Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Pengertian Keluarga Berencana
Keluarga Berencana adalah suatu tindakan yang membantu individu atau
pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari
kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
diinginkan, mengatur interval waktu kelahiran dan menentukan jumlah anak
dalam keluarga. Keluarga Berencana memiki tujuan yang baik untuk memajukan
kesejahteraan keluarga maupun Negara (Sulistyawati, 2014).
Keluarga Berancana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas
melalui promosi, perlindungan dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak
reproduksi serta penyelenggara pelayanan, pengaturan dan dukungan yang
diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia kawin ideal, mengatur jumlah,
jarak anak dan usia ideal melahirkan anak, pengaturan kehamilan dan melahirkan
anak dan membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga (BKKBN, 2014).
Menurut Manuaba (2009) keluarga berencana adalah suatu usaha untuk
menjarangkan atau merencakanan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai
kontrasepsi.
2.2 Tujuan Keluarga Berencana
a.


Meningkatkan kesejehteraan ibu dan anak serta mewujudkan keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran dan
pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia.

b.

Terciptanya penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang
bermutu dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

10
Universitas Sumatera Utara

2.3 Sasaran Program Keluarga Berencana
Menurut Hartanto (2010), menjelaskan bahwa sasaran dari Keluarga
Berencana ada dua sasaran, yaitu :
a.

Sasaran Langsung
Pasangan


usia

subur

yang

bertujuan

untuk

menurunkan

tingkat

kelahirandengan cara penggunaan kontrasepsi secara berkelanjutan.
b.

Sasaran tidak langsung
Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran
melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka

mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga sejahtera.

2.4 Manfaat Keluarga Berencana
2.4.1 Bagi Ibu
a.

Mencegah Anemia (Kurang Darah)
Kandungan zat besi (Fe) yang ada pada salah satu alat/obat kontrasepsi.
Salah satu alat kontrasepsi ini dapat mencegah resiko anemia berat yang
menyebabkan ibu letih dan lesu,dengan ber – KB ibu dapat menjaga
kesehatan fisik dan kesehatan reproduksinya dengan lebih optimal. Apabila
diimbangi dengan memperhatikan asupan gizi yang memadai, ibu akan
terhindar dari anemia berat, risiko kesakitan serta kematian. Angka
kematian ibu pun dapat diturunkan.

b.

Mencegah Pendarahan yang Terlalu Banyak setelah Persalinan
Setelah melahirkan, seorang ibu dapat mencegah terjadinya pendarahan
yang terlalu banyak setelah melahirkan, dan mempercepat pulihnya kondisi

kesehatan rahim.
11
Universitas Sumatera Utara

c.

Mencegah Kehamilan tidak di inginkan (KTD)
Keluarga dapat merencanakan dan mengatur kelahiran anak – anaknya
dengan menghindari kehamilan ”4 Terlalu” (terlalu muda, terlalu tua, terlalu
sering, dan terlalu banyak). Menghindari kehamilan yang tidak/belum
diinginkan, akan menurunkan risiko sakit dan kematian ibu.

d.

Mendekatkan Ibu pada Pelayanan Pemeriksaan Kesehatan
Ibu akan mendapatkan pemeriksaan kesehatan dan informasi tentang KB
dan KR (Kesehatan Reproduksi) secara lengkap. Pelayanan dan informasi
ini bermanfaat dalam merencankan kehamilan.

e.


Meningkatkan Keharmonisan Keluarga
Dengan ber – KB ibu mempunyai kesempatan dan waktu luang dalam
memerhatikan dan merawat diri sendiri sehingga dapat mengurus, mendidik,
merawat keluarga menjadi lebih baik serta harmonis tanpa rasa takut hamil,
dan mendiskusikan semua permasalahan dengan suami.

2.4.2 Bagi Anak
a.

Mencegah Kekurangan Gizi
KB memberikan peluang pada ibu dalam mempersiapkan kehamilannya,
agar janin yang dikandungnya mendapatkan kecukupan gizi yang sempurna,
dan dapat lahir aman dan selamat. Dengan memiliki jumlah anggota
keluarga yang kecil/sedikit, pemenuhan gizi bagi semua anggota keluarga
akan lebih tercukupi.

b.

Tumbuh Kembang Anak Terjamin

Pengaturan jarak kehamilan memberi peluang kepada setiap anak untuk
mendapatkan hak – haknya berupa perhatian dan kasih sayang orang tua.
12
Universitas Sumatera Utara

Dengan demikian, anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal
menjadi generasi yang berkualitas.
c.

Kebutuhan ASI Ekslusif 6 Bulan Terpenuhi
Salah satu cara ber – KB yang mengandalkan pemberian ASI secara
Ekslusif selama 6 bulan pertama dikenal dengan MAL (Metode Amenorea
Laktase). MAL akan memberikan kesempatan kepada bayi untuk
mendapatkan

gizi

sempurna

yang


terkandung

dalam

ASI

untuk

pertumbuhan dan perkembangan bayi
2.4.3 Ekonomi
a.

Mengurangi Biaya Kebutuhan Rumah Tangga (RT)
Dengan ber – KB, minimal tidak akan menambah anggota baru dalam
keluarganya, sehingga keluarga lebih leluasa mengatur biaaya kebutuhan
sehari – hari, biaya pendidikan anak – anak, perawatan kesehatan bagi
anggota keluarganya dan lain – lain. Bagi ibu yang menggunakan cara KB
MAL akan mengurangi pengeluaran keluarga untuk membeli alat obat
kontrasepsi minimal selama 6 bulan.


b.

Meningkatkan atau Menambahkan Pendapatan Ekonomi Keluarga
Dengan mengatur jarak kelahiran antara anak, anggota keluarga khususnya
ibu mempunyai peluang dan kesempatan yang besar untuk berusaha,
misalnya ikut dalam kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga
Sejahtera (UPPKS) dan sebagainya.

13
Universitas Sumatera Utara

2.4.4 Sosial Budaya
a.

Meningkatkan Kesempatan Bermasyarakat
Dengan ber - KB anggota keluarga memiliki kesempatan dan waktu yang
lebih banyak untuk bersosialisasi dan aktif dalam kegiatan sosial dalam
masyarakat.


b.

Meningkatkan Peran Ibu Dalam Pengambilan Keputusan Keluarga
Dengan ber - KB, ibu mempunyai kesempatan dan berkontribusi sebagai
mitra yang setara dalam pengambilan keputusan, misalnya dalam memilih
kontrasepsi, jumlah anak, dan jarak kehamilan yang diinginkan.

2.5 Pengertian Kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra: mencegah atau melawan. Konsepsi :
pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang
mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi menghindari atau mencegah terjadinya
kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang mangakibatkan
kehamilan (Yetti, 2012).
Metode Kontrasepsi Modern:
1.

Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP)
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang adalah cara kontrasepsi berjangka
panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan tingkat
kelangsungan pemakaiannya yang tinggi dengan angka kegagalan

yangrendah.Penggolongannya terdiri dari: alat kontrasepsi IUD, Implan,
MOW.

2.

Metode Kontrasepsi Non Jangka Panjang

14
Universitas Sumatera Utara

Metode Kontrasepsi non Jangka Panjang adalah cara kontrasepsi yang tidak
berjangka panjang yang dalam penggunaannya mempunyai efektivitas dan
tingkat

kelangsungan

pemakaiannya

yang


rendah

dengan

angka

kegagalannya yang tinggi. Penggolongannya terdiri dari alat kontrasepsi
suntikan dan pil (BKKBN,2014).
2.6 Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) (Pinem, 2009)
2.6.1 Intra Uterine Devices (IUD)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
A. Jenis AKDR
1.

Un-Medicated Devices: Generasi Pertama seperti Lipes Loop, Margulies
coil dll.

2.

Medicated Devices: Generasi Kedua
a.

Yang mengandung logamyaitu: AKDR-CU Generasi pertamaseperti:
CaT-200 = Tahun T, Cu-7 =Gravigard, MLCu-250.

b.

AKDR-Cu Generasi kedua seperti:CaT-380= Para Gard,CuT-380Ag,
CuT-220Cn,Nova-T, Delta-T, MLCu-375.

c.

Mengandung Hormon Progestrone atau Levonorgestrel.

Selanjutnya yang akan diuraikan disini khusus mengenai AKDR CaT –
380A (yang banyak dipakai di Indonesia)AKDR CaT – 380A.
B. Cara kerja
1.

Menghambat kemampuan sperma untuk
falopi,mencegah pertemuan sperma dan ovum.

masuk

kedalam

2.

Mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

3.

Mempengaruhi fertilisasi.

4.

Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

tuba

15
Universitas Sumatera Utara

B. Keuntungan
1.

Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia reproduksi.

2.

Sangat efektif (0,6 - 0,8 kehamilan/100 perempuan dalam 1 tahun
pertama,atau 1 kegagalan dalam 125 - 170 kehamilan).Efektif segera
setelah pemasangan.

3.

Reversibel,berjangka panjang yaitu 10 tahun.

4.

Tidak mempengaruhi hubungan seksual.

5.

AKDR CaT – 380Atidak ada efek samping hormonal.

6.

Tidak mempengaruhi produksi dan kualitas ASI.

7.

Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau setelah abortus bila tidak
ada infeksi.

8.

Mencegah kehamilan ektopik.

9.

Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid
terakhir).

10.

Tidak ada interaksi dengan obat-obat.

C. Keterbatasan
1.

Efek samping yang umum terjadiperubahan siklus haid (umumnya pada 3
bulan pertama dan setelah itu akan berkurang), haid lebih lama dan lebih
banyak,pendarahan (spotting) antar menstruasi.

2.

Tidak mencegah infeksi menular seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS.

3.

Tidak baik digunakan oleh perempuan yang sering berganti-ganti
pasangan atau yang menderita IMS.

4.

Penyakit Radang Panggul (PRP).

5.

Diperlukan prosedur
pemasangan AKDR.

6.

Ada sedikit nyeri dan spotting terjadi segera
AKDR,tetapi biasanya menghilang dalam 1-2 hari.

7.

Klien tidak dapat melepas sendiri AKDR (harus dilepaskan oleh petugas
kesehatan terlatih).

medis,termasuk

pemeriksaan

pelvik

dalam

setelah pemasangan

16
Universitas Sumatera Utara

8.

Kemungkinan AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui klien(sering
terjadi bila AKDR dipasang segera setelah melahirkan).

9.

Klien harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu dengan
cara memasukkan jarinya ke dalam vagina.

D. Boleh meggunakan AKDR
1.

Usia produktif.

2.

Ingin kontrasepsi jangka panjang.

3.

Setelah melahirkan dan menyusui ataupun tidak meyusui bayinya.

4.

Setelah mengalami abortus.

5.

Resiko rendah dari IMS.

6.

Tidak menyukai metode hormonal.

7.

Tidak menyukai harus minum pil setiap hari.

8.

Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari pasca persalinan.
Pada umumnya perempuan dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman

dan efektif.AKDR juga dapat digunakan pada perempuan dengan segala
kemungkinan keadaan seperti berikut ini: perokok, sedang memakai antibiotik
atau anti kejang,gemuk atau kurus,penderita tumor jinak payudara,penderita
kanker payudara,sakit kepala,tekanan darah tinggi,varises di vulva atau
tungkai,penderita

penyakit

jantung,pernah

diabetes,penderita

penyakit

hati

atau

menderita

empedu,penderita

stroke,

penderita

malaria,penderita

skistosomiasis tanpa anemia,penyakit tiroid,penderita epilepsi,penderita nonpelvik
TBC, setelah kehamilan ektopik,setelah pembedahan pelvik.

17
Universitas Sumatera Utara

E. Tidak boleh menggunakan AKDR
1.

Kemungkinan hamil atau sedang hamil.

2.

Pendarahan vagina yang belum jelas penyebabnya.

3.

Sedang mengalami infeksi alat genital seperti: vaginitis.

4.

Dalam 3 bulan terakhir sedang mengalami radang panggul atau abortus
septik.

5.

Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat
mempengaruhi kavum uteri.

6.

Penyakit trofoblas ganas.

7.

Diketahui menderita TBC pelvik.

8.

Kanker alat genital.

9.

Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.

F. Waktu pemasangan
1.

Setiap waktu dalam siklus haid, hari pertama sampai ke-7 siklus haid.

2.

Segera setelah melahirkan, dalam 48 jam pertama atau setelah minggu
pasca persalinan.

3.

Setelah mengalami abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) bila tidak
ditemukan gejala infeksi.

4.

Selama 1 – 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi.

18
Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Kontrasepsi Implan atau Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)
Implan atau alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) adalah kontrasepsi yang
diinsersikan tepat dibawah kulit, dilakukan pada bagian dalam lengan atas.
A. Jenis Implan
1.

Norplant, terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang
3,4 cm diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dengan
lama kerja 5 tahun.

2.

Implanon, terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40
mm. Diameter 2 mm, diisi dengan 68 mg 3 Keto desogestrel dengan lama
kerja 3 tahun.

3.

Jadena dan indoplant; terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg
Lenovorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.

B. Cara kerjanya
1.

Mengentalkan
spermatozoa.

lendir

serviks

sehingga

menghambat

2.

Mencegah ovulasi.

3.

Menghambat perkembangan siklus dari endometrium.

pergerakan

C. Keuntungan kontrasepsi
1.

Daya guna tinggi (kegagalan 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan).

2.

Memberi perlindungan jangka panjang (5 tahun).

3.

Tingkat kesuburan cepat kembali setelah implant dicabut.

4.

Tidak perlu dilakukan periksaan dalam.

5.

Tidak mengganggu kegiatan senggama dan juga tidak mengganggu
produksi ASI.

6.

Bebas dari pengaruh estrogen. Klien hanya perlu kembali ke klinik bila
ada keluhan.

7.

Dapat dicabut setiap saat jika meurut kebutuhan.

19
Universitas Sumatera Utara

D. Keterbatasan Implan
1.

Nyeri kepala, pening atau pusing kepala.

2.

Peningkatan atau penuruanan berat badan.

3.

Nyeri payudara.

4.

Perubahan mood atau kegelisahan.

5.

Tidak memberi perlindungan terhadap infeksi penyakit menular seksual
termasuk HIV/AIDS.

6.

Memerlukan tindak pembedahan minor untuk memasang atau insersi dan
pencabutannya,sehingga klien tidak dapat menghentikan sendiri
pemakaiannya sesuai dengan keinginan, tetapi harus pergi ke klinik untuk
pencabutan.

7.

Efektivitasnya menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan
penggunaan obat untuk epilepsi dan tuberkulosis.

E. Boleh menggunakan Implan
1.

Usia reproduksi, telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak.

2.

Menginginkan kontrasepsi dengan efektifitas tinggi dan jangka panjang.

3.

Menyusui dan memerlukan kontrasepsi.

4.

Pasca persalinan.

5.

Pasca keguguran.

6.

Tidak menginginkan anak lagi tetapi tidak mau sterilisasi.

7.

Tekanan darah 26 tahun, paritas >2.

2.

Yakin telah mempunyai
kehendaknya.

3.

Kehamilannya akan menimbulkan resiko yang serius.

4.

Pascapersalinan dan pascakeguguran.

5.

Memahami prosedur, sukarela dan setuju menjalaninya.

jumlah

keluarga

yang

sesuai

dengan

F. Tidak bolehmenjalani Tubektomi
1.

Hamil atau dicurigai hamil.

2.

Pendarahan melalui vagina yang belum terjelaskan penyebabnya.

3.

Infeksi sistemik atau pelvic akut yang belum sembuh atau masih dikontrol.

4.

Tidak boleh menjalani proses pembedahan.

5.

Belum mantap/kurang pasti dengan keinginannya untuk fertilitas di masa
depan.

6.

Belum memberikan persetujuan tertulis.

G. Waktu pelaksanaannya
1.

Setiap waktu selama siklus haid, bila diyakini klien tidak hamil.

2.

Hari ke-6 hingga ke-13 siklus haid.

3.

Pascapersalinan: minilap dalam 2 hari atau setelah 6 minggu atau 12
minggu sedangkan laparaskopi: tidak tepat untuk klien pascapersalinan.

4.

Pasca keguguran.

5.

Triwulan pertama dalam waktu 7 hari sepanjang tidak ditemukan infeksi
pelvis untuk minilap dan laparaskopi.

24
Universitas Sumatera Utara

6.

Triwulan keduadalam waktu 7 hari sepanjang tidak ada bukti infeksi
pelvis.

2.7 Metode Kontrasepsi Non-MKJP
2.7.1 Suntikan
Kontrasepsi yang di berikan melalui suntikan intramuskuler (dalam otot)
di daerah bokong yang mengandung hormon progestin. Terdapat 2 jenis alat KB
suntik yang sering digunakan masyarakat yaitu suntikan/bulan (cyclofem) dan
suntikan/3 bulan, (depo provera, devogeston). Pengguna suntikan harus selalu
datang perbulan atau pertiga bulan untuk suntik kembali.
2.7.2 Pil Progestin (Minipil)
Kontrasepsi yang diberikan secara oral dalam bentuk pil yang
mengandung hormon progestin atau dikenal dengan istilah minipil. Penggunaan
pil harus selalu mengingat untuk meminumnya setiap hari, bila terjadi lupa
minum pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
2.8 Pasangan Usia Subur (PUS)
Pasangan Usia Subur (PUS) merupakan sasaran utama dari gerakan KB
Nasional. PUS adalah pasangan suami dan istri dengan umur istrinya antara 15-49
tahun. Untuk mendapatkan dampak pada penurunan fertilitas yang tinggi, sasaran
PUS ini ditekankan pada PUS dengan paritas rendah, khususnya PUS yang
berusia muda dan paritas rendah sebagai sasaran prioritas. Sasaran ini diarahkan
untuk menggunakan kontrasepsi efektif sehingga jumlah anak yang dilahirkan
dapat mendukung pelembagaan norma keluarga kecil, bahagia dan sejahtera.

25
Universitas Sumatera Utara

2.9 Pelayanan Kontrasepsi
Pelayanan kontrasepsi mempunyai 2 tujuan yaitu:
1.

Tujuan umum: pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan
KB.

2.

Tujuan pokok: penurunan angka kelahiran yang bermakna.
Guna mencapai tujuan tersebut, ditempuh kebijaksanaan menggolongkan
pelayanan KB kedalam tiga fase yaitu:
a. Fase menunda kehamilan/kesuburan.
b. Fase menjarangkan kehamilan.
c. Fase menghentikan/mengakhiri kehamilan/kesuburan.

2.10 PolaPerencanaan Keluarga dan Penggunaan Kontrasepsi yangRasional
Perencanaan Keluarga:
1.

Seorang perempuan telah dapat melahirkan segera setelah ia mendapat
haid yang pertama. Kesuburan seorang perempuan terus berlangsung
sampai ia mati haid (menopause).

2.

Kehamilan dan kelahiran yang terbaik, artinya resikonya paling rendah
untuk ibu dan anak adalah antara 20 – 35 tahun.

3.

Persalinan yang pertama dan kedua resikonya paling rendah.

4.

Jarak antara kelahiran sebaiknya 2 – 4 tahun.

5.

Berdasarkan faktor – faktor tersebut diatas, dapat dibuat perencanaan
keluarga dan pemilihan kontrasepsi yang rasional.

6.

Perencanaan keluarga dan pemilihan kontrasepsi yang rasional.

26
Universitas Sumatera Utara

2.11 Faktor yang Memengaruhi Status Penggunaan MKJP
Beberapa hal yang merupakan faktor sehingga wanita pasangan usia subur
tidak menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang antara lain:
2.11.1 Umur
Umur pada wanita subur berhubungan erat dengan penggunaan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang umur dalam pengaruhnya dengan pemakaian KB
berperan sebagai faktor instrinsik. Umur berpengaruh dengan struktur, organ
fungsi, organ komposisi biokimiawi dan system hormonal. Pada suatu periode
umur tertentu dapat menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan
seperti pada peneltian sebelumnya yang menyebutkan adanya perbedaan umur
dalam pemilihan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang.
Pada penelitian Putri (2014) di Polindes Tebalo Kecamatan Manyar
Kabupaten Gresik berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa variabel umur
responden pengguna Non MKJP sebagian besar berumur 20–30tahun dan
pengguna MKJP sebagian besar berumur >30 tahun. Terdapat pengaruh umur
responden dengan rendahnya keikutsertaan PUS dalampenggunakan MKJP. Pada
penelitian Anita (2014) di

Puskesmas Damau Kabupaten Talaud, responden

berumur > 30 tahun lebih banyak memilih MKJP dibandingkan dengan responden
menggunakan Non MKJP.
Nasution (2011) dan penelitian Maryani (2013) yang menyatakan bahwa
pemakai MKJP sebagaian besar digunakan oleh wanita yang berusia > 30 tahun.
Menurut Nasution (2011) bahwa usia > 35 tahun merupakan usia yang rawan dan
berisiko untuk hamil sehingga dengan menggunakan MKJP lebih aman dan lebih

27
Universitas Sumatera Utara

efektif mencegah kehamilan. Bagi ibu yang berusia kurang dari 35 tahun dan
memiliki anak lebih dari 2 sebaiknya menggunakan alat kontrasepsi MKJP, hal ini
menghindari drop out yang tidak diinginkan, mengingat ibu termasuk usia muda
dan kurun waktu bereproduksi masih cukup panjang.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Friska (2015), di wilayah
kerja Puskesmas Medan Sunggal Kecamatan Medan Sunggal yang menyatakan
bahwa tidak ada hubungan umur ibu dengan pemakaian Metode Kontrasepsi
Jangka Panjang. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa mayoritas
responden baik Non-MKJP maupun MKJP berumur 20-35 tahun oleh karena itu
tidak ada perbedaan umur dalam penggunaan alat kontrasepsi MKJP dan Non
MKJP di daerah tersebut.
2.11.2 Jumlah Anak
Jumlah anak adalah keseluruhan jumlah anak yang dilahirkan hidup oleh
seorang ibu. Jumlah anak hidup yang dimiliki seorang ibu, akan memberikan
pengalaman dan pengetahuan, sehingga wanita dapat mengambil keputusan yang
tepat tentang cara atau alat kontrasepsi yang akan dipakai (Fienalia, 2012). Pada
penelitian Dewi dan Notobroto (2014) terdapat pengaruh jumlah anak seseorang
dengan rendahnya keikutsertaan PUS dalam penggunaan MKJP, responden
pengguna non MKJP sebagian besar memiliki anak >4 dibandingkan dengan
responden pengguna MKJP yang memiliki anak ≤2.
Pada penelitian Nasution (2011) yang dilakukan di 6 Provinsi di Indonesia
memperoleh bahwa jumlah anak miliki hubungan dengan penggunaan MKJP di
Provinsi Sumatera, Jawa, Bali dan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku

28
Universitas Sumatera Utara

dan Papua. Hasil penelitian menyatakan bahwa pasangan usia subur dengan
jumlah anak 0-2 berpeluang lebih tinggi tidak menggunakan MKJP dibandingkan
dengan pasangan usia subur yang memiliki anak 3 atau lebih di 6 Provinsi di
Indonesia yang menjadi tempat penelitian.
Diharapkan pasangan yang memiliki jumlah anak lebih banyak
kemungkinan untuk memulai kontrasepsi lebih besar dan mempunyai efektifitas
yang tinggi (MKJP) hal ini untuk menghindari jumlah anak lebih banyak lagi
yang tidak diinginkan, kemudian pasangan yang mempunyai anak lebih sedikit
dianjurkan untuk menggunakan metode kontrasepsi yang efektif juga dan
mempunyai masa pakai cukup lama untuk mengatur jarak kelahiran yang aman
(BKKBN, 2014).
2.11.3 Pengetahuan
A. Pengertian pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan didefinisikan segala
sesuatu yang diketahui, segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal.
Kemudian Notoatmodjo (2011) mendefinisikan pengetahuan sebagai hasil dari
tahu setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu
melalui indera penglihatan, pendengaran, penciuman, perasaan, dan perabaan.
Pengetahuan juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan informasi yang
diperbarui yang didapat dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan
sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri baik terhadap diri sendiri atau
lingkungannya.

29
Universitas Sumatera Utara

Pengetahuan peserta KB yang baik tentang hakekat program KB akan
mempengaruhi mereka dalam memilih metode/alat kontrasepsi yang akan
digunakan termasuk keleluasaan atau kebebasan pilihan, kecocokan, pilihan
efektif tidaknya, kenyamanan dan keamanan, juga dalam memilih tempat
pelayanan yang lebih sesuai karena wawasan sudah lebih baik, sehingga
kesadaran mereka tinggi untuk terus memanfaatkan pelayanan menganai
penggunaan metode/alat kontrasepsi. Pengetahuan yang salah, khususnya
mengenai alat kontrasepsi akan mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi
yang akan digunakan seseorang (Andrianasti, 2014).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Friska (2015), menunjukkan bahwa
mayoritas responden Non-MKJP memiliki pengetahuan kurang baik, berarti
bahwa semakin tinggi pengetahuan ibu tentang MKJP maka semakin tinggi pula
kemungkinan ibu menggunakan MKJP. Sejalan dengan penelitian Putri dkk
(2014) sebelumnya menyatakan tingkat pengetahuan responden kelompok
pengguna non MKJP cenderung lebih kurang daripada kelompok pengguna
MKJP. Disimpulkan bahwa terdapat pengaruh pengetahuan responden dengan
rendahnya

keikutsertaan

PUS

menggunakan

MKJP.Responden

dengan

pengetahuan kurang memiliki risiko 16,848 kali tidak menggunakan MKJP
dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan baik.

30
Universitas Sumatera Utara

2.11.4 Dukungan Suami
Menurut BKKBN (2011) dukungan suami sangat diperlukan untuk
pengambilan keputusan dalam ber KB karena kenyataan yang terjadi
dimasyarakat bahwa apabila suami tidak mengijinkan atau tidak mendukung
hanya sedikit ibu yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi yang
berjangka panjang seperti: Implan dan IUD.Bentuk dukungan suami dapat
dikelompokkan menjadi: Dukungan emosional yaitumencakup ungkapan empati,
kepedulian, dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan. (Ma’arifatul, 2015).
Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan
menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai. Selain peran penting
dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami dalam memberikan
informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti ikut pada saat
konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi,
mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan
istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan sebagainya
akan berperan bagi istri saat akan atau telah memakai alat kontrasepsi
(Musdalifah, 2013).

31
Universitas Sumatera Utara

2.12 Kerangka Konsep

Variabel Independen
Umur

Variabel Dependen

Jumlah Anak
Penggunaan MKJP
Pengetahuan
Dukungan Suami

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

32
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Faktor- Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan KB IUD di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Tahun 2010

5 48 83

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Kalideres Tahun 2015

3 28 158

Faktor – Faktor Yang Memengaruhi Pasangan Usia Subur ( PUS ) Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang di Kecamatan Medan Denai

1 9 130

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Isteri Pasangan Usia Subur (Pus) Di Kecamatan Doloksanggul Tahun 2012

0 0 19

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017

0 0 16

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017

0 0 2

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017

0 0 9

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017 Chapter III VI

0 1 26

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017

1 8 4

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keikutsertaan Wanita Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di Desa Mangga Dua Kecamatan Tanjung Beringin Tahun 2017

0 0 26