Analisis Makna Kata Shuǐ (Air)Pada Peribahasa Cina

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kajian Relevan
Untuk menunjukkan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain,
maka diperlukan penelusuran bahan-bahan pustaka dari hasil-hasil penelitian yang
relevan dan berkaitan dengan bahan pustaka buku-buku teks. Penelitian tentang
peribahasa Cina yang menyangkut analisis makna kata shuǐ (air) belum pernah
dilakukan sebelumnya. Tetapi penelitian-penelitian tentang peribahasa bahasa lain
dari bahasa Cina yang menyangkut interpretasi makna telah dilakukan oleh para
peneliti, yakni:
Purba (2010) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Peribahasa
Bahasa Jepang Yang Terbentuk Dari Kata „Mizu‟ yang mengatakan bahwa :
1. Peribahasa Jepang yang terbentuk dari kata Mizu sebagai unsur
utamanya, memiliki banyak arti yang merupakan simbol-simbol
kehidupan

yang

biasanya


masih

sering

dipergunakan

dalam

percakapan kehidupan sehari-hari.
2. Ternyata sebagian besar peribahasa Jepang yang menggunakan unsur
utama Mizu, bermakna nasehat dalam menjalani kehidupan bagi
masyarakat Jepang. Ini disebabkan oleh air yang memiliki hubungan
antara kehidupan ritual keagamaan bagi masyarakat di Jepang, karena
Universitas Sumatera Utara

10

air merupakan salah satu dari lima elemen (Godai) penting yang
dipercayai masyarakat Jepang dalam kehidupannya. Namun dari ke-16
peribahasa Jepang yang penulis interpretasikan, ada juga yang

bermakna sindiran, ataupun kritikan.
3. Dari ke- 16 peribahasa yang penulis interpretasikan, ada beberapa
peribahasa yang berkaitan atau dikaitkan dengan sifat-sifat air yang
sesungguhnya.
Penelitian ini mengemukakan makna peribahasa Jepang yang terbentuk dari
kata Mizu dan sejauh mana pemakaian kata Mizu dalam peribahasa Jepang.
Sehingga dari penelitian ini penulis dapat mempelajari bagaimana cara
menganalisi peribahasa secara denotatif dan konotatif.
Rusniko (2010) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Peribahasa
Bahasa Jepang yang Terbentuk dari Kata „Hana‟ mengatakan bahwa peribahasa
merupakan salah satu aspek budaya Jepang. Karena jarang dipakai dalam
percakapan sehari-hari, maka peribahasa Jepang sulit dipahami oleh orang asing.
Selain itu, terdapat banyak peribahasa yang menggunakan kata hana dan memiliki
makna yang berbeda-beda.
Amrizal (2014) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Kata „Uma‟
(Kuda) Pada Peribahasa Jepang menemukan 50 data berupa peribahasa Jepang
yang menggunakan kata uma (kuda), dengan menganalisis menggunakan makna
denotatif dan konotatif, ditemukan kesesuaian peribahasa Jepang dengan artinya.

Universitas Sumatera Utara


11

Dari hasil analisis tersebut, dapat dikembangkan berupa interpretasi dan
pembentukan peribahasa Jepang tersebut.
Ketiga penelitian ini hampir sama, menggunakan teori dan metode yang
sama, hanya memiliki objek yang berbeda. Namun ada perbedaan yang
didapatkan pada hasil penelitian ketiganya. Pada penelitian Purba, ia
menyimpulkan bahwa peribahasa Jepang yang terbentuk dari kata mizu (air) ada
beberapa yang memiliki makna sesungguhnya. Ada yang berkaitan dengan sifatsifat air yang sesungguhnya dan ada juga yang tidak. Tidak jauh beda dengan
penelitian Rusniko yang menyimpulkan bahwa peribahasa Jepang yang terbentuk
dari kata hana (bunga) memiliki makna yang berbeda-beda. Namun pada
penelitian Amrizal, makna kata uma (kuda) pada peribahasa Jepang memiliki
kesesuaian makan kata uma dalam kamus dengan makna uma yang terdapat
dalam peribahasa tersebut.
Meskipun berbeda-beda pada hasilnya, namun ketiga penelitian diatas samasama menganalisis peribahasa secara denotatif dan konotatif. Sehingga peneliti
dapat mengikuti cara ketiganya dan menerapkannya dalam menganalisis kata shuǐ
(air) pada peribahasa Cina.
Hanifa (2013) dalam jurnal Linguistika Akademia yang berjudul Kajian
Struktural Nama Binatang Dalam Peribahasa Bahasa Inggris menemukan 2

faktor yang menyebabkan penggunaan nama binatang tertentu di dalam sebuah
peribahasa. Faktor-faktor tersebut adalah:

Universitas Sumatera Utara

12

1. Penggunaan nama binatang di dalam sebuah peribahasa disebabkan oleh
makna konotasi yang terkandung di dalam nama binatang tersebut.
Makna konotasi tersebut dapat dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu:
-

Makna konotasi dari nama binatang tertentu dipengaruhi oleh sifatsifat binatang yang sesuai dengan fenomena yang terjadi pada
kehidupan

masyarakat

dan

disampaikan


melalui

pesan

yang

terkandung di dalam sebuah peribahasa.
-

Nama binatang dapat dikonotasikan ke dalam makna tertentu karena
dipengaruhi oleh perspektif budaya sekelompok masyarakat tertentu
dalam memandang dan memperlakukan seekor binatang. Perspektif
budaya merupakan sesuatu yang dinamis sehingga akan berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Hal inilah yang menyebabkan
pergeseran makna konotasi dari nama binatang tertentu. Sebagai
contoh adalah makna konotasi nama binatang “anjing” yang
mengalami pergeseran makna dari makna konotasi negatif ke makna
konotasi positif karena dipengaruhi oleh perspektif budaya masyarakat.
Makna konotasi negatif yang dipresentasikan oleh “anjing” tersebut

merupakan bentuk dan simbol dari hal-hal yang “menimbulkan
masalah”, bersifat buas dan liar. Sedangkan makna konotasi positif
dengan menjadikan simbol dari “seseorang atau manusia”. Perubahan
makna konotasi tersebut berhubungan dengan perubahan perspektif
budaya masyarakat Inggris dalam menggambarkan anjing pada abad
Universitas Sumatera Utara

13

pertengahan. Pada era ini “anjing” digambarkan sebagai makhluk yang
mempunyai sifat bersahabat, setia, pemberani, dan cerdas.
2. Penggunaan nama binatang tertentu di dalam sebuah peribahasa
dipengaruhi oleh faktor-faktor sejarah yang muncul dalam kehidupan
masyarakat tertentu. Faktor-faktor sejarah ini dapat berupa fakta sejarah,
agama, maupun kebudayaan.

Maka dari penelitian ini penulis juga dapat mempelajari bagaimana menganalisis
peribahasa secara denotatif dan konotatif.

Rambitan (2014) dalam skripsi yang berjudul Ungkapan dan Peribahasa

Bahasa Mongondow menemukan bahwa struktur ungkapan dan peribahasa bahasa
Mongondow terdiri atas frase nomina, frase verbal, frase numeral, klausa bebas
dan klausa terikat, kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Ungkapan bahasa Mongondow berfungsi untuk menyatakan sifat atau
perilaku seseorang yang baik dan tidak baik dan peribahasa berfungsi sebagai
nasehat, peringatan, dan sindiran. Nilai budaya yang terkandung dalam ungkapan
menggembarkan nilai kebersamaan dan kerjasama, nilai keteladanan, dan nilai
kesabaran. Nilai budaya yang terkandung dalam peribahasa ialah nilai kerjasama
dalam suatu komunitas, nilai kerja keras dan pantang menyerah, nilai keteladanan,
nilai kesabaran dan ketekunan, dan nilai keimanan yang tinggi terhadap Tuhan.
Penelitian ini menganalisis nilai budaya yang terkandung dalam ungkapan
dan peribahasa bahasa Mongondow. Sehingga dari penelitian ini penulis dapat
Universitas Sumatera Utara

14

mempelajari bagaimana cara menganalisis nilai budaya yang terdapat dalam
peribahasa.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh Purba, Rusniko, Amrizal, dan Hanifa hanya menganalisis makna

dari suatu kata dalam peribahasa, dan tidak mengaitkannya dengan nilai budaya
yang terkandung di dalam peribahasa tersebut. Sementara penelitian yang telah
dilakukan oleh Rambitan tidak membahas makna suatu kata dalam peribahasa,
melainkan membahas struktur dari peribahasa dan mengaitkannya dengan nilai
budaya yang terkandung di dalamnya. Dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan ini, maka peneliti ingin menghubungkan seluruh penelitian di atas
menjadi satu penelitian yang melengkapi pembahasan keseluruhannya, yaitu
menganalisis makna kata shuǐ (air) pada peribahasa Cina dengan menggunakan
makna denotasi dan konotasi, kemudian mencari nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalamnya.
Dari penjelasan di atas jelas terlihat perbedaan antara penelitian-penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Karena
penelitian ini membahas hubungan peribahasa yang mengandung kata shuǐ (air)
dengan nilai-nilai budaya pada masyarakat Cina.
2.2 Konsep
Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 588)
adalah gambaran mental dari satu objek, proses atau apapun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Universitas Sumatera Utara


15

Oleh karena itu, konsep penelitian ini adalah mengenai:
2.2.1 Analisis Makna
Apabila kita melihat makna analisis itu sendiri memiliki arti penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb) (KBBI, 2005:37).
Analisis makna merupakan satu usaha untuk mengelompokkan, membedakan, dan
menghubungkan masing-masing hakikat makna (Parera, 2004 : 51).
Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis makna kata shuǐ pada
peribahasa Cina, yang apabila kita lihat secara denotatif kata shuǐ itu bermakna
„air‟, yaitu suatu cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
yang terdapat dan diperlukan di dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan
yang secara kimiawi mengandung senyawa hidrogen dan oksigen, (KBBI, 2005 :
8).
Namun peneliti ingin mengetahui apakah semua kata shuǐ yang terdapat
dalam peribahasa Cina selalu memiliki arti „air‟ atau tidak, maka peneliti akan
menguraikan makna konotatif kata shuǐ pada peribahasa Cina tersebut dan
menjelaskan makna kata shuǐ tersebut secara jelas.
2.2.2 Peribahasa

Dalam bahasa Mandarin peribahasa disebut dengan shúyǔ (Hanzi : 熟语).
Leman (2007) mengatakan peribahasa ialah kelompok kata ( 词
kalimat (

cízǔ) atau

子 jùzi) yang tetap susunannya, ringkas, padat dan biasanya

mengandung maksud tertentu.
Universitas Sumatera Utara

16

Kridalaksana (1993: 169) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat bersifat turun-temurun yang
digunakan untuk menguatkan maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau
pedoman hidup. Sedangkan Ali (1995 : 755) menguraikan bahwa peribahasa
adalah kalimat ringkas yang berisi perbandingan, nasihat, prinsip hidup atau
tingkah laku.
Tidak jauh beda dengan uraian dari (Depdikbud, 2001 : 230) yang

mengatakan peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya
dan biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal,
perumpamaan, ungkapan); ungkapan atau kalimat-kalimat ringkas padat yang
berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah
laku.
2.2.3 Air dalam Pandangan Masyarakat Cina
Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga
apabila suatu daerah dilanda kemarau panjang dan kekeringan, masyarakat akan
melakukan upacara-upacara untuk meminta hujan. Contohnya saja pada orang
Cina sendiri, apabila ada musim kemarau berkepanjangan, maka para petani akan
mengadakan upacara menjemur naga yang dibuat dari tanah liat. Itu membuktikan
bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa air.
Selain pada Tao Tek Keng dan Tai Chi, dalam astrologi Cina unsur air juga
dikenal sebagai salah satu dari lima unsur pembentuk alam semesta, selain kayu,
api, tanah, dan besi. Tubuh manusia pun sebagian besar terdiri atas air. Manusia
Universitas Sumatera Utara

17

selalu merasa senang, tenang, dan nyaman apabila berada dekat unsur tersebut.
Tidak heran apabila manusai selalu berusaha untuk memasukkan unsur air di
lingkungan tempat ia berada, termasuk ke dalam rumah tinggal (Pribadi, Suara
Merdeka, 2012). Itu sebabnya dalam ilmu topografi kuno dari Tiongkok (Cina)
yang lebih akrab disebut dengan Fēngshuǐ (風水) mengatur tata ruang rumah
mereka dengan kelima unsur tadi, dan yang paling utama adalah air. Sebelum
mereka membangun rumah biasanya mereka terlebih dahulu melakukan
konsultasi kepada ahli Fēngshuǐ (風水) yang bertujuan untuk memastikan rumah
tersebut dibangun dengan Qi (气), yaitu sebuah kekuatan alam yang bersifat
positif dan negatif. Istilah Fēngshuǐ (風水) secara harfiah berarti angin (Fēng) dan
air (shuǐ). Jadi, air memegang peranan penting dalam desain rumah tinggal yang
menggunakan pertimbangan Fēngshuǐ (Pribadi, Suara Merdeka, 2012).
2.2.4 Peribahasa Cina yang Mengandung Kata Shu (Air)
Berikut ini secara singkat akan penulis uraikan masing-masing makna yang
dimiliki oleh peribahasa Cina yang mengandung kata Shuǐ (air) yang terdapat
dalam buku The Best of Chinese Sayings karya Leman.
1.







shān

shuǐ


sekat gunung
sekat
air
tidak
sekat
Walau dipisah gunung dan sungai, hati tetap bertaut erat.

2.






jìn
shuǐ
zhī

xìng ,
dekat air
tahu
ikan
sifat ,
Hidup dekat sungai akan memahami karakter ikan,


xīn .
hati .

Universitas Sumatera Utara

18





jìn
shān
shí
niǎo
xìng .
dekat gunung
kenal
burung
suara .
tinggal di dekat gunung akan mengenal kicauan burung.

3.

救了


jiùle
luò
shuǐ
menyelamatkan jatuh
air
menolong anjing yang terjatuh ke air,


gǒu
anjing


,
,





fǎn
bèi
yǎo
yīkǒu
,
sebaliknya selimut
menggigit segigitan ,
setelah ditolong (anjing itu) malah balik menggigit.

4.





kào

shān

oleh

gunung





chī

shān

,

makan

gunung ,

Yang dekat gunung hidup dari gunung,







kào

shuǐ

chī

shuǐ

.

oleh

air

makan

air

.

yang dekat air hidup dari air.

5.







弯来弯去

rèn

shuǐ

gōu

wān lái wān qù .

Universitas Sumatera Utara

19

walau bagaimanapun


air

parit berkelok-kelok .

照常







shuǐ zhàocháng

liú



xiàqù

.

air

mengalir dapat

kemudian pergi

.

seperti biasa

airnya tetap terus mengalir.

6.










,

rén

wǎng

gāo

chù

zǒu

manusia

menuju kearah

tinggi

bagian

pergi ,





Manusia melangkah ke atas,


shuǐ

wǎng



chù

liú

air

menuju kearah

rendah

bagian

mengalir .

.

air mengalir ke bawah.

7.















rén

zài



zhōng bù

zhī



,

kebahagiaan

di

tahu

Kebahagiaan

,

manusia berada di

tidak

Orang dalam kebahagiaan tidak merasakan kebahagiaan,









chuán

zài

shuǐ

zhōng

kapal

berada di

air

di







zhī

liú

tidak

tahu

arus .

.

kapal yang sedang berlayar tidak terasa bergerak.
Universitas Sumatera Utara

20

8.











shuǐ

néng

zài

zhōu

,

air

mampu

mengangkut

perahu

,

Selain dapat mengapungkan kapal,









néng



zhōu

.

juga

mampu

membalikkan

perahu

.

air juga dapat menenggelamkannya.

9.





, 树
,

shuǐ

yǒu

yuán

air

memiliki

sumber ,



shù

yǒu

gēn

.

pohon

memiliki

akar .

Setiap sungai ada sumbernya, setiap pohon ada akarnya.

10. 按









àn

dào

niú

tóu



mengendalikan

berbalik

sapi

kepala

meminum air



shuǐ ,
,

Menundukkan kepala sapi untuk minum air,


bàn



dào

.

mengerjakan

tidak

menunjukkan hasil

.
Universitas Sumatera Utara

21

tidak berhasil mengerjakannya.

11. 清





石头



qǐng

shuǐ



de

shí tou

,

bersih

air

di

yang

Batu

,

Seperti batu di air yang jernih,











yǎn

kàn

dàodǐ

.

satu

mata

melihat

akhirnya

.

terlihat sangat jelas.

12.









, 一

zhú

lán



shuǐ ,



bambu

keranjang menciduk

air

satu tempat kosong

,





chǎng

kōng

.
.

Menimba air dengan keranjang bambu, semuanya sia-sia.



13.



bēi

shuǐ chē

secangkir

air

xīn

.

kendaraan kayu bakar

.

Mencoba memadamkan sekereta kayu dengan secangkir air.

14.











luò

shuǐ

gǒu

.
Universitas Sumatera Utara

22

memukul

jatuh air

anjing .

Memukul anjing yang tercebur kedalam air.

15.









hún

shuǐ





mencampuradukkan

air

merogoh ikan

.
.

Menangguk dalam air keruh.

16.







穿

shuǐ



shí

chuān

air

menetes batu

.

melubangi .

Tetesan air dapat melubangi batu.

17.









shuǐ

qīng





air

bening

tidak memiliki

ikan .

.

Air yang terlalu jernih tiada ikan.

18.





交融

shuǐ



jiāo róng

.

air

susu

bercampur baur

.

Bagaikan air dan susu bercampur padu.

19.






Universitas Sumatera Utara

23

shuǐ

zhōng

lāo

yuè

.

air

di

meraup

bulan

.

Meraup bulan di dalam air.



20.





shùn

shuǐ tuī

zhō

.

menyusuri

air

perahu

.

mendorong

Mendorong perahu menuruni aliran arus.

2.3 Landasan Teori
Teori yang dipakai untuk menganalisis rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah teori semantik leksikal. Chaer (2009:8) mengatakan dalam semantik
leksikal ini diselidiki makna yang ada pada kata-kata dari bahasa tersebut.
Leksikal adalah makna yang ada pada kata-kata. Maka dengan teori ini akan
diselidiki makna dari setiap kata-kata pada beribahasa tersebut kemudian
dihubungkan dengan makna kata shuǐ

yang diartikan secara denotatif dan

konotatif.
Untuk meneliti analisis makna kata shuǐ pada peribahasa Cina digunakan
teori dari Leman (2007) yang mengatakan peribahasa ialah kelompok kata (词
cízǔ) atau kalimat (

子 jùzi) yang tetap susunannya, ringkas, padat dan biasanya

mengandung maksud tertentu. Peribahasa yang berisi nasihat, prinsip hidup,
motivasi, kearifan, dan kebijaksanaan biasanya mengambil bentuk perumpamaan
atau perbandingan. Maka setelah makna kata shuǐ telah diartikan secara denotatif
Universitas Sumatera Utara

24

dan konotatif akan ditemukan kesesuaian makna yang dimaksudkan pada
peribahasa tersebut. Sesuai dengan teori Leman yang menyatakan bahwa setiap
peribahasa pasti memiliki makna tertentu.
Setelah mengetahui makna dari peribahasa tersebut maka akan mudah untuk
menganalisis nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Untuk menemukan nilainilai budaya yang terkandung dalam peribahasa bahasa Cina digunakan teori dari
Suwondo, dkk (1994) yang mengatakan nilai budaya adalah sesuatu yang bernilai,
pikiran dan akal budi yang bernilai yang semua itu mengarah pada kebaikan.
Dengan demikian akan diketahui seberapa penting peribahasa tersebut dalam
kehidupan masyarakat Cina serta dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana
budaya masyarakat Cina dari peribahasanya.

Universitas Sumatera Utara

25