Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi Dalam Biografi The Swordless Samurai Karya Kitami Masao

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP BIOGRAFI, SETTING BIOGRAFI THE
SWORDLESS SAMURAI, SOSIOLOGI SASTRA, KEPEMIMPINAN,
KARAKTER

1.3 Definisi Biografi
Biografi atau riwayat hidup adalah cerita tentang hidup seseorang yang
ditulis oleh orang lain (sastrawan). Tugas penulis biografi adalah menghadirkan
kembali jalan hidup seseorang berdasarkan sumber sumber atau fakta fakta yang
dapat dikumpulkannya. Teknik penyusunan riwayat hidup itu biasanya
kronologis: dimulai dari kelahiran, masa kanak-kanak, masa muda, dewasa, dan
akhir hayatnya. Sebuah karya biografi biasanya menyangkut kehidupan tokoh
tokoh penting dalam masyarakat atau tokoh tokoh sejarah (Soemardjo dan Saini
K.M, 1991:22).
Biografi merupakan karya sastra yang mengandung unsur fakta dalam
penulisannya. Unsur fakta dalam biografi dapat terlihat dari latar dan tokoh cerita.
Latar tempat dalam biografi dapat diketahui dalam kenyataan geografis. Tokoh
dalam biografi merupakan para tokoh yang telah tercatat dalam sejarah. Latar dan
tokoh cerita biografi dapat dikenal dalam kenyataan.
Dalam penulisan biografi lebih menonjolkan unsur fakta. Tetapi unsur

imajinasi atau khayali dalam penulisaanya juga masih ada. Penulis (sastrawan)
berimajinasi dalam penulisan biografi untuk menyampaikan fakta-fakta yang
ingin disampaikan. Sehingga jika bermacam-macam penulis (sastrawan)

15
Universitas Sumatera Utara

menyampaikan fakta dalam membuat biografi, maka menghasilkan cara
penyampaian yang berbeda yang satu dengan yang lain.
Dari sekian banyak karya sastra non imajinasi seperti essai, kritik, biografi,
aoutobiografi, catatan harian, memoar dan sebagainya. Biografi merupakan karya
sastra non imaginatif yang popular. Bentuk karya sastra ini yang paling banyak
beredar karena cara penyampaiannya yang menarik. Cara penulis (sastrawan)
menyampaikan fakta yang ingin diungkapkannya.
Dalam biografi banyak memberikan manfaat kepada pembacanya. Manfaat
berupa kisah para tokoh penting. Para tokoh yang telah mempengaruhi kehidupan
masyarakat dan merubah mereka. Sehingga kita dapat mengambil setiap pelajaran
dari perjalanan hidup para tokoh.

2.1.1 Unsur Instrinsik

Unsur prosa terdiri dari dua unsur, yaitu unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik. Nurgiyantoro dalam Rokhmansyah (2014:32), menyebutkan bahwa
unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra itu sendiri.
Unsur instrinsik prosa terdiri atas tema dan amanat, tokoh dan penokohan, alur,
latar, dan sudut pandang.

a. Tema dan Amanat
Tema adalah ide sebuah cerita. Pengarang dalam menulis ceritanya bukan
sekedar mau bercerita, tapi mau mengatakan sesuatu pada pembacanya. Sesuatu
yang mau dikatakannya itu bisa suatu masalah kehidupan, pandangan hidupnya
tentang kehidupan ini atau komentar terhadap kehidupan ini. Kejadian dan

16
Universitas Sumatera Utara

perbuatan tokoh cerita, semuanya di dasari oleh ide pengarang (Soemardjo dan
Saini K.M, 1991:56).
Bila seorang pengarang mengemukakan hasil karyanya, sudah tentu ada
sesuatu yang hendak disampaikan kepada pembacanya. Sesuatu yang menjadi
persoalan atau pemikiran itulah yang disebut tema. Di sini tema tidak disampaikan

begitu saja akan tetapi disampaikan melalui sebuah jalinan cerita. Kita hanya akan
dapat menemukan tema sebuah cerita setelah kita membaca dan menafsirkannya.
Disini tema berbeda dengan pokok cerita. Boleh dikatakan tema adalah pokok
pemikiran atau pokok persoalan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada
pembaca melalui jalan cerita yang dibuatnya (Suroto, 1989:88).
Amanat biasanya memberikan manfaat dalam kehidupan secara praktis.
Amanat dibuat oleh pengarang dapat disebut juga pesan terselubung yang
disampaikan oleh pengarang (Sudjiman dalam Rokhmansyah 2014:33).
Berdasarkan pengertian tema yang sudah dijabarkan di atas, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa tema dari biografi The Swordless Samurai adalah
tentang perjuangan hidup Toyotomi Hideyoshi, seorang dari kalangan rakyat
jelata miskin yang berusaha dalam meraih puncak suksesnya sebagai pemimpin
dan berhasil menyatukan negeri Jepang yang sudah lama berperang. Demi
tercapainya visi yang mulia yaitu menjadikan negera Jepang yang damai tanpa
peperangan. Sedangkan amat yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui
buku biografi The Swordless Samurai adalah bagaimana menjadi seorang
pemimpin yang ideal yang diinginkan oleh anggota organisasi.

17
Universitas Sumatera Utara


b. Tokoh dan Penokohan
Tokoh dalam cerita menurut Abram dalam Nurgiyantoro (2007:165) adalah
orang – orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif, atau drama yang oleh
pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecendrungan tertentu seperti
yang diekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Sedangkan Penokohan menurut Aminuddin (2000 : 79) adalah bagaimana
pengarang menampilkan tokoh-tokoh dalam ceritanya dan bagaimana pula
perilaku tokoh-tokoh tersebut. Dalam penokohan ada dua hal penting, yaitu
pertama berhubungan dengan teknik penyampaian dan yang kedua adalah
berhubungan dengan watak atau kepribadian tokoh yang ditampilkan. Kedua hal
ini memiliki hubungan yang sangat erat karena penampilan dan penggambaran
sang tokoh harus mendukung watak tokoh tersebut.
Pengarang melukiskan tokoh melalui imajinasi atau fantasinya dengan cara
berikut ini:
1. Pengarang melukiskan secara langsung bentuk lahir tokoh, misalnya raut wajah,
kepala, rambut dan ukuran tubuh.
2. Pengarang melukiskan jalan pikiran tokoh atau apa yang terlintas dalam
pikirannya.
3. Pengarang melukiskan reaksi tokoh terhadap suatu kejadian.

4. Pengarang melukiskan keadaan sekitar tokoh, misalnya keadaan kamar dan
pekarangan rumah tokoh.
5. Pengarang menggambarkan pandangan seorang terhadap tokoh lain, misalnya
tokoh yang dilukiskannya berwatak keras, sabar atau suka menolong.

18
Universitas Sumatera Utara

6. Pengarang menciptakan percakapan (dialog) antar tokoh tentang pribadi tokoh
lain, misalnya tokoh utama.
Penokohan dalam biografi The Swordless Samurai adalah tokoh utama
bernama Toyotomi Hideyoshi yang berpostur tubuh pendek, berwajah jelek, daun
telinga yang besar, mata yang dalam, tubuh yang kecil, berwajah merah serta
keriput, sehingga ia dijuluki “monyet” seumur hidupnya. Secara fisik tidak
mencerminkan bahwa ia adalah seorang pemimpin.

c. Alur
Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain
dihubungkan


dengan hukum

sebab

akibat.

Artinya,

peristiwa

pertama

menyebabkan peristiwa kedua, peristiwa kedua menyebabkan peristiwa ketiga,
dan demikian selanjutnya, hingga pada dasarnya peristiwa terakhir ditentukan
terjadinya oleh peristiwa pertama (Soemardjo dan Saini K.M, 1991:139).
Alur sebuah cerita haruslah bersifat padu. Antara peristiwa yang satu
dengan yang lain, antara peristiwa yang di ceritakan lebih dahulu dengan
kemudian, ada hubungan, ada sifat saling keterkaitan. Kaitan antar peristiwa
hendaklah logis, jelas, dapat yang mungkin di awal, tengah, atau akhir
(Nurgiyantoro dalam Rokhmansyah 2014 : 37).

Menurut Suroto (1989: 89-90), pada umumnya alur pada cerita prosa
disusun berdasarkan urutan sebagai berikut:
1. Perkenalan, pada bagian ini pengarang menggambarkan situasi dan
memperkenalkan tokoh-tokohnya

19
Universitas Sumatera Utara

2. Pertikaian, pada bagian ini pengarang mulai menampilakan pertikaian
yang dialami sang tokoh
3. Perumitan, pada bagian ini pertikaian semakin menghebat
4. Klimaks, pada bagian ini puncak perumitan mulai muncul
5. Peleraian, disini persoalan demi persoalan mulai terpecahkan
Menurut susunannya alur tebagi dalam dua jenis, yaitu alur maju dan alur
mundur. Alur maju adalah alur yang susunannya mulai dari peristiwa pertama,
kedua, ketiga dan seterusnya sampai cerita itu berakhir. Alur mundur adalah alur
yang susunannya dimulai dari peristiwa terakhir, kemudian kembali pada
peristiwa awal kemudian akhirnya kembali pada peristiwa akhir tadi.
Adapun alur atau plot yang terdapat pada biografi The Swordless Samurai
ini adalah alur mundur, dikarenakan biografi ini bercerita tentang Toyotomi

Hideyoshi yang sudah dewasa menceritakan bagaimana Toyotomi Hdeyosshi
kecil menjalani hidupnya semasa masih menjadi rakyat jelata dan mengabdikan
diri kepada Lord Nobunaga sampai akhirnya ia menjadi seorang wakil kaisar.

d. Latar
Yang dimaksud dengan latar atau setting adalah penggambaran situasi
tempat dan waktu serta suasana terjadinya peristiwa. Sudah barang tentu latar
yang dikemukakan, yang berhubugan dengan sang tokoh atau beberapa tokoh
(Suroto, 1990: 94). Latar atau setting yang disebut juga sebagai landasan tempat ,
hubungan, waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa
yang diceritakan

20
Universitas Sumatera Utara

Latar atau setting yang terdapat dalam novel ini adalah negara Jepang.
Dimana proses Toyotomi Hideyoshi menaklukan tiap-tiap daimyo yang ada di
Jepang. Demi tercapainya tujuan negara Jepang dalam satu panji perdamaian.
Latar waktu yang ada dalam biografi ini berkisar antara tahun 1536-1598.


e. Sudut Pandang
Sudut pandang (point of view) adalah posisi yang menjadi pusat kesadaran
tempat untuk memahami setiap peristiwa dalam cerita. Sudut Pandang yang
digunakan oleh pengarang pada karya sastranya merupakan cara pengarang untuk
menceritakan cerita dalam karyanya ( Staton dalam Rokhmansyah, 2014:39).
Sudut pandang merupakan strategi, teknik dan siasat, dari pengarang untuk
mengemukakan gagasan dan ceritanya, selain itu posisi pengarang dalam cerita
tersebut pula lah yang menjadi sudut pandang pembaca dalam mengikuti dan
memahami jalannya cerita tersebut. Terdapat beberapa jenis sudut pandang (point
of view), yaitu:
1. Pengarang sebagai tokoh utama.
Sering juga posisi yang demikian disebut sudut pandang orang pertama
aktif. Disini pengarang menuturkan dirinya sendiri.
2. Pengarang sebagai tokoh bawahan atau sampingan.
Disini pengarang ikut melibatkan diri dalam cerita. Akan tetapi ia
menceritakan sang tokoh utama. Dalam posisi yang demikian itu
sering disebut sudut pandang orang pertama pasif.
3. Pengarang hanya sebagai pengamat yang berada di luar cerita.
Disini pengarang menceritakan orang lain dalam segala hal.


21
Universitas Sumatera Utara

Dalam biografi The Swordless Samurai , pengarang bertindak sebagai tokoh
utama. Pengarang seolah-olah dalam biografi The Sworless Samurai ini menjadi
Toyotomi Hideyoshi yang menceritakan kisahnya. Seakan-akan biografi ini
merupakan memoar yang ditulis oleh Toyotomi Hideyoshi sendiri, sehingga kita
akan terbawa ke dunia di mana Toyotomi Hideyoshi hidup.

2.1.2 Unsur Ekstrinsik
Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar tubuh karya sastra itu
sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah unsur luar-sastra yang ikut mempengaruhi
penciptaan karya sastra. Unsur-unsur tersebut meliputi latar belakang kehidupan
pengarang, keyakinan dan pandangan hidup pengarang, adat-istiadat yang berlaku
saat itu, situasi politik, persoalan sejarah, ekonomi, pengetahuan agama dan lainlain (Suroto, 1990:138).

2.2 Setting Biografi The Sowrdless Samurai
Latar atau setting adalah penggambaran situasi, tempat, dan waktu serta
suasana terjadinya peristiwa (Aminuddin, 2000:94). Setting atau latar tempat
terjadinya peristiwa peristiwa atau waktu berlangsugnya tindakan. Jadi, peristiwa

peristiwa itu terjadi dalam latar tempat dan waktu (Sangidu dalam Pradopo,
2003:139)
Menurut Rokhmansyah (2014:38) latar dalam arti lengkap meliputi aspek
raung dan waktu terjadinya peristiwa, serta aspek suasana.
- Latar tempat/ruang

22
Universitas Sumatera Utara

Latar tempat merujuk pada tempat yang berlangsungnya peristiwaperistiwa dalam biografi tersebut. Dalam biografi The Swordless
Samurai karya Kitami Masao lokasi tempat berlangsungnya cerita
adalah di Negara Jepang.
- Latar waktu
Latar waktu menunjukkan kapan terjadinya konflik dalam cerita. Dalam
biografi The Swordless samurai karya Kitami Masao waktu terjadinya
konflik dalam cerita berkisar antara tahun 1536-1596.
- Latar Sosial/Suasana
Latar Sosial atau suasana menunjukkan kondisi atau situasi saat
terjadinya adegan atau konflik. Dalam biografi The Swordless Samurai
karya Kitami Masao latar sosial yang terjadi pada masyarakat Jepang
pada saat itu masa pemerintahan feodal.

2.3 Definisi Sosiologi Sastra
Sosiologi sastra berasal dari kata sosiologi dan sastra. Sosiologi berasal dari
kata sosio (Yunani) (socius berarti bersama-sama, bersatu, kawan, teman) dan logi
(logos berarti sabda, perkataan, perumpamaan). Perkembangan berikutnya
mengalami perubahan makna, sosio/socius berarti masyarakat, logi/logos berarti
ilmu. Jadi, sosiologis berarti ilmu mengenai asal-usul pertumbuhan (evolusi)
mayarakat, ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan
antar manusia dalam masyarakat, sifatnya umum, rasional, dan empiris. Sastra
dari akar kata sas (Sansekerta) berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk
dan instruksi. Akhiran kata tra berarti alat, sarana. Jadi, sastra berarti kumpulan

23
Universitas Sumatera Utara

alat untuk mengajar., buku, petunjuk atau buku pengajaran yang baik. Makna kata
sastra lebih spesifik sesudah terbentuk menjadi kata jadian, yaitu kesusastraan,
artinya kumpulan hasil karya yang baik (Ratna dalam Astuti, 2014:37)
Sosiologi

sastra

adalah

penelitian

terhadap

karya

sastra

dengan

mempertimbangkan keterlibatan struktur sosialnya. Jadi, penelitian sosiologi
sastra, dilakukan dengan cara mendeskripsikan, memahami, dan menjelaskan
unsur-unsur karya sastra dalam kaitannya dengan perubahan struktur sosial yang
terjadi di sekitarnya (Ratna, 2003:25).
Menurut Endraswara dalam Rokhmansyah (2014:147) sosiologi sastra
adalah penelitian tentang: (a) studi ilmiah manusia dan masyarakat secara obyektif,
(b) studi lembaga lembaga sosioal lewat sastra dan sebaliknya, (c) studi proses
sosial, yaitu bagaimana khidupan masyarakat bekerja dan bagaimana masyarakat
melangsungkan kehidupannya.
Sosiologi sebagai suatu pendekatan terhadap karya sastra yang masih
mempertimbangkan karya sastra dan segi-segi sosial Wellek dan Warren dalam
Rokhmansyah (2014:148) membagi sosiologi sastra sebagai berikut :
1. Sosiologi pengarang , profesi pengarang, dan istitusi sastra, masalah
yang berkaitan di sini adalah dasar ekonomi produksi sastra, latar
belakang sosial status pengarang, dan ideologi pengarang yang terlibat
dari berbagai kegiatan pengarang di luat karya sastra karena setiap
pengarang adalah warga masyarakat, ia dapat dipelajari sebagai makhluk
sosial. Biografi pengarang adalah sumber utama, tetapi studi ini juga
dapat meluas ke lingkungan tempat tinggal berasal. Dalam hal ini,
informasi tentang latar belakang keluarga, atau posisi ekonomi

24
Universitas Sumatera Utara

pengarang akan memiliki peran dalam pengungkapan masalah sosiologi
pengarang.
2. Sosiologi karya sastra yang memasalahkan karya sastra itu sendiri yang
menjadi pokok penelaahannya atau apa yang tersirat dalam karya sastra
dan apa yang menjadi tujuannya. Pendekatan yang umum dilakukan
sosiologi ini mempelajari sastra sebagai dokumen sosial sebagai potret
kenyataan sosial. Beranggapan dengan berdasarkan pada penelitian
Thomas Warton bahwa sastra mempunai kemampuan merekan cirri-ciri
zamannya. Bagi Warton dan para pengikutnya sastra adalah gudang
adat-istiadat, buku sumber sejarah peradaban.
3. Sosiologi sastra yang memasalahkan pembaca dan dampak sosial karya
sastra, penagarang, dipengaruhi dan mempengaruhi masyarakat; seni
tdak hanya meniru kehidupan, tetapi juga membentuknya. Banyak orang
meniru gaya hidup tokoh-tokoh dunia rekaan dan diterapkan dalam
kehidupan.
Menurut pandangan pendekatan sosiologi sastra, karya sastra dilihat
hubungannya dengan kenyataan, sejauh mana karya sastra itu mencerminkan
kenyataan. Kenyataan disini mengandung arti yang cukup luas, yakni segala
sesuatu yang berada di luar karya sastra dan yang diacu oleh karya sastra.
Hal terpenting dalam sosiologi sastra adalah konsep cermin (mirror). Dalam
kaitan ini, sastra dianggap sebagai mimesis (tiruan) masyarakat. Kendati demikian,
sastra tetap diakui sebagai sebuah ilusi atau khayalan dari kenyataan. Dari sini,
tentu sastra tidak semata-mata menyodorkan fakta secara mentah. Sastra bukan

25
Universitas Sumatera Utara

sekedar copy-an kenyataan, melainkan kenyataan yang telah ditafsirkan.
Kenyataan tersebut bukan jiplakan kasar, melainkan sebuah refleksi halus estetis.
Tujuan dari pendekatan sosiologi sastra ini adalah untuk mendapat
gambaran yang lengkap, utuh, serta menyeluruh tentang hubungan timbal balik,
sastrawan, karya sastra dan masyarakat. Pada penelitian ini, karya sastra
digunakan sebagai cerminan kehidupan masyarakat dengan berbagai masalah
sosial yang dihadapi oleh Toyotomi Hideyoshi sebagai tokoh utama dalam
biografi “The Swordless Samurai” karya Kitami Masao khususnya tentang
kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dan kehidupan masyarakat Jepang pada
zaman Azuchimomoyama.

2.4 Definisi Kepemimpinan
Kepemipinan adalah seni mempengaruhi orang lain untuk mengarahkan
kemauan mereka, kemampuan dan usaha untuk mencapai tujuan pimpinan. Dalam
hubungan dengan organisasi, kepemimpinan terletak pada usaha mempengaruhi
individu dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasi secara optimal (R.D
Agarwal dalam Anoraga dan Suyati 1995:186).
Menurut Yukl dalam Makawimbang (2012:7) beberapa definisi yang
dianggap cukup mewakili selama seperempat adab adalah sebagai berikut :
1. Kepemimpinan adalah perilaku dari seorang individu yang memimpin
aktivitas-aktivitas suatu kelompok ke suatu tujuan yang ingin dicapai
bersama (shared goal)

26
Universitas Sumatera Utara

2. Kepemimpinan adalah pengaruh antarpribadi yang dijalankan dalam suatu
pencpaian tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi ke arah
pencapaian satu atau bebrapa tujuan tertentu.
3. Kepemimpinan adalah pembentukan awal serta pemeliharaan struktur dalam
harapan dan interaksi.
4. Kepemimpinan adalah peningkatan pengaruh sedikit demi sedikit pada dan
berada di atas kepatuhan mekanis terhadap pengarahan-pengarahan rutin
organisasi.
5. Kepemimpinan adalah proses memengaruhi aktivitas-aktivitas sebuah
kelompok yang diorganisasi kearah pencapaian tujuan.
6. Kepemimpinan adalah sebuah proses memberikan arti (pengarahan yang
berarti) terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesedian untuk
melakukan usaha yang diinginkan untuk memcapaikan sasaran.
7. Para pemimpin adalah mereka yang secara konsisten memberikan kontribusi
yang efektif terhadap orde sosial, serta yang diharapkan dan dipersepsikan
melakukannya.
Berdasarkan penegertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa
kepemimpinan adalah kemampuan yang ada pada diri seseorang baik secara
alamiah maupun melalui suatu pendidikan untuk mempengaruhi orang lain baik
individu maupun kelompok dalam suatu organisasi dalam situasi tertentu sehingga
dengan sukarela anggota organisasi melakukan tujuan yang hendak dicapai.

27
Universitas Sumatera Utara

2.5 Definisi Karakter
Karakter berasal dari bahasa Yunani yang berarti to mark atau menandai dan
memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai-nilai kebaikan dalam bentuk
tindakan atau tingkah laku, sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan
perilaku jelek lainya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, ornag yang
perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia. Secara
etimologis, kata karakter bisa berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakn seseorang. Orang berkarakter berarti orang yang memiliki
watak, keperibadian, budi pekerti, atau akhlak (Fathurrohman dkk, 2013:17)
Menurut Parwez dalam Yaumi (2014:7) menurunkan definisi pendidikan
karakter yang disimpulkan dari sekian banyak definisi yang dipahami oleh para
penulis barat dewasa ini. Definisi tersebut dapat di jabarkan sebagai berikut:
1. Moralitas adalah karakter. Karakter merupakan sesuatu yang terukir dalam
diri seseorang. Karakter merupakan kekuatan batin. Pelanggaran susila
(amoralitas) juga merupakan karakter, tetapi untuk menjadi bermoral dan
tidak bermoral adalah sesuatu yang ambigu.
2. Karakter adalah manifestasi kebenaran, dan kebenaran adalah penyesuaian
kemunculan pada realitas.
3. Karakter adalah mengadopsi kebaikan dan kebaikan adalah gerakan
menuju suatu tempat kedamaian. Kejahatan adalah perasaan gelisah yang
tiada berujung dari potensialisasi manusia tanpa sesuatu yang dicapai, jika
tidak mengambil arah namun tetap juga terjebak dalam ketidaktahuan, dan
akhirnya nista.

28
Universitas Sumatera Utara

4. Karakter adalah memiliki kekuatan terhadap diri sendiri; karakter adalah
kemenangan dari penghambaan terhadap diri sendiri.
5. Dalam pengertian yang lebih umum, karakter adalah sikap manusia
terhadap lingkungannya yang diekspresikan dalam tindakan.
Adapun yang dimaksud karakter dapat dikemukakan sebagai; karakter
diterjemahakan dari pengertian moralitas yang mengandung beberapa pengertian,
antara lain adat istiadat, sopan santun dan perilaku. Oleh sebab itu pengertian
karakter yang paling hakiki adalah perilaku. Sebagai perilaku, karakter meliputi
sikap yang di cerminkan oleh perilaku (Edi sedyawati dalam Fathurrohman dkk,
2013:18).
Dari beberapa definisi di atas dapat diambil kesimpulan bahwa karakter
adalah moralitas, kebenaran, kebaikan, kekuatan, dan sikap atau perilaku
seseorang yang ditunjukkan pada orang lain.

29
Universitas Sumatera Utara