelenggaraan Musrenbang RPJPD Kota
Semarang, Penyusunan NA RPJPD 2005 – 2025 Kota Semarang,
Penetapan RPJPD 2005 – 2025 Kota Semarang.
b. Dokumen
Perencanaan
Jangka
Menengah:
Penyusunan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Penyusunan Perda
No.4/2005 tentang RPJMD 2005 – 2010 Kota Semarang, Penyusunan
revisi Perda No.4/2005 tentang RPJMD 2005 – 2010 Kota Semarang,
Penetapan Perda No 8/2008 tentang Revisi Perda No.4/2005 tentang
RPJMD 2005 – 2010 Kota Semarang, Sosialisasi Sistem Prosedur
Perencanaan Pembangunan Daerah (SPPD), Sosialisasi Perda No.4/2005
tentang RPJMD 2005 – 2010 Kota Semarang, Sosialisasi Kebijakan
Perencanaan Pembangunan Daerah.
c.
Dokumen Perencanaan Jangka Pendek: Perencanaan umum, Forum
SKPD, Penyusunan Rancangan RKPD Kota Semarang, Penetapan RKPD,
Koordinasi penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan.
d. Dokumen
Perencanaan
Teknis
lainnya:
penyusunan
Masterplan
Rejomulyo, perencanaan kawasan Bandara Ahmad Yani, perencanaan
kawasan pantai Semarang, perencanaan kawasan Alun-alun Kota
Semarang, Rencana induk sistem Persampahan, Rencana Tata Ruang
Hijau, Penyusunan Raperda SPPD, perencanaan kawasan CangkiranBubakan Kec. Mijen, Penetapan kebijakan, strategi dan program
perumahan, Masterplan Transportasi, Masterplan Drainase, Masterplan
Pariwisata, Masterplan Pendidikan, Masterplan Kesehatan, Review
Renstra Penanggulangan Kemiskinan, Sistem Informasi Perencanaan
Pembangunan Daerah dan dokumen Feasibility Study lainnya.
e.
Melaksanakan
rangkaian
pembangunan
tahunan
kegiatan
mulai
dari
dalam
rangka
perencanaan
musyawarah
perencanaan
pembangunan tingkat kecamatan dan kabupaten maupun forum Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD); pelaksanaan penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama-sama dengan Dinas
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
dan
Aset
Daerah;
pelaksanaan,
- 17 -
persiapan bahan dan data laporan pelaksanaan pembangunan serta
pelaksanaan dokumentasi dan penyusunan statistik mengenai hasil-hasil
pelaksanaan pembangunan daerah; serta pelaksanaan koordinasi dan
penelitian untuk kepentingan perencanaan.
4. Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan peran, tugas pokok dan fungsinya, Bappeda masih
mengalami hambatan terutama pada sumber daya manusia dan perangkat
penunjangnya. Sumber daya manusia di Bappeda masih terbatas jumlahnya
termasuk kapasitas maupun kapabilitasnya. Dengan perkembangan sistem
perencanaan pembangunan, maka pemenuhan kebutuhan sumber daya
manusia perencana yang tanggap dengan melaksanakan pengiriman staf
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan masih belum mencukupi.
Perangkat keras untuk mendukung perencanaan pembangunan masih
belum memenuhi kebutuhan, baik jumlah, teknologi yang dipakai maupun
jenisnya.
- 18 -
NO
Tabel 2.1
Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD
BAPPEDA KOTA SEMARANG
Target Renstra SKPD
Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi
Target Indikator
Tahun keTarget SPM Target IKK
SKPD
Lainnya
1 2 3 4
5
(1)
1.
2.
(2)
(3)
(4)
Meningkatkan kualitas perencanaan
pembangunan daerah baik jangka panjang,
menengah, maupun jangka pendek
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
proses perencanaan pembangunan daerah
100%
100%
3.
Ketersediaan data dan informasi bahan
perumusan kebijakan perencanaan
pembangunan daerah
4.
Meningkatkan koordinasi perencanaan
pembangunan daerah
5.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas kajian/
penelitian diberbagai bidang
(5)
Realisasi Capaian Tahun
ke1
2
3
4
5
Rasio Capaian pada Tahun
ke1
2
3
4
5
(6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Tabel 2.2
Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan SKPD
BAPPEDA KOTA SEMARANG
Uraian
(1)
Anggaran pada Tahun ke1
(2)
2
(3)
3
(4)
4
(5)
5
(6)
Realisasi Anggaran pada Tahun ke1
(7)
2
(8)
3
(9)
4
(10)
5
(11)
Rasio antara Realisasi dan Anggaran
Tahun ke1
2
3
4
5
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Rata-rata Pertumbuhan
Anggaran
(17)
Realisasi
(18)
Penyusunan Dokumen Perencanaan
Pembangunan Daerah
19
Uraian
(1)
Koordinasi penyusunan Perencanaan
Pembangunan ekonomi
Koordinasi Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Pemerintah, sosial dan
Budaya
Koordinasi Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur dan SDA
Koordinasi Pembangunan Data dan
Statistik Daerah
Koordinasi Penyusunan Kajian/Penelitian
dan pengembangan
Anggaran pada Tahun ke1
(2)
2
(3)
3
(4)
4
(5)
5
(6)
Realisasi Anggaran pada Tahun ke1
(7)
2
(8)
3
(9)
4
(10)
5
(11)
Rasio antara Realisasi dan Anggaran
Tahun ke1
2
3
4
5
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Rata-rata Pertumbuhan
Anggaran
(17)
Realisasi
(18)
20
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
Tantangan yang perlu diantisipasi oleh Bappeda Kota Semarang dalam
melaksanaan perencanaan pembangunan daerah adalah sebagai berikut:
1. Munculnya berbagai kebijakan nasional yang berdampak pada perubahan
kebijakan daerah secara mendadak sehingga menyebabkan inkonsistensi
perencanaan pembangunan di daerah;
2. Terdapatnya ketidaksesuaian antara peraturan perundangan yang mengatur
sistem perencanaan pembangunan dengan peraturan perundangan lainnya
yang berkaitan sehingga berdampak terhadap mekanisme perencanaan
pembangunan daerah;
3. Belum optimalnya hasil perencanaan pembangunan karena masih terdapatnya
tumpang tindih perencanaan yang dilakukan oleh SKPD;
4. Belum adanya keterbukaan dan kemudahan akses informasi untuk kepentingan
perencanaan pembangunan;
5. Perubahan paradigma perencanaan pembangunan yang menuntut perencana
sebagai fasilitator dan mediator dalam menata inisiatif masyarakat;
6. Belum optimalnya kegiatan evaluasi pelaksanaan pembangunan dalam
memberikan
konstribusi
terhadap
penyusunan
kegiatan
perencanaan
selanjutnya.
Peluang dalam pengembangan pelayanan SKPD dalam rangka perencanaan
pembangunan daerah antara lain :
1. Adanya Peraturan Daerah Kota Semarang mengenai tata cara penyusunan
dokumen perencanaan pembangunan daerah;
2. Adanya SDM Aparatur perencana yang sebagian besar berpendidikan tinggi
sehingga mempunyai kemapuan dan dedikasi dapam menyusunan dan
merumuskan kebijakan perencanaan pembangunan daerah;
3. Adanya dukungan dari Walikota Semarang untuk pengebangan jauh kedepan
terhadap perencanaan pembangunan dalam mendukung visi dan misi Kota
Semarang;
4. Adanya kepeduliaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Kota;
5. Adanya dukungan dana untuk kegiatan belanja administrasi dan perencanaan
pembangunan;
6. Sistem perencanaan yang telah terdesentralisasi memungkinkan Bappeda untuk
berinisiatif dan menampung semua aspirasi masyarakat Kota Semarang.
21
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
SKPD
Selama lima tahun terakhir, secara umum kualitas penyelenggaraan perencanaan
pembangunan daerah di Kota Semarang terus menerus mengalami peningkatan.
Beberapa
indikator
yang
menyebabkan
adanya
peningkatan
kualitas
penyelenggaraan perencanaan tersebut meliputi :
1. Tersusunnya dokumen perencanaan Pembangunan Daerah Jangka Panjang,
Menengah maupun Pendek;
2. Meningkatnya intensitas keterlibatan berbagai unsur pemangku kepentingan
pembangunan antara lain: DPRD, LSM, Lembaga masyarakat tingkat
kelurahan, organisasi profesi, dan sektor swasta;
3. Meningkatnya
kualitas
sistem
perencanaan
dengan
terselenggaranya
mekanisme perencanaan partisipatif;
4. Terselenggaranya forum SKPD/ SKPD gabungan dan Musrenbang ;
5. Meningkatnya konsistensi antara dokumen perencanaan dengan mekanisme
penyusunan anggaran;
6. Meningkatnya intensitas pendampingan perencanaan di tingkat kecamatan
oleh Bappeda dan SKPD terkait.
Peningkatan
kualitas
penyelenggaraan
perencanaan
tidak
lepas
dari
meningkatnya kapasitas kelembagaan Bappeda meliputi kapasitas SDM, sarana
dan prasarana serta sistem perencanaan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku, meliputi:
1. Otonomi Daerah memberikan peluang pada Pemerintah Kota semarang untuk
melaksanakan berbagai kewenangan yang lebih luas dalam rangka mengurus
rumah tangga daerah;
2. Ketersediaan sarana dan prasarana kerja yang relatif memadai sehingga
sangat membantu pelaksanaan tugas sehari-hari. Hal ini menyangkut fasilitas
gedung ruangan kantor, ruang rapat, sarana transportasi, maupun peralatan
perkantoran yang cukup memadai sesuai dengan standar yang ditentukan;
22
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan
diklat fungsional;
4. Sumber Daya Aparatur Pegawai Bappeda sebagian besar berpendidikan
Sarjana, hal ini merupakan salah satu pendorong dan modal dasar untuk
menciptakan profesionalisme perencanaan;
5. Tersedianya hasil-hasil kajian perencanaan, meliputi: master plan, grand
design, RDTRK, RTRW, data base pembangunan, serta kajian-kajian sektor
lainnya sebagai pendukung perencanaan;
6. Fasilitasi berbagai forum multistakeholders di bidang perencanaan dan
perumusan kebijakan pembangunan lainnya;
7. Meningkatnya koordinasi perencanaan intern yang mantap, sinergis, dan
terpadu antara lain melalui focused group discussion (FGD);
8. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data dan informasi.
Peningkatan
penyelenggaraan pelayanan Bappeda Kota Semarang tersebut,
dalam pelaksanannya masih dijumpai berbagai permasalahan yang menghambat
kinerja pelayanan Bappeda Kota Semarang antara lain:
1.
Masih adanya persepsi yang salah terhadap posisi Bappeda sebagai lembaga
perencanaan;
2.
Belum mantapnya mekanisme perencanaan antara Bappeda dengan SKPD
dan antar SKPD;
3.
Mengendurnya semangat masyarakat akibat dari menurunnya kepercayaan
terhadap jaminan kepastian akan direalisasikannya rencana;
4.
Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang
menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan dan berakibat pada
tumbuhnya perilaku “jalan pintas” (shortcutting);
5.
Internal BAPPEDA: belum mampu menyediakan standard operating procedure
(SOP) perencanaan, alat-alat praktis analisis kelayakan kegiatan yang
kredibel; belum meratanya kapasitas analitik SDM perencanaan; belum
optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan data, teknologi informasi dan
komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta pengendalian perencanaan
pembangunan.
23
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
Visi Walikota Semarang dan Wakil Walikota semarang Periode Tahun 2010-2015
sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 adalah “Terwujudnya Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera” yang
rumuskan dalam 5 misi yakni :
1.
Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang
berkualitas;
2.
Mewujudkan Pemerintahan Daerah yang efektif dan efisien, meningkatkan
kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum;
3.
Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah;
4.
Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan;
5.
Mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat.
Langkah
kongkrit
untuk
mewujudkan
hal
tersebut
dilakukan
dengan
memprioritaskan pada program-program pembangunan yang diwujudkan dalam
“SAPTA
PROGRAM”
yang
terdiri
dari
Penanggulangan
Kemiskinan
dan
Pengangguran; Rob dan Banjir, Pelayanan Publik, Tata ruang dan Infrastrutkur,
dan kesetaraan dan kedilan gender, pendidikan serta kesehatan.
Bappeda Kota Semarang sebagai lembaga teknis yang bertugas
membantu Walikota Semarang dalam hal merumuskan kebijakan perencanaan
pembangunan daerah mempunyai tugas untuk menjabarkan visi, misi dan
program-program Walikota dan Wakil Walikota Semarang tersebut. Ada beberapa
faktor kekuatan dan penghambat yang sangat mempengaruhi kinerja dalam
menjabarkan visi, misi dan program Walikota dan Wakil Walikota Semarang.
Faktor-faktor kekuatan antara lain :
1. Dukungan dan komitmen dari stakeholder pembangunan baik pemerintah,
masyarakat, perguruan tinggi serta dunia usaha;
2. Adanya arahan yang jelas tentang kebijakan pembangunan Kota Semarang
dari Kepala Daerah yakni visi misi Kota Semarang 2010-2015;
3. Adanya komitmen untuk bersama-sama membangun Kota Semarang dari
masing-masing komponen pembangunan.
24
Sedangkan faktor-faktor penghambat antara lain :
1. Perubahan peraturan perundangan dan pedoman yang mengatur mekanisme
perencanaan;
2. Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang
menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan dan berakibat pada
tumbuhnya perilaku “jalan pintas” (shortcutting);
3. Lemahnya koordinasi dan masih adanya ego sektoral antar SKPD; rendahnya
kapasitas dan komitmen SKPD pada proses perencanaan; rendahnya kapasitas
fiskal pemerintah daerah yang berakibat pada lebarnya celah fiskal (fiscal
gap);
3.3 Telaahan terhadap Renstra Bappeda Kota Semarang Tahun 2005-2010;
Telaah terhadap faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan SKPD
yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran renstra
SKPD;
Faktor-faktor pendorong antara lain :
1.
Undang-undang
pembangunan
No.
25
nasional,
tahun
2004
merubah
tentang
paradigma
Sistem
perencanaan
dalam
perencanaan
pembangunan daerah yang beroritentasi pada partisipasi masyarakat, yang
berimplikasi pada perencanaan program lebih obyektif dan tepat sasaran.
2.
Ketersediaan sumber daya aparatur perencana dan daya dukung sarana
prasarana yang memadai.
3.
Otonomi daerah telah memberikan peran kepada masyarkaat untuk
mengembangkan aspirasi dan prakarsa dalam pembangunan daerah/
wilayahnya, hal tersebut merupakan pendorong bagi Bappeda Kota Semarang
sebagai
lembaga
yang
memberikan
pelayanan
terkait
perencanaan
pembangunan daerah.
Faktor-faktor penghambat antara lain :
1.
Perubahan peraturan maupun kebijakan yang menyesuaikan kondisi saat itu
sehingga menimbulkan pergeseran mekanisme perencanaan.
2.
Kurangnya akses publikasi proses maupun hasil perencanaan yang terkadang
25
menimbulkan lemahnya koordinasi antar lembaga terkait sehingga hasil
perencanaan menjadi kurang efektif.
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Telaah pada faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan SKPD yang
mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari implikasi RTRW dan
KLHS;
Potensi pengembangan kawasan/ wilayah, berdasarkan deskriptif karakteristik
wilayah dan berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang,
adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Perdagangan dan Jasa
2. Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa
3. Kawasan Pendidikan
4. Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran
5. Kawasan Industri
6. Kawasan Olahraga
7. Kawasan Wisata/Rekreasi
8. Kawasan Perumahan dan Permukiman
9. Kawasan Pemakaman Umum
10. Kawasan Khusus
11. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)
Faktor-faktor pendorong dalam pelayanan SKPD terhadap implikasi RTRW dan
Lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya arah pengembangan kawasan/ wilayah sebagaimana RTRW,
dapat menjadi pertimbangan dalam perumusan dan penyusunan kebijakan
perencanaan pembangunan kota;
2. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup;
3. Pemberdayaan SDM dan SDA Kota Semarang yang terus dilakukan.
Sedangkan faktor-faktor penghambat antara lain :
1. Perubahan alih fungsi lahan yang tidak memperhatikan RTRW;
2. Pembangunan wilayah/ kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung
lingkungan;
26
3. Belum optimalnya publikasi informasi rencana kawasan/ wilayah.
4. Masih lemahnya tindak pengawasan dan pelaksanaan sanksi terhadap bentuk
pelanggaran.
5. Belum terselesaikannya RTRW Kota Semarang tahun 2010-2030 (masih dalam
pembahasan).
3.5 Penentuan Isu-isu Strategis
Berdasarkan telaah tersebut diatas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan
Bappeda Kota Semarang sebagai lembaga teknis yang bertugas merumuskan
kebijakan perencanaan pembangunan daerah dalam mendukung justifikasi
penetapan tujuan, sasaran, kebijakan dan program.
Dalam penentuan isu-isu strategis langkah awal dilakukan identifikasi penilaian
faktor internal dan eksternal Bappeda atau lebih sering dikenal dengan Analisis
SWOT. Pendekatan analisis SWOT (Strengh,Weakness,Opportunity,Threat)
yaitu untuk melihat komplektisitas permasalahan Kota Semarang sebagai suatu
lembaga
dan
kemudian
diambil
langkah-langkah
untuk
mengatasi
dan
menghilangkan atau mengurangi kelemahan dan ancaman serta memperkuat
atau meningkatkan kekuatan atau peluang.
Identifikasi terhadap faktor-faktor kekuatan, kendala/ kelemahan, peluang,
tantangan/ ancaman adalah sebagai berikut :
Faktor Eksternal
1. Peluang
a. Dukungan
Pemerintah
Pusat
dan
Provinsi
terhadap
pelaksanaan
perencanaan pembangunan di daerah;
b. Terbukanya kesempatan yang luas bagi peningkatan mutu SDM melalui
penyelenggaraan/
pengiriman
untuk
menempuh
pendidikan
masyarakat
dalam
maupun
pelatihan gelar maupun non gelar;
c. Peningkatan
peran
dan
partisipasi
perencanaan
pembangunan;
d. Ketersediaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun Perguruan
Tinggi
untuk terlibat sebagai mitra kerja dalam proses perencanaan
pembangunan daerah;
e. Perkembangan
wilayah
yang
pesat
akibat
pengaruh
pelaksanaan
pembangunan.
27
2. Ancaman/ Tantangan
a. Munculnya berbagai kebijakan nasional yang berdampak pada perubahan
kebijakan daerah secara mendadak sehingga menyebabkan inkonsistensi
perencanaan pembangunan di daerah;
b. Terdapatnya pertentangan/ketidaksesuaian antara peraturan perundangan
yang
mengatur
perundangan
sistem
lainnya
perencanaan
yang
berkaitan
pembangunan
sehingga
dengan
peraturan
berdampak
terhadap
mekanisme perencanaan pembangunan daerah.
c. Belum optimalnya hasil perencanaan pembangunan karena masih terdapatnya
tumpang tindih perencanaan yang dilakukan SKPD;
d. Belum
adanya
keterbukaan
dan
kemudahan
akses
informasi
untuk
kepentingan perencanaan pembangunan;
e. Perubahan
perencanaan
paradigma
sebagai
perencanaan
fasilitator
dan
pembangunan
mediator
dalam
yang
menuntut
menata
inisiatif
masyarakat;
f. Belum optimalnya kegiatan evaluasi pelaksanaan pembangunan dalam
memberikan
kontribusi
terhadap
penyusunan
kegiatan
perencanaan
selanjutnya.
Faktor Internal
1. Kekuatan
a. Keberadaan Bappeda sebagai lembaga perencanaan pembangunan daerah
b. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional yang mengatur kewenangan perencanaan dan
menyusun
evaluasi rencana pembangunan berdasarkan evaluasi kinerja pelaksanaan
rencana pembangunan SKPD;
c.
Ketersediaan SDM yang profesional dan berkualitas;
d. Dokumen-dokumen perencanaan yang disusun oleh Bappeda sebagai
acuan dalam perencanaan pembangunan daerah;
e. Perencanaan pembangunan daerah sudah dilaksanakan sesuai mekanisme
yang diatur.
2. Kelemahan
a. Koordinasi perencanaan antar SKPD yang masih lemah
b. Belum tersedianya sistem perencanaan pembangunan yang memadai
dalam upaya mendukung proses perencanaan yang efektif dan efisien.
28
c.
Terbatasnya sarana prasarana pendukung perencanaan pembangunan
daerah.
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
Bobot Rating Score
EKSTERNAL
A
Peluang
1
Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi terhadap
0,12
4
0,48
0,15
3
0,45
0,15
4
0,60
0,04
3
0,12
0,04
3
0,12
pelaksanaan perencanaan pembangunan di
daerah;
2
Terbukanya kesempatan yang luas bagi
peningkatan mutu SDM melalui
penyelenggaraan/pengiriman untuk menempuh
pendidikan maupun pelatihan gelar maupun non
gelar;
3
Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan;
4
Ketersediaan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) maupun Perguruan Tinggi untuk terlibat
sebagai mitra kerja dalam proses perencanaan
pembangunan daerah;
5
Perkembangan wilayah yang pesat akibat
pengaruh pelaksanaan pembangunan.
JUMLAH
1,87
29
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
Bobot Rating Score
EKSTERNAL
B
Tantangan / Ancaman
1
Munculnya berbagai kebijakan nasional yang
0,20
-4
-0,80
0,15
-4
-0,60
0,05
-3
-0,15
0,04
-2
-0,08
0,04
-2
-0,08
0,02
-2
-0,04
berdampak pada perubahan kebijakan daerah
secara mendadak sehingga menyebabkan
inkonsistensi perencanaan pembangunan di
daerah;
2
Terdapatnya pertentangan/ketidaksesuaian antara
peraturan perundangan yang mengatur sistem
perencanaan pembangunan dengan peraturan
perundangan lainnya yang berkaitan sehingga
berdampak terhadap mekanisme perencanaan
pembangunan daerah.
3
Belum optimalnya hasil perencanaan
pembangunan karena masih terdapatnya tumpang
tindih perencanaan yang dilakukan SKPD;
4
Belum adanya keterbukaan dan kemudahan akses
informasi untuk kepentingan perencanaan
pembangunan;
5
Perubahan paradigma perencanaan pembangunan
yang menuntut perencanaan sebagai fasilitator
dan mediator dalam menata inisiatif masyarakat;
6
Belum optimalnya kegiatan evaluasi pelaksanaan
pembangunan dalam memberikan kontribusi
terhadap penyusunan kegiatan perencanaan
selanjutnya.
JUMLAH
-1,75
30
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
Bobot Rating Score
INTERNAL
C
Kekuatan
1
Keberadaan Bappeda sebagai lembaga
0,20
4
0,8
0,15
4
0,6
0,05
4
0,20
0,05
3
0,15
0,05
3
0,15
perencanaan pembangunan daerah
2
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional yang
mengatur kewenangan perencanaan dan
menyusun evaluasi rencana pembangunan
berdasarkan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana
pembangunan SKPD;
3
Ketersediaan SDM yang profesional dan
berkualitas;
4
Dokumen-dokumen perencanaanyang disusun
oleh Bappeda sebagai acuan dalam perencanaan
pembangunan daerah;
5
Perencanaan pembangunan daerah sudah
dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur
JUMLAH
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
1,90
Bobot Rating Score
INTERNAL
D
Kelemahan
1
Koordinasi perencanaan antar SKPD yang masih
0,25
-4
-1,00
0,20
-3
-0,60
lemah
2
Belum tersedianya sistem perencanaan
pembangunan yang memadai dalam upaya
31
mendukung proses perencanaan yang efektif dan
efisien.
3
Terbatasnya sarana prasarana pendukung
0,05
-4
-0,20
perencanaan pembangunan daerah.
4
Masih adanya ketergantungan kepemilikan data
dan informasi dengan kinerja pihak lain (penyedia
data)
JUMLAH
-1,80
Keterangan :
Bobot = 1,0 (sangat penting) – 0 ( tidak penting) ; Rating untuk faktor kekuatan dan
peluang nilainya positif (+) untuk faktor kelemahan dan ancaman nilainya negatif (-)
dengan nilai 4 (sangat baik/buruk), 3 (di atas rata-rata baik / dibawah rata-rata buruk,
2 (rata-rata baik/buruk), 1 (dibawah rata-rata baik/ diatas rata-rata buruk)
PELUANG
KUADRAN III
STRATEGI TURN
AROUND
KUADRAN I
STRATEGI AGREFIS
KEKUATAN
EKSTERNAL
KEKUATAN
INTERNAL
KUADRAN IV
STRATEGI DEFENSIF
KUADRAN II
STRATEGI DIVERSIFIKASI
ANCAMAN
PELUANG
KUADRAN I
STRATEGI AGRESIF
0,12
KEKUATAN
EKSTERNAL
0,10
KEKUATAN
INTERNAL
32
ANCAMAN
MATRIK IDENTIFIKASI
FAKTOR KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG
Faktor
Positif
Internal
Eksternal
Kekuatan :
Peluang :
a. Keberadaan Bappeda sebagai
a. Dukungan Pemerintah Pusat dan
lembaga perencanaan
Provinsi terhadap pelaksanaan
pembangunan daerah
perencanaan pembangunan di
b. UU No. 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan
daerah;
b. Terbukanya kesempatan yang
Pembangunan Nasional yang
luas bagi peningkatan mutu SDM
mengatur kewenangan
melalui
perencanaan dan menyusun
penyelenggaraan/pengiriman
evaluasi rencana
untuk menempuh pendidikan
pembangunan berdasarkan
maupun pelatihan gelar maupun
evaluasi kinerja pelaksanaan
non gelar;
rencana pembangunan SKPD;
c. Ketersediaan SDM yang
profesional dan berkualitas;
d. Dokumen-dokumen
c. Peningkatan peran dan
partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan;
d. Ketersediaan Lembaga Swadaya
perencanaan yang disusun
Masyarakat (LSM) maupun
oleh Bappeda sebagai acuan
Perguruan Tinggi untuk terlibat
dalam perencanaan
sebagai mitra kerja dalam
pembangunan daerah;
proses perencanaan
e. Perencanaan pembangunan
daerah sudah dilaksanakan
sesuai mekanisme yang diatur.
pembangunan daerah;
e. Perkembangan wilayah yang
pesat akibat pengaruh
pelaksanaan pembangunan.
33
Negatif Kendala :
a. Munculnya berbagai kebijakan
nasional yang berdampak
pada perubahan kebijakan
daerah secara mendadak
sehingga menyebabkan
inkonsistensi perencanaan
pembangunan di daerah;
b. Terdapatnya pertentangan/
ketidaksesuaian antara
peraturan perundangan yang
Tantangan :
a. Koordinasi perencanaan antar
SKPD yang masih lemah
b. Belum tersedianya sistem
perencanaan pembangunan yang
memadai dalam upaya
mendukung proses perencanaan
yang efektif dan efisien.
c. Terbatasnya sarana prasarana
pendukung perencanaan
pembangunan daerah.
mengatur sistem perencanaan
pembangunan dengan
d. Masih adanya ketergantungan
peraturan perundangan
kepemilikan data dan informasi
lainnya yang berkaitan
dengan kinerja pihak lain
sehingga berdampak terhadap
(penyedia data).
mekanisme perencanaan
pembangunan daerah.
c. Belum optimalnya hasil
perencanaan pembangunan
karena masih terdapatnya
tumpang tindih perencanaan
yang dilakukan SKPD;
d. Belum adanya keterbukaan
dan kemudahan akses
informasi untuk kepentingan
perencanaan pembangunan;
e. Perubahan paradigma
perencanaan pembangunan
yang menuntut perencanaan
sebagai fasilitator dan
mediator dalam menata
inisiatif masyarakat;
34
f. Belum optimalnya kegiatan
evaluasi pelaksanaan
pembangunan dalam
memberikan kontribusi
terhadap penyusunan kegiatan
perencanaan selanjutnya.
35
MATRIK STRATEGI BAPPEDA KOTA SEMARANG RENSTRA SKPD 2010-2015
Peluang
1. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi terhadap
Faktor Eksternal
pelaksanaan perencanaan pembangunan di
daerah;
2. Terbukanya kesempatan yang luas bagi
1. Koordinasi perencanaan antar SKPD
yang masih lemah;
2. Belum tersedianya sistem perencanaan
pembangunan yang memadai dalam
peningkatan mutu SDM melalui
upaya mendukung proses
penyelenggaraan/pengiriman untuk menempuh
perencanaan yang efektif dan efisien;
pendidikan maupun pelatihan gelar maupun non
gelar;
3. Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan;
Faktor Internal
Tantangan
4. Ketersediaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
3. Terbatasnya sarana prasarana
pendukung perencanaan
pembangunan daerah;
4. Masih adanya ketergantungan
kepemilikan data dan informasi
maupun Perguruan Tinggi untuk terlibat sebagai
dengan kinerja pihak lain (penyedia
mitra kerja dalam proses perencanaan
data).
pembangunan daerah;
5. Perkembangan wilayah yang pesat akibat
pengaruh pelaksanaan pembangunan.
36
Kekuatan
1. Keberadaan Bappeda sebagai lembaga perencanaan
pembangunan daerah;
2. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang mengatur kewenangan
perencanaan dan menyusun evaluasi rencana
pembangunan berdasarkan evaluasi kinerja
pelaksanaan rencana pembangunan SKPD;
3. Ketersediaan SDM yang profesional dan berkualitas;
4. Dokumen-dokumen perencanaanyang disusun oleh
Bappeda sebagai acuan dalam perencanaan
pembangunan daerah;
5. Perencanaan pembangunan daerah sudah
Kekuatan :
Peluang :
1. Memberdayakan SDM aparatur perencana melalui
1. Meningkatkan frekuensi pertemuan
pendidikan teknis, formal maupun informal;
2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
proses perencanaan pembangunan;
3. Mengikutsertakan stakeholders pembangunan
melalui berbagai forum musyawarah perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan dokumen
perencanaan pembangunan yang berpihak kepada
masyarakat;
4. Menyediakan sarana sosialisai perencanaan
pembangunan kota yang mudah diketahui untuk
antar SKPD untuk memudahkan
koordinasi perencanaan pembangunan
di berbagai bidang perencanaan;
2. Melibatkan tenaga ahli dan profesional
dalam penyusunan perencanaan
pembangunan;
3. Mengembangkan pengelolaan data
dan informasi sesuai tugas fungsi skpd
sebagai pengelola data dan informasi
pembangunan daerah.
meningkatkan partisipasi dari masyarakat.
dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur.
Kelemahan
1. Munculnya berbagai kebijakan nasional yang
Kendala :
Tantangan :
1. Melakukan kajian-kajian tentang perkembangan
1. Menerapkan sistem award and
berdampak pada perubahan kebijakan daerah secara
wilayah yang mampu memberikan dampak positif
punishment untuk meningkatkan
mendadak sehingga menyebabkan inkonsistensi
terhadap pengembangan Kota Semarang;
kinerja aparatur perencana
37
perencanaan pembangunan di daerah
2. Terdapatnya pertentangan/ ketidaksesuaian antara
peraturan perundangan yang mengatur sistem
perencanaan pembangunan dengan peraturan
perundangan lainnya yang berkaitan sehingga
berdampak terhadap mekanisme perencanaan
pembangunan daerah;
3. Belum optimalnya hasil perencanaan pembangunan
karena masih terdapatnya tumpang tindih
perencanaan yang dilakukan SKPD;
4. Belum adanya keterbukaan dan kemudahan akses
2. Meningkatkan frekuensi pertemuan antar SKPD
maupun stakeholders untuk memudahkan
koordinasi & soaialisasi perencanaan
pembangunan di berbagai bidang perencanaan;
3. Menyediakan sarana sosialisai tentang proses &
hasil perencanaan pembangunan kota;
4. Menyediakan aturan & acuan yang tegas bagi
pembangunan;
2. Mengembangkan pengelolaan data
dan informasi untuk memperoleh data
yang akurat guna mengevaluasi dan
memonitor pelaksanaan
pembangunan;
3. Meningkatkan intensitas kerjasama
masyarakat dan stakeholder dalam perencanaan
dengan lembaga penyedia data
pembangunan kota.
sehingga dapat dihasilkan data yang
5. Mengembangkan pengelolaan data dan informasi
tepat waktu & tepat sasaran.
untuk memperoleh data yang akurat guna
informasi untuk kepentingan perencanaan
mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan
pembangunan;
pembangunan;
5. Perubahan paradigma perencanaan pembangunan
yang menuntut perencanaan sebagai fasilitator dan
mediator dalam menata inisiatif masyarakat;
6. Belum optimalnya kegiatan evaluasi pelaksanaan
pembangunan dalam memberikan kontribusi
terhadap penyusunan kegiatan perencanaan
selanjutnya.
38
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 Visi dan Misi
Visi BAPPEDA dirumuskan dengan memperhatikan visi Kepala Daerah
yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (
RPJMD ) Kota Semarang Tahun 2010 – 2015 yaitu Terwujudnya Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa, yang Berbudaya menuju Masyarakat Sejahtera”
Berdasarkan pada visi Kota Semarang diatas, visi BAPPEDA ditetapkan
sebagai berikut :
“Terwujudnya Lembaga Perencanaan yang Handal, Terpercaya dan Profesional”
Visi tersebut mengandung maksud bahwa Bappeda Kota Semarang
merupakan satu-satunya Lembaga/ Organisasi perencanaan pembangunan
daerah di Kota Semarang yang dipercaya oleh Pengambil Keputusan (Walikota)
dalam
bertugas
menyusun
dan
merumuskan
kebijakan
perencanaan
pembangunan daerah Kota Semarang serta di dukung oleh sumber daya manusia
yang profesional ahli dalam bidangnya untuk menghasilkan produk rumusan
kebijakan perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas.
Untuk mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan dalam 6 misi sebagai
berikut :
1. Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah Jangka Pendek, Jangka
Menengah dan Jangka Panjang yang berkualitas serta tanggap terhadap
perubahan dan partisipatif.
2. Merumuskan kebijakan teknis Perencanaan Tata Ruang Wilayah secara
kontinyu, terarah dan sistematis.
3. Mengembangkan koordinasi dalam rangka pelaksanaan, pengendalian dan
penelitian yang mampu mewujudkan kesejahteraan sosial.
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Mengembangkan sistem evaluasi, monitoring, pelaksanaan pembangunan.
6. Mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia dan melengkapi sarana dan
prasarana kerja.
39
4.2 Tujuan dan Sasaran
Dalam rangka mewujudkan misi tersebut, tujuan Bappeda Kota Semarang
dirumuskan sebagai berikut :
1. Menghasilkan dokumen perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek sebagai landasan pembangunan daerah Kota Semarang;
2. Menghasilkan dokumen teknis perencanaan pembangunan kota berbasis pada
kebijakan-kebijakan tata ruang wilayah;
3. Meningkatkan kerjasama yang harmonis lintas SKPD guna mewujudkan
koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan penelitian
pembangunan di Kota Semarang;
4. Memberdayakan
stakeholders
pembangunan
Kota
Semarang
guna
meningkatkan dan menerapkan hasil penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pemerintahan yang baik (good governance) merupakan isu yang
paling mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini.
Tuntutan gencar yang dilakukan oleh masyarakat kepada pemerintah untuk
penyelenggaraan
meningkatnya
globalisasi.
pemerintahan
tingkat
yang
pengetahuan
baik
adalah
masyarakat,
sejalan
dengan
disamping
adanya
Pola-pola lama dalam penyelenggaraaan pemerintahan telah
tidak sesuai lagi bagi tatanan masyarakat yang saat ini berubah. Oleh
karenanya, tuntutan itu merupakan hal yang wajar dan telah seharusnya
direspon oleh Pemerintah dengan melakukan perubahan yang terarah, pada
terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pusat dan Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan yang lebih
luas
untuk
mengatur
rumah
tangganya
sendiri.
Konsekuensi
dari
pelaksanaan Undang-Undang tersebut adalah bahwa Pemerintah Daerah
harus
dapat
lebih
meningkatkan
kinerjanya
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat. Secara
periodik kinerja penyelenggaraan pemerintahan tercermin dalam sistem
akuntabilitas
kinerja
instansi
perwujudan
kewajiban
pemerintah.
instansi
untuk
Akuntabilitas
merupakan
mempertanggungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi dalam mencapai tujuan dan
sasaran
yang
telah
ditetapkan
melalui
pertanggungjawaban
yang
dilaksanakan secara periodik (LAKIP). Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah (BAPPEDA) Kota Semarang sebagai salah satu instansi pemerintah
daerah sesuai dengan bidang tugasnya membantu Kepala Daerah dalam
penyelenggaraan
berkewajiban
diharapkan
pemerintah
juga
agar
menyusun
dapat
di
bidang
rencana
menentukan
perencanaan
strategis.
arah
pembangunan,
Dengan
perkembangan
demikian
dalam
-1-
meningkatkan kinerjanya, dan mampu menjawab tuntutan perkembangan
lingkungan strategis baik lokal regional, nasional, maupun global.
Rencana strategis yang disusun oleh Bappeda merupakan langkah
awal
untuk
melaksanakan
mandat
tersebut
di
atas,
yang
dalam
penyusunannya perlu melaksanakan analisis terhadap lingkungan baik
internal maupun eksternal yang merupakan langkah yang penting dengan
memperhitungan kekuatan (strenghts), kelemahan (weakness), peluang
(opportunities), dan tantangan (threats) yang ada. Rencana ini merupakan
suatu proses yang berorientasi pada proses dan hasil yang ingin dicapai
dalam kurun waktu lima tahun, dengan tetap memperhatikan potensi yang
ada baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam, kekuatan,
kelemahan, peluang, dan tantangan yang dihadapi. Rencana strategis
disusun untuk jangka waktu lima tahun, dan diimplementasikan ke dalam
rencana kerja (Renja) tahunan.
Rencana
Strategis
Badan
Perencanaan
Pembangunan
Daerah
merupakan salah satu dokumen teknis operasional dan merupakan
penjabaran teknis dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
yang memuat visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, dan indikasi
rencana program lima tahunan meliputi program internal maupun eksternal,
yaitu yang merupakan program SKPD Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah, program lintas SKPD, dan program lintas wilayah.
1.2. Landasan Hukum
Landasan hukum penyusunan Rencana Strategis Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah adalah :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4421);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan
Lembaran
Negara
Republik
Indonesia
Nomor
4437)
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-2-
undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penyelenggaran Pemerintah Daerah.
7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 – 2009.
8. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999, tentang Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah (AKIP).
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang
Tahapan,
Tata
Cara
Penyusunan,
Pengendalian
dan
Evaluasi
Pelaksanaan Pembangunan Daerah;
10. Peraturan Daerah Kota Semarang
Nomor 13
Tahun
2008 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan
Perijinan Terpadu Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang
Nomor 16 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang
Nomor 23);
11. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Semarang Tahun 2010-2015;
12. Peraturan
Walikota
Semarang
Nomor
43
Tahun
2008
tentang
Penjabaran Tugas dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Kota Semarang.
-3-
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan Rencana Strategis BAPPEDA Kota Semarang adalah :
1. Memberikan
arah
dan
pedoman
bagi
semua
personil
dalam
melaksanakan tugasnya untuk menentukan prioritas-prioritas di bidang
perencanaan pembangunan, sehingga tujuan program dan sasaran
kegiatan yang telah ditetapkan dalam kurun waktu 2011 - 2015 dapat
tercapai.
2. Mempermudah pengendalian kegiatan serta pelaksanaan koordinasi
dengan instansi terkait, monitoring, analisis, evaluasi kegiatan baik
secara internal maupun eksternal.
3. Memberikan informasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders)
tentang rencana pembangunan tahunan.
4. Menjadi kerangka dasar bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
dalam upaya meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan.
Tujuan
penyusunan
dari
Rencana
Strategis
Badan
Perencanaan
Pembangunan Daerah adalah :
1. Meningkatkan pelayanan masyarakat secara prima.
2. Merencanakan perubahan dalam lingkungan yang semakin kompleks.
3. Mengelola keberhasilan organisasi secara sistemik.
4. Memanfaatkan perangkat manajerial dalam pengelolaan pemerintahan
dan pembangunan.
5. Mengembangkan pemikiran, sikap dan tindakan yang berorientasi pada
masa depan.
6. Meningkatkan komunikasi antar pemangku kepentingan (stakeholders).
7. Memudahkan
para
pemangku
kepentingan
(stakeholders)
untuk
menghadapi masa depan.
-4-
1.4. Sistematika Penulisan
Rencana Strategis Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang
Tahun 2011 – 2015 disusun menurut sistematika sebagai berikut :
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Landasan Hukum
1.3 Maksud dan Tujuan
1.4 Sistematika Penulisan
BAB II. GAMBARAN UMUM PELAYANAN SKPD
2.1 Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
2.2 Sumber Daya SKPD
2.3 Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
SKPD
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
3.3 Telaahan terhadap Renstra Bappeda Kota Semarang Tahun 2005-2010
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
3.5 Penentuan Isu-isu Strategis
BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN
KEBIJAKAN
4.1
Visi dan Misi
4.2
Tujuan dan Sasaran
4.3
Strategi dan Kebijakan
-5-
BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,
KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN
DAN SASARAN RPJMD
-6-
BAB II
GAMBARAN UMUM PELAYANAN SKPD
2.1 Tugas dan Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD
Tugas dan Fungsi
Berdasarkan pada Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 3 Tahun 2001
tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis
Daerah Kota Semarang yang kemudian diperbarui dengan Surat Keputusan
Kepala Bappeda Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan
Terpadu Kota Semarang, Bappeda mempunyai tugas pokok melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di
bidang perencanaan pembangunan daerah.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
Bappeda mempunyai
fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang perencanaan pembangunan daerah;
b. Pemberian
dukungan
atas
penyelenggaraan
pemerintahan
daerah
dibidang perencanaan pembangunan daerah;
c. Pelaksanakan
pelayanan
penunjang
dalam
penyelenggaraan
pemerintahan daerah dibidang perencanaan pembangunan daerah;
d. Penyusunan rencana program dibidang perencanaan pembangunan
daerah;
e. Penyusunan kebijakan perencanaan pembangunan daerah dalam jangka
panjang dan jangka menengah serta tahunan;
f. Pelaksanaan koordinasi perencanaan pembangunan daerah dengan
perangkat daerah, instansi vertikal, dan pelaku pembangunan.
g. Pelaksanaan
fasilitasi
perencanaan,
pengendalian
dan
evaluasi
pembangunan daerah secara makro;
-7-
h. Pelaksanaan fasilitasi dan pertanggungjawaban terhadap kajian teknis/
rekomendasi perijinan dan/ atau non perijinan dibidang perencanaan
pembangunan daerah;
i. Pengelolaan urusan kesekretariatan Bappeda;
j. Pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pembangunan daerah;
k. Pelaksanaan pembinaan, pemantauan, pengawasan dan pengendalian
serta monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas Bappeda;
l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan
bidang tugasnya.
Struktur Organisasi SKPD
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008
tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan
Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang, struktur organisasi Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang adalah sebagai berikut :
1.
Kepala Badan;
2.
Sekretariat, terdiri dari :
3.
4.
-
Sub Bagian Perencanaan dan Evaluasi;
-
Sub Bagian Keuangan;
-
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
Bidang Perencanaan Pemerintahan dan Sosial Budaya, terdiri dari :
-
Sub Bidang Perencanaan Pemerintahan;
-
Sub Bidang Perencanaan Sosial dan Budaya;
Bidang Perencanaan Perekonomian, terdiri dari :
-
Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Dunia Usaha;
-
Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi Produksi.
-8-
5.
6.
7.
Bidang Perencanaan Pengembangan Wilayah dan Infrastruktur, terdiri :
-
Sub Bidang Perencanaan Ruang dan Lingkungan Hidup;
-
Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Infrastruktur.
Bidang Pengendalian dan Statistik, terdiri dari :
-
Sub Bidang Pengendalian;
-
Sub Bidang Statistik.
Bidang Penelitian dan Pengembangan, terdiri dari :
-
Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Ekonomi, Pemerintahan,
Politik Sosial dan Budaya;
-
Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan Tata Ruang dan Sarana
Prasarana Wilayah.
8.
Kelompok Jabatan Fungsional.
-9-
SUSUNAN ORGANISASI DAN
TUGAS FUNGSI BAPPEDA KOTA SEMARANG
KEPALA
SEKRETARIS
STRUKTUR ORGANISASI
BAPPEDA KOTA SEMARANG
BIDANG PERENCANAAN
PEMERINTAHAN DAN SOSIAL
BUDAYA
Sub Bagian Umum dan
Kepegawaian
BIDANG PERENCANAAN
PEREKONOMIAN
BIDANG PERENCANAAN
PENGEMB. WILAYAH DAN
INFRASTRUKTUR
Sub Bagian Perencanaan dan
Evaluasi
BIDANG PENGENDALIAN DAN
STATISTIK
Sub Bagian Keuangan
BIDANG PENELITIAN DAN
PENGEMBANGAN
Sub Bidang Perencanaan
Pemerintahan
Sub Bidang Perencanaan
Pengemb. Dunia Usaha
Sub Bidang Perencanaan Ruang
dan Lingk. Hidup
Sub Bidang Pengendalian
Sub Bidang Ekonomi
Pemerintahan, Poltik dan
Sosbud
Sub Bidang Perencanaan Sosial
dan Budaya
Sub Bidang Perencanaan
Pengemb. Ekonomi Produksi
Sub Bidang Perencanaan
Pengemb. Infrastruktur
Sub Bidang Statistik
Sub Bidang Litbang, Tata Ruang
dan Sarpras Wil
- 10 -
2.2. Sumber Daya SKPD
Personil dan Sarana Prasarana
a. Jumlah personil Bappeda Kota Semarang adalah 68 pegawai, yang terdiri
dari 37 personil laki-laki dan 31 personil perempuan.
Tabel 2.1
Jumlah Pegawai/ Personil Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Bappeda Kota Semarang
No.
Pendidikan
Jumlah
1.
S2
21
2.
S1
45
3.
D3
9
4.
SMA
10
5.
SMP
1
JUMLAH
86
Tabel 2.2
Jumlah Pegawai/Personil Berdasarkan Golongan/Ruang
Bappeda Kota Semarang
No.
Golongan / Ruang
Jumlah
1.
IV/c
1
2.
IV/b
1
3.
IV/a
5
4.
III/d
19
- 11 -
No.
Golongan / Ruang
Jumlah
5.
III/c
8
6.
III/b
11
7.
III/a
26
8.
II/d
2
9.
II/c
9
10.
II/b
2
11.
II/a
2
12.
I/d
-
13.
I/c
-
JUMLAH
86
Tabel 2.3
Jumlah Pegawai/Personil Yang Telah Mengikuti Pelatihan
Pimpinan
Bappeda Kota Semarang
No.
Nama Pelatihan Penjenjangan
Jumlah
1.
ADUM /Pim IV
16
2.
SPAMA / Pim III
2
3.
SPAMEN / Pim II
1
JUMLAH
19
Tabel 2.1
- 12 -
Jumlah Pegawai/Personil Yang Menduduki Eselon dan Staf
Bappeda Kota Semarang
No.
Jabatan
Jumlah
1.
Eselon II
1
2.
Eselon III
6
3.
Eselon IV
13
4.
Fungsional
-
5.
Staf
66
JUMLAH
86
b. Sarana Prasarana Aparatur, berupa :
Sarana dan prasarnaa yang dimiliki untuk mendukung pelaksanaan tugas
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel 2.4
Jumlah Sarana dan Prasarana Kantor Bappeda Kota Semarang
No.
Nama Barang
Jumlah (unit)
1.
Kendaraan roda 4
8
2.
Kendaraan roda 2
19
3.
Almari Besi
1
4.
Almari Kayu
7
5.
Rak Kayu
-
6.
Rak Besi
-
- 13 -
No.
Nama Barang
Jumlah (unit)
7.
Kursi Besi
30
8.
Kursi Kayu
99
9.
Filling Kabinet
11
10.
MesinTik
11
11.
Komputer PC
46
12.
Komputer Laptop
20
13.
Printer
42
14.
Ploter
1
15.
Kamera
6
16.
OHP
2
17.
LCD
7
18.
AC
3
19.
Kipas Angin
7
20.
Meja Tamu
2 set
21.
Kursi Tamu
2 set
22.
Ruang Rapat
1
23.
Televisi
2
24.
Telpon
4
25.
Fax
3
- 14 -
No.
Nama Barang
Jumlah (unit)
26.
Kamar Mandi/Toilet
4
27.
Mushola
1
28.
Dapur
1
JUMLAH
2.3. Kinerja Pelayanan SKPD
Penyelanggaraan pelayanan Bappeda pada saat ini adalah melaksanakan
fungsi sebagai Lembaga Teknis Perencanaan Pembangunan Daerah, yang
melaksanakan tugas pokok dan fungsinya berdasarkan pada Peraturan
Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota
Semarang, Bappeda mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik di bidang perencanaan
pembangunan daerah.
Kondisi penyelenggaraan pelayanan Bappeda Kota Semarang dapat ditinjau
dari beberapa aspek, antara lain :
1. Kelembagaan
Kelembagaan Bappeda Kota Semarang mendasarkan pada Peraturan Daerah
Kota Semarang No. 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota
Semarang, dengan
pendekatan miskin struktur kaya fungsi, berimplikasi
pada perampingan struktur semula setiap bidang terdapat 4 sub bidang,
berubah
menjadi
hanya
2
sub
bidang.
Konsekuensi
perampingan
menyebabkan penggabungan tugas sub bidang, sehingga terjadi peningkatan
beban kerja.
Perubahan peraturan perundangan termasuk penerbitan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah, mempengaruhi koordinasi yang dilaksanakan sehingga
pada beberapa fungsi pembangunan masih terdapat koordinasi bidang yang
- 15 -
berbeda. Kondisi ini menimbulkan kesan terdapatnya 1). tumpang tindih
antar bidang maupun sub bidang di Bappeda dan 2). lemahnya koordinasi
antar bidang.
2.
Mekanisme Perencanaan
Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
25 Tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional dan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, mekanisme perencanaan pembangunan daerah
dituntut
untuk
semakin
mengedepankan
pendekatan
perencanaan
pembangunan partisipatif (participatory planning).
Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sistem Perencanaan
Pembangunan
mencakup
lima
perencanaan, yaitu : politik;
down); dan
pendekatan
dalam
seluruh
rangkaian
teknokratik; partisipatif; atas-bawah (top-
bawah atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang
bahwa pemilihan Kepala Daerah adalah proses penyusunan rencana, karena
rakyat
pemilih
menentukan
pilihannya
berdasarkan
program-program
pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Kepada Daerah. Oleh
karena itu, rencana pembangunan adalah penjabaran dari agenda-agenda
pembangunan yang ditawarkan Kepala Daerah pada saat kampanye ke dalam
rencana pembangunan jangka menengah. Perencanaan dengan pendekatan
teknokratik dilaksanakan dengan menggunakan metode dan kerangka
berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional
bertugas dalam perencanaan pembangunan daerah.
Perencanaan dengan
pendekatan partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terhadap pembangunan. Pelibatan mereka
adalah untuk mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki.
Sedangkan pendekatan atas-bawah dan bawah-atas dalam perencanaan
dilaksanakan menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atasbawah dan bawah atas diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan
baik di tingkat kota, kecamatan, dan kelurahan.
- 16 -
3. Hasil Kinerja
Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, Bappeda Kota Semarang
telah melaksanakan kegiatan utama dalam penyusunan perencanaan
pembangunan daerah antara lain:
a.
Dokumen Perencanaan Jangka Panjang: Penyusunan RPJPD 2005 –
2025 Kota Semarang, penyelenggaraan Musrenbang RPJPD Kota
Semarang, Penyusunan NA RPJPD 2005 – 2025 Kota Semarang,
Penetapan RPJPD 2005 – 2025 Kota Semarang.
b. Dokumen
Perencanaan
Jangka
Menengah:
Penyusunan
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Penyusunan Perda
No.4/2005 tentang RPJMD 2005 – 2010 Kota Semarang, Penyusunan
revisi Perda No.4/2005 tentang RPJMD 2005 – 2010 Kota Semarang,
Penetapan Perda No 8/2008 tentang Revisi Perda No.4/2005 tentang
RPJMD 2005 – 2010 Kota Semarang, Sosialisasi Sistem Prosedur
Perencanaan Pembangunan Daerah (SPPD), Sosialisasi Perda No.4/2005
tentang RPJMD 2005 – 2010 Kota Semarang, Sosialisasi Kebijakan
Perencanaan Pembangunan Daerah.
c.
Dokumen Perencanaan Jangka Pendek: Perencanaan umum, Forum
SKPD, Penyusunan Rancangan RKPD Kota Semarang, Penetapan RKPD,
Koordinasi penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan.
d. Dokumen
Perencanaan
Teknis
lainnya:
penyusunan
Masterplan
Rejomulyo, perencanaan kawasan Bandara Ahmad Yani, perencanaan
kawasan pantai Semarang, perencanaan kawasan Alun-alun Kota
Semarang, Rencana induk sistem Persampahan, Rencana Tata Ruang
Hijau, Penyusunan Raperda SPPD, perencanaan kawasan CangkiranBubakan Kec. Mijen, Penetapan kebijakan, strategi dan program
perumahan, Masterplan Transportasi, Masterplan Drainase, Masterplan
Pariwisata, Masterplan Pendidikan, Masterplan Kesehatan, Review
Renstra Penanggulangan Kemiskinan, Sistem Informasi Perencanaan
Pembangunan Daerah dan dokumen Feasibility Study lainnya.
e.
Melaksanakan
rangkaian
pembangunan
tahunan
kegiatan
mulai
dari
dalam
rangka
perencanaan
musyawarah
perencanaan
pembangunan tingkat kecamatan dan kabupaten maupun forum Satuan
Kerja Perangkat Daerah (SKPD); pelaksanaan penyusunan Rencana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah bersama-sama dengan Dinas
Pengelolaan
Keuangan
Daerah
dan
Aset
Daerah;
pelaksanaan,
- 17 -
persiapan bahan dan data laporan pelaksanaan pembangunan serta
pelaksanaan dokumentasi dan penyusunan statistik mengenai hasil-hasil
pelaksanaan pembangunan daerah; serta pelaksanaan koordinasi dan
penelitian untuk kepentingan perencanaan.
4. Sumber Daya Manusia
Dalam melaksanakan peran, tugas pokok dan fungsinya, Bappeda masih
mengalami hambatan terutama pada sumber daya manusia dan perangkat
penunjangnya. Sumber daya manusia di Bappeda masih terbatas jumlahnya
termasuk kapasitas maupun kapabilitasnya. Dengan perkembangan sistem
perencanaan pembangunan, maka pemenuhan kebutuhan sumber daya
manusia perencana yang tanggap dengan melaksanakan pengiriman staf
untuk mengikuti pendidikan dan pelatihan masih belum mencukupi.
Perangkat keras untuk mendukung perencanaan pembangunan masih
belum memenuhi kebutuhan, baik jumlah, teknologi yang dipakai maupun
jenisnya.
- 18 -
NO
Tabel 2.1
Pencapaian Kinerja Pelayanan SKPD
BAPPEDA KOTA SEMARANG
Target Renstra SKPD
Indikator Kinerja sesuai Tugas dan Fungsi
Target Indikator
Tahun keTarget SPM Target IKK
SKPD
Lainnya
1 2 3 4
5
(1)
1.
2.
(2)
(3)
(4)
Meningkatkan kualitas perencanaan
pembangunan daerah baik jangka panjang,
menengah, maupun jangka pendek
Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
proses perencanaan pembangunan daerah
100%
100%
3.
Ketersediaan data dan informasi bahan
perumusan kebijakan perencanaan
pembangunan daerah
4.
Meningkatkan koordinasi perencanaan
pembangunan daerah
5.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas kajian/
penelitian diberbagai bidang
(5)
Realisasi Capaian Tahun
ke1
2
3
4
5
Rasio Capaian pada Tahun
ke1
2
3
4
5
(6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20)
Tabel 2.2
Anggaran dan Realisasi Pendanaan Pelayanan SKPD
BAPPEDA KOTA SEMARANG
Uraian
(1)
Anggaran pada Tahun ke1
(2)
2
(3)
3
(4)
4
(5)
5
(6)
Realisasi Anggaran pada Tahun ke1
(7)
2
(8)
3
(9)
4
(10)
5
(11)
Rasio antara Realisasi dan Anggaran
Tahun ke1
2
3
4
5
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Rata-rata Pertumbuhan
Anggaran
(17)
Realisasi
(18)
Penyusunan Dokumen Perencanaan
Pembangunan Daerah
19
Uraian
(1)
Koordinasi penyusunan Perencanaan
Pembangunan ekonomi
Koordinasi Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Pemerintah, sosial dan
Budaya
Koordinasi Penyusunan Perencanaan
Pembangunan Infrastruktur dan SDA
Koordinasi Pembangunan Data dan
Statistik Daerah
Koordinasi Penyusunan Kajian/Penelitian
dan pengembangan
Anggaran pada Tahun ke1
(2)
2
(3)
3
(4)
4
(5)
5
(6)
Realisasi Anggaran pada Tahun ke1
(7)
2
(8)
3
(9)
4
(10)
5
(11)
Rasio antara Realisasi dan Anggaran
Tahun ke1
2
3
4
5
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
Rata-rata Pertumbuhan
Anggaran
(17)
Realisasi
(18)
20
2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD
Tantangan yang perlu diantisipasi oleh Bappeda Kota Semarang dalam
melaksanaan perencanaan pembangunan daerah adalah sebagai berikut:
1. Munculnya berbagai kebijakan nasional yang berdampak pada perubahan
kebijakan daerah secara mendadak sehingga menyebabkan inkonsistensi
perencanaan pembangunan di daerah;
2. Terdapatnya ketidaksesuaian antara peraturan perundangan yang mengatur
sistem perencanaan pembangunan dengan peraturan perundangan lainnya
yang berkaitan sehingga berdampak terhadap mekanisme perencanaan
pembangunan daerah;
3. Belum optimalnya hasil perencanaan pembangunan karena masih terdapatnya
tumpang tindih perencanaan yang dilakukan oleh SKPD;
4. Belum adanya keterbukaan dan kemudahan akses informasi untuk kepentingan
perencanaan pembangunan;
5. Perubahan paradigma perencanaan pembangunan yang menuntut perencana
sebagai fasilitator dan mediator dalam menata inisiatif masyarakat;
6. Belum optimalnya kegiatan evaluasi pelaksanaan pembangunan dalam
memberikan
konstribusi
terhadap
penyusunan
kegiatan
perencanaan
selanjutnya.
Peluang dalam pengembangan pelayanan SKPD dalam rangka perencanaan
pembangunan daerah antara lain :
1. Adanya Peraturan Daerah Kota Semarang mengenai tata cara penyusunan
dokumen perencanaan pembangunan daerah;
2. Adanya SDM Aparatur perencana yang sebagian besar berpendidikan tinggi
sehingga mempunyai kemapuan dan dedikasi dapam menyusunan dan
merumuskan kebijakan perencanaan pembangunan daerah;
3. Adanya dukungan dari Walikota Semarang untuk pengebangan jauh kedepan
terhadap perencanaan pembangunan dalam mendukung visi dan misi Kota
Semarang;
4. Adanya kepeduliaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan Kota;
5. Adanya dukungan dana untuk kegiatan belanja administrasi dan perencanaan
pembangunan;
6. Sistem perencanaan yang telah terdesentralisasi memungkinkan Bappeda untuk
berinisiatif dan menampung semua aspirasi masyarakat Kota Semarang.
21
BAB III
ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI
3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan
SKPD
Selama lima tahun terakhir, secara umum kualitas penyelenggaraan perencanaan
pembangunan daerah di Kota Semarang terus menerus mengalami peningkatan.
Beberapa
indikator
yang
menyebabkan
adanya
peningkatan
kualitas
penyelenggaraan perencanaan tersebut meliputi :
1. Tersusunnya dokumen perencanaan Pembangunan Daerah Jangka Panjang,
Menengah maupun Pendek;
2. Meningkatnya intensitas keterlibatan berbagai unsur pemangku kepentingan
pembangunan antara lain: DPRD, LSM, Lembaga masyarakat tingkat
kelurahan, organisasi profesi, dan sektor swasta;
3. Meningkatnya
kualitas
sistem
perencanaan
dengan
terselenggaranya
mekanisme perencanaan partisipatif;
4. Terselenggaranya forum SKPD/ SKPD gabungan dan Musrenbang ;
5. Meningkatnya konsistensi antara dokumen perencanaan dengan mekanisme
penyusunan anggaran;
6. Meningkatnya intensitas pendampingan perencanaan di tingkat kecamatan
oleh Bappeda dan SKPD terkait.
Peningkatan
kualitas
penyelenggaraan
perencanaan
tidak
lepas
dari
meningkatnya kapasitas kelembagaan Bappeda meliputi kapasitas SDM, sarana
dan prasarana serta sistem perencanaan sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku, meliputi:
1. Otonomi Daerah memberikan peluang pada Pemerintah Kota semarang untuk
melaksanakan berbagai kewenangan yang lebih luas dalam rangka mengurus
rumah tangga daerah;
2. Ketersediaan sarana dan prasarana kerja yang relatif memadai sehingga
sangat membantu pelaksanaan tugas sehari-hari. Hal ini menyangkut fasilitas
gedung ruangan kantor, ruang rapat, sarana transportasi, maupun peralatan
perkantoran yang cukup memadai sesuai dengan standar yang ditentukan;
22
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pendidikan formal dan
diklat fungsional;
4. Sumber Daya Aparatur Pegawai Bappeda sebagian besar berpendidikan
Sarjana, hal ini merupakan salah satu pendorong dan modal dasar untuk
menciptakan profesionalisme perencanaan;
5. Tersedianya hasil-hasil kajian perencanaan, meliputi: master plan, grand
design, RDTRK, RTRW, data base pembangunan, serta kajian-kajian sektor
lainnya sebagai pendukung perencanaan;
6. Fasilitasi berbagai forum multistakeholders di bidang perencanaan dan
perumusan kebijakan pembangunan lainnya;
7. Meningkatnya koordinasi perencanaan intern yang mantap, sinergis, dan
terpadu antara lain melalui focused group discussion (FGD);
8. Pemanfaatan teknologi informasi dalam pengelolaan data dan informasi.
Peningkatan
penyelenggaraan pelayanan Bappeda Kota Semarang tersebut,
dalam pelaksanannya masih dijumpai berbagai permasalahan yang menghambat
kinerja pelayanan Bappeda Kota Semarang antara lain:
1.
Masih adanya persepsi yang salah terhadap posisi Bappeda sebagai lembaga
perencanaan;
2.
Belum mantapnya mekanisme perencanaan antara Bappeda dengan SKPD
dan antar SKPD;
3.
Mengendurnya semangat masyarakat akibat dari menurunnya kepercayaan
terhadap jaminan kepastian akan direalisasikannya rencana;
4.
Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang
menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan dan berakibat pada
tumbuhnya perilaku “jalan pintas” (shortcutting);
5.
Internal BAPPEDA: belum mampu menyediakan standard operating procedure
(SOP) perencanaan, alat-alat praktis analisis kelayakan kegiatan yang
kredibel; belum meratanya kapasitas analitik SDM perencanaan; belum
optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan data, teknologi informasi dan
komunikasi, penelitian dan pengembangan, serta pengendalian perencanaan
pembangunan.
23
3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah Terpilih
Visi Walikota Semarang dan Wakil Walikota semarang Periode Tahun 2010-2015
sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 adalah “Terwujudnya Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera” yang
rumuskan dalam 5 misi yakni :
1.
Mewujudkan sumberdaya manusia dan masyarakat Kota Semarang yang
berkualitas;
2.
Mewujudkan Pemerintahan Daerah yang efektif dan efisien, meningkatkan
kualitas pelayanan publik, serta menjunjung tinggi supremasi hukum;
3.
Mewujudkan kemandirian dan daya saing daerah;
4.
Mewujudkan tata ruang wilayah dan infrastruktur yang berkelanjutan;
5.
Mewujudkan kesejahteraan sosial masyarakat.
Langkah
kongkrit
untuk
mewujudkan
hal
tersebut
dilakukan
dengan
memprioritaskan pada program-program pembangunan yang diwujudkan dalam
“SAPTA
PROGRAM”
yang
terdiri
dari
Penanggulangan
Kemiskinan
dan
Pengangguran; Rob dan Banjir, Pelayanan Publik, Tata ruang dan Infrastrutkur,
dan kesetaraan dan kedilan gender, pendidikan serta kesehatan.
Bappeda Kota Semarang sebagai lembaga teknis yang bertugas
membantu Walikota Semarang dalam hal merumuskan kebijakan perencanaan
pembangunan daerah mempunyai tugas untuk menjabarkan visi, misi dan
program-program Walikota dan Wakil Walikota Semarang tersebut. Ada beberapa
faktor kekuatan dan penghambat yang sangat mempengaruhi kinerja dalam
menjabarkan visi, misi dan program Walikota dan Wakil Walikota Semarang.
Faktor-faktor kekuatan antara lain :
1. Dukungan dan komitmen dari stakeholder pembangunan baik pemerintah,
masyarakat, perguruan tinggi serta dunia usaha;
2. Adanya arahan yang jelas tentang kebijakan pembangunan Kota Semarang
dari Kepala Daerah yakni visi misi Kota Semarang 2010-2015;
3. Adanya komitmen untuk bersama-sama membangun Kota Semarang dari
masing-masing komponen pembangunan.
24
Sedangkan faktor-faktor penghambat antara lain :
1. Perubahan peraturan perundangan dan pedoman yang mengatur mekanisme
perencanaan;
2. Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang
menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan dan berakibat pada
tumbuhnya perilaku “jalan pintas” (shortcutting);
3. Lemahnya koordinasi dan masih adanya ego sektoral antar SKPD; rendahnya
kapasitas dan komitmen SKPD pada proses perencanaan; rendahnya kapasitas
fiskal pemerintah daerah yang berakibat pada lebarnya celah fiskal (fiscal
gap);
3.3 Telaahan terhadap Renstra Bappeda Kota Semarang Tahun 2005-2010;
Telaah terhadap faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan SKPD
yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran renstra
SKPD;
Faktor-faktor pendorong antara lain :
1.
Undang-undang
pembangunan
No.
25
nasional,
tahun
2004
merubah
tentang
paradigma
Sistem
perencanaan
dalam
perencanaan
pembangunan daerah yang beroritentasi pada partisipasi masyarakat, yang
berimplikasi pada perencanaan program lebih obyektif dan tepat sasaran.
2.
Ketersediaan sumber daya aparatur perencana dan daya dukung sarana
prasarana yang memadai.
3.
Otonomi daerah telah memberikan peran kepada masyarkaat untuk
mengembangkan aspirasi dan prakarsa dalam pembangunan daerah/
wilayahnya, hal tersebut merupakan pendorong bagi Bappeda Kota Semarang
sebagai
lembaga
yang
memberikan
pelayanan
terkait
perencanaan
pembangunan daerah.
Faktor-faktor penghambat antara lain :
1.
Perubahan peraturan maupun kebijakan yang menyesuaikan kondisi saat itu
sehingga menimbulkan pergeseran mekanisme perencanaan.
2.
Kurangnya akses publikasi proses maupun hasil perencanaan yang terkadang
25
menimbulkan lemahnya koordinasi antar lembaga terkait sehingga hasil
perencanaan menjadi kurang efektif.
3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis
Telaah pada faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan SKPD yang
mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari implikasi RTRW dan
KLHS;
Potensi pengembangan kawasan/ wilayah, berdasarkan deskriptif karakteristik
wilayah dan berpedoman pada Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Semarang,
adalah sebagai berikut :
1. Kawasan Perdagangan dan Jasa
2. Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa
3. Kawasan Pendidikan
4. Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran
5. Kawasan Industri
6. Kawasan Olahraga
7. Kawasan Wisata/Rekreasi
8. Kawasan Perumahan dan Permukiman
9. Kawasan Pemakaman Umum
10. Kawasan Khusus
11. Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)
Faktor-faktor pendorong dalam pelayanan SKPD terhadap implikasi RTRW dan
Lingkungan adalah sebagai berikut :
1. Tersedianya arah pengembangan kawasan/ wilayah sebagaimana RTRW,
dapat menjadi pertimbangan dalam perumusan dan penyusunan kebijakan
perencanaan pembangunan kota;
2. Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan tata ruang dan lingkungan hidup;
3. Pemberdayaan SDM dan SDA Kota Semarang yang terus dilakukan.
Sedangkan faktor-faktor penghambat antara lain :
1. Perubahan alih fungsi lahan yang tidak memperhatikan RTRW;
2. Pembangunan wilayah/ kawasan yang tidak memperhatikan daya dukung
lingkungan;
26
3. Belum optimalnya publikasi informasi rencana kawasan/ wilayah.
4. Masih lemahnya tindak pengawasan dan pelaksanaan sanksi terhadap bentuk
pelanggaran.
5. Belum terselesaikannya RTRW Kota Semarang tahun 2010-2030 (masih dalam
pembahasan).
3.5 Penentuan Isu-isu Strategis
Berdasarkan telaah tersebut diatas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan
Bappeda Kota Semarang sebagai lembaga teknis yang bertugas merumuskan
kebijakan perencanaan pembangunan daerah dalam mendukung justifikasi
penetapan tujuan, sasaran, kebijakan dan program.
Dalam penentuan isu-isu strategis langkah awal dilakukan identifikasi penilaian
faktor internal dan eksternal Bappeda atau lebih sering dikenal dengan Analisis
SWOT. Pendekatan analisis SWOT (Strengh,Weakness,Opportunity,Threat)
yaitu untuk melihat komplektisitas permasalahan Kota Semarang sebagai suatu
lembaga
dan
kemudian
diambil
langkah-langkah
untuk
mengatasi
dan
menghilangkan atau mengurangi kelemahan dan ancaman serta memperkuat
atau meningkatkan kekuatan atau peluang.
Identifikasi terhadap faktor-faktor kekuatan, kendala/ kelemahan, peluang,
tantangan/ ancaman adalah sebagai berikut :
Faktor Eksternal
1. Peluang
a. Dukungan
Pemerintah
Pusat
dan
Provinsi
terhadap
pelaksanaan
perencanaan pembangunan di daerah;
b. Terbukanya kesempatan yang luas bagi peningkatan mutu SDM melalui
penyelenggaraan/
pengiriman
untuk
menempuh
pendidikan
masyarakat
dalam
maupun
pelatihan gelar maupun non gelar;
c. Peningkatan
peran
dan
partisipasi
perencanaan
pembangunan;
d. Ketersediaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) maupun Perguruan
Tinggi
untuk terlibat sebagai mitra kerja dalam proses perencanaan
pembangunan daerah;
e. Perkembangan
wilayah
yang
pesat
akibat
pengaruh
pelaksanaan
pembangunan.
27
2. Ancaman/ Tantangan
a. Munculnya berbagai kebijakan nasional yang berdampak pada perubahan
kebijakan daerah secara mendadak sehingga menyebabkan inkonsistensi
perencanaan pembangunan di daerah;
b. Terdapatnya pertentangan/ketidaksesuaian antara peraturan perundangan
yang
mengatur
perundangan
sistem
lainnya
perencanaan
yang
berkaitan
pembangunan
sehingga
dengan
peraturan
berdampak
terhadap
mekanisme perencanaan pembangunan daerah.
c. Belum optimalnya hasil perencanaan pembangunan karena masih terdapatnya
tumpang tindih perencanaan yang dilakukan SKPD;
d. Belum
adanya
keterbukaan
dan
kemudahan
akses
informasi
untuk
kepentingan perencanaan pembangunan;
e. Perubahan
perencanaan
paradigma
sebagai
perencanaan
fasilitator
dan
pembangunan
mediator
dalam
yang
menuntut
menata
inisiatif
masyarakat;
f. Belum optimalnya kegiatan evaluasi pelaksanaan pembangunan dalam
memberikan
kontribusi
terhadap
penyusunan
kegiatan
perencanaan
selanjutnya.
Faktor Internal
1. Kekuatan
a. Keberadaan Bappeda sebagai lembaga perencanaan pembangunan daerah
b. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional yang mengatur kewenangan perencanaan dan
menyusun
evaluasi rencana pembangunan berdasarkan evaluasi kinerja pelaksanaan
rencana pembangunan SKPD;
c.
Ketersediaan SDM yang profesional dan berkualitas;
d. Dokumen-dokumen perencanaan yang disusun oleh Bappeda sebagai
acuan dalam perencanaan pembangunan daerah;
e. Perencanaan pembangunan daerah sudah dilaksanakan sesuai mekanisme
yang diatur.
2. Kelemahan
a. Koordinasi perencanaan antar SKPD yang masih lemah
b. Belum tersedianya sistem perencanaan pembangunan yang memadai
dalam upaya mendukung proses perencanaan yang efektif dan efisien.
28
c.
Terbatasnya sarana prasarana pendukung perencanaan pembangunan
daerah.
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
Bobot Rating Score
EKSTERNAL
A
Peluang
1
Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi terhadap
0,12
4
0,48
0,15
3
0,45
0,15
4
0,60
0,04
3
0,12
0,04
3
0,12
pelaksanaan perencanaan pembangunan di
daerah;
2
Terbukanya kesempatan yang luas bagi
peningkatan mutu SDM melalui
penyelenggaraan/pengiriman untuk menempuh
pendidikan maupun pelatihan gelar maupun non
gelar;
3
Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan;
4
Ketersediaan Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) maupun Perguruan Tinggi untuk terlibat
sebagai mitra kerja dalam proses perencanaan
pembangunan daerah;
5
Perkembangan wilayah yang pesat akibat
pengaruh pelaksanaan pembangunan.
JUMLAH
1,87
29
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
Bobot Rating Score
EKSTERNAL
B
Tantangan / Ancaman
1
Munculnya berbagai kebijakan nasional yang
0,20
-4
-0,80
0,15
-4
-0,60
0,05
-3
-0,15
0,04
-2
-0,08
0,04
-2
-0,08
0,02
-2
-0,04
berdampak pada perubahan kebijakan daerah
secara mendadak sehingga menyebabkan
inkonsistensi perencanaan pembangunan di
daerah;
2
Terdapatnya pertentangan/ketidaksesuaian antara
peraturan perundangan yang mengatur sistem
perencanaan pembangunan dengan peraturan
perundangan lainnya yang berkaitan sehingga
berdampak terhadap mekanisme perencanaan
pembangunan daerah.
3
Belum optimalnya hasil perencanaan
pembangunan karena masih terdapatnya tumpang
tindih perencanaan yang dilakukan SKPD;
4
Belum adanya keterbukaan dan kemudahan akses
informasi untuk kepentingan perencanaan
pembangunan;
5
Perubahan paradigma perencanaan pembangunan
yang menuntut perencanaan sebagai fasilitator
dan mediator dalam menata inisiatif masyarakat;
6
Belum optimalnya kegiatan evaluasi pelaksanaan
pembangunan dalam memberikan kontribusi
terhadap penyusunan kegiatan perencanaan
selanjutnya.
JUMLAH
-1,75
30
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
Bobot Rating Score
INTERNAL
C
Kekuatan
1
Keberadaan Bappeda sebagai lembaga
0,20
4
0,8
0,15
4
0,6
0,05
4
0,20
0,05
3
0,15
0,05
3
0,15
perencanaan pembangunan daerah
2
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional yang
mengatur kewenangan perencanaan dan
menyusun evaluasi rencana pembangunan
berdasarkan evaluasi kinerja pelaksanaan rencana
pembangunan SKPD;
3
Ketersediaan SDM yang profesional dan
berkualitas;
4
Dokumen-dokumen perencanaanyang disusun
oleh Bappeda sebagai acuan dalam perencanaan
pembangunan daerah;
5
Perencanaan pembangunan daerah sudah
dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur
JUMLAH
FAKTOR-FAKTOR STRATEGI
1,90
Bobot Rating Score
INTERNAL
D
Kelemahan
1
Koordinasi perencanaan antar SKPD yang masih
0,25
-4
-1,00
0,20
-3
-0,60
lemah
2
Belum tersedianya sistem perencanaan
pembangunan yang memadai dalam upaya
31
mendukung proses perencanaan yang efektif dan
efisien.
3
Terbatasnya sarana prasarana pendukung
0,05
-4
-0,20
perencanaan pembangunan daerah.
4
Masih adanya ketergantungan kepemilikan data
dan informasi dengan kinerja pihak lain (penyedia
data)
JUMLAH
-1,80
Keterangan :
Bobot = 1,0 (sangat penting) – 0 ( tidak penting) ; Rating untuk faktor kekuatan dan
peluang nilainya positif (+) untuk faktor kelemahan dan ancaman nilainya negatif (-)
dengan nilai 4 (sangat baik/buruk), 3 (di atas rata-rata baik / dibawah rata-rata buruk,
2 (rata-rata baik/buruk), 1 (dibawah rata-rata baik/ diatas rata-rata buruk)
PELUANG
KUADRAN III
STRATEGI TURN
AROUND
KUADRAN I
STRATEGI AGREFIS
KEKUATAN
EKSTERNAL
KEKUATAN
INTERNAL
KUADRAN IV
STRATEGI DEFENSIF
KUADRAN II
STRATEGI DIVERSIFIKASI
ANCAMAN
PELUANG
KUADRAN I
STRATEGI AGRESIF
0,12
KEKUATAN
EKSTERNAL
0,10
KEKUATAN
INTERNAL
32
ANCAMAN
MATRIK IDENTIFIKASI
FAKTOR KEKUATAN, KENDALA, TANTANGAN DAN PELUANG
Faktor
Positif
Internal
Eksternal
Kekuatan :
Peluang :
a. Keberadaan Bappeda sebagai
a. Dukungan Pemerintah Pusat dan
lembaga perencanaan
Provinsi terhadap pelaksanaan
pembangunan daerah
perencanaan pembangunan di
b. UU No. 25 Tahun 2004
tentang Sistem Perencanaan
daerah;
b. Terbukanya kesempatan yang
Pembangunan Nasional yang
luas bagi peningkatan mutu SDM
mengatur kewenangan
melalui
perencanaan dan menyusun
penyelenggaraan/pengiriman
evaluasi rencana
untuk menempuh pendidikan
pembangunan berdasarkan
maupun pelatihan gelar maupun
evaluasi kinerja pelaksanaan
non gelar;
rencana pembangunan SKPD;
c. Ketersediaan SDM yang
profesional dan berkualitas;
d. Dokumen-dokumen
c. Peningkatan peran dan
partisipasi masyarakat dalam
perencanaan pembangunan;
d. Ketersediaan Lembaga Swadaya
perencanaan yang disusun
Masyarakat (LSM) maupun
oleh Bappeda sebagai acuan
Perguruan Tinggi untuk terlibat
dalam perencanaan
sebagai mitra kerja dalam
pembangunan daerah;
proses perencanaan
e. Perencanaan pembangunan
daerah sudah dilaksanakan
sesuai mekanisme yang diatur.
pembangunan daerah;
e. Perkembangan wilayah yang
pesat akibat pengaruh
pelaksanaan pembangunan.
33
Negatif Kendala :
a. Munculnya berbagai kebijakan
nasional yang berdampak
pada perubahan kebijakan
daerah secara mendadak
sehingga menyebabkan
inkonsistensi perencanaan
pembangunan di daerah;
b. Terdapatnya pertentangan/
ketidaksesuaian antara
peraturan perundangan yang
Tantangan :
a. Koordinasi perencanaan antar
SKPD yang masih lemah
b. Belum tersedianya sistem
perencanaan pembangunan yang
memadai dalam upaya
mendukung proses perencanaan
yang efektif dan efisien.
c. Terbatasnya sarana prasarana
pendukung perencanaan
pembangunan daerah.
mengatur sistem perencanaan
pembangunan dengan
d. Masih adanya ketergantungan
peraturan perundangan
kepemilikan data dan informasi
lainnya yang berkaitan
dengan kinerja pihak lain
sehingga berdampak terhadap
(penyedia data).
mekanisme perencanaan
pembangunan daerah.
c. Belum optimalnya hasil
perencanaan pembangunan
karena masih terdapatnya
tumpang tindih perencanaan
yang dilakukan SKPD;
d. Belum adanya keterbukaan
dan kemudahan akses
informasi untuk kepentingan
perencanaan pembangunan;
e. Perubahan paradigma
perencanaan pembangunan
yang menuntut perencanaan
sebagai fasilitator dan
mediator dalam menata
inisiatif masyarakat;
34
f. Belum optimalnya kegiatan
evaluasi pelaksanaan
pembangunan dalam
memberikan kontribusi
terhadap penyusunan kegiatan
perencanaan selanjutnya.
35
MATRIK STRATEGI BAPPEDA KOTA SEMARANG RENSTRA SKPD 2010-2015
Peluang
1. Dukungan Pemerintah Pusat dan Provinsi terhadap
Faktor Eksternal
pelaksanaan perencanaan pembangunan di
daerah;
2. Terbukanya kesempatan yang luas bagi
1. Koordinasi perencanaan antar SKPD
yang masih lemah;
2. Belum tersedianya sistem perencanaan
pembangunan yang memadai dalam
peningkatan mutu SDM melalui
upaya mendukung proses
penyelenggaraan/pengiriman untuk menempuh
perencanaan yang efektif dan efisien;
pendidikan maupun pelatihan gelar maupun non
gelar;
3. Peningkatan peran dan partisipasi masyarakat
dalam perencanaan pembangunan;
Faktor Internal
Tantangan
4. Ketersediaan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
3. Terbatasnya sarana prasarana
pendukung perencanaan
pembangunan daerah;
4. Masih adanya ketergantungan
kepemilikan data dan informasi
maupun Perguruan Tinggi untuk terlibat sebagai
dengan kinerja pihak lain (penyedia
mitra kerja dalam proses perencanaan
data).
pembangunan daerah;
5. Perkembangan wilayah yang pesat akibat
pengaruh pelaksanaan pembangunan.
36
Kekuatan
1. Keberadaan Bappeda sebagai lembaga perencanaan
pembangunan daerah;
2. UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang mengatur kewenangan
perencanaan dan menyusun evaluasi rencana
pembangunan berdasarkan evaluasi kinerja
pelaksanaan rencana pembangunan SKPD;
3. Ketersediaan SDM yang profesional dan berkualitas;
4. Dokumen-dokumen perencanaanyang disusun oleh
Bappeda sebagai acuan dalam perencanaan
pembangunan daerah;
5. Perencanaan pembangunan daerah sudah
Kekuatan :
Peluang :
1. Memberdayakan SDM aparatur perencana melalui
1. Meningkatkan frekuensi pertemuan
pendidikan teknis, formal maupun informal;
2. Meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam
proses perencanaan pembangunan;
3. Mengikutsertakan stakeholders pembangunan
melalui berbagai forum musyawarah perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan dokumen
perencanaan pembangunan yang berpihak kepada
masyarakat;
4. Menyediakan sarana sosialisai perencanaan
pembangunan kota yang mudah diketahui untuk
antar SKPD untuk memudahkan
koordinasi perencanaan pembangunan
di berbagai bidang perencanaan;
2. Melibatkan tenaga ahli dan profesional
dalam penyusunan perencanaan
pembangunan;
3. Mengembangkan pengelolaan data
dan informasi sesuai tugas fungsi skpd
sebagai pengelola data dan informasi
pembangunan daerah.
meningkatkan partisipasi dari masyarakat.
dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur.
Kelemahan
1. Munculnya berbagai kebijakan nasional yang
Kendala :
Tantangan :
1. Melakukan kajian-kajian tentang perkembangan
1. Menerapkan sistem award and
berdampak pada perubahan kebijakan daerah secara
wilayah yang mampu memberikan dampak positif
punishment untuk meningkatkan
mendadak sehingga menyebabkan inkonsistensi
terhadap pengembangan Kota Semarang;
kinerja aparatur perencana
37
perencanaan pembangunan di daerah
2. Terdapatnya pertentangan/ ketidaksesuaian antara
peraturan perundangan yang mengatur sistem
perencanaan pembangunan dengan peraturan
perundangan lainnya yang berkaitan sehingga
berdampak terhadap mekanisme perencanaan
pembangunan daerah;
3. Belum optimalnya hasil perencanaan pembangunan
karena masih terdapatnya tumpang tindih
perencanaan yang dilakukan SKPD;
4. Belum adanya keterbukaan dan kemudahan akses
2. Meningkatkan frekuensi pertemuan antar SKPD
maupun stakeholders untuk memudahkan
koordinasi & soaialisasi perencanaan
pembangunan di berbagai bidang perencanaan;
3. Menyediakan sarana sosialisai tentang proses &
hasil perencanaan pembangunan kota;
4. Menyediakan aturan & acuan yang tegas bagi
pembangunan;
2. Mengembangkan pengelolaan data
dan informasi untuk memperoleh data
yang akurat guna mengevaluasi dan
memonitor pelaksanaan
pembangunan;
3. Meningkatkan intensitas kerjasama
masyarakat dan stakeholder dalam perencanaan
dengan lembaga penyedia data
pembangunan kota.
sehingga dapat dihasilkan data yang
5. Mengembangkan pengelolaan data dan informasi
tepat waktu & tepat sasaran.
untuk memperoleh data yang akurat guna
informasi untuk kepentingan perencanaan
mengevaluasi dan memonitor pelaksanaan
pembangunan;
pembangunan;
5. Perubahan paradigma perencanaan pembangunan
yang menuntut perencanaan sebagai fasilitator dan
mediator dalam menata inisiatif masyarakat;
6. Belum optimalnya kegiatan evaluasi pelaksanaan
pembangunan dalam memberikan kontribusi
terhadap penyusunan kegiatan perencanaan
selanjutnya.
38
BAB IV
VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 Visi dan Misi
Visi BAPPEDA dirumuskan dengan memperhatikan visi Kepala Daerah
yang ditetapkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (
RPJMD ) Kota Semarang Tahun 2010 – 2015 yaitu Terwujudnya Semarang Kota
Perdagangan dan Jasa, yang Berbudaya menuju Masyarakat Sejahtera”
Berdasarkan pada visi Kota Semarang diatas, visi BAPPEDA ditetapkan
sebagai berikut :
“Terwujudnya Lembaga Perencanaan yang Handal, Terpercaya dan Profesional”
Visi tersebut mengandung maksud bahwa Bappeda Kota Semarang
merupakan satu-satunya Lembaga/ Organisasi perencanaan pembangunan
daerah di Kota Semarang yang dipercaya oleh Pengambil Keputusan (Walikota)
dalam
bertugas
menyusun
dan
merumuskan
kebijakan
perencanaan
pembangunan daerah Kota Semarang serta di dukung oleh sumber daya manusia
yang profesional ahli dalam bidangnya untuk menghasilkan produk rumusan
kebijakan perencanaan pembangunan daerah yang berkualitas.
Untuk mewujudkan visi tersebut telah dirumuskan dalam 6 misi sebagai
berikut :
1. Mewujudkan Perencanaan Pembangunan Daerah Jangka Pendek, Jangka
Menengah dan Jangka Panjang yang berkualitas serta tanggap terhadap
perubahan dan partisipatif.
2. Merumuskan kebijakan teknis Perencanaan Tata Ruang Wilayah secara
kontinyu, terarah dan sistematis.
3. Mengembangkan koordinasi dalam rangka pelaksanaan, pengendalian dan
penelitian yang mampu mewujudkan kesejahteraan sosial.
4. Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5. Mengembangkan sistem evaluasi, monitoring, pelaksanaan pembangunan.
6. Mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia dan melengkapi sarana dan
prasarana kerja.
39
4.2 Tujuan dan Sasaran
Dalam rangka mewujudkan misi tersebut, tujuan Bappeda Kota Semarang
dirumuskan sebagai berikut :
1. Menghasilkan dokumen perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan
jangka pendek sebagai landasan pembangunan daerah Kota Semarang;
2. Menghasilkan dokumen teknis perencanaan pembangunan kota berbasis pada
kebijakan-kebijakan tata ruang wilayah;
3. Meningkatkan kerjasama yang harmonis lintas SKPD guna mewujudkan
koordinasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan penelitian
pembangunan di Kota Semarang;
4. Memberdayakan
stakeholders
pembangunan
Kota
Semarang
guna
meningkatkan dan menerapkan hasil penelitian dan pengembangan ilmu
pengetahuan dan