Hubungan Antara Merokok Dengan Terjadinya Kanker Paru di Departemen Pulmonologi FKUSU RSUP H.Adam Malik MedanTahun 2014

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang mempunyai tingkat
insidensi yang tinggi di dunia, sebanyak 17% insidensi terjadi pada pria (peringkat
kedua setelah kanker prostat) dan 19% pada wanita (peringkat ketiga setelah
kanker payudara dan kanker kolorektal) (Ancuceanu, R.V dan Victoria, 2004).
World Health Organisation (WHO) tahun 2007 melaporkan bahwa

insidensi penyakit kanker di dunia mencapai 12 juta penduduk dengan PMR 13
%. Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Inggris, kematian akibat kanker
menduduki peringkat kedua setelah penyakit kardiovaskuler. Salah satu penyakit
kanker yang menyebabkan kematian tertinggi di dunia adalah kanker paru. WHO
World Report 2000 melaporkan, PMR kanker paru pada tahun 1999 di dunia

2,1%. Menurut WHO, Cause Specific Death Rate (CSDR) kanker trakea, bronkus,
dan paru di dunia 13,2 per 100.000 penduduk dengan PMR 2,3% (WHO, 2007).
Menurut Departemen Kesehatan melalui pusat promosi kesehatan

menyatakan Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki
tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok tertinggi. Berdasarkan data dari
WHO, prevalensi merokok di kalangan orang dewasa meningkat ke 31,5% pada
tahun 2001 dari 26,9 % pada tahun 1995. Pada tahun 2001, 62,2% dari pria
dewasa merokok, dibandingkan dengan 53,4 % pada tahun 1995. Rata-rata umur
mulai merokok yang semula 18,8 tahun pada tahun 1995 menurun ke 18,4 tahun
pada tahun 2001. Prevalensi merokok pada pria meningkat cepat seiring dengan
bertambahnya umur dari 0,7% (10-14 tahun), ke 24,2 % (15-19 tahun), melonjak
ke 60,1 % (20-24 tahun). Remaja pria umur 15-19 tahun mengalami peningkatan
konsumsi sebesar 65% antara 1995 dan 2001 lebih tinggi dari kelompok lain
manapun (WHO, 2001).
Dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok dalam jangka
waktu 5 tahun. Indonesia menempati urutan kelima di antara negara-negara

Universitas Sumatera Utara

2

dengan tingkat agregat konsumsi tembakau tertinggi di dunia. Indonesia
mengalami peningkatan tajam konsumsi tembakau dalam 30 tahun terakhir, dari

33 milyar batang per tahun di tahun 1970 ke 217 milyar batang di tahun 2000.
Antara tahun 1970 dan 1980, konsumsi meningkat sebesar 159%. Faktor-faktor
yang ikut berperan adalah iklim ekonomi yang positif dan mekanisasi produksi
rokok di tahun 1974. Antara tahun 1990 dan 2000, peningkatan lebih jauh sebesar
54% terjadi dalam konsumsi tembakau walaupun terjadi krisis ekonomi (Depkes
RI, 2004).
Berdasarkan data statistik dari Badan Kesehatan Dunia WHO ( World
Health Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa

disebabkan karena merokok dimana rokok ini membunuh hampir lima juta orang
setiap tahunnya. Jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10 juta orang
akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020, dengan 70% kasus
terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun 2005 terdapat 5,4 juta
kematian akibat merokok atau rata-rata satu kematian setiap 6 detik. Bahkan pada
tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian mencapai angka 8 juta. Merokok juga
merupakan jalur yang sangat berbahaya menuju hilangnya produktivitas dan
hilangnya kesehatan. Menurut Tobacco Atlas yang diterbitkan oleh WHO,
merokok adalah penyebab bagi hampir 90% kanker paru, 75% penyakit paru
obstruktif kronis (PPOK), dan juga menjadi 25% penyebab dari serangan jantung
(Rasti, 2008).

Secara statistik, sekitar 90% kanker paru terjadi pada perokok aktif atau
mereka yang baru berhenti. Terdapat korelasi linier antara frekuensi kanker paru
dan jumlah bungkus per tahun merokok. Peningkatan risiko menjadi 60 kali lebih
besar pada perokok berat (dua bungkus sehari selama 20 tahun) dibandingkan
dengan perokok. Atas sebab yang belum sepenuhnya jelas, perempuan
memperlihatkan kerentanan yang lebih tinggi terhadap karsinogen tembakau
dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun berhenti merokok menurunkan risiko
terjadinya kanker paru seiring dengan waktu risiko tersebut tidak pernah kembali
ke tingkat dasar (Kumar, Cotran dan Robbins, 2007).

Universitas Sumatera Utara

3

Dunia kesehatan menyatakan bahwa merokok memberi dampak negatif
yang luas bagi kesehatan dan ditengarai sebagai salah satu penyebab utama
penyakit kanker paru, penyakit jantung koroner, impotensi bahkan gangguan
kehamilan dan janin. Menurut data WHO satu juta manusia per tahun di dunia
meninggal karena merokok dan 95% diantaranya oleh kanker paru-paru.
Kematian karena kanker paru-paru bisa terjadi pada perokok pasif, yaitu janin

dalam kandungan ibu perokok, anak-anak dari orang tua perokok dan orang
dewasa bukan perokok yang berada dalam lingkungan perokok (Nugrobo, 2008).
Dampak negatif konsumsi tembakau dan paparan terhadap asap tembakau yang
telah terbukti adalah penyakit kanker paru, kanker mulut dan organ lainnya,
penyakit jantung dan saluran pernapasan kronik. Rokok kretek mengandung
tembakau sebanyak 60-70%. Ada selang waktu 20-25 tahun di antara mulai
merokok hingga mulai timbul penyakit. Akibatnya, dampak negatif terjadi tanpa
disadari (WHO dan DepKes RI, 2004).
Hasil survei penyakit tidak menular oleh Direktorat Jenderal PPM & PL di
5 rumah sakit provinsi di Indonesia (Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,
Lampung, dan Sumatera Selatan) pada tahun 2004, menunjukkan angka kesakitan
disebabkan oleh kanker paru sebesar 30% karena merokok (Depkes RI, 2004).
Berdasarkan latar belakang diatas, maka peneliti bermaksud untuk
mengadakan penelitian di lapangan dengan berjudul “ Hubungan Merokok dengan
Terjadinya Kanker Paru di Departemen Pulmonologi FK USU/RSUP H.Adam
Malik Medan”.
1.2. Rumusan Masalah
Apakah adanya hubungan merokok dengan terjadinya kanker paru?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan merokok dengan kanker paru.

Universitas Sumatera Utara

4

1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui karakteristik penderita kanker paru berdasarkan
pekerjaan, umur dan jenis kelamin.
2. Untuk melihat hubungan jumlah batang rokok yang dihisap perhari
dengan risiko terjadinya kanker paru.
3. Untuk melihat hubungan lama merokok dengan risiko terjadinya kanker
paru.

1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan pertimbangan dan ilmu pengetahuan dalam usaha
pencegahan risiko terjadinya kanker paru.
2. Sebagai bahan edukasi kepada rakyat tentang kanker paru akibat merokok.
3. Sebagai satu bahan bukti untuk mencegah bermulanya perokok baru.

1) Masyarakat : Melahirkan masyarakat yang sehat tanpa resiko
kanker
2) Institusi

: Menjadikan penelitian ini sebagai satu sumber untuk
memberikan pengajaran kepada

mahasiswa

tentang bahaya rokok dan resiko terjadinya kanker
paru dan melahirkan satu generasi yang sehat.

Universitas Sumatera Utara