Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB IV

BAB IV
AIN NI AIN DALAM PERSPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL
DAN
AIN NI AIN SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK INTERNAL ANTARDESA DI
KEI BESAR DALAM PERSPEKTIF KONSELING PERDAMAIAN

Mengacu pada temuan hasil penelitian maka dalam bab ini akan membahas
secara khusus ain ni ain dalam perspektif konseling multikultural serta ain ni ain
sebagai resolusi konflik internal antardesa di Kei Besar dalam perspektif konseling
perdamaian.
A.

AIN NI AIN DALAM PERSPEKTIF KONSELING MULTIKULTURAL
Proses konseling berlangsung dalam relasi antara konselor dengan klien.

Dalam pemahaman sosio-kultur, baik konselor maupun klien memiliki latar belakang
sosial dan kultur yang berbeda. untuk itu sangat penting bagi konselor agar dapat
memahami lebih dulu konteks sosio-kultur klien. Konteks kultur masyarakat Kei
Besar dalam satu hukum adat yakni Larvul Ngabal yang menjadi falsafah dasar dari
ain ni ain. Sebab didalamnya termuat aturan-aturan, hukum-hukum, serta normanorma yang dibuat dan disepakati bersama untuk dapat mengatur hidup individu
maupun kelompok dalam berelasi. Larvul Ngabal berfungsi untuk memelihara dan

mengembangkan sikap solidaritas dalam kehidupan masyarakat adat Kei Besar.
Falsafah dasar ini kemudian lebih dimaknai dalam ain ni ain. Aktivitas sosial
masyarakat Kei Besar dapat dipahami dalam ain ni ain yakni melalui pelaksanaan
tradisi maren dan yelim. Menurut Mcleod, konseling bukan hanya proses
102

pembelajaran individu tetapi juga merupakan aktivitas sosial yang memiliki makna
sosial serta kemampuan untuk beradaptasi dengan institusi sosial.1 Dengan demikian
proses konseling merupakan proses pembelajaran individu, aktivitas sosial, serta
kemampuan untuk beradaptasi dengan institusi sosial, dalam kaitannya dengan
konteks Kei Besar maka proses memahami masyarakat Kei Besar yakni memahami
kulturnya, aktivitas sosial yang ada didalamnya, serta Larvul Ngabal sebagai institusi
sosialnya dapat menghasilkan pendekatan konseling sesuai dengan konteks sosiokulturnya. Berdasarkan pemahaman ini maka ada beberapa hal yang perlu dipahami
dan dikaji secara mendalam agar dapat menghasilkan proses konseling yang sesuai
dengan konteks masyarakat adat Kei Besar, yakni pelaksanaan ain ni ain dalam hidup
masyarakat Kei Besar terwujud dalam tradisi maren dan yelim, pemaknaan ain ni ain
berada pada tiga paradigma yakni: ain ni ain sebagai genealogis, ain ni ain sebagai
ikatan persaudaraan dalam ratschaap, dan ain ni ain sebagai kontrak sosial.
1.


Pelaksanaan Ain Ni Ain
Pelaksanaan ain ni ain dalam masyarakat adat Kei Besar dapat dilihat dalam

tradisi maren dan yelim. Kedua tradisi ini biasanya dilakukan dalam situasi dukacita
maupun sukacita. Tradisi maren dan yelim merupakan sikap solidaritas masyarakat
Kei Besar yang terwujud dalam sikap bekerja sama, tolong-menolong serta
memberikan sumbangan material maupun sumbangan pemikiran bagi berlangsungnya
kehidupan sosial masyarakat Kei Besar dalam bingkai ain ni ain. tradisi ini dilakukan
berdasarkan pemahaman satu rasa yang termuat dalam ain ni ain.
1

John Mcleod, Pengantar Konseling: Teori dan Studi Kasus, (Jakarta: Kencana,2010), 8-13.

103

Pemahaman satu rasa atau memiliki rasa yang sama dapat dimengerti dalam
tindakan saling tolong-menolong dan saling bekerja sama. Tindakan ini dilakukan
oleh satu individu atau kelompok kepada individu atau kelompok lain yang sedang
berada dalam situasi sukacita maupun dukacita. Pemahaman satu rasa ain ni ain
dalam tradisi maren dan yelim merupakan potensi sosial yang dimiliki masyarakat

Kei Besar. Potensi sosial yang termuat dalam tindakan sosial masyarakat Kei Besar
mengarahkan mereka pada kemampuan untuk memahami kondisi atau perasaan orang
lain dan dapat memberikan perlakuan atau tindakan yang sesuai dengan harapan
orang lain. Pemahaman satu rasa dalam perspektif konseling disebut sebagai empati.
Menurut Engel, empati merupakan perasaan yang mendalam untuk memahami dunia
orang lain. Seseorang harus memasuki dunia perasaan orang lain tanpa harus
meninggalkan perasaannya. Dalam hal ini seseorang harus masuk ke dalam perasaan
orang lain untuk memberikan penilaian dan memahaminya dalam persepsi orang
tersebut. Empati memungkinkan orang bukan hanya dapat mengenal, memahami, dan
merasakan orang lain dalam masalahnya, serta seperasaan dengan mereka.2 Individu
atau kelompok yang melaksanakan tradisi maren dan yelim merupakan individu yang
sedang berempati terhadap sesamanya. Proses empati dalam tradisi maren dan yelim
dapat dijelaskan seperti berikut masyarakat Kei Besar melalui maren dan yelim
mereka dapat merasakan dan menghayati perasaan dan pengalaman orang lain yang
berada dalam situasi duka maupun suka misalnya dalam situasi duka, jika ada salah
satu anggota masyarakat sedang mengalami kedukaan maka masyarakat yang lain

2

J. D. Engel, Pastoral dan Kebutuhan Dasar Konseling, (Jakarta: BPK. Gunung Mulia,

2016), 49-60

104

akan menunjukan rasa duka mereka dengan memberikan penguatan serta bantuan
tenaga dan materi untuk mengurusi segala keperluan berkaitan dengan acara duka.
Disamping itu empati dalam kultur masyarakat Kei Besar berarti kemampuan untuk
mendeteksi perbedaan sudut pandang dalam diri orang lain, misalnya dalam maren
untuk membangun rumah. Setiap masyarakat yang sudah dibagi berdasarkan
kemampuannya akan ada dalam pembicaraan berkaitan dengan sudut padang masingmasing sesuai dengan kemampuannya akan tetapi perbedaan sudut pandang maupun
kemampuan dapat dipakai dan disatukan untuk dapat menyelesaikan bangunan
tersebut. Jadi pelaksanaan ain ni ain didalam tradisi maren dan yelim dapat dipahami
sebagai pemahaman satu rasa yang disebut empati dalam dunia konseling. Empati
merupakan potensi yang termuat dalam ain ni ain.
2.

Ain Ni Ain sebagai Genealogis
Ain ni ain sebagai genealogis merupakan pemahaman yang dapat ditemukan

dalam asal-usul ain ni ain. Asal-usul ain ni ain diketahui melalui carita rakyat

masyarakat Kei Besar dan bukan melalui dokumen tertulis. Asal-usul ain ni ain
memberikan satu kesadaran bahwa masyarakat Kei Besar secara keseluruhan hidup
dalam satu kesatuan. Cerita tentang kehidupan leluhur yang menghasilkan ain ni ain
berdampak positif bagi kelangsungan hidup masyarakat Kei Besar. Mereka dapat
mempertahankan keturunan serta mempertahankan hidup yang bersatu. Dalam
perspektif konseling asal-usul ain ni ain dapat dilihat dalam aspek kultur eksternal
yakni pola hubungan darah. Pola hubungan darah menggambarkan hubungan mana

105

yang peting atau dekat dengan satu individu,3 dalam konteks masyarakat Kei Besar
pola hubungan darah yang dekat atau penting adalah hubungan perkawinan. Ain ni
ain lahir dan terbentuk dalam hubungan perkawinan sambung darah. Perkawinan
sambung darah dilakukan agar dapat mempertahankan keturunan. Sehingga hubungan
perkawinan darah dapat menyatukan masyarakat Kei Besar serta dapat digunakan
juga dalam mengatasi satu permasalahan.
Asal-usul ain ni ain dapat dijelaskan dalam pola hubungan darah yang dilakukan
oleh masyarakat adat Kei Besar. Pola hubungan darah dalam konteks masyarakat adat
Kei Besar terbentuk dalam hubungan perkawinan darah. Dalam pola hubungan darah
masyarakat Kei Besar saling terikat dan membentuk kelompoknya. Untuk itu pola

hubungan darah atau hubungan perkawinan darah menjadi dasar terbentuknya
pemahaman ain ni ain sebagai genealogis yakni pembentukan kelompok masyarakat
berdasarkan persamaan darah dan keturunan.
Penjelasan mengenai asal-usul ain ni ain dapat dipahami dalam makna hubungan
persaudaraan. Makna ini berarti bahwa masyarakat adat Kei Besar terbentuk dalam
pola hubungan darah yakni berasal dari satu garis keturunan yang sama. Secara
sosiologis, hubungan persaudaraan dalam ain ni ain menjelaskan realitas hidup
masyarakat adat Kei Besar yang bersatu, saling menguatkan, dan tidak dapat dilepaspisahkan. Masyarakat Kei Besar memiliki daya rekat yang kuat dalam menjalin relasi
bermasyarakat. Makna ini memberikan kekuatan dalam menjalin hubungan antara
individu, antara individu dengan kelompok, maupun antar kelompok. dengan
3

Mcleod, Pengantar Konseling, 283.

106

demikian ikatan genealogis merupakan dasar untuk membentuk hubungan
persaudaraan dalam konteks hidup masyarakat Kei Besar.
3.


Ain ni ain sebagai Ikatan Persaudaraan dalam Ratschaap
Ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan dalam ratschaap yakni ikatan

persaudaraan dalam beberapa wilayah adat atau ratschaap yang terbetuk dari
perkawinan dari beberapa desa dengan rastchaap yang berbeda. Misalnya dalam satu
desa terdapat beberapa marga yang sama dengan desa yang lain dari rastchaap yang
berbeda. Pemahaman ini dapat mewujudkan kerukunan kekeluargaan dalam wilayah
adat atau ratschaap yang ada di Kei Besar. Ikatan ini juga terbentuk dari pola
hubungan darah akan tetapi bukan berasal dari satu garis keturunan. Misalnya
hubungan perkawinan antara orang dengan marga A, berasal dari desa A, dan
ratschaap A dengan orang dari marga B, berasal dari desa B, dan ratschaap B.
Hubungan perkawinan ini menghasil persamaan marga yang terdapat pada wilayah
adat yang berbeda. Untuk itu ikatan ini merupakan salah satu kekuatan dalam
membentuk relasi yang rukun dalam realitas masyarakat Kei Besar.
Kekuatan dari ikatan persaudaraan dalam ratschaap dapat digunakan pada saat
terjadi konflik antara dua ratchaap atau dua wilayah adat yang berbeda. Makna ini
difungsikan sebagai pendorong kesadaran masyarakat yang berkonflik tentang
hubungan kekeluargaan yang telah terbentuk dari hubungan perkawinan antara kedua
rastkap tersebut. Kesadaran yang muncul adalah bahwa mereka seharusnya hidup
rukun sebab mereka memiliki pola hubungan darah oleh karena hubungan


107

perkawinan kedua ratschaap tersebut. Langkah yang diambil oleh tokoh adat dalam
mengatasi konflik antara kedua ratschaap tersebut adalah dengan menjelaskan
kembali pola hubungan darah antara kedua ratschaap tersebut. Dengan demikian
konflik yang terjadi dapat diatasi dan kerukunan dapat terwujud dalam hubungan
keluarga antar ratskap yang berkonflik. Jadi ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan
dalam ratschaap merupakan kekuatan untuk mewujudkan kerukunan kekeluargaan
antara beberapa wilayah adat atau ratschaap.
Pemahaman mengenai ikatan persaudaraan dalam satu wilayah adat juga dapat
dipahami dalam sistem kasta masyarakat Kei Besar. Dalam pembagian wilayah adat
terdapat pembagian sistem kasta yang sudah ditetapkan oleh leluhur. Dalam hal ini
Ain ni ain dipahami sebagai tindakan untuk menghormati kakak dan melindungi adik
merupakan salah satu ajaran yang diberikan leluhur kepada penerusnya. Ajaran ini
diberikan dalam bentuk klasifikasi masyarakat yang disebut sistem kasta melmel,
renren, dan iriri. Sistem kasta yang ada di Kei Besar dibuat bukan dibentuk dengan
maksud memilah masyarakat akan tetapi sistem kasta ini dibuat agar masyarakat
dapat saling menghargai dan melindungi dalam hubungan kakak-adik. Melmel
sebagai kakak bertugas untuk melindungi adik yakni renren dan iriri. Ain ni ain

sebagai suatu ikatan persaudaraan tentunya memiliki posisi kakak dan juga adik,
dalam ain ni ain kedua posisi ini dan tugasnya diberikan penekanan yang tegas.
Diberikan penekanan yang tegas sebab memiliki fungsi untuk keteraturan hidup
masyarakat adat Kei Besar. Selain itu makna ini diberikan penekanan tegas oleh
karena carita dibalik terbentuknya sistem kasta di Kei Besar yakni mengenai tindakan

108

baik melmel yang menebus renren dan iriri dari kesalahan yang dibuat. Dengan
menghargai dan melindungi dalam hubungan kakak-adik maka masyarakat Kei Besar
sedang menjalankan keinginan leluhur serta dapat terhidar dari bencana bahkan
kematian.
Aspek kultur yang muncul dalam makna ini yakni konstruksi moral dan konsep
waktu. Konstruksi moral dalam kultur tradisional sangat ditentukan oleh takdir.4 Jika
dijelaskan dalam konteks adat ain ni ain masyarakat Kei Besar maka takdir dapat
dimengerti sebagai bencana yang akan diterima jika masyarakat Kei Besar tidak
menjalankan tugasnya sesuai dengan posisinya dalam sistem kasta tersebut. Sebab
sistem kasta yang dipahami dalam ain ni ain adalah keselarasan tugas antara kasta
melmel terhadap renren dan iriri serta antara renren dan iriri terhadap melmel.
Selaras dalam tindakan saling menghormati dan melindungi.

Konsep waktu merupakan salah satu elemen tempat cara hidup dan hubungan
terbentuk.5 dalam pemahaman yang dibangun dalam kultur masyarakat adat Kei
Besar yang bersifat kolektif didominasi oleh orientasi masa lalu, maksudnya adalah
terdapat kesinambungan antara leluhur dengan mereka saat ini. Segala tindakan yang
melanggar adat dipahami sebagai pelanggaran terhadap usaha leluhur untuk
menghadirkan keteraturan melalui adat-istiadat masyarakat Kei Besar. Cara
masyarakat Kei Besar dalam mempertahankan adat-istiadat merupakan wujud
kesinambungan hubungan antara mereka dengan leluhur.

4
5

Mcleod, Pengantar Konseling, 280.
Mcleod, Pengantar Konseling, 280.

109

4.

Ain ni ain sebagai Kontrak Sosial

Konteks hidup masyarakat adat Kei Besar saat ini bukan hanya terdiri dari

penduduk asli akan tetapi ada pula penduduk dengan budaya yang lain atau
pendatang. Hubungan antara penduduk asli dengan pendatang terjadi dalam
hubungan perkawinan antara penduduk asli dengan pendatang, ada pula pendatang
yang sudah lama menetap karena pekerjaan (perawat, polisi, TNI, Guru, PNS, dll),
selain itu ada pula pendatang yang karena ingin berdagang di Kei Besar. realitas yang
telah disebutkan diatas menjelaskan bahwa dalam konteks hidup masyarakat Kei
Besar terdapat ikatan hubungan sosial yang terbentuk antara masyarakat asli dan
pendatang. Ikatan tersebut dapat dilihat sebagai ikatan yang terbentuk oleh karena
adanya kontrak sosial. Kontrak sosial dalam konteks masyarakat adat Kei Besar
merupakan ikatan yang yang terbentuk antara masyarakat asli dengan pendatang yang
memiliki satu alasan yang kuat. Kontrak sosial tersebut dalam kultur ain ni ain dilihat
sebagai ikatan persaudaraan dan terwujud dalam kebersamaan dalam menjalani
hidup.
Ikatan persaudaraan yang terbentuk dalam hidup masyarakat Kei Besar tidak
hanya menjangkau masyarakat asli akan tetapi masyarakat pendatang dengan
budayanya. Dengan memberikan ruang serta membangun relasi dengan masyarakat
pendatang maka masyarakat Kei Besar sedang membentuk ikatan persaudaraan
dengan masyarakat pendatang serta membentuk persaudaraan yang rukun dalam
berelasi. Walaupun hidup dalam perbedaan budaya akan tetapi tidak dapat menutup
kesempatan untuk tetap hidup rukun. Dalam makna ini terbentuk pemahaman diri
110

masyarakat adat Kei Besar bahwa saudara anda adalah diri anda sendiri, jika terjadi
sesuatu pada mereka maka dengan kesadaran ikatan persaudaraan mereka yang
berada dalam situasi duka maupun suka akan ditolong. Hal ini juga digunakan dalam
menyelesaikan satu masalah yang terjadi. Masalah atau konflik dapat memecahbelah
ikatan persaudaraan yang telah dibentuk sejak dulu. Sehingga dalam menanggapi
masalah atau konflik maka makna ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan dipakai
sebagai pendorong kesadaran bahwa konflik bukanlah hal yang diinginkan oleh
semua masyarakat, melainkan rasa aman adalah hal yang diinginkan bersama. Jadi
ain ni ain sebagai ikatan persaudaraan dapat mendorong kesadaran diri masyarakat
Kei Besar agar tetap mempertahankan hidup yang bersatu jika diperhadapkan dengan
konflik serta ikatan persaudaran akan menghasil persaudaraan yang rukun walaupun
masyarakat memiliki perbedaan.
Ain ni ain sebagai kebersamaan dalam menjalani hidup menginterpretasikan cara
memahami diri masyarakat Kei Besar. Diri dalam kaitan dengan kultur bukanlah
sebagai suatu entitas yang berdiri sendiri dari hubungan dan konteks tempatnya
diinterpretasi akan tetapi diri diciptakan kembali dalam interaksi dan konteks, dan
hanya eksis di dalam dan melalui interaksi dan konteks. Memahami diri dalam
penjelasan ini disebut sebagai memahami diri yang bersifat kolektif maksudnya
adalah individu dapat dipahami dalam prilaku kolektif.6 Masyarakat Kei Besar hidup
dalam bingkai prilaku kolektif, segala sesuatu yang dilakukan menampilkan prilaku
kolektif masyarakat Kei Besar. Secara sosio-kultur, masyarakat Kei Besar hidup

6

Landrine dalam Mcleod, Pengantar Konseling, 278.

111

dalam satu kesadaran bahwa mereka tidak sendiri dalam menghadapi hidup. Mereka
meyakini bahwa kebersamaan dalam menjalani hidup merupakan kewajiban dalam
suatu ikatan persaudaraan. Dalam hal ini mereka akan selalu tolong-menolong dalam
situasi sukacita maupun dukacita. Kebersamaan dalam menjalani hidup dilakukan
berdasarkan makna dan nilai-nilai yang terkandung didalam kultur ain ni ain.
Tindakan tolong-menolong dalam makna kebersamaan menjalani hidup yang
termuat dalam ain ni ain memperlihatkan prilaku kolektif masyarakat adat Kei Besar.
Prilaku kolektif juga nampak pada saat terjadi konflik internal antardesa maksudnya
konflik internal antardesa yang terjadi di Kei Besar tidak dapat dilakukan oleh satu
individu akan tetapi dilakukan secara kolektif. Untuk itu pendekatan yang dilakukan
adalah pendekatan kolektif yang dilakukan oleh para tokoh adat, tokoh pemerintah,
serta tokoh agama. Para tokoh masyarakat ini akan bekerja sama untuk menangani
konflik yang terjadi. Bekerja sama dalam segala situasi merupakan ciri dari
kebersamaan dalam menjalani hidup. Jadi kebersamaan menjalani hidup menjelaskan
cara memahami diri masyarakat Kei Besar yakni mereka hidup dan dibentuk dalam
tindakan kolektif untuk itu dalam segala situasi mereka akan selalu bekerja sama dan
saling tolong menolong agar tetap mempertahankan ikatan persaudaraan yang rukun
dalam konteks hidup masyarakat adat Kei Besar.
B. AIN NI AIN SEBAGAI RESOLUSI KONFLIK INTERNAL ANTARDESA
DI KEI BESAR DALAM PERSPEKTIF KONSELING PERDAMAIAN
Perdamaian merupakan salah satu kebutuhan manusia agar dapat hidup dalam
suasana aman. Dalam membangun hidup yang aman maka manusia harus menjaga

112

hubungannya bersama dengan baik. Apabila relasi tersebut terganggu maka dapat
mempengaruhi cara berpikir dan bertindak dari satu individu, itu sebabnya konflik
dapat terjadi serta mengganggu relasi sosial masyarakat. Untuk mengatasi konflik
maka diperlukan tindakan serta cara berpikir yang akan digunakan dalam mengatasi
konflik yang terjadi serta menghadirkan perdamaian. Berkaitan dengan menghadirkan
perdamaian, konseling dalam praktiknya merupakan proses yang akan menghadirkan
relasi atau hubungan yang harmonis sehingga orang dapat dimungkinkan dapat
mengalami perdamaian dan kebahagiaan.7 Proses konseling berlangsung dalam dunia
klien. dunia klien yang dimaksudkan adalah konteks kultur yang dimiliki klien.
Kultur yang dimiliki klien memiliki makna yang dapat ditemukan didalam nilai-nilai,
norma-norma, tradisi-tradisi, dan lain-lain sehinggga pola makna dari kultur klien
dapat digunakan dalam proses konseling agar dapat menghadirkan perdamaian yang
diinginkan klien. Dengan demikian diperlukan kepakaan dalam memahami kultur
klien agar dapat menghadirkan perdamaian.
Kultur sangat berperan penting dalam mengatasi konflik internal yang terjadi
dalam realitas hidup masyarakat Kei Besar. Ain ni ain sebagai falsafah hidup
masyarakat Kei Besar memiliki makna, nilai-nilai, serta fungsi yang dapat digunakan
sebagai instrumen agar dapat mengatasi konflik serta menghadirkan perdamaian. Pola
makna dari kultur ain ni ain memiliki kerangka kerja rekonsiliasi yang dipakai oleh
tokoh adat agar dapat mendamaikan pihak yang berkonflik. Langkah kerja
rekonsiliasi ain ni ain yang dipakai memerlukan perspektif konseling didalamnya.
Perspekrif konseling diperlukan agar dapat mempromosikan penyembuhan dan
7

J. D. Engel, Konseling suatu Fungsi Pastoral, (Salatiga: Tisara Grafika, 2007), 1.

113

membangun perdamaian dalam wilayah konflik atau antara pihak yang berkonflik.
Konseling perdamaian merupakan perspektif yang dipakai dan akan dikaitkan dengan
kultur ain ni ain. Konseling perdamaian merupakan konseling yang bekerja untuk
mempromosikan penyembuhan dan membangun perdamaian di wilayah yang
terganggu oleh perang. Konseling perdamaian hadir untuk mengatasi konsekuensi
dari perang yang terjadi yakni hilangnya nyawa, kurangnya kebutuhan dasar,
kehilangan dukungan, gangguan sosial, gangguan edukasi, kekerasan fisik, trauma,
tekanan emosional, dll.8 Berdasarkan pemahaman terhadap pola makna ain ni ain
serta pemahaman mengenai konseling perdamaian maka dapat disimpulkan bahwa
kedua pemahaman ini memiliki sasaran yang sama yakni menghadirkan perdamaian.
Kedua pemahaman ini dalam proses mengerjakannya tidak dapat dilihat sebagai dua
perspektif yang berdiri sendiri akan tetapi kedua persepktif ini dikerjakan secara
bersamaan, yakni pada saat langkah kerja rekonsiliasi ain ni ain dilakukan maka pada
saat yang sama konseling perdamaian dikerjakan.
Konseling perdamaian yang digunakan dalam konteks masyarakat adat Kei Besar
merupakan konseling yang bekerja untuk mengatasi konflik internal antar desa yang
terjadi di Kei Besar. Konflik internal antar desa dalam konteks hidup masyarakat Kei
Besar merupakan bagian dari konflik komunal. Konflik komunal dalam konteks
masyarakat Kei Besar dipahami sebagai konflik antar kelompok yang ada dalam
masyarakat. Untuk itu konseling perdamaian dalam konteks masyarakat Kei Besar

8

Jeannie R. Annan, dkk, “ Counseling For Peace In The Midst Of War: Counselors From
Northern Uganda Share Their Views”, International Journal for the Advancement of Counselling, Vol.
25, No. 4, December 2003, 235.

114

dapat digunakan untuk mengatasi konflik komunal. Pendekatan konseling
perdamaian bersifat komunal sekaligus dapat menyentuh individu.
Ain ni ain sebagai kultur yang digunakan dalam menangani konflik dan
menghadirkan perdamaian memiliki beberapa fungsi yang dapat digunakan sebagai
instrumen penyelesaian konflik internal di Kei Besar sekaligus menghadirkan
perdamaian. Fungsi-fungsi tersebut digunakan agar dapat mengatasi masalah-masalah
yang muncul pada saat terjadi konflik internal. Fungsi ain ni ain dalam mengatasi
konflik ditemukan dalam nilai-nilai yang termuat dalam ain ni ain, dalam hal ini
kelima nilai yang ditemukan dalam ain ni ain menjabarkan beberapa fungsi-fungsi
yang dipakai untuk menghadirkan perdamaian. Beberapa fungsi ain ni ain yang
ditemukan sesuai dengan fungsi konseling perdamaian. Fungsi konseling perdamaian
antara lain memberikan keterampilan hidup yang diperlukan yaitu keterampilan untuk
menghasilkan pendapat dan kemampuan komunikasi, memulihkan hubungan,
mendorong tanggung jawab, dan menghadirkan toleransi diantara anggota
masyarakat.9 Penekanan fungsi ain ni ain dan konseling perdamaian pada
kesembuhan individu dan dukungan komunitas. Maksudnya adalah Individu atau
kelompok yang berkonflik diberdayakan secara sadar untuk mengambil keputusan,
bukan untuk bereaksi dan melanjutkan siklus kekerasan yang mereka lakukan. Dalam
pemahaman diatas mengenai ain ni ain (makna, nilai, dan fungsi) serta konseling
perdamaian dikembangkan untuk mengembangkan sebuah prosedur konseling
perdamaian berbasis budaya

yang memungkinkan orang berkonflik dapat

9

Jeannie R. Annan, dkk, “ Counseling For Peace In The Midst Of War: Counselors From
Northern Uganda Share Their Views”, International Journal for the Advancement of Counselling, Vol.
25, No. 4, December 2003, 239.

115

menyelesaikan masalah-masalah psikologis yang dialami dan masalah-masalah yang
menjadi sumber penyebab konflik.
Fungsi Ain Ni Ain sebagai Konseling Perdamaian
Berdasarkan pemahaman terhadap pola makna ain ni ain dan konseling
perdamaian maka ada beberapa hal yang dapat digunakan sebagai fungsi konseling
perdamaian ain ni ain dalam mengatasi konflik serta menghadirkan perdamaian,
yaitu:
1.

Penyelesaian konflik dan Memberi Rasa Aman
Konflik internal yang terjadi di dalam realitas hidup mayarakat Kei Besar

mengakibatkan hilangnya kesadaran untuk hidup dalam suasana damai. Hilangnya
kesadaran berdamaian dapat berdampak buruk terhadap kehidupan individu maupun
kelompok. masyarakat dapat saling membenci bahkan membunuh akhirnya tindakan
ini berujung pada perpecahan dalam hidup masyarakat adat Kei Besar. Perpecahan
yang terjadi sebagai akibat dari konflik internal dapat menghancurkan keseimbangan
hidup yang dimiliki masyarakat adat Kei Besar. Diperlukan kepekaan terhadap
realitas ini maka diperlukan langkah-langkah kerja yang dapat digunakan untuk
menangani konflik yang terjadi. Pola makna dan nilai yang termuat dalam ain ni ain
dapat digunakan untuk dapat menangani konflik internal yang terjadi. Ain ni ain
berfungsi sebagai penyelesaian konflik internal dalam realitas masyarakat Kei Besar
merupakan langkah-langkah logis yang digunakan untuk mengatasi konflik yang
terjadi. langkah-langkah penyelesaian konflik ini dimulai dengan prakarsa damai

116

yakni inisiatif untuk menghadirkan perdamaian. langkah awal ini dilakukan oleh
tokoh adat sebagai pemmbawa inisiatif berdamai. Langkah ini difungsikan agar dapat
meredakan konflik yang sedang terjadi. Fungsi ain ni ain untuk menyelesaikan
konflik dengan langkah prakarsa damai dilakukan oleh tokoh adat dalam rangka
mempersiapkan langkah selanjutnya yang akan dipakai dalam proses penyelesaian
konflik.
Fungsi kedua yang digunakan dalam mengatasi masalah perpecahan adalah
memberikan rasa aman. Fungsi ini menjadi penting dalam membangun situasi damai.
Memberikan rasa aman dalam situasi konflik merupakan tindakan pemisahan pihak
yang berkonflik yang dilakukan melalui intervensi militer (TNI dan Kepolisian).
Pemisahan pihak yang berkonflik dapat memberikan rasa aman bagi tokoh adat agar
dapat melakukan fungsinya dalam mengatasi konflik. Selain itu pemisahan pihak
yang berkonflik dapat memberikan rasa kepada masyarakat lain yang sedang merasa
panik, takut, resah, dll terhadap konflik yang terjadi. untuk itu fungsi memberikan
rasa aman melalui intervensi militer dapat memberikan peluang bagi tokoh adat agar
dapat melakukan tanggungjawabnya dalam rangka mendamaikan pihak yang
berkonflik.
Kedua fungsi ini dilakukan oleh tokoh adat (wisbad) sebagai representatif
masyarakat. Didalam fungsi ini sesungguhnya tokoh adat sedang melakukan tugasnya
untuk mendampingi pihak yang sedang berkonflik sekaligus masyarakat secara
keseluruhan.

Tokoh Wisbad (tokoh adat) akan menjalankan tugasnya yakni

mendampingi pihak yang berkonflik bersama dengan tokoh agama serta tokoh
117

pemerintah dalam hal ini aparat keamanan (Kepolisian dan TNI). Fungsi ini
digunakan agar dapat membangun kembali hubungan yang harmonis dalam
masyarakat. Maksudnya adalah masyarakat adat Kei Besar menjadi lebih mampu
membentuk dan mempertahankan hubungan yang bermakna. Kedua fungsi ini akan
mengarahkan masyarakat Kei Besar agar dapat hidup sesuai dengan nilai-nilai yang
termuat di dalam ain ni ain. Nilai yang dipakai oleh tokoh adat dalam penggunaan
fungsi ini adalah nilai it fa dukung did vavean (nilai persatuan dan kesatuan) artinya
hidup harus tetap ada dalam satu kesatuan bukan perpecahan. Pemahaman ini
diberikan kepada pihak yang berkonflik maupun pada masyarakat secara keseluruhan
agar dapat memiliki pemahaman bahwa mereka ada dalam satu kesatuan. Fungsi ini
mengarahkan pemikiran dan tindakan masyarakat Kei Besar bahwa ain ni ain
mengajarkan mereka agar hidup dalam kesatuan bukan hidup dalam konflik dan
perpecahan.
2.

Keinganan Berdamai
Ain ni ain berfungsi sebagai keinginan berdamai merupakan kesadaran yang

mendorong masyarakat Kei Besar agar dapat menemukan kedamaian dalam situasi
konflik yang dihadapi. Fungsi ini dikerjakan dalam kerangka pikir ain ni ain sebagai
kultur yang sangat berperan penting dalam membentuk kesadaran berdamai dalam
diri individu maupun kelompok. Dalam hal ini fungsi keinginan berdamai akan
digunakan oleh tokoh adat agar dapat mengbentuk kesadaran damai dalam tindakan
dan pikiran masyarakat Kei Besar yang sedang berkonflik. Membentuk kesadaran
berdamaian dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman dan pendapat yang
118

dapat merubah pola pikir masyarakat yang berkonflik yakni dengan menyadarkan
mereka bahwa dalam mengatasi satu permasalahan bukan dengan konflik. Sebab
konflik hanya akan membawa dampak negatif bagi kelangsungan hidup masyarakat
Kei Besar. Selain itu ain ni ain dapat memberikan pemahaman bahwa masyarakat Kei
Besar yang sedang berkonflik seharusnya menyadari bahwa tindakan itu hanya dapat
menyakiti saudara mereka sendiri sebab ain ni ain adalah ikatan persaudaraan yang
erat.
Fungsi keinginan berdamai dapat mengarahkan pemikiran masyarakat Kei Besar
kepada potensi atau kekuatan yang dimiliki sekaligus mengarahkan pemahaman
mereka terhadap kelemahan yang harus diatasi secara bersama. Agar dapat
mengarahkan pemahaman masyarakat maka diakan pertemuan tokoh adat, dalam
pertemuan ini mereka akan membahas konflik yang terjadi serta cara atau solusi yang
akan digunakan untuk menangani konflik tersebut. Pertemuan tokoh adat yang
dilakukan untuk mengatasi masalah permusuhan yang terjadi sebagai akibat konflik
internal. pertemuan tokoh adat untuk membahas konflik yang terjadi merupakan
wujud tanggungjawab para tokoh adat agar dapat memulihkan kemabali kehidupan
masyarakat Kei Besar. Dalam fungsi ini tokoh adat sedang melakukan eksplorasi
konflik yang terwujud dalam eksplorasi pikiran terhadap masalah yang terjadi.
Eksplorasi pikiran merupakan tindakah menggali ide-ide serta pendapat yang akan
digunakan untuk mengatasi konlik yang terjadi yang dilakukan oleh tokoh adat. selain
itu eksplorasi pikiran juga berupa pengambilan solusi berdasarkan pendapat yang
diberikan.

119

Para tokoh adat adalah representatif dari masyarakat adat Kei Besar untuk itu
kepada mereka diberikan tanggung jawab penuh oleh adat agar dapat menghadirkan
perdamaian dalam konteks hidup masyarakat Kei Besar. Untuk itu mereka akan
bertindak sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada mereka. Dalam hal
ini mereka harus bersikap adil dalam menangani konflik yang terjadi. Dalam fungsi
keinginan berdamai diperlukan nilai it var sak memad maren yelim. Nilai ini menjadi
pijakan bersama para tokoh adat dan masyarakat agar dapat mengetahui potensi atau
kekuatan serta kelemahan yang dimiliki sehingga mereka dapat memiliki kesadaran
atau keinginan untuk berdamai.
3.

Kontrol sosial
Ain ni ain berfungsi sebagai instrument kontrol sosial masyarakat adat Kei Besar.

Fungsi ini menjelaskan proses membimbing kelompok masyarakat sekaligus
individu. Masyarakat adat Kei Besar diarahkan agar dapat membuat pilihan moralnya
yakni masyarakat yang sedang berkonflik diberikan kesempatan agar dapat
mengambil keputusan yang benar dalam mengatasi konflik. Pihak yang berkonflik
dibimbing agar dapat memecahkan masalah yang terjadi sebab bagi tokoh adat
sebagai orang yang bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di tanah adat
Kei Besar, pihak yang berkonflik perlu dibimbing oleh karena mereka tidak dapat
memecahkan masalah mereka sendiri. Tokoh adat akan mendatangi pihak yang
berkonflik agar dapat mengetahui inti permasalahan dan setelah itu akan mencari
solusi terbaik dalam mengatasi konflik. Selain itu tokoh adat akan memberikan
pendapat serta pemahaman yang baik kepada pihak yang berkonflik sebab dengan
120

memberikan pemahaman yang baik maka secara langsung tokoh adat sedang
melakukan fungsi kontrol sosial terhadap pihak yang berkonflik.
Ain ni ain akan menolong tokoh adat dalam proses membimbing untuk dapat
menentukan keputusan yang benar oleh pihak yang berkonflik. Dalam pemahaman ini
pihak yang berkonflik diberikan kemampuan agar dapat memahami dan mengontrol
tingkah laku yakni berkaitan dengan mengontrol atau mengendalikan kemarahan.
Fungsi kontrol sosial ini bukan hanya berlaku bagi pihak yang berkonflik akan tetapi
dilakukan juga kepada masyarakat secara keseluruhan. Masyarakat akan diberikan
pendampingan dan pemikiran positif agar tidak terprovokasi dengan perkataan atau
tindakan yang dapat menimbulkan konflik. Tindakan mengontrol masyarakat akan
terus dilakukan oleh tokoh adat hingga tercapai kestabilan hidup dalam setiap relasi
sosial masyarakat Kei Besar.
Kontrol sosial Ain ni ain dalam kehidupan masyarakat Kei Besar dilakukan
berdasarkan sikap solidaritas. Sikap solidaritas yang termuat dalam ain ni ain dapat
mempertahankan makna yang termuat dalam Larvul Ngabal sebab didalamnya
mengandung kekuatan yang membawa kebahagiaan bagi kelangsungan hidup
masyarakat Kei Besar. Memiliki sikap solidaritas berarti memiliki sikap kepedulian
terhadap orang lain. Sikap solidaritas atau kepedulian mendorong masyarakat adat
Kei Besar agar dapat menangani konflik internal yang terjadi, sikap solidaritas dapat
dimulai dengan mengetahui akar permasalahan atau penyebab konflik.

121

Tokoh adat akan selalu berupaya dengan sabar agar dapat menemukan akar
pemasalahan atau penyebab konflik internal yang terjadi serta dapat menemukan
solusi yang tepat agar dapat mengatasi masalah yang terjadi. Dalam proses
menemukan solusi, tokoh adat tetap dapat bekerja untuk dapat mengumpulkan
pemikiran-pemikiran yang positif dari masyarakat yang lain atau bahkan pemerintah
dan tokoh agama sehingga pemikiran positif dapat dipertimbangkan oleh tokoh adat,
kemudian pemikiran tersebut akan disampaikan kepada pihak yang berkonflik agar
dapat menentukan sikapnya dalam menghadapi konflik internal yang terjadi. Proses
ini dilakukan dalam jangka waktu yang panjang oleh karena pihak yang berkonflik
diberikan ruang serta pemilihan waktu yang tepat agar dapat bertemu dengan pihak
yang berkonflik. Melalui penjelasan di atas tentang fungsi memiliki sikap solidaritas
dalam ain ni ain maka dapat disimpulkan bahwa memiliki sikap solidaritas dalam ain
ni ain merupakan sikap kepedulian terhadap masyarakat yang sedang berkonflik
maupun masyarakat yang lain agar dapat mewujudkan perdamaian.
Langkah yang dipakai dalam fungsi ini adalah mengetahui penyebab konflik.
Langkah ini akan dilakukan oleh tokoh adat yakni dengan mendatangi dan berbicara
dengan pihak yang sedang berkonflik. Dalam langkah ini tokoh adat sedang
melakukan fungsi sikap solidaritasnya yakni dengan menunjukan kepeduliannya
terhadap pihak yang berkonflik agar dapat mengetahui penyebab konflik. Dalam hal
ini tokoh adat sedang menunjukan sikap empatinya kepada pihak yang berkonflik.
Sikap empati dapat dilakukan dengan cara meyakinkan pihak yang berkonflik bahwa
kehadiran mereka bukan untuk menghakimi akan tetapi untuk menolong mereka agar

122

dapat menyelesaikan konflik yang terjadi. Dalam proses ini tokoh adat sedang
membangun rasa percaya masyarakat kepada tokoh adat. Sebab tokoh adat sedang
melalukan tugasnya agar tetap memelihara ain ni ain serta melakukan nilai-nilai yang
termuat didalamnya. Kepercayaan yang diberikan masyarakat akan menjadi kekuatan
sekaligus peluang bagi tokoh adat agar dapat menyelesaikan konflik yang terjadi.
Fungsi kontrol dalam ain ni ain dalam sikap solidaritas didasarkan pada nilai did
fangnanan aen hob aen. Nilai ini mengajarkan masyarakat Kei Besar agar tetap saling
menyayangi, saling peduli, dan saling tolong dalam menjalani hidup. Nilai ini
mendorong tokoh adat sebagai representatif masyarakat untuk melakukan
pendampingan kepada anggota masyarakat yang sedang berada dalam masalah
perpecahan, permusuhan, serta ketidakpedulian agar dapat mengalami pemulihan
serta dapat saling berdamai.
4.

Membangun komunikasi
Fungsi membangun komunikasi dalam ain ni ain merupakan cara berinteraksi

masyarakat Kei Besar dalam menghadapi berbagai masalah dengan tujuan yang
diharapkan. Fungsi ini berlangsung dalam segala situasi yang dihadapi oleh
masyarakat

Kei

Besar.

Membangun

komunikasi

dilakukan

agar

dapat

mempertahankan kehidupan masyarakat Kei Besar yang rukun dan harmonis. Selain
itu fungsi ini digunakan pada saat terjadi konflik, maksudnya ada usaha dari tokoh
adat agar dapat membangun komunikasi dengan pihak yang berkonflik, masyarakat
lain, pemerintah, dan tokoh agama. Komunikasi juga dibangun antara masyarakat
dengan para leluhurnya serta Tuhan yang disembah (Duad).

123

Fungsi membangun komunikasi pada saat terjadi konflik dapat mengarahkan
sikap masyarakat Kei Besar kedalam pemulihan relasi yang rusak. Dalam hal ini
fungsi membangun komunikasi digunakan untuk mengatasi masalah rusaknya
hubungan sosial yang terjadi akibat konflik internal yang terjadi. Dalam hal ini
konflik internal dipahami sebagai tindakan yang dapat menghilangkan keutuhan
hidup atau situasi damai yang diinginkan bersama. Konflik internal telah merusak
hubungan yang dibentuk oleh ain ni ain. Selain itu konflik dapat merusak kekuatan
dari landasan ain ni ain yakni Larvul Ngabal. Konflik dapat merusak semua
hubungan antara aspek-aspek kehidupan yakni hubungan individu dengan individu
menjadi rusak, hubungan individu dengan kelompok menjadi rusak, hubungan
kelompok dengan kelompok menjadi rusak, serta hubungan antara leluhur dan atau
Duad juga menjadi rusak.
Dalam menghadapi masalah rusaknya hubungan, tokoh adat sebagai tokoh
yang berperan aktif dalam proses ini akan berupaya keras dalam mengatasi rusaknya
hubungan sosial sehingga dapat menwujudkan pemulihan relasi tersebut. Tokoh adat
akan kembali memberikan pemahaman bahwa konflik merupakan tindakan merusak
keutuhan masyarakat Kei Besar. Ain ni ain menjadi solusi yang dipakai agar dapat
mengutuhkan kembali relasi yang rusak akibat konflik. Tokoh adat akan berusaha
menyadarkan masyarakat Kei Besar sehingga mereka dapat mengontrol kehidupan
dengan tetap memelihara relasi sosial yang terbentuk sejak dulu. Sehubungan dengan
fungsi ini maka penting untuk dipahami bahwa upaya memberikan kesadaran maka
upaya yang dilakukan adalah dengan membangun komunikasi dengan pihak yang
berkonflik agar dapat mendorong mereka untuk memperbaiki hubungan mereka.
124

Tokoh adat juga menjalin kumunikasi dengan masyarakat lain, tokoh pemerintah, dan
tokoh agama agar dapat menemukan pemikiran yang positif dalam mengatasi konflik
yang terjadi.
Langkah terakhir yang dipakai adalah sidang adat, merupakan langkah yang
digunakan agar dapat menyelesaikan konflik yang terjadi. Langkah ini dapat
dilakukan setelah beberapa langkah yang lain dikerjakan. Dalam langkah ini pihak
yang berkonflik akan saling bertemu dan berbicara dan saling mengakui kesalahan
serta dapat berdamai kembali. Langkah ini melalui fungsi membangun komunikasi
mendorong masyarakat agar dapat menyelesaikan konflik yang terjadi serta
mewujudkan perdamaian sebagai tujuan bersama. Setelah kedua belah pihak
berdamai maka proses yang terakhir pun akan dilakukan yakni pengambilan sumpah
adat dihadapan para leluhur serta dihadapan Duad. Bagian ini menjadi penting sebab
pengambilan sumpah adat maka masyarakat yang berkonflik maupun masyarakat
yang lain berjanji atau berkomitmen tidak akan melakukan tindakan merusak atau
konflik dan akan selalu menghadirkan situasi damai. Dengan menghadirkan situasi
damai maka sesungguhnya masyarakat Kei Besar sedang memberikan rasa hormatnya
terhadap Duad dan para leluhur yang telah memberikan dan membentuk adat-istiadat
yang mendatangkan kebaikan dalam setiap aspek hidup masyarakat Kei Besar. Nilai
yang menjadi dasar dalam langkah dan fungsi ini adalah nilai tavlur nit it sob duad
yang berarti penghormatan kepada para leluhur dan Tuhan yang disembah.
Penghormatan yang dilakukan adalah dengan menjaga perdamaian yang telah
terwujud dan memelihara relasi sosial dalam hidup bermasyarakat.

125

5.

Menjalin Kerjasama dan Perdamaian
Fungsi menjalin kerjasama dalam ain ni ain merupakan perilaku masyarakat

yang diwujudkan dalam tindakan saling tolong-menolong dan gotong-royong dalam
menyelesaikan satu masalah. Menjalin kerjasama dalam ain ni ain dilakukan dalam
kesadaran bahwa dalam menyelesaikan atau mengatasi satu masalah mereka tidak
dapat bekerja sendiri akan tetapi bekerja secara bersama dengan menggunakan segala
kemampuan untuk menyelesaikan atau mengatasi satu masalah. Dalam fungsi ini
masyarakat Kei Besar sedang memperlihatkan realitas hidup bahwa manusia adalah
makhluk sosial artinya satu individu tadak dapat hidup sendiri akan tetapi hidup
bersama dengan orang lain dalam satu lingkungan.
Langkah yang dipakai dalam menjalin kerjasama dalam konteks masyarakat Kei
Besar yakni penyatuan pihak yang berkonflik. Dalam langkah ini masyarkat yang
berkonflik dipersatukan dan memiliki komitmen yang sama yakni menjaga kestabilan
hidup dan dapat menghindari faktor penyebab yang dapat menghadirkan konflik.
Untuk itu diperlukan kerjasama yang terbentuk antara kedua pihak serta seluruh
masyarakat agar tetap mempertahankan kestabilan dan kesatuan hidup.
Fungsi perdamaian ain ni ain merupakan

fungsi pusat sebab fungsi ini

merupakan tujuan utama dalam konseling perdamaian berbasis budaya. Dalam fungsi
perdamaian, masyarakat mengalami pemulihan dalam segala aspek hidup yakni fisik,
mental, sosial, dan juga spiritual. Untuk itu masyarakat yang telah mengalami
pemulihan hidup dapat membantu individu atau kelompok membuat perubahan kecil

126

terhadap prilaku merusak, yakni dengan mengispirasi diri mereka agar dapat memiliki
kepedulian terhadap orang lain serta dapat membangun kerja sama dalam setiap
situasi. Fungsi menghadirkan perdamaian mendorong masyarakat agar dapat
memberdayaan diri. Pemberdayaan diri mengarah pada pembentukan inisiatif dari
diri agar dapat merubah dan memperbaiki situasi yang sedang terjadi. Fungsi ini
dapat terwujud jika masyarakat yakni kelompok maupun individu berpartisipasi
didalam tindakan pemberdayaan diri.
Kedua fungsi ini dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap nilai wusin
aliman koit tabab merupakan nilai ain ni ain yang mendorong masyarakat agar tetap
menjaga keseimbangan hidup dalam berelasi. Keseimbangan hidup dalam situasi
kedamaian yang terlahir dari ain ni ain bermuara pada integritas sosial serta
kesadaran sosial. Maksudnya masyarakat Kei Besar hidup dalam satu kesatuan serta
bertanggungjawab untuk menghadirkan perdamaian dalam hidup bermasyarakat.
Langkah-Langkah Rekonsiliasi Ain Ni Ain
Konflik merupakan realitas yang harus dihadapi serta diatasi dengan
menggunakan berbagai cara. Dalam realitas kehidupan masyarakat adat Kei Besar
konflik memang tak dapat dihindari oleh karena masyarakat Kei Besar memiliki pola
hubungan yang unik yakni masyarakat Kei Besar memiliki dinamika hidup. Mereka
harus berhadapan dengan konflik akan tetapi mereka juga harus berusaha mencari
solusi serta menyelesaikan konflik yang terjadi. Konflik 1999 menjadi bukti bahwa
masyarakat Kei secara keseluruhan dapat menyelesaikan konflik tersebut dengan

127

damai. Konflik 1999 memperlihatkan realitas bahwa perdamaian masih didapatkan
jika ada usaha kreatif dari semua pihak atau tokoh masyarakat. Untuk menghadirkan
perdamaian maka masyarakat melalui tokoh masyarakat yang disebut tiga batu
tungku secara kreatif mengubah konflik yang terjadi. Maksudnya tokoh masyarakat
menghadirkan perdamaian dengan cara melakukan kerja rekonsiliasi yang akhirnya
mengubah kekerasan yang terjadi selama konflik menjadi perdamaian. Kerja
rekonsiliasi yang dikerjakan oleh para tokoh masyarakat untuk menghadirkan
perdamaian tanpa kekerasan tetapi dengan melakukan pendekatan terhadap seluruh
masyarakat Kei, serta menemukan pemikiran-pemikiran baik mengenai konflik.
Pemikiran baik tersebut berguna untuk menghadirkan perdamaian. penjelasan ini
sejajar dengan pemikiran Galtung mengenai perdamaian. Galtung mengartikan
perdamaian dalam dua defenisi yakni pertama, perdamaian adalah tidak adanya atau
pengurangan kekerasan dalam bentuk apapun. Kedua, perdamaian merupakan tanpa
kekerasan dan secara kreatif mentransformasi konflik. Kedua definisi ini berlaku
kerja perdamaian yakni bekerja untuk mengurangi kekerasan dengan cara damai serta
studi perdamaian untuk kondisi kerja perdamaian.10
Kedua defenisi tentang perdamaian nampak dalam konteks masyarakat Kei
pada saat terjadi konflik 1999. Definisi pertama berorientasi pada kekerasan dimana
perdamaian menjadi negasinya. Sedangkan definisi kedua berorientasi pada konflik
dimana perdamaian merupakan konteks konflik yang terungkap tanpa kekerasan dan
kreatif. Untuk mengetahui tentang perdamaian kita harus tahu tentang konflik dan
10

Johan Galtung, Peace by Peaceful Means: Peace and Conflict, Development, and
Civilization (London and New Dehli: Sage Publication,1996), 9

128

bagaimana konflik bisa diubah, baik tanpa kekerasan dan diubah secara kreatif.11
Dengan demikian masyarakat Kei melalui kerja tokoh masyarakat perdamaian dapat
diwujudkan. Perdamaian yang terjadi oleh karena tidak adanya kekerasan dalam
segala bentuk maupun konflik yang berlangsung dengan cara yang konstruktif.
Perdamaian ada di dalam interaksi masyarakat Kei tanpa kekerasan serta dapat
mengelola konflik mereka (konflik 1999) secara positif.
Kerangka kerja rekonsiliasi bertujuan untuk menghadirkan perdamaian dan
menghilangkan sikap destruktif masyarakat Kei Besar dalam konflik. Kerangka kerja
yang terbangun menghadirkan sikap saling menghargai, menyingkirkan perasaan
sakit hati, dendam, antara pihak yang berkonflik. Proses rekonsiliasi yang diusahakan
oleh pihak penengah bukan terjadi dalam waktu yang relatif singkat akan tetapi dalam
jangka waktu yang diperlukan hingga konflik yang terjadi benar-benar terselesaikan.
Konteks ini sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Galtung mengenai
rekonsiliasi, yaitu bentuk akomodasi dari pihak yang bertikai untuk saling
menghargai dan tidak saling membenci terhadap pihak lawan. Pemahaman ini
menyatakan bahwa rekonsiliasi sebagai bagian dari resolusi konflik merupakan
tahapan perdamaian yang akan memakan waktu yang cukup panjang untuk
menyelesaikan konflik yang terjadi. Sebab rekonsiliasi merupakan proses mengejar
suatu perdamaian dengan menyelesaikan akar permasalahan dan mengampuni, serta
dapat memperoleh kondisi yang rukun (kembali rukun).12 Proses rekonsiliasi yang
ditemukan dalam konteks masyarakat Kei Besar merupakan bentuk akomodasi dari
11
12

Johan Galtung, Peace by Peace Means…, 9.
Johan Galtung, Rekonsiliasi Konflik, ( Jakarta: Pustaka Jaya, 1994), 67.

129

pihak yang berkonflik bersama dengan pihak penengah yakni tokoh adat Di Kei
Besar (sesuai dengan pembagian wilayah adat) yang dikerjakan bersama dengan
pihak pemerintah termasuk pihak militer (Kepolisian dan TNI) serta tokoh agama.
Proses rekonsiliasi yang dilakukan oleh tokoh adat bersama dengan tokoh
agama dan tokoh pemerintah dilaksanakan dalam tujuh langkah kerja yakni a)
prakarsa damai; b) pemisahan pihak berkonflik; c) eksplorasi konflik: pelaksanaan
rapat oleh wisbad; d) solidaritas sosial: mengetahui penyebab konflik; e) komitmen
sosial: sidang adat; f) integritas sosial; g) kesadaran sosial. Setiap langkah kerja
rekonsiliasi dikerjakan dan diselesaikan membutuhkan waktu yang relatif panjang,
sebab langkah rekonsiliasi bukan pekerjaan yang mudah akan tetapi membutuhkan
waktu dan kerjasama yang baik dari semua pihak (pemerintah daerah, pemerintah
adat, serta tokoh agama). Dalam langkah kerja rekonsilasi yang dipakai untuk
menghadirkan perdamaian ditemukan bahwa tokoh masyarakat lebih dulu
menghadirkan perdamaian negatif. Setelah perdamaian negatif dikerjakan maka
selanjutnya tokoh masyarakat akan menghadirikan perdamaian positif.
Langkah kerja rekonsiliasi yang disebutkan diatas dapat dijelaskan sebagai
berikut: langkah kedua, yakni pemisahan pihak berkonflik merupakan proses yang
disebut sebagai perdamaian negatif yakni sebagai tidak adanya kekerasan atau tidak
adanya perang.13 Perdamaian negatif memerlukan kontrol pemerintah terhadap
konflik yang terjadi yakni dengan melakukan pengamanan dan perlindungan oleh
13

Temesgen Tilahun, “Johan Galtung’s Concept of Positive and Negative Peace in the
Contemporary Ethiopia: an Appraisal,” International Journal of Political Sciences and Development.
Vol 3 No 6, ISSN: 2360-784X (2015): 251.

130

aparat keamanan di wilayah-wilayah perbatasan konflik.14 Pemisahan ini kemudian
memberikan kesempatan kepada tokoh adat agar dapat melakukan tugas atau langkah
kerja ketiga dan keempat yakni melaksanakan rapat dikalangan wisbad serta mencari
penyebab konflik. Proses ini biasanya dilakukan setiap kali terjadi konflik di Kei
Besar. Selanjutnya langkah kelima, keenam, dan ketujuh merupakan langkah yang
bertujuan untuk menghadirkan perdamaian positif sebab dalam langkah ini masyarkat
yang berkonflik dipertemukan dalam satu ruang yang sama. Dalam langkah ini terjadi
interaksi mendalam warga yang masyarakat agar dapat menghadirkan perdamaian
atau integrasi sosial.15
Ketujuh langkah yang dilakukan untuk menghadirkan perdamaian dapat
diklasifikasi dalam tiga pendekatan yang dikemukakan oleh Galtung. Dalam proses
rekonsliasi yang dilakukan masyarakat Kei Besar memperlihat proses peacekeeping,
peacemaking, dan peacebuilding.
Peacekeeping dapat ditemukan dalam langkah kedua sebab langkah ini
memperlihatkan proses penjagaan pihak yang berkonflik lewat intervensi militer.16 Di
mana terdapat penjagaan ketat oleh aparat keamanan di setiap wilayah yang sedang
berkonflik. Intervensi militer menjalankan peran sebagai penjaga perdamaian yang
netral untuk itu kedua pihak yang berkonflik dijaga dan diawasi tanpa melakukan
kekerasan terhadap masyarakat, akan tetapi melakukan tindakan peringatan agar
mereka jangan melewati batas yang sudah ditentukan oleh aparat militer (kepolisian
14

Galtung dalam Izak Lattu, Planting the Seed of Peace, 190-191.
Galtung dalam Izak Lattu, Planting the Seed of Peace, 191.
16
Johan Galtung, Peace, war and defense: essays in peace research; Vol. 2, (Ejlers:
Copenhagen, 1976), 282.
15

131

dan TNI). Walaupun peacekeeping menghadirkan perdamaian negatif akan tetapi
peacekeeping memberikan peluang bagi pihak penengah agar dapat melakukan tugas
yakni menemui pihak yang berkonflik serta menemukan penyebab konflik.
Proses dalam langkah satu, tiga, empat, dan lima memperlihatkan pendekatan
peacemaking merupakan proses mempertemukan atau merekonsiliasi pihak yang
berkonflik melalui mediasi, negosiasi, dan arbitrasi pimpinan.17 Arbitrasi pada level
elit atau pimpinan yakni para tokoh adat akan saling bertemu, membahas konflik
yang terjadi, bagaimana cara mendamaikan pihak yang berkonflik, mencari pemikiran
ain ni ain dalam mas

Dokumen yang terkait

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Identitas Budaya sebagai Instrumen Pembangunan Daerah T2 092013011 BAB IV

0 0 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pela Gandong sebagai Konseling Orang Basudara dan Agen Perdamaian Konflik Islam-Kristen di Ambon T2 752012008 BAB IV

0 0 22

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Mambere Namalum untuk Pemenuhan Kebutuhan Lanjut Usia sebagai Pendampingan dan Konseling Pastoral Berbasis Budaya T2 752015014 BAB IV

0 1 38

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Semar untuk Persamaan Hak Kaum LGBT sebagai Pendekatan Konseling Masyarakat T2 752015028 BAB IV

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ino Fo Makati Nyinga sebagai Konseling Social Justice T2 752015006 BAB IV

0 0 31

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya

1 1 13

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB VI

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB V

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB II

0 0 29

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ain Ni Ain sebagai Pendekatan Konseling Perdamaian Berbasis Budaya T2 752015029 BAB I

0 2 13