Kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi Dalam Biografi The Swordless Samurai Karya Kitami Masao

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Sastra merupakan karya cipta manusia yang berupa gagasan, ide, pemikiran,
perasaan yang mengandung estetika seni dengan alat bahasa. Menurut Teew
dalam Rokhmansyah (2014:1) kata susastra berasal dari bentuk su + sastra. Kata
sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu berasal dari akar kata sas yang dalam
kata kerja turunan berarti “mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, atau
instruksi”, sedangkan tra menunjukkan “alat, sarana”. Awalan su- pada kata
susastra berarti “baik, indah”. Sehingga kata susastra berarti alat untuk
mengarahkan, mengajarkan, memberi petunjuk, atau intruksi dengan cara yang
baik atau indah.
Dalam

perkembangan

sastra

akhir-akhir

ini,


karya

sastra

dapat

dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu sastra imajinatif, dan sastra nonimajinatif. Sastra imajinatif mempunyai ciri : karya sastra tersebut lebih banyak
bersifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif, memenuhi syarat-syarat
estetika seni. Sedangkan ciri sastra non-imajinatif adalah: karya satra tersebut
lebih banyak unsur faktualnya daripada khayalinya, menggunakan bahasa yang
cenderung denotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni (Soemadjo dan
Saini K.M 1991:17) .
Karya sastra non-imajinatif merupakan karya sastra yang banyak
mengajarkan kita tentang aspek kehidupan. Karena karya sastra non imajinatif
merupakan karya sastra yang lebih menonjolkan unsur faktanya. Sehingga kita

1
Universitas Sumatera Utara


dapat mengambil pelajaran melalui fakta yang telah diungkapkan penulis. Jenis
karya sastra non imaginatif yaitu essai, kritik, biografi, aoutobiografi, catatan
harian, memoar dan sebagainya.
Salah satu contoh karya sastra non imajinatif adalah biografi. Biografi
adalah riwayat hidup (seseorang) yang ditulis oleh orang lain (Depdikbud,
2014:197). Riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh pengarang biasanya adalah
para tokoh dunia atau orang-orang yang memiliki pengaruh terhadap kemajuan
manusia. Orang-orang yang memiliki pengaruh ini ialah pemimpin yang berhasil
menuntun anggotanya menuju keberhasilan.
Salah satu pemimpin Jepang yang berpengaruh terhadap perubahan
masyarakat Jepang adalah Toyotomi Hideyoshi. Dia adalah pemimpin Jepang
sekitar abad ke enam belas. Pada zaman itu Jepang sedang mengalami perang
antar sesama, saling membunuh satu sama lain. Pada zaman yang mencekam itu
Toyotomi Hideyoshi berhasil menghentikan perang dan menyatukan seluruh
Jepang serta menjadi pemimpin tertinggi negara.
Pada tahun 1590 Toyotomi Hideyoshi telah menjadi pemimpin tertinggi
negara Jepang. Ia dinobatkan sebagai wakil kaisar oleh kaisar Go Yozei. Ia telah
menikmati kekuasaan bagaikan raja. Nama keluarga Toyotomi merupakan gelar
yang diberikan oleh kaisar, yang berarti menteri yang dermawan.
Dibalik kesuksesannya sebagai wakil kaisar, dia dulunya anak petani

miskin dan tidak memiliki pendidikan formal. Ia juga berwajah jelek dan tidak
memiliki darah ningrat seperti rekan-rekan daimyo yang lain. Berbadan kurus dan
berpostur tubuh pendek. Rupa fisiknya tidak menandakan bahwa ia seorang wakil

2
Universitas Sumatera Utara

kaisar. Ia juga tidak mahir dalam menggunakan pedang tetapi ia telah banyak
memenangkan pertempuran.
Toyotomi Hideyoshi seorang pemimpin yang memenangkan pertempuran
dengan kecerdikan. Kecerdikannya melebihi batas orang Jepang pada saat itu.
Toyotomi Hideyoshi memiliki karakter sebagai seorang pemimpin yang brilian.
Dia mampu berfikir “out of the box”. Kemampuan berfikirnya diluar dugaan. Dia
bisa membalikan keadaan dengan kecerdikannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk meneliti buku
biografi The Swordless Samurai yang bercerita tentang bagaimana Toyotomi
Hideyoshi meraih puncak kepemimpinannya dan menyatukan negeri Jepang.
Seorang pemimpin dari kaum jelata yang menjadi wakil kaisar dan hidup
bagaikan raja. Pemimpin yang berhasil menyatukan negeri Jepang yang sudah
terpecah belah selama lebih dari seabad lamanya. Sebagai pemimpim yang

memiliki karakter, strategi, serta gaya khusus dalam memimpin dan berhasil
menyatukan negera Jepang. Sehingga ia memiliki ciri khas tersendiri dalam
memimpin. Penulis tertarik untuk meneliti kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi
dan menuangkannya ke dalam skripsi yang berjudul “Kepemimpinan Toyotomi
Hideyoshi Dalam Biografi The Swordless Samurai Karya Kitami Masao”

1.2 Perumusan Masalah
Dalam biografi The Swordless Samurai yang ditulis oleh Kitami Masao
menceritakan sosok Toyotomi Hideyoshi. Seorang anak petani miskin yang
berpostur tubuh pendek, berwajah jelek dan tidak memiliki pendidikan formal.

3
Universitas Sumatera Utara

Sepanjang hidupnya ia dijuluki sebagai “monyet”. Walaupun demikian, ia berhasil
menjadi wakil kaisar dan menyatukan negeri Jepang.
Sebagai pengarang biografi The Swordless Samurai ini Kitami Masao
menceritakan tentang Toyotomi Hideyoshi meraih puncak kesuksesannya sebagai
pemimpin. Bagaimana seorang Toyotomi Hideyoshi yang berasal dari rakyat
jelata berhasil menyatukan negeri Jepang dan menjadi pemimpin tertinggi. Dalam

biografi The Swordless Samurai ini Toyotomi Hideyoshi mengajarkan kita
petuah-petuah dalam hal kepemimpinan. Jika ingin menjadi seorang pemimpin
kita harus belajar dahulu menjadi orang yang dipimpin. Sebagai seorang
pemimpin ia memiliki karakter pantang menyerah, kemauan yang kuat, semangat
yang tak kunjung padam, otak yang cerdas, ahli dalam strategi, pandai
bernegosiasi dan memahami karakter orang lain. Hal inilah yang menjadikan ia
memiliki ciri khas tersendiri dalam hal kepemimpinan. Sebagai pemimpin yang
memilik karakter, strategi dan gaya tersendiri sebagai pemimpin.
Untuk memudahkan arah sasaran yang ingin dikaji dalam buku biografi The
Swordless Samurai, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana

karakter

kepemimpinan

Totoyomi

Hideyoshi


yang

tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao ?
2. Bagaimana strategi dan gaya kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi untuk
mempersatukan negara Jepang yang tergambar dalam biografi The
Swordless Samurai karya Kitami Masao ?

4
Universitas Sumatera Utara

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Untuk menganalisis rumusan masalah di atas, dalam penelitian ini akan
dibahas

mengenai

kepemimpinan

Toyotomi


Hideyoshi.

Adapun

acuan

pembahasannya menggunakan buku biografi The Swordless Samurai. Buku ini
pertama diterbitkan di Jepang pada tahun 2005 dengan judul Toyotomi Hideyoshi
no Keiei Juku Karya Kitami Masao. Kemudian pada tahun 2007 Tim Clack
mengedit buku tersebut dan mengubahnya menjadi biografi dan telah disepakati
oleh para ahli sejarah Jepang. Buku biografi The Swordless Samurai ini pertama
kali berbahasa Inggris kemudian diterjemahkan oleh Mordohar S. dalam bahasa
Indonesia pada tahun 2013 dengan 262 halaman.
Penelitian ini membahas tentang karakter kepemimpinan, strategi dan gaya
kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi. Penelitian ini hanya membatasi sesuai
dengan teori yang penulis pakai. Untuk mendukung analisis penulis juga akan
menjelaskan mengenai definisi biografi, unsur instrinsik dan ekstrinsik, setting
biografi The Swordless Samurai, definisi sosiologi sastra, definisi kepemimpinan
dan definisi karakter.


1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori
1.4.1 Tinjauan Pustaka
Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang obyeknya
adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
mediumnya (Semi, 1993:8). Menurut Sumarjo dan Saini dalam Rokhmansyah
(2014:2) Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran,

5
Universitas Sumatera Utara

perasaan, gagasan, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret
yang membangkitkan pesona dengan alat-alat bahasa.
Salah satu jenis karya sastra adalah prosa. Menurut jenisnya prosa terbagi
ada dua jenis, yaitu prosa fiksi dan prosa non fiksi. Hasil produk prosa non fiksi
adalah biografi. Menurut Depdikbud (2014:197) biografi adalah riwayat hidup
(seseorang) yang ditulis oleh orang lain. Biografi ditulis denagn berbagai tujuan.
Salah satu tujuannya untuk memberikan informasi bagi pembaca tentang latar
belakang seorang tokoh dari kecil hingga mencapai karir dikehidupannya
kemudian.
Dalam biografi mengungkapkan fakta kesuksesan yang dialami oleh para

tokoh. Para tokoh ini adalah mereka yang telah berhasil memberikan perubahan
dalam kehidupan masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat kita membutuh
seorang pemimpin. Menurut Joseph C. Rost dalam Safari (2004:3) Kepemimpinan
adalah Sebuah hubungan yang saling mempengaruhi diantara pemimpin dan
pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan
tujuan bersamanya.

1.4.2 Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan landasan atau titik tolak untuk menganalisis
atau meniliti suatu permasalahan. Untuk meniliti dan menganalisis karya sastra
diperlukan suatu teori pendekatan yang dapat berfungsi sebagai acuan yang dapat
digunakan oleh penulis. Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan
sosiologis, dan pendekatan semiotik dan konsep kepemimpinan.

6
Universitas Sumatera Utara

Menurut Amminudin dalam Astuti (2014:10) Pendekatan sosiologi sastra
adalah pendekatan yang berusaha memahami latar belakang kehidupan sosial
budaya, kehidupan masyarakat, maupun tanggapan kejiwaan atau sikap pengarang

terhadap lingkungan kehidupannya atau pun zamannya pada saat itu di wujudkan.
Di dalam kehidupan sosial kita membutuhkan seorang pemimpin untuk
membimbing kita dalam melangsungkan hidup. Kepemimpinan merupakan hasil
organisasi sosial yang telah terbentuk atau sebagai hasil dinamika interaksi sosial
(Soekanto,2009:251). Seorang pemimpin yang berpengaruh harus memiliki
karakter yang baik. Pemimpin yang baik memiliki keunggulan karakter dari yang
lain. Menurut Depdikbud (2014:623) karakter ialah sifat-sifat kejiwaan, akhlak,
atau budi perkerti yang membedakan seseorang dari yang lain. Pemimpin yang
berkarakter baik akan meminpin dengan keteladan. Adapun karakter yang harus
dimiliki oleh pemimpin agar para pengikut mempunyai akeptabilitas yang tinggi
terhadap kapabilitas seorang pemimpin menurut Halaka dalam Suparno & Danim
(2012:127-128) menyebutkan ada delapan karakteristik yaitu :
(1) Envision (memiliki visi)
Seorang pemimpin harus mengerti akan diarahkan kemana organisasinya
dan seorang pemimpin harus pandai berkomunikasi untuk menyampaikan
visi-visi yang dikehendaki.
(2) Integrity (integritas)
Tindakan konsisten, baik dalam maupun diluar nilai-nilai batinnya.
Pemimpin dengan intergritas tinggi adalah sama kondisi didalam dan diluar
batinnya, dalam makna apa yang ada didalam diri maupun penampakan di

permukaan.

7
Universitas Sumatera Utara

(3) Dedication (dedikasi)
Menghabiskan waktu atau energi apa saja yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas yang telah menjadi tanggung jawabnya.
(4) Humility (rendah hati)
Pemimpin rendah hati adalah pemimpin yang mengakui bahwa mereka
tidak boleh lebih baik atau lebih buruk dari pada anggota-anggota dari tim.
Seorang pemimpin yang rendah hati tidak akan menonjolkan dirinya
melainkan mencoba untuk mengangkat semua orang. Pemimpin rendah hati
juga memahami bahwa stastus mereka tidak membuatnya merasa menjadi
seorang dewa.
(5) Opennes (keterbukaan)
Keterbukaan merupakan karakter penting yang harus dimilki seorang
pemimpin demi mencapai sebuah tujuan organisasi dengan keterbukaan antar
hubungan vertikal maupun horizontal bagi setiap yang komponen organisasi
yang terlibat sangatlah urgent, seperti yang disebutkan sebelumnya oleh
halaka tentang karakter pemimpin yang terbuka bahwa karakter keterbukaan
berarti mampu mendengarkan ide ide baru, bahkan jika mereka tidak sesuai
dengan cara berfikir biasa. Pemimpin yang baik menangguhkan penilaian saat
mendengarkan ide ide orang lain serta menerima cara cara baru dalam
melakukan sesuatu yang orang lain pikirkan. Keterbukaan membangun saling
menghormati dan kepercayaan antara pemimpin dan pengikut.
(6) Creativity (kreatifitas)
Kreativitas merupakan kemampuan untuk berfikir secara berbeda dan
mendapatkan solusi untuk keluar dari aneka kendala. Kreatifitas pemimpin

8
Universitas Sumatera Utara

memempukan dirinya untuk melihat hal hal yang orang lain tidak melihat dan
dengan demikian dia memimpin pengikutnya kearah yang baru.
(7) Fairness (keadilan)
Keadilan adalah cara dimana mempromosikan sesuatu dengan pantas
sehingga menimbulkan keselarasan, kesetaraan, dan keharmonisan. Menurut
halaka keadilan berarti berhubungan dengan orang secara konsisten dan adil.
Seorang pemimpin harus memeriksa semua fakta dan mendengar semua
orang sebelum memberikan penilaian. Dia harus menghindari melompat ke
kesimpulan berdasarkan bukti bukti tidak lengkap. Ketika orang merasa
diperlakukan secara adil mereka akan mengapresiasi pemimpinnya dengan
loyalitas dan dedikasi.
(8) Assertiveness (ketegasan)
Seperti yang telah dijelaskan oleh Halaka bahwa pemimpin yang melalui
proses kepemimpinan haruslah mempunyai karakter, salah satunya adalah
unsur karakter ketegasan. Ketegasan atau assertif tidak sama dengan agresif.
Ketegasan itu adalah kemampuan untuk menyatakan dengan jelas yang
diharapkan, sehingga tidak akan ada kesalahpahaman. Pemimipin harus
bersikap tegas agar memperoleh hasilnya diinginkan. Ketegasan datang
bersamaan tanggung jawab untuk secara jelas memahami apa yang pengikut
harapkan dari pemimpinnya.
Seorang pemimpin yang berkarakter harus memiliki strategi yang jitu untuk
mencapai sasaran yang diinginkan. Menurut Aliminsyah dan Pandji (2004:81)
mengartikan bahwa strategi adalah wujud rencana yang terarah untuk memperoleh
hasil yang maksimal. Dalam hal ini strategi organisasi merupakan suatu rencana

9
Universitas Sumatera Utara

dan teknik tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya
secara tepat.
Seorang pemimpin menyusun strategi untuk mencapai suatu tujuan yang
diinginkan, tentu ada pengaruh gaya kepemimpinan yang ikut serta. Menurut
Riberu dalam Astuti (2014:14-15) gaya kepemimpinan (style) ialah cara
pemimpin membawa diri sebagai pemimpin, cara ia “berlagak”dan tampil dalam
mengunakan kekuasaannya. Adapun gaya kepemimpinan tersebut dibagi dalam 4
bagian yaitu :
(1) Gaya kharismatik;
Para pengikut terpacu kemampuan kepemimpinan yang heroik atau yang
luar biasa ketika mereka mengamati perilaku perilaku tertentu pemimpin
mereka.
(2) Gaya transaksional;
Pemimpin transaksional merupakan pemimpin yang memandu atau
memotivasi para pengikut mereka menuju sasaran yang di tetapkan
dengan memperjelas persyaratan peran dan tugas. Gaya kepemimpinan
transaksional lebih berfokus pada hubungan pemimpin bawahan tanpa
adanya usaha untuk menciptakan perubahan bagi bawahannya.
(3) Gaya transformasional;
Pemimpin transformasional mencurahkan perhatian pada hal –hal dan
kebutuhan pengembangan dari masing masing pengikut. Pemimpin
transformasional mengubah kesadaran para

pengikut akan persoalan

dengan membantu mereka memandang masalah lama dengan cara cara
baru, dan mereka mampu menggairahkan, membangkitkan, dan

10
Universitas Sumatera Utara

mengilhami arah pengikut untuk mengeluarkan upaya ekstra demi
mencapai sasaran kelompok.
(4) Gaya visioner;
Kemampuan menciptakan dan mengartikulasikan visi yang realitas,
kredibel, dan menarik mengenai masa depan organisasi atau unit yang
tengah tumbuh dan membaik dibanding saat ini. Visi ini jika diseleksi dan
diimplementasikan secara tepet, mempunyai kekuatan besar sehingga bisa
mengakibatkan terjadinya lompotan awal ke masa depan dengan
membangkitkan keterampilan, bakat, dan sumber daya untuk mewujudkan.
Dengan menggunakan teori sosiologis dan konsep kepemimpinan tersebut
penulis dapat menganalisis kondisi kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi dalam
biografi The Swordless Samurai. Hal ini dapat memudahkan penulis untuk
menganalisis sikap Toyotomi Hideyoshi sebagai pemimpin. Baik sebagai
pemimpin diri sendiri ataupun sebagai pemimpin seuatu kelompok organisasi.
Selain itu juga penulis menggunakan pendekatan semiotik. Menurut Zoest
dalam Rokhmansyah (2014:94) Secara terminologis, semiotik adalah cabang ilmu
yang berhubungan dengan tanda atau segala sesuatu yang berhubungan dengan
tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi tanda.
Peirce dalam Endraswara (2013:65) menawarkan sistem tanda yang harus
diungkap. Ada tiga faktor yang menentukan tanda, yaitu : tanda itu sendiri, hal
yang ditandai, dan sebuah tanda baru yang terjadi dalam batin si penerima tanda.
Antara tanda dan yang ditandai ada kaitan representasi (menghadirkan). Kedua
tanda itu akan melahirkan interpretasi di benak penerima. Hasil interprestasi ini
merupakan tanda baru yang diciptakan oleh penerima pesan.

11
Universitas Sumatera Utara

Dengan menggunakan pendekatan semiotik penulis dapat memahami teksteks dalam biografi The Swordless Samurai. Penulis dapat menghadirkan tandatanda yang ingin diungkapkan pengarang. Tanda-tanda tersebut kemudian
dianalisis sesuai dengan maknanya.
Berdasarkan pandangan kerangka teori di atas, maka di dalam penelitian ini
penulis akan menghadirkan tanda-tanda yang ingin diungkapkan pengarang
berdasarkan teori semiotik, menganalisis tanda-tanda tersebut sesuai dengan
makna. Kemudian penulis akan membahas hubungan sosial kepemimpinan
Toyotomi

Hideyoshi

berdasarkan

pendekatan

sosiologis

dan

konsep

kepemimpinan. Jadi bisa didapatkan mengenai karakter, strategi, serta gaya
kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Untuk mendeskripsikan karakter kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi yang
tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao.
2. Untuk mendeskripsikan strategi dan gaya kepemimpinan Toyotomi
Hideyoshi yang tergambar dalam biografi The Swordless Samurai karya
Kitami Masao.

12
Universitas Sumatera Utara

1.5.2 Manfat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Untuk

menambah

informasi

kepada

pembaca

tentang

karakter

kepemimpinan yang ada pada Toyotomi Hideyoshi yang tergambar dalam
biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao.
2. Untuk menambah informasi kepada pembaca tentang strategi dan gaya
kepemimpinan Toyotomi Hideyoshi yang tergambar dalam biografi The
Swordless Samurai karya Kitami Masao.

1.6 Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian membutuhkan metode penelitian. Penulis
menggunakan metode penelitian metode deskriptifi. Metode deskriptif menurut
Whitney dalam Nazir (2011:54) adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang
tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta
tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk
tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan serta
proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu
fenomena.
Sementara itu teknik yang penulis gunakan untuk mengumpulkan data
adalah dengan metode studi kepustakaan (Library Research). Menurut Nazir
dalam Dasril (2013:19) Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data
dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, litertur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang
dipecahkan. Studi kepustakaan mengadakan penelitian dengan cara mempelajari

13
Universitas Sumatera Utara

dan membaca literature-literature yang ada hubungannya dengan permasalahan
yang menjadi objek penelitian. Dan untuk menunjang penelitian ini, maka penulis
juga menambah referensi dari internet. Berdasarkan hal yang telah penulis
jelaskan di atas, langkah-langkah yang dilakukan penulis dalam menyusun
penelitian ini adalah :
1.

Membaca Biografi The Swordless Samurai karya Kitami Masao

2.

Mencari data yang berhubungan dengan objek penelitian, yaitu mencari
data tentang kajian pendekatan sosiologi sastra, semiotik, dan teori-teori
lain yang diperlukan dalam penelitian ini.

3.

Mengumpulkan data-data tersebut kemudian dianalisis berdasarkan
pendekatan sosiologi sastra dan mengungkapkan nilai-nilai yang
terkandung dalam Biografi The Swordless Samurai.

4.

Menyusun seluruh data tersebut menjadi sebuah laporan berbentuk skripsi.

14
Universitas Sumatera Utara