Kajian Hukum Kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi Nasabah

1

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Perlindungan terhadap nasabah bank menjadi hal yang sangat berpengaruh
terhadap indrustri perbankan. Hal ini dikarenakan bisnis perbankan sangat
berkaitan erat dengan kepercayaan. Apabila masyarakat percaya pada suatu bank,
maka mereka akan merasa aman menjadi nasabah yang bersangkutan. Sebaliknya,
ketidakpercayaan masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kelansungan
bisnis sebuah bank. 1
Dalam interaksi yang terjadi antara nasabah dan bank tidak jarang terjadi
perselisihan. Sebagai contoh, kasus tentang uang yang belum keluar dari mesin
Anjungan Tunai mandiri (ATM) namun sudah terdebet, tertelannya kartu debet
oleh mesin ATM yang sering berakhir dengan terkurasnya dana nasabah,
permasalahan kartu kredit, perbedaan saldo pokok dan bunga dan lain-lain. 2
Bank Indonesia melalui peraturan No. 8/5/PBI/2006 tanggal 30 Januari
2006 mengatur tentang Mediasi Perbankan. 3 Pembentukan Lembaga mediasi
perbankan ini bertujuan agar sengketa di bidang perbankan anatara nasabah
dengan bank dapat dilakukan secara sederhana, murah dan cepat melalui cara


1

Wendie Razif Soetikno,Peran BI dalam Mengoptimalkan Kedudukan Komisaris Independen
sebagai Mediator Perbankan. ( Bandung,Pt Aditya Bakti,2007).
2
Ibid.
3
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

2

mediasi. 4 Sayangnya peraturan tersebut tidak secara jelas mengatur tentang hak,
kewenangan dan/atau sanksi yang dapat dijatuhkan oleh lembaga tersebut atas
pihak yang dinilai lalai atau melakukan kesalahan. 5
Dalam dunia perbankan, pihak nasabah merupakan unsur yang sangat
berperan sekali, mati hidupnya dunia perbankan bersandar kepada kepercayaan
dari pihak masyarakat atau nasabah. 6 Keberadaan aset bank dalam bentuk
kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga karena bank tidak memiliki uang

tunai yang cukup untuk membayar kewajiban kepada semua nasabahnya
sekaligus. 7
Bank menyediakan produk berupa penerimaan simpanan dana pemberian
kredit. Simpanan dapat ditarik nasabah setiap saat, sedangkan piutang bank hanya
dapat ditagih oleh bank berdasarkan jangka waktu tertentu, sehingga apabila
terjadi krisis kepercayaan, maka dapat terjadi bank kekurangan dana karena
nasabah menarik simpanan mereka. 8 Itulah sebabnya bank disebut sebagai
lembaga kepercayaan. 9 Maka wajarlah jika diberbagai belahan dunia biasanya
sektor keuangan sangat diawasi oleh pemerintah (highly regulated industry)
karena ada kepentingan umum yang harus dilindungi.

10

Dalam prespektif

Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
4

Ibid.hal. 49.
Ibid.

6
Muhammad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia,: (Bandung,PT.Citra Aditya
Bhakty,2003), hal 282.
7
Zulkarnain Sitompul, Peran dan Fungsi Bank Dalam Sistem Perekonomian,
(http:/zulsitompul.wordpress.com),, diakses 5 Febuari 2017.
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Yunus Husein, Pelajaran dari Krisis Keuangan Amerika,(http:/w.w.w.economy.okezone.comindex.php/ReadStory/2008/10/07/212/151437/pelajaran-dari-krisis-keuangan-amerika), diakses pada
10 April 2017.

5

Universitas Sumatera Utara

3


(“UUPK”) 11 , baik perjanjian simpanan maupun perjanjian kredit, kedudukan
nasabah bank

merupakan konsumen yang harus memperoleh perlindungan

hukum. Perlindungan hukum bagi nasabah seharusnya sudah dilakukan pada
tahap pra-perjanjian sampai dengan pelaksanaan perjanjian. 12
Ketika hubungan hukum antara bank dan nasabah mulai tercipta, maka
sejak itu terbuka kemungkinan sengketa antara para pihak. Penyelesaian sengketa
tersebut dapat dilakukan melalui proses litigasi dan non litigasi. Praktek
perbankan

selama

ini

dalam

menyelesaikan


sengketa

belum

banyak

mempergunakan proses non-litigasi. 13 Hal ini dapat dilihat dari perjanjianperjanjian yang dibuat anatar bank dan nasabah yang tidak mencantumkan klasul
seperti abitrase, mediasi, dan sebagainya seperti yang dikemukakan dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa(APS). 14 Penyelesaian sengketa, hak melalui pengadilan
atau arbitrase bersifat formal, memaksa, melihat masalah ke belakang dengan
memeperhatiakan ciri pertentangan dan apa yang mendasarkan hak-hak. Dalam
hal ini para pihak yang menyelesaikan suatu sengeketa harus melalui prosedur
pemutusan perkara yang didasarkan pada ketentuan yang ketat dan hak serta
kewajiban hukum para pihak. Sebaliknya, penyelesaian sengketa alternatifsifatnya
tidak

formal,

sukarela,


melihat

kedepan,

kooperatif

dan

berdasarkan

11

Indonesia (Perlindungan Konsumen), Undang-Undang tentang Perlindungan Konsumen, UU
No. 8 Tahun 1999, LN Nomor 42 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821.
12
Ibid.
13
Ibid.
14

Indonesia (Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa), Undang-Undang Tentang Arbitrase
dan Alternatif Penyelesaian Sengketa.UU No. 30 Tahun 1999.Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3872.

Universitas Sumatera Utara

4

kepentingan. 15 Timbulnya sengekta tersebut terutama dapat disebabkan oleh
empat hal yaitu :(1) Informasi yang kurang memadai mengenai karakteristik
produk atau jasa yang ditawarkan bank; (2)Pemahaman nasabah terhadap aktivitas
dan produk atau jasa perbankan yang masih kurang;(3) Ketimpangan hubungan
antara nasabah dengan bank, khususnya bagi nasabah peminjam dana;(4)Tidak
adanya saluran yang memadai untuk menfasilitasi penyelesaian awal sengketa
yang terjadi antara nasabah dengan bank.
Dalam upaya mengurangi berbagai keluhan nasabah tersebut, maka Bank
Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia mengeluarkan peraturan yang
menjadi dasar hukum bagi nasabah untuk menyatakan ketidakpuasanya dan
mengajukan aduan kepada pihak perbankan. 16 Berdasarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah. 17

Melalui

kebijakan

ini,

maka

diberi

kesempatan

bagi

nasabah

untuk

menyampaikan segala ketidakpuasanya terhadap berbagai jenis tranksaksi
perbankan yang dilakukan. Kemudian, karena dirasa kurang dapat memuaskan

nasabah, Bank Indonesia mengambil inisiatif untuk mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang Mediasi Perbankan. 18
Mengingat pentingnya perlindungan nasabah tersebut, Bank Indonesia
menetapkan upaya perlindungan nasabah sebagai salah satu pilar dalam Arsitektur

15

Bismar
Nasution,
Penyelesaian
Sengketa
Alternatif
Melalui
Mediasi,
(http/bismarnastyfiles.wordpress.com/2007/06).diakses pada tanggal 20 Febuari 2017.
16
Ibid.
17
Indonesia,(Penyelesaian Pengaduan Nasabah), Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005,
Tentang Penyelesaian Pengaduan Nasabah.

18
Indonesia,(Mediasi Perbankan) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006, Tentang
Mediasi Perbankan..

Universitas Sumatera Utara

5

Perbankan Indonesia (API). 19 API merupakan suatu kerangka dasar sistem
perbankan Indonesia yang terdiri dari enam pilar, bersifat menyeluruh dan
meberikan arah, bentuk, dan tatanan pada indrustri perbankan untuk rentang
waktu lima sampai sepuluh tahun kedepan. 20
Adapun enam pilar API adalah struktrur perbankan yang sehat, sistem
pengaturan yang efektif, sistem pengawasan yang independen dan efektif,
indrustri perbankan yang kuat, infrastruktur pendukung yang mencukupi, dan
perlindungan konsumen. 21 Upaya perlindungan nasabah dalam pilar keenam API
dituangkan dalam empat aspek yang terkait satu sama lain dan secara bersamasama akan dapat meningkatkan perlindungan dan pemberdayaan hak-hak nasabah.
Empat aspek tersebut adalah :a) penyusunan standar mekanisme pengaduan
nasabah; b) pembentukan lembaga mediasi perbankan; c)penyusunan standar
transparansi informasi produk dan peningkatan edukasi untuk nasabah. 22

Harapan dengan adanya Lembaga Mediasi perbankan, yaitu penyelesaian
sengeketa dapat dilakukan secara sederhana, murah, cepat dan efesien. Menurut
Felix Oentoeng Soebagjo, tujuan utama mediasi, yaitu: 23

19

Erna Priliasari, Mediasi Perbankan Sebagai Wujud Perlindungan Terhadapa
Nasabah.”(w.w.w.legalitas.org), diakses 25 Febuari 2017.
20
Ibid.
21
Ibid.
22
Ibid
23
Felix Oentoeng Soebagjo, Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa di bidang Perbankan..
Bahan Diskusi Terbatas “Pelaksanaan Mediasi Perbanakan Oleh Bank Indonesia dan Pembentukan
Lembaga Independen Mediasi Perbankan” Kerjasama Magister Hukum Bisnis dan Kenengaraan
UGM dan Bi,21 Maret 2007.

Universitas Sumatera Utara

6

a. Membantu mencarikan jalan keluar /alternatif penyelesaian atas sengeketa
yang timbul di antara para pihak yang disepakati dan dapat diterima oelh
para pihak yang bersengketa.
b. Dengan demikian, proses negoisasi adalah proses yang forward loading
dan bukan backward looking. Yang hendak dicapai bukanlah mencari
kebenaran dan/atau dasar hukum yang diterapkan, melainkan lebih pada
penyelesaian masalah.
Memperhatikan uraian harapan dan tujuan adanya lembaga mediasi perbankan
tersebut, 24 maka terlihat bahwa lembaga tersebut sangat penting sebagai sarana
penyelesaian sengketa perbankan secara sederhana, murah, cepat dan efesien dan
juga membantu menjaga reputasi bank. 25
Betitik tolak pada permasahan penyelesaiakan sengketa antara bank dan
nasabah diatas, penulis tertarik untuk membahas bagaimana kedudukan lembaga
mediasi perbankan dalam pemberian perlindungan bagi nasabah.

A. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah
yang akan dibahas adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah bentuk perlindungan nasabah Bank di Indonesia?
2. Bagaimanakah pengaturan Lembaga Mediasi Perbankan di Indonesia?

24
25

Ibid.
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

7

3. Bagaimanakah

kedudukan

Lembaga

Mediasi

Perbankan

sebagai

perlindungan terhadap nasabah?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Penyusunan skripsi ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
1.

Untuk mengetahui bagaimana bentuk perlindungan nasabah Bank di
Indonesia.

2.

Untuk mengetahui tentang pengaturan Lembaga Mediasi Perbankan di
Indonesia.

3.

Untuk mengetahui tentang kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan
sebagai perlindungan terhadap nasabah.
Manfaat penulisan yang diharapkan melalui penulisan skripsi ini adalah :

1. Secara Teoritis
Skripsi ini diharapakan dapat memberikan manfaat dan masukan bagi
perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya tentang kedudukan lembaga
mediasi perbankan serta manfaatnya bagi nasabah bank.
2. Secara Praktis
Penulisan skripsi ini diharapkan dapat menjadi bahan informasi serta
masukan bagi pemerintah, pemilik bank, dan konsumen mengenai
lembaga mediasi perbankan dalam pemberian perlindungan bagi nasabah.

Universitas Sumatera Utara

8

D. Keaslian Penulisan
Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui dari Lingkungan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan skripsi dengan judul “Kajian Hukum
Kedudukan Lembaga Mediasi Perbankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi
Nasabah.”

Belum

pernah

ditulis

sebelumnya.

Dengan

demikian,

dari

permasalahan serta tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini, maka dapat
dikatakan bahwa skripsi ini adalah merupakan karya sendiri yang asli dan bukan
jiplakan dari skripsi orang lain yang diperoleh dari pemikiran, referensi bukubuku, makalah-makalah, jurnal, media elektronik, yaitu internet serta bantuan dari
berbagai pihak. Jika terdapat judul skripsi yang hamper sama dengan ini, akan
tetapi substansi pembahasannya berbeda.
E. Tinjauan Kepustakaan
Adapun judul yang dikemukakan penulis “Kajian Hukum Kedudukan
Lembaga Mediasi Perabaankan Dalam Pemberian Perlindungan Bagi Nasabah”,
maka sebelum diuraikan lebih lanjut terlebih dahulu Penulis akan memberikan
penjelasan tentang judul dengan maksud untuk menhindari kesalahpahaman dan
memberikan batasan yang jelas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata “Kedudukan” mengandung
arti Nomina (kata benda) yaitu tempat kediaman; tempat pegawai (pengurus
perkumpulan dan sebagaianya) tinggal untuk melakukan pekerjaan atau
jabatannya; letak atau tempat suatu benda;tingkatan atau martabat;keadaan

Universitas Sumatera Utara

9

sebenarnya;status(keadaan atau tingkatan orang, badan atau Negara dan
sebagainya). 26
Pengertian Bank dan Perbankan

27

menurut UUP Pasal 1 angka 2

menyatakan :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk-bentuk lainya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
rakyat banyak.”
Pasal 1 angka 1 mengatakan :
“Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank,
mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.” 28
Pengertian penyelesaian sengketa alternatif menurut Pasal 1 ngka 10 UU
APS mengatakan :
“ APS adalah lembaga penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui
prosedur yang disepakati para pihak, yajni penyelesaian di luar pengadilan
dengan cara konsultasi, negoisasi , mediasi, konsiliasi, atau penilaian
ahli.” 29
Mediasi berasal dari bahasa Inggris “mediation”, yang berarti melibatkan
pihak ketiga sebagai penengah atau penyelesaian sengketa penengah. 30 Mediasi

26

Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), hal.597
27
Ibid.
28
Ibid.
29
Lihat UU Arbitrase dan APS pasal 1ayat 1
30
Rachmadi Usman, Pilihan Penyelesaian Sengketa Diluar Pengadilan,( Bandung,Citra Aditya
Bakti, 2003), hal 79.

Universitas Sumatera Utara

10

merupakan proses negoisasi penyelesaian masalah dimana suatu pihak luar, tdiak
berpihak, netral tidak bekerja bersama para pihak yang bersengketa suatu untuk
membantu mereka guna mencapai suatu kesepakatan hasil negoisasi yang
memuaskan. Tidak seperti halnya dengan para hakim dan arbiter, mediator
mempunyai wewenang untuk memutuskan sengketa antara para pihak, malahan
para pihak memberi kuasa pada mediator untuk membantu mereka menyelesaikan
problem diantara mereka. 31
Pengertian

“nasabah”

menurut

Kamus

Besar

Bahasa

Indonesia

menjelaskan nasabah adalah “orang yang biasa berhubungan dengan atau menjadi
pelanggan bank ( dalam hal keuangan), dapat juga diartikan sebagai orang yang
menjadi tanggungan asuransi, perbandingan pertalian”. 32
Menurut UUP yaitu pasal 1 ayat 16 mengatakan bahwa:
“Nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank.”
Dalam praktek perbankan dikenal ada tiga macam nasabah yaitu:
1. Nasabah deposan yaitu nasabah yang menyimpan dananya pada suatu
bank.
2. Nasabah yang memanfaatkan fasilitas kredit perbankan.
3. Nasabah yang melakukan transaksi dengan pihak lain melalui bank. 33

31

Muhamad Djumhana, op cit, hal 241
Dinas Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, 2003,hlm 775.
33
Shofie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, (Bandung,Citra Aditya
Bakti, ,2003), hlm 40-41.
32

Universitas Sumatera Utara

11

Istilah nasabah (konsumen) barasal dari alih bahasa dari kata consumer
(Inggris-Amerika), atau consument/konsument (Belanda). Pengertian dari
consumer atau consument itu tergantung dari posisi mana ia berada. Secara
harafiah arti kata consumer adalah (lawan dari produsen) setiap orang yang
menggunakan barang. Tujuan penggunaan barang atau jasa nanti menentukan
termasuk konsumen kelompok mana pengguna tersebut. Begitu pula Kamus
Bahasa Inggris-Indonesia memberi arti kata consumer sebagai pemakai atau
konsumen. 34
Pakar masalah konsumen di Belanda, Hondius menyimpulkan, para ahli
hukum pada umumnya sepakat mengartikan konsumen sebagai, pemakai produk
terakhir dari barang atau jasa. Dengan rumusan ini, Hondius membedakan antara
konsumen antara dan komsumen akhir. 35 Konsumen antara adalah konsumen
yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu
produk lainnya, sedangkan konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir
dari suatu produk.

36

Konsumen akhir ini lah yang dengan jelas diatur

perlindungannya dalam UUPK.
Pengertian konsumen dalam Ketentuan Umum Pasal 1 angka 2 UUPK
menyatakan :
“Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga,

34

Ibid.
Shidarta, Hukum Perlindungan Konsumen Indonesia : (JakartaGrasindo,, 2006), hal. 3.
36
Ibid.
35

Universitas Sumatera Utara

12

orang

lain

maupun

makhluk

hidup

lain

dan

tidak

untuk

diperdagangkan.” 37
Perlindungan konsumen adalah istilah yang dipakai untuk mengambarkan
perlindungan hukum yang diberikan kepada konsumen dalam usaha untuk
memenuhi kebutuhannya dari hal-hal yang dapat merugikan konsumen itu
sendiri. 38
Pengertian Perlindungan Konsumen dalam Ketentuan Umum Pasal 1
angka 1 UUPK menyatakan :
“Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya
kepastian hukum untuk memberi kepada konsumen.” 39

Kalimat yang menyatakan “segala upaya yang menjamin adanya segala
kepastian hukum”, diharapkan sebagai benteng untuk meniadakan tindakan
sewenang-wenang yang merugikan pelaku usaha hanya demi untuk kepentingan
perlindungan konsumen. 40

F. Metode Penulisan
Dalam suatu penulisan skripsi, posisi metode penelitian sangatlah penting
sebagai suatu pedoman. Pedoman ini nantinya akan menjelaskan mengenai apa
yang seharusnya atau yang tidak seharusnya dilakukan dalam penulisan. Dalam
penulisan skripsi ini metode penelitian yang digunakan penulis adalah sebagai
berikut.
37

Lihat UUPK Pasal 1 angka 2.
Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen Di Indonesia:(Bandung, Citra Aditya Bakti,
,2000), hal. 7.
39
Lihat UUPK Pasal 1 angka 1.
40
Zulkarnain Sitompul, op. cit., hal. 15
38

Universitas Sumatera Utara

13

1.

Jenis Penelitian
Dalam penulisan skripsi ini, jenis yang digunakan adalah yuridis normatif.

Penelitian yuridis normatif merupakan penelitian kepustakaan yaitu penelitian
terhadap data sekunder. 41
2.

Sumber Data
Data yang digunakan dalam skripsi ini adalah data sekunder yaitu data yang

diperoleh melalui studi kepustakaan, meliputi peraturan perundang-undangan,
buku, situs internet, media massa, dan kamus serta data lain yang terdiri atas 42 :
a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan
terdiri atas :
1) Pembukaan UUD 1945;
2) Peraturan Perundang-undangan :
a) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan;
b) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Udang No.7 Tahun 1992 Tentang Perbankan;
c) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen;
d) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa;
e) Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/5/PBI/2006 Tentang
Mediasi Perbankan;

41

Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003)
Ibid.

42

Universitas Sumatera Utara

14

f)

Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/7/PBI/2005 Tentang
Penyelesaian Pengaduan Nasabah;

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu buku-buku yang memberikan penjelasan
terhadap bahan hukum primer.
c. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan penjelasan tentang
bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus,bahan
dari internet dan lain-lain.

3.

Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah

metode Library Research (penelitian kepustakaan), yaitu teknik pengumpulan
data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan. 43

4.

Analisis Data
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematis kemudian

dianalisis dengan menggunakan metode dedukatif dan indukatif. Metode
dedukatif dilakukan dengan cara membaca, menafsirkan dan mebandingkan,
sedangkan metode indukatif dilakukan dengan cara menerjemahkan bebagai

43

M. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2003), hal. 27.

Universitas Sumatera Utara

15

sumber yang berhubungan dengan topik dalam skripsi ini, sehingga diperoleh
kesimpulan yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan. 44

G. Sistematika Penulisan
Secara garis besar skripsi ini dibagi atas 5 (lima) Bab dan masing-masing
bab dibagi lagi dalam beberapa sub bagian sesuai dengan kepentingan penulisan.
BAB I

: Pendahuluan menerangkan secara ringkas mengenai latar belakang,
perumusan masalah, tinjauan dan manfaat penulisan, keaslian
penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika
penulisan.

BABII

: Bentuk pelaksanaan perlindungan nasabah bank di Indonesia
menerangkan tentang tinjauan umum mengenai pengertian bank,
dasar hukum pengaturan perbankan di Indonesia, pengertian
perlindungan nasabah bank, aspek perlindungan hukum nasabah
bank

pembahasan dalam bab ii akan menjawab perumusan

masalah pertama dalam skripsi ini.
BAB III

: Pengaturan lembaga mediasi perbankan di Indonesia menjelaskan
mengenai pengertian lembaga mediasi perbankan, aspek hukum
lembaga

mediasi

perbankan

pembahasan,persyaratan

pengajuanpenyelesaian sengketa antara bank dan nasabah dan
proses mediasi perbankan pembahasan dalam bab III akan
menjawab perumusan masalah kedua dalam skripsi ini.
44

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1997),
hal. 71.

Universitas Sumatera Utara

16

BAB IV

: Peranan bank Indonesia dan lembaga independen dalam
pelaksanaan

mediasi

perbankan,persyaratan

pengajuan

penyelesaian sengketa antara bank dan nasabah, penyelesaian
sengketa antara nasabah dan bank melalui lembaga mediasi
perbankan dan kedudukan lembaga medaisi perbankan sebagai
perlindungan bagi nasbah pembahasan dalam bab IV akan
menjawab perumusan masalah ketiga dalam skripsi ini.
BAB V

: Penutup berisi kesimpulan dari bab-bab yang telah dibahas
sebelumnya dan saran yang mungkin berguna dan dapat
dipergunakan untuk menyempurnakan penulisan skripsi ini.

Universitas Sumatera Utara