Sejarah Perkebunan PT. Anugerah Langkat Makmur Di Desa Harapan Makmur, Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat (1982-1998)

BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN SEJARAH PEMBUKAAN
PT. ANUGERAH LANGKAT MAKMUR DI DESA HARAPAN MAKMUR

2.1 Letak Geografi dan Keadaan Alam Desa Harapan Makmur
Sei Lepan merupakan salah satu kecamatan yang berada dalam wilayah
administratif Kabupaten Langkat. Kecamatan Sei Lepan terletak diantara 030 – 110
sampai dengan 590 – 780 bujur timur. Jarak tempuh dari ibukota kabupaten adalah 54
km dan dari ibukota provinsi adalah 80 km. Akses menuju Sei Lepan dapat ditempuh
melalui transportasi darat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Jarak tempuh
melalui ibukota kabupaten yaitu Stabat, dapat ditempuh perjalanan menuju Sei Lepan
sekitar 2 jam perjalanan

14

. Luas wilayah Kecamatan Sei Lepan ini secara

keseluruhannya sekitar 654, 04 Km2.
Adapun batas-batas geografis Kecamatan Sei Lepan antara lain adalah15:
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Berandan Barat,
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Padang Tualang,

3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Besitang, dan

14

Profil Kecamatan Sei Lepan
Kecamatan Sei Lepan Dalam Angka 1998, Kerjasama Bappeda Kabupaten Langkat dengan
BPS Kabupaten Langkat, hal. 4.
15

16
Universitas Sumatera Utara

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Babalan.
Harapan Makmur merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah
kecamatan Sei Lepan. Secara geografis, Desa Harapan Makmur berada di ketinggian
100 meter dari permukaan laut. Jarak tempuh dari ibukota kabupaten adalah 76 km
dan dari ibukota provinsi adalah 108 km. Akses menuju Harapan Makmur dapat
ditempuh melalui transportasi darat dengan menggunakan kendaraan bermotor. Desa
ini terbentuk karena adanya sebuah perusahaan perkebunan menanam sahamnya di
wilayah tersebut. Oleh sebab itu desa ini mulai berangsur-angsur menjadi baik

dengan adanya perusahaan perkebunan. Desa ini juga memiliki luas wilayah secara
keseluruhannya sekitar 109,56 Km2.
Adapun batas-batas geografis Desa Harapan Makmur antara lain adalah 16:
1.

Sebelah Utara berbatasan dengan Desa, Harapan Maju

2.

Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tangkahan Durian,

3.

Sebelah Barat berbatasan dengan Desa PIR ADB Besitang, dan

4.

Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Harapan Jaya.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa evolusi pembangunan sebuah wilayah, kota


maupun Negara sebagian besar bermula dari perkembangan entitas sebuah desa. Desa
dalam pengertian umum adalah desa sebagai suatu gejala yang bersifat universal,
terdapat di manapun di dunia ini. Sebagai suatu komunitas kecil, yang terikat pada
16

Profil Desa Harapan Makmur 1998.

17
Universitas Sumatera Utara

lokalitas tertentu baik sebagai tempat tinggal (secara menetap) maupun bagi
pemenuhan kebutuhannya, dan terutama yang tergantung pada kegiatan pertanian.
Pengertian desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Menurut Egon
E. Bergel mendefenisikan desa sebagai “setiap pemukiman para petani (peasants)”.17
Padahal sebenarnya faktor pertanian bukanlah suatu hal yang selalu harus terlekat
pada setiap desa, begitu juga sebaliknya, desa tidak harus dikaitkan dengan kegiatan
pertanian, hanya saja kebanyakan desa di Indonesia khususnya yang menitikberatkan
kegiatan perekonomiannya pada kegiatan pertanian, namun tidak semua, ada juga
desa yang menitikberatkan kegiatan perekonomiannya pada bidang lain seperti
bidang perikanan, industri rumahan (home industry) atau kegiatan pekerjaan tangan

dan lain sebagainya. Yang menjadi ciri utama dari suatu desa adalah fungsinya
sebagai tempat tinggal yang menetap dari suatu kelompok masyarakat yang relatif
kecil. Atau dengan kata lain, sebuah desa ditandai dengan keterikatan warganya
terhadap suatu wilayah tertentu. Keterikatan terhadap wilayah ini di samping sebagai
tempat tinggal, juga sebagai penyangga kehidupan mereka.

Terbentuknya suatu desa tidak terlepas dari insting manusia, yang secara
naluriah ingin hidup bersama keluarga suami/istri dan anak serta sanak familinya,
yang kemudian lazimnya memilih suatu tempat kediaman bersama. Tempat kediaman
tersebut dapat berupa suatu wilayah dengan berpindah-pindah terutama terjadi pada

17

Raharjo, Pengantar Sosiologi Pedesaan dan Pertanian, Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press, 1999, hlm.29-30.

18
Universitas Sumatera Utara

kawasan tertentu hutan atau areal lahan yang masih memungkinkan keluarga tersebut

berpindah-pindah. Hal ini masih dapat ditemukan pada beberapa suku asli di
Sumatera, seperti kubu, suku anak dalam, beberapa warga melayu asli, juga di pulaupulau lainnya di Nusa Tenggara, Kalimantan dan Papua. 18 Sama halnya dengan
pembentukan Desa Harapan Makmur, yang tidak berbeda dengan pembentukan
sebuah desa pada umumnya, yang secara naluriah ingin hidup bersama dengan
keluarga bahkan sanak famili mereka dan yang terpenting adalah untuk
mempertahankan serta mencapai kemajuan dalam hidupnya.
Seperti halnya dengan pembentukan Desa Harapan Makmur yang tidak jauh
berbeda dengan pembentukan desa pada umumnya, yang secara sederhana ingin
menetap dan tinggal bersama dengan keluarga sebagai cara untuk mempertahankan
serta meningkatkan taraf kehidupan kelompok tersebut. Harapan Makmur awalnya
hanya dihuni oleh beberapa kelompok masyarakat saja yang mayoritas merupakan
suku Jawa Tengah yang bermata pencaharian sebagai petani. Suku Jawa Tengah
tersebut berdatangan pada tahun 1984. Awalnya secara tidak langsung, pemerintah
telah menerapkan pola transmigrasi dengan membawa banyak orang (terutama suku
Jawa) untuk melakukan ekspansi ke pulau-pulau yang memiliki potensi sumber daya
alam yang besar seperti Sumatera. Pada awalnya wilayah Harapan Makmur hanya
hutan belantara, suku Karo membuka lahan

atau wilayah tersebut. Tak lama


kemudian barulah suku-suku yang lain ikut serta membuka wilayah ini. Sebelum
dibukanya perkebunan PT Anugerah Langkat Makmur, awal dimulainya tahun 1974
18

Op. Cit., hal. 10-11.

19
Universitas Sumatera Utara

wilayah Harapan Makmur ini adalah hutan dan hanya beberapa orang saja yg
betempat tinggal diwilayah ini. Kehidupan masyarakat di Harapan Makmur sampai
tahun 1982 sebelum dibukanya perkebunan kelapa sawit masih bersifat sangat
sederhana dan tradisional.
Dalam upaya meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan dan pelayanan masyarakat secara berdaya guna, pemerintah telah
mengadakan penataan kembali struktur organisasi pemerintahan desa. Desa Harapan
Makmur pada awalnya merupakan sebuah dusun yang bernama Dusun Harapan
Makmur yang sampai tahun 1997 masih menjadi bagian dari Desa Harapan Jaya 19.
Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan aspek-aspek kehidupan masyarakat
yang semakin membaik, semakin meningkatnya jumlah penduduk yang bermukim di

Desa Harapan Makmur, dan kegiatan pemerintahan serta pembangunan pada wilayah
Kecamatan

Sei

Lepan,

Kabupaten

Langkat,

Provinsi

Sumatera

Utara,

dipertimbangkan guna memperlancar tugas-tugas pemerintahan dan rencana
pembangunan daerah serta untuk meningkatkan pelayanan kesejahteraan kepada
masyarakat, maka dipandang perlu membentuk sebuah desa baru, pada 1998 Desa

Harapan Makmur resmi dibentuk menjadi sebuah desa baru, yaitu Desa Harapan
Makmur.20

19
20

Hasil Wa wanca ra, Wahono, Harapan Makmur, 18 Oktober 2014
Kantor Desa Harapan Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat.

20
Universitas Sumatera Utara

Tabel I: Perkembangan Jumlah Penduduk Harapan Makmur Tahun 19821998
No

Tahun

Jumlah
Penduduk/Jiwa


1.

1982

242

2.

1983

375

3.

1984

537

4.


1985

609

5.

1986

715

6.

1987

858

7.

1988


913

8.

1989

984

9.

1990

1008

10.

1991

1104

11.

1992

1258

12.

1993

1290

13.

1994

1356

14.

1995

1487

15.

1996

1526

16.

1997

1598

17.

1998

1659

Sumber: Kantor Desa Harapan Makmur, BPS Langkat dan wawancara dengan
Bapak Wahono (data diolah penulis)

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwasanya jumlah penduduk Desa
Harapan Makmur dari awal mulanya tahun 1982-1998. Awalnya di Tahun 1982

20
Universitas Sumatera Utara

wilayah ini hanya di huni 242 jiwa, namun setelah berangsur-angsur dan
perkembangan perkebunan PT. Anugerah langkat Makmur penduduk yang
mendiamin wilayah Harapan Makmur ini pun semakin bertambah jumlah
penduduknya. Ini dapat di lihat dari tabel diatas bahwasanya perkemabangan
perusahaan ini membawa dampak positif bagi jumlah penduduknya yang bertambah.
Data tentang perkembangan jumlah penduduk di atas dibuat berdasarkan data yang
didapat dari Kantor Desa Harapan Makmur, BPS Langkat dan hasil wawancara
dengan Bapak Wahono selaku kepala desa serta hasil olahan penulis. Oleh karena
sulitnya mendapatkan data yang lengkap mengenai jumlah perkembangan penduduk
di Desa Harapan Makmur, maka data di atas belum bisa dikatakan benar atau tepat
namun sudah mendekati perkiraan.
2.2 Keadaan Penduduk
Sebuah desa terbentuk berawal dari perkumpulan beberapa komunitas
keluarga yang terdiri dari beberapa individu yang memiliki keinginan untuk hidup
bersama pada suatu wilayah. Wilayah mereka bermukim tersebut dapat berupa hutan
dan areal lahan yang digunakan sebagai ladang dengan pola nomaden atau berpindah
dari satu tempat ke tempat yang lain.
Di dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara dinyatakan bahwa jumlah
penduduk yang besar dapat menjadi

modal dasar yang efektif bagi pembangunan

nasional bila penduduk yang besar tersebut berkualitas baik. Akan tetapi, dengan

22
Universitas Sumatera Utara

pertambahan penduduk yang pesat tidaklah mudah untuk mengendalikannya dan sulit
untuk meningkatkan mutu kehidupan dan kesejahteraan secara layak dan merata.
Program kependudukan di Desa Harapan Makmur , Kecamatan Sei Lepan yaitu
pengendalian kelahiran (natalitas), penurunan tingkat kematian (mortalitas) bayi dan
anak serta mempertinggi usia harapan hidup.
Sebelum dibukanya perusahaan perkebunan kelapa sawit di Harapan Makmur,
jumlah penduduk di daerah ini masih sangat sedikit dan mayoritas penduduknya
adalah suku Batak dan Karo yang merupakan suku pertama kali membuka areal
perkebunan sawit tersebut. Hal ini dimungkinkan karena sebelum

masuknya

perkebunan di daerah ini, Harapan Makmur masih merupakan daerah yang terisolasi
dikarenakan jalur trnasportasi ke Harapan Makmur masih belum memadai dan sangat
jarang sekali. Seiring dengan perkembangan dan masuknya perkebunan PT Anugerah
Langkat Makmur ke Harapan Makmur, perlahan namun pasti perkembangan jalur
transportasi mulai berkembang. Pembukaan jalan transportasi untuk daerah ini
dilakukan oleh masyarakat sekitarnya sebelum adanya perkebunan PT Anugerah
Langkat Makmur. Hal ini dikarenakan struktur topografi Harapan Makmur yang
merupakan daerah dataran tinggi dan rawa-rawa.
Sudah terbukti, dengan dibukanya perkebunan kelapa sawit, maka semakin
berkembanglah daerah ini, terlihat dari perkembangannya dalam segi ekonomi dan
ditambah lagi dengan adanya program pengembangan perkebunan dengan program
transmigrasi serta pertambahan angka tenaga kerja yang semakin tinggi, maka

23
Universitas Sumatera Utara

semakin ramailah daerah ini, terutama di daerah Harapan Makmur, sehingga wajar
saja bila penduduk lebih banyak di daerah. Semakin baik perekonomian suatu
wilayah, maka semakin tinggi pula jumlah penduduk yang mendiami wilayah
tersebut. Ketika salah satu anggota keluarga telah memiliki pekerjaan di perusahaan
perkebunan kelapa sawit dan telah merasakan hasilnya, maka ia akan memanggil
anggota keluarganya yang lain yang dianggap masih rendah taraf perekonomiannya
di kampung halaman untuk pindah ke daerah ini dan bekerja di perkebunan kelapa
sawit dan begitu seterusnya.
Penduduk di desa Harapan Makmur dapat digolongkan pada kategori
masyarakat heterogen, yaitu masyarakat yang terdiri dari berbagai jenis suku, agama,
dan golongan.

Adapun etnis atau suku yang mendiami kecamatan ini setelah

perkembangan perkebunan kelapa sawit

yang diikuti dengan pertambahan

penduduknya serta keanekaragaman suku yang mendiami daerah ini yakni adanya
suku Jawa yang berkaitan dengan pola transmigrasi, suku Batak (Karo, Mandailing,
Simalungun dan Toba). Untuk lebih jelasnya, lihat tabel di bawah ini.
Tabel II: Penduduk Desa Harapan Makmur menurut Etnis/suku (dalam
persen)
No

Etnis/suku

Persentasi

1

Jawa

54%

2

Batak

16%

3

Karo

28%

24
Universitas Sumatera Utara

4

Melayu

2%

Sumber: Kantor Desa Harapan Makmur 1998

Berdasarkan dari tabel di atas dapat dilihat bahwasanya suku Jawa paling
dominan dan berpengaruh didaerah Harapan Makmur, suku Jawa persentasinya
sebesar 54%, diurutan kedua ada suku Karo dengan persentase 28%, selanjutnya suku
Batak juga berpengaruh dalam pembangunan wilayah ini persentasenya 16% dan
suku Melayu paling sedikit ketimbang ketiga suku diatas,persentase suku Melayu
hanya 2% saja.
Semakin tinggi tingkat perekonomian suatu daerah maka semakin tinggi pula
minat masyarakat untuk pindah ke daerah tersebut. Persoalan perpindahan penduduk
dalam kehidupan manusia sering dikaitkan dengan berbagai faktor kehidupan, antara
lain, ekologi, keadaan geografis (menyangkut jarak dan keadaan tanahnya), aspek
sosial budaya menyangkut adat istiadat dan kebiasaan hidup dalam kelompoknya dan
lain sebagainya. Persoalan-persoalan tersebut mempunyai tingkat kepentingan yang
berbeda-beda dalam kehidupan masyarakat dan sudah tentu salah satu dari faktor
tersebut merupakan alasan tujuan perpindahan yang paling dominan.
Penduduk Desa Harapan Makmur merupakan sekelompok masyarakat yang
pindah dari suatu tempat ke tempat lain. Sebagaimana yang sudah dijelaskan di atas,
bahwa perpindahan penduduk secara spontan selalu didasari dengan berbagai alasan.

25
Universitas Sumatera Utara

Alasan-alasan itu antara lain berupa faktor ekonomi, sosial, politik, budaya. 21
Keadaan alam yang tidak baik atau tidak menguntungkan untuk usaha pertanian
misalnya, menyebabkan seseorang atau kelompok masyarakat meninggalkan
kampung halaman mereka dan pindah ke tempat lain untuk mencari sumber
perekonomian yang lebih menguntungkan. Daya tarik daerah tujuan pun kelihatannya
turut menentukan seseorang atau kelompok masyarakat untuk pindah ke daerah yang
baru tersebut. Oleh karena itu, seringkali kesuburan tanah, fasilitas pendidikan dan
prasarana sosial terlebih sumber penghasilan yang ada di tempat tujuan merupakan
daya tarik buat seseorang untuk tinggal menetap di daerah tersebut.
Seseorang mau pindah ke daerah yang baru tentu saja karena daerah yang
didatangi memiliki daya tarik tersendiri. Bahwa yang menjadi daya tarik daerah
tujuan ialah menyangkut faktor keluarga, harga tanah yang lebih murah,

faktor

geografis dan faktor lapangan pekerjaan di sektor perkebunan. 22 Daerah Harapan
Makmur sendiri memiliki daya tarik sebagaimana yang telah disebutkan di dalam
buku tersebut.
2.3 Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian didefinisikan sebagai aktivitas manusia untuk memperoleh
taraf hidup yang layak dimana antara daerah yang satu dengan daerah lainnya

21

Ahmad Sahur, dkk, Migrasi, Kolonisasi, Perubahan Sosial, Jakarta: PT Pustaka Grafika Kita,
1988. Hlm. 219.
22
Op.cit

26
Universitas Sumatera Utara

berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya 23. Ada
juga yang membedakan mata pencaharian menjadi dua jenis yaitu mata pencaharian
pokok dan mata pencaharian sampingan. Mata pencaharian pokok adalah keseluruhan
kegiatan untuk memanfaatkan sumber daya yang ada yang dilakukan sehari-hari dan
merupakan mata pencaharian utama untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Indonesia telah lama dikenal sebagai negara dengan mata pencaharian utama
sebagian besar penduduknya yang merupakan petani. Oleh karena itu, selain dikenal
sebagai negara maritim Indonesia juga dikenal sebagai negara agraris. Salah satu
bentuk dari kegiatan graria tersebut adalah perkebunan. Dalam perkembangannya,
perkebunan memiliki peranan penting dalam pembangunan di Indonesia. Perkebunan
dalam skala besar dapat menyerap tenaga kerja yang luas sehingga dapat menekan
angka pengangguran penduduk di Indonesia.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan sebuah daerah ataupun wilayah
tergantung pada tingkat pendapatan sebuah daerah tersebut serta jumlah mata
pencaharian yang terdapat di dalamnya. Seperti halnya yang terjadi di Harapan
Makmur, sampai dengan tahun 1982 tepatnya sebelum dibukanya perkebunan,
penduduk Harapan Makmur masih menggantungkan hidupnya dengan bertani.
Mereka menggantungkan diri pada hasil alam yang terdapat di Harapan Makmur,
seperti tanaman umbi-umbian, pisang, dan beberapa hasil hutan lainnya. Dikarenakan
pada masa itu wilayah Harapan Makmur masih hutan belantara. Manusia merupakan
23

Daldjoeni, Geografi Kota Dan Desa, Bandung: Alumni, 1987. Hlm 84

27
Universitas Sumatera Utara

makhluk sosial yang artinya tidak dapat hidup sendiri dan selalu memerlukan bantuan
orang lain. Interaksi kegiatan ekonomi di Harapan Makmur berlangsung sebagaimana
pada umumnya, terjadi pertukaran barang dan jasa guna memenuhi kebutuhan hidup
masing-masing penduduk.
Seiring dengan dibukanya perusahaan perkebunan dan migrasi para pendatang
di Harapan Makmur, mata pencaharian penduduk mulai berkembang dengan
sendirinya dan beraneka ragam. Selain menjadi petani, penduduk yang bermukim di
Harapan makmur mulai beralih mata pencaharian sebagai tenaga kerja maupun buruh
di perusahaan, baik di perkebunan maupun di industri yang dikelola oleh PT
Anugerah Langkat Makmur.
Kegiatan perekonomian masyarakat di Harapan Makmur perlahan mulai
membaik seiring dengan pertumbuhan PT Anugerah Langkat Makmur. Berikut ini
merupakan tingkat persentase mata pencaharian penduduk berdasarkan jenisnya:
Tabel III: Persentase Mata Pencaharian Penduduk di Harapan Makmur Tahun
1998
NO

Jenis Pekerjaan

Persentase

1

TNI/POLRI

1%

2

PNS

2%

3

Pedagang

11%

28
Universitas Sumatera Utara

4

Petani

18 %

5

Swasta

68 %

Sumber: Kantor Desa Harapan Makmur 1998

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk di Harapan
Makmur bermata pencaharian sebagai tenaga kerja ataupun karyawan perusahaan PT
Anugerah Langkat Makmur. Hal ini menjadi indikator akan pentingnya keberadaan
PT Anugerah Langkat Makmur di Desa Harapan Makmur sebagai penopang kegiatan
perekonomian penduduk yang sebagian besar menggantungkan hidupnya pada
perusahaan perkebunan kelapa sawit. Dapat diketahui bahwa usaha masyarakat di
Desa Harapan Makmur adalah sebagai karyawan swasta menempati urutan pertama
yaitu sebesar 68%, urutan kedua adalah Petani yaitu sebesar 18%, urutan ke tiga
adalah Pedagang yaitu sebesar 11%, urutan ke empat adalah PNS sebesar 2 %, dan
yang terakhir Polri/TNI sebesar 1%. Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan hidup
penduduk di Harapan Makmur juga dibutuhkan hasil-hasil pertanian dan lainnya,
oleh karena itu sebagian penduduk Harapan Makmur ada juga yang memilih menetap
pada mata pencaharian mereka sebelumnya yaitu bertani dan menjadi pedagang. Para
petani tersebut menghasilkan kebutuhan akan sayur-mayur maupun komoditas
pertanian lainnya seperti kelapa sawit maupun karet yang kemudian di jual ke pihak
perusahaan ataupun ke luar daerah Harapan Makmur. Pegawai Negeri Sipil (PNS)
yang terdapat di Harapan Makmur adalah penduduk yang bekerja di beberapa instansi
pemerintahan, yang menempati profesi masing-masing. Mata pencaharian penduduk

29
Universitas Sumatera Utara

yang heterogen tersebut merupakan bagian dari kegiatan ekonomi yang berlangsung
di Harapan Makmur sebagai akibat dari perkembangan serta pertumbuhan ekonomi
yang semakin membaik.
2.4 Pembukaan Perkebunan PT. Anugerah Langkat Makmur
Sebelum membahas pembukaan perkebunan PT Anugerah Langkat Makmur,
ada baiknya dibahas sejarah atau pun riwayat kedatangan kelapa sawit di Indonesia
terlebih dahulu. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria,
Afrika Barat. Walaupun demikian, ada yang mengatakan bahwa kelapa sawit berasal
dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa
sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika. 24 Meskipun kelapa sawit bukanlah
tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya tanaman ini mampu hadir, tumbuh dan
berkembang dengan baik di luar daerah asalnya termasuk di Indonesia dan menjadi
salah satu komoditas perkebunan yang handal. Awalnya, kelapa sawit di Indonesia
dijadikan sekedar tanaman hias langka di Kebun Raya Bogor, dan sebagai tanaman
penghias jalanan atau pekarangan.
Istilah kelapa mungkin dimaksudkan sebagai istilah umum untuk jenis palem.
Meskipun demikian, perkataan sudah ada sejak lama. Beberapa tempat (desa di Pulau
Jawa) sudah ada yang menggunakan nama “sawit” sebelum kelapa sawit masuk ke
Indonesia pada tahun 1848 yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Dalam bahasa Jawa

24

Yan Fauzi, dkk, Kelapa sawit: Budi daya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis Usaha
dan Pemasaran, Jakarta: Penebar Swadaya, 2002, hlm. 1.

30
Universitas Sumatera Utara

Kawi “sawit” artinya siedhakep, kalung. Nama lain dalam bahasa Jawa adalah kelapa
sewu dan dalam bahasa Sunda sering disebut sebagai salak minyak atau kelapa
ciung. 25
Tahun 1848¸ Pemerintah Kolonial Belanda pertama kali memperkenalkan
tanaman kelapa sawit di Indonesia dengan mendatangkan empat batang bibit kelapa
sawit dari Mauritius dan Amsterdam yang kemudian ditanam di Kebun Raya Bogor.
Selanjutnya hasil anakannya dipindahkan ke Deli, Sumatera Utara. Di tempat ini,
selama beberapa puluh tahun, kelapa sawit yang telah berkembang biak hanya
berperan sebagai tanaman hias di sepanjang jalan di Deli sehingga potensi yang
sesungguhnya belum kelihatan.26
Melihat hal tersebut, pemerintah kolonial Belanda yang mengetahui lebih
banyak tentang sisi ekonomis kelapa sawit, berupaya menarik minat masyarakat
Indonesia terhadap pengusahaan tanaman kelapa sawit. Beberapa percobaan
penanaman kelapa sawit yang disertai dengan kegiatan penyuluhan dilakukan di
Muara Enim tahun 1869, Musi Hulu tahun 1870 dan di Belitung tahun 1890. 27 Dan
hasilnya ternyata belum memuaskan, masyarakat pekebun masih belum yakin
terhadap prospek ekonomis perkebunan kelapa sawit sehingga peranan kelapa sawit
belum berubah yakni hanya sebagai tanaman hias di jalanan.

25

Adlin.Lubis, Kelapa sa wit (Elaeis guineensis Jacq) di Indonesia, Medan:PPKS, 2008,
hlm. 3
26
Tim Penulis PS, Kelapa Sawit: Usaha Budidaya, Pemanfaatan Hasil, dan Aspek
Pemasa ran, Jakarta: Penebar Swadaya, 1997, hlm.2-3.
27
Ibid.,

31
Universitas Sumatera Utara

Tanaman kelapa sawit ini mulai diusahakan dan dibudidayakan secara
komersial pada tahun 1911. Orang yang merintis usaha

ini adalah Adrien Hallet,

seorang Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Ia
mengusahakan perkebunan kelapa sawitnya di Sungai Liput (Aceh) dan Pulu Radja
(Asahan). Rintisan Hallet ini kemudian diikuti oleh K. Schadt, seorang Jerman yang
mengusahakan perkebunannya di daerah Tanah Itan Ulu di Deli. Dan budidaya
kelapa sawit yang diusahakan secara komersial oleh A. Hallet ini kemudian diikuti
oleh K. Schadt, yang menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak
saat itu perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang.
Pada masa penjajahan Belanda, perkebunan kelapa sawit di Indonesia yang
lokasinya hanya ada di pantai Timur Sumatera (Deli) dan Aceh ini berkembang
dengan pesat. Awalnya, perkebunan-perkebunan kelapa sawit tersebut dimiliki oleh
perorangan. Dalam perkembangannya, usaha perkebunan perorangan ini tergeser dan
akhirnya tergantikan oleh perusahaan perkebunan asing milik swasta Belanda,
Prancis dan Belgia yang bermodal besar.
Masa pendudukan Jepang, luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit di
Indonesia menurun drastis. Bahkan menjelang tahun 1943, pemerintahan Pendudukan
Jepang menghentikan secara keseluruhan produksi perkebunan kelapa sawit yang ada
di Indonesia. Hal ini berkaitan dengan pemerintah Pendudukan jepang yang lebih
mengutamakan tanaman pangan untuk keperluan logistik perang dibandingkan
tanaman perkebunan atau industri.

32
Universitas Sumatera Utara

Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, banyak laskar pemuda yang
saling berebut wilayah perkebunan untuk memperkuat perjuangan organisasinya
masing-masing. Akhirnya perkebunan tersebut dikelola dengan sistem manajemen
mereka sendiri. Dan pada agresi militer pertama, Belanda berhasil merebut kembali
sebagian besar perkebunan yang dikuasai oleh laskar pemuda dan menjelang akhir
tahun 1948 Belanda menyerahkannya kembali kepada pemiliknya terdahulu (swasta
asing). Dua kejadian tersebut ikut mewarnai perkembangan perkebunan kelapa sawit
masa itu. Akibatnya luas areal dan produksi perkebunan kelapa sawit pun menyusut
tajam.
Setelah Belanda dan Jepang meninggalkan Indonesia pada 10 Desember 1957,
pemerintah mengambil alih atau menasionalisasikan perkebunan asing yang ada di
Indonesia dengan alasan politik dan keamanan. Pemerintah menempatkan perwiraperwira

militer

di

setiap jenjang manajemen perkebunan

yang bertujuan

mengamankan jalannya produksi. Pemerintah juga membentuk BUMIL (buruh
militer) yang merupakan wadah kerjasama antara buruh perkebunan dengan militer.
Memasuki pemerintahan orde baru, pembangunan perkebunan diarahkan
dalam rangka menciptakan lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat
dan sebagai penghasil devisa Negara. Oleh karena itu, pemerintah terus mendorong
pembukaan lahan baru untuk perkebunan. Sampai tahun 1980 luas lahan mencapai
294.560 ha. Sejak saat itu lahan perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang
pesat.

33
Universitas Sumatera Utara

Di atas telah diuraikan bagaimana sejarah kedatangan kelapa sawit sampai ke
Indonesia bagaimana dimulainya perusahaan perkebunan kelapa sawit di Indonesia
yang awalnya hanya sebagai tanaman hias di jalan. Di Desa Harapan Makmur sendiri,
perkebunan kelapa sawit ini dimulai dengan adanya program pengusaha perkebunan
di Desa Harapan Makmur yang merupakan cikal bakal dari Desa Harapan Makmur
sekarang yakni dengan adanya perusahaan tersebut. Awalnya Desa Harapan Makmur
merupakan kawasan hutan. Walaupun dikatakan kawasan hutan, namun ada juga
beberapa masyarakat yang tinggal di daerah ini yang bisa dikatakan mencoba-coba
menanam kelapa sawit, dengan kualitas bibit yang rendah dan hasilnya juga tentu
rendah. Kala itu tidak banyak yang tertarik untuk menanam kelapa sawit di daerah ini
terlebih suku yang pertama merambah wilayah ini yakni suku Karo yang lebih
memilih tinggal di Desa Harapan Makmur karena daerah tersebut pada saat itu masih
sepi dan perkebunan kelapa sawit pun saat itu dianggap tidak menjanjikan.
2.4.1 Latar Belakang Pendirian PT. Anugerah Langkat Makmur
Sebagian wilayah di Provinsi Sumatera Utara, terdapat lahan perkebunan,
seluas kurang lebih 100.000 hektar. Dengan kondisi ini sangat dimungkinkan dengan
sinergi inovasi, kerja keras, dan dedikasi tanpa henti dalam sebuah visi untuk muncul
sebagai sebuah perkebunan dan industri kelapa sawit yang paling komprehensif dan
terpadu di dunia. Menekankan pada intensifikasi tanaman dan perkebunan pertama
yang berhasil pada lahan basah dan dataran tinggi.

34
Universitas Sumatera Utara

PT Anugerah Langkat Makmur merupakan perusahaan swasta yang didirikan
oleh seorang pengusaha asal Medan yang bernama H. Anif Shah. Mula pertama Anif
mulai menggeluti bisnis perkebunan sawit tahun 1982. Waktu itu perkebunan sawit di
Sumatera Utara belum populer. Pada saat itu juga harga tanah di daerah Harapan
Makmur masih murah dan kepemilikannya tanahnya sedikit. Anif mulai membuka
usaha perkebunan dengan skala kecil. Awalnya hanya sekitar 7.5 ha di Desa Harapan
Makmur, Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat. Namun, dari situ terus
dikembangkannya Lahan perkebunan kelapa sawit di daerah Sumatera Utara.
Mulanya hanya punya lahan di Desa Harapan Makmur, Kecamatan Besitang,
Kabupaten Langkat, kini sudah punya di Deli Serdang, Mandailing Natal dan tidak
hanya di sekitar Sumatera Utara saja melainkan provinsi tetangga pun di buka lagi
cabang perkebunannya untuk didaerah Riau. Jumlah total lahan perkebunan kelapa
sawit secara keseluruhan hampir sekitar 30 ribu Ha.
Kemudian pada tahun 1982 didirikanlah sebuah perusahaan berbadan hukum
dengan nama PT. Anugerah Langkat Makmur. PT. Anugerah Langkat Makmur
adalah sebuah perusahaan agrobisnis yang memfokuskan kegiatan bisnisnya di sektor
perkebunan kelapa sawit. Keputusan untuk masuk ke dalam industri perkebunan
kelapa sawit ini didasarkan pada kenyataan bahwa pada saat itu bisnis perkebunan
kelapa sawit sangat menjanjikan dan menguntungkan. Selain mengelola proyek
perkebunan kelapa sawit, PT. Anugerah Langkat Makmur juga mengembangkan

35
Universitas Sumatera Utara

proyek-proyek perkebunan plasma yang dimiliki masyarakat setempat. Plasma ini
didanai melalui skema kredit yang tersedia untuk anggota koperasi primer.
Berdirinya perusahaan perkebunan di Harapan Makmur ini telah memberikan
bukti bahwa dengan memperhatikan beberapa faktor, lahan di daerah Harapan
Makmur dapat diolah dengan baik dan dapat menghasilkan produksi sesuai dengan
yang diharapkan. Sejak berdiri pada tahun 1988 PT Anugerah Langkat Makmur telah
membuktikan diri sebagai pionir dalam hal pengolahan lahan yang baik. PT
Anugerah

Langkat Makmur juga membantu pemerintah mengatasi jumlah

pengangguran. Keberadaan perusahaan ini membuka lapangan pekerjaan yang luas
untuk penduduk yang berada di lingkungan perkebunan maupun dari luar daerah
Harapan Makmur. Hal ini dibuktikan dengan memeberikan ruang bagi para petani
yang berasal dari Jawa Tengah untuk merantau ke lahan kosong yang telah
disediakan oleh pihak perusahaan tersebut untuk diberdayakan. Lahan kosong
tersebut merupakan sebuah kesatuan dari Perkebunan Inti Rakyat yang diperuntukkan
bagi masyarakat transmigrasi yang berasal dari Pulau Jawa dan dikenal dengan
sebutan Sarana Pemukiman.

2.4.2 Profil Perusahaan PT. Anugerah Langkat Makmur

PT Anugerah Langkat Makmur merupakan perusahaan swasta yang bergerak di
bidang perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit. PT Anugerah Langkat
Makmur telah dikenal dunia untuk pengelolaan perkebunan dengan komoditas

36
Universitas Sumatera Utara

unggulan kelapa sawit. Perusahaan yang berlokasi di Desa Harapan Makmur,
Kecamatan Sei Lepan, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara ini memiliki
luas area sekitar 2.000 Ha kelapa sawit 28.
Tabel IV: Jumlah Luas Perkebunan (Ha)
No

Tahun Tanam
Jenis Tanaman

1992

1993

1996

1998

Jumlah

1

Kelapa Sawit

373

400

389

338

1500

2

Karet

60

85

85

70

300

3

Kakao

33

43

26

22

164

7

10

10

9

36

473

539

529

459

2000

Rehabilitasi
Jumlah

Sumber : Data diolah dari laporan Produksi PT. Anugerah Langkat Makmur
tahun1998

Pada tahun 1988 didirikanlah sebuah perusahaan berbadan hukum dengan nama
PT. Anugerah Langkat Makmur. PT. Anugerah Langkat Makmur adalah sebuah
perusahaan agrobisnis yang memfokuskan kegiatan bisnisnya di sektor perkebunan
kelapa sawit. Keputusan untuk masuk ke dalam industri perkebunan kelapa sawit ini
didasarkan pada kenyataan bahwa pada saat itu bisnis perkebunan kelapa sawit sangat
menjanjikan dan menguntungkan. Selain mengelola proyek perkebunan kelapa sawit,
PT. Anugerah Langkat Makmur juga mengembangkan proyek-proyek perkebunan
28

Dokumen Quality Manual Departemen Quality System PT Anugerah Langkat MakmurPerkebunan, hal. 1 tahun 2010.

37
Universitas Sumatera Utara

plasma yang dimiliki masyarakat setempat. Plasma ini didanai melalui skema kredit
yang tersedia untuk anggota koperasi primer.
Perusahaan ini terletak di zona tropis yang memiliki curah hujan lebih dari
2500 mm per tahun. Oleh karena itu, selain sesuai untuk lahan perkebunan kelapa
sawit, lahan perkebunan di PT Anugerah Langkat Makmur juga sesuai untuk
perkebunan karet dan kakao. Sementara itu Departemen Research and Advisory
mempunyai kegiatan untuk penelitian dan pengembangan. Difasilitasi laboratorium
sebagai tempat penelitian dan memonitoring pola pertumbuhan tanaman dan
mengendalikan serta memberantas hama penyakit.

38
Universitas Sumatera Utara