Asuhan Keperawatan pada Ny. H dengan Prioritas Masalah Gangguan Kebutuhan Dasar Mobilisasi : Osteoporosis di Kelurahan Sari Rejo Poloni Medan
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Mobilisasi
2.1.1 Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap
orang
butuh
untuk
bergerak.
Kehilangan
kemampuan
untuk
bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.
Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi diri, harga diri dan citra tubuh (Wahid, 2008).
Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu
tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alasan dilakukan
imobilisasi :
1. Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi.
Misalnya pada klien yang menjalani pembedahan atau yang
mengalami cedera pada tungkai dan lengan
2. Keharusan
(tidak
terelakkan).
Ini
biasanya
disebabkan
oleh
ketidakmampuan primer, seperti penderita paralisis
3. Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup
4
Universitas Sumatera Utara
Mobilisasi fisik penting untuk mempertahankan kesehatan dan kualitas
hidup semua individu dan terutama penting bagi lansia. Mobilisasi merupakan
aktifitas didalam lingkungan individu (Marlynn, 2000). Mobilitas memungkinkan
individu menghindari bahaya, bertindak untuk merasakan pengalaman yang
menyenangkan dan mempertahankan homeostasis. Mobilitas, perawatan individu,
performa tugas aktif untuk menghadapi lingkungan merupakan perilaku yang
mencerminkan kesehatan fungsional. Banyak lansia mendefenisikan setatus
kesehatan dan kebugaran fisik terkait mobilitas mereka. Ambulasi merupakan cara
mobilitas yang diharapkan, tetapi bagi lansia, penggunaan alat bantu, sepeti kursi
roda dapat lebih memfasilitasi mobilitas dari pada ambulasi. Saat lansia dirawat
inap,mobilitas fisik dapat terhambat karena penyakit yang dialami dan Karena
faktor yang berhubungan dengan lingkungan fisik. Intervenesi preventif
dibutuhkan untuk memaksimalkan kemampuan fungsional lansia, yang jumlahnya
semakin meningkat dalam populasi (Simonsick, 1991).
Jika mobilitas fisik dipandang sebagai aspek kesehatan fungsional,
konsekuensi hambatan mobilisasi fisik amat luas, mencakup aspek fisioligi,
psikologi, dan sosioekonomi. Konsekuensi ini tidak dapat dielakkan meski
berkaitan dengan peningkatan kemungkinan penurunan fisiologi seiring penuaan.
Peningkatan kebergantungan fungsi yang menyertai Hambatan Mobilisasi Fisik
dan konsekuensinya yang sering kali dapat dihindari, dikoreksi, dan diminimalkan
melalui penegakan diagnosis keperawatan dan pelaksanaan managemen
keperawatan yang cermat. Hal ini membuat masalah Hambatan Mobilisasi Fisik
pada lansia menjadi perioritas utama dalam perawatan.
5
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis Imobilitas
Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain:
1.
Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2.
Imobilitas Intelektual
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3.
Imobilitas Emosional
Kondisi ini dapat terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4.
Imobilitas Sosial
Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
2.1.3 Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitas
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi
fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan
penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalalm memecahkan masalah dan
perubahan konsep diri. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai
berikut :
a. Sistem musculoskeletal
1. Gangguan muscular : menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilisasi dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
2. Gangguan skeletal : akan mudah terjadi kontraktur sendi dan
osteoporosis.
b. Eliminasi urin
Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi
adalah stasis urine, batu ginjal, retensi urine, infeksi perkemihan.
6
Universitas Sumatera Utara
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga sistem pencernaan, yaitu fungsi
ingesti, digesti dan eleminasi.
d. Respirasi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan gerak pernafasan,
penumpukan secret, atelektasis.
e. Sistem kardiovaskular
Masalah yang umum ditemui yaitu Hipotensi ortostatik, pembentukan
thrombus, edema dependen.
f. Metabolisme
Perubahan
metabolisme
imobilitas
dapat
mengakibatkan
proses
anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat
beresiko meningkatkan gangguan metabolisme.
g. sistem integument
Masalah yang umum ditemui yaitu turgor kulit menurun, kerusakan kulit.
h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input
sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan
mudah bingung. (Wahid, 2008)
2.1.4 Tingkatan Imobilitas
Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah:
1. Imobilitas komplit
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat
kesadaran
2. Imobilitas parsial
Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya
fraktur ekstremitas bawah (kaki)
3. Imobilitas karena alasan pengobatan
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan
pernafasan (misalkan sesak nafas) atau pada penderita penyakit jantung.
7
Universitas Sumatera Utara
2.2 Proses Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Saat
mengkaji
data
tentang
masalah
imobilitas,
perawat
menggunakan metode pengkajian inspeksi, palpasi dan auskultasi. Selain
itu perawat juga memeriksa hasil pemeriksaan penunjang. Karena tujuan
intervensi keperawatan adalah untuk mencegah komplikasi imobilitas,
maka perawat perlu mengidentifikasi klien yang berisiko mengalami
komplikasi. Ini termasuk klien yang mengalami (a) penurunan berat badan,
(b) perubahan postur tubuh ; (c) perubahan tingkat kesadaran. (wahid,
2008).
Perawat mengkaji klien mobilisasi dengan melakukan pemeriksaan
fisik dari ujung kepala sampai keujung kaki. Selain itu pengkajian
keperawatan harus berfokus pada area fsikologis, sama seperti aspek
psikososial dan perkembangan klien.
2.2.2 Analisa Data
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data
selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada
atau risiko terjadi masalah. (lihat kotak diagnosa di bawah)
Contoh Diagnosa keperawatan NANDA untuk ketidaktepatan Mekanika
Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :
- Kesejajaran tubuh yang buruk
- Penurunan mobilisasi
Resiko cedera yang berhubungan dengan :
- Ketidaktepatan mekanika tubuh
- Ketidaktepatan posisi
- Ketidaktepatan teknik pemindahan
8
Universitas Sumatera Utara
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
- Penurunan rentang gerak
- Tirah baring
- Penurunan kekuatan
Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :
- Resiko infeksi
- Keterbatasan mobilisasi
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
- Perubahan pola eliminasi
- Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
- Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :
- Pengurangan tingkat aktivitas
- Isolasi sosial
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Ketidaknyamanan
Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saliang berhubungan. Seseorang yang
mempuyai kesejajaran tubuh buruk mengurangi mobilisasi. Saat mengidentifikasi
diagnosa keperawatan, perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi
atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau
gangguan mobilisasi.
Aspek fisiologis sering hanya berfokus pada asuhan keperawatan klien
gangguan mobilisasi. Sedangkan aspek psikososial dan perkembangan diabaikan.
Padahal aspek psikososial tersebut penting untuk kesehatan. Contoh, selama
imobilisasi, interaksi sosial dan stimulus di kurangi. Sehingga klien terisolasi,
menarik diri dan bosan. (Potter & Perry, 2006).
9
Universitas Sumatera Utara
Jenis
kelamin(wanita)
Usia
Absorbsi
kalsium
Menopouse
Penurunan hormon estrogen
karna tubuh tidak lagi
memproduksi
Ekskresi kalsium
urine meningkat
Kepadatan tulang
berkurang
Osteoporosis
Pasien sulit untuk
bergerak melakukan
aktifitas
Keropos
tulang
Produksi
kalsium
menurun pada
tulang
Perubahan
postur tubuh
Nyeri
Gangguan
mobilitasi
fisik
Resiko
tinggi
cedera
Penurunan
kerja
refleks
fraktur
10
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Rumusan masalah
Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilisasi bisa
pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA,
label diagnosis untuk masalah mobilisasi meliputi Hambatan Mobilitas Fisik atau
Risiko Dissuse Syndrome. Sedangkan label diagnosis dengan masalah mobilisasi
sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi.
(wahid, 2008).
2.2.4 Perencanaan
Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami
gangguan mobilisasi bervariasi, bergantung pada diagnosis dan batasan
karakteristik masing-masing individu. Menurut (Wilkinson, 2011), beberapa
tujuan umum untuk klien yang mengalami, atau berpotensi mengalami, masalah
mobilisasi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktivitas fisik
2. Mengembalikan atau memulihkan kemampuannya untuk bergerak atau
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari
3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh atau akibat penggunaan
mekanika tubuh yang salah
4. Meningkatkan kebugaran fisik
5. Mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilitas
6. Meningkatkan kesejahteraan sosial, emosional, dan intelektual.
(Wahid, 2008)
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang
bermasalah pada kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko.
Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien, dan perencanaan
bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya
hidup.
Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting di pertimbangkan
dalam merencanakan terapi dalam mempertahankan atau meningkatkan
11
Universitas Sumatera Utara
kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Perencanaan perawatan juga termasuk
pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungsi motorik dan
kemandirian. Perawat dan Klien mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan
keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang optimal.
Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan
gangguan mobilisasi, membutuhkan rencana keperawatan langsung melalui
pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi. Rencana
keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut ini :
1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat
2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat atau pun pada tingkat
optimal
3. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari
ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran
4. Mencapai ROM penuh atau optimal
5. Mencegah kontraktur
6. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal
7. Mempertahankan pola tidur normal
8. Meningkatkan toleransi aktivitas
9. Mencapai pola eliminasi normal
10. Mencapai sosialisasi
11. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri
Sasaran. Tujuan utama bagi pasien dapat mencakup pemulihan
keseimbangan yang normal, berat badan yang normal, pengurangan rasa nyeri
serta ketidaknyamanan, mobilisasi fisik yang optimal, kemampuan koping pasien
serta keluarga yang adekuat, pengetahuan pasien serta keluarga yang adekuat
tentang penanganan osteoporosis pada lansia dan tidak adanya komplikasi.
Pencapaian semua tujuan ini memerlukan pendekatan kolaboratif antardisiplin
dalam penatalaksanaan pasien. (Suzanne & Smeltzer, 2001).
12
Universitas Sumatera Utara
13
Universitas Sumatera Utara
III.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1.
Apa penyebabnya
Ny. H
mengatakan penyebabnya dikarenakan ngilu pada lutut dan
pinggangnya.
2.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Ny. H mengatakan hal yang memperbaiki keadaan adalah istirahat dan
bercerita bersama anaknya
B. Quantity/quality
1.
Bagaimana dirasakan
Ny. H mengatakan ngilu pada daerah lutut dan pinggangnya membuat ia
merasa kesulitan untuk bergerak bebas
2.
Bagaimana dilihat
Ny. H terlihat cemas dengan keadaannya dilihat dari raut wajah dan
terlihat lemah.
C. Region
1.
Dimana lokasinya
Pada bagian lutut dan pinggang.
2.
Apakah menyebar
Tidak adanya penyebaran yang dialami.
D. Severity
Ny. H mengatakan merasa tergangu dengan kondisinya yang sekarang
E. Time
Saat ingin melakukan pergerakkan / aktivitas
14
Universitas Sumatera Utara
IV.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Demam dan diare
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. H mengatakan jika sakit Ny. H pergi ke puskesmas di sekitar rumah
C. Pernah dirawat / dioperasi
Ny. H mengatakan tidak pernah dirawat maupun dioperasi
D. Lama dirawat
Ny. H mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit
E. Alergi
Ny. H tidak mengalami riwayat alergi
F. Imunisasi
-
V.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Orang tua Ny. H tidak ada mengalami penyakit yg berarti
B. Saudara Kandung
Saudara kandung Ny. H tidak ada mengalami penyakit yg berarti
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Ny. H
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Jika ada, hubungan keluarga : tidak ada
Gejala : tidak ada
Riwayat pengobatan / perawatan : tidak ada
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ayah dan Ibu Ny. H telah meninggal
F. Penyebab meninggal
Penyebab meninggal karena penyakit tua
15
Universitas Sumatera Utara
VI
. RIWAYAT KEADAAN PSIKOLOGI
A. Persepsi Pasien tentang penyakitnya
Ny. H mengatakan keadaan sekarang adalah akibat penyakit tua.
B. Konsep Diri
1. Gambaran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tua
2. Ideal diri : pasien mengatakan berharap lebih baik lagi disaat umur
sudah tua
3. Harga diri : pasien tidak merasa malu dengan penyakitnya
4. Peran diri : pasien mengataka perannya sabagai Ibu rumah tangga
5. Identitas : pasien merupakan Ibu dari tiga orang anak
C. Keadaan Emosi
Keadaan emosi masih dapat terkontrol.
D. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti :
Ny. H mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya
2. Hubungan dengan keluarga :
Ny. H menjalin hubungan baik dengan keluarga
3. Hubungan dengan orang lain :
Ny. H dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan dalam berhubungan.
E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Ny. H memeluk agama Hindu dan percaya dengan Tuhannya.
2. Kegiatan ibadah
Ny. H
beribadah sesuai ketentuan agamanya, dan sering
melakukan Ibadah bersama dengan anaknya dirumah.
16
Universitas Sumatera Utara
VII.
STATUS MENTAL
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Penampilan : Rapi
3. Pembicaraan : Sesuai
4. Alam kesadaran : Lesu
5. Afek : Sesuai
6. Interaksi selama wawancara : kooperatif dan kontak mata ada
7. Persepsi : Tidak ada
8. Proses pikir : Sesuai pembicaraan
9. Isi pikir : Pasien tidak menunjukan gejala-gejala diatas
10. Waham : Tidak ada waham
11. Memori : Masih dapat mengingat kejadian dulu dan sekarang
VIII
. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Baik, nyeri yang di alami masih terasa hilang timbul
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 36,5°C
2. Tekanan darah : 130/70 mmHg
3. Nadi : 84x/menit
4. Pernafasan : 20x/menit
5. Skala nyeri :4
6. TB : 160 cm
7. BB : 60kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
1. Bentuk : Simetris
2. Ubun-ubun : Simetris
3. Kulit kepala : Bersih
17
Universitas Sumatera Utara
Rambut
1. Penebaran dan keadaan rambut : rambut bersih dan rapi
2. Bau : tidak ada bau
3. Warna kulit : hitam
Wajah
1. Warna kulit : sawo matang
2. Struktur wajah : lengkap
Mata
1. Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
2. Palpebra : normal
3. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak pucat dan skelra berwarna
4. Pupil : ukuran pupil kiri / kanan : normal
5. Kornea dan iris : transparan,halus, bersih dan jernih
6. Visus : pasien masih dapat membaca dalam jarak +/- 3 meter
7. Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
1. Tulang hidung : simetris dan tidak ada kelainan
2. Lubang hidung : ukuran normal
3. Cuping hidung : tidak ada tanda kelainan
Telinga
1. Bentuk telinga : Normal, simetris
2. Ukuran telinga : Normal
3. Lubang telinga : bersih, tidak ada kotoran
4. Ketajaman pendengaran : normal
Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Kering
2. Keadaan gusi dan gigi : Bersih
3. Keadaan lidah : berwarna merah muda
18
Universitas Sumatera Utara
Leher
1. Posisi tracheathyroid : normal, teraba pada kedua sisi
2. Suara : normal
3. Kelenjar limfa : tidak ada pembesaran kelelenjar getah bening
4. Vena jugularis : tampak ketika berbicara
5. Denyut nadi karotis : teraba
Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : kulit bersih
2. Kehangatan : 36,5°C
3. Warna : sawo matang
4. Turgor : kembali cepat < 2 detik
5. Kelembaban : keadaan kulit lembab
6. Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan
Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi (bentuk, benjolan) : bentuk normal dan tidak ada terlihat
kelaina
2. Auskultasi : peristaltik normal
3. Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : terdapat
lubang anus dan tidak ada kelainan
4. Perkusi (suara abdomen) : suara timpani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : terdapat rambut pubis dan
lubang uretara dan tidak ada kelainan
2. Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) :
normal, terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan
Pemeriksaan musculoskeletal / ekstermitas
1. Kesimetrisan otot : tidak simetris
2. Pemeriksaan edema : tidak ada edema
3. Kekuatan otot : sudah mengalami kelemah
19
Universitas Sumatera Utara
IX.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
1. Frekuensi makan/hari : 3 kali / hari
2. Nafsu/selera makan : pasien mengatakan selera makan seperti biasa
3. Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati
4. Alergi : tidak ada alergi makanan
5. mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
6. Waktu pemberian makanan : 08.00 WIB, 14.00 WIB, 20.00 WIB
7. Jumlah dan jenis makanan : nasi, sayur, lauk dan buah
8. Waktu pemberian cairan / minuman : pasien banyak minum saat sakit
9. Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : Tidak
ada kesulitan untuk makan
II. Perawatan diri/personal hygiene
1. Kebersihan tubuh : pasien selama sakit dibantu mandi oleh anak
2. Kebersihan gigi dan mulut : bersih
3. Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih
III. Pola kegiatan/aktivitas
1. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total : saat ini pasien dalam
melakukan kegiatan membutuhkan bantuan
2. Uraian aktivitas ibadah pasien selama sakit : untuk saat ini pasien tidak
ada melakukan kegiatan ibadah diluar rumah
IV. Pola eliminasi
1. BAB
1. Pola BAB : 1-2 kali / hari
2. Karakter feses : normal
3. Riwayat perdarahan : tidak ada pendarahan
4. BAB terakhir : sore
5. Diare : tidak ada diare
20
Universitas Sumatera Utara
2. BAK
1. Pola BAK : 2-3 kali / hari
2. Karakter urine : normal
3. Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK
4. Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih : tidak ada
5. Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan diuretik
6. Upaya mengatasi masalah : tidak ada
V. Mekanisme koping
1. Adaptif
Bicara dengan orang lain
Teknik relaksasi
2. Maladaptif
-
21
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 ANALISA DATA
No.
1
Data
DS:
-
Etiologi
Masalah
Jenis kelamin ( wanita)
Menopause Hambatan
mobilitas
Klien mengatakan
ngilu dibagian
Usia 78 thn
fisik
punggung dan lutut
-
Aktivitas terhambat
Produksi estrogen
klien menggunakan
kadar kalsium pada tulang
DO :
-
alat bantu
-
Klien terlihat lemah
-
Aktivitas dibantu oleh
Keropos tulang (osteoporosis)
keluarga
-
Ngilu pada pinggang dan lutut
Klien adalah seorang
wanita (78 tahun)
Menggunakan alat bantu gerak
yang telah menopouse
-
Hasil BMD (Bone
Keterbatasan gerak
Mineral Density) -3
Hambatan mobilitas Fisik
2
DS :
-
Penurunan massa tulang
Pasien mengatakan
(osteoporosis)
Resiko
jatuh
lemah dan kaku
-
Pasien mengatakan
Tulang mudah patah dan rapuh
mengalami
keterbatasan gerak
Lemah dan kaku
Pasien gunakan alat
Keterbatasan gerak
DO:
-
bantu saat berjalan
-
Berhati - hati berjalan
-
Klien wanita (78 thn)
Mudah jatuh / kecelakaan
yang telah menopause
Resiko jatuh
22
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 RUMUSAN MASALAH
MASALAH KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Resiko jatuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kakunya sendi ditandai
dengan bagian lutut dan pinggang terasa ngilu
2. Resiko jatuh berhubungan dengan usia 65 tahun atau lebih yang
ditandai dengan penggunaan alat bantu seperti walker pada saat
berjalan
23
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/
No.
tanggal
Dx
Jumat
16 Juni
Perencanaan tindakan
Tujuan dan kriteria hasil:
1.
2017
1. Mencapai mobilisasi
2. Mendemonstrasikan
mobilitas
3. Menunjukan tekhnik /
perilaku yang memampukan
melakukan aktivitas
4. Mempertahankan posisi
fungsi di buktikan oleh tidak
adanya kontraktur
2.
1. Klien terbebas dari cedera
2. Mencegah injury / cedera /
fraktur
3. Mampu memodifikasi gaya
hidup untuk
Mencegah injury / cedera
4. Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
5. Mampu mengenali
perubahan status kesehatan
No.
Rencana tindakan
Rasional
Dx
1.
1. Pengaturan posisi
1. Mengatur penempatan
bagian tubuh pasien secara
hati-hati untuk
meningkatkan kesejahteraan
24
Universitas Sumatera Utara
2. Memberi dukungan dan
2.Mengajak orang terdekat
bantuan keluarga / orang
untuk aktif dalam perawatan
terdekat pada pelatihan
pasien dan memberikaan terapi
rentang gerak
lebih konstan / konsisten
3. Lakukan latihan rentang
3.Mencegah secara progresif
gerak secara konsisten,
mengencangkan jaringan parut
diawali dengan pasif
dan kontraktur, meningkatkan
kemudian aktif
pemeliharaan fungsi otot /
sendi dan menurunkan
kehilangan kalsium dari tulang
4. Dorong partisipasi pasien
2.
4.Meningkatkan kemandirian,
dalam semua aktifitas sesuai
Meningkatkan harga diri, dan
kemampuan individual
membantu proses perbaikan
1. Ciptakan lingkungan yang
1.Menciptakan lingkungan
bebas dari bahaya
yang aman mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan
2. Anjurkan klien tidak
beraktifitas lebih
2.Ajarkan pada klien untuk
berhenti secara perlahan,tidak
naik tangga dan mengangkat
beban berat
3. Support kebutuhan ambulasi
klien
3.Beri support untuk
kebutuhan ambulasi seperti
menggunakan alat bantu jalan
atau tongkat. Cegah klien dari
pukulan tidak sengaja
25
Universitas Sumatera Utara
4. Hindari benturan keras
4.Benturan keras
menyebabkan patah tulang,
karena tulang sudah rapuh dan
kehilangan kalsium
5. Diet tinggi kalsium
5.Ajarkan klien tentang
pentingnya diet tinggi kalsium
dan vitamin D dalam
mencegah osteoporosis lebih
lanjut. Diet kalsium
memelihara tingkat kalsium
dalam serum , mencegah
kehilangan kalsium ekstra
dalam tulang
26
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/
No.
tanggal
Dx
Senin
1.
Implementasi keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
-
Mempertahankan posisi tubuh S: Klien mengatakan sulit bila
19 Juni
dengan tepat khususnya pada dilakukan pergerakan
2017
lutut dan pinggang yang ngilu
-
Melakukan
latihan
gerak secara
O : Klien terlihat lemah dan
rentang semua
kebutuhan
dibantu
konsisten di oleh keluarga
awali dengan pasif kemudian A : Masalah belum teratasi
aktif .
-
- Klien masih merasakan
Mendorong
parsitisipasi ngilu
bila
melakukan
dalam semua aktivitas sesuai pergerakan
kemampuan
-
Mendorong
P : intervensi dilanjutkan
dukungan
dan - Kaji kemampuan mobilitas
bantuan keluarga pada latihan fisik
rentang gerak
2.
- Lakukan latihan gerak pasif
Menciptakan lingkungan yang
S: Klien mengatakan berhati-
nyaman :
hati dalam beraktivitas
-
Memberikan penerangan yang
O: dapat menghindari
cukup
aktivitas yang mengakibatkan
-
Tempat tidur klien rendah
cidera
-
Memastikan lantai tidak licin
A: masalah teratasi sebagian
-
Tempatkan klien pada
P: intervensi dilanjutkan
ruangan yang mudah
diobservasi
-
Ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
-
Mengkaji kebutuhan untuk
berjalan
27
Universitas Sumatera Utara
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Dasar Mobilisasi
2.1.1 Defenisi
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas,
mudah, dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Setiap
orang
butuh
untuk
bergerak.
Kehilangan
kemampuan
untuk
bergerak
menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan tindakan keperawatan.
Mobilisasi dibutuhkan untuk meningkatkan kemandirian diri, meningkatkan
kesehatan, memperlambat proses penyakit khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi diri, harga diri dan citra tubuh (Wahid, 2008).
Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relatif. Maksudnya, individu
tidak saja kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga mengalami
penurunan aktivitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa alasan dilakukan
imobilisasi :
1. Pembatasan gerak yang ditujukan untuk pengobatan atau terapi.
Misalnya pada klien yang menjalani pembedahan atau yang
mengalami cedera pada tungkai dan lengan
2. Keharusan
(tidak
terelakkan).
Ini
biasanya
disebabkan
oleh
ketidakmampuan primer, seperti penderita paralisis
3. Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup
4
Universitas Sumatera Utara
Mobilisasi fisik penting untuk mempertahankan kesehatan dan kualitas
hidup semua individu dan terutama penting bagi lansia. Mobilisasi merupakan
aktifitas didalam lingkungan individu (Marlynn, 2000). Mobilitas memungkinkan
individu menghindari bahaya, bertindak untuk merasakan pengalaman yang
menyenangkan dan mempertahankan homeostasis. Mobilitas, perawatan individu,
performa tugas aktif untuk menghadapi lingkungan merupakan perilaku yang
mencerminkan kesehatan fungsional. Banyak lansia mendefenisikan setatus
kesehatan dan kebugaran fisik terkait mobilitas mereka. Ambulasi merupakan cara
mobilitas yang diharapkan, tetapi bagi lansia, penggunaan alat bantu, sepeti kursi
roda dapat lebih memfasilitasi mobilitas dari pada ambulasi. Saat lansia dirawat
inap,mobilitas fisik dapat terhambat karena penyakit yang dialami dan Karena
faktor yang berhubungan dengan lingkungan fisik. Intervenesi preventif
dibutuhkan untuk memaksimalkan kemampuan fungsional lansia, yang jumlahnya
semakin meningkat dalam populasi (Simonsick, 1991).
Jika mobilitas fisik dipandang sebagai aspek kesehatan fungsional,
konsekuensi hambatan mobilisasi fisik amat luas, mencakup aspek fisioligi,
psikologi, dan sosioekonomi. Konsekuensi ini tidak dapat dielakkan meski
berkaitan dengan peningkatan kemungkinan penurunan fisiologi seiring penuaan.
Peningkatan kebergantungan fungsi yang menyertai Hambatan Mobilisasi Fisik
dan konsekuensinya yang sering kali dapat dihindari, dikoreksi, dan diminimalkan
melalui penegakan diagnosis keperawatan dan pelaksanaan managemen
keperawatan yang cermat. Hal ini membuat masalah Hambatan Mobilisasi Fisik
pada lansia menjadi perioritas utama dalam perawatan.
5
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Jenis Imobilitas
Secara umum ada beberapa macam keadaan imobilitas antara lain:
1.
Imobilitas fisik
Kondisi ketika seseorang mengalami keterbatasan fisik yang disebabkan
oleh faktor lingkungan maupun kondisi orang tersebut.
2.
Imobilitas Intelektual
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat
berfungsi sebagaimana mestinya, misalnya pada kasus kerusakan otak.
3.
Imobilitas Emosional
Kondisi ini dapat terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan
seseorang yang dicintai.
4.
Imobilitas Sosial
Kondisi ini dapat menyebabkan perubahan interaksi sosial yang sering
terjadi akibat penyakit.
2.1.3 Dampak Fisik dan Psikologi Imobilitas
Masalah imobilitas dapat menimbulkan berbagai dampak, baik dari segi
fisik maupun psikologis. Secara psikologis, imobilitas dapat menyebabkan
penurunan motivasi, kemunduran kemampuan dalalm memecahkan masalah dan
perubahan konsep diri. Sedangkan masalah fisik dapat terjadi adalah sebagai
berikut :
a. Sistem musculoskeletal
1. Gangguan muscular : menurunnya massa otot sebagai dampak
imobilisasi dapat menyebabkan turunnya kekuatan otot secara
langsung.
2. Gangguan skeletal : akan mudah terjadi kontraktur sendi dan
osteoporosis.
b. Eliminasi urin
Masalah yang umum ditemui pada sistem perkemihan akibat imobilisasi
adalah stasis urine, batu ginjal, retensi urine, infeksi perkemihan.
6
Universitas Sumatera Utara
c. Gastrointestinal
Kondisi imobilisasi mempengaruhi tiga sistem pencernaan, yaitu fungsi
ingesti, digesti dan eleminasi.
d. Respirasi
Masalah yang umum ditemui yaitu penurunan gerak pernafasan,
penumpukan secret, atelektasis.
e. Sistem kardiovaskular
Masalah yang umum ditemui yaitu Hipotensi ortostatik, pembentukan
thrombus, edema dependen.
f. Metabolisme
Perubahan
metabolisme
imobilitas
dapat
mengakibatkan
proses
anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat
beresiko meningkatkan gangguan metabolisme.
g. sistem integument
Masalah yang umum ditemui yaitu turgor kulit menurun, kerusakan kulit.
h. Sistem neurosensorik
Ketidakmampuan mengubah posisi menyebabkan terhambatnya input
sensorik, menimbulkan perasaan lelah, iritabel, persepsi tidak realistis, dan
mudah bingung. (Wahid, 2008)
2.1.4 Tingkatan Imobilitas
Tingkatan imobilitas bervariasi, diantaranya adalah:
1. Imobilitas komplit
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat
kesadaran
2. Imobilitas parsial
Imobilitas ini dilakukan pada klien yang mengalami fraktur, misalnya
fraktur ekstremitas bawah (kaki)
3. Imobilitas karena alasan pengobatan
Imobilitas ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan
pernafasan (misalkan sesak nafas) atau pada penderita penyakit jantung.
7
Universitas Sumatera Utara
2.2 Proses Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Saat
mengkaji
data
tentang
masalah
imobilitas,
perawat
menggunakan metode pengkajian inspeksi, palpasi dan auskultasi. Selain
itu perawat juga memeriksa hasil pemeriksaan penunjang. Karena tujuan
intervensi keperawatan adalah untuk mencegah komplikasi imobilitas,
maka perawat perlu mengidentifikasi klien yang berisiko mengalami
komplikasi. Ini termasuk klien yang mengalami (a) penurunan berat badan,
(b) perubahan postur tubuh ; (c) perubahan tingkat kesadaran. (wahid,
2008).
Perawat mengkaji klien mobilisasi dengan melakukan pemeriksaan
fisik dari ujung kepala sampai keujung kaki. Selain itu pengkajian
keperawatan harus berfokus pada area fsikologis, sama seperti aspek
psikososial dan perkembangan klien.
2.2.2 Analisa Data
Diagnosa keperawatan mengidentifikasi perubahan kesejajaran tubuh dan
mobilisasi yang aktual dan potensial berdasarkan pengumpulan data
selama
pengkajian. Analisa menampilkan kelompok data yang mengidentifikasikan ada
atau risiko terjadi masalah. (lihat kotak diagnosa di bawah)
Contoh Diagnosa keperawatan NANDA untuk ketidaktepatan Mekanika
Tubuh dan Hambatan Mobilisasi
Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan :
- Kesejajaran tubuh yang buruk
- Penurunan mobilisasi
Resiko cedera yang berhubungan dengan :
- Ketidaktepatan mekanika tubuh
- Ketidaktepatan posisi
- Ketidaktepatan teknik pemindahan
8
Universitas Sumatera Utara
Hambatan mobilisasi fisik yang berhubungan dengan :
- Penurunan rentang gerak
- Tirah baring
- Penurunan kekuatan
Gangguan eliminasi urine yang berhubungan dengan :
- Resiko infeksi
- Keterbatasan mobilisasi
Inkontinensia total yang berhubungan dengan :
- Perubahan pola eliminasi
- Keterbatasan mobilisasi
Risiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan :
- Penurunan asupan cairan
Ketidakefektifan koping individu yang berhubungan dengan :
- Pengurangan tingkat aktivitas
- Isolasi sosial
Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan :
- Keterbatasan mobilisasi
- Ketidaknyamanan
Kesejajaran tubuh dan mobilisasi saliang berhubungan. Seseorang yang
mempuyai kesejajaran tubuh buruk mengurangi mobilisasi. Saat mengidentifikasi
diagnosa keperawatan, perawat menyusun strategi keperawatan untuk mengurangi
atau mencegah bahaya berhubungan dengan kesejajaran tubuh buruk atau
gangguan mobilisasi.
Aspek fisiologis sering hanya berfokus pada asuhan keperawatan klien
gangguan mobilisasi. Sedangkan aspek psikososial dan perkembangan diabaikan.
Padahal aspek psikososial tersebut penting untuk kesehatan. Contoh, selama
imobilisasi, interaksi sosial dan stimulus di kurangi. Sehingga klien terisolasi,
menarik diri dan bosan. (Potter & Perry, 2006).
9
Universitas Sumatera Utara
Jenis
kelamin(wanita)
Usia
Absorbsi
kalsium
Menopouse
Penurunan hormon estrogen
karna tubuh tidak lagi
memproduksi
Ekskresi kalsium
urine meningkat
Kepadatan tulang
berkurang
Osteoporosis
Pasien sulit untuk
bergerak melakukan
aktifitas
Keropos
tulang
Produksi
kalsium
menurun pada
tulang
Perubahan
postur tubuh
Nyeri
Gangguan
mobilitasi
fisik
Resiko
tinggi
cedera
Penurunan
kerja
refleks
fraktur
10
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Rumusan masalah
Selain bisa ditetapkan sebagai label diagnosis, masalah mobilisasi bisa
pula dijadikan etiologi untuk diagnosis keperawatan yang lain. Menurut NANDA,
label diagnosis untuk masalah mobilisasi meliputi Hambatan Mobilitas Fisik atau
Risiko Dissuse Syndrome. Sedangkan label diagnosis dengan masalah mobilisasi
sebagai etiologi bergantung pada area fungsi atau sistem yang dipengaruhi.
(wahid, 2008).
2.2.4 Perencanaan
Secara umum, tujuan asuhan keperawatan untuk klien yang mengalami
gangguan mobilisasi bervariasi, bergantung pada diagnosis dan batasan
karakteristik masing-masing individu. Menurut (Wilkinson, 2011), beberapa
tujuan umum untuk klien yang mengalami, atau berpotensi mengalami, masalah
mobilisasi adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan toleransi klien untuk melakukan aktivitas fisik
2. Mengembalikan atau memulihkan kemampuannya untuk bergerak atau
berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari
3. Mencegah terjadinya cedera akibat jatuh atau akibat penggunaan
mekanika tubuh yang salah
4. Meningkatkan kebugaran fisik
5. Mencegah terjadinya komplikasi akibat imobilitas
6. Meningkatkan kesejahteraan sosial, emosional, dan intelektual.
(Wahid, 2008)
Perawat membuat perencanaan intervensi terapeutik terhadap klien yang
bermasalah pada kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang aktual maupun beresiko.
Perawat merencanakan terapi sesuai dengan derajat risiko klien, dan perencanaan
bersifat individu disesuaikan perkembangan klien, tingkat kesehatan, dan gaya
hidup.
Lingkungan rumah klien merupakan hal yang penting di pertimbangkan
dalam merencanakan terapi dalam mempertahankan atau meningkatkan
11
Universitas Sumatera Utara
kesejajaran tubuh dan mobilisasi. Perencanaan perawatan juga termasuk
pemahaman kebutuhan klien untuk mempertahankan fungsi motorik dan
kemandirian. Perawat dan Klien mempertahankan keterlibatan klien dalam asuhan
keperawatan dan mencapai kesejajaran tubuh dan mobilisasi yang optimal.
Klien berisiko bahaya dikaitkan ketidaktepatan kesejajaran tubuh dan
gangguan mobilisasi, membutuhkan rencana keperawatan langsung melalui
pemberian posisi secara aktual atau potensial serta kebutuhan mobilisasi. Rencana
keperawatan di dasari oleh satu atau lebih tujuan berikut ini :
1. Mempertahankan kesejajaran tubuh yang tepat
2. Mencapai kembali kesejajaran tubuh yang tepat atau pun pada tingkat
optimal
3. Mengurangi cedera pada sistem kulit dan musculoskeletal dari
ketidaktepatan mekanika atau kesejajaran
4. Mencapai ROM penuh atau optimal
5. Mencegah kontraktur
6. Mencapai ekspansi paru dan pertukaran gas optimal
7. Mempertahankan pola tidur normal
8. Meningkatkan toleransi aktivitas
9. Mencapai pola eliminasi normal
10. Mencapai sosialisasi
11. Mencapai kemandirian penuh dalam aktivitas perawatan diri
Sasaran. Tujuan utama bagi pasien dapat mencakup pemulihan
keseimbangan yang normal, berat badan yang normal, pengurangan rasa nyeri
serta ketidaknyamanan, mobilisasi fisik yang optimal, kemampuan koping pasien
serta keluarga yang adekuat, pengetahuan pasien serta keluarga yang adekuat
tentang penanganan osteoporosis pada lansia dan tidak adanya komplikasi.
Pencapaian semua tujuan ini memerlukan pendekatan kolaboratif antardisiplin
dalam penatalaksanaan pasien. (Suzanne & Smeltzer, 2001).
12
Universitas Sumatera Utara
13
Universitas Sumatera Utara
III.
RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1.
Apa penyebabnya
Ny. H
mengatakan penyebabnya dikarenakan ngilu pada lutut dan
pinggangnya.
2.
Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Ny. H mengatakan hal yang memperbaiki keadaan adalah istirahat dan
bercerita bersama anaknya
B. Quantity/quality
1.
Bagaimana dirasakan
Ny. H mengatakan ngilu pada daerah lutut dan pinggangnya membuat ia
merasa kesulitan untuk bergerak bebas
2.
Bagaimana dilihat
Ny. H terlihat cemas dengan keadaannya dilihat dari raut wajah dan
terlihat lemah.
C. Region
1.
Dimana lokasinya
Pada bagian lutut dan pinggang.
2.
Apakah menyebar
Tidak adanya penyebaran yang dialami.
D. Severity
Ny. H mengatakan merasa tergangu dengan kondisinya yang sekarang
E. Time
Saat ingin melakukan pergerakkan / aktivitas
14
Universitas Sumatera Utara
IV.
RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Demam dan diare
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Ny. H mengatakan jika sakit Ny. H pergi ke puskesmas di sekitar rumah
C. Pernah dirawat / dioperasi
Ny. H mengatakan tidak pernah dirawat maupun dioperasi
D. Lama dirawat
Ny. H mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit
E. Alergi
Ny. H tidak mengalami riwayat alergi
F. Imunisasi
-
V.
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang Tua
Orang tua Ny. H tidak ada mengalami penyakit yg berarti
B. Saudara Kandung
Saudara kandung Ny. H tidak ada mengalami penyakit yg berarti
C. Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan dari keluarga Ny. H
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Jika ada, hubungan keluarga : tidak ada
Gejala : tidak ada
Riwayat pengobatan / perawatan : tidak ada
E. Anggota keluarga yang meninggal
Ayah dan Ibu Ny. H telah meninggal
F. Penyebab meninggal
Penyebab meninggal karena penyakit tua
15
Universitas Sumatera Utara
VI
. RIWAYAT KEADAAN PSIKOLOGI
A. Persepsi Pasien tentang penyakitnya
Ny. H mengatakan keadaan sekarang adalah akibat penyakit tua.
B. Konsep Diri
1. Gambaran diri : pasien mengatakan bahwa dirinya sudah tua
2. Ideal diri : pasien mengatakan berharap lebih baik lagi disaat umur
sudah tua
3. Harga diri : pasien tidak merasa malu dengan penyakitnya
4. Peran diri : pasien mengataka perannya sabagai Ibu rumah tangga
5. Identitas : pasien merupakan Ibu dari tiga orang anak
C. Keadaan Emosi
Keadaan emosi masih dapat terkontrol.
D. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti :
Ny. H mengatakan orang yang berarti adalah keluarganya
2. Hubungan dengan keluarga :
Ny. H menjalin hubungan baik dengan keluarga
3. Hubungan dengan orang lain :
Ny. H dapat berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain :
Tidak ada hambatan dalam berhubungan.
E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Ny. H memeluk agama Hindu dan percaya dengan Tuhannya.
2. Kegiatan ibadah
Ny. H
beribadah sesuai ketentuan agamanya, dan sering
melakukan Ibadah bersama dengan anaknya dirumah.
16
Universitas Sumatera Utara
VII.
STATUS MENTAL
1. Tingkat kesadaran : Compos mentis
2. Penampilan : Rapi
3. Pembicaraan : Sesuai
4. Alam kesadaran : Lesu
5. Afek : Sesuai
6. Interaksi selama wawancara : kooperatif dan kontak mata ada
7. Persepsi : Tidak ada
8. Proses pikir : Sesuai pembicaraan
9. Isi pikir : Pasien tidak menunjukan gejala-gejala diatas
10. Waham : Tidak ada waham
11. Memori : Masih dapat mengingat kejadian dulu dan sekarang
VIII
. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan umum
Baik, nyeri yang di alami masih terasa hilang timbul
B. Tanda-tanda vital
1. Suhu tubuh : 36,5°C
2. Tekanan darah : 130/70 mmHg
3. Nadi : 84x/menit
4. Pernafasan : 20x/menit
5. Skala nyeri :4
6. TB : 160 cm
7. BB : 60kg
C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
1. Bentuk : Simetris
2. Ubun-ubun : Simetris
3. Kulit kepala : Bersih
17
Universitas Sumatera Utara
Rambut
1. Penebaran dan keadaan rambut : rambut bersih dan rapi
2. Bau : tidak ada bau
3. Warna kulit : hitam
Wajah
1. Warna kulit : sawo matang
2. Struktur wajah : lengkap
Mata
1. Kelengkapan dan kesimetrisan : lengkap dan simetris
2. Palpebra : normal
3. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva tidak pucat dan skelra berwarna
4. Pupil : ukuran pupil kiri / kanan : normal
5. Kornea dan iris : transparan,halus, bersih dan jernih
6. Visus : pasien masih dapat membaca dalam jarak +/- 3 meter
7. Tekanan bola mata : tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
1. Tulang hidung : simetris dan tidak ada kelainan
2. Lubang hidung : ukuran normal
3. Cuping hidung : tidak ada tanda kelainan
Telinga
1. Bentuk telinga : Normal, simetris
2. Ukuran telinga : Normal
3. Lubang telinga : bersih, tidak ada kotoran
4. Ketajaman pendengaran : normal
Mulut dan faring
1. Keadaan bibir : Kering
2. Keadaan gusi dan gigi : Bersih
3. Keadaan lidah : berwarna merah muda
18
Universitas Sumatera Utara
Leher
1. Posisi tracheathyroid : normal, teraba pada kedua sisi
2. Suara : normal
3. Kelenjar limfa : tidak ada pembesaran kelelenjar getah bening
4. Vena jugularis : tampak ketika berbicara
5. Denyut nadi karotis : teraba
Pemeriksaan integument
1. Kebersihan : kulit bersih
2. Kehangatan : 36,5°C
3. Warna : sawo matang
4. Turgor : kembali cepat < 2 detik
5. Kelembaban : keadaan kulit lembab
6. Kelainan pada kulit: tidak ada kelainan
Pemeriksaan abdomen
1. Inspeksi (bentuk, benjolan) : bentuk normal dan tidak ada terlihat
kelaina
2. Auskultasi : peristaltik normal
3. Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) : terdapat
lubang anus dan tidak ada kelainan
4. Perkusi (suara abdomen) : suara timpani
Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
1. Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : terdapat rambut pubis dan
lubang uretara dan tidak ada kelainan
2. Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) :
normal, terdapat lubang anus dan tidak ada kelainan
Pemeriksaan musculoskeletal / ekstermitas
1. Kesimetrisan otot : tidak simetris
2. Pemeriksaan edema : tidak ada edema
3. Kekuatan otot : sudah mengalami kelemah
19
Universitas Sumatera Utara
IX.
POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
1. Frekuensi makan/hari : 3 kali / hari
2. Nafsu/selera makan : pasien mengatakan selera makan seperti biasa
3. Nyeri ulu hati : tidak ada nyeri ulu hati
4. Alergi : tidak ada alergi makanan
5. mual dan muntah : tidak ada mual dan muntah
6. Waktu pemberian makanan : 08.00 WIB, 14.00 WIB, 20.00 WIB
7. Jumlah dan jenis makanan : nasi, sayur, lauk dan buah
8. Waktu pemberian cairan / minuman : pasien banyak minum saat sakit
9. Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : Tidak
ada kesulitan untuk makan
II. Perawatan diri/personal hygiene
1. Kebersihan tubuh : pasien selama sakit dibantu mandi oleh anak
2. Kebersihan gigi dan mulut : bersih
3. Kebersihan kuku kaki dan tangan : bersih
III. Pola kegiatan/aktivitas
1. Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian
dilakukan secara mandiri, sebahagian atau total : saat ini pasien dalam
melakukan kegiatan membutuhkan bantuan
2. Uraian aktivitas ibadah pasien selama sakit : untuk saat ini pasien tidak
ada melakukan kegiatan ibadah diluar rumah
IV. Pola eliminasi
1. BAB
1. Pola BAB : 1-2 kali / hari
2. Karakter feses : normal
3. Riwayat perdarahan : tidak ada pendarahan
4. BAB terakhir : sore
5. Diare : tidak ada diare
20
Universitas Sumatera Utara
2. BAK
1. Pola BAK : 2-3 kali / hari
2. Karakter urine : normal
3. Nyeri / rasa terbakar / kesulitan BAK : tidak ada kesulitan BAK
4. Riwayat penyakit ginjal / kandung kemih : tidak ada
5. Penggunaan diuretic : tidak ada penggunaan diuretik
6. Upaya mengatasi masalah : tidak ada
V. Mekanisme koping
1. Adaptif
Bicara dengan orang lain
Teknik relaksasi
2. Maladaptif
-
21
Universitas Sumatera Utara
2.3.2 ANALISA DATA
No.
1
Data
DS:
-
Etiologi
Masalah
Jenis kelamin ( wanita)
Menopause Hambatan
mobilitas
Klien mengatakan
ngilu dibagian
Usia 78 thn
fisik
punggung dan lutut
-
Aktivitas terhambat
Produksi estrogen
klien menggunakan
kadar kalsium pada tulang
DO :
-
alat bantu
-
Klien terlihat lemah
-
Aktivitas dibantu oleh
Keropos tulang (osteoporosis)
keluarga
-
Ngilu pada pinggang dan lutut
Klien adalah seorang
wanita (78 tahun)
Menggunakan alat bantu gerak
yang telah menopouse
-
Hasil BMD (Bone
Keterbatasan gerak
Mineral Density) -3
Hambatan mobilitas Fisik
2
DS :
-
Penurunan massa tulang
Pasien mengatakan
(osteoporosis)
Resiko
jatuh
lemah dan kaku
-
Pasien mengatakan
Tulang mudah patah dan rapuh
mengalami
keterbatasan gerak
Lemah dan kaku
Pasien gunakan alat
Keterbatasan gerak
DO:
-
bantu saat berjalan
-
Berhati - hati berjalan
-
Klien wanita (78 thn)
Mudah jatuh / kecelakaan
yang telah menopause
Resiko jatuh
22
Universitas Sumatera Utara
2.3.3 RUMUSAN MASALAH
MASALAH KEPERAWATAN
1. Hambatan mobilitas fisik
2. Resiko jatuh
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PRIORITAS)
1. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kakunya sendi ditandai
dengan bagian lutut dan pinggang terasa ngilu
2. Resiko jatuh berhubungan dengan usia 65 tahun atau lebih yang
ditandai dengan penggunaan alat bantu seperti walker pada saat
berjalan
23
Universitas Sumatera Utara
2.3.4 PERENCANAAN KEPERAWATAN DAN RASIONAL
Hari/
No.
tanggal
Dx
Jumat
16 Juni
Perencanaan tindakan
Tujuan dan kriteria hasil:
1.
2017
1. Mencapai mobilisasi
2. Mendemonstrasikan
mobilitas
3. Menunjukan tekhnik /
perilaku yang memampukan
melakukan aktivitas
4. Mempertahankan posisi
fungsi di buktikan oleh tidak
adanya kontraktur
2.
1. Klien terbebas dari cedera
2. Mencegah injury / cedera /
fraktur
3. Mampu memodifikasi gaya
hidup untuk
Mencegah injury / cedera
4. Menggunakan fasilitas
kesehatan yang ada
5. Mampu mengenali
perubahan status kesehatan
No.
Rencana tindakan
Rasional
Dx
1.
1. Pengaturan posisi
1. Mengatur penempatan
bagian tubuh pasien secara
hati-hati untuk
meningkatkan kesejahteraan
24
Universitas Sumatera Utara
2. Memberi dukungan dan
2.Mengajak orang terdekat
bantuan keluarga / orang
untuk aktif dalam perawatan
terdekat pada pelatihan
pasien dan memberikaan terapi
rentang gerak
lebih konstan / konsisten
3. Lakukan latihan rentang
3.Mencegah secara progresif
gerak secara konsisten,
mengencangkan jaringan parut
diawali dengan pasif
dan kontraktur, meningkatkan
kemudian aktif
pemeliharaan fungsi otot /
sendi dan menurunkan
kehilangan kalsium dari tulang
4. Dorong partisipasi pasien
2.
4.Meningkatkan kemandirian,
dalam semua aktifitas sesuai
Meningkatkan harga diri, dan
kemampuan individual
membantu proses perbaikan
1. Ciptakan lingkungan yang
1.Menciptakan lingkungan
bebas dari bahaya
yang aman mengurangi resiko
terjadinya kecelakaan
2. Anjurkan klien tidak
beraktifitas lebih
2.Ajarkan pada klien untuk
berhenti secara perlahan,tidak
naik tangga dan mengangkat
beban berat
3. Support kebutuhan ambulasi
klien
3.Beri support untuk
kebutuhan ambulasi seperti
menggunakan alat bantu jalan
atau tongkat. Cegah klien dari
pukulan tidak sengaja
25
Universitas Sumatera Utara
4. Hindari benturan keras
4.Benturan keras
menyebabkan patah tulang,
karena tulang sudah rapuh dan
kehilangan kalsium
5. Diet tinggi kalsium
5.Ajarkan klien tentang
pentingnya diet tinggi kalsium
dan vitamin D dalam
mencegah osteoporosis lebih
lanjut. Diet kalsium
memelihara tingkat kalsium
dalam serum , mencegah
kehilangan kalsium ekstra
dalam tulang
26
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Hari/
No.
tanggal
Dx
Senin
1.
Implementasi keperawatan
Evaluasi
(SOAP)
-
Mempertahankan posisi tubuh S: Klien mengatakan sulit bila
19 Juni
dengan tepat khususnya pada dilakukan pergerakan
2017
lutut dan pinggang yang ngilu
-
Melakukan
latihan
gerak secara
O : Klien terlihat lemah dan
rentang semua
kebutuhan
dibantu
konsisten di oleh keluarga
awali dengan pasif kemudian A : Masalah belum teratasi
aktif .
-
- Klien masih merasakan
Mendorong
parsitisipasi ngilu
bila
melakukan
dalam semua aktivitas sesuai pergerakan
kemampuan
-
Mendorong
P : intervensi dilanjutkan
dukungan
dan - Kaji kemampuan mobilitas
bantuan keluarga pada latihan fisik
rentang gerak
2.
- Lakukan latihan gerak pasif
Menciptakan lingkungan yang
S: Klien mengatakan berhati-
nyaman :
hati dalam beraktivitas
-
Memberikan penerangan yang
O: dapat menghindari
cukup
aktivitas yang mengakibatkan
-
Tempat tidur klien rendah
cidera
-
Memastikan lantai tidak licin
A: masalah teratasi sebagian
-
Tempatkan klien pada
P: intervensi dilanjutkan
ruangan yang mudah
diobservasi
-
Ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
-
Mengkaji kebutuhan untuk
berjalan
27
Universitas Sumatera Utara