Perbedaan Efektifitas Terapi Applied Behavior Analysis Teknik Extinction Dengan Dan Tanpa Media Video Modelling Untuk Mengurangi Restricted Behavior Pada Anak Autism Spectrum Disorder Chapter III V

BAB III
Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu
penelitian karena metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam
pengumpulan data, analisis data, serta pengambilan keputusan hasil penelitian
(Hadi, 2000). Bab ini membahas mengenai desain penelitian eksperimen, metode
pengambilan data penelitian, subjek penelitian dan modul terapi Applied Behavior
Analysis (ABA) dengan teknik Extinction untuk mengurangi restricted behavior
pada anak ASD dan modul terapi Applied Behavior Analysis (ABA) dengan
teknik Extinction melalui video modelling.

A. Desain Penelitian Eksperimen
Penelitian ini dilakukan untuk melakukan eksplorasi mendalam atau
spesifik tentang kejadian tertentu atau beberapa peristiwa dari sebuah fenomena.
Fokusnya adalah pada sejumlah kecil kejadian yang diselidiki secara mendalam
dalam satu rentang waktu tertentu, juga memfokuskan pada data individu sebagai
sampel.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian eksperimen dengan
pendekatanA-B-A-B design yang merupakan pengembangan dari desain A-B.
Desain A-B-A-B memperlihatkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel

terikat dan variabel bebas. A-B-A-B design terdiri dari empat tahapan yaitu: A1
merupakan fase dasar (baseline 1), B1 merupakan fase intervensi pertama,

48
Universitas Sumatera Utara

kemudian fase A2 merupakan fase baseline kedua setelah dilakukan pengukuran,
dan terakhir fase B2 yang merupakan intervensi kedua (Sunanto, Takeuchi &
Nakata, 2005).
Dalam penelitian ini, peneliti membagi 2 kelompok subjek yaitu: pertama
kelompok anak yang diberi terapi ABA dengan teknik Extinction melalui media
Video Modelling dan kedua kelompok anak yang diberi perlakuan dengan terapi
ABA dengan teknik Extinction.

B. Subjek Penelitian
Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah: anak penyandang
Autisme Spectrum Disorder (diagnosa Psikolog) pada level 2 sesuai DSM V
(APA, 2013), dengan kriteria :



Perilaku menepuk-nepuk tangan secara terus menerus



Sulit melihat perubahan yang terjadi pada aktifitas
sehingga pola yang dilakukan setiap hari tetap sama.



Belum

mampu

untuk

mengungkapkan

apa

yang


diinginkannya dan sulit untuk memahami bahasa tubuh,
mimik wajah dari orang-orang disekitarnya.


Sulit untuk memulai berbicara (memulai interaksi sosial)
dengan orang-orang disekitarnya dan respon yang sedikit
saat diajak berbicara.



Saat namanya dipanggil anak sudah memberikan respon
dengan melihat mata lawan bicaranya.
49
Universitas Sumatera Utara



Mampu / dapat duduk tenang dan mampu memahami
instruksi sederhana (misalnya saat disuruh duduk anak

paham lalu duduk).

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di dua tempat terapi anak berkebutuhan
khusus yang ada di kota Medan.

D. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Tergantung : Restricted Behavior
2. Variabel Bebas
X1

: Applied Behavior Analysis (ABA)dengan teknik Extinction
melalui media Video Modelling.

X2 : Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik Extinction

E. Definisi Operasional
1. Restricted Behavior
Restricted Behavior adalah: perilaku menepuk-nepuk tangan yang

dilakukan secara terus menerus.
2. Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik extinction melalui Video
Modelling

50
Universitas Sumatera Utara

Applied Behavior Analysis dengan teknik Extinction melalui Video
Modelling ialah: teknik modifikasi perilaku dengan memberikan konsekuensi
yang menguntungkan (memberikan hadiah) apabila anak tidak memperlihatkan
perilaku menepuk-nepuk tangan dan sebaliknya tidak akan memberikan hadiah
apabila anak menunjukkan perilaku menepuk-nepuk tangan, dan diberikan kepada
anak ASD melalui media video modelling. Terapi ini dilakukan dengan 5 tahap
pelaksanaan Applied Behavior Analysis (ABA) yang kemudian dilanjutkan
dengan melakukan 4 tahap proses video modelling. Seluruh rangkaian tahapan
Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik Extinction melalui media Video
Modelling dapat dilihat dalam tabel 3.1 berikut ini:

Tabel 3.1
Tahapan ABA dengan teknik extinction menggunakan media video

modelling
No
1.
2.

3.
4.
5.
6.

Tahap
Measuring
behavior
Keeping data

Hal yang akan dilakukan
Mengukur perilaku restricted yang hendak di
intervensi selama anak berada dalam ruang terapi.
Mencari dan mengumpulkan data dari orang tua
dan terapis tentang perilaku restricted anak,

seperti: apa yg dilakukan anak apabila tidak
diperbolehkan melakukan perilaku restrictednya,
reaksi orang tua dan terapis apabila anak
menunjukkan perilaku restrictednya, berapa lama
perilaku ini bertahan dilakukan oleh anak, hal lain
terkait perilaku restricted anak yang diketahui
oleh orang tua.
Learning ABC’s
Menentukan stimulus, respon dan konsekuensi.
Selecting
and Memilih penguat (reinforces) yang sesuai untuk
finding reinforces
masing-masing anak.
Planning
Melakukan perencanaan
untuk pelaksanaan
intervention
intervensi
Starting work
Mulai melakukan seluruh rangkaian yang telah

51
Universitas Sumatera Utara

dibuat.
Setelah seluruh rangkain diatas selesai, maka proses selanjutnya adalah
melakukan 4 tahapan proses video modelling, yaitu:
8.
Preparation
Menentukan beberapa hal yaitu:menentukan target
perilaku yang akan direkam, siapa yang akan
menjadi model, skrip video (lamanya video 5
menit), tempat merekam dilakukan ditempat
terapi.
9.
Recording of the Sebelum melakukan proses merekam video, maka
video model
peneliti terlebih dahulu menentukan peralatan
yang akan digunakan untuk merekam yaitu:
handphone yang memiliki fasilitas merekam
(video), peralatan yang digunakan untuk mengedit hasil rekaman yaitu: handphone yang sama

untuk merekam perilaku anak, peralatan yang
digunakan untuk memutar video yaitu handphone
yang sama yang digunakan saat merekam anak,
akan tetapi video yang diputar dan diperlihatkan
pada anak adalah video yang telah di edit
sebelumnya di laptop, melakukan evaluasi
terhadap kualitas hasil video model.
9.
Implementation of Pengambilan
keputusan
seputar
rincian
the video model pelaksanaan
video
model,
diantaranya:
intervention
menentukan setting yaitu di tempat terapi,
lamanya pelaksanaan, yang akan melaksanakan
terapis..

10. Monitoring
of Pada tahap ini melihat dan mengamati respon anak
students response terhadap intervensi yang dilakukan dan melihat
to the video model perkembangan yang dialami oleh anak.
intervention

3. Applied Behavior Analysis (ABA) dengan teknik extinction
Applied Behavior Analysis dengan teknik Extinction ialah: teknik
modifikasi perilaku dengan memberikan konsekuensi yang menguntungkan
(memberikan hadiah) apabila anak tidak memperlihatkan perilaku menepuk-nepuk
tangan dan sebaliknya tidak akan memberikan hadiah apabila anak menunjukkan
perilaku menepuk-nepuk tangan.Terapi ini dilakukan dengan 5 tahap, hal ini lebih
jelasnya dapat dilihat dari tabel 3.2 berikut ini:
52
Universitas Sumatera Utara

Tabel 3.2
Tahapan ABA dengan menggunakan teknik extinction
No
Tahap

1. Measuring
behavior
2. Keeping
data

3.
4.

5.

6.

Hal yang akan dilakukan
Mengukur perilaku restricted yang hendak di
intervensi selama anak berada dalam ruang terapi.
Mencari dan mengumpulkan data dari orang tua
dan terapis tentang perilaku restricted anak, seperti:
apa yg dilakukan anak apabila tidak diperbolehkan
melakukan perilaku restrictednya, reaksi orang tua
dan terapis apabila anak menunjukkan perilaku
restrictednya, berapa lama perilaku ini bertahan
dilakukan oleh anak, hal lain terkait perilaku
restricted anak yang diketahui oleh orang tua.

Learning
ABC’s
Selecting
and finding
reinforces
Planning
intervention

Menentukan stimulus, respon dan konsekuensi.

Starting
work

Mulai melakukan seluruh rangkaian yang telah
dibuat.

Memilih penguat (reinforces) yang sesuai untuk
masing-masing anak.
Melakukan
intervensi

perencanaan

untuk

pelaksanaan

Sumber: Keenan Mickey, dkk (2000). Parents’ Education as Autism Therapists: Applied Behavior Analysis
in Context.

F. Tahap Penelitian.
F.1. Tahap Awal Penelitian.
a. Membuat Informed Concent
Meminta izin dan membicarakan ketentuan pelaksanaan terapi pada orang
tua subjek, serta menjelaskan prosedur pelaksanaan terapi dan jadwal pelaksanaan
terapi. Orang tua juga diminta untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan
untuk mengikuti penelitian ini.

53
Universitas Sumatera Utara

b. Proses briefing untuk orang tua
Sebelum pelaksanaan terapi dilakukan, maka peneliti akan mengatur
pertemuan dengan masing-masing orang tua murid yang mendapat terapi ABA
menggunakan Video Modelling untuk membicarakan hal-hal yang mungkin terjadi
selama pelaksanaan terapi berlangsung.
c. Penjelasan Tentang Pelaksanaan Terapi Kepada terapis.
Pelaksana terapi dalam penelitian ini adalah terapis. Untuk kegiatan terapi
maka terapis akan bertindak sebagai pelaksana sehingga anak akan tetap merasa
nyaman pada saat pelaksanaan terapi berlangsung. Sementara itu peneliti akan
bertindak sebagai pendamping dan mencatat segala perubahan perilaku menepuk
tangan pada anak. Peneliti secara khusus mengadakan pertemuan dan diskusi
kepada terapis. Hal ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang apa saja
yang harus dilakukan selama penelitian.

F.2. Tahap Persiapan Penelitian.
1. Mengambil data dari Modul yang telah disusun
Dalam tahap ini, peneliti mulai mengambil data dari modul yang telah
disusun berdasarkan kondisi dari masing-masing ke empat anak ASD.
a). Modul ABA dengan teknik extinction. Dari tahap ini, peneliti mulai
mengambil data mulai dari tahap keeping data, learning ABC’s, selecting &
finding reinforces, hingga pada tahap planning intervention dari anak ASD.
b). Modul ABA dengan teknik extinction melalui video modelling. Dari tahap ini,
peneliti mulai mengambil data mulai dari tahap keeping data, learning ABC’s,

54
Universitas Sumatera Utara

selecting & finding reinforces, planning intervention. Setelah tahapan ini selesai,
maka selanjutnya peneliti melanjutkan untuk mengambil data sesuai dengan
tahapan dari video modelling yaitu: preparation, recording of the video model,
implementation of the video modelling intervention hingga ke tahap monitoring of
students response to the video model intervention dari anak ASD.
2. Data yang didapatkan oleh peneliti dari ke dua modul diatas adalah
sebagai berikut :
A. Modul ABA dengan teknik extinction melalui video modelling
1. Keeping Data
Peneliti mengumpulkan data dari terapis dan orang tua terkait
dengan:
a. Respon lingkungan terhadap perilaku anak
Dari hasil observasi dan wawancara terapis dengan orang tua IP
diketahui bahwa saat anak menepuk-nepuk tangan orangtua dan kakak
asuh akan melarang anak untuk menepuk tangan, mereka akan meminta
anak untuk tidak menepuk tangan. Akan tetapi saat diminta untuk tidak
menepuk tangan, anak hanya akan

melihat wajah orang tua namun

perilaku menepuk tangan tetap dilakukan.
Sementara saat berada di tempat terapi, saat anak menunjukkan
perilaku menepuk tangan maka terapis akan meminta anak untuk melipat
tangan. Perilaku pengganti dengan melipat tangan ini dapat membuat anak
berhenti saat itu juga untuk menepuk tangan akan tetapi perilaku ini tidak

55
Universitas Sumatera Utara

bertahan lama karna saat anak sudah tidak melipat tangan lagi maka
perilaku menepuk tangan akan tetap kembali diperlihatkan oleh anak.
b. Hal yang disukai dan tidak disukai anak
Dari hasil wawancara peneliti dengan orang tua IP diketahui bahwa
ia sangat suka dengan beberapa jenis makanan seperti: pisang goreng dan
biskuit coklat. Anak juga suka memegang mainan yang berbulu akan
tetapi mainan itu dipegang untuk kemudian diputar-putarnya.
Sementara itu, dari hasil wawancara peneliti dan terapis diketahui
bahwa anak suka dipuji dengan mengatakan bagus atau hebat. Anak juga
sangat suka apabila diusap tubuhnya.
Dan dari hasil observasi peneliti terlihat bahwa IP menyukai
pelukan dan sentuhan. IP akan terlihat tenang apabila tangan, dada dan
puggungnya diusap. Ia juga sangat senang apabila dipuji (hebat, bagus)
apabila ia mampu melakukan sesuatu dan mendapat pujian ia akan
tersenyum.
2. Learning ABC’s
Peneliti pada tahapan ini menentukan Antecedent, Behavior dan
Consequences dari perilaku restricted menepuk tangan pada anak sebelum
dan pada saat pelaksanaan terapi diberikan.
Sebelum terapi diberikan:
A : saat melakukan aktifitas identifikasi benda-benda sekitar.
B : anak menepuk tangan ( anak marah karena berulang kali gagal/
salah).

56
Universitas Sumatera Utara

C : terapis mengatakan “lipat tangan”, tapi hal ini tidak konsisten
dilakukan oleh terapis.
Saat pelaksanaan terapi ABA dengan menggunakan video
modelling (perilaku yang diharapkan) :
A : saat melakukan aktifitas identifikasi benda-benda sekitar.
B : anak menggenggam tangan (anak marah karena berulang kali
gagal).
C : anak mendapat reward berupa pujian (bagus, hebat) dan usapan
pada dada.
Aktifitas pengganti (alternative behavior) perilaku restricted menepuk
tangan pada anak yang dipilih oleh peneliti adalah: dengan menggenggam tangan.
Aktfitas pengganti dengan menggenggam tangan dipilih oleh peneliti dengan
alasan bahwa dengan menggenggam tangan akan memberikan efek tenang dan
nyaman sehingga saat seseorang menggenggam tangan dapat menurunkan tingkat
kecemasannya. Gerakan menggenggam tangan merupakan salah satu gerakan
sederhana yang digunakan dalam yoga yang dapat meningkatkan keseimbangan
dan kontrol emosi (Ramaiyah, 2009). Dalam brain gym, gerakan menggenggam
tangan adalah salah satu gerakan sederhana yang dapat memberikan efek
menenangkan sehingga saat seseorang menggenggam tangan dapat menurunkan
tingkat kecemasannya (Ayinosa, 2009).
3. Selecting and Finding Reinforces
Peneliti menentukan dan memilih reinforces yang tepat bagi anak, sesuai
dengan data yang telah didapat sebelumnya di tahap 1 (tahap keeping data).

57
Universitas Sumatera Utara

Reinforces yang akan diberikan untuk anak adalah pujian (hebat, bagus) sambil
memberikan usapan pada dada anak.
4. Planning Intervention
Pada tahap ini peneliti merencanakan seluruh kegiatan pelaksanaan
intervensi diantaranya:
a. Pelaksanakan terapi akan dilakukan oleh terapis.
b. Terapi akan dilaksanakan pada hari: Senin, Jumat dan Sabtu, selama 60
menit.
c. Tempat pelaksanaan: di salah satu tempat terapi yang ada di kota Medan.
Terapi dilakukan di sebuah ruangan berukuran 2 x 2 meter.
5. Starting Work
Setelah semua tahapan tadi selesai maka tahap selanjutnya adalah
merekam perilaku yang hendak dibentuk dalam video. Proses merekam video
dilakukan melalui 3 dari 5 tahapan (Wilson, 2012). 3 tahapan yang harus
dilakukan untuk merekam perilaku anak adalah:
Tahap 1: preparation
Pada tahap ini peneliti akan mempersiapkan beberapa hal yaitu:
perilaku yang hendak di rekam, orang yang akan menjadi model, tempat
merekam dan lama perilaku akan direkam.
a. Target perilaku : restrsicted behavior

menepuk-nepuk tangan.

b. Model : yang akan menjadi model ialah subjek (anak ASD).
c. skrip video: lamanya video 18 detik.

58
Universitas Sumatera Utara

d. Tempat merekam dilakukan di lokasi perilaku anak muncul
(tempat yang dipilih yaitu diruang terapi).
Tahap 2 : recording of the video model
Dalam penelitian ini digunakan media video dari sebuah smart
phone dengan ukuran layar 5 inci dengan dimensi ponsel 142,1 mm x 71,8
mm x 7,9 mm dan kapasitas video 1080p @30fps. Sedangkan alat yang
digunakan untuk memperlihatkan video pada anak adalah smart phone
yang sama juga. Alasan menggunakan smart phone karena media ini
sangat mudah digunakan, memiliki fasilitas video dan fasilitas edit video
yang mudah digunakan, bentuknya yang tidak terlalu besar sehingga video
bisa diberikan dimana saja, mudah didapatkan di toko-toko ponsel, ringan
dan harganya terjangkau.
Tahap 3 : Implementation of the video modelling intervention
Pada tahap ini menentukan implementasi pelaksanaan video
modelling diantaranya:
a. Tempat pelaksanaan : di tempat terapi.
b. Lamanya pelaksanaan 60 menit.
c. Yang akan melaksanakan: terapis.
Terapis akan memperlihatkan rekaman video perilaku kepada
IP. Rekaman video perilaku IP telah melalui proses editing
sehingga video yang diperlihatkan pada anak hanya rekaman
perilaku sesuai dengan yang diharapkan. Setelah proses ini
direkam, lalu dilakukan pengeditan, perilaku anak saat menangis

59
Universitas Sumatera Utara

dan tantrum dihapus dari rekaman video sehingga video yang
diperlihatkan pada anak hanya rekaman perilaku sesuai dengan
yang diharapkan.
Pada tahapan ini, IP diberikan kesempatan untuk melihat
video yang telah merekam perilaku menepuk tangan anak dan
video tersebut telah di edit sehingga video hanya memperlihatkan
perilaku yang diharapkan dari anak. Video diperlihatkan pada IP
sebelum dan setelah IP mengikuti materi belajar dimana perilaku
menepuk tangan sering muncul. Pada saat baseline, perilaku
menepuk tangan pada anak sering muncul pada 3 kegiatan belajar
yaitu: di awal pertemuan, pertengahan pertemuan dan akhir
pertemuan.

B. Modul ABA dengan teknik extinction
Hal-hal yang dilakukan oleh peneliti dari 5 tahapan tersebut:
1. Keeping Data
Pada tahapan ini peneliti mengumpulkan data dari terapis dan orang tua
terkait dengan:
a. Respon lingkungan terhadap perilaku anak.
Dari hasil wawancara terapis dengan orang tua CA diketahui
bahwa saat anak menepuk-nepuk tangan orangtua akan melarang anak
untuk menepuk tangan. Akan tetapi saat diminta untuk tidak menepuk
tangan, anak seperti tidak mendengar dan tetap menepuk tangan. Apabila

60
Universitas Sumatera Utara

perilaku menepuk tangan anak dianggap orang tua sudah mengganggu
(terutama saat berada di tempat umum seperti restoran atau swalayan)
biasanya orang tua akan memukul pelan tangan anak sambil meminta anak
untuk tidak menepuk tangan karena malu dilihat orang. Biasanya anak
akan berhenti menepuk tangan, tapi itu tidak akan bertahan lama karena
beberapa menit kemudian perilaku menepuk tangan anak akan kembali
muncul.
Sementara saat berada di tempat terapi, terapis akan meminta anak
untuk melipat tangan apabila anak menepuk-nepuk tangan.
b. Hal yang disukai dan tidak disukai anak
Dari hasil wawancara peneliti dengan orang tua CA diketahui
bahwa ia sangat suka dengan beberapa jenis makanan seperti: roti cokelat,
telur goreng, tempe goreng. Anak juga suka menonton film Mr. Bean dan
suka bermain air.
Dan dari hasil observasi peneliti terlihat bahwa CA Ia juga sangat
senang apabila dipuji (pintar, hebat) apabila ia mampu melakukan sesuatu
dan mendapat pujian ia akan tersenyum dan juga senang diminta tos
apabila telah berhasil melakukan sesuatu.
2. Learning ABC’s
Peneliti pada tahapan ini menentukan Antecedent, Behavior dan
Consequences dari perilaku restricted menepuk tangan pada anak sebelum
dan pada saat pelaksanaan terapi diberikan.
Sebelum terapi diberikan:

61
Universitas Sumatera Utara

A : saat melakukan aktifitas melabel fungsi ruangan
B : CA menepuk tangan ( anak marah karena berulang kali gagal/ salah)
atau anak terlalu senang (saat menepuk tangan anak tersenyum atau
tertawa)
C : terapis mengatakan “tidak tepuk tangan”, tapi hal ini tidak konsisten
dilakukan oleh terapis.
Saat pelaksanaan terapi ABA (perilaku yang diharapkan) :
A : saat melakukan aktifitas melabel fungsi ruangan
B : CA menggenggam tangan (anak marah karena berulang kali gagal)
atau saat CA terlalu senang ia tidak menepuk tangan (tapi
menggenggam tangan)
C : CA mendapat reward berupa pujian (pintar, hebat) dan tos.
Aktifitas pengganti perilaku restricted menepuk tangan pada anak yang
dipilih oleh peneliti adalah: menggenggam tangan. Aktifitas pengganti dengan
menggenggam tangan dipilih oleh peneliti dengan alasan bahwa gerakan ini
merupakan salah satu gerakan sederhana yang digunakan dalam Yoga

yang

memberikan efek tenang dan nyaman sehingga saat seseorang menggenggam
tangan dapat menurunkan tingkat kecemasannya (Worby, 2007). Selain itu, dalam
brain gym menggenggam tangan juga merupakan salah satu gerakan dapat
memberikan efek menenangkan sehingga saat seseorang menggenggam tangan
dapat menurunkan tingkat kecemasannya (Ayinosa, 2009).

62
Universitas Sumatera Utara

3. Selecting and Finding Reinforces
Peneliti menentukan dan memilih reinforces yang tepat bagi CA, sesuai
dengan data yang telah didapat sebelumnya di tahap 1 (tahap keeping data).
Reinforces yang akan diberikan untuk anak adalah pujian (pintar, hebat) sambil
meminta anak untuk tos.
4. Planning Intervention
Pada tahap ini peneliti menenentukan:
a. Pelaksana terapi: terapis.
b. Terapi akan dilaksanakan: selama 3 kali seminggu yaitu pada
: Selasa, Rabu dan Kamis. Terapi akan dilakukan selama 1 jam.
c. Tempat pelaksanaan : di salah satu tempat terapi yang ada di
kota Medan. Terapi dilakukan di sebuah ruangan berukuran 2 x 2
meter.
5. Starting Work
Pada tahap ini peneliti mulai melakukan seluruh rancangan yang telah
disusun. Hal ini akan dijelaskan di bagian selanjutnya, yaitu pada Tahap
Pelaksanaan Penelitian.

F.3. Tahap Pelaksanaan Terapi 1
Pada tahapan ini, peneliti mulai melaksanakan penelitian dengan
memberikan intervensi kepada keempat orang anak ASD.
a). Pelaksanaan terapi ABA dengan teknik extinction melalui video modelling.
Anak akan dibawa ke sebuah ruangan yang telah dipersiapkan sebelumnya,

63
Universitas Sumatera Utara

kemudian anak di ajak untuk duduk dan melakukan beberapa materi sesuai
dengan program yang telah disusun. Peneliti akan memilih 3 materi yang
memperlihatkan perilaku menepuk tangan sering muncul. Kemudian sebelum
materi diberikan (di awal setiap materi) terapis akan mengajak untuk menonton
video yang telah direkam sebelumnya. Setelah anak setelah selesai menonton
video,terapis akan memberikan materi yang telah disusun untuk anak. Saat materi
diberikan dan anak menunjukkan perilaku menepuk tangan maka terapis akan
mengulang proses terapi ABA dengan extinction dengan memberikan instruksi
“tidak tepuk tangan” dan “genggam tangan” sambil membantu anak untuk
membuat gerakan menggenggam tangan. Saat anak melakukan gerakan
menggenggam tangan, maka terapis memberikan reward. Setelah materi selesai
diberikan (di akhir materi) maka terapis akan memperlihatkan video kembali
kepada anak. Dari tiga materi yang telah dipilih anak akan menonton video di
awal dan di akhir materi sehingga dalam satu kali pertemuan anak akan menonton
video sebanyak 6 kali. Terapi ini akan berlangsung selama 60 menit dan ruangan
hanya akan berisi 1 buah meja dan 3 buah kursi serta beberapa alat peraga bagi
anak. Selama proses terapi ruangan hanya di isi oleh 3 orang yaitu: peneliti,
terapis dan 1 anak ASD.
b). Pelaksanaan terapi ABA dengan teknik extinction. Anak akan dibawa ke
sebuah ruangan yang telah dipersiapkan sebelumnya, kemudian anak di ajak
untuk duduk dan melakukan beberapa materi sesuai dengan program yang telah
disusun. Peneliti akan memilih 3 materi yang memperlihatkan perilaku menepuk
tangan sering muncul. Kemudian sebelum materi diberikan (di awal setiap materi)

64
Universitas Sumatera Utara

terapis akan memperagakan perilaku menepuk tangan dan perilaku menggenggam
tangan sambil memberikan instruksi “tidak tepuk tangan” dan “genggam tangan”.
Saat terapis mengatakan instruksi “genggam tangan” maka terapis membantu
anak untuk melakukan gerakan genggam tangan. Saat anak sudah menggenggam
tangan (dengan bantuan terapis) maka terapis akan memberikan reward. Setelah
reward diberikan maka materi diberikan, setelah materi diberikan (di akhir materi)
maka proses diatas diulang kembali. Pemberian terapi ABA dengan extinction
pada anak akan diberikan di awal dan diakhir materi, sehingga dari 3 materi yang
dipilih sebelumnya maka dalam setiap kali pertemuan akan dilakukan 6 kali terapi
ABA dengan extinction. Terapi ini akan berlangsung selama 60 menit, ruangan
hanya akan berisi 1 buah meja dan 3 buah kursi serta beberapa alat peraga bagi
anak. Selama proses terapi ruangan hanya di isi oleh 3 orang yaitu: peneliti,
terapis dan 1 anak ASD.
F.4. Baseline 2.
Pada tahap ini intervensi sudah dihentikan dan peneliti akan mengukur
perilaku menepuk-nepuk tangan yang ditampilkan oleh anak selama 60 menit
berada di dalam ruangan. Tahap ini akan dilakukan sebanyak 5 kali pertemuan.
F.4. Terapi 2
Pada tahapan ini, peneliti kembali memberikan intervensi kepada subjek.

G. Sistem Pencatatan Data Penelitian
Menurut Tawney & Gast (dalam Sunanto, 2005) ada tiga macam prosedur
pencatatan data yang digunakan pada penelitian modifikasi perilaku, yaitu: (1).

65
Universitas Sumatera Utara

Pencatatan data secara otomatis, (2). Pencatatan data dengan produk permanen,
(3). Pencatatan data dengan observasi langsung.
Dalam penelitian ini akan dilakukan pencatatan data dengan observasi
langsung yaitu: kegiatan observasi secara langsung yang dilakukan untuk
mencatat data variabel terikat pada saat kejadian atau perilaku terjadi. Pencatatan
ini merupakan dasar utama pengukuran dalam penelitian modifikasi perilaku. Ada
beberapa jenis pencatatan data dengan menggunakan prosedur pencatatan
observasi secara langsung ini yaitu: pencatatan kejadian, durasi, latensi, interval,
dan sampel waktu.
Penelitian ini menggunakan pencatatan kejadian, yaitu: dengan cara
memberikan tanda (dengan memberikan tally) pada form / lembar observasi untuk
setiap tahapan.

66
Universitas Sumatera Utara

BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

Bab ini akan membahas mengenai proses dan hasil pelaksaan penelitian
yang didapat dari masing-masing subjek.Selain itu pada bab ini juga akan
melakukan pembahasan mengenai hasil yang telah didapatkan selama proses
penelitian. Penelitian ini mengikutsertakan 2 orang subjek anak ASD, 1 orang
subjek diberi perlakuan dengan terapi ABA menggunakan media video modelling
sedangkan 1 orang subjek diberi terapi ABA tanpa video modelling. Desain yang
digunakan pada penelitian ini ialah A-B-A-B design.
Di awal akan dibahas mengenai hasil dari subjek eksperimen (yang diberi
terapi ABA menggunakan media video modelling), diantaranya data diri subjek,
pelaksanaan dari tiap tahapan mulai dari tahapan baseline pertama (A1) dan
hasilnya, kemudian pelaksanaan dari pelaksanaan terapi pertama (B1) dan
hasilnya, lalu pelaksanaan dari baseline 2 (A2) dan hasilnya, lalu pelaksanaan dari
terapi kedua (B2) dan hasilnya.. Kemudian akan dibahas mengenai hasil dari
subjek kontrol (diberi terapi ABA tanpa video modelling). Pada akhir bab ini
peneliti akan mencoba melakukan pembahasan mengenai seluruh hasil yang telah
diperoleh.

67
Universitas Sumatera Utara

A. Hasil Subjek Eksperimen
A.1. Data Diri Subjek
Tabel 4.1. Data diri subjek
No. Data
Keterangan
1.
Nama (Inisial)
IP
2.
Usia Kronologis
8 Tahun
3.
Jenis Kelamin
Laki-laki
4.
Suku Bangsa
Batak
5.
Agama
Kristen

A.1.2. Deskripsi Subjek
IP anak laki-laki berusia 8 tahun, merupakan anak tunggal dari bapak PN
dan ibu SB. IP memiliki kulit hitam manis dan berambut lurus warna hitam. Saat
ini IP tidak lagi mengikuti pendidikan di sekolah formal dan kegiatan IP seharihari diisi dengan mengikuti terapi di salah satu tempat terapi yang ada di kota
Medan.
Saat masuk ke ruangan terapi, IP langsung duduk di sebuah kursi yang
berhadapan dengan terapis. Saat namanya dipanggil IP sudah mampu untuk
langsung melihat orang yang memanggil namanya, walaupun hanya melihat
dengan waktu yang singkat akan tetapi kemampuan kontak mata IP sudah cukup
baik. IP juga sudah mampu memahami beberapa instruksi sederhana, hal ini
terlihat saat terapis mengucapkan beberapa instruksi seperti: kemari, ayo, lihat,
tidak, ambil, tunjuk, dll, sudah mampu dilakukan oleh IP. Kepatuhan juga sudah
terbentuk pada IP, hal ini terlihat saat proses terapi sedang berlangsung dan IP
tiba-tiba berdiri dan hendak keluar dari ruangan lalu terapis meminta IP untuk
duduk. Walau IP tidak langsung spontan duduk dan ada selang waktu beberapa
menit antara pemberian instruksi duduk dan respon IP untuk duduk, dan beberapa
68
Universitas Sumatera Utara

perilaku lainnya yang menunjukkan bahwa kepatuhan pada IP sudah terbentuk.
Pada saat berada di dalam ruangan, IP terlihat menepuk-nepuk tangannya dan
terkadang sambil menggoyang-goyangkan badannya kedepan dan kebelakang.
Saat menepuk-nepuk tangan tersebut sesekali ia mengeluarkan suara-suara mirip
seperti orang bergumam.

A.2. Hasil Pelaksanaan
A.2.2. Hasil Baseline 1 (A 1)
Pada saat baseline peneliti menemukan bahwa perilakurestricted muncul
pada saat anak merasa marah atau saat anak merasa senang. Untuk beberapa
aktifitas yang sulit dilakukan oleh anak maka anak akan marah kemudian perilaku
menepuk tangan akan muncul. Pada saat baseline selama 1 jam yang dilakukan di
dalam ruangan, peneliti mengukur frekuensi perilaku restricted subjek IP pada
saat awal pertemuan, pertengahan dan akhir pertemuan terapi dan hasilnya dapat
dilihat pada tabel4.2 di bawah ini:
Tabel 4.2 Frekuensi perilaku restrictedmenepuk tangan pada IP sebelum
pemberian terapi ABA melalui video modelling
No.

Kegiatan di :

Frekuensi perilaku menepuk tangan pada hari ke :
1

1.
2.
3.

Awal
pertemuan.
Pertengahan
pertemuan
Akhir
pertemuan
Total

2

3

4

5

Evaluasi
Pada saat baseline pertama
(A1) perilaku menepuk tangan
terlihat paling banyak muncul
di hari terakhir yaitu 40 kali.

6

5

8

8

9

9

10

11

9

15

10

8

10

17

16

25

23

29

34

40

69
Universitas Sumatera Utara

Dengan melihat hasil baseline tersebut, maka peneliti memutuskan
pemberian video pada anak dilakukan sebelum dan setelah ke tiga kegiatan
tersebut, sehingga dalam satu hari subjek IP akan diberi 6 kali menonton video.
Contoh: sebelum terapis memulai kegiatan di awal pertemuan maka IP akan diberi
kesempatan untuk melihat video yang telah direkam sebelumnya. Setelah subjek
IP selesai menonton video, maka terapis memulai kegiatan di awal pertemuan.
Saat proses terapi sedang berjalan dan anak menunjukkan perilaku menepuk
tangan maka terapis akan membantu anak sambil memegang tangan IP
(membantu anak menggenggam tangan) sambil mengatakan : “tidak tepuk tangan,
genggam tangan, hebat”, lalu terapis mengusap-usap dada IP. Setelah kegiatan di
awal pertemuan selesai, maka subjek IP diberikan kesempatan lagi untuk
menonton video sebelumnya. Proses ini juga dilakukan untuk ke dua kegiatan
lainnya, yaitu: pertengahan pertemuan dan akhir pertemuan.
A.2.3. Proses dan Hasil Pelaksanaan Terapi Pertama (B1)
Pada tahapan ini peneliti mulai menunjukkan video yang telah merekam
perilaku menepuk tangan kepada IP. Proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan
selama 1 jam dan dilakukan di tempat terapi setiap hari Senin, Jumat dan Sabtu
pada jam 10.30 - 11.30 WIB. Video diberikan pada anak sebelum dan setelah
anak mengikuti materi pada awal pertemuan, pertengahan dan akhir pertemuan.
Berikut ini adalah hasil perolehan frekuensi perilaku menepuk tangan pada
IP selama pelaksanaan penelitian pemberian video modelling untuk yang pertama
(B1).

70
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.3 Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP saat
pelaksanaanterapi ABA melalui video modelling (B1).
N Kegiatan di
o
:
.

1 Awal
pertemuan
2 Pertengahan
pertemuan
3 Akhir
pertemuan
Total

Frekuensi perilaku menepuk tangan
1

2

3

Hari ke:
4
5
6

Keterangan

9

14

8

8

8

11

6

5

9

12

12

12

9

9

15

9

9

9

10

17

9

9

9

12

6

6

8

31

43

29

26

26

38

21

20

26

7

8

9
1. Pada saat pemberian terapi
pertama
(B1),
perilaku
menepuk tangan lebih banyak
muncul pada hari ke dua.
2. Pada pelaksanaan hari
ketujuh
dan
kedelapan,
frekuensi perilaku menepuk
tangan pada anak mulai
menurun yaitu 21 kali dan 20
kali. Akan tetapi pada hari
kesembilan, perilaku menepuk
tangan
anak
kembali
meningkat dari 20 kali
menjadi 26 kali.

Pada pelaksanaan terapi pertama (B1) saat video diberikan, IP sulit untuk
mau memperhatikan video yang ada dihadapannya sehingga terapis harus
membantu dengan memberikan instruksi “lihat” kepada IP. Selain itu, pada
beberapa pertemuan walaupun mata IP melihat ke layar video akan tetapi ia tidak
memperhatikan adegan yang ada di video akan tetapi ia melihat titik tertentu
sambil meniup-niup layar video kemudian tertawa.
Untuk proses menggenggam tangan, pada saat minggu pertama pelaksanaan
terapi IP belum mampu memahami instruksi “genggam tangan” yang diberikan
sehingga terapis harus membantu dengan memberikan prompt penuh (bantuan
penuh) dengan mengapitkan kedua tangan anak dan membuat gerakan
menggenggam tangan yang tepat. Pada saat minggu kedua anak sudah mulai
mampu memahami instruksi “genggam tangan” yang diberikan oleh terapis
sehingga saat terapis memberikan instruksi tersebut IP sudah mampu untuk
71
Universitas Sumatera Utara

menggenggam tangan,

walaupun kondisi ini belum konsisten sehingga pada

beberapa pertemuan anak masih tetap harus dibantu dengan prompt modelling
(terapis menirukan gerakan genggam tangan). Pada minggu kedua ini (pertemuan
kelima) anak mulai bingung untuk membedakan antara genggam tangan dan lipat
tangan, hal ini terlihat saat terapis memberikan instruksi “genggam tangan” IP
tidak menggenggam tangan tetapi ia menunjukkan perilaku melipat tangan.
Pelaksanaan minggu ketiga, IP sudah mulai mampu memahami instruksi
“genggam tangan” sehingga saat instruksi diberikan ia langsung menggenggam
tangan tanpa adanya bantuan lagi.
Sementara itu untuk sikap menggenggam tangan, pada saat minggu pertama
pelaksanaan terapi IP belum mampu menggenggam tangan secara tepat. Saat
diberi instruksi genggam tangan, IP tidak memberikan respon (terkadang melihat
ke kiri dan ke kanan) sehingga terapis harus membantu anak untuk menggenggam
tangan. Pada akhir minggu pertama pelaksanaan terapi, gerakan menggenggam
tangannya juga belum tepat, tangan kanan IP menggenggam ujung jari tengah dan
jari manis saja. Pada pelaksanaan minggu kedua, sikap menggenggam tangan IP
sudah mulai tepat. Ia sudah mulai mampu memasukkan ujung jari tangan kanan
ke ujung jari tangan kiri, akan tetapi perilaku menggenggam tangan yang
diperlihatkan hanya beberapa detik (sikap menggenggam tangan tidak bertahan
lama) kemudian IP kembali melepas genggaman tangannya dan kembali menepuk
tangan. Saat anak sudah menunjukkan perilaku menggenggam tangan, terapis
membantu anak sehingga ia dapat menahan gerakan menggenggam tangan lebih

72
Universitas Sumatera Utara

lama sampai anak dapat merasakan efek dari menggenggam tangan tersebut dan
terlihat lebih tenang.
Berikut ini juga akan disajikan tabel frekuensi perilaku menepuk tangan
pada IP sebelum (A1) dan saat (B1) diberikan terapi ABA dengan media video
modelling.

73
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.4 Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek IP sebelum, saat pemberian terapi ABA melalui video
modelling.

N
o.

1.
2.
3.

Kegiatan di:

Awal pertemuan
Pertengahan
pertemuan
Akhir pertemuan
Total

Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP sebelum dan saat pemberian terapi ABA melalui VM pd
hari ke :
Sebelum (Baseline 1)
A1
Hari ke :
1
2
3
4
5

Saat pemberian terapi (Intervensi 1)
B1
Hari ke :
1
2
3
4
5
6
7
8
9

6
9

5
10

8
11

8
9

9
15

9
12

14
12

8
12

8
9

8
9

11
15

6
9

5
9

9
9

10
25

8
23

10
29

17
34

16
40

10
31

11
43

9
29

9
26

9
26

12
38

6
21

6
20

8
26

Evaluasi

1.Perilaku menepuk tangan paling
banyak
muncul pada saat
intervensi pertama (B1) di hari
kedua yaitu 43 kali.
2. Perilaku menepuk tangan
paling sedikit muncul pada saat
intervensi pertama yaitu 20 kali.

73
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas terlihat bahwa perilaku menepuk tangan pada subjek IP
pada saat sebelum (A1) diberikandan saat diberikan (B1) terapi ABA dengan
video modelling. Dari tabel diatas terlihat pada saat baseline pertama (A1)
perilaku menepuk tangan yang paling banyak terjadi di hari kelima yaitu: 40 kali
dan perilaku menepuk tangan yang paling sedikit terjadi di hari ke dua yaitu: 23
kali. Pada pelaksanaan terapi pertama (B1)terlihat tidak ada pola tertentu dari
perilaku menepuk tangan pada IP, hal ini terlihat dari jumlah perilaku menepuk
tangan dari hari pertama sampai hari kesembilan yang terkadang jumlahnya
meningkat dan terkadang jumlah menurun yaitu: 31 , 43, 29, 26, 26, 38, 21, 20, 26
kali.
Dari hasil observasi peneliti selama pelaksanaan penelitian (B1),
perubahan perilaku menepuk tangan pada subjek IP harus melalui beberapa
tahapan. Pada saat awal pemberian terapi, subjek IP tidak memahami instruksi
yang diberikan oleh terapis sehingga saat terapis memberikan instruksi “tidak
tepuk tangan, genggam tangan” hal ini tidak membuat IP langsung untuk
menghentikan perilaku menepuk tangan. Kondisi subjek IP yang belum
memahami instruksi tersebut membuat terapis harus memberikan prompt
(bantuan) saat memberikan instruksi. Pada saat pelaksanaan terapi juga terlihat,
ketika IP melihat video yang diberikan dan mendengar instruksi “tidak tepuk
tangan, genggam tangan” IP langsung menggenggam tangan sehingga proses
pemberian video modelling juga membantu IP untuk melakukan perilaku yang
seharusnya dilakukan.

74
Universitas Sumatera Utara

Hal lain yang juga terlihat ialah: proses perubahan perilaku dari menepuk
tangan menjadi menggenggam tangan. Perubahan perilaku dari menepuk tangan
tidak langsung berubah menjadi perilaku menggenggam tangan. Pada saat awal
pemberian terapi, IP masih harus dibantu oleh terapis untuk melakukan gerakan
menggenggam tangan. Setelah beberapa hari, saat terapis memberikan instruksi
“tidak tepuk tangan, genggam tangan”, subjek IP sudah mampu merespon dengan
gerakan menggenggam ujung jarinya. Dan pada saat hari terakhir pelaksanaan
terapi gerakan menggenggam tangan sudah mampu dilakukan oleh IP dengan
tepat.

A.2.5. Tahap Baseline 2 (A2)
Setelah pelaksanaan penelitian, maka tahap selanjutnya adalah peneliti akan
melihat perubahan perilaku menepuk tangan pada IP di tahap baseline II (A2),
akan tetapi peneliti memberikan rentang waktu 1 minggu antara pelaksanaan
penelitian (B1) dengan pengambilan data baseline II (A2). Berikut ini adalah hasil
perolehan frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP setelah pemberian video
modelling pada saat aktifitas dari masing-masing kegiatan yang diberikan.

75
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.5. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP setelah
pemberian terapi ABA melalui video modelling (A2)
No.

1.
2.
3.

Kegiatan di

Awal
pertemuan
Pertengahan
pertemuan
Akhir
pertemuan
Total

Frekuensi perilaku menepuk tangan setelah
pemberian terapi ABA dengan video modelling :
1

Hari ke:
2 3 4

5

Evaluasi

3

0

3

3

3

7

1

3

3

3

1

1

0

0

1

11

2

6

6

7

1. Perilaku menepuk tangan
paling sering terjadi pada hari
pertama yaitu 11 kali.
2. Perilaku menepuk tangan
paling sedikit terlihat pada hari
kedua yaitu 2 kali.
3. Pada hari kedua, perilaku
menepuk tangan sudah tidak
terlihat pada saat pemberian
materi di awal pertemuan.
Pada hari ketiga dan keempat
(saat
materi
di
akhir
pertemuan) perilaku menepuk
tangan juga tidak lagi muncul.

Dari tabel diatas terlihat bahwa frekuensi perilaku menepuk tangan pada
IP setelah pemberian terapi ABA melalui video modelling (A2). Pada hari
pertamabaseline ke dua (A2)frekuensi perilaku menepuk tangan IP pada
pertengahan pertemuan lebih tinggi (7 kali)bila dibandingkansaat awal pertemuan
dan akhir pertemuan (3 kali dan 1 kali). Sedangkan pada hari ke dua, perilaku
menepuk tangan sudah lebih rendah bila dibandingkan dengan hari pertama dan
kondisi ini terjadi pada semua kegiatan yang diberikan. Bahkan pada awal
pertemuan, perilaku menepuk tangan IP tidak muncul, dan pada pertengahan juga
akhir pertemuan perilaku menepuk tangan anak muncul hanya 1 kali. Hari kedua
anak terlihat lebih tenang dan dapat menahan gerakan untuk menepuk tangan (saat
anak ingin menepuk tangan, gerakan tersebut dapat ditahan sehingga yang terjadi
bukan menepuk tangan tetapi menggenggam tangan).
76
Universitas Sumatera Utara

Berikut ini akan disajikan tabel frekuensi perilaku menepuk tangan pada
IP sebelum, saat dan setelah diberikan terapi ABA dengan video modelling.

77
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.6. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP sebelum (A1), saat pemberian terapi (B1) dan setelah pemberian (A2)
terapi ABA melalui video modelling.
N
o.

Kegiatan di

Frekuensi perilaku menepuk tangan sebelum dan sesudah pemberian terapi ABA melalui VM pd hari ke :

1
1.
2.
3.

Awal
pertemuan
Pertengahan
pertemuan
Akhir
pertemuan
Total

Sebelum
Hari ke :
2
3
4

5

1

2

Saat pemberian terapi
Hari ke :
3
4
5
6
7

8

9

1

Sesudah
Hari ke:
2 3 4

Evaluasi
5

6

5

8

8

9

9

14

8

8

8

11

6

5

9

3

0

3

3

3

9

10

11

9

15

12

12

12

9

9

15

9

9

9

7

1

3

3

3

10

8

10

17

16

10

17

9

9

9

12

6

6

8

1

1

0

0

1

25

23

29

34

40

31

43

29

26

26

38

21

20

26

11

2

6

6

7

1.Perilaku menepuk tangan paling
banyak terjadi pada saat pelaksanaan
intervensi pertama (B1) di hari kedua
yaitu: 43 kali.
2. Perilaku menepuk tangan paling
sedikit terjadi pada saat baseline
kedua (B2) di hari kedua yaitu 2 kali.
3. Pada saat baseline kedua (A2)
perilaku menepuk tangan terlihat
semakin berkurang, bahkan pada saat
hari kedua pada materi di awal
pertemuan perilaku menepuk tangan
IP sudah tidak muncul. Begitu juga
pada hari ketiga dan keempat,
perilaku menepuk tangan tidak
muncul pada materi di pertengahan
pertemuan dan akhir pertemuan

78
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa frekuensi perilaku menepuk tangan
sebelum pemberian video modelling pada hari pertama di awal pertemuan adalah
sebanyak 6 kali. Tetapi setelah pemberian video modelling selama 1 bulan terlihat
perilaku menepuk tangan anak untuk kegiatan di awal pertemuan menurun
menjadi 3 kali. Demikian juga saat pertengahan pertemuan, frekuensi perilaku
menepuk tangan pada anak sebelum pemberian video modelling dan setelah
pemberian video modelling berkurang dari 9 kali dan 10 kali gerakan, menjadi 7
kali dan 1 kali saja. Pada hari kedua perilaku menepuk tangan pada IP juga
berkurang, walaupun gerakan menggenggam tangan IP terkadang terlihat tidak
sempurna (IP hanya meremas ujung jari manis dan jari kelingking) akan tetapi
gerakan menepuk tangan sudah dapat digantikan dengan menggenggam tangan.
Pemberian prompt pun terkadang masih diberikan (verbal prompt) agar IP tidak
menepuk tangan lagi tetapi menggantinya menjadi menggenggam tangan.
Pada hari ketiga pengukuran setelah pemberian video modelling, terlihat
frekuensiperilaku menepuk tangan IP sedikit bertambah dibanding dengan hari
kedua yaitu 3 kali untuk kegiatan di awal pertemuan, 3 kali saat pertengahan
pertemuan dan saat akhir pertemuan IP tidak menunjukkan perilaku menepuk
tangan. Perilaku IP

pada hari ketiga ini pun tidak bisa diam dan selalu

menggerak-gerakkan tubuhnya, akan tetapi saat terapis meminta IP untuk
menggenggam tangan terlihat anak langsung menggenggam tangan. Pada
pengukuran hari keempat dan kelima juga terlihat ada penurunan jumlah perilaku
menepuk tangan pada IP sebelum dan setelah pemberian video modelling.

79
Universitas Sumatera Utara

Hal lain juga yang terlihat dari IP adalah: gerakannya pada saat hendak
menepuk tangan pun dapat ia tahan (gerakan menjadi melambat)

sehingga

perilaku yang awalnya hendak menepuk tangan berubah menjadi perilaku
menggenggam tangan. Walaupun gerakan menggenggam tangan IP terkadang
belum sempurna, dimana terkadang ia hanya menggenggam ujung jari manis dan
kelingking, namun gerakan yang diperlihatkan sudah pada gerakan menggenggam
tangan. Selain itu, apabila menggenggam tangan dilakukan beberapa detik lebih
lama (memberikan anak kesempatan untuk menggenggam tangan lebih lama)
anak jadi terlihat menjadi lebih tenang, gerakan tubuh yang sebelumnya bergerak
cepat menjadi lebih melambat dan akhirnya menjadi tenang, dan ekspresi wajah
lebih santai. Gerakan menggenggam tangan yang dilakukan sedikit lebih lama
pada IP terlihat memberikan efek menenangkan pada IP, daripada gerakan
menggenggam tangan yang dilakukan sebentar saja (saat anak sudah
menggenggam tangan jangan langsung dilepas tetapi biarkan ia menggengggam
tangan beberapa saat sampai ia terlihat tenang).

A.2.5. Tahap Pelaksanaan Pemberian Terapi Kedua (B2)
Pada tahapan ini peneliti kembali menunjukkan video sebelumnya yang
telah merekam perilaku menepuk tangan anak kepada IP, akan tetapi rentang
waktu antara baseline kedua (A2) dengan pemberian terapi kedua ini (B2) sangat
jauh kurang lebih 1 bulan. Proses pelaksanaan penelitian ini dilakukan selama 1
jam. Penelitian dilakukan di tempat terapi pada jam 10.30 - 11.30 WIB. Video
diberikan pada anak sebelum dan setelah anak mengikuti kegiatan di awal

80
Universitas Sumatera Utara

pertemuan, pertengahan dan akhir pertemuan. Sehingga dalam satu kali
pertemuan, anak akan menonton video sebanyak 6 kali.
Pada

saat pemberian video kepada IP, anak memberikan respon yang

berbeda. Pada beberapa pertemuan (misalnya pada awal pertemuan hari ke 10) IP
melihat video sambil meniup-niup layar video tersebut. Sementara pada beberapa
pertemuan lain, IP tidak melihat layar video dan lebih tertarik untuk melihat ke
kiri dan kanan. Kondisi ini membuat terapis harus mengulang instruksi beberapa
kali hingga IP benar-benar melihat ke layar video. Pada beberapa pertemuan juga
terlihat, walaupun IP tidak memperhatikan layar video akan tetapi saat terdengar
instruksi “genggam tangan” dari video maka ia akan secara spontan
menggenggam tangan.
Berikut ini adalah hasil perolehan frekuensi perilaku menepuk tangan pada
IP selama pelaksanaan penelitian pemberian video modelling untuk yang kedua
(B2).

81
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.7 Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP saat pelaksanaan terapi ABA melalui video modelling yang
kedua (B2).
No
.

1.
2.
3.

Kegiatan
di:

Frekuensi perilaku
menepuk tangan pada
Ipsaat pemberian
Keterangan
terapi ABA melalui
VM untuk yang kedua
(B2) pd hari ke :
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Awal
6 3 1 0 3 0 0 1 1 Pada saat pelaksanaan terapi kedua (B2) perilaku menepuk
pertemuan
tangan IP terlihat semakin berkurang, bahkan pada hari
Pertengahan 5 3 0 0 0 0 0 2 0 ketiga pada saat pertengahan pertemuan perilaku menepuk
tangan sudah tidak muncul.
pertemuan
Akhir
5 2 2 1 2 0 0 2 0 Hari ke enam dan ketujuh perilaku menepuk tangan IP sudah
tidak terlihat di semua kegiatan yang diberikan di awal
pertemuan
pertemuan, pertengahan pertemuan dan di akhir pertemuan.

82
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel diatas terlihat bahwa pada saat pelaksanaan terapi yang kedua
(B2) perilaku menepuk tangan IP mengalami pengurangan dari hari pertama
sampai dengan hari kesembilan. Pada awal pertemuan, perilaku menepuk tangan
pada hari pertama sebanyak 6 kali dan pada hari yang keempat perilaku menepuk
tangan sama sekali tidak muncul, walau pada hari kelima perilaku menepuk
tangan kembali muncul sebanyak 3 kali akan tetapi pada hari keenam dan ketujuh
perilaku ini tidak lagi terlihat. Pada hari kedelapan dan kesembilan perilaku
menepuk tangan kembali muncul sebanyak 1 kali.
Pada sesi pertengahan pertemuan, perilaku menepuk tangan di hari
pertama terlihat muncul sebanyak 5 kali dan di hari ke tiga perilaku menepuk
tangan sama sekali tidak terlihat. Hari keempat sampai hari ketujuh juga tidak
terlihat perilaku menepuk tangan, walau pada hari kedelapan perilaku ini muncul
lagi, akan tetapi pada hari kesembilan perilaku menepuk tangan IP tidak lagi
terlihat.
Pada sesi akhir pertemuan di hari pertama perilaku menepuk tangan
terlihat sebanyak 5 kali dan di hari kedua jumlahnya turun menjadi 2 kali. Hari
keenam dan ketujuh perilaku menepuk tangan sama sekali tidak terlihat, walau
hari kedelapan perilaku menepuk tangan kembali muncul sebanyak 2 kali akan
tetapi pada hari kesembilan perilaku menepuk tangan sama sekali tidak terlihat
lagi. Berikut ini adalah hasil perolehan frekuensi perilaku menepuk tangan pada
IP sebelum pemberian (A1), saat pemberian terapi pertama (B1), setelah
pemberian terapi pertama (A2) dan saat pemberian terapi kedua (B2) terapi ABA
dengan

video

modelling

pada

subjek

IP.

83
Universitas Sumatera Utara

Tabel 4.8. Frekuensi perilaku menepuk tangan pada subjek IP sebelum, saat pemberian terapi dan setelah pemberian terapi
ABA melalui video modelling.
N Kegiat
o an di:
.

Frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP sebelum dan sesudah pemberian terapi ABA melalui VM pd hari ke :

1
1
.
2
.

3
.

Awal
pertem
uan
Perteng
ahan
pertem
uan
Akhir
pertem
uan
Total

Sebelum (Baseline 1)
A1

Saat pemberian terapi (Intervensi 1)
B1

Hari ke :
2
3
4

Hari ke :
4
5
6

5

1

2

3

7

8

9

Sesudah (Baseline
2)
A2
Hari ke:
1
2 3 4 5

Saat pemberian terapi (Intervensi
2)
B2
Hari ke:
1
2 3 4 5 6 7 8 9

6

5

8

8

9

9

14

8

8

8

11

6

5

9

3

0

3

3

3

6

3

1

0

3

0

0

1

1

9

10

11

9

15

12

12

12

9

9

15

9

9

9

7

1

3

3

3

5

3

0

0

0

0

0

2

0

10

8

10

17

16

10

11

9

9

9

12

6

6

8

1

1

0

0

1

5

2

2

1

2

0

0

2

0

25

23

29

34

40

31

43

29

26

26

38

21

20

26

11

2

6

6

7

16

8

3

1

5

0

0

5

1

Evaluasi

1.. Dari keseluruhan proses
terapi terlihat perilaku
menepuk tangan paling
sering muncul pada saat
pelakasanaan
terapi
pertama (B1) di hari ke dua
yaitu 43 kali.
2. Pada saat baseline kedua
(B2) perilaku menepuk
tangan sudah tidak muncul
dihari ke dua dan hari
ketiga. Pada hari kedua dan
ketiga, di semua materi
(awal
pertemuan,
pertengahan dan akhir
pertemuan) anak tidak
memperlihatkan perilaku
menepuk tangan.

84
Universitas Sumatera Utara

Dari tabel di atas terlihat perubahan perilaku menepuk tangan pada subjek
IP sebelum diberikan terapi ABA menggunakan media video modelling dan
setelah diberikan terapi ABA menggunakan media video modelling.Pada saat
sebelum diberikan terapi (baseline pertama) total perilaku menepuk tangan pada
hari pertama sebanyak 25 kali, hari kedua 23 kali, hari ketiga 29 kali, hari
keempat 34 kali dan hari kelima 40 kali. Sedangkan pada saat setelah pemberian
terapi ABA menggunakan video modelling (baseline kedua) terlihat total perilaku
menepuk tangan pada hari pertama sebanyak 11 kali, hari kedua 2 kali, hari ketiga
6 kali, hari keempat 6 kali dan hari kelima sebanyak 7 kali. Hal ini berarti bahwa
ada perubahan frekuensi perilaku menepuk tangan pada IP, dimana terjadi
penurunan jumlah perilaku menepuk tanga