Jual Beli di Dunia Maya Menurut Pandanga

Jual Beli di Dunia Maya
Pandangan Islam dalam jual-beli di Dunia Maya

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah
Fiqh Muamalah
Dosen pengampu: Imam Mustofa, S.H.I., M.S.I.

Disusun Oleh
Lina Ardianti

Kelas

(1502100075)

:

B

Program Studi S1 Perbankan Syariah
Jurusan Syariah dan Ekonomi Islam
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)

Jurai Siwo Metro
2016/2017

BAB I
Pendahuluan

Puji dan Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan segala nikmat dan rahmad-Nya kepada penulis nikmat
iman, islam, ilmu, dan kesehatan. Shalawat dan Salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi Allah Muhammad Saw. yang menyelamatkan kita
dari zaman Jahiliyah menuju zaman Islamiyah.

Jual beli adalah suatu kegiatan yang dihalalkan oleh Allah Swt.
yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an Surah al-Baqarah ayat 275 sebagai
berikut :
......‫َو ا َ َﺣﱠل ا ﱣ?ُ اْﻟَﺑْﯾَﻊ َوَﺣﱠرَم اﻟِّرٰﺑوا‬.....
“padahal Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba”
Dalam Q.S tersebut telah jelas bahwa Allah Swt. telah menghalalkan jualbeli dan telah mengharamkan riba.

Dalam Islam, hukum jual beli termasuk kedalam Muamalah karena

berkaitan dengan perekonomian atau aktivitas ekonomi. Didunia modern
seperti sekarang ini jual-beli juga serba modern, seperti jual-beli online
atau e-commerce. Apa itu jual beli online? Jual beli online adalah jual beli
yang dilakukan dengan menggunakan akses internet. Jual-beli online
disebut juga jual-beli didunia maya.

Penulis berharap makalah ini dapat membantu pembaca untuk
lebih mengetahui tentang jual-beli oline serta hukum jual-beli online
menurut pandangan islam. Penulis menggunakan referensi dari beberapa
buku dan beberapa jurnal untuk lebih mempermudah dalam pembuatan
makalah ini.

1

Namun dalam pembuatan makalah ini penulis menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan
maupun analisis yang penulis lakukan. Untuk itu penulis berharap kritik
dan saran dari pembaca agar menjadi lebih baik lagi dalam penulisan dan
penyusunan makalah berikutnya.
Metro, September 2016


Penulis
Lina Ardianti

2

BAB II
Pembahasan
A. Pengertian Jual-Beli di Dunia Maya (E-Commerce)
E-Commerce atau electronik commerce merupakan transaksi
perdagangan yang melibatkan individu-individu dan organisasi-organisasi
atau badan, berdasarkan pada proses dan transmisi data digital,
termasuk teks, suara, atau jaringan tertutup. Dampak positif dari
electronic commerce ini bagi dunia perdagangan yaitu akses yang cepat,
serta kecanggihannya yang menjadi daya tarik tersendiri meskipun Ecommerce sendiri memiliki kekurangan yakni kebiasaan masyarakat
bertransaksi jual-beli secara langsung berubah perlahan-lahan menjadi
gaya baru yakni jual-beli secara online.1
Transaksi elektronik yang dipraktekan dalam transaksi jual beli
online melahirkan kekuatan daya tawar yang tidak sejajar antara pelaku
usaha dan konsumen. Dapat dijelaskan dengan kenyataan bahwa pelaku

usaha yang menjual barang atau jasanya secara online kerap
mencantumkan kontrak baku, sehingga memunculkan daya tawar yang
asimetris (unequal bargaining power). Oleh karena itu dibutuhkan peran
pemerintah dan juga masyarakat untuk bersama-sama mengawasi
apakah ketetapan perlindunga konsumen yang berlaku tersebut berjalan
lancar atau mengalami gangguan. Maksud dari perlindungan konsumen
adalah untuk melindungi, menjamin hak, keamanan, keselamatan,
kepastian hukum dari konsumen. Selain itu, perlindungan konsumen ini
juga berujuan untuk selalu mengingatkan seluruh pihak yang terlibat,
seperti pelaku usaha, masyarakat, dan pemerintahuntuk mengingat
tujuan utama dari Undang-Undang perlindungan konsumen.2

1

Alvin Pandu Prakasa at al, “menjadi lebih baik lagi dalam penulisan dan
penyusunan makalah berikutnya”, Diponegoro Law Review, Universitas Diponegoro:
Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 (1-11) hal. 2
di http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/dlr
2
Ibid..., hal. 5-6


3

E-commerce menurut Agus Rahadjo (dikutip dari Mustofa 2016)
merupakan salah satu produk dari internet yang merupakan sebuah
jaringan komputer yang saling terhubung antara satu dengan yang lain
melalui media komunikasi, seperti kabel telepon, serat optik, satelit, atau
gelombang frekuensi.3
Pada perkembangannya, e-commerce telah menjadi transaksi
sebenarnya dan lebih tepat disebut sebagai web commerce. Web
commerce merupakan transaksi pembelian barang dan atau jasa yang
berlangsung melalui www dengan menggunakan seperangkat server
yang secure menggunakan e-shoping carts, dan layanan electronic pay
seperti otorisasi pembayaran kartu kredit. Electronik commerce atau
transaksi elektronik adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut
konsumen, manufaktur, service providers, dan pedagang penata
(intermediaries)

dengan


menggunakan

jaringan-jaringan

komputer

(computer network) yaitu internet. E-commerce sudah meliputi spektrum
kegiatan komersial.
E-commerce merupakan salah satu implementasi dari bisnis
online yang merupakan transaksi seperti jual-beli via internet. Ecommerce

sendiri

merupakan

aktivitas

pembelian,

penjualan,


pemasaran,dan pelayanan atas produk dan jasa yang ditawarkan melalui
jaringan komputer. Menurut Arsyad Sanusi (dikutip dari Mustofa 2016)
dalam transaksi online setidaknya ada tiga tipe, yaitu :
1. Kontrak melalui chatting atau video conference;
2. Kontrak melalui e-mail;
3. Kontrak melalui situs web.
Akad dalam transaksi elektronik atau jual beli didunia maya
berbeda dengan akad secara langsung. Transaksi elektronik biasanya
menggunakan akad secara tertulis baik melalui e-mail, sms, BBM dan
atau sejenisnya. Bisa juga menggunakan lisan (via telepon) atau video
seperti video call.keabsahan jual-beli online ini tergantung pada terpenuhi
atau tidaknya rukun dan syarat yang berlaku dalam jual-beli. Apabila

3

Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016),

h.30


4

rukun dan syaratnya terpenuhi maka transaksi elektronik didunia maya ini
dianggap sah, dan sebaliknya.
Suatu akad yang dilakukan dengan isyarat saja sudah bisa sah,
terlebih dengan menggunakan tulisan, gambar, dan ilustrasi yang lebih
jelas. Isyarat dalam akad pada dasarnya mempunyai kekuatan hukum
sebagaimana penjelasan dengan lisan. Hal ini berdasarkan kaidah :

‫إﻻ ﺷﺎ رة اﳌﻌﻬﻮدة ﻟ ٔ? ﺧﺮس ﰷ ﻟﺒﯿﺎن ? ﻠﺴﺎن‬
“Isyarat (yang dapat dipahami) bagi orang bisu (hukumnya) sama
dengan penjelasan lisan”
Transaksi elekronik penjualan barangyang ditawarkan melalui
internet merupakan transaksi tertulis. Jual beli dapat menggunakan
transaksi secara lisan dan tulisan. Keduanya memiliki kekuatan hukum
yang sama. Sesuai dengan kaidah fiqihiyah:

‫اْﻟِﻜَﺘﺎ ُب َﰷ ﻟِْﺨَﻄﺎِب‬
“Tulisan (mempunyai kekuatan hukum) sebagaimana ucapan”4
Dalam islam jual-beli online juga disebut dengan Bai’ as-salam

yakni pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan
pembayaran dilakukan dimuka.5
Definisi Ba’i as-Salam menurut fuqaha Syafi’iyah dan Hanabilah :
“Al-Salam adalah akad atas sesuatu barang dengan kriteria tertentu
sebagai tanggungan tertunda dengan harga yang dibayarkan dalam
majlis akad.”
Definisi Ba’i as-Salam menurut fuqaha Malikiyah
“Al-Salam adalah jual beli dengan modal pokok yang dibayarkan dimuka
sedang barangnya diakhirkan atau ditunda penyerahannya sampai batas
waktu tertentu.”6

4

Ibid..., h. 31-35
Muhammad syafi’i antonio, Bank Syariah dari teori ke praktik, (Jakarta: Gema
insani press, 2001) hal. 108
6
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002) hal. 144
5


5

B. Landasan Syariah Mengenai Jual Beli di Dunia Maya
Landasan syariah trasaksi bai as-salam terdapat dalam al-Qur’an
dan al-Hadist.

...

‫ٰﯾ َ ٓ? ُﳞَﺎ ا? ِ? َْﻦ َءاَﻣﻨُٓﻮ ْااَذا ﺗََﺪا ﯾ َ ْ ُﱲ ِﺑَﺪ ٍْﻦ ا َ ٰ ٓﱃ? َ?ٍﻞ ?ﻣَﺴ?ﻤﻰ ﻓَُﺎ ْﻛ ُُﺒﻮُﻩ‬
?

?

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak
secara

tunai

untuk


waktu

yang

ditentukan,

hendaklah

kamu

menuliskannya...” (al-Baqarah: 282)

‫َﻣْﻦ َاْﺳﻠَ َﻒ ِﰱ َﺷْﺊ ﻓَِﻔْﻲ َﻛْﯿٍﻞ َﻣْﻌﻠُْﻮ ٍم َوَوْزِن َﻣْﻌﻠُْﻮ ٍم ِاَﱃ َا َ?ٍﻞ َﻣْﻌﻠُْﻮٍم )اﺧﺮ?ﻪ ? ﲚﺔ اﻟﺴ ﺘﺔ‬

( ?

“Barang siapa yang melakukan salaf (salam), hendaknya ia
melakukan dengan takaran yang jelas dan timbangan yang jelas pula,
untuk jangka waktu yang diketahui.”7
Jual beli salam merupakan model jual-beli yang sudah biasa
dipraktikkan oleh masyarakat Madinah sebelum Islam masuk kesana.
Jual

beli

salam

hukumnya

sah

jika

dilakukan

sesuai

dengan

memerhatikan ketentuan yang sudah disepakati pada waktu transaksi
dilakukan, baik kualitas barang, kuantitas barang, harga dan waktu
penyerahan barang. Meskipun barang yang diperjualbelikan tidak ada
pada saat transaksi, namun pada jual beli salam, barang yang
diperjualbelikan jelas baik kualitas ataupun kuantitasnya.
Maslahat atau keuntungan bagi pedagang dengan adanya
pembayaran dimuka dapat mengatasi masalah modal dan memberikan
peluang

untuk

menjalankan

usahanya,

sehingga

lebih

leluasa

mengembangkan usahanya. Maslahat bagi pembeli, ia dapat memiliki
barang yang sesuai dengan kriteria yang diinginkannya. Sementara bagi
kost perusahaan, akan terjadi pengurangan dana untuk sewa tempat,
display barang, dan resiko. Sedangkan untuk barang, barang yang dijual
tidak ada restan, karena dibuat berdasarkan pesanan.8

7

Muhammad syafi’i antonio, Bank Syariah..., hal. 108

8

Enizar, Hadist Ekonomi,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hal.153-154

6

C. Rukun dan Manfaat dalam Jual-beli di Dunia Maya
Dalam bermuamalah, perlu adanya pihak, barang dan akad yang
harus dijalani. Hal ini biasanya disebut dengan rukun. Rukun ini yang
menyebabkan sah atau tidaknya kegiatan bermuamalah tersebut. Sama
hal nya jual-beli di Dunia maya pun juga memiliki rukun agar jual-beli
tersebut dianggap sah. Pelaksanaan jual-beli di dunia maya (ba’i assalam) harus memenuhi rukun-rukun sebagai berikut :
1.

Muslam (‫ )اﻟﻣﺳﻠم‬atau pembeli dalam e-commerce disebut juga sebagai
pemesan.

2.

Muslam ilaih (‫ )اﻟﻣﺳﻠم اﻟﯾﮫ‬atau penjualdalam e-commerce disebut juga
sebagai reseller

3.

Modal atau uang

4.

Muslam fiihi (‫ )اﻟﻣﺳﻠم ﻓﯾﮫ‬barang yang dijual atau barang yang dipesan

5.

Sighat (‫ )اﻟﺻﯾﻐﺔ‬Ucapan akad atau serah terima
Manfaat dan Keuntungan yang didapatkan dalam sistem jual-beli

online yaitu sebagai berikut:
1. Pasar yang luas
Menjalankan

bisnis

melalui

internet

memungkinkan

untuk

mempromosikan dan menjual produk / jasa ke seluruh pelosok dunia
dengan kecepatan tinggi dan biaya yang sangat rendah. sehingga
pembuat mekanisme penjualan pasar menjadi sangat luas.

2. Modal yang kecil
Untuk membangun toko online lebih meringankan biaya dibayar
dimuka atau barang yang dijual sesuai dengan pesanan.

3. Operasional usaha minim
Dengan toko online, yang butuhkan hanyalah seperangkat komputer
berakses internet

7

4. Buka 24 jam
Dengan mekanisme penjualan online, bisa dikatakan bahwa
penjualan itu buka setiap waktu karena penjualannya hanya perlu
menggunakan akses internet.
5. Tidak perlu banyak waktu
Waktu yang diperlukan dalam penjualan online tidak terlalu bayak.
Karena

meknisme

dalam

penjualan

online

sendiri

adalah

mengunggah barang yang akan dijual dan menunggu pemesan atau
pembeli.9

9

Arifin Nur Sodiq, “Karya Ilmiah” E-Commerce. Dalam Portalgaruda.org diunduh
pada 23 September 2016 (09.40)

8

D. Syarat Ba’i as-Salam
Selain rukun yang harus dipenuhi, dalam jual-beli elektronik ini
juga mengharuskan adanya syarat yang harus dipenuhi berdasarkan
rukun jual beli elektronik diatas.
1.

Modal Transaksi
Dalam rukun Modal, syarat yang harus dipenuhi dalam modal yaitu
sebagai berikut :
a) Modal harus diketahui
Barang yang akan disuplai harus diketahui jenis, kualitas, dan
jumlahnya. Hukum awal mengenai pembayaran adalah bahwa
ia harus dalam bentuk uang tunai.
b) Penerimaan pembayaran
Kebanyakan

ulama

mengharuskan

pembayaran

salam

dilakukan ditempat kontrak. Hal tersebut dimaksudkan agar
pembayaran yang diberikan oleh al-muslam (pembeli) tidak
dijadikan

sebagai

utang

penjual.

Lebih

khusus

lagi,

pembayaran salamtidak bisa dalam bentuk pembebasan
utang yang harus dibayar dari muslam ilaih (penjual). Hal ini
adalah untuk mencegah praktik riba melalui mekanisme
salam.
2.

Muslam Fiihi (Barang)
Diantara syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam al-muslam fiihi
atau barang yang ditransaksikan dalam ba’i as-salam adalah sebagai
berikut:
a) Harus spesifik dan dapat diakui sebagai utang
b) Harus bisa diidentifikasi secara jelas untuk mengurangi
kesalahan akibat kurangnya pengetahuan tentang macam
barang tersebut (misalnya beras atau kain), tentang klasifikasi
kualitas (misalnya kualitas utama, kelas dua, dsb), serta
mengenai jumlahnya.
c) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari
d) Kebanyakan ulama mensyaratkan penyerahan barang harus
ditunda pada suatu waktu kemudian, tetapi mazhab Syafi’i
membolehkan penyerahan segera

9

e) Bolehnya menentukan tanggal waktu dimasa yang akan
datang untuk penyerahan barang.
f)

Tempat penyerahan. Pihak-pihak yang berkontrak harus
menunjuk tempat yang disepakati dimana barang harus
diserahkan.
menentukan

Jika

kedua

tempat

pihak

pengiriman,

yang

berkontrak

barang

harus

tidak
dikirim

ketempat yang menjadi kebiasaan, misalnya gudang si
penjual atau bagian pembelian si pembeli.
g) Penggantian muslam fiihi dengan barang lain. Para ulama
melarang penggantian muslam fiihi dengan barang lainnya.
Penukaran atau penggantian barang as-salam ini tidak
diperkenankan, karena meskipun belum diserahkan, barang
tersebut tidak lagi milik si muslam alaih, tetapi sudah menjadi
milik muslam (fidz-dzimah). Bila barang tersebut diganti
dengan barang yang memiliki spesifikasi dan kualitas yang
sama,

meskipun

sumbernya

berbeda,

para

ulama

membolehkannya. Hal demikian tidak dianggap sebagai jual
beli, melainkan penyerahan unit yang lain untuk barang yang
sama.10
3.

Uangnya hendaklah dibayar ditempat akad. Berarti pembayarannya
dlakukan terlebih dahulu.

4.

Barangnya menjadi utang bagi si penjual.

5.

Barangnya dapat diberikan sesuai waktu yang dijanjikan. Berarti pada
waktu yang dijanjikan barang itu harus sudah ada.

6.

Barang tersebut hendaklah jelas ukurannya, baik takaran, timbangan,
ukuran, ataupun bilangannya, menurut kebiasaan cara menjual
barang semacam itu.

7.

Diketahui dan disebutkan sifat-sifat barangnya. Dengan sifat itu,
berarti harga dan kemauan orang pada barang tersebut dapat
berbeda. Sifat-sifat ini hendaknya jelas sehingga tidak ada keraguan
yang akan mengakibatkan perselisihan nanti antara kedua belah

10

Muhammad syafi’i antonio, Bank Syariah..., hal. 109-110

10

pihak (si penjual dan pembeli). Begitu juga macamnya, harus pula
disebutkan.
8.

Disebutkan tempat menerimanya, kalau tempat akad tidak layak buat
menerima barang tersebut. Akad salam mesti terus, berarti tidak ada
khiyar syarat.11

11

Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012) hal.295-

296

11

E. Pengaturan Hukum di Indonesia Terhadap Tindak Pidana Penipuan
Cybercrime merupakan bentuk-bentuk kejahatan yang timbul
karena pemanfaatan teknologi internet. Perkembangan yang pesat dalam
pemanfaatan jasa internet mengundang untuk terjadinya kejahatan.
Dengan meningkatnya jumlah permintaan terhadap akses internet,
kejahatan terhadap penggunaan teknologi informatika semakin meningkat
mengikuti perkembangan dari teknologi itu sendiri.
Ketentuan-ketentuan

yang

terdapat

dalam

KUHP

tentang

cybercrime masih bersifat global. Teguh Arifiady mengkategorikan
beberapa hal secara khusus diatur dalam KUHP dan disusun
berdasarkan tingkat intensitas terjadinya kasus tersebut yaitu :
1. Ketentuan yang berkaitan dengan delik pencurian pada Pasal 362
KUHP
2. Ketentuan yang berkaitan dengan perusakan/penghancuran barang
terdapat dalam Pasal 406 KUHP
3. Delik tentang pornografi terdapat dalam Pasal 282 KUHP
4. Delik tentang penipuan terdapat dalam Pasal 378 KUHP
5. Ketentuan yang berkaitan dengan perbuatan memasuki atau
melintasi wilayah orang lain,
6. Delik tentang penggelapan terdapat dalam Pasal 372 KUHP & 374
KUHP
7. Kejahatan terhadap ketertiban umum terdapat dalam Pasal 154
KUHP
8. Delik tentang penghinaan terdapat dalam Pasal 311 KUHP.
9. Delik tentang pemalsuan surat terdapat dalam Pasal 263 KUHP
10.Ketentuan tentang pembocoran rahasia terdapat dalam Pasal 112
KUHP, pasal 113 KUHP, & pasal 114 KUHP
11.Delik tentang perjudian terdapat dalam Pasal 303 KUHP.12

12

Melisa Monica Sumenge, “Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa
Jual-Beli Online”, Lex Crime Vol. II/No.4/Agustus/2013 (102-112), hal.104-105

12

BAB III
Penutup
Dalam Islam jual-beli di dunia maya diperbolehkan dan disahkan
dengan memenuhi beberapa peraturan yakni jika jual beli dilakukan
sesuai dengan memerhatikan ketentuan yang sudah disepakati pada
waktu transaksi dilakukan, baik kualitas barang, kuantitas barang, harga
dan waktu penyerahan barang. Meskipun barang yang diperjualbelikan
tidak ada pada saat transaksi, namun pada jual beli salam, barang yang
diperjualbelikan jelas baik kualitas ataupun kuantitasnya.
Perlindungan terhadap konsumen dari jual beli online sendiri
sudah diatur oleh hukum. Setiap kejahatan yang dilakukan dengan
mengatasnamakan jual beli sistem online sudah diatur dalam KUHP
berdasarkan intensitas kejadian kasus. Baik itu penipuan ataupun
kejahatan yang lain.

13

Daftar Pustaka
Alvin Pandu Prakasa at al, “menjadi

lebih baik lagi dalam penulisan dan

penyusunan makalah berikutnya”, Diponegoro Law Review, (Universitas
Diponegoro: Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014) di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/dlr
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Jakarta: Rajawali Pers, 2016)
Muhammad syafi’i antonio, Bank Syariah dari teori ke praktik, (Jakarta: Gema
insani press, 2001) hal. 108
Ghufron A. Mas’adi, Fiqh Muamalah Kontekstual, (Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002)
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012)
Melisa Monica Sumenge, “Penipuan Menggunakan Media Internet Berupa JualBeli Online”, Lex Crime (Vol. II/No.4/Agustus/2013),
Enizar, Hadist Ekonomi,(Jakarta: Rajawali Pers, 2013),
Arifin Nur Sodiq, “Karya Ilmiah” E-Commerce. Dalam Portalgaruda.org

14