87533610 Pemeriksaan Neurologis Pada Ana
PEMERIKSAAN
NEUROLOGIS PADA
ANAK DAN BAYI
Dr. Amor P. Ginting, SpA
RSK Mojowarno-Jombang
ANAMNESIS :
penyakit
kehamilan
Kelahiran
Penyakit lampau
Perkembangan
Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan neurologis pada
anak dan bayi
Waktu pemeriksaan :
Bayi → 2-3 jam setelah minum
Mengantuk/letih → mempengaruhi hasil pemeriksaan
Suhu ruangan → 27-290C
Variasi individu
Inspeksi → penglihatan, pendengaran, motorik,
dst.
INSPEKSI
ANAK-ANAK
Kesadaran
Kelainan kongenital, keadaan kulit, wajah.
Aktivitas, mobilitas, koordinasi, perkembangan,
komunikasi, perhatian, reaksi terhadap suara.
Bicara → gagap, disatria, sengau, gangguan
artikulasi.
Gerakan abormal → tremor, tic, korea, atetosis,
mioklonus, anggukan kepala,
kedipan mata.
Inspeksi . . .
BAYI
Usahakan untuk tidak memegang penderita,
cukup diperhatikan.
Posisi bayi normal :
Terlentang → lengan-tungkai fleksi
Tangan menggenggam
Telungkup/prone position :
Kepala menempel pada alas → diangkat ~ usia bayi.
Lengan-tungkai fleksi
POSISI BAYI NORMAL
POSISI ABNORMAL
Frog posture
kedua lengannya terbaring lemas di
samping tubuhnya, kedua lengan terbuka
disertai abduksi dan eksternal rotasi sendi
panggul.
”floppy infant”.
Hemiplegi
hanya ekstremitas satu sisi yang fleksi,
sedangkan sisi lainnya ekstensi lemah.
”Erb’s Paralyse”.
Posisi abnormal . . . .
Opisthotonus
→ opisthotonus yang disertai dengan
ekstensi spastik pada ke-empat
ekstremitas →”cerebral Palsy”.
Hipotoni
→ terbaring lurus tertelungkup dengan
posisi kedua lengan dan tungkainya
diletakkan lurus di atas meja →SSP.
PEMERIKSAAN
SYARAF KRANIALIS
Pemeriksaan Syaraf Kranialis . . . .
Syaraf kranialis I (N.Olfaktorius)
Uji penciuman (sensasi bau) lebih dari 56 tahun
uji pada setiap lobang hidung secara
terpisah (salah satu lobang hidung
ditutup), mata. tidak merangsang dan
sudah dikenal oleh pasien.
Pemeriksaan Syaraf Kranialis . . . .
Syaraf kranialis II (N.Optikus)
Meliputi :
Uji ketajaman penglihatan
mengikuti muka seseorang
responnya terhadap mimik seseorang
dan
kemampuannya mengambil mainan dan
mengikuti benda yang bergerak.
Refleks kedip dan memejamkan mata
bila ada benda yang mendadak
bergerak ke arah mata menunjukan
visus yang baik, tapi hal ini terjadi pada
anak di atas 1 tahun.
Pemeriksaan Syaraf Kranialis . . . .
Syaraf kranialis III, IV, VI (Nn.
Okulomotorius, troklearis, dan
abdusen)
Uji gerakan kedua mata.
Uji akomodasi
Uji diplopia
Refleks cahaya.
Pemeriksaan Syaraf Kranialis . . . .
Syaraf kranialis V (N. Trigeminus)
Fungsi :
Motoris
Pengunyah → masester,
Pterigoid
temporalis.
Sensoris → daerah wajah
setengah kulit kepala
bagian depan.
Syaraf kranialis VII (N.
Fascialis)
Pemeriksaan :
Tersenyum
Meringis
Bersiul
membuka dan memejamkan mata.
Reflek kornea
Uji sensori pengecap
•
•
gula atau garam atau asam sitrat atau kina
lidah harus tetap di luar
Syaraf kranialis VIII (N.
Akustikus)
Syaraf VII terdiri dari :
N. kokhlearis untuk pendengaran
N. Vestibularis untuk keseimbangan
Syaraf kranialis IX (N.
Glosofaringeus)
Pemeriksaan ditujukan untuk melihat kelainan yang
timbul, yaitu :
Hilangnya refleks muntah (gag relex)
Disfagia ringan
Hilangnya sensoris pengecap
Deviasi uvula ke sisi yang baik
Hilangnya sensorik pada faring, tonsil, tenggorok bagian
atas dan lidah bagian belakang.
Hilangnya konstriksi dinding posterior faring saat bersuara
”ah”
Hipersalivasi.
Syaraf Kranialis X (N. Vagus)
Gangguan pada syaraf ini berupa :
Motorik :
Afonia(suara menghilang)
Disfonia (gangguan suara)
Disfagia (kesukaran menelan, biasanya kalau
minum kembali ke hidung)
Spasme esofagus
Paralisis palatum mole (refleks muntah megatif
dan palatum sisi yang sakit tidak dapat terangkat
pada waktu bersuara)
Syaraf Kranialis X (N. Vagus). . .
Sensorik :
Nyeri dan parestesia pada faring dan laring,
batuk, sesak nafas dan pseudoasma.
Vegetatif :
Bradikaria, takikardia dan dilatasi lambung.
Syaraf kranialis XI (N.
Aksesorius)
mengangkat bahu dan memutar kepala
melawan tahanan pemeriksa.
Kelainan :
Bahu yang terkena tampak lebih
rendah
atrofi otot m. Sternokleidomastoideus.
Pasien tidak dapat mengangkat bahu
yang terkena dan memutar kepala ke
sisi yang sehat.
Syaraf kranialis XII
(N.Hipoglosus)
Pemeriksaan :
menilai kekuatan lidah →
menyorongkan ujung lidah ke pipi
kanan dan kiri melawan jari pemeriksa.
deviasi lidah pada waktu dijulurkan
→ lidah akan berdeviasi ke sisi lesi,
atrofi
tremor.
SISTEM MOTORIK
Amati :
•
•
•
•
•
Uji kekuatan otot
•
•
•
posturnya saat berdiri
Berjalan
berlari
Bermain
dapat mengerjakan instruksi pemeriksa dan
kooperatif.
Pada bayi dan anak yang tidak kooperatif →
kesan keseluruhan
Motorik . . . .
•
Anak → duduk dan tungkai tergantung
•
•
kekuatan kinetik → menggerakkan anggota
badan yang diuji dan pemeriksa menahan
gerakan-gerakannya
kekuatan statik → menahan anggota badan
yang diuji tetap ditempatnya dengan kekuatan
terhadap gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh pemeriksa
Motorik . . . .
Pemeriksaan
anak-anak :
mengangkat bahu
ditekan bahunya dan pasien disuruh menahan.
Berjabat tangan → pronasi dan supinasi sambil
ditahan.
menggerakkan kaki dan tangan.
Dibandingkan dengan kekuatan otot analognya
yang kontralateral
Motorik . . . .
balita dan bayi
Tonus otot dengan cara pronasi dan
supinasi pergelangan tangan.
Fleksi dan ekstensi siku
Dorsofleksi dan plantarfleksi
pergelangan kaki
Memegang otot yang diperiksa.
Motorik . . .
Respon Traksi
lahir - 2 bulan → mengangkat anak
tersebut pada kedua tangannya dari
posisi tidur ke posisi duduk. → kepala
anak akan tertinggal → “head leg”
Respon Traksi . . .
sudah menghilang setelah 3 bulan
masih ada
Hipotoni
kelainan SSP
prematuritas.
Suspensi Ventral
Mengetahui :
kontrol kepal
kurvatura toraks dan
kontrol tangan dan kaki terhadap
gravitasi.
Cara :
Bayi ditidurkan dalam posisi pronasi
telapak tangan pemeriksa menyangga badan bayi
pada daerah dada.
Pada bayi aterm dan normal
kepala akan jatuh ke bawah membentuk sudut
sekitar 450 atau kurang dari posisi horizontal
punggung lurus atau sedikit fleksi
tangan fleksi pada siku dan sedikit ekstensi pada
sendi bahu dan sedikit fleksi pada sendi lutut.
TANDA RANGSANG
MENINGEAL
Kaku Kuduk
leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan
dagu tidak dapat menempel pada dada.
leher dibuat hiperekstensi
Diputar
digerakan ke samping.
Rangsang Meningeal . . .
Tanda Brudzinski I (Brudzinki’s neck
sign)
Stimulasi :
kepala pasien difleksikan sampai dagu
menyentuh dada
Respon :
fleksi bilateral di sendi dan lutut panggul
Rangsang Meningeal . . .
Tanda Burdzinski II (Brudzinki’s contralateral
leg sign)
Stimulasi
pengangkatan kaki secara lurus
Respon
fleksi pada sendi lutut dan panggul pada kaki
kontralateral
Rangsang Meningeal . . .
Tanda Brudzinski III
Stimulasi
penekanan pada kedua pipi atau tepat dibawah os
zigomatikus
Respon
fleksi pada kedua tungkai pada sendi lutut dan tungkai
Tanda Brudzinski IV
Stimulasi
penekanan pada simphisis pubis
Respon
fleksi pada kedua tungkai pada sendi lutut dan tungkai
Tanda Kernig
Stimulasi
memfleksikan salah satu tungkai di sendi panggul
kemudian tungkai
Respon
fleksi di sendi panggul dan lutut pada tungkai
kontralateral
PEMERIKSAAN
SENSORIS
sangat sulit dilakukan pada anak,
tidak mungkin pada bayi.
anak lebih dari 6 tahun baru dapat
dilakukan uji sensibilitas
PEMERIKSAAN REFLEKS
REFLEKS SUPERFISIAL
Refleks dinding abdomen
Cara :
Hasil :
menggores dinding abdomen dengan 4 goresan yang
membentuk segi empat (belah ketupat) dengan titik-titik
sudut di bawah xifoid, di atas simpisis dan kanan kiri
umbilikus.
umbilikus akan bergerak pada tiap goresan.
Hasil negatif pada :
Bayi kurang 1 tahun
Poliomielitis
Lesi sentral atau piramidal
Refleks Fisiologis . . .
Refleks tendon biceps
cara
mengetuk tendon biceps
hasil
fleksi sendi siku
Reflek Fisiologis . . .
Refleks Patela
Cara
mengetuk tendon patela
Hasil
ekstensi sendi lutut
Refleks Fisiologis ….
Refleks akan meningkat pada :
Lesi upper motor neuron
Hipertiroidism
Hipokalsemia
Tumor batang otak.
Refleks menurun pada :
Lesi lower motor neuron
Sindroma down
malnutrisi
KLONUS
KLONUS LUTUT
Dengan memegang dan mendorong os
patella ke arah distal
→m. kwadriseps femoris teregang dan
secara reflektorik otot tersebut
berkontraksi secara berulang-ulang
selama pendorongan terhadap os patella
masih tetap diadakan.
KLONUS KAKI
Dorsofleksi secara berlebihan
otot-otot betis teregang
kontraksi ini berlangsung secara
berulang-ulang selama peregangan
terhadap otot-otot betis masih
dilakukan
Reflek Patologis
Refleks Plantaris Babinski
Stimulasi
penggoresan telapak kaki bagian lateral
dari tumit ke bawah jari-jari
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan
pengembangan (abduksi) jari-jari kaki
Refleks Patologis . . .
Refleks Chaddock
Stimulasi
penggoresan pada kulit dorsum pedis
bagian lateral
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan
pengembangan (abduksi) jari-jari kaki
Refleks Patologis . . . .
Refleks Oppenheim
Stimulasi
pengurutan dari proksimal ke distal secara kleras
dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan pada kulit
di os tibia
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(abduksi) jari-jari kaki
Refleks Gordon
Stimulasi
memencet betis secara keras
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(abduksi) jari-jari kaki
Refleks Shaeffer
Stimulasi
memencet tendon achilles secara keras
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(abduksi) jari-jari kaki
Refleks Gonda
Stimulasi
penekukan (plantar fleksi) maksimal dari jari kaki
keempat
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(abduksi) jari-jari kaki
REFLEKS-REFLEKS PADA
Jenis refleks
Usia mulai
Usia menghilang
BAYI
Moro
Sejak lahir
6 bulan
Memegang
Palmar
Plantar
Sejak lahir
Sejak lahir
6 bulan
9-10 bulan
Snout
Sejak lahir
3 bulan
Tonic Neck
Sejak lahir
5-6 bulan
Stepping (berjalan)
Sejak lahir
12 bulan
Penempatan taktil (placing
response)
5 bulan
12 bulan
Terjun (parachute)
8-9 bulan
Seterusnya ada
Landau
3 bulan
21 bulan
Refleks Moro
cara :
bayi dibaringkan terlentang, kemudian
diposisikan setengah duduk dan disangga oleh
kedua telapak tangan pemeriksa
secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi
dijatuhkan 30-400 (merubah posisi badan anak
secara mendadak).
menimbulkan suara keras secara mendadak
ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi
secara mendadak.
positif :
abduksi ekstensi keempat ekstremitas dan
pengembangan jari-jari, kecuali pada falang
distal jari telunjuk dan ibu jari dalam keadaan
fleksi. Gerakan itu segera diikuti oleh
adduksi-fleksi ke-empat ekstremitas.
asimetris : gangguan sistem neuromuskuler
asimetris pada tangan dan kaki :
curiga adanya hemiparese
nyeri akibat fraktur klavikula atau humerus
menurun :
bayi dengan fungsi SSP yang tertekan
(hipoksia, perdarahan intrakranial, laserasi
jaringan otak)
hipotoni
hipertoni
prematur
menghilang usia 6 bulan
Refleks palmar grasp
cara :
bayi/anak ditidurkan dalam posisi supinasi,
kepala menghadap ke depan dan tangan
dalam keadaan setengah fleksi.
Dengan memakai jari telunjuk pemeriksa
menyentuh sisi luar tangan menuju bagian
tengah telapak tangan dengan cepat dan
hati-hati, sambil menekan permukaan
telapak tangan.
positif : fleksi seluruh jari (memegang tangan
pemeriksa)
asimetris : kelemahan otot-otot fleksor jari
tangan yang dapat disebabkan oleh palsi pleksus
brachialis inferior (klumpke paralyse)
menetap sampai usia 6 bulan.
menetap pada usia diatas 6 bulan : khas pada
cerebral palsy
Refleks plantar grasp
cara :
bayi atau anak ditidurkan dalam
posisi supinasi kemudian ibu jari
tangan pemeriksa menekan pangkal
ibu jari bayi di daaerah plantar.
positif : fleksi plantar seluruh jari kaki
negatif : kelainan medula spinalis
mulai menghilang usia 9 bulan, dan
sudah hilang sama sekali pada usia
10 bulan.
Refleks Snout
cara :
perkusi pada daerah bibir atas
positif : bibir atas dan bawah
menyengir atau kontraksi otot-otot
di sekitar bibir dan di bawah
hidung.
menetap : regresi SSP
Refleks tonic neck
cara :
bayi / anak ditidurkan dalam posisi
supinasi, kemudian kepalanya
diarahkan menoleh salah satu sisi.
positif :
lengan dan tungkai yang dihadapi/sesisi menjadi
hipertoni dan fleksi, sedangkan lengan dan
tungkai sisi lainnya/dibelakangi menjadi hipertoni
dan fleksi.
menetap pada usia 6 bulan : patologis
(tersering oleh karena gangguan pada
gangglion basalis)
Refleks berjalan
(stepping)
cara
:
bayi dipegang pada daerah toraks dengan kedua
tangan pemeriksa.
Pemeriksa mendaratkan bayi pada posisi berdiri di
atas tempat periksa.
Pada bayi kurang 3 bulan, salah satu kaki yang
menyentuh alas tempat periksa akan menapakkan
kakinya.
Kemudian akan diikuti oleh kaki yang lain dan kaki
yang sudah menyentuh akan berekstensi seolaholah melangkah untuk melakukan gerakan
berjalan.
negatif :
cerebral palsy
mental retardasi
hipotoni
hiperoni
penekanan fungsi SSP
NEUROLOGIS PADA
ANAK DAN BAYI
Dr. Amor P. Ginting, SpA
RSK Mojowarno-Jombang
ANAMNESIS :
penyakit
kehamilan
Kelahiran
Penyakit lampau
Perkembangan
Keluarga
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan neurologis pada
anak dan bayi
Waktu pemeriksaan :
Bayi → 2-3 jam setelah minum
Mengantuk/letih → mempengaruhi hasil pemeriksaan
Suhu ruangan → 27-290C
Variasi individu
Inspeksi → penglihatan, pendengaran, motorik,
dst.
INSPEKSI
ANAK-ANAK
Kesadaran
Kelainan kongenital, keadaan kulit, wajah.
Aktivitas, mobilitas, koordinasi, perkembangan,
komunikasi, perhatian, reaksi terhadap suara.
Bicara → gagap, disatria, sengau, gangguan
artikulasi.
Gerakan abormal → tremor, tic, korea, atetosis,
mioklonus, anggukan kepala,
kedipan mata.
Inspeksi . . .
BAYI
Usahakan untuk tidak memegang penderita,
cukup diperhatikan.
Posisi bayi normal :
Terlentang → lengan-tungkai fleksi
Tangan menggenggam
Telungkup/prone position :
Kepala menempel pada alas → diangkat ~ usia bayi.
Lengan-tungkai fleksi
POSISI BAYI NORMAL
POSISI ABNORMAL
Frog posture
kedua lengannya terbaring lemas di
samping tubuhnya, kedua lengan terbuka
disertai abduksi dan eksternal rotasi sendi
panggul.
”floppy infant”.
Hemiplegi
hanya ekstremitas satu sisi yang fleksi,
sedangkan sisi lainnya ekstensi lemah.
”Erb’s Paralyse”.
Posisi abnormal . . . .
Opisthotonus
→ opisthotonus yang disertai dengan
ekstensi spastik pada ke-empat
ekstremitas →”cerebral Palsy”.
Hipotoni
→ terbaring lurus tertelungkup dengan
posisi kedua lengan dan tungkainya
diletakkan lurus di atas meja →SSP.
PEMERIKSAAN
SYARAF KRANIALIS
Pemeriksaan Syaraf Kranialis . . . .
Syaraf kranialis I (N.Olfaktorius)
Uji penciuman (sensasi bau) lebih dari 56 tahun
uji pada setiap lobang hidung secara
terpisah (salah satu lobang hidung
ditutup), mata. tidak merangsang dan
sudah dikenal oleh pasien.
Pemeriksaan Syaraf Kranialis . . . .
Syaraf kranialis II (N.Optikus)
Meliputi :
Uji ketajaman penglihatan
mengikuti muka seseorang
responnya terhadap mimik seseorang
dan
kemampuannya mengambil mainan dan
mengikuti benda yang bergerak.
Refleks kedip dan memejamkan mata
bila ada benda yang mendadak
bergerak ke arah mata menunjukan
visus yang baik, tapi hal ini terjadi pada
anak di atas 1 tahun.
Pemeriksaan Syaraf Kranialis . . . .
Syaraf kranialis III, IV, VI (Nn.
Okulomotorius, troklearis, dan
abdusen)
Uji gerakan kedua mata.
Uji akomodasi
Uji diplopia
Refleks cahaya.
Pemeriksaan Syaraf Kranialis . . . .
Syaraf kranialis V (N. Trigeminus)
Fungsi :
Motoris
Pengunyah → masester,
Pterigoid
temporalis.
Sensoris → daerah wajah
setengah kulit kepala
bagian depan.
Syaraf kranialis VII (N.
Fascialis)
Pemeriksaan :
Tersenyum
Meringis
Bersiul
membuka dan memejamkan mata.
Reflek kornea
Uji sensori pengecap
•
•
gula atau garam atau asam sitrat atau kina
lidah harus tetap di luar
Syaraf kranialis VIII (N.
Akustikus)
Syaraf VII terdiri dari :
N. kokhlearis untuk pendengaran
N. Vestibularis untuk keseimbangan
Syaraf kranialis IX (N.
Glosofaringeus)
Pemeriksaan ditujukan untuk melihat kelainan yang
timbul, yaitu :
Hilangnya refleks muntah (gag relex)
Disfagia ringan
Hilangnya sensoris pengecap
Deviasi uvula ke sisi yang baik
Hilangnya sensorik pada faring, tonsil, tenggorok bagian
atas dan lidah bagian belakang.
Hilangnya konstriksi dinding posterior faring saat bersuara
”ah”
Hipersalivasi.
Syaraf Kranialis X (N. Vagus)
Gangguan pada syaraf ini berupa :
Motorik :
Afonia(suara menghilang)
Disfonia (gangguan suara)
Disfagia (kesukaran menelan, biasanya kalau
minum kembali ke hidung)
Spasme esofagus
Paralisis palatum mole (refleks muntah megatif
dan palatum sisi yang sakit tidak dapat terangkat
pada waktu bersuara)
Syaraf Kranialis X (N. Vagus). . .
Sensorik :
Nyeri dan parestesia pada faring dan laring,
batuk, sesak nafas dan pseudoasma.
Vegetatif :
Bradikaria, takikardia dan dilatasi lambung.
Syaraf kranialis XI (N.
Aksesorius)
mengangkat bahu dan memutar kepala
melawan tahanan pemeriksa.
Kelainan :
Bahu yang terkena tampak lebih
rendah
atrofi otot m. Sternokleidomastoideus.
Pasien tidak dapat mengangkat bahu
yang terkena dan memutar kepala ke
sisi yang sehat.
Syaraf kranialis XII
(N.Hipoglosus)
Pemeriksaan :
menilai kekuatan lidah →
menyorongkan ujung lidah ke pipi
kanan dan kiri melawan jari pemeriksa.
deviasi lidah pada waktu dijulurkan
→ lidah akan berdeviasi ke sisi lesi,
atrofi
tremor.
SISTEM MOTORIK
Amati :
•
•
•
•
•
Uji kekuatan otot
•
•
•
posturnya saat berdiri
Berjalan
berlari
Bermain
dapat mengerjakan instruksi pemeriksa dan
kooperatif.
Pada bayi dan anak yang tidak kooperatif →
kesan keseluruhan
Motorik . . . .
•
Anak → duduk dan tungkai tergantung
•
•
kekuatan kinetik → menggerakkan anggota
badan yang diuji dan pemeriksa menahan
gerakan-gerakannya
kekuatan statik → menahan anggota badan
yang diuji tetap ditempatnya dengan kekuatan
terhadap gerakan-gerakan yang dilakukan
oleh pemeriksa
Motorik . . . .
Pemeriksaan
anak-anak :
mengangkat bahu
ditekan bahunya dan pasien disuruh menahan.
Berjabat tangan → pronasi dan supinasi sambil
ditahan.
menggerakkan kaki dan tangan.
Dibandingkan dengan kekuatan otot analognya
yang kontralateral
Motorik . . . .
balita dan bayi
Tonus otot dengan cara pronasi dan
supinasi pergelangan tangan.
Fleksi dan ekstensi siku
Dorsofleksi dan plantarfleksi
pergelangan kaki
Memegang otot yang diperiksa.
Motorik . . .
Respon Traksi
lahir - 2 bulan → mengangkat anak
tersebut pada kedua tangannya dari
posisi tidur ke posisi duduk. → kepala
anak akan tertinggal → “head leg”
Respon Traksi . . .
sudah menghilang setelah 3 bulan
masih ada
Hipotoni
kelainan SSP
prematuritas.
Suspensi Ventral
Mengetahui :
kontrol kepal
kurvatura toraks dan
kontrol tangan dan kaki terhadap
gravitasi.
Cara :
Bayi ditidurkan dalam posisi pronasi
telapak tangan pemeriksa menyangga badan bayi
pada daerah dada.
Pada bayi aterm dan normal
kepala akan jatuh ke bawah membentuk sudut
sekitar 450 atau kurang dari posisi horizontal
punggung lurus atau sedikit fleksi
tangan fleksi pada siku dan sedikit ekstensi pada
sendi bahu dan sedikit fleksi pada sendi lutut.
TANDA RANGSANG
MENINGEAL
Kaku Kuduk
leher ditekuk secara pasif terdapat tahanan
dagu tidak dapat menempel pada dada.
leher dibuat hiperekstensi
Diputar
digerakan ke samping.
Rangsang Meningeal . . .
Tanda Brudzinski I (Brudzinki’s neck
sign)
Stimulasi :
kepala pasien difleksikan sampai dagu
menyentuh dada
Respon :
fleksi bilateral di sendi dan lutut panggul
Rangsang Meningeal . . .
Tanda Burdzinski II (Brudzinki’s contralateral
leg sign)
Stimulasi
pengangkatan kaki secara lurus
Respon
fleksi pada sendi lutut dan panggul pada kaki
kontralateral
Rangsang Meningeal . . .
Tanda Brudzinski III
Stimulasi
penekanan pada kedua pipi atau tepat dibawah os
zigomatikus
Respon
fleksi pada kedua tungkai pada sendi lutut dan tungkai
Tanda Brudzinski IV
Stimulasi
penekanan pada simphisis pubis
Respon
fleksi pada kedua tungkai pada sendi lutut dan tungkai
Tanda Kernig
Stimulasi
memfleksikan salah satu tungkai di sendi panggul
kemudian tungkai
Respon
fleksi di sendi panggul dan lutut pada tungkai
kontralateral
PEMERIKSAAN
SENSORIS
sangat sulit dilakukan pada anak,
tidak mungkin pada bayi.
anak lebih dari 6 tahun baru dapat
dilakukan uji sensibilitas
PEMERIKSAAN REFLEKS
REFLEKS SUPERFISIAL
Refleks dinding abdomen
Cara :
Hasil :
menggores dinding abdomen dengan 4 goresan yang
membentuk segi empat (belah ketupat) dengan titik-titik
sudut di bawah xifoid, di atas simpisis dan kanan kiri
umbilikus.
umbilikus akan bergerak pada tiap goresan.
Hasil negatif pada :
Bayi kurang 1 tahun
Poliomielitis
Lesi sentral atau piramidal
Refleks Fisiologis . . .
Refleks tendon biceps
cara
mengetuk tendon biceps
hasil
fleksi sendi siku
Reflek Fisiologis . . .
Refleks Patela
Cara
mengetuk tendon patela
Hasil
ekstensi sendi lutut
Refleks Fisiologis ….
Refleks akan meningkat pada :
Lesi upper motor neuron
Hipertiroidism
Hipokalsemia
Tumor batang otak.
Refleks menurun pada :
Lesi lower motor neuron
Sindroma down
malnutrisi
KLONUS
KLONUS LUTUT
Dengan memegang dan mendorong os
patella ke arah distal
→m. kwadriseps femoris teregang dan
secara reflektorik otot tersebut
berkontraksi secara berulang-ulang
selama pendorongan terhadap os patella
masih tetap diadakan.
KLONUS KAKI
Dorsofleksi secara berlebihan
otot-otot betis teregang
kontraksi ini berlangsung secara
berulang-ulang selama peregangan
terhadap otot-otot betis masih
dilakukan
Reflek Patologis
Refleks Plantaris Babinski
Stimulasi
penggoresan telapak kaki bagian lateral
dari tumit ke bawah jari-jari
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan
pengembangan (abduksi) jari-jari kaki
Refleks Patologis . . .
Refleks Chaddock
Stimulasi
penggoresan pada kulit dorsum pedis
bagian lateral
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan
pengembangan (abduksi) jari-jari kaki
Refleks Patologis . . . .
Refleks Oppenheim
Stimulasi
pengurutan dari proksimal ke distal secara kleras
dengan jari telunjuk dan ibu jari tangan pada kulit
di os tibia
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(abduksi) jari-jari kaki
Refleks Gordon
Stimulasi
memencet betis secara keras
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(abduksi) jari-jari kaki
Refleks Shaeffer
Stimulasi
memencet tendon achilles secara keras
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(abduksi) jari-jari kaki
Refleks Gonda
Stimulasi
penekukan (plantar fleksi) maksimal dari jari kaki
keempat
Respon
ekstensi ibu jari kaki dan pengembangan
(abduksi) jari-jari kaki
REFLEKS-REFLEKS PADA
Jenis refleks
Usia mulai
Usia menghilang
BAYI
Moro
Sejak lahir
6 bulan
Memegang
Palmar
Plantar
Sejak lahir
Sejak lahir
6 bulan
9-10 bulan
Snout
Sejak lahir
3 bulan
Tonic Neck
Sejak lahir
5-6 bulan
Stepping (berjalan)
Sejak lahir
12 bulan
Penempatan taktil (placing
response)
5 bulan
12 bulan
Terjun (parachute)
8-9 bulan
Seterusnya ada
Landau
3 bulan
21 bulan
Refleks Moro
cara :
bayi dibaringkan terlentang, kemudian
diposisikan setengah duduk dan disangga oleh
kedua telapak tangan pemeriksa
secara tiba-tiba tapi hati-hati kepala bayi
dijatuhkan 30-400 (merubah posisi badan anak
secara mendadak).
menimbulkan suara keras secara mendadak
ataupun dengan menepuk tempat tidur bayi
secara mendadak.
positif :
abduksi ekstensi keempat ekstremitas dan
pengembangan jari-jari, kecuali pada falang
distal jari telunjuk dan ibu jari dalam keadaan
fleksi. Gerakan itu segera diikuti oleh
adduksi-fleksi ke-empat ekstremitas.
asimetris : gangguan sistem neuromuskuler
asimetris pada tangan dan kaki :
curiga adanya hemiparese
nyeri akibat fraktur klavikula atau humerus
menurun :
bayi dengan fungsi SSP yang tertekan
(hipoksia, perdarahan intrakranial, laserasi
jaringan otak)
hipotoni
hipertoni
prematur
menghilang usia 6 bulan
Refleks palmar grasp
cara :
bayi/anak ditidurkan dalam posisi supinasi,
kepala menghadap ke depan dan tangan
dalam keadaan setengah fleksi.
Dengan memakai jari telunjuk pemeriksa
menyentuh sisi luar tangan menuju bagian
tengah telapak tangan dengan cepat dan
hati-hati, sambil menekan permukaan
telapak tangan.
positif : fleksi seluruh jari (memegang tangan
pemeriksa)
asimetris : kelemahan otot-otot fleksor jari
tangan yang dapat disebabkan oleh palsi pleksus
brachialis inferior (klumpke paralyse)
menetap sampai usia 6 bulan.
menetap pada usia diatas 6 bulan : khas pada
cerebral palsy
Refleks plantar grasp
cara :
bayi atau anak ditidurkan dalam
posisi supinasi kemudian ibu jari
tangan pemeriksa menekan pangkal
ibu jari bayi di daaerah plantar.
positif : fleksi plantar seluruh jari kaki
negatif : kelainan medula spinalis
mulai menghilang usia 9 bulan, dan
sudah hilang sama sekali pada usia
10 bulan.
Refleks Snout
cara :
perkusi pada daerah bibir atas
positif : bibir atas dan bawah
menyengir atau kontraksi otot-otot
di sekitar bibir dan di bawah
hidung.
menetap : regresi SSP
Refleks tonic neck
cara :
bayi / anak ditidurkan dalam posisi
supinasi, kemudian kepalanya
diarahkan menoleh salah satu sisi.
positif :
lengan dan tungkai yang dihadapi/sesisi menjadi
hipertoni dan fleksi, sedangkan lengan dan
tungkai sisi lainnya/dibelakangi menjadi hipertoni
dan fleksi.
menetap pada usia 6 bulan : patologis
(tersering oleh karena gangguan pada
gangglion basalis)
Refleks berjalan
(stepping)
cara
:
bayi dipegang pada daerah toraks dengan kedua
tangan pemeriksa.
Pemeriksa mendaratkan bayi pada posisi berdiri di
atas tempat periksa.
Pada bayi kurang 3 bulan, salah satu kaki yang
menyentuh alas tempat periksa akan menapakkan
kakinya.
Kemudian akan diikuti oleh kaki yang lain dan kaki
yang sudah menyentuh akan berekstensi seolaholah melangkah untuk melakukan gerakan
berjalan.
negatif :
cerebral palsy
mental retardasi
hipotoni
hiperoni
penekanan fungsi SSP