Pengetahuan dokter gigi tentang penerapan standard precaution di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan pada tahun 2016 Chapter III VI

33

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan metode
survei untuk mengetahui penerapan standard precaution pada ruangan praktik dokter
gigi di Kota Medan.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di praktik dokter gigi di Kota Medan pada tanggal 15
Juli sampai dengan 8 Agustus 2016.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah dokter gigi yang praktik di Kota Medan.

3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh dokter gigi yang berlokasi praktik
di Kota Medan. Jumlah dokter gigi di Kota Medan keseluruhannya adalah 1116

dokter gigi. Data yang di ambil Persatuan Dokter Gigi Indonesia cabang Medan.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini pada pemilihan sampel adalah secara
Simple Random Sampling yaitu menggunakan rumus dan pemilihan sampel yang
dibutuhkan dipilih secara undian.25

Universitas Sumatera Utara

34

Rumus:33
n = Zα2 .P . Q
d2
= (1,96)2 (0,5667) (0,4333) = 94,33% = 94 orang
(0,1)2

Keterangan:
d = Presisi mutlak (10%)
Z = Skor ditentukan derajat kepercayaan (confident level) adalah
95% = 1,96
P = Proporsi pengetahuan dokter gigi tentang penerapan standard precaution

di ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan (Penelitian yang sama
Viska pada tahun 2012)
= 56,67%
Q=1-P
n = Besarnya sampel
Hasil sampel minimal berdasarkan rumus Simple Random Sampling adalah
94 orang. Peneliti meggenapkan sampel menjadi 100 orang untuk menghindari
sampel yang terjadi drop out dan supaya mudah untuk dianalisa data yang akan
didapatkan sebagai penelitian.

Universitas Sumatera Utara

35

3.4 Variabel dan Definisi Operasional
Table 1. Variabel dan Definisi Operasional
No
1

Variabel

Pengetahuan

Definisi Operasional
Pengetahuan

responden

terhadap

standard

precaution ruangan pada praktek dokter gigi di
Kota

Medan,

precaution,

Meliputi


prosedur

defenisi

standard

standard
precaution,

sterilisasi instrument dan ruangan, asepsis dan
desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali
pakai, kualitas air dental dan penanganan limbah
medis dan non medis
2

Tindakan

Tindakan adalah perwujudan dari perbuatan
nyata responden terhadap standard precaution
ruangan di praktek dokter gigi meliputi atas

sterilisasi instrument dan ruangan, asepsis dan
desinfeksi permukaan, penggunaan alat sekali
pakai, kualitas air dental dan penanganan limbah
medis dan non medis

3

Ketersediaan sarana

Ketersediaan sarana adalah bahan-bahan dan
alat-alat

yang

digunakan

dalam

standard


precaution meliputi terdiri atas tempat cuci
tangan atau wastafel dan sabun cair untuk
antiseptik, sterilitator, penggunaan alat sekali
pakai, dan tempat sampah medis dan sampah
non medis.
4

Sterilisasi
dan ruangan

instrumen Sterilisasi adalah prosedur pencegahan infeksi
silang setelah perawatan dilakukan dengan
sterilisasi fisik dan kimia bertujuan untuk
membunuh

dan

menghancurkan

semua


Universitas Sumatera Utara

36

mikroorganisme yang menempel di peralatan
medis dan ruangan.
5

Asepsis dan desinfeksi Asepsis
permukaan

dan

desinfeksi

adalah

prosedur


pencegahan setelah perawatan dilakukan dengan
menutup

permukaan

dental

unit

dan

membersihkannya dengan bahan desinfeksi.
Bertujuan

untuk

mencegah

penyebaran


mikroorganisme antar pasien.
6

Penggunaan

sekali Penggunaan alat sekali pakai adalah alat-alat

pakai

sekali pakai yang digunakan dokter gigi sesuai
standard

precaution

seperti

jarum

suntik,


benang, jarum jahit, blade (mata pisau) dan
ujung saliva ejektor.
7

Kualitas air dental

Kualitas air dental adalah saluran air dan saluran
udara dari dental unit harus sangat diperhatikan
karena saluran ini banyak terkonaminasi dengan
biofilm harus dibersihkan dengan desinfeksi atau
bahan kimia.

8

Penanganan

sampah Penanganan sampah medis dan sampah non

medis


sampah medis adalah cara pembuangan sampah medis

medis

dan

dan non media oleh dokter gigi sesuai dengan
standard

precaution

yang

mana

sampah

dimasukkan dalam kantung plastik yang berbeda
antara sampah medis dengan sampah non medis.

3.5 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada
responden yang setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian dan diisi secara langsung
oleh responden.

Universitas Sumatera Utara

37

3.6 Pengolahan dan Analisis Data
Pada pengolahan data dilakukan proses editing. Data yang terkumpul
dikoreksi ketepatan dan dilanjutkan dengan pengkodean. Setelah itu, data diolah
menggunakan MS Excel. Selanjutnya, dilakukan analisis data dengan melihat
persentase data yang dikumpulkan dan disajikan dalam tabel-tabel distribusi
frekuensi.

3.7 Aspek Pengukuran
Pengetahuan dokter gigi terhadap standard precaution diukur melalui 11
pertanyaan. Responden yang menjawab benar diberi skor 1 dan yang menjawab salah
skor 0, sehingga skor tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 11.
Dikategorikan baik, cukup dan kurang. Kategori baik apabila skor jawaban responden
> 80% dari nilai tertinggi. Kategori cukup apabila skor jawaban responden 79%-60%
dari nilai tertinggi dan kategori kurang jika skor jawaban responden < 60% dari nilai
tertinggi (Gema NY, 2013) (Tabel 2).8 Pengetahuan dalam hal ini menggunakan skala
ukur nominal yang memungkinkan peneliti menempatkan subjek pada kategori atau
kelompok tertentu.25

Tabel 2. Kategori pengetahuan
Alat ukur

Hasil ukur

Kategori penelitian

Skor

Kuesioner

Salah = 0

Baik:> 80% dari nilai tertinggi

9-11

(11 pertanyaan)

Benar = 1

Cukup:60%< skor < 79% dari

7-8

nilai tertinggi
Kurang: < 60% dari nilai tertinggi

80% dari nilai tertinggi, kategori cukup

Universitas Sumatera Utara

38

apabila skor jawaban responden 79%-60% dari nilai tertinggi dan kategori kurang
jika skor jawaban responden 80% dari nilai

(16 pertanyaan)

Kadang-kadang = 1

tertinggi

Selalu = 2

Cukup: 60% < skor < 79%

19-25

nilai tertinggi
Kurang: 80% dari nilai tertinggi

6-8

Ada: 1

Cukup:60%< skor < 79% dari

5-6

( 8 observasi)

Kategori penelitian

Skor

nilai tertinggi
Kurang:

<

60%

dari

nilai

80% dalam hal defenisi standard
precaution, prosedur standard precaution setelah perawatan, sterilisasi ruangan
praktek dokter gigi, permukaan yang harus diasepsis, alat sekali pakai/disposible
yang sering digunakan, cara untuk membersihkan saluran dental unit setelah
perawatan, dan sampah medis yang dimasukkan ke dalam wadah khusus sebelum di

Universitas Sumatera Utara

41

buang. Pengetahuan responden yang termasuk kategori cukup yaitu 79%-60% dalam
hal kategori sterilisasi instrumen berdasarkan perawatan, metode sterilisasi, dan
prosedur desinfeksi pada dental unit, sedangkan pengetahuan responden yang
termasuk kategori kurang yaitu 80% dalam hal melakukan sterilisasi
instrumen sebelum digunakan, melakukan sterilisasi instrumen pencabutan sebelum
digunakan, melakukan sterilisasi instrumen penambalan sebelum digunakan,
melakukan sterilisasi alat skeler sebelum digunakan, menggunakan spuit beserta
jarum sekali pakai, menggunakan jarum sekali pakai, menggunakan ujung saliva
ejektor (bahan plastik) sekali pakai, menggunakan benang yang sudah steril dalam
keemasan, menggunakan jarum jahit yang sekali pakai pada saat operasi dan
menggunakan blade(mata pisau) sekali pakai pada saat operasi. Tindakan dokter gigi
yang termasuk kategori cukup yaitu 79%-60% dalam hal melakukan desinfeksi
handpiece secara teratur, membersihkan saluran air dental unit setelah melakukan
perawatan gigi dan memisahkan tempat sampah medis dan non medis. Tindakan
dokter gigi yang termasuk kategori kurang yaitu 80% dalam hal tempat cuci tangan (wastafel), penyediaan sabun cair
antiseptik, penyediaan spuit dan jarum suntik untuk anestesi, penyediaan jarum jahit
untuk operasi, penyediaan blade (mata pisau), penggunaan alat sterilisasi instrumen,
tempat sampah medis, dan tempat sampah non medis (tabel 10).
Tabel 10. Ketersediaan sarana dokter gigi terhadap standard precaution di ruangan
praktek dokter gigi (n=100).
Ketersediaan sarana di ruangan praktek dokter
gigi
Tempat cuci tangan (wastafel)
Penyediaan sabun cair antiseptic
Penyediaan spuit dan jarum suntik untuk anestesi
Penyediaan jarum jahit untuk operasi
Penyediaan blade (mata pisau)
Penggunaan alat sterilisasi instrument
Tempat sampah medis
Tempat sampah non medis

Ada
n
100
100
100
83
87
95
85
86

%
100
100
100
83
87
95
85
86

Tidak ada
n
0
0
0
17
13
5
15
14

%
0
0
0
17
13
5
15
14

Universitas Sumatera Utara

49

Hasil Ketersediaan Sarana Responden yang Menyediakan
Peralatan di Ruangan Praktek Dokter Gigi
120
100

100

100

100

83

87

95
85

86

80
60
40

%

20
0
Wastafel Sabun cair Spuit dan
antiseptik jarum
suntik

Jarum
jahit

Blade
(mata
pisau)

Alat
Sampah Sampah
Sterilisasi medis non medis

Diagram 8.Ketersediaan sarana dokter gigi yang menyediakan peralatan di ruangan
praktek dokter gigi.
Hasil Ketersediaan Sarana Responden yang Tidak
Menyediakan Peralatan di Ruangan Praktek Dokter Gigi
18
16
14
12
10
8
6
4
2
0

17
15
13

14

5
0

0

%

0

Wastafel Sabun cair Spuit dan
antiseptik jarum
suntik

Jarum
jahit

Blade
(mata
pisau)

Alat
Sampah Sampah
Sterilisasi medis non medis

Diagram 9.Ketersediaan sarana dokter gigi yang tidak menyediakan peralatan di
ruangan praktek dokter gigi.

Universitas Sumatera Utara

50

Hasil penelitian ini menunjukkan tentang ketersediaan sarana di ruangan
praktek dokter gigi di Kota Medan dari hasil responden yang memiliki kategori baik
sebanyak 90%, ketersediaan sarana dalam kategori cukup sebanyak 8% dan
ketersediaan sarana dalam kategori kurang sebanyak 2% (tabel 11).
Tabel 11. Kategori ketersediaan sarana dokter gigi terhadap standard precaution di
ruangan praktek dokter gigi (n=100).
Kategori
Baik
cukup
Kurang
total

N
90
8
2
100

%
90
8
2
100

Ketersediaan Sarana
2%
8%
Baik
cukup
Kurang
90%

Diagram 10.Kategori ketersediaan sarana dokter gigi terhadap standard precaution di
ruangan praktek dokter gigi.

Universitas Sumatera Utara

51

BAB 5
PEMBAHASAN

5.1 Pengatahuan Dokter Gigi terhadap Standard Precaution di Ruangan
Praktek Dokter Gigi.
Dari hasil penelitian pengetahuan menunjukkan 90% responden yang
mengetahui defenisi standard precaution dan 92% mengetahui tentang standard
precaution setelah perawatan. Hasil tentang defenisi standard precaution sesuai
dengan penelitian Viska tahun 2012 penelitian yang didapat sebanyak 82%,
sedangkan tentang prosedur standard precaution setelah perawatan sesuai dengan
dengan Iwan dewanto tahun 2012 hasil yang didapat sebanyak 86,67%.14 Hal ini
disebabkan responden mengetahui dengan baik defenisi standard precaution,
berdasarkan CDC defenisi standard precaution adalah langkah-langkah yang
diformulasikan untuk melindungi petugas kesehatan gigi dan pasien dari patogen
yang dapat menyebar melalui darah dan cairan tubuh lain dan mengurangi risiko
infeksi penyakit menular.11Pengetahuan dokter gigi yang baik, karena dokter gigi
berpotensi terjadi infeksi silang yang mengakibatkan terkontaminasinya instrumen
melalui darah dan saliva pasien. Ini kemungkinan pengetahuan dokter gigi yang lebih
baik dapat menurunkan dan mencegahnya infeksi silang ke orang lain.24
Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan gigi yang kurang 47% dalam hal
langkah-langkah pemrosesan sterilisasi pada instrumen. Hal ini sama dengan
penelitian viska tahun 2012 penelitian yang didapat sebanyak 46%. Hal ini
disebabkan

pengetahuan responden tentang pemrosesan sterilisasi sangat kurang,

berdasarkan teori dari Sri Mulyanti dan Magananda HP pada tahun 2015 pemrosesan
sterilisasi instrumen yang dilakukan adalah pertama kali pembersihan instrumen
setelah itu pengemasan dan pengeringan instrumen selanjutnya dilakukan dengan
metode alat sterilisasi dan penyimpanan alat yang sudah dilakukan sterilisasi.24
Kemungkinan disebabkan kurangnya pelatihan untuk staf kesehatan dalam
melakukan standard precaution dan juga perlu dilakukan seminar untuk menambah

Universitas Sumatera Utara

52

informasi pada dokter gigi, tentang pentingnya sterilisasi untuk mencegah penyakit
menular.
Hasil penelitian yang menunjukkan 64% dalam kategori cukup dalam hal
tentang kategori sterilisasi instrumen, sedangkan pengetahuan tentang metode
sterilisasi sebanyak 76%. Pada penjelasan kategori sterilisasi instrumen, berdasarkan
CDC tahun 2003 dan ADA kategori instrumen dibagi menjadi 3 yaitu kategori kritis,
semikritis dan non kritis, dari hasil penelitian ini kemungkinan disebabkan dokter gigi
tidak mengetahui pembaruan kategori sterilisasi instrumen.11,15 Pada penjelasan
metode sterilisasi, berdasarkan CDC tahun 2003 metode alat sterilisasi yaitu
sterilisasi uap, steriliasi kering, steriliasi kimia dan sterilisasi gas etilen oksida (ETO),
hal ini dokter sudah mengetahui dengan baik metode sterilisasi.11
Pengetahuan responden tentang sterilisasi ruangan yang perlu diperhatikan
sebanyak 91% dalam kategori baik. Penelitian tentang sterilisasi ruangan hasil yang
sama dilakukan oleh Iwan dewanto pada tahun 2012 penelitian yang didapat
sebanyak 93,33%, hal ini bisa dikarenakan dokter gigi sangat baik mengetahui
tentang sterilisasi ruangan yang harus di perhatikan adalah ventilasi, lantai,
permukaan area kerja, saluran air dan dental unit.10 Pengetahuan tentang prosedur
desinfeksi pada dental unit sebanyak 70% dalam kategori cukup, berdasarkan
penjelasan Sri Mulyanti dan Magananda HP tahun 2015 prosedur desinfeksi pada
dental unit melakukan pembersihan dengan air, setelah dengan air dilap memakai
kain

kering

selanjutnya

dilakukan

penyemprotan

permukaan

dental

unit

menggunakan desinfeksi fenol 5%, penelitian ini kemungkinan dokter gigi belum
mengetahui urutan yang benar tentang prosedur desinfeksi pada dental unit.24
Hasil penelitian yang menunjukkan 97% dengan kategori baik tentang
pengetahuan asepsis pada permukaan dental unit. Pengetahuan responden tentang
asepsis pada dental unit sangat baik, berdasarkan teori Ellen Dietz pada tahun 2002
setiap permukaan pada dental unit sudah terkontaminasi dengan darah, dan saliva saat
melakukan perawatan pada pasien.20 Tindakan asepsis sebagai standard precaution
yang dilakukan setelah perawatan. Maka dokter gigi sudah mengetahui melakukan
pemasangan pelindung pada seluruh permukaan dental unit adalah sandaran kepala,

Universitas Sumatera Utara

53

tombol dental unit, pegangan dan tombol lampu, meja peralatan, tombol dan saluran
handpiece suction srynge air/udara, peralatan foto sinar x, botol dan wadah cotton
roll.
Pengetahuan responden tentang pemakaian alat sekali pakai sebanyak 83%
dan pengetahuan tentang sampah medis sebanyak 83%. Pengetahuan responden
tentang pemakaian alat sekali pakai dan sampah medis sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Gema NY pada tahun 2013 hasil yang didapat pemakaian alat sekali pakai
sebanyak 88,9% dan penelitian yang dilakukan oleh Viska tahun 2012 hasil yang
didapat tentang sampah medis sebanyak 98%.8,14 Kemungkinan dokter gigi sudah
mengetahui tentang penggunaan alat sekali pakai seperti jarum suntik, jarum jahit dan
blade (mata pisau), sedangkan sampah medis juga sudah mengetahui seperti jarum
suntik, blade (mata pisau) dan gigi yang diekstraksi.
Pengetahuan tentang cara membersihkan saluran dental unit sebanyak 84%,
berdasarkan teori Sri Mulyanti dan Magananda HP pada tahun 2015 tentang saluran
dental unit responden sudah mengetahui dengan baik cara membersihkan saluran
dental unit menggunakan dengan desinfektan.24

5.2 Tindakan Dokter Gigi terhadap Standard Precaution di Ruangan
Praktek Dokter Gigi.
Hasil penelitian ini mengenai tentang tindakan responden yang selalu
melakukan sterilisasi instrumen sebanyak 97%. Hasil yang sama dilakukan oleh
Viska pada tahun 2012 penelitian yang didapat 94,67% tentang sterilisasi instrumen.
Responden yang melakukan tindakan sterilisasi instrumen pencabutan gigi sebelum
digunakan sebanyak 98%, hasil ini sama yang dilakukan oleh Viska pada tahun 2012
penelitian yang didapat 97,33% tentang tindakan sterilisasi instrumen pencabutan gigi
sebelum digunakan. Responden yang melakukan tindakan sterilisasi instrumen
penambalan sebelum digunakan sebanyak 85%, hasil yang sama dilakukan Viska
pada tahun 2012 penelitian yang didapat 87,33% tindakan sterilisasi instrumen
penambalan sebelum digunakan. Responden yang melakukan tindakan yang selalu
steriliasi alat skeler sebelum digunakan sebanyak 92%. Hasil yang sama dilakukan

Universitas Sumatera Utara

54

Viska pada tahun 2012 penelitian yang didapat 90,67% tindakan yang selalu steriliasi
alat skeler sebelum digunakan.14 Berdasarkan teori John dan Jennifer pada tahun
2010 sterilisasi adalah langkah penting dalam membersihkan alat-alat kedokteran gigi
yang telah terkontaminasi atau berpotensi terkontaminasi saliva, darah, ataupun
cairan biologis lainnya.17 Maka dalam hasil penelitian ini responden yang melakukan
tindakan sterilisasi insrumen dalam kategori baik, dokter gigi sudah mengetahui
tindakan sterilasasi untuk mencegah penyakit menular.
Hasil penelitian mengenai tindakan responden yang selalu melakukan
sterilisasi ruangan setelah melakukan perawatan sebanyak 50%. Berdasarkan ADA
sterilisasi ruangan dilakukan dengan desinfeksi dan air panas, supaya dalam
membersihkan dan permukaan maksimal bakteri yang dibersihkan.15 Dari hasil
penelitian tersebut responden jarang melakukan sterilisasi ruangan, ini membuktikan
responden kurang mengetahui bahayanya infeksi silang dari saliva dan darah pasien
yang ada di ruangan. Dokter gigi yang semakin rendah untuk melakukan sterilisasi
setelah perawatan, kemungkinan semakin tinggi akan risiko terjadinya infeksi silang.
Hasil penelitian ini tentang tindakan responden yang selalu melakukan
sterilisasi desinfeksi dental unit secara teratur sebanyak 59%. Hasil yang sama
dilakukan oleh Viska tahun 2012 penelitian yang didapat sebanyak 65,33% dalam hal
melakukan sterilisasi desinfeksi dental unit secara teratur. Responden yang
melakukan tindakan desinfeksi handpiece secara teratur sebanyak 77%. Hasil yang
sama dilakukan oleh Viska tahun 2012 penelitian yang didapat 78% yang melakukan
tindakan desinfeksi handpiece secara teratur.14 Berdasarkan teori dari Ellen dietz dan
Raula pada tahun 2002 desinfeksi adalah proses menghancurkan organisme patogen
yang menyebabkan infeksi namun tidak mematikan sporanya dengan menggunakan
air panas, bahan kimia, atau keduanya yang dilakukan terhadap benda mati.20
Desinfeksi permukaan dilakukan pada dental unit, cabinet, tuba dan pipa, serta
handpiece dan instrumen tangan. Dari hasil yang didapat pada penelitian ini sangat
kurang dalam melakukan desinfeksi dental unit, kemungkinan disebabkan kurangnya
kesadaran dalam melindungi diri dari infeksi silang dan desinfeksi handpiece dokter
gigi sudah mengetahui dengan baik.

Universitas Sumatera Utara

55

Hasil penelitian ini tentang responden yang selalu menggunakan spuit dan
jarum sekali pakai sebanyak 90%, Penelitian yang dilakukan Gema NY pada tahun
2013 hasil yang didapat yang menggunakan spuit dan jarum sekali pakai sebanyak
83,3%. Tindakan responden yang selalu menggunakan jarum sekali pakai sebanyak
91%. Hasil yang sama dilakukan Gema NY pada tahun 2013 penelitian yang didapat
menggunakan jarum sekali pakai sebanyak 55,6%. Responden yang selalu
menggunakan ujung saliva ekjektor sekali pakai sebanyak 86%. Hasil yang sama
dilakukan oleh Gema NY pada tahun 2013 penelitian yang didapat menggunakan
ujung saliva ekjektor sekali pakai sebanyak 86,1%. Responden yang menggunakan
benang disterilkan atau alat sekali pakai sebanyak 87%. Hasil yang sama dilakukan
Gema NY pada tahun 2013 penelitian yang didapat menggunakan benang disterilkan
atau alat sekali pakai sebanyak 86,1%. Responden yang melakukan jarum jahit
sebanyak 91% dan responden yang menggunakan blade (mata pisau) sebanyak 88%.8
Berdasarkan teori dari Sri Mulyanti dan Magananda HP pada tahun 2015 sterilisasi
alat bisa dengan mudah dipastikan apabila menggunakan alat-alat sekali pakai seperti
jarum suntik, saliva ejektor dan lain-lain.24 Dari hasil penelitian ini dokter gigi dalam
menggunakan alat sekali pakai sudah sangat baik dan dapat menggurangi dalam
pencegahan infeksi silang.
Hasil penelitian ini tentang tindakan dokter gigi yang selalu membersihkan
saluran dental unit setelah perawatan gigi sebanyak 71%. Berdasarkan teori Sri
Mulyanti dan Magananda HP pada tahun 2015 saluran dental unit telah
terkontaminasi

dengan

mikroorganisme,

maka

dibersihkan

menggunakan

desinfektan.24 Dari hasil penelitian ini dokter gigi sudah baik untuk membersihkan
saluran dental unit setelah perawatan gigi dengan desinfekta, dalam penelitian ini
supaya dokter gigi dapat mengetahui bahayanya infeksi silang.
Hasil penelitian mengenai tindakan dokter gigi yang selalu memisahkan
tempat sampah medis dan non medis sebanyak 69%. Penelitian yang dilakukan oleh
Gema NY pada tahun 2013 hasil yang didapat dalam tindakan dokter gigi yang selalu
memisahkan tempat sampah medis dan non medis sebanyak 77,8%. Tindakan dokter
gigi yang selalu membuang sampah medis dan non medis ditempat sampah yang

Universitas Sumatera Utara

56

berbeda sebanyak 59%. Hasil yang sama dilakukan oleh Gema NY pada tahun 2013
penelitian yang didapat tindakan dokter gigi yang selalu membuang sampah medis
dan non medis ditempat sampah yang berbeda sebanyak 77,8%.8 Dari hasil ini dokter
gigi masih kurang dalam memisahkan dan membuang sampah medis dan non medis,
kemungkinan disebabkan kurangnya pengetahuan bahayanya penularan penyakit dari
sampah medis seperti jarum suntik, gigi diekstrasi dan lain-lain.

5.3

Ketersediaan Sarana Dokter Gigi terhadap Standard precaution di

Ruangan Praktek Dokter Gigi.
Hasil yang menunjukan penelitian yang dilakukan peneliti secara observasi
tentang penyediaan tempat cuci tangan, sabun cair antiseptik, dan penyediaan spuit
dan jarum suntik untuk anestesi hasil yang didapat 100% responden. Hasil penelitian
ini sama dengan yang dilakukan Gema NY tahun 2013 hasil yang didapat 100%
tentang penyediaan tempat cuci tangan dan sabun cair.8 Responden yang
menyediakan spuit dan jarum suntik selalu ada untuk melakukan perawatan,
berdasarkan teori dari Sri Mulyanti dan Magananda HP tahun 2015 penyediaan spuit
dan jarum suntik sekali pakai mencegah perpindahan infeksi dari pasien ke pasien
yang lain, karena bahan yang sudah terkontaminasi sebelumnya.24 Pada penyediaan
tempat cuci tangan, sabun cair, dan spuit beserta jarum suntik dokter gigi sudah
sangat mengetahui tentang penyebaran infeksi silang maka dokter gigi sebelum dan
setelah perawatan mencuci tangan dan selalu mengganti jarum suntik.
Hasil yang menunjukkan 83% responden menyediakan jarum jahit untuk
operasi dan 87% responden menyediakan blade (mata pisau). Berdasarkan teori dari
Isnandar tahun 2011 jarum jahit dan blade untuk melakukan operasi sudah ada
tersedia siap pakai, alat sekali pakai ini untuk mempermudah pekerjaan dan
mencegah penularan infeksi kepada pasien yang lain.7 Penyediaan jarum jahit dan
blade di ruangan praktek dokter gigi sudah sangat baik, ada beberapa responden
yang tidak ada jarum jahit dan blade kemungkinan disebabkan responden tidak
melakukan operasi.

Universitas Sumatera Utara

57

Hasil yang menunjukkan 95% responden menyediakan alat sterilisasi
instrumen, responden yang menyediakan sampah medis sebanyak 85%, sedangkan
86% responden yang menyediakan tempat sampah Non medis. Penelitian yang sama
dilakukan oleh Gema NY tahun 2013 hasil yang didapat 100% dalam hal
menyediakan alat sterilisasi, 83,3% yang menyediakan tempat sampah medis dan non
medis.8 Penyediaan alat sterilisasi instrumen ada yang tidak menyediakan alat
sterilisasi, responden hanya menggunakan desinfektan saja. Dan tempat sampah
medis dan non medis responden ada yang tidak memisahkan sampah medis dengan
non medis disebabkan tidak ada pengelolaan untuk sampah medisnya.

Universitas Sumatera Utara

58

BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut :
1. Pada umumnya, dokter gigi

yang praktek di Kota Medan memiliki

pengetahuan yang baik, dari sebelas pertanyaan yang diajukkan pengetahuan yang
mempunyai kategori baik diketahui 97 % dalam hal tentang bahan yang tepat untuk
menutup permukaan dental unit. Pengetahuan dalam kategori cukup diketahui 76%
dalam hal tentang metode sterilisasi, sedangkan pengetahuan kategori kurang
diketahui 47% dalam hal tentang langkah-langkah pemrosesan sterilisasi pada
instrumen. Jadi dari hasil penelitian ini hanya 65% yang memiliki pengetahuan,
maka kemungkinan semakin kurang pengetahuan dokter gigi, semakin tinggi untuk
risiko dalam penularan infeksi silang.
2. Pada umumnya, dokter gigi yang praktek di Kota Medan memiliki tindakan
yang baik, dari enam belas pertanyaan yang diajukkan tindakan yang mempunyai
kategori baik diketahui 98% dalam hal tindakan melakukan sterilisasi instrumen
pencabutan sebelum digunakan. Tindakan dokter gigi yang memiliki kategori cukup
diketahui 71% dalam hal tindakan dokter gigi yang mebersihkan saluran dental unit
setelah melakukan perawatan, sedangkan dokter gigi yang memiliki kategori kurang
diketahui 50% dalam hal tindakan dokter gigi yang melakukan sterilisasi ruangan
setelah melakukan perawatan. Jadi dari hasil penelitian ini dalam kategori baik
sebanyak 85% dari 100 responden, maka dapat ditarik kesimpulan semakin baik
dokter gigi melakukan standard precaution sebelum dan setelah perawatan, semakin
menurun untuk kemungkinan akan terjadi infeksi silang.
3. Pada umumnya, dokter gigi yang praktek di Kota Medan memiliki
ketersediaan sarana yang baik, dari 8 pertanyaan yang di observasi oleh peneliti.
Ketersediaan sarana di ruangan praktek dokter gigi yang memiliki kategori baik di

Universitas Sumatera Utara

59

ketahui 100% dalam hal ketersediaan sarana penyediaan tempat cuci tangan,
penyediaan sabun cair antiseptik dan penyediaan spuit beserta jarum suntik untuk
anestesi. Jadi dari hasil penelitian ini dalam kategori baik sebanyak 90%, maka dapat
ditarik kesimpulan penyediaan sarana di ruangan praktek dokter gigi sudah sangat
dalam memenuhi perawatan dan pencegahan infeksi silang di praktek dokter gigi.

6.2 Saran
1. Diharapkan bagi dokter gigi melakukan seminar mengenai standard
precaution di ruangan praktek dokter gigi untuk menambah pengetahuan dokter gigi.
2. Diharapkan kepada pihak fakultas dapat memasukkan kurikulum tentang
standard precaution khususnya pada pasien setelah tindakan perawatan gigi yang
sesuai dengan CDC.
3. Diharapkan bagi mahasiswa dapat melanjutkan penelitian tentang tingkat
pengetahuan, tindakan dan ketersediaan sarana mengenai standard precaution di
ruangan praktek dokter gigi di Kota Medan.
4. Diharapkan dalam melanjutkan penelitian ini dengan menggunakan
kuesioner berupa esai yang dapat diisi oleh responden tanpa menggunakan jawaban
pilihan agar pengetahuan responden lebih ditingkatkan.

Universitas Sumatera Utara