Analisis Makna Kata Shuǐ (Air)Pada Peribahasa Cina
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kajian Relevan
Untuk menunjukkan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain,
maka diperlukan penelusuran bahan-bahan pustaka dari hasil-hasil penelitian yang
relevan dan berkaitan dengan bahan pustaka buku-buku teks. Penelitian tentang
peribahasa Cina yang menyangkut analisis makna kata shuǐ (air) belum pernah
dilakukan sebelumnya. Tetapi penelitian-penelitian tentang peribahasa bahasa lain
dari bahasa Cina yang menyangkut interpretasi makna telah dilakukan oleh para
peneliti, yakni:
Purba (2010) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Peribahasa
Bahasa Jepang Yang Terbentuk Dari Kata „Mizu‟ yang mengatakan bahwa :
1. Peribahasa Jepang yang terbentuk dari kata Mizu sebagai unsur
utamanya, memiliki banyak arti yang merupakan simbol-simbol
kehidupan
yang
biasanya
masih
sering
dipergunakan
dalam
percakapan kehidupan sehari-hari.
2. Ternyata sebagian besar peribahasa Jepang yang menggunakan unsur
utama Mizu, bermakna nasehat dalam menjalani kehidupan bagi
masyarakat Jepang. Ini disebabkan oleh air yang memiliki hubungan
antara kehidupan ritual keagamaan bagi masyarakat di Jepang, karena
Universitas Sumatera Utara
10
air merupakan salah satu dari lima elemen (Godai) penting yang
dipercayai masyarakat Jepang dalam kehidupannya. Namun dari ke-16
peribahasa Jepang yang penulis interpretasikan, ada juga yang
bermakna sindiran, ataupun kritikan.
3. Dari ke- 16 peribahasa yang penulis interpretasikan, ada beberapa
peribahasa yang berkaitan atau dikaitkan dengan sifat-sifat air yang
sesungguhnya.
Penelitian ini mengemukakan makna peribahasa Jepang yang terbentuk dari
kata Mizu dan sejauh mana pemakaian kata Mizu dalam peribahasa Jepang.
Sehingga dari penelitian ini penulis dapat mempelajari bagaimana cara
menganalisi peribahasa secara denotatif dan konotatif.
Rusniko (2010) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Peribahasa
Bahasa Jepang yang Terbentuk dari Kata „Hana‟ mengatakan bahwa peribahasa
merupakan salah satu aspek budaya Jepang. Karena jarang dipakai dalam
percakapan sehari-hari, maka peribahasa Jepang sulit dipahami oleh orang asing.
Selain itu, terdapat banyak peribahasa yang menggunakan kata hana dan memiliki
makna yang berbeda-beda.
Amrizal (2014) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Kata „Uma‟
(Kuda) Pada Peribahasa Jepang menemukan 50 data berupa peribahasa Jepang
yang menggunakan kata uma (kuda), dengan menganalisis menggunakan makna
denotatif dan konotatif, ditemukan kesesuaian peribahasa Jepang dengan artinya.
Universitas Sumatera Utara
11
Dari hasil analisis tersebut, dapat dikembangkan berupa interpretasi dan
pembentukan peribahasa Jepang tersebut.
Ketiga penelitian ini hampir sama, menggunakan teori dan metode yang
sama, hanya memiliki objek yang berbeda. Namun ada perbedaan yang
didapatkan pada hasil penelitian ketiganya. Pada penelitian Purba, ia
menyimpulkan bahwa peribahasa Jepang yang terbentuk dari kata mizu (air) ada
beberapa yang memiliki makna sesungguhnya. Ada yang berkaitan dengan sifatsifat air yang sesungguhnya dan ada juga yang tidak. Tidak jauh beda dengan
penelitian Rusniko yang menyimpulkan bahwa peribahasa Jepang yang terbentuk
dari kata hana (bunga) memiliki makna yang berbeda-beda. Namun pada
penelitian Amrizal, makna kata uma (kuda) pada peribahasa Jepang memiliki
kesesuaian makan kata uma dalam kamus dengan makna uma yang terdapat
dalam peribahasa tersebut.
Meskipun berbeda-beda pada hasilnya, namun ketiga penelitian diatas samasama menganalisis peribahasa secara denotatif dan konotatif. Sehingga peneliti
dapat mengikuti cara ketiganya dan menerapkannya dalam menganalisis kata shuǐ
(air) pada peribahasa Cina.
Hanifa (2013) dalam jurnal Linguistika Akademia yang berjudul Kajian
Struktural Nama Binatang Dalam Peribahasa Bahasa Inggris menemukan 2
faktor yang menyebabkan penggunaan nama binatang tertentu di dalam sebuah
peribahasa. Faktor-faktor tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
12
1. Penggunaan nama binatang di dalam sebuah peribahasa disebabkan oleh
makna konotasi yang terkandung di dalam nama binatang tersebut.
Makna konotasi tersebut dapat dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu:
-
Makna konotasi dari nama binatang tertentu dipengaruhi oleh sifatsifat binatang yang sesuai dengan fenomena yang terjadi pada
kehidupan
masyarakat
dan
disampaikan
melalui
pesan
yang
terkandung di dalam sebuah peribahasa.
-
Nama binatang dapat dikonotasikan ke dalam makna tertentu karena
dipengaruhi oleh perspektif budaya sekelompok masyarakat tertentu
dalam memandang dan memperlakukan seekor binatang. Perspektif
budaya merupakan sesuatu yang dinamis sehingga akan berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Hal inilah yang menyebabkan
pergeseran makna konotasi dari nama binatang tertentu. Sebagai
contoh adalah makna konotasi nama binatang “anjing” yang
mengalami pergeseran makna dari makna konotasi negatif ke makna
konotasi positif karena dipengaruhi oleh perspektif budaya masyarakat.
Makna konotasi negatif yang dipresentasikan oleh “anjing” tersebut
merupakan bentuk dan simbol dari hal-hal yang “menimbulkan
masalah”, bersifat buas dan liar. Sedangkan makna konotasi positif
dengan menjadikan simbol dari “seseorang atau manusia”. Perubahan
makna konotasi tersebut berhubungan dengan perubahan perspektif
budaya masyarakat Inggris dalam menggambarkan anjing pada abad
Universitas Sumatera Utara
13
pertengahan. Pada era ini “anjing” digambarkan sebagai makhluk yang
mempunyai sifat bersahabat, setia, pemberani, dan cerdas.
2. Penggunaan nama binatang tertentu di dalam sebuah peribahasa
dipengaruhi oleh faktor-faktor sejarah yang muncul dalam kehidupan
masyarakat tertentu. Faktor-faktor sejarah ini dapat berupa fakta sejarah,
agama, maupun kebudayaan.
Maka dari penelitian ini penulis juga dapat mempelajari bagaimana menganalisis
peribahasa secara denotatif dan konotatif.
Rambitan (2014) dalam skripsi yang berjudul Ungkapan dan Peribahasa
Bahasa Mongondow menemukan bahwa struktur ungkapan dan peribahasa bahasa
Mongondow terdiri atas frase nomina, frase verbal, frase numeral, klausa bebas
dan klausa terikat, kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Ungkapan bahasa Mongondow berfungsi untuk menyatakan sifat atau
perilaku seseorang yang baik dan tidak baik dan peribahasa berfungsi sebagai
nasehat, peringatan, dan sindiran. Nilai budaya yang terkandung dalam ungkapan
menggembarkan nilai kebersamaan dan kerjasama, nilai keteladanan, dan nilai
kesabaran. Nilai budaya yang terkandung dalam peribahasa ialah nilai kerjasama
dalam suatu komunitas, nilai kerja keras dan pantang menyerah, nilai keteladanan,
nilai kesabaran dan ketekunan, dan nilai keimanan yang tinggi terhadap Tuhan.
Penelitian ini menganalisis nilai budaya yang terkandung dalam ungkapan
dan peribahasa bahasa Mongondow. Sehingga dari penelitian ini penulis dapat
Universitas Sumatera Utara
14
mempelajari bagaimana cara menganalisis nilai budaya yang terdapat dalam
peribahasa.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh Purba, Rusniko, Amrizal, dan Hanifa hanya menganalisis makna
dari suatu kata dalam peribahasa, dan tidak mengaitkannya dengan nilai budaya
yang terkandung di dalam peribahasa tersebut. Sementara penelitian yang telah
dilakukan oleh Rambitan tidak membahas makna suatu kata dalam peribahasa,
melainkan membahas struktur dari peribahasa dan mengaitkannya dengan nilai
budaya yang terkandung di dalamnya. Dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan ini, maka peneliti ingin menghubungkan seluruh penelitian di atas
menjadi satu penelitian yang melengkapi pembahasan keseluruhannya, yaitu
menganalisis makna kata shuǐ (air) pada peribahasa Cina dengan menggunakan
makna denotasi dan konotasi, kemudian mencari nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalamnya.
Dari penjelasan di atas jelas terlihat perbedaan antara penelitian-penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Karena
penelitian ini membahas hubungan peribahasa yang mengandung kata shuǐ (air)
dengan nilai-nilai budaya pada masyarakat Cina.
2.2 Konsep
Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 588)
adalah gambaran mental dari satu objek, proses atau apapun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Universitas Sumatera Utara
15
Oleh karena itu, konsep penelitian ini adalah mengenai:
2.2.1 Analisis Makna
Apabila kita melihat makna analisis itu sendiri memiliki arti penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb) (KBBI, 2005:37).
Analisis makna merupakan satu usaha untuk mengelompokkan, membedakan, dan
menghubungkan masing-masing hakikat makna (Parera, 2004 : 51).
Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis makna kata shuǐ pada
peribahasa Cina, yang apabila kita lihat secara denotatif kata shuǐ itu bermakna
„air‟, yaitu suatu cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
yang terdapat dan diperlukan di dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan
yang secara kimiawi mengandung senyawa hidrogen dan oksigen, (KBBI, 2005 :
8).
Namun peneliti ingin mengetahui apakah semua kata shuǐ yang terdapat
dalam peribahasa Cina selalu memiliki arti „air‟ atau tidak, maka peneliti akan
menguraikan makna konotatif kata shuǐ pada peribahasa Cina tersebut dan
menjelaskan makna kata shuǐ tersebut secara jelas.
2.2.2 Peribahasa
Dalam bahasa Mandarin peribahasa disebut dengan shúyǔ (Hanzi : 熟语).
Leman (2007) mengatakan peribahasa ialah kelompok kata ( 词
kalimat (
cízǔ) atau
子 jùzi) yang tetap susunannya, ringkas, padat dan biasanya
mengandung maksud tertentu.
Universitas Sumatera Utara
16
Kridalaksana (1993: 169) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat bersifat turun-temurun yang
digunakan untuk menguatkan maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau
pedoman hidup. Sedangkan Ali (1995 : 755) menguraikan bahwa peribahasa
adalah kalimat ringkas yang berisi perbandingan, nasihat, prinsip hidup atau
tingkah laku.
Tidak jauh beda dengan uraian dari (Depdikbud, 2001 : 230) yang
mengatakan peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya
dan biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal,
perumpamaan, ungkapan); ungkapan atau kalimat-kalimat ringkas padat yang
berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah
laku.
2.2.3 Air dalam Pandangan Masyarakat Cina
Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga
apabila suatu daerah dilanda kemarau panjang dan kekeringan, masyarakat akan
melakukan upacara-upacara untuk meminta hujan. Contohnya saja pada orang
Cina sendiri, apabila ada musim kemarau berkepanjangan, maka para petani akan
mengadakan upacara menjemur naga yang dibuat dari tanah liat. Itu membuktikan
bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa air.
Selain pada Tao Tek Keng dan Tai Chi, dalam astrologi Cina unsur air juga
dikenal sebagai salah satu dari lima unsur pembentuk alam semesta, selain kayu,
api, tanah, dan besi. Tubuh manusia pun sebagian besar terdiri atas air. Manusia
Universitas Sumatera Utara
17
selalu merasa senang, tenang, dan nyaman apabila berada dekat unsur tersebut.
Tidak heran apabila manusai selalu berusaha untuk memasukkan unsur air di
lingkungan tempat ia berada, termasuk ke dalam rumah tinggal (Pribadi, Suara
Merdeka, 2012). Itu sebabnya dalam ilmu topografi kuno dari Tiongkok (Cina)
yang lebih akrab disebut dengan Fēngshuǐ (風水) mengatur tata ruang rumah
mereka dengan kelima unsur tadi, dan yang paling utama adalah air. Sebelum
mereka membangun rumah biasanya mereka terlebih dahulu melakukan
konsultasi kepada ahli Fēngshuǐ (風水) yang bertujuan untuk memastikan rumah
tersebut dibangun dengan Qi (气), yaitu sebuah kekuatan alam yang bersifat
positif dan negatif. Istilah Fēngshuǐ (風水) secara harfiah berarti angin (Fēng) dan
air (shuǐ). Jadi, air memegang peranan penting dalam desain rumah tinggal yang
menggunakan pertimbangan Fēngshuǐ (Pribadi, Suara Merdeka, 2012).
2.2.4 Peribahasa Cina yang Mengandung Kata Shu (Air)
Berikut ini secara singkat akan penulis uraikan masing-masing makna yang
dimiliki oleh peribahasa Cina yang mengandung kata Shuǐ (air) yang terdapat
dalam buku The Best of Chinese Sayings karya Leman.
1.
隔
山
隔
水
隔
gé
shān
gé
shuǐ
bù
gé
sekat gunung
sekat
air
tidak
sekat
Walau dipisah gunung dan sungai, hati tetap bertaut erat.
2.
水
知
鱼
性
,
jìn
shuǐ
zhī
yú
xìng ,
dekat air
tahu
ikan
sifat ,
Hidup dekat sungai akan memahami karakter ikan,
心
xīn .
hati .
Universitas Sumatera Utara
18
山
识
鸟
音
jìn
shān
shí
niǎo
xìng .
dekat gunung
kenal
burung
suara .
tinggal di dekat gunung akan mengenal kicauan burung.
3.
救了
落
水
jiùle
luò
shuǐ
menyelamatkan jatuh
air
menolong anjing yang terjatuh ke air,
狗
gǒu
anjing
,
,
,
被
咬
一
,
fǎn
bèi
yǎo
yīkǒu
,
sebaliknya selimut
menggigit segigitan ,
setelah ditolong (anjing itu) malah balik menggigit.
4.
靠
山
kào
shān
oleh
gunung
山
,
chī
shān
,
makan
gunung ,
Yang dekat gunung hidup dari gunung,
靠
水
水
kào
shuǐ
chī
shuǐ
.
oleh
air
makan
air
.
yang dekat air hidup dari air.
5.
任
水
沟
弯来弯去
rèn
shuǐ
gōu
wān lái wān qù .
Universitas Sumatera Utara
19
walau bagaimanapun
水
air
parit berkelok-kelok .
照常
流
得
去
shuǐ zhàocháng
liú
dé
xiàqù
.
air
mengalir dapat
kemudian pergi
.
seperti biasa
airnya tetap terus mengalir.
6.
人
高
处
走
,
,
rén
wǎng
gāo
chù
zǒu
manusia
menuju kearah
tinggi
bagian
pergi ,
处
流
Manusia melangkah ke atas,
水
shuǐ
wǎng
dī
chù
liú
air
menuju kearah
rendah
bagian
mengalir .
.
air mengalir ke bawah.
7.
人
在
福
中
知
福
,
rén
zài
fú
zhōng bù
zhī
Fú
,
kebahagiaan
di
tahu
Kebahagiaan
,
manusia berada di
tidak
Orang dalam kebahagiaan tidak merasakan kebahagiaan,
船
在
水
中
chuán
zài
shuǐ
zhōng
kapal
berada di
air
di
知
流
bù
zhī
liú
tidak
tahu
arus .
.
kapal yang sedang berlayar tidak terasa bergerak.
Universitas Sumatera Utara
20
8.
水
能
载
舟
,
shuǐ
néng
zài
zhōu
,
air
mampu
mengangkut
perahu
,
Selain dapat mengapungkan kapal,
能
覆
舟
yì
néng
fù
zhōu
.
juga
mampu
membalikkan
perahu
.
air juga dapat menenggelamkannya.
9.
水
源
, 树
,
shuǐ
yǒu
yuán
air
memiliki
sumber ,
根
shù
yǒu
gēn
.
pohon
memiliki
akar .
Setiap sungai ada sumbernya, setiap pohon ada akarnya.
10. 按
倒
牛
头
水
àn
dào
niú
tóu
hē
mengendalikan
berbalik
sapi
kepala
meminum air
,
shuǐ ,
,
Menundukkan kepala sapi untuk minum air,
到
bàn
bù
dào
.
mengerjakan
tidak
menunjukkan hasil
.
Universitas Sumatera Utara
21
tidak berhasil mengerjakannya.
11. 清
水
的
石头
,
qǐng
shuǐ
lǐ
de
shí tou
,
bersih
air
di
yang
Batu
,
Seperti batu di air yang jernih,
一
眼
看
到
yī
yǎn
kàn
dàodǐ
.
satu
mata
melihat
akhirnya
.
terlihat sangat jelas.
12.
竹
蓝
打
水
, 一
zhú
lán
dǎ
shuǐ ,
yī
bambu
keranjang menciduk
air
satu tempat kosong
,
场
空
chǎng
kōng
.
.
Menimba air dengan keranjang bambu, semuanya sia-sia.
水
13.
车
bēi
shuǐ chē
secangkir
air
xīn
.
kendaraan kayu bakar
.
Mencoba memadamkan sekereta kayu dengan secangkir air.
14.
打
落
水
狗
dà
luò
shuǐ
gǒu
.
Universitas Sumatera Utara
22
memukul
jatuh air
anjing .
Memukul anjing yang tercebur kedalam air.
15.
混
水
摸
鱼
hún
shuǐ
mō
yú
mencampuradukkan
air
merogoh ikan
.
.
Menangguk dalam air keruh.
16.
水
滴
石
穿
shuǐ
dī
shí
chuān
air
menetes batu
.
melubangi .
Tetesan air dapat melubangi batu.
17.
水
清
无
鱼
shuǐ
qīng
wú
yú
air
bening
tidak memiliki
ikan .
.
Air yang terlalu jernih tiada ikan.
18.
水
乳
交融
shuǐ
rǔ
jiāo róng
.
air
susu
bercampur baur
.
Bagaikan air dan susu bercampur padu.
19.
水
中
捞
Universitas Sumatera Utara
23
shuǐ
zhōng
lāo
yuè
.
air
di
meraup
bulan
.
Meraup bulan di dalam air.
水
20.
推
舟
shùn
shuǐ tuī
zhō
.
menyusuri
air
perahu
.
mendorong
Mendorong perahu menuruni aliran arus.
2.3 Landasan Teori
Teori yang dipakai untuk menganalisis rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah teori semantik leksikal. Chaer (2009:8) mengatakan dalam semantik
leksikal ini diselidiki makna yang ada pada kata-kata dari bahasa tersebut.
Leksikal adalah makna yang ada pada kata-kata. Maka dengan teori ini akan
diselidiki makna dari setiap kata-kata pada beribahasa tersebut kemudian
dihubungkan dengan makna kata shuǐ
yang diartikan secara denotatif dan
konotatif.
Untuk meneliti analisis makna kata shuǐ pada peribahasa Cina digunakan
teori dari Leman (2007) yang mengatakan peribahasa ialah kelompok kata (词
cízǔ) atau kalimat (
子 jùzi) yang tetap susunannya, ringkas, padat dan biasanya
mengandung maksud tertentu. Peribahasa yang berisi nasihat, prinsip hidup,
motivasi, kearifan, dan kebijaksanaan biasanya mengambil bentuk perumpamaan
atau perbandingan. Maka setelah makna kata shuǐ telah diartikan secara denotatif
Universitas Sumatera Utara
24
dan konotatif akan ditemukan kesesuaian makna yang dimaksudkan pada
peribahasa tersebut. Sesuai dengan teori Leman yang menyatakan bahwa setiap
peribahasa pasti memiliki makna tertentu.
Setelah mengetahui makna dari peribahasa tersebut maka akan mudah untuk
menganalisis nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Untuk menemukan nilainilai budaya yang terkandung dalam peribahasa bahasa Cina digunakan teori dari
Suwondo, dkk (1994) yang mengatakan nilai budaya adalah sesuatu yang bernilai,
pikiran dan akal budi yang bernilai yang semua itu mengarah pada kebaikan.
Dengan demikian akan diketahui seberapa penting peribahasa tersebut dalam
kehidupan masyarakat Cina serta dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana
budaya masyarakat Cina dari peribahasanya.
Universitas Sumatera Utara
25
TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Kajian Relevan
Untuk menunjukkan penelitian ini berbeda dengan penelitian yang lain,
maka diperlukan penelusuran bahan-bahan pustaka dari hasil-hasil penelitian yang
relevan dan berkaitan dengan bahan pustaka buku-buku teks. Penelitian tentang
peribahasa Cina yang menyangkut analisis makna kata shuǐ (air) belum pernah
dilakukan sebelumnya. Tetapi penelitian-penelitian tentang peribahasa bahasa lain
dari bahasa Cina yang menyangkut interpretasi makna telah dilakukan oleh para
peneliti, yakni:
Purba (2010) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Peribahasa
Bahasa Jepang Yang Terbentuk Dari Kata „Mizu‟ yang mengatakan bahwa :
1. Peribahasa Jepang yang terbentuk dari kata Mizu sebagai unsur
utamanya, memiliki banyak arti yang merupakan simbol-simbol
kehidupan
yang
biasanya
masih
sering
dipergunakan
dalam
percakapan kehidupan sehari-hari.
2. Ternyata sebagian besar peribahasa Jepang yang menggunakan unsur
utama Mizu, bermakna nasehat dalam menjalani kehidupan bagi
masyarakat Jepang. Ini disebabkan oleh air yang memiliki hubungan
antara kehidupan ritual keagamaan bagi masyarakat di Jepang, karena
Universitas Sumatera Utara
10
air merupakan salah satu dari lima elemen (Godai) penting yang
dipercayai masyarakat Jepang dalam kehidupannya. Namun dari ke-16
peribahasa Jepang yang penulis interpretasikan, ada juga yang
bermakna sindiran, ataupun kritikan.
3. Dari ke- 16 peribahasa yang penulis interpretasikan, ada beberapa
peribahasa yang berkaitan atau dikaitkan dengan sifat-sifat air yang
sesungguhnya.
Penelitian ini mengemukakan makna peribahasa Jepang yang terbentuk dari
kata Mizu dan sejauh mana pemakaian kata Mizu dalam peribahasa Jepang.
Sehingga dari penelitian ini penulis dapat mempelajari bagaimana cara
menganalisi peribahasa secara denotatif dan konotatif.
Rusniko (2010) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Peribahasa
Bahasa Jepang yang Terbentuk dari Kata „Hana‟ mengatakan bahwa peribahasa
merupakan salah satu aspek budaya Jepang. Karena jarang dipakai dalam
percakapan sehari-hari, maka peribahasa Jepang sulit dipahami oleh orang asing.
Selain itu, terdapat banyak peribahasa yang menggunakan kata hana dan memiliki
makna yang berbeda-beda.
Amrizal (2014) dalam skripsi yang berjudul Interpretasi Makna Kata „Uma‟
(Kuda) Pada Peribahasa Jepang menemukan 50 data berupa peribahasa Jepang
yang menggunakan kata uma (kuda), dengan menganalisis menggunakan makna
denotatif dan konotatif, ditemukan kesesuaian peribahasa Jepang dengan artinya.
Universitas Sumatera Utara
11
Dari hasil analisis tersebut, dapat dikembangkan berupa interpretasi dan
pembentukan peribahasa Jepang tersebut.
Ketiga penelitian ini hampir sama, menggunakan teori dan metode yang
sama, hanya memiliki objek yang berbeda. Namun ada perbedaan yang
didapatkan pada hasil penelitian ketiganya. Pada penelitian Purba, ia
menyimpulkan bahwa peribahasa Jepang yang terbentuk dari kata mizu (air) ada
beberapa yang memiliki makna sesungguhnya. Ada yang berkaitan dengan sifatsifat air yang sesungguhnya dan ada juga yang tidak. Tidak jauh beda dengan
penelitian Rusniko yang menyimpulkan bahwa peribahasa Jepang yang terbentuk
dari kata hana (bunga) memiliki makna yang berbeda-beda. Namun pada
penelitian Amrizal, makna kata uma (kuda) pada peribahasa Jepang memiliki
kesesuaian makan kata uma dalam kamus dengan makna uma yang terdapat
dalam peribahasa tersebut.
Meskipun berbeda-beda pada hasilnya, namun ketiga penelitian diatas samasama menganalisis peribahasa secara denotatif dan konotatif. Sehingga peneliti
dapat mengikuti cara ketiganya dan menerapkannya dalam menganalisis kata shuǐ
(air) pada peribahasa Cina.
Hanifa (2013) dalam jurnal Linguistika Akademia yang berjudul Kajian
Struktural Nama Binatang Dalam Peribahasa Bahasa Inggris menemukan 2
faktor yang menyebabkan penggunaan nama binatang tertentu di dalam sebuah
peribahasa. Faktor-faktor tersebut adalah:
Universitas Sumatera Utara
12
1. Penggunaan nama binatang di dalam sebuah peribahasa disebabkan oleh
makna konotasi yang terkandung di dalam nama binatang tersebut.
Makna konotasi tersebut dapat dipengaruhi oleh 2 hal, yaitu:
-
Makna konotasi dari nama binatang tertentu dipengaruhi oleh sifatsifat binatang yang sesuai dengan fenomena yang terjadi pada
kehidupan
masyarakat
dan
disampaikan
melalui
pesan
yang
terkandung di dalam sebuah peribahasa.
-
Nama binatang dapat dikonotasikan ke dalam makna tertentu karena
dipengaruhi oleh perspektif budaya sekelompok masyarakat tertentu
dalam memandang dan memperlakukan seekor binatang. Perspektif
budaya merupakan sesuatu yang dinamis sehingga akan berubah
seiring dengan berjalannya waktu. Hal inilah yang menyebabkan
pergeseran makna konotasi dari nama binatang tertentu. Sebagai
contoh adalah makna konotasi nama binatang “anjing” yang
mengalami pergeseran makna dari makna konotasi negatif ke makna
konotasi positif karena dipengaruhi oleh perspektif budaya masyarakat.
Makna konotasi negatif yang dipresentasikan oleh “anjing” tersebut
merupakan bentuk dan simbol dari hal-hal yang “menimbulkan
masalah”, bersifat buas dan liar. Sedangkan makna konotasi positif
dengan menjadikan simbol dari “seseorang atau manusia”. Perubahan
makna konotasi tersebut berhubungan dengan perubahan perspektif
budaya masyarakat Inggris dalam menggambarkan anjing pada abad
Universitas Sumatera Utara
13
pertengahan. Pada era ini “anjing” digambarkan sebagai makhluk yang
mempunyai sifat bersahabat, setia, pemberani, dan cerdas.
2. Penggunaan nama binatang tertentu di dalam sebuah peribahasa
dipengaruhi oleh faktor-faktor sejarah yang muncul dalam kehidupan
masyarakat tertentu. Faktor-faktor sejarah ini dapat berupa fakta sejarah,
agama, maupun kebudayaan.
Maka dari penelitian ini penulis juga dapat mempelajari bagaimana menganalisis
peribahasa secara denotatif dan konotatif.
Rambitan (2014) dalam skripsi yang berjudul Ungkapan dan Peribahasa
Bahasa Mongondow menemukan bahwa struktur ungkapan dan peribahasa bahasa
Mongondow terdiri atas frase nomina, frase verbal, frase numeral, klausa bebas
dan klausa terikat, kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat.
Ungkapan bahasa Mongondow berfungsi untuk menyatakan sifat atau
perilaku seseorang yang baik dan tidak baik dan peribahasa berfungsi sebagai
nasehat, peringatan, dan sindiran. Nilai budaya yang terkandung dalam ungkapan
menggembarkan nilai kebersamaan dan kerjasama, nilai keteladanan, dan nilai
kesabaran. Nilai budaya yang terkandung dalam peribahasa ialah nilai kerjasama
dalam suatu komunitas, nilai kerja keras dan pantang menyerah, nilai keteladanan,
nilai kesabaran dan ketekunan, dan nilai keimanan yang tinggi terhadap Tuhan.
Penelitian ini menganalisis nilai budaya yang terkandung dalam ungkapan
dan peribahasa bahasa Mongondow. Sehingga dari penelitian ini penulis dapat
Universitas Sumatera Utara
14
mempelajari bagaimana cara menganalisis nilai budaya yang terdapat dalam
peribahasa.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa penelitian-penelitian yang telah
dilakukan oleh Purba, Rusniko, Amrizal, dan Hanifa hanya menganalisis makna
dari suatu kata dalam peribahasa, dan tidak mengaitkannya dengan nilai budaya
yang terkandung di dalam peribahasa tersebut. Sementara penelitian yang telah
dilakukan oleh Rambitan tidak membahas makna suatu kata dalam peribahasa,
melainkan membahas struktur dari peribahasa dan mengaitkannya dengan nilai
budaya yang terkandung di dalamnya. Dari penelitian-penelitian yang telah
dilakukan ini, maka peneliti ingin menghubungkan seluruh penelitian di atas
menjadi satu penelitian yang melengkapi pembahasan keseluruhannya, yaitu
menganalisis makna kata shuǐ (air) pada peribahasa Cina dengan menggunakan
makna denotasi dan konotasi, kemudian mencari nilai-nilai budaya yang
terkandung di dalamnya.
Dari penjelasan di atas jelas terlihat perbedaan antara penelitian-penelitian
sebelumnya dengan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis. Karena
penelitian ini membahas hubungan peribahasa yang mengandung kata shuǐ (air)
dengan nilai-nilai budaya pada masyarakat Cina.
2.2 Konsep
Pengertian konsep dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003 : 588)
adalah gambaran mental dari satu objek, proses atau apapun yang ada di luar
bahasa, yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain.
Universitas Sumatera Utara
15
Oleh karena itu, konsep penelitian ini adalah mengenai:
2.2.1 Analisis Makna
Apabila kita melihat makna analisis itu sendiri memiliki arti penyelidikan
terhadap suatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk mengetahui keadaan
yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb) (KBBI, 2005:37).
Analisis makna merupakan satu usaha untuk mengelompokkan, membedakan, dan
menghubungkan masing-masing hakikat makna (Parera, 2004 : 51).
Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis makna kata shuǐ pada
peribahasa Cina, yang apabila kita lihat secara denotatif kata shuǐ itu bermakna
„air‟, yaitu suatu cairan jernih yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau
yang terdapat dan diperlukan di dalam kehidupan manusia, hewan dan tumbuhan
yang secara kimiawi mengandung senyawa hidrogen dan oksigen, (KBBI, 2005 :
8).
Namun peneliti ingin mengetahui apakah semua kata shuǐ yang terdapat
dalam peribahasa Cina selalu memiliki arti „air‟ atau tidak, maka peneliti akan
menguraikan makna konotatif kata shuǐ pada peribahasa Cina tersebut dan
menjelaskan makna kata shuǐ tersebut secara jelas.
2.2.2 Peribahasa
Dalam bahasa Mandarin peribahasa disebut dengan shúyǔ (Hanzi : 熟语).
Leman (2007) mengatakan peribahasa ialah kelompok kata ( 词
kalimat (
cízǔ) atau
子 jùzi) yang tetap susunannya, ringkas, padat dan biasanya
mengandung maksud tertentu.
Universitas Sumatera Utara
16
Kridalaksana (1993: 169) berpendapat bahwa yang dimaksud dengan
peribahasa adalah kalimat atau penggalan kalimat bersifat turun-temurun yang
digunakan untuk menguatkan maksud karangan, pemberi nasihat, pengajaran atau
pedoman hidup. Sedangkan Ali (1995 : 755) menguraikan bahwa peribahasa
adalah kalimat ringkas yang berisi perbandingan, nasihat, prinsip hidup atau
tingkah laku.
Tidak jauh beda dengan uraian dari (Depdikbud, 2001 : 230) yang
mengatakan peribahasa adalah kelompok kata atau kalimat yang tetap susunannya
dan biasanya mengiaskan maksud tertentu (dalam peribahasa termasuk juga bidal,
perumpamaan, ungkapan); ungkapan atau kalimat-kalimat ringkas padat yang
berisi perbandingan, perumpamaan, nasihat, prinsip hidup atau aturan tingkah
laku.
2.2.3 Air dalam Pandangan Masyarakat Cina
Air memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan, sehingga
apabila suatu daerah dilanda kemarau panjang dan kekeringan, masyarakat akan
melakukan upacara-upacara untuk meminta hujan. Contohnya saja pada orang
Cina sendiri, apabila ada musim kemarau berkepanjangan, maka para petani akan
mengadakan upacara menjemur naga yang dibuat dari tanah liat. Itu membuktikan
bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa air.
Selain pada Tao Tek Keng dan Tai Chi, dalam astrologi Cina unsur air juga
dikenal sebagai salah satu dari lima unsur pembentuk alam semesta, selain kayu,
api, tanah, dan besi. Tubuh manusia pun sebagian besar terdiri atas air. Manusia
Universitas Sumatera Utara
17
selalu merasa senang, tenang, dan nyaman apabila berada dekat unsur tersebut.
Tidak heran apabila manusai selalu berusaha untuk memasukkan unsur air di
lingkungan tempat ia berada, termasuk ke dalam rumah tinggal (Pribadi, Suara
Merdeka, 2012). Itu sebabnya dalam ilmu topografi kuno dari Tiongkok (Cina)
yang lebih akrab disebut dengan Fēngshuǐ (風水) mengatur tata ruang rumah
mereka dengan kelima unsur tadi, dan yang paling utama adalah air. Sebelum
mereka membangun rumah biasanya mereka terlebih dahulu melakukan
konsultasi kepada ahli Fēngshuǐ (風水) yang bertujuan untuk memastikan rumah
tersebut dibangun dengan Qi (气), yaitu sebuah kekuatan alam yang bersifat
positif dan negatif. Istilah Fēngshuǐ (風水) secara harfiah berarti angin (Fēng) dan
air (shuǐ). Jadi, air memegang peranan penting dalam desain rumah tinggal yang
menggunakan pertimbangan Fēngshuǐ (Pribadi, Suara Merdeka, 2012).
2.2.4 Peribahasa Cina yang Mengandung Kata Shu (Air)
Berikut ini secara singkat akan penulis uraikan masing-masing makna yang
dimiliki oleh peribahasa Cina yang mengandung kata Shuǐ (air) yang terdapat
dalam buku The Best of Chinese Sayings karya Leman.
1.
隔
山
隔
水
隔
gé
shān
gé
shuǐ
bù
gé
sekat gunung
sekat
air
tidak
sekat
Walau dipisah gunung dan sungai, hati tetap bertaut erat.
2.
水
知
鱼
性
,
jìn
shuǐ
zhī
yú
xìng ,
dekat air
tahu
ikan
sifat ,
Hidup dekat sungai akan memahami karakter ikan,
心
xīn .
hati .
Universitas Sumatera Utara
18
山
识
鸟
音
jìn
shān
shí
niǎo
xìng .
dekat gunung
kenal
burung
suara .
tinggal di dekat gunung akan mengenal kicauan burung.
3.
救了
落
水
jiùle
luò
shuǐ
menyelamatkan jatuh
air
menolong anjing yang terjatuh ke air,
狗
gǒu
anjing
,
,
,
被
咬
一
,
fǎn
bèi
yǎo
yīkǒu
,
sebaliknya selimut
menggigit segigitan ,
setelah ditolong (anjing itu) malah balik menggigit.
4.
靠
山
kào
shān
oleh
gunung
山
,
chī
shān
,
makan
gunung ,
Yang dekat gunung hidup dari gunung,
靠
水
水
kào
shuǐ
chī
shuǐ
.
oleh
air
makan
air
.
yang dekat air hidup dari air.
5.
任
水
沟
弯来弯去
rèn
shuǐ
gōu
wān lái wān qù .
Universitas Sumatera Utara
19
walau bagaimanapun
水
air
parit berkelok-kelok .
照常
流
得
去
shuǐ zhàocháng
liú
dé
xiàqù
.
air
mengalir dapat
kemudian pergi
.
seperti biasa
airnya tetap terus mengalir.
6.
人
高
处
走
,
,
rén
wǎng
gāo
chù
zǒu
manusia
menuju kearah
tinggi
bagian
pergi ,
处
流
Manusia melangkah ke atas,
水
shuǐ
wǎng
dī
chù
liú
air
menuju kearah
rendah
bagian
mengalir .
.
air mengalir ke bawah.
7.
人
在
福
中
知
福
,
rén
zài
fú
zhōng bù
zhī
Fú
,
kebahagiaan
di
tahu
Kebahagiaan
,
manusia berada di
tidak
Orang dalam kebahagiaan tidak merasakan kebahagiaan,
船
在
水
中
chuán
zài
shuǐ
zhōng
kapal
berada di
air
di
知
流
bù
zhī
liú
tidak
tahu
arus .
.
kapal yang sedang berlayar tidak terasa bergerak.
Universitas Sumatera Utara
20
8.
水
能
载
舟
,
shuǐ
néng
zài
zhōu
,
air
mampu
mengangkut
perahu
,
Selain dapat mengapungkan kapal,
能
覆
舟
yì
néng
fù
zhōu
.
juga
mampu
membalikkan
perahu
.
air juga dapat menenggelamkannya.
9.
水
源
, 树
,
shuǐ
yǒu
yuán
air
memiliki
sumber ,
根
shù
yǒu
gēn
.
pohon
memiliki
akar .
Setiap sungai ada sumbernya, setiap pohon ada akarnya.
10. 按
倒
牛
头
水
àn
dào
niú
tóu
hē
mengendalikan
berbalik
sapi
kepala
meminum air
,
shuǐ ,
,
Menundukkan kepala sapi untuk minum air,
到
bàn
bù
dào
.
mengerjakan
tidak
menunjukkan hasil
.
Universitas Sumatera Utara
21
tidak berhasil mengerjakannya.
11. 清
水
的
石头
,
qǐng
shuǐ
lǐ
de
shí tou
,
bersih
air
di
yang
Batu
,
Seperti batu di air yang jernih,
一
眼
看
到
yī
yǎn
kàn
dàodǐ
.
satu
mata
melihat
akhirnya
.
terlihat sangat jelas.
12.
竹
蓝
打
水
, 一
zhú
lán
dǎ
shuǐ ,
yī
bambu
keranjang menciduk
air
satu tempat kosong
,
场
空
chǎng
kōng
.
.
Menimba air dengan keranjang bambu, semuanya sia-sia.
水
13.
车
bēi
shuǐ chē
secangkir
air
xīn
.
kendaraan kayu bakar
.
Mencoba memadamkan sekereta kayu dengan secangkir air.
14.
打
落
水
狗
dà
luò
shuǐ
gǒu
.
Universitas Sumatera Utara
22
memukul
jatuh air
anjing .
Memukul anjing yang tercebur kedalam air.
15.
混
水
摸
鱼
hún
shuǐ
mō
yú
mencampuradukkan
air
merogoh ikan
.
.
Menangguk dalam air keruh.
16.
水
滴
石
穿
shuǐ
dī
shí
chuān
air
menetes batu
.
melubangi .
Tetesan air dapat melubangi batu.
17.
水
清
无
鱼
shuǐ
qīng
wú
yú
air
bening
tidak memiliki
ikan .
.
Air yang terlalu jernih tiada ikan.
18.
水
乳
交融
shuǐ
rǔ
jiāo róng
.
air
susu
bercampur baur
.
Bagaikan air dan susu bercampur padu.
19.
水
中
捞
Universitas Sumatera Utara
23
shuǐ
zhōng
lāo
yuè
.
air
di
meraup
bulan
.
Meraup bulan di dalam air.
水
20.
推
舟
shùn
shuǐ tuī
zhō
.
menyusuri
air
perahu
.
mendorong
Mendorong perahu menuruni aliran arus.
2.3 Landasan Teori
Teori yang dipakai untuk menganalisis rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah teori semantik leksikal. Chaer (2009:8) mengatakan dalam semantik
leksikal ini diselidiki makna yang ada pada kata-kata dari bahasa tersebut.
Leksikal adalah makna yang ada pada kata-kata. Maka dengan teori ini akan
diselidiki makna dari setiap kata-kata pada beribahasa tersebut kemudian
dihubungkan dengan makna kata shuǐ
yang diartikan secara denotatif dan
konotatif.
Untuk meneliti analisis makna kata shuǐ pada peribahasa Cina digunakan
teori dari Leman (2007) yang mengatakan peribahasa ialah kelompok kata (词
cízǔ) atau kalimat (
子 jùzi) yang tetap susunannya, ringkas, padat dan biasanya
mengandung maksud tertentu. Peribahasa yang berisi nasihat, prinsip hidup,
motivasi, kearifan, dan kebijaksanaan biasanya mengambil bentuk perumpamaan
atau perbandingan. Maka setelah makna kata shuǐ telah diartikan secara denotatif
Universitas Sumatera Utara
24
dan konotatif akan ditemukan kesesuaian makna yang dimaksudkan pada
peribahasa tersebut. Sesuai dengan teori Leman yang menyatakan bahwa setiap
peribahasa pasti memiliki makna tertentu.
Setelah mengetahui makna dari peribahasa tersebut maka akan mudah untuk
menganalisis nilai budaya yang terkandung di dalamnya. Untuk menemukan nilainilai budaya yang terkandung dalam peribahasa bahasa Cina digunakan teori dari
Suwondo, dkk (1994) yang mengatakan nilai budaya adalah sesuatu yang bernilai,
pikiran dan akal budi yang bernilai yang semua itu mengarah pada kebaikan.
Dengan demikian akan diketahui seberapa penting peribahasa tersebut dalam
kehidupan masyarakat Cina serta dapat mengetahui dan mempelajari bagaimana
budaya masyarakat Cina dari peribahasanya.
Universitas Sumatera Utara
25