Studi Kesesuaian dan Daya Tarik Wisata Pantai Ditinjau dari Aspek Biofisik di Pantai Bosur Tapanuli Tengah

TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah Pesisir dan Pantai
Menurut Dahuri dkk (1996) definisi wilayah pesisir yang digunakan di
Indonesia adalah daerah pertemuan antara darat dan laut. Kearah darat wilayah
pesisir meliputi bagian daratan baik kering maupun terendam air, yang masih
dipengaruhi sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air
asin; sedangkan ke arah laut wilayah pesisir mencakup bagian laut yang masih
dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di darat seperti sedimentasi dan
aliran air tawar, maupun yang disebabkan oleh kegiatan manusia di darat seperti
penggundulan hutan dan pencemaran.
Berdasarkan sifatnya, ekosistem pesisir bersifat alami dan buatan (man
made). Ekosistem alami yang terdapat di wilayah pesisir antara lain terumbu
karang (coral reef), hutan mangrove (mangrove forest), padang lamun (seagrass
bed), pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), formasi
pescaprae, formasi barringtonia, estuaria, laguna, delta dan ekosistem pulau
kecil. Ekosistem pesisir tersebut ada yang terus menerus tergenangi air dan
adapula yang hanya sesaat. Sedangkan ekosistem buatan antara lain tambak,
sawah pasang surut, kawasan pariwisata, kawasan industri dan kawasan
pemukiman (Dahuri, 2003).
Menurut Pratikno dkk (1997) menyatakan bahwa bagian kawasan pesisir

yang paling produktif adalah wilayah muka pesisir atau pantai. Daerah pantai
adalah suatu kawasan pesisir beserta perairannya dimana daerah tersebut masih
terpengaruh baik oleh aktivitas darat maupun laut. Sementara menurut Bengen

Universitas Sumatera Utara

(2001) menyatakan bahwa garis pantai merupakan suatu garis batas pertemuan
antara daratan dengan air laut. Posisinya bersifat tidak tetap, dan dapat berpindah
sesuai dengan pasang surut air laut dan erosi pantai yang terjadi. Pantai terletak
antara garis surut terendah dan air pasang tertinggi

Defenisi Pariwisata
Dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan Bab
I Pasal 1, dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari
kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata. Jadi pengertian wisata itu mengandung
unsur yaitu : (1) Kegiatan perjalanan; (2) Dilakukan secara sukarela; (3) Bersifat
sementara; (4) Perjalanan tersebut seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk
menikmati objek dan daya tarik wisata.
Dalam arti luas pariwisata adalah kegiatan rekreasi di luar domisili untuk

melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain (Damanik dan
Weber, 2006). Pariwisata juga merupakan kegiatan perpindahan/perjalanan orang
secara temporer dari tempat mereka biasa bekerja dan menetap ke tempat luar,
guna mendapatkan kenikmatan dalam perjalanan atau di tempat tujuan (Holloway
dan Plant, 1989). Wisata merupakan suatu bentuk pemanfaatan sumberdaya alam
yang mengandalkan jasa alam untuk kepuasan manusia. Kegiatan manusia untuk
kepentingan wisata dikenal juga dengan pariwisata (Rahmawati, 2009).

Wisata Pantai
Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang dikembangkan dengan
konsep ekowisata bahari. Wisata pantai merupakan kegiatan wisata yang

Universitas Sumatera Utara

mengutamakan sumberdaya pantai dan budaya masyarakat pantai seperti rekreasi,
olahraga, menikmati pemandangan, dan iklim. Sedangkan wisata bahari adalah
kegiatan wisata yang mengutamakan sumberdaya bawah laut dan dinamika air
laut (Yulianda, 2007).
Menurut Pangesti (2007) unsur-unsur daya tarik wisata pantai meliputi :
keindahan pantai, kebersihan, keselamatan/keamanan pantai, jenis dan warna

pasir, variasi kegiatan, dan lebar pantai. Semua unsur tersebut memiliki
keterkaitan satu sama lain.
1. Keindahan pantai
Daya tarik utama seseorang atau wisatawan mengunjungi suatu pantai
untuk kegiatan rekreasi dan bersenang-senang adalah karena adanya keindahan
pemandangan yang menarik untuk dinikmati.
2. Kebersihan
Kebersihan merupakan aspek utama untuk menjamin kenyamanan
penglihatan (view) pada suatu lokasi wisata. Kebersihan yang dimaksudkan untuk
kegiatan wisata pantai adalah kebersihan alami yaitu pada lokasi wisata tersebut
tidak terlalu tercemar dengan sampah yang berasal dari perairan yaitu sampah
yang terbawa oleh arus .atau gelombang. Meskipun suatu pantai memiliki
keindahan pemandangan yang menarik namun apabila tidak memperhatikan
kebersihan maka tentu hal tersebut dapat mengurangi estetika dari pantai itu
sendiri.

Universitas Sumatera Utara

3. Keselamatan/Keamanan Pantai
Setiap wisatawan pasti akan selalu mendambakan kenyamanan dan

keamanan pada suatu lokasi wisata. Kenyamanan berhubungan erat dengan
ketersediaan fasilitas atau sarana dan prasarana yang tersedia di lokasi wisata.
4. Jenis dan Warna Pasir (Substrat)
Secara visual, jenis dan warna pasir pada suatu objek wisata memberikan
nilai tersendiri bagi estetika pantai itu sendiri. Pantai yang memiliki jenis pasir
putih dan pasir hitam yang berukuran sedang sampai kasar sangat diminati oleh
para wisatawan.
5. Variasi Kegiatan
Beragamnya kegiatan pada suatu objek wisata akan menarik perhatian para
wisatawan untuk datang berkunjung. Kegiatan tersebut dapat bersifat edukasi atau
pendidikan misalnya pengenalan flora dan fauna yang terdapat pada wilayah laut
dan pantai, dan secara fisik berupa kegiatan-kegiatan outbond yang bisa
memanfaatkan ketersediaan tumbuhan pantai seperti mangrove sebagai lokasi
kegiatan.
6. Lebar Pantai
Luasan pantai meliputi : (1) Daerah supratidal yaitu daratan pantai yang
tidak terkena air pada saat pasang, (2). Daerah intertidal yaitu daerah antara batas
pasang tertinggi dengan batas surut terendah, dan (3). Daerah subtidal yaitu
daerah yang selalu tergenang air. Lebar pantai berhubungan dengan kelandaian
pantai. Semakin landai suatu perairan maka semakin besar pula lebar pantai yang

bisa dimanfaatkan untuk kegiatan wisata pantai. Misalnya pada daerah supratidal
yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan bermain (substrat berpasir) bagi

Universitas Sumatera Utara

wisatawan terutama anak-anak, sedangkan daerah intertidal untuk kegiatan mandi
dan bermain-main dan berenang dalam air, dan daerah subtidal untuk mandi dan
renang.

Parameter Biofisik Wisata Pantai
1. Identifikasi Keragaman Tumbuhan Pantai
Tumbuhan pantai dapat didefenisikan sebagai tumbuhan yang hidup di
daerah yang berkadar garam tinggi, dan bila diperhatikan dengan seksama,
tumbuhan pantai memiliki perbedaan ciri yang cukup menonjol jika dibandingkan
dengan tumbuhan di daerah pegunungan. Vegetasi tumbuhan pantai non
mangrove umumnya banyak ditemukan pada daerah pantai dengan substrat yang
didominasi oleh pasir. Kelompok tumbuhan ini dicirikan oleh adanya zonasi
bentuk pertumbuhan (habitus) secara horizontal dari daerah intertidal ke arah
darat yang terdiri dari : tumbuhan menjalar, semak dan pohon. Semakin ke darat,
keragaman jenis dan habitus pohon akan semakin besar. Jenis vegetasi pantai non

mangrove umumnya terdiri dari : tapak kambing, rumput angin, santigi, ketapang,
cemara laut dan kelapa. Tumbuhan ini membentuk zonasi yang khas yang dapat
dibagi dua yaitu formasi pes caprae dan formasi barringtonia (Noor dkk., 2006).
2. Jenis substrat atau sedimen
Berdasarkan ukuran butirnya, sedimen pantai dapat berkisar dari sedimen
berukuran butir lempung sampai gravel. Kemudian, berdasarkan pada tipe
sedimennya, pantai dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Pantai gravel, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran gravel
(diameter butir > 2 mm).

Universitas Sumatera Utara

2) Pantai pasir, bila pantai tersusun oleh endapan sedimen berukuran pasir
(diameter 0,125 – 2 mm).
3) Pantai lumpur, bila pantai tersusun oleh endapan lumpur (material berukuran
lempung (diameter < 0,125 mm).
Untuk menghitung % Berat sedimen pada metode ayakan kering digunakan
rumus sebagai berikut :
% Berat = Berat Hasil Ayakan
Berat Awal


X 100 %

Untuk menghitung % berat kumulatif digunakan rumus :
% Kumulatif = % berat 1 + % berat 2…. + % N
Untuk mengetahui analisis substrat sedimen dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Analisis Substrat Sedimen, Menggunakan Skala Wenworth
Kelas Ukuran Butir
Diameter Butir (Mm)
Boulders (Kerikil Besar)
> 256
Gravel (Kerikil Kecil)
2 – 256
Very Coarse Sand (Pasir Sangat Kasar)
1–2
Coarse Sand (Pasir Kasar)
0,5 – 1
Medium Sand (Pasir Sedang)
0,25 - 0,5
Fine Sand (Pasir Halus)

0,125 - 0,25
Very Fine Sand (Pasir Sangat Halus)
0,0625 - 0,125
Silt (Debu)
0,002 - 0,0625
Clay (Lempung)
0,0005 - 0,002
Dissolved Material (Material Terlarut)
< 0,0005
Sumber : Hutabarat dan Evans, 1985
Untuk wisata pantai akan sangat baik jika suatu pantai merupakan pantai
yang berpasir atau dengan kata lain didominasi oleh substrat pasir, dibandingkan
dengan pantai yang berbatu atau pantai yang didominasi oleh substrat karang
Ukuran butir sedimen sedang sampai kasar sangat baik untuk kegiatan wisata
pantai dibandingkan ukuran butir sedimen yang sangat halus dan sangat kasar.
Dari hasil pengamatan jenis substrat pula dapat digunakan dalam menentukan

Universitas Sumatera Utara

jenis kegiatan wisata apa saja yang dapat dilakukan pada wilayah pantai yang

dijadikan objek wisata (Widiatmaka, 2007).
3. Lebar Pantai
Pengukuran lebar pantai hubungannya dengan kegiatan wisata dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa luas wilayah pantai yang dapat digunakan untuk
berbagai kegiatan wisata pantai. Lebar pantai dapat diukur dari akhir vegetasi
terakhir di daratan hingga batas surut terendah.
4. Kemiringan Pantai
Pantai adalah daerah pertemuan antara air pasang tertinggi dengan daratan.
Sedangkan garis pantai adalah garis air yang menghubungkan titik-titik antara air
pasang tertinggi dengan daratan (Diraputra, 2000). Untuk mengetahui hubungan
antara kemiringan dengan topografi pantai dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Hubungan antara topografi pantai dengan kemiringan
Parameter

Nilai Sebutan

Kemiringan (0)

< 10


10 – 25

> 25 – 45

> 45

Topografi Pantai

Datar

Landai

Curam

Terjal

Sumber: Yulianda, 2007
5. Pasang Surut
Pengamatan pasang surut erat kaitannya dengan faktor oseanografi lainnya
seperti kecepatan arus dan gelombang yang juga dipengaruhi oleh kedalaman,

kemiringan dan kelandaian suatu perairan. Kisaran pasang surut yang tidak terlalu
besar baik untuk pengembangan pariwisata pantai khususnya untuk kegiatan
renang. Hasil pengukuran pasang surut yaitu nilai Duduk Tengah Sementara
(DTS) atau tinggi muka rata-rata air laut digunakan dalam koreksi pengukuran

Universitas Sumatera Utara

kedalaman perairan untuk mendapatkan nilai kedalaman sebenarnya dari perairan
tersebut.
6. Kedalaman
Kegiatan wisata pantai khususnya renang sangat penting untuk
mempertimbangkan

kedalaman

karena

sangat

berpengaruh

pada

aspek

keselamatan pada saat berenang. Secara fisik kedalaman pada perairan dangkal
cukup baik untuk dijadikan sebagai objek rekreasi renang dibandingkan perairan
yang dalam.
7. Kecepatan Arus
Arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang disebabkan oleh
tiupan angin, atau karena perbedaan densitas air laut atau dapat pula disebabkan
oleh gerakan gelombang yang panjang (Nontji, 1987). Selanjutnya Nybakken
(1992) menyatakan bahwa angin mendorong bergeraknya air permukaan yang
menghasilkan suatu gerakan horizontal yang lamban dan mampu mengangkut
suatu volume air yang sangat besar melintasi jarak jauh di lautan. Kecepatan arus
sangat erat kaitannya dengan keamanan para wisatawan dalam berenang. Arus
yang lemah sangat baik untuk kegiatan renang sedangkan arus yang kuat sangat
berbahaya karena dapat menyeret orang-orang yang sedang mandi atau renang di
pantai.
8. Kecerahan
Kecerahan air merupakan ukuran kejernihan suatu perairan, semakin tinggi
suatu kecerahan perairan semakin dalam cahaya menembus ke dalam air.
Kecerahan air tergantung pada warna dan kekeruhan. Kecerahan merupakan
ukuran transparansi perairan, yang ditentukan secara visual dengan menggunakan

Universitas Sumatera Utara

secchi disk. Nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh keadaan cuaca, waktu
pengukuran, padatan tersuspensi dan kekeruhan serta ketelitian orang yang
melakukan pengukuran. Tingkat kecerahan air dinyatakan dalam suatu nilai yang
dikenal dengan kecerahan secchi disk (Effendi, 2003). Kecerahan perairan dalam
kaitannya dengan kegiatan wisata pantai sangat berperan dalam hal kenyamanan
para wisatawan pada saat berenang.
9. Gelombang
Gelombang adalah pergerakan naik dan turunnya air dengan arah tegak
lurus permukaan air laut yang membentuk kurva/grafik. Gelombang laut
disebabkan oleh angin. Angin di atas lautan mentransfer energinya ke  perairan,
menyebabkan riak-riak, alun/bukit, dan berubah menjadi apa yang kita sebut
sebagai gelombang. Penentuan tinggi gelombang dapat dilakukan dengan
pengukuran langsung di lapangan atau dengan menganalisa data angin yang ada.
Pengukuran gelombang dilakukan dengan menggunakan Wave Pole. Pengukuran
tinggi gelombang dilakukan dengan mengamati puncak dan lembah, perhitungan
periode gelombang dilakukan dengan menghitung waktu gerakan gelombang
melewati titik tertentu.

Analisis Kesesuaian Lahan
Lahan adalah lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,
vegetasi dan benda-benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya
terhadap penggunaan lahan. Kesesuaian lahan adalah kecocokan suatu jenis lahan
tertentu untuk penggunaan tertentu. Kesesuaian lahan diartikan sebagai hal sesuai
dan tidak sesuainya tanah untuk pemanfaatan tertentu. Rumus yang digunakan
untuk kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari adalah (Yulianda, 2007) :

Universitas Sumatera Utara

IKW =

Keterangan :
IKW

= Indeks Kesesuaian Wisata

Ni

= Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor)

Nmaks = Nilai maksimum dari suatu kategori wisata
Kelas kesesuaian dibagi dalam tiga kategori yaitu kategori sesuai (S1)
dengan nilai 77,78 – 100 %, cukup sesuai (S2) dengan nilai 55,56 - < 77,78 %,
dan tidak sesuai (N) dengan nilai < 55,56 %. Kategori sesuai (S1) menunjukkan
bahwa tidak ada faktor yang menjadi pembatas bagi kesesuaian kawasan untuk
dijadikan sebagai kawasan wisata. Termasuk dalam kategori cukup sesuai (S2)
menunjukkan terdapat beberapa faktor sedikit berpengaruh dan menjadi faktor
pembatas bagi kesesuaian kawasan untuk dijadikan sebagai kawasan wisata.
Sementara itu, kategori tidak sesuai (N) menunjukkan adanya faktor-faktor yang
menjadi pembatas tetap sehingga menghambat kesesuaian kawasan yang
disediakan untuk dijadikan kawasan wisata.

Universitas Sumatera Utara