Analisis Yuridis Terhadap Eksekusi Benda Jaminan yang Dibebani Hak Tanggungan Pada Debitur Pailit Chapter III V

58

BAB III
PROSEDUR DAN TATA CARA PELAKSANAAN EKSEKUSI BENDA
JAMINAN YANG TELAH DIIKAT DENGAN HAK TANGGUNGAN PADA
DEBITUR PAILIT BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NO. 37 TAHUN
2004 TENTANG KEPAILITAN DAN PENUNDAAN KEWAJIBAN
PEMBAYARAN UTANG
A. Akibat Hukum Putusan Pailit
Dengan dijatuhkannya putusan kepailitan, mempunyai pengaruh bagi debitur
dan harta kekayaannya.
Putusan pailit mulai berlaku sejak pukul 00.00 waktu setempat. Bila sebelum
putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan transfer dana melalui bank
atau lembaga selain bank pada tanggal putusan, transfer tersebut wajib diteruskan.
Demikian pula bila sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan telah dilaksanakan
transaksi efek di Bursa Efek maka transaksi tersebut wajib diselesaikan. (Pasal 24
Undang-Undang No. 37 Tahun 2004).101
Dengan diucapkannya putusan pernyataan pailit maka Hakim Pengawas
mempunyai peranan penting yang bertugas mengawasi pekerjaan kurator dalam
rangka melakukan tugas pengurusan dan pemberesan. Tindakan pengawasan yang
dilakukan Hakim Pengawas dituangkan dalam bentuk penetapan dan atau dalam

berita acara rapat.
Debitur demi hukum kehilangan hak menguasai dan mengurus kekayaannya
(Persona Standi InYudicio), artinya debitur pailit tidak mempunyai kewenangan atau
tidak bisa berbuat bebas atas harta kekayaan yang dimilikinya. Pengurusan dan
101

Sunarmi, op.cit., hal 85.

58

Universitas Sumatera Utara

59

penguasaan harta kekayaan debitur dialihkan kepada kurator atau Balai Harta
Peninggalan yang bertindak sebagai kurator yang ditunjuk oleh Hakim Pengawas.
Namun demikian, sesudah pernyataan kepailitan ditetapkan debitur masih
dapat mengadakan perikatan-perikatan. Hal ini akan mengikat bila perikatanperikatan yang dilakukannya tersebut mendatangkan keuntungan – keuntungan
debitur. Hal tersebut ditegaskan didalam Pasal 25 Undang-undang Kepailitan Nomor
37 Tahun 2004 yang menentukan bahwa semua perikatan debitur pailit yang

dilakukan sesudah pernyataan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit itu, kecuali
bila perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta pailit102.
Pada dasarnya harta kepailitan itu meliputi seluruh harta kekayaan debitur
pada saat putusan pernyataan pailit diucapkan serta segala sesuatu yang diperoleh
selama kepailitan, hal ini berarti seluruh harta kekayaan debitur pailit berada dalam
penguasaan dan pengurusan kurator atau Balai Harta Peninggalan, sebagaimana
disebutkan di dalam Pasal 1 Undang-undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004.
Pembentukan Undang-undang memberikan pengecualian terhadap berlakunya
ketentuan Pasal 21 Undang-undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004, tidak semua
harta kekayaan debitur pailit berada dalam penguasaan dan pengurusan kurator atau
Balai Harta Peninggalan, debitur pailit masih mempunyai hak penguasaan dan
pengurusan atas beberapa barang atau benda sebagaimana yang ditentukan oleh Pasal
22 Undang-Undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004, yaitu:

102

Pasal 25 Undang –Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.

Universitas Sumatera Utara


60

1. Benda, ternasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh debitur sehubungan
dengan pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk
kesehatan, tempat tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh debitur dan
keluarganya, dan bahan makanan untuk 30 (tiga puluh) hari bagi debitur dan
keluarganya, yang terdapat di tempat itu;
2. Segala sesuatu yang diperoleh debitur dari pekerjaannya sendiri sebagai
pengajuan dari suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau
uang tunjangan, sejauh yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; atau
3. Uang yang diberikan kepada debitur untuk memenuhi suatu kewajiban memberi
nafkah menurut undang-undang. Yang termasuk harta kepailitan adalah kekayaan
lain yang diperoleh debitur pailit selama kepailitan misalnya warisan. Pasal 40
Undang-undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004 menyebutkan bahwa segala
warisan yang jatuh kepada debitur pailit selama kepailitan tidak boleh diterima
oleh kuratornya, kecuali dangan hak istimewa. Sedangkan untuk menolak
warisan, kurator memerlukan kuasa dari Hakim Pengawas. Selanjutnya mengenai
hibah, yang dilakukan oleh debitur pailit dapat dimintakan pembatalannya oleh
kurator apabila dapat dibuktikan bahwa pada waktu dilaksanakan hibah, debitur

pailit mengetahui atau patut mengetahui bahwa tindakannya tersebut dapat
merugikan para kreditur.

Universitas Sumatera Utara

61

Dalam suatu kepailitan dikenal 3 (tiga) golongan tingkatan golongan kreditur,
yaitu:103
1. Kreditur seperatis yaitu kreditur yang piutangnya dijamin dengan agunan
kebendaan (hak tanggungan, hipotik, gadai dan fidusia). Kreditur separatis
(secured creditor) dapat mengeksekusi haknya seolah-olah tidak terjadi
kepailitan. Namun dalam kepailitan, haknya ditangguhkan selama 90 (sembilan
puluh) hari sejak tanggal putusan pailit diucapkan. Pada masa penangguhan itu,
kreditur seperatis tidak dapat mengeksekusi objek jaminannya. Ketentuan yang
mengatur penangguhan diatur dalam pasal 55 sampai pasal 60 Undang-Undang
No. 37 Tahun 2004.
2. Kreditur dengan hak istimewa khusus yang diatur dalam Pasal 1139
KUHPerdata104 yaitu kreditur yang tagihannya didahulukan terhadap hasil
penjualan benda tertentudan kreditur dengan hak istimewa umum, diatur dalam

Pasal 1149 KUHPerdata yaitu kreditur yang tagihannya didahulukan terhadap
hasil penjualannya terhadap seluruh harta debitur pailit.
3. Kreditur konkuren yaitu kreditur yang tidak termasuk kreditur separatis dan
kreditur dengan hak istimewa. Kreditur konkuren adalah kreditur bersaing
(unsecured creditor) yaitu kreditur yang berdasarkan piutang dan tanpa jaminan

103
Eliyana, 2005, “Konsep Dasar dan Aspek Hukum Kepailitan”, Proceding Kepailitan dan
Transfer Aset Secara Melawan Hukum, Bogor 20-21 Juli 2004. Pusat Pengkajian Hukum, Jakarta, hlm
117. Lihat pula pasal 189 ayat (10 sampai ayat (5) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004
104
Pasal 1139 KUH Perdata mengatur jenis-jenis kreditur yang diistimewakan terhadap bendabenda tertentu yaitu:
a) Biaya-biaya perkara yang ditimbulkan suatu penghukuman untuk melelang suatu benda bergerak
atau benda tidak bergerak. Biaya tersebut dibayar dari pendapatan penjualan benda tersebut
terlebih dahulu dari semua piutang-piutang lainnya yang diistimewakan bahkan lebih dahulu dari
gadai dan hipotik;
b) Uang-uang sewa dari benda-benda tak bergerak, biaya perbaikan yang menjadi kewajiban
penyewa, beserta segala hal yang mengenai kewajiban memenuhi perjanjian sewa-menyewa;
c) Harga pembelian benda-benda bergerak yang belum dibayar;
d) Biaya yang dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang;

e) Biaya untuk melakukan suatu pekerjaan pada suatu barang, yang masih harus dibayar kepada
seorang tukang;
f) Apa yang telah diserahkan oleh seorang pengusaha penginapan demikian rupa kepada seorang
tamu;
g) Upah-upah pengangkutan dan biaya-biaya tambahan;
h) Apa-apa yang harus dibayar kepada tukang batu, tukang kayu dan tukang-tukang lainnya untuk
pembangunan dan penambahan dan perbaikan-perbaikan benda-benda tidak bergerak, dengan
syarat piutang tidak lebih tua dari 3 tahun, dan hak milik atas persil yang bersangkutan masih tetap
pada debitur;
i) Penggantian-penggantian serta pembayaran yang harus dipikul oleh pegawai-pegawai yang
memangku suatu jabatan umum, karena segala kesalahan, kelalaian dan pelanggaran dan
kejahatan yang dilakukan dalam jabatannya.

Universitas Sumatera Utara

62

tertentu dan mengenai pembayarannya berdasarkan pertimbangan besar kecilnya
piutang mereka.
Pada dasarnya, kedudukan kreditur adalah sama (paritas creditorum) dan oleh

karena mempunyai hak yang sama atas hasil penjualan boedel pailit sesuai dengan
besarnya tagihan mereka (pari passu pro rata parte). Namun azas ini mengenal
pengecualian yaitu dari kreditur yang memegang hak agunan atas kebendaan dan
kreditur yang haknya didahulukan berdasarkan Undang-Undang No. 37 Tahun 2004,
sehingga asas pari passu pro rata parte hanya berlaku bagi kreditur konkuren saja.
Sejalan dengan itu, Pasal 55 ayat (1) Undang-undang Kepailitan Nomor 37
Tahun 2004 menyebutkan bahwa setiap kreditor yang memegang hak tanggungan,
hak gadai, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengeksekusi haknya
seolah-olah tidak terjadi kepailitan. Namun Pasal 56 Undang-Undang No. 37 Tahun
2004 hak kreditur seperatis untuk melakukan eksekusi atas objek jaminannya
ditangguhkan dalam jangka waktu paling lama 90 hari terhitung sejak putusan
pernyataan pailit ditetapkan.
Selama jangka waktu penangguhan, yaitu 90 hari sejak tanggal putusan pailit
ditetapkan, kurator dapat menggunakan atau menjual harta pailit untuk kelangsungan
usaha debitor, dengan syarat-syarat yaitu:105
1. Harta yang dimaksud sudah berada dalam pengawasan debitor pailit atau kurator;
2. Untuk itu telah diberikan perlindungan yang wajar bagi kepentingan kreditor atau
pihak ketiga yang menuntut hartanya yang berada dalam pengawasan debitor
pailit atau kurator. Perlindungan yang dimaksud, antara lain dapat berupa :
a. Ganti rugi atas terjdinya penurunan nilai harta pailit;

105

Bagus Irawan, 2010, Aspek-Aspek Hukum Kepailitan Perusahaan dan Asuransi, Alumni,
Bandung, hal 71.

Universitas Sumatera Utara

63

b. Hasil penjualan bersih; hak kebendaan pengganti; dan
c. Imbalan yang wajar dan adil, serta
d. Pembayaran tunai lainnya.
Menurut Pasal 60 Undang–undang Kepailitan Nomor 37 Tahun 2004, kreditor
pemegang objek jaminan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 55 ayat (1) dalam
melaksanakan haknya untuk mengeksekusi benda-benda yang menjadi agunan wajib
memberi pertanggung jawaban kepada kurator atas hasil penjualan benda-benda yang
menjadi agunan dan menyerahkan sisa penjualan yang telah di kurangi jumlah utang,
bunga dan biaya, kepada kurator. Atas tuntutan kurator atau kreditur yang
diistimewakan, pemegang hak tanggungan, hak gadai, atau hak agunan atas
kebendaan lainnya wajib menyerahkan bagian dari hasil penjualan tersebut untuk

jumlah yang sama dengan tagihan yang diistimewakan. Jika hasil penjualan tidak
cukup untuk melunasi piutang yang bersangkutan, maka pemegang hak tanggungan,
hak gadai, atau hak agunan atas kebendaan lainnya, dapat mengajukan tagihan
pelunasan atas kekurangan tersebut dari boedel pailit sebagai kreditor konkuren,
setelah mengajukan permintaan pencocokan utang.
Jangka waktu 90 hari sebagai waktu penangguhan eksekusi harta kekayaan
debitor pailit oleh kreditor pemegang hak kebendaan tertentu, akan berakhir karena
hukum pada saat kepailitan diakhiri lebih dini atau pada saat keadaan insolvensi
(insolvency) dimulai.

Menurut Pasal 178 Undang-Undang No. 37 tahun 2004,

insolvensi terjadi bila dalam rapat verifikasi atau pencocokan utang antara para
kreditor yang dilakukan setelah pernyataan kepailitan, tidak ditawarkan perdamaian

Universitas Sumatera Utara

64

(accord), atau bila perdamaian yang ditawarkan telah ditolak, atau pengesahan akan

perdamaian tersebut telah ditolak dengan pasti.
Kreditor atau pihak ketiga yang haknya ditangguhkan dapat mengajukan
permohonan kepada kurator untuk mengangkat penangguhan atau mengubah syaratsyarat penangguhan tersebut.

Sekiranya permohonan ini ditolak oleh kurator,

kreditor atau pihak ketiga dapat mengajukan pernohonan tersebut kepada Hakim
Pengawas.
Kemudian Hakim Pengawas, selambat-lambatnya satu hari sejak permohonan
tersebut diajukan kepadanya, wajib memerintahkan kurator untuk segera memanggil
para kreditur dan pihak yang mengajukan permohonan kepada Hakim Pengawas
dengan surat tercatat atau melalui kurir, untuk didengar pada sidang pemeriksaan atas
permohonan tersebut. Hakim Pengawas wajib memberikan putusan atas permohonan
yang dimaksud dalam waktu paling lambat 10 hari sejak permohonan diajukan
kepada Hakim Pengawas.
Dalam melaksanakan permohonan yang diajukan oleh kreditur atau pihak
ketiga kepada Hakim Pengawas, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan, yaitu:
1. Lamanya jangka waktu penangguhan yang sudah berlangsung;
a. Perlindungan kepentingan para kreditor dan pihak ketiga yang dimaksud;
b. Kemungkinan terjadinya perdamaian;

c. Dampak pengangguhan tersebut terhadap kelangsungan usaha dan manajemen
usaha debitur, serta pemberesan harta pailit.

Universitas Sumatera Utara

65

Terhadap permohonan yang diajukan oleh kreditur atau pihak ketiga kepada
Hakim Pengawas, putusan hakim pengawas kemungkinan dapat berupa:
2. Diangkatnya penangguhan untuk satu atau lebih kreditur
a. Penetapan persyaratan tentang lamanya waktu penangguhan
b. Satu atau beberapa agunan yang dapat dieksekusi oleh kreditur
Seandainya Hakim Pengawas

menolak

mengangkat atau

mengubah

persyaratan penangguhan yang dimaksud, Hakim Pengawas wajib memerintahkan
kurator untuk memberikan perlindungan yang dianggap wajar untuk melindungi
kepentingan pemohon. Terhadap putusan Hakim Pengawas tersebut, kreditur atau
pihak ketiga yang mengajukan permohonan kepada Hakim Pengawas atau kurator
dapat mengajukan perlawanan kepada Pengadilan Niaga dalam jangka waktu paling
lambat 5 hari sejak putusan ditetapkan. Pengadilan Niaga wajib memutuskan
perlawanan tersebut dalam jangka waktu paling lambat 10 hari sejak tanggal
perlawanan tersebut diajukan. Terhadap putusan yang dimaksud ini tidak dapat
diajukan kasasi atau peninjauan kembali.

B. Prosedur dan Tata Cara Pelaksanaan Eksekusi Benda Jaminan Yang Telah
Diikat Dengan Hak Tanggungan Pada Debitur Pailit Berdasarkan UndangUndang No. 37 Tahun 2004
Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian atas kekayaan
debitur diantara para kreditur oleh Kurator.106 Kepailitan dimaksudkan untuk

106

Mosgan Situmorang, “Tinjauan atas Undang-Undang No. 4 Tahun 1998 tentang Penetapan
Perpu No. 1 Tahun 1998 menjadi Undang-Undang”. Majalah Hukum Nasional, No.1 Tahun 1999 hal
163

Universitas Sumatera Utara

66

menghindari

sitaan

terpisah

atau

eksekusi

terpisah

oleh

kreditur

dan

menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur
dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing.107
Menurut Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang KPKPU dinyatakan
bahwa putusan pailit dengan serta merta akan mengakibatkan debitur yang
dinyatakan pailit kehilangan segala hak perdata untuk menguasai dan mengurus harta
kekayaan yang telah dimasukkan kedalam harta pailit. Pembekuan harta perdata ini
diberlakukan oleh ketentuan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 37 Tahun2004
KPKPU, terhitung sejak saat keputusan pernyataan pailit diucapkan. Hal ini juga
berlaku bagi pasangan suami istri dan debitur pailit yang kawin dalam persatuan harta
kekayaan.108
Pada prinsipnya, sebagai konsekuensi dari ketentuan Pasal 22 tersebut, maka
setiap perikatan antara debitur yang dinyatakan pailit dengan pihak ketiga yang
dilakukan sesudah pernyataan pailit tidak dapat dibayar dari harta pailit, kecuali
perikatan-perikatan tersebut mendatangkan keuntungan bagi harta kekayaan itu. Oleh
karena itu maka gugatan-gugatan yang diajukan dengan tujuan untuk memperoleh
pemenuhan perikatan dari harta pailit, selama dalam kepailitan, yang secara langsung
diajukan kepada debitur pailit, hanya dapat diajukan dalam bentuk laporan untuk
pencocokan di dalam rapat verifikasi.

107
108

Titik Tejaningsih, op.cit., hal 96.
Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya, 2010, Kepailitan, Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal

87.

Universitas Sumatera Utara

67

Sejak tanggal putusan pailit ditetapkan harta pailit seketika itu berada di
bawah penguasaan kurator untuk dilakukan pengurusan dan pemberesan,109 yang
dapat bertindak sebagai kurator bukan saja Badan Harta Peninggalan (BHP), tetapi
juga Expert Partikulir atau pihak swasta yang sekarang mengambil oper peranan
sebagai Kurator itu.110
Dengan adanya kurator yang telah diputus oleh putusan Pengadilan
menyebabkan debitur di bawah pengampun kurator, berarti debitur menjadi tidak
cakap lagi untuk melakukan perbuatan hukum terhadap harta kekayaan. Akibatnya
debitur tidak dapat menjual, menghibahkan atau menjaminkan harta kekayaannya,
karena seluruh harta kekayaannya telah berada dalam sitaan umum. Akibat hukum
dari pernyataan pailit terhadap harta debitur yang menyebabkan harta debitur menjadi
sitaan umum ini, berlaku demi hukum: Sitaan-sitaan yang lain jika ada harus
dianggap gugur karena hukum. Sitaan umum tersebut berlaku terhadap seluruh
kekayaan debitur, meliputi;
1.

Kekayaan yang sudah ada pada saat pernyataan pailit ditetapkan dan

2.

Kekayaan yang akan diperoleh oleh debitur selama kepailitan tersebut.

109

Pasal 16 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang kepalitan dan penundaan keajiban
pembayaran utang menyebutkan Kurator berwenang melaksanakan tugas pengurusan dan/atau
pemberesan atas harta pailit sejak tanggal putusan pailit diucapkan meskipun terhadap putusan tersebut
diajukan kasasi atau peninjauan kembali.
(2) Dalam hal putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat adanya kasasi atau peninjauan
kembali,segala perbuatan yang telah dilakukan oleh Kurator sebelum atau pada tanggal Kurator
menerima pemberitahuan tentang putusan pembatalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 tetap sah
danmengikat Debitor.
110
Arya Suriadi, 2011, Kepailitan di Negeri Pailit, Imtermasa, Jakarta, hal 53.

Universitas Sumatera Utara

68

Proses pengaturan hukum khususnya tindakan eksekusi benda jaminan setelah
debitur dinyatakan pailit adalah; pengamanan dan penyegelan harta pailit oleh
Kurator, proses pencocokan piutang dan kegiatan verifikasi lainnya, penawaran
damai terhadap kreditur, penyelesaian dan pembagian hasil eksekusi harta pailit oleh
kurator.
Sejak dinyatakan pailit, maka pengurusan harta debitur diserahkan kepada
kurator, karena debitur dianggap tidak cakap mengelola hartanya, dan tugas pertama
yang dilakukan adalah atas kuasa Hakim Pengawas kurator akan mengamankan harta
debitur.111
“Sejak Pengangkatannya, Kurator harus melaksanakan semua upaya untuk
mengamankan harta pailit dan menyimpan semua surat, dokumen, uang,
perhiasan, efek dan surat berharga lainnya dengan memberikan tanda
terima.”Mengamankan harta pailit dapat dilakukan dengan berbagai upaya
termasuk menyimpan semua surat-surat berharga (efek) dan dokumen, uang,
dan perhiasan lainnya, dan disahkan dengan memberikan tanda bukti terima.
Selanjutnnya dengan alasan untuk keamanan harta pailit, Kurator melalui
hakim pengawas, dapat meminta melakukan penyegelan terhadap harta
debitur kepada Pengadilan yang dilakukan oleh juru sita di tempat harta
tersebut berada dengan dihadiri oleh 2 (dua) orang saksi yang salah satunya
adalah wakil dari pemerintah setempat.112
Sebelum melakukan penyegelan terhadap harta pailit, maka pencatatan harta
pailit itu harus sudah jelas semuanya, untuk itu Kurator sebelumnya sudah membuat
pencatatan harta pailit, sehingga semua pencatatan yang dilakukan Kurator di
lapangan harus dimasukkan semuanya dalam pencatatatan harta pailit, dan dapat
111

Pasal 98 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan penundaan kewajiban
pembayaran utang menyebutkan sejak mulai pengangkatannya, Kurator harus melaksanakan semua
upaya untuk mengamankan harta pailit danmenyimpan semua surat, dokumen, uang, perhiasan, efek,
dan surat berharga lainnya dengan memberikantanda terima.
112
Pasal 99 ayat 1 dan 2 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Universitas Sumatera Utara

69

melakukannya dibawah tangan atas persetujuan hakim pengawas. Untuk sementara
pembuatan pencatatan harta pailit oleh Kurator, dari pihak kreditur dihadiri oleh
anggota panitia kreditur.113
Namun guna mengakhiri suatu perkara yang sedang berjalan atau mencegah
timbulnya suatu perkara dikemudian hari, Kurator dengan meminta saran dari panitia
kreditur sementara dan seizin hakim pengawas berwenang mengadakan perdamaian
terhadap para pihak yang sedang bersengketa dalam hal ini pihak kreditur dan
debitur. Sebagai tindak lanjut setelah putusan pernyataan palit dan pencatatan harta
pailit oleh Kurator, hakim pengawas akan menetapkan paling lambat 14 (empat belas)
hari sebagai batas akhir dari pengajuan tagihan oleh para kreditur, verifikasi pajak
dan penentuan hari, tanggal, waktu dan tempat rapat kreditur untuk melakukan proses
pencocokan piutang.114
Dalam proses pencocokan tersebut, semua kreditur wajib menyerahkan semua
piutangnya kepada kurator lengkap dengan perhitungan, keterangan, dan surat bukti
lainnya termasuk jumlah piutangnya dengan pihak kreditur berhak menerima tanda
terima dari Kurator.115
Dalam hal pelunasan piutang, kemungkinan sebagai piutang kreditur tidak
dapat dilunasi dari hasil penjualan benda yang menjadi agunan. Dalam hal itu kreditur
dapat meminta diberikannya hak-hak yang dimiliki kreditur konkuren atas bagian
113

Pasal 100 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
114
Pasal 113 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.
115
Pasal 115 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang.

Universitas Sumatera Utara

70

piutang tersebut, tanpa mengurangi hak untuk didahulukan atas benda yang menjadi
agunan
Ini berarti untuk kreditur pemegang hak jaminan yang mempunyai hak
didahulukan dalam pembayaran piutang, masih mempunyai hak-hak lain yang
dimiliki kreditur lain, apabila hasil penjualan harta pailit belum mencukupi untuk
melunasi piutang keseluruhannya.
Pada prakteknya dalam suatu kasus kepailitan yang telah mendapat putusan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap yang diteliti lebih lanjut sebagaimana
diuraikan berikut ini:
Kasus Putusan Pailit PT. Aneka Surya Agung, Putusan Pengadilan Niaga
Medan

yang telah

memeriksa dan

mengadili perkara permohonan pailit

No.02/Pailit/2005/PN Niaga/Mdn.
Adapun pokok permasalahannya adalah PT. Aneka Surya Agung, suatu
Perseroan Terbatas yang bergerak di bidang industri sandal yang didirikan menurut
dan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Republik Indonesia
yang berlokasi di Jalan Kebun Sayur Dusun VII No.54/9 Km 18,5 Tanjung Morawa
B, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang telah dinyatakan pailit
berdasarkan Putusan Perkara No.02/Pailit/2005/PN Niaga/Mdn.
Dalam kasus ini pemohon pailit adalah Kejaksaan Negeri Lubuk Pakam
selaku Pemohon demi kepentingan umum melakukan permohonan pailit untuk PT.
Aneka Surya Agung sebagai Termohon disebabkan Perusahaan tersebut

tidak

Universitas Sumatera Utara

71

mampu lagi menjalankan usahanya dan memenuhi kewajibannya pada krediturkrediturnya.
PT. Aneka Surya Agung sebagai termohon mempunyai kewajiban yang belum
dibayar lunas kepada para Panitia Penyelesaian Perselisihan Buruh Pusat (P-4P)
untuk membayar hak-hak normatif para pekerja yang sudah diputuskan oleh P-4P
tanggal 30 Mei 2005 sebesar Rp. 5,515,570,204,-, PT. Jamsostek Cabang Tanjung
Morawa bulan April sampai dengan Februari 2005 sebesar Rp. 425,567,831,86,-, PT.
PLN Cabang Lubuk Pakam sejak bulan Maret 2004 sampai dengan bulan Agustus
2004 sebesar Rp. 318,150,584,-, PT. Telkom Kandatel Medan sebesar Rp. 5,997,160
dan PT. BNI sebesar Rp. 8,994,595,808,-.
Pada kenyataannya PT. Aneka Surya Agung telah tidak dapat lagi
menjalankan usahanya dan untuk menghindari pembayaran terhadap tagihan atau
kewajiban maka Direktur atau seluruh pengurus PT. Aneka Surya Agung berdasarkan
surat dari Kepala Kepolisian Resort Deli Serdang No. B-1070/IV/2005 tanggal 19
April 2005, telah masuk dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) yang berarti tidak
diketahui keberadaannya (melarikan diri).
Kreditur dari PT. Aneka Surya Agung antara lain terdiri dari. PT. PLN, PT.
Telkom, PT. Jamsostek dan PT. Bank Negara Indonesia adalah Badan Usaha Milik
Negara sedangkan kreditur yang lain yaitu para pekerja/buruh dan mantan buruh yang
telah diberhentikan. Debitur maupun kreditur-krediturnya tidak ada satupun yang
mengajukan pernyataan pailit kepada PT. Aneka Surya Agung, oleh karena itu agar
permasalahan tidak berlarut-larut dan Termohon dikhawatirkan mempunyai itikad

Universitas Sumatera Utara

72

tidak baik untuk menghidar atau melepaskan tanggung jawab dari kewajibannya dan
dapat mengganggu kepentingan umum, maupun para buruh yang tergabung dalam
Serikat Pekerja Nasional (SPN) akan main hakim sendiri dan berunjuk rasa,
mengambil aset dan merusak aset termohon, maka dengan ini Kejaksaan Negeri
Lubuk Pakam sebagai Permohon meskipun tidak berkedudukan sebagai kreditur, juga
berwenang demi kepentingan umum mengajukan permohonan pailit kepada PT.
Aneka Surya Agung sepanjang jika tidak ada pihak lain yang mengajukan
permohonan pailit (Pasal 2 ayat (2) UUK PKPU).116 Keadaan-keadaan yang
memungkinkan Kejaksaan untuk mengajukan permohonan pailit demi kepentingan
umum adalah:
1. Debitur melarikan diri
2. Debitur menggelapkan bagian dari harta kekayaan
3. Debitur mempunyai utang kepada Badan Usaha Milik Negara atau badan usaha
lain yang menghimpun dana masyarakat;
4. Debitur tidak beritikad baik atau kooperatif dalam menyelesaikan masalah hutang
piutang yang telah jatuh waktu;
5. Dalam hal lainnya menurut Kejaksaan merupakan kepentingan umum;
Tata cara pihak Kejaksaan untuk mengajukan permohonan pailit adalah sama
dengan permohonan pailit yang diajukan oleh Debitur atau Kreditur dengan ketentuan
bahwa permohonan pailit dapat diajukan oleh Kejaksaaan tanpa menggunakan jasa
advokat. Disamping itu untuk memperjelas mekanisme kewenangan kejaksaan untuk
mengajukan permohonan pailit telah diatur berdasarkan ketentuan Peraturan

116

Pasal 2 ayat 2 UU No. 37 Tahun 2004 menyebutkan pihak Kejaksaan dapat mengajukan
permohonan pailit untuk kepentingsn umum

Universitas Sumatera Utara

73

Pemerintah Republik Indonesia No. 17 Tahun 2000 tentang Permohonana Pernyataan
Pailit untuk Kepentingan Umum.
Atas permohonan pailit tersebut maka Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Medan telah menyatakan:
1.

Mengabulkan permohonan Pemohon untuk sebagian;

2.

PT. Aneka Surya Agung pailit dengan segala akibat hukumnya;

3.

Menunjuk Balai Harta Peninggalan Medan sebagai Kurator dalam Kepailitan PT.
Aneka Surya Agung;

4.

Menunjuk dan mengangkat Hakim Niaga Pengadilan Niaga pada Pengadilan
Negeri Medan sebagai Hakim Pengawas;

5.

Membebankan biaya permohonan pailit kepada PT. Aneka Surya Agung;

6.

Menolak permohonan Pemohon untuk selain dan selebihnya;

7.

Berdasarkan putusan pailit PT. Aneka Surya Agung berdasarkan Pasal UndangUndang No. 37 Tahun 2004 maka atas izin Hakim Pengawas, Kurator melakukan
proses pengurusan sebagai berikut:117

8.

Mengiklankan tentang kepailitan PT. Aneka Surya Agung dalam 2 (dua) surat
kabar dan Berita Negara RI (Pasal 15 ayat 4 UU No.37/2004) yaitu pada Harian
Analisa terbitan Jum’at, 30 Desember 2005 halaman 12, Harian Media Indonesia
terbitan Jum’at, 30 Desember 2005 halaman 14;

117
Pasal 9 Undang- Undang No. 37 Tahun 2004 menyebutkan salinan putusan Pengadilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (6) wajib disampaikan oleh juru sita dengan surat kilat
tercatat kepada Debitur, pihak yang mengajukan permohonan pernyataan pailit, Kurator, dan Hakim
Pengawas paling lambat 3 (tiga) hari setelah tanggal putusan atas permohonan pernyataan pailit
diucapkan.

Universitas Sumatera Utara

74

9.

Melakukan penyegelan terhadap harta kekayaan (asset) pailit (Pasal 98, 99 ayat
(1) dan (2) UU No. 37/2004)

10. Melakukan inventarisasi /pencatatan harta kekayaan pailit (Pasal 100 UU No.
37/2004) yang dilakukan pada tanggal 30 Desember 2005.
Berdasarkan pengumuman yang telah dimuat di surat kabar dan Berita
Negara, maka dibuka pendaftaran kreditur yang akhirnya terdaftar sebanyak 8
(delapan) kreditur yaitu PT. Bank Negara Indonesia 1946, Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) mewakili ex buruh PT. Aneka Surya Agung, PT. PLN (Persero) Cabang
Lubuk Pakam, PT. Lautan Luas Tbk. Tanjung Morawa, UD. Tirta Daya Medan, Budi
Sumarlin, SE dan Tuan Juswan Leo.
Selanjutnya Kurator melakukan rapat kreditur pertama (Pasal 86 ayat (1) UU
No. 37/2004) pada hari Kamis, 19 Januari 2006 bertempat di Kantor Balai Harta
Peninggalan Medan, Jalan Listrik No. 10 Medan yang dipimpin oleh Hakim
Pengawas dan dihadiri oleh seluruh kreditur dan kuasa hukumnya. Untuk menindak
lanjuti hasil Rapat Kreditur Pertama, maka Kurator atas izin Hakim Pengawas
melakukan Rapat Kreditur kedua pada hari Kamis, tanggal 2 Februari 2006, pukul
10:00 WIB bertempat di Kantor Balai Harta Peninggalan, Jalan Listrik No. 10 Medan
yang dipimpin oleh Kurator karena Hakim Pengawas berhalangan.
Sambil menunggu proses rapat verifikasi, Kurator juga mengirimkan
permohonan kepada instansi-instansi yang ditentukan berdasarkan Keputusan Menteri
Kehakiman RI No. M.28-PR.09.02 Tahun 1989 tanggal 24 Juli 1989 tentang Panitia

Universitas Sumatera Utara

75

Penaksir dan Penentuan Harga atas harta kekayaan yang pemiliknya dinyatakan pailit
berupa bangunan/ rumah atau tanah.118
Pada saat itu, Balai Harta Peninggalan mengalami hambatan dalam
pengurusan khususnya mengenai juru taksir terhadap asset kekayaan berupa tanah
yang berada di Jalan Kebun Sayur Dusun VII No. 54/9 Km 18,5 Tanjung Morawa B
Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara, disebabkan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Deli Serdang keberatan untuk
dimasukkan ke dalam Panitia Penaksir harga atas asset Pailit dengan alasan ketentuan
menjadi Juru Taksir atas tanah tidak ada dalam uraian tugas mereka.
Pada tanggal 27 Februari 2006, atas izin dari Hakim Pengawas, Kurator telah
melaksanakan rapat verifikasi di Ruang Pengadilan Niaga/Negeri dengan dihadiri 5
(lima) orang kreditur beserta kuasa hukumnya

dan Kurator namun belum final

karena debitur dan kuasa hukumnya tidak hadir dan ditunda sampai Kurator dapat
menghadirkan debitur dan kuasa hukumnya.
Kemudian pada hari Rabu tanggal 5 April 2006, kembali dilakukan rapat
verifikasi yang dihadiri oleh 7 (tujuh) kreditur dan 1 (satu) kreditur (UD Tirta Daya
tidak hadir karena berhalangan. Rapat verifikasi III ini juga dihadiri oleh Hakim
Pengawas dan Balai Harta Peninggalan (BHP) selaku kurator yang agenda dari rapat

118

Pasal 1 ayat 2 Keputusan Menteri Kehakiman RI menyebutkan bahwa panitia yang
dimaksud terdiri dari unsur-unsur Panitera Pengadilan Negeri, Balai Harta Peninggalan, Jawatan
Gedung-gedung negeri (sepanjang penaksiran mengenai bangunan/rumah) dan Badan Pertanahan
Nasional (sepanjang penaksiran mengenai tanah).

Universitas Sumatera Utara

76

tersebut adalah pencocokan hutang berdasarkan bukti-bukti yang dimiliki oleh
masing-masing kreditur.
Rapat verifikasi IV (terakhir) dilakukan pada hari Rabu, tanggal 12 April
2006 dengan agenda rapat pencocokan bukti tagihan dari kreditur sebagai berikut:-119
Tabel 1 Kreditur-Kreditur PT. Aneka Surya Agung
NO.
URUT

NAMA & ALAMAT
KREDITUR

JUMLAH
TAGIHAN
DALAM RUPIAH

PT. Bank Negara Indonesia
8,994,595,808,1946 (Persero)
Pesangon dan Hak-hak lainnya
buruh PT. Aneka Surya Agung
sebanyak 420 orang,
2.
berdasarkan Putusan
7,323,042,992,Penyelesaian Perburuhan Pusat
No.843/192/24-9/II/PHK/52005 tanggal 30 Mei 2005
PT. PLN (Persero) wilayah
3.
Sumatera Utara cabang Lubuk
281,949,394,Pakam
PT. Lautan Luas Tbk – Jalan
Pelita Raya I Blok F No. 5
20,141,800,4.
Kawasan Industri Medan Star
KM 19,2 Tg. Morawa
Budi Sumarlin SE, melalui
5.
kuasa hukumnya Johanes Daeli
7,700,000,SH
UD. Naga Mas, Jln. Irian
5,679,800,6.
No.103 Tg. Morawa
Sumber: Bagian verifikasi data PT. Aneka Surya Agung
1.

KETERANGAN
Preferent
(separatis)

Preferent
(separatis)

Konkurent

Konkurent

Konkurent
Konkurent

Total tagihan kreditu adalah sebesar Rp. 16,633,109,794,- (enam belas milyar
enam ratus tiga puluh tiga juta seratus sembilan ribu tujuh ratus sembilan puluh empat
Rupiah), sedangkan 2 (dua) kreditur lainnya, UD.Tirta Daya dengan tagihan sebesar
119

Kreditur – kreditur PT. Aneka Surya Agung.

Universitas Sumatera Utara

77

Rp. 885,000,- dan Juswan Leo sebesar Rp. 382,260,000,- ditolak tagihannya
disebabkan tidak pernah hadir dalam rapat verifikasi dan bukti-bukti tagihannya
diragukan kebenarannya. Untuk penolakan tersebut, Kurator meminta kreditur untuk
melakukan gugatan langsung kepada PT. Aneka Surya Agung di luar harta kepailitan.
Hasil rapat verifikasi tersebut, maka berdasarkan Pasal 178 ayat (1) UU No.
37/2004, Kurator melakukan penjualan terhadap asset kekayaan PT. Aneka Surya
Agung, sedangkan terhadap kekayaan debitur pailit yang dibebani oleh Hak
Tanggungan, maka berdasarkan Pasal 59 ayat (1) UU No. 37/2004, kreditur separatis
setelah masa penangguhan selama 90 (sembilan puluh) hari dapat melakukan sendiri
penjualan objek jaminan yang dibebankan oleh Hak Tanggungan dalam jangka waktu
2 (dua) bulan.120
Namun dalam kasus ini, kreditur pemegang hak tanggungan tidak dapat
menjual sendiri hak jaminan yang dibebani hak tanggungan sesuai dengan jangka
waktu yang ditetapkan oleh UU KPKPU, oleh karena itu, kreditur pemegang hak
tanggungan wajib menyerahkan agunannya kepada Kurator untuk selanjutnya dijual

120

Pasal 59 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang kepailitan dan
penundaan kewajiban pembayaran utang menyebutkan bahwa (1) dengan tetap memperhatikan
ketentuan Pasal 56, Pasal 57, dan Pasal 58, Kreditor pemegang hak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 55 ayat (1) harus melaksanakan haknya tersebut dalam jangka waktu paling lambat 2 (dua) bulan
setelah dimulainya keadaan insolvensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 178 ayat (1).
(2) Setelah lewat jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Kurator harus menuntut
diserahkannya benda yang menjadi agunan untuk selanjutnya dijual sesuai dengan cara sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 185, tanpa mengurangi hak Kreditur pemegang hak tersebut atas hasil penjualan
agunan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

78

sesuai dengan ketentuan Pasal 185 UUKPKPU121 tanpa mengurangi hak kereditur
pemegang hak tanggungan tersebut.
Dalam kasus PT. Aneka Surya Agung, PT. BNI 1946 (Persero) cabang Medan
sebagai kreditur separatis telah tidak dapat menjual hak agunan selama jangka yang
telah ditetapkan oleh Undang – Undang. Oleh karena PT. BNI 1946 (Persero)
menyerahkan objek hak jaminan yang telah diikat oleh hak tanggungan untuk
dilakukan penjualan oleh Kurator dengan izin Hakim Pengawas.
Dalam kepailitan PT. Aneka Surya Agung, tim Kurator melaporkan kepada
Hakim Pengawas telah melakukan lelang atas harta debitur pailit termasuk dengan
objek jaminan yang diikat oleh Hak Tanggungan tersebut sebanyak 2 (dua) kali
sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 yaitu
pada tanggal 20 Juli 2006 dan pada tanggal 02 Nopember 2006, maka guna
memaksimalkan harta atau boedel pailit, Tim Kurator telah berhasil menjual di bawah
tangan harta debitur pailit berdasarkan pencatatan/inventarisasi pada tanggal 30
Desember 2005 berupa:122

121
Pasal 185 Undang – Undang No. 37 Tahun 2004 menyebutkan (1) semua benda harus
dijual di muka umum sesuai dengan tata cara yang ditentukan dalam peraturanperundang-undangan.(2)
Dalam hal penjualan di muka umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai maka
penjualandi bawah tangan dapat dilakukan dengan izin Hakim Pengawas.(3) Semua benda yang tidak
segera atau sama sekali tidak dapat dibereskan maka Kurator yangmemutuskan tindakan yang harus
dilakukan terhadap benda tersebut dengan izin Hakim Pengawas.(4) Kurator berkewajiban membayar
piutang Kreditor yang mempunyai hak untuk menahan suatu benda sehingga benda itu masuk kembali
dan menguntungkan harta pailit.
122
Daftar penjualan di bawah tangan harta debitur pailit oleh Kurator dalam kepailitan PT.
Aneka Surya Agung

Universitas Sumatera Utara

79

Barang tetap
Tanah dan bangunan pabrik yang terletak di Jalan Industri Desa Tanjung Morawaa B,
Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara,tanah dan
bangunan unit I dengan luas bangunan 7,924 M2 dan unit II, 4,811 M2 serta tanah
dan bangunan rumah yang terletak di Komplek Putri Hijau Blok D No. 51 Kelurahan
Silalas Kecamatan Medan Barat, Kota Medan luas tanah 161 M2, semua bersertifikat.
Barang bergerak
Terdiri dari mesin-mesin pabrik dan barang-barang inventaris kantor seperti meja,
kursi, filling cabinet, mesin jahit, dan lain-lain.
Hasil lelang yang telah dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali yang dilakukan
oleh Kantor Pelayanan Piutang dan Lelang Negara (KP2LN) telah terjual pada lelang
I tanggal 20 Juli 2006 adalah tanah dan bangunan rumah yang terletak di Komplek
Putri Hijau Blok D No. 51 Kelurahan Silalas Kecamatan Medan Baru Kota Medan
dan aset lain tidak berhasil terjual dan pada lelang II pada tanggal 2 Nopember 2006
yang berhasil dilelang adalah semua barang-barang bergerak, yaitu mesin-mesin dan
barang-barang inventaris kantor lainnya. Seluruh hasil penjualan (lelang) berdasarkan
persetujuan Hakim Pengawas telah dibayarkan kepada para kreditur-kreditur pailit
dan biaya-biaya pengurusan Kurator sesuai dengan ketentuan Undang-Undang. Oleh
karena itu, untuk harta/boedel pailit yang belum terjual dan Kurator mengkawatirkan
keadaan dan kondisi aset makin tua dan megurangi nilai aset, maka Kurator
mengajukan permohonan untuk melakukan penjualan di bawah tangan sesuai dengan
ketentuan Pasal 185 ayat (2) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 atas aset pailit yang

Universitas Sumatera Utara

80

belum terjual dapat dilakukan penjualan di bawah tangan dengan persetujuan Hakim
Pengawas. Dan total pembayaran atas aset yang dijual di bawah tangan adalah
sebesar Rp. 2,350,000,000,- (dua milyar tiga ratus lima puluh juta Rupiah) dengan
total penjualan aset pailit sebesar Rp. 4,070,982,000,-.
Segera setelah dilakukan penjualan aset diterima, maka Kurator membuat
laporan pertanggung jawaban penerimaan dan pengeluaran keuangan pengurusan dan
penyelesaian kepailitan PT. Aneka Surya Agung. Dari hasil penjualan asset pailit
setelah dipotong dengan pengeluaran yang terjadi dalam pengurusan dan pemberesan
pengurusan harta/boedel pailit maka pembagian kreditur yang diakui adalah sebagai
berikut:
1. PT. BNI 1946 (Persero) Cabang Medan

Rp. 1,691,512,773.50,-

2. Mantan Buruh PT. Aneka Surya Agung

Rp. 1,549,702,304.50,-

3. PT. PLN (Persero) Wilayah Sumut

Rp, 100,000,000,-

4. PT. Lautan Tbk Kimstar Tg. Morawa

Rp.

9,000,000,-

5. Budi Sumarlin, SE

Rp.

3,600,000,-

6. UD. Naga Mas Tanjung Morawa

Rp.

1,000,000,-

Berdasarkan daftar pembagian di atas dapat diketahui bahwa kreditur separatis
telah memperoleh bagian yang jumlahnya sangat jauh dari jumlah tagihan karena
dikurangi dengan tagihan buruh. Tambahan lagi, kreditur dari debitur pailit tidak
hanya satu, namun terdapat beberapa kreditur lain yang ada setelah dilakukan

Universitas Sumatera Utara

81

pengumuman kepailitan pada 2 (dua) surat kabar dan Berita Negara RI, dan setelah
dilakukan dalam rapat verifikasi.123
Yang menjadi pertanyaan adalah apakah dapat dijamin bahwa obyek hak
tanggungan yang telah dibebaskan dan ada pada penguasaan kurator menjadi lebih
tinggi saat dijual oleh kurator?Perhitungan kurator dalam melaksanakan Pasal 59 ayat
(3) Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang KPKPU dilakukan secara ekstra
hati-hati, karena di lain pihak kesalahan Kurator akan dapat merugikan kreditur
pemegang hak tanggungan.Di lain pihak Kurator harus dapat menjual lagi (saat
pemberesan) dengan harga yang tidak boleh kurang dari harga yang telah dibayar
kepada kreditur pemegang hak tanggungan, konsekuensinya dapat saja terjadi
penjualan akan dapat merugikan kreditur konkuren.
Setelah berbagai upaya yang dilakukan oleh Kurator seperti upaya perdamaian
yang diajukan kepada para pihak tidak diterima atau disetujui dan upaya-upaya
lainnya untuk menghindari adanya sengketa di belakang hari, maka Kurator atau
kreditur yang hadir dalam rapat pencocokan piutang dapat mengusulkan supaya
perusahaan debitur pailit dilanjutkan. Pasal 178 Pasal (1) Undang-Undang KPKPU;
“Jika dalam rapat pencocokan piutang tidak ditawarkan rencana perdamaian, rencana
perdamaian yang ditawarkan tidak diterima, atau pengesahan perdamaian ditolak
berdasarkan putusan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, demi hukum
harta pailit berada dalam keadaan insolven.”

123

Dalam hal ini rapat verifikasi PT. Aneka Surya Agung.

Universitas Sumatera Utara

82

Dari penjelasan diatas, dapat ditarik tali benang merah bahwa, apabila debitur
cidera janji (wanprestasi) atau pailit, maka menurut Undang-Undang No. 4 Tahun
1996 tentang Hak Tanggungan, kreditur pemegang hak tanggungan mempunyai hak
untuk melaksanakan eksekusi obyek hak tanggungan untuk pemenuhan piutangnya
kepada debiturnya, sesuai dengan ciri dari pada hak tanggungan itu sendiri yaitu
selalu mengikuti kemanapun obyek hak tanggungan itu berada, yang artinya bahwa
kreditur pemegang hak tanggungan berhak mengeksekusi obyek hak tanggungan
walaupun berada dalam penguasaan Kurator seolah-olah tidak terjadi kepailitan
dengan berdasarkan kekuatan eksekutorial sertifikat hak tanggungan yang
kekuatannya sama dengan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.
Pembagian hasil eksekusi harta/boedel pailit, tidak serta merta membuat
keadaan atau posisi hukum debitur bebas dari segala tuntutan. Apabila ternyata masih
terdapat bagian harta pailit, yang sewaktu diadakan pemberesan tidak diketahui maka
atas perintah pengadilan, Kurator membereskan dan membaginya berdasarkan
daftarpembagian yang terdahulu. Selanjutnya kreditur memperoleh kembali hak
eksekusi terhadap harta debitur mengenai piutang mereka yang belum dibayar.
Didalam

proses

kepailitan

PT.

Krene

berdasarkan

Putusan

No.

04/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby yang telah memperoleh hukum tetap, pemohon maupun
termohon tidak mengajukan upaya hukum yang tersedia, karena putusan tersebut
telah mempunyai hukum tetap. Selanjutnya sesuai dengan penetapan hakim pengawas
No. 04/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby tentang persetujuan penetapan daftar pembagian
untuk para kreditur PT. Krene (dalam pailit), nampak bahwa total pemasukan dari

Universitas Sumatera Utara

83

penjualan stok barang jadi, stok bahan baku, mesin-mesin jahit dan peralatan, tanah
dan bangunan adalah sebesar Rp 5.836.900.000 (lima milyar delapan ratus tiga puluh
enam juta Sembilan ratus ribu rupiah), setelah dikurangi pajak-pajak, fee kurator dan
biaya kepailitan, kreditur speratis mendapatkan Rp 2.012.478.076 (dua milyar dua
belas juta empat ratus tujuh puluh delapan ribu tujuh puluh enam rupiah), dari jumlah
tagihan Rp 4.393.711.541,76 (empat milyar tiga ratus Sembilan puluh tiga juta tujuh
ratus sebelas ribu lima ratus empat puluh satu koma tujuh puluh enam sen); dan buruh
mendapatkan bagian Rp 2.012.478.076 (dua milyar dua belas juta empat ratus tujuh
puluh delapan ribu tujuh puluh enam rupiah) dan total tagihan Rp 5.555.830.379
(lima milyar lima ratus lima puluh lima juta delapan ratus tiga puluh ribu tiga ratus
tujuh puluh sembilan rupiah).
Berdasarkan daftar pembagian di atas dapat diketahui bahwa kreditor separatis
telah memperoleh bagian yang jumlahnya sangat jauh dari jumlah tagihan karena
dikurangi dengan tagihan buruh.
Selanjutnya karena terhadap penetapan pembagian tersebut dalam tenggang
waktu untuk yang telah dtentukan oleh undang-undang tidak ada keberatan dari pihak
manapun juga, maka daftar pembagian tersebut mengikat dan berkekuatan hukum
tetap.
PT. Krene adalah sebuah Perseroan Terbatas yang didirikan menurut hukum
Republik Indonesia, yang berkedudukan hukum di Gresik Indonesia dan beralamat di
Jl. Tri Dharma Kav. C-1 Kompleks Industri Gresik (Debitur Pailit). Dalam
putusannya Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Surabaya. PT. Kerene

Universitas Sumatera Utara

84

dinyatakan pailit dengan segala akibat hukumnya melalui Putusan Perkara No.
04/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby, yang amar putusannya menyatakan bahwa termohon
yang telah dipanggil dengan patut untuk datang menghadap di persidangan, tidak
hadir; mengabulkan permohonan pemohon untuk seluruhnya dengan verstek;
menyatakan PT. Krene pailit dengan segala akibat hukumnya; mengangkat saudara
Mulyanto, Hakim Majelis Pengadilan Negeri/Niaga Surabaya sebagai hakim
pengawas; mengangkat saudara Soedeso di Paza Segi 8 Kav. 861. Jl. Tandra yang
berkantor di Kantor Kurator dan pengurus Tandra & Partners di Paza Segi 8 Kav. 861
Jalan Raya Darmo Permai III Surabaya sebagai kurator; menghukum termohon untuk
memayar biaya perkara ini sebesar Rp 4.617.000 (empat juta enam ratus tujuh belas
ribu rupiah).
Berdasarkan daftar tagihan yang ada disamping memiliki kreditur preferen
yaitu karyawan dengan jumlah tagihan Rp 2.817.885.241 (dua milyar delapan ratus
tujuh belas juta delapan ratus delapan puluh lima ribu dua ratus empat pulu satu
rupiah). Disampaing itu PT Krene juga memiliki kreditur separatis yaitu PT Bank
Niaga Tbk/CIMB Niaga, yang beralamat di Jl. Panglima Sudirman No. 121 Surabaya
yang mempunyai tagihan/piutang sebesar Rp 3.000.000.000 (tiga milyar rupiah) dan
juga ada kreditur konkuren lainnya yaitu katering Sari Asih sebesar Rp 13.448.400
(tiga belas juta empat ratus empat puluh delapan ribu empat ratus rupiah), dan
katering UD Ika Jaya sebesar Rp 10.964.000 (sepuluh juta sembilan ratus enam puluh
empat ribu rupiah).

Universitas Sumatera Utara

85

Dalam proses kepailitan PT Krene tim kurator melaporkan kepada hakim
pengawas bahwa;
a.

Tim kurator telah berhasil menjual secara lelang harta pailit debitur, berupa stock
barang jadi dan stock bahan baku pada tanggal 2 November 2009 dengan harga
Rp 310.000.000 (tiga ratus sepuluh juta rupiah) dan setelah dikurangi bea lelang
penjual sebesar 1% maka total lelang uang yang diterima oleh kurator dari kantor
pelayanan kekayaan negara dan lelang Surabaya adalah sebesar Rp 306.900.000
(tiga ratus enam juta sembilan ratus ribu rupiah);

b.

Setelah melaksanakan penjualan secara lelang sebanyak 2 (dua) kali sesuai
dengan Pasal 185 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang pelaksanaan lelangnya
sebanyak 2 (dua) kali tersebut tidak ada peminat, maka guna memaksimalkna
harta/boedel pailit dengan menghindari pengeluaran biaya lelang kurator telah
berhasil menjual di bawah tangan harta debitor pailit, berupa mesin-mesin jahit
dan peralatan dengan harga sebesar Rp 280.000.000 (dua ratus delapan puluh juta
rupiah);

c.

Kurator telah melaksanakan penjualan secara lelang sebanyak 2 (dua) kali sesuai
dengan Pasal 185 ayat 1 Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang kepailitan
dan penundaan kewajiban pembayaran utang yang mana pelaksanaan lelang
sebanyak 2 (dua) kali tersebuut tidak ada peminat, maka guna memaksimalkan
harta/boedel pailit dengan menghindari pengeluaran biaya lelang pada hari
Selasa, tanggal 1 Juni 2010, telah diadakan rapat kurator, dengan dihadiri seluruh

Universitas Sumatera Utara

86

kreditur PT Krene (dalam pailit) kecuali dari pihak Bank CIMB Niaga dan dalam
rapat kreditur tersebut telah disepakati dengan suara bulat (seluruh kreditur
setuju) untuk dilakukan penjualan di bawah tangan oleh kurator harta debitur
pailit dan kurator telah berhasil menjual di bawah tangan harta debitur pailit
sesuai dengan yang telah disepakati dalam rapat kreditur, berupa: “tanah berikut
segala sesuatu yang melekat di atasnya tersebut dalam SHGB No. 24 seluas
5.090 M2 terletak di Desa/Kelurahan Kebomas, Kecamatan Kebomas, Kabupaten
Gresik dan SHGB No. 1693 seluas 2.070 M2 terletak di Desa/Kelurahan
Randuagung,

Kecamatan

Kebomas,

Kabupaten

Gresik”,

denga

harga

5.250.000.000 (lima milyar dua ratus lima puluh juta rupiah).
Dengan demikian, total pemasukan dari penjualan stock barang jadi, stock
bahan baku, mesin-mesin jahit dan peralatan, tanah dan bangunan adalah sebesar Rp
5.836.900.000 (lima milyar delapan ratus tiga puluh enam juta sembilan ratus ribu
rupiah).
Selanjutnya selain pemasukan tersebut di atas, isi surat kurator kepada hakim
pengawas pada tanggal 5 Agustus 2010, yang dibuat oleh kurator melaporkan dan
menjelaskan pengeluaran, sebagai berikut:124

124

Penetapan Putusan Perkara No. 04/Pailit/2009/PN.Niaga.Sby.

Universitas Sumatera Utara

87

Tabel 2. Daftar Pengeluaran PT Krene
No

PENGELUARAN

URAIAN
1 Cadangan PPH 25 penjualan 5% x dari nilai jual aset
2 Fee Kurator 10% x dari nilai jual aset
3 Biaya pengurusan pailit
4 Pembagian untuk tagihan PT CIMB Niaga (Kreditor
Separatis
Pembagian untuk tagihan Karyawan (Kreditor
Preferen) Rp 2.012.478.076
5 Karyawan diwakili oleh Setijo Boesono, SH &
Associates 80,53%
Karyawan diwakili oleh SPN 4,54%
Karyawan diwakili oleh Sarbumusi 14,91%
6 Bagian untuk tagihan pajak
7 Biaya pengumuman iklan
8 Biaya pengamanan aset
9 Biaya penjualan Tanah dan Bangunan (Pajak, SSP,
PBB, KIG, PLN)
10 Cadangan Biaya Iklan Penutup
Pembagian untuk Tagihan Kreditor Konkuren
Katering Sari Asih
11 Katering UD Ika Jaya
Jumlah Pengeluaran
Sumber: Bagian Data Verifikasi PT Krene

Rp
Rp
Rp
Rp

JUMLAH
291.845.000
583.690.000
62.616.632
2.012.478.076

Rp

1.620.822.742,87

Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp

91.424.807,85
300.230.525,28
42.015.366
42.254.850
45.650.000
668.872.000

Rp

75.000.000

Rp

5.836.900.000

Daftar usulan pembagian tersebut dibuat berdasarkan tagihan tetap PT Krene
yang telah ditandatangani oleh kurator dan Hakim Pengawas sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

88

Tabel 3 Laporan Hutang Tagihan Tetap PT Krene
No
Kreditor
Jumlah Hutang
Keterangan
1 Kantor Pelayanan Rp 13.500.000,Kreditor
Pajak
Penanaman (tiga belas juta lima ratus Preferen Khusus
Modal Asing Rmpat ribu rupiah)

2

Kantor Pelayanan Rp 28.515.366,- (dua Kreditur
Pajak
Pratama puluh delapan juta lima Preferen Khusus
ratus lima belas ribu tiga
Gresik Utara
ratus enam puluh enam
rupiah)

Bukti
- Daftar Sisa Tagihan
Pajak
- Surat Tagihan Pajak
PPH
Pasal
25/29
Badan Bulan Maret
- Surat Tagihan Pajak
PPN
- Surat Tagihan Pajak
PPH
Pasal
25/29
Badan Bulan April
- Surat Tagihan Pajak
Tahun Pajak 2006
- Surat Tagihan Pajak
Tahun Pajak 2006
bulan Mei/Juli 2006
- Surat Tagihan Pajak
Tahun 2006 bulan
Oktober 2006
- Surat Tagihan Pajak
Tahun
2009.
Januari/Mei 2009
- Surat Tagihan Pajak
Tahun
2007.
April/Desember 2007
- Surat Tagihan Pajak
Tahun Pajak 2007.
Juni/Desember 2007
- Surat Tagihan Pajak
Tahun Pajak 2006
- Surat Tagiha