Bahasa Kedanauan (Kajian Ekolinguistik Tentang Pelestarian Ekosistem Kawasan Danau Toba)
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk medeskripsikan hasil hasil investigasi, merekonstruksi, serta
menganalisis cerita rakyat yang terdapat di lingkungan Danau Toba. Setelah itu, hasil
analisis membuktikan kontribusi cerita rakyat tersebut sebagai kearifan lokal dapat
melestarikan ekosistem daerahnya. Kajian penelitian ini adalah ekolinguistik, yaitu
pembuktian sejauhmana cerita rakyat yang hidup atau yang pernah hidup dapat menjaga
keseimbangan alam. Untuk mencapai hasil analisis ini, penelitian ini menggunakan
teori semiotik untuk memecahkan masalah pengidentifikasian setting cerita rakyat;
Teori Antropolinguistik untuk memecahkan masalah upaya adaptasi manusia terhadap
lingkungannya; Teori mitos untuk memecahkan masalah model pelestarian ekosistem
dalam cerita rakyat di Danau Toba. Penelitian ini dilakukan di seputaran Pulau Samosir
termasuk lingkar luarnya. Responden yang terpilih adalah penduduk setempat, yaitu
orang-orang yang masih mengetahui cerita tentang situs yang sudah terindentifikasi.
Pemilihan responden ini didasari teknik bola salju, yaitu penentuan respondennya
adalah hasil rekomendasi responden yang sudah ada sebelumnya. Data yang sudah
terekam diuji keabsahannya dengan teknik pengujian kredibiliatas, tranferabilitas,
dependabilitas, konfirmabilitas. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu data berupa verbal bersifat naturalistik. Teknik alisis yang digunakan
adalah teknik interpratatif, yaitu pemaknaan sesuai dengan teori yang sudah dirujuk.
Hasil penelitian ini adalah adanya upaya yang diwariskan cerita rakyat untuk menjaga
keharmonisan tataguna ruang dengan istilah huta, parik, suha, partangisan, jampalan;
Tataguna penangkapan ikan berupa norma, area, penempatan alat tangkap ikan, dan tala
ripe-ripe; Tataguna pelestarian batu cerita Batu Hobol; Tataguna lingkungan Pohon atau
tumbuhan berupa hariara, baringin; Tataguna pelestarian air; Tataguna pelestarian tanah
dikenal dengan mangase taon.
Kata kunci: ekolinguistik, mitos, cerita rakyat
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The purpose of this study is to describe the results of the investigation, reconstruct and
analyze the folklore surrounding Lake Toba. The results analysis reveals the
contribution of folklore as local wisdom that preserve the ecosystem of the region. As
an ecolinguistics, this study attempts to proof the extent of folklores to maintain the
balance of nature. To do so, this study uses the semiotic theory to solve the
identification of folklore setting problem; antropolinguistics to human adaptation to the
environment; and myth to preservation of ecosystem models in folklore surrounding
Lake Toba. This study was conducted around Pulau Samosir including the outer
circumference. The respondents were locals, they were people who profound the local
folklore about the identified sites. The respondent selection is based on a snowball
technique by using the recommendation of the existing respondents before. The pooled
data was tested for validity credibility, transferability, dependability, confirmability.
The research method is descriptive qualitative with naturalistic verbal data along with
the interpretative technique analysis by interpretation of result that fits to theory. The
result of study reveals the usefulness of folklore in maintaining the harmony of land-use
space that foster the use of special terms, i.e. huta , parik, suha , partangisan, jampalan;
fishing norms, area, fishing gear placement, and free fishing area termed by tala riperipe; stone conservation and utilization marked by the story of Batu Hobol; tree or
plants protection determined by the Hariara, Baringin; water conservation; land-use
conservation established by the term of mangase taon.
Keywords: ecolinguistics, myth, folklore
iii
Universitas Sumatera Utara
Tujuan penelitian ini untuk medeskripsikan hasil hasil investigasi, merekonstruksi, serta
menganalisis cerita rakyat yang terdapat di lingkungan Danau Toba. Setelah itu, hasil
analisis membuktikan kontribusi cerita rakyat tersebut sebagai kearifan lokal dapat
melestarikan ekosistem daerahnya. Kajian penelitian ini adalah ekolinguistik, yaitu
pembuktian sejauhmana cerita rakyat yang hidup atau yang pernah hidup dapat menjaga
keseimbangan alam. Untuk mencapai hasil analisis ini, penelitian ini menggunakan
teori semiotik untuk memecahkan masalah pengidentifikasian setting cerita rakyat;
Teori Antropolinguistik untuk memecahkan masalah upaya adaptasi manusia terhadap
lingkungannya; Teori mitos untuk memecahkan masalah model pelestarian ekosistem
dalam cerita rakyat di Danau Toba. Penelitian ini dilakukan di seputaran Pulau Samosir
termasuk lingkar luarnya. Responden yang terpilih adalah penduduk setempat, yaitu
orang-orang yang masih mengetahui cerita tentang situs yang sudah terindentifikasi.
Pemilihan responden ini didasari teknik bola salju, yaitu penentuan respondennya
adalah hasil rekomendasi responden yang sudah ada sebelumnya. Data yang sudah
terekam diuji keabsahannya dengan teknik pengujian kredibiliatas, tranferabilitas,
dependabilitas, konfirmabilitas. Metode penelitian ini adalah metode deskriptif
kualitatif, yaitu data berupa verbal bersifat naturalistik. Teknik alisis yang digunakan
adalah teknik interpratatif, yaitu pemaknaan sesuai dengan teori yang sudah dirujuk.
Hasil penelitian ini adalah adanya upaya yang diwariskan cerita rakyat untuk menjaga
keharmonisan tataguna ruang dengan istilah huta, parik, suha, partangisan, jampalan;
Tataguna penangkapan ikan berupa norma, area, penempatan alat tangkap ikan, dan tala
ripe-ripe; Tataguna pelestarian batu cerita Batu Hobol; Tataguna lingkungan Pohon atau
tumbuhan berupa hariara, baringin; Tataguna pelestarian air; Tataguna pelestarian tanah
dikenal dengan mangase taon.
Kata kunci: ekolinguistik, mitos, cerita rakyat
ii
Universitas Sumatera Utara
ABSTRACT
The purpose of this study is to describe the results of the investigation, reconstruct and
analyze the folklore surrounding Lake Toba. The results analysis reveals the
contribution of folklore as local wisdom that preserve the ecosystem of the region. As
an ecolinguistics, this study attempts to proof the extent of folklores to maintain the
balance of nature. To do so, this study uses the semiotic theory to solve the
identification of folklore setting problem; antropolinguistics to human adaptation to the
environment; and myth to preservation of ecosystem models in folklore surrounding
Lake Toba. This study was conducted around Pulau Samosir including the outer
circumference. The respondents were locals, they were people who profound the local
folklore about the identified sites. The respondent selection is based on a snowball
technique by using the recommendation of the existing respondents before. The pooled
data was tested for validity credibility, transferability, dependability, confirmability.
The research method is descriptive qualitative with naturalistic verbal data along with
the interpretative technique analysis by interpretation of result that fits to theory. The
result of study reveals the usefulness of folklore in maintaining the harmony of land-use
space that foster the use of special terms, i.e. huta , parik, suha , partangisan, jampalan;
fishing norms, area, fishing gear placement, and free fishing area termed by tala riperipe; stone conservation and utilization marked by the story of Batu Hobol; tree or
plants protection determined by the Hariara, Baringin; water conservation; land-use
conservation established by the term of mangase taon.
Keywords: ecolinguistics, myth, folklore
iii
Universitas Sumatera Utara