Perencanaan Jalan Raya ( 1 )

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan yang nyata dari suatu jalan beserta
bagian-bagiannya yang disesuaikan dengan ketentuan dan sifat-sifat lalu lintas. Perencanaan
geometrik jalan dititik beratkan pada perencanaan bentuk fisik sehingga dapat memenuhi
fungsi dasar dari jalan, yaitu memberikan pelayanan yang optimum pada arus lalu lintas.
Maka dalam perencanaan tersebut diusahakan agar tercipta hubungan yang baik antara ruang
dan waktu sehingga dapat menghasilkan efisiensi, keamanan serta kenyamanan yang optimal.
Ruang, bentuk dan ukuran jalan dapat dikatakan baik jika dapat memberikan rasa aman dan
nyaman kepada pemakai jalan.
Jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting
dalam sektor perhubungan, terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa.
Keberadaan jalan raya sangat diperlukan untuk menunjang laju pertumbuhan ekonomi seiring
dengan meningkatnya kebutuhan sarana transpotasi yang dapat menjangkau daerah–daerah
yang terpencil.
Perencanaan geometrik jalan secara umum menyangkut aspek- aspek seperti: lebar
jalan, tikungan, landai, jarak pandang serta kombinasi dari aspek-aspek tersebut. Perencanaan
geometrik jalan berhubungan erat dengan lalu lintas (seperti sifat gerakan dan ukuran
kendaraan, sifat pengemudi dalam mengemudikan kendaraan dan karakteristik arus lalu
lintas), sedangkan perencanaan konstruksi jalan berhubungan dengan beban lalu lintas.

Maka faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan jalan adalah :
a. Keadaan fisik serta topografi daerah
b. Data lalu lintas
c. Kapasitas jalan
d. Analisa ekonomi

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari penulisan laporan ini adalah agar mahasiswa dapat mengerti
dan memahami dasar-dasar maupun langkah-langkah perencanaan geometrik jalan raya,
perencanaan drainase jalan, perencanaan perkerasan jalan serta perencanaan galian dan
timbunan.
1.3 Permasalahan
1. Apa saja yang termasuk dalam kriteria perencanaan geometrik jalan?
2. Bagaimana cara menentukan alinyemen horizontal dan alinyemen vertikal?
3. Bagaimana cara membuat perencanaan saluran drainase jalan?
4. Bagaimana cara merencanakan perkerasan jalan?
5. Berapa besar galian dan timbunan yang harus dibuat dalam perencanaan geometrik
jalan?
1.4 Pembatasan Masalah

Laporan ini meliputi dasar-dasar teori dan mengenai desainperkerasan jalan,
perhitungan dan desain saluran drainase, volume galian dan timbuna serta perencanaan
geometrik jalan yang meliputi, perencanaan alinyemen, diagram superelevasi.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian Umum Jalan
Jalan merupakan prasarana transportasi darat yang memegang peranan sangat penting
dalam sektor perhubungan terutama untuk kesinambungan distribusi barang dan jasa.
Keberadaan jalan raya secara tidak langsung dapat menunjang laju pertumbuhan
ekonomi seiring dengan meningkatnya kebutuhan transportasi, barang dan jasa yang dapat
menjangkau daerah-daerah terpencil yang merupakan pemasok produksi pertanian.
2.2 Bagian Bagian Jalan
Bagian – bagian jalan meliputi daerah manfaat jalan (damaja), daerah milik jalan
(damija), dan daerah pengawasan jalan (dawasja):
1. Daerah manfaat jalan (damaja) meliputi badan jalan, saluran tepi jalan dan ambang
pengamannya
2. Daerah milik jalan (damija) meliputi ruang manfaat jalan dan daerah yang
diperuntukan untuk pelebaran jalan

3. Daerah pengawasan jalan (dawasja) lajur lahan yang berada di bawah pengawasan
penguasa jalan, ditujukan untuk penjagaan terhadap terhalangnya pandangan bebas
pengemudi kendaraan bermotor dan untuk pengamanan.

Gambar 2.1 Bagian-Bagian Jalan
2.3 Klasifikasi Jalan
2.3.1 Klasifikasi Jalan Menurut Fungsi Jalan

 Jalan Arteri


Jalan Kolektor



Jalan Lokal

= Jalan yang melayani angkutan utama dengan ciri-ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi
= Jalan yang melayani angkutan pengumpul/pembagi dengan

ciri-ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang
= Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri-ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah.

Gambar 2.2 Hirarki Jalan Berdasarkan Fungsinya
2.3.2 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan
Berkaitan dengan kemampuan jalan untuk menerima beban lalu lintas, dinyatakan
dalam muata sumbu terberat (MST) dalam satuan ton.

Tabel 2.1 Klasifikasi Jalan Menurut Kelas Jalan

2.3.3 Klasifikasi Jalan Menurut Medan Jalan

Berkaitan dengan kondisi sebagian besar kemiringan yang diukur tegak lurus garis
kontur.
Tabel 2.2 Klasifikasi JalanMenurut Medan Jalan

2.3.4 Klasifikasi Menurut Wewenang Pembinaan Jalan
Sesuai dengan PP. No.26/1985:







Jalan Nasional
Jalan provinsi
Jalan Kabupaten/Kotamadya
Jalan Desa
Jalan Khusus.

2.4 Kriteria Perencanaan
2.4.1 Kendaraan Rencana

Kendaran rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya dijadikan
acuan dalam perencanaan geometrik. Dimensi kendaraan rencana dapat ditunjukan dalam
tabel 2.3
Tabel 2.3 Dimensi Kendaraan Rencana

Gambar 2.3 Dimensi Kendaraan Kecil


Gambar 2.4 Dimensi Kendaraan Sedang

Gambar 2.5 Dimensi Kendaraan Besar

Gambar 2.6 Jari-Jari Manuver Kendaraan Kecil

Gambar 2.7 Jari-Jari Manuver Kendaraan Sedang

Gambar 2.8 Jari-Jari Manuver Kendaraan Besar

2.4.2 LHR Rencana

Sebelum menentukan LHR, maka terlebih dahulu menetapkan ekivalen mobil
penumpang ( emp ). Dari jenis medan, maka ekivalensi mobil peumpang (emp)
didapatkan berdasarkan tabel berikut :

Tabel 2.4 EkivalensiMobil Penumpang

Jadi, Besarnya faktor ekivalensi mobil penumpang untuk masing-masing kendaraan

adalah:
1.
2.
3.
4.

Kendaraan ringan/mobil penumpang
Bus
Truck 2 as
Truck 3 as

:1
:2
:3
:4

2.4.3Volume Lalu Lintas Rencana
Volume Lalu Lintas Harian Rencana (VLHR) adalah prakiraan volume lalu lintas
harian pada akhir tahun rencana lalu lintas dinyatakan dalam SMP/hari.Volume Jam Rencana (VJR)
adalah prakiraan volume lalu lintas pada jam sibuk tahun rencana lalu lintas, dinyatakan dalam

SMP/jam, dihitung dengan rumus:

Dimana:

K (faktor K)

= Faktor volume lalu lintas jam sibuk

F (faktor F)

= Faktor variasi tingkat lalu lintas perseperempat jam dalam satu jam.

Tabel 2.5 Faktor-K dan Faktor-F yang Sesuai dengan VLHR-nya

2.4.4 Kecepatan Rencana (VR)
Kecepatan rencana (VR) adalah kecepatan yang dipilih sebagai dasar perencanaan
geometrik jalan yang memungkinkan kendaraan-kendaraan bergerak dengan aman dan
nyaman dalam kondisi cuaca yang cerah, lalu lintas yang lengang dan pengaruh samping
jalan yang tidak berarti.
Tabel 2.6Kecepatan Rencana (VR) BerdasarkanKlasifikasi Fungsi dan Medan Jalan


2.5 Penampang Melintang
2.5.1 Komposisi Penampang Melintang
Penampang melintang jalan terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:

1) Jalur lalu lintas;
2) Median dan jalur tepian (kalau ada);
3) Bahu;
4) Jalur pejalan kaki;
5) Selokan; dan
6) Lereng.

Gambar 2.9 Penampang Melintang Jalan Tipikal

Gambar 2.10 Penampang Melintang Jalan Tipikal yang Dilengkapi Trotoar

2.6 Jalur Lalu Lintas
2.6.1 Jalur Lalu Lintas

Jalur lalu lintas adalah bagian jalan yang dipergunakan untuk lalu lintas kendaraan

yang secara fisik berupa perkerasan jalan.
Batas jalur lalu lintas dapat berupa:




Median
Bahu jalan
Trotoar

2.6.2 Lebar Jalur
Lebar jalur sangat ditentukan oleh njumlah dan lebar peruntukannya. Lebar jalur
minimum adalah 4,5m yang memungkinkan 2 kendaraan kecil saling berpapasan.

Tabel 2.7Penentuan Lebar Jalur dan Bahu Jalan

Keterangan:
**) = Mengacu pada persyaratan ideal
*) = 2 jalur terbagi, masing – masing n × 3, 5m, di mana n= Jumlah lajur per jalur
= Tidak ditentukan.


2.7

Lajur

Lajur adalah bagian dari JALUR lalu lintas yang memangjang, dibatasi oleh marka
lajur jalan, memiliki lebar yang cukup untuk dilewati suatu kendaraan sesuai dengan yang
direncanakan.
Tabel 2.8 Lebar Lajur Jalan Ideal

2.8 Jarak Pandang
2.8.1 Definisi Jarak Pandang
Jarak Pandang adalah suatu jarak yang diperlukan oleh seorang pengemudi pada saat
mengemudi sedemikian sehingga jika pengemudi melihat suatu halangan yang
membahayakan, pengemudi dapat melakukan sesuatu untuk menghidari bahaya tersebut
dengan aman. Dibedakan dua Jarak Pandang, yaitu Jarak Pandang Henti (Jh) dan Jarak
Pandang Mendahului (Jd).
2.8.2 Jarak Pandang Henti
Jarak pndang henti adalah jarak minimum yang diperlukan oleh setiap pengemudi
untuk menghentikankendaraannya dengan aman begitu melihat adanya halangan di depan.
Setiap titik disepanjang jalan harus memenuhi Jarak pandang henti
Jarak pandang henti diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata pengemudi adalah
105 cm dan tinggihalangan 15 cm diukur dari permukaan jalan. Jarak pandangan henti terdiri
atas 2 elemen jarak, yaitu:
 Jarak tanggap (Jht) adalah jarak yang ditempuh oleh kendaraan sejak
pengemudimelihat suatu halangan yang menyebabkan ia harus berhenti sampai
saatpengemudi menginjak rem
 Jarak pengereman (Jh) adalah jarak yang dibutuhkan untuk menghentikankendaraan
sejak pengemudi menginjak rem sampai kendaraan berhenti.

Dimana :
Jh
= Jarak pengereman (m)

Jht
VR
T
g
f

= Jarak pandang tanggap (m)
= Kecepatan rencana (km/jam)
= Waktu tanggap, ditetapkan 2,5 detik
= Percepatan gravitasi, ditetapkan 9,8 m/det2
= Koefisien gesek memanjang perkerasan jalan aspal, ditetapkan 0,35-0,55.

Disederhanakan menjadi:

Tabel 2.9 Panjang Jarak Pandang Henti (Jh) Minimum Berdasarkan Kecepatan Rencanya

2.8.3 Jarak Pandang Mendahului
Jarak pandang mendahului (Jd) adalah jarak yang memungkinkan suatu kendaraan
mendahului kendaraan lain di depannya dengan aman sampai kendaraan tersebut kembali ke
lajur semula. Jarak pandang mendahului diukur berdasarkan asumsi bahwa tinggi mata
pengemudi adalah 105 cm dan tinggihalangan adalah 105 cm.

Gambar 2.11JarakPandang Mendahului
Disederhanakan menjadi:

Jd= d1+d2+d3+d4
Dimana :
Jd = Jarak pandang mendahului (m)
d1 = Jarak yang ditempuh selama waktu tanggap (m),
d2 = Jarak yang ditempuh selama mendahului sampai dengan kembali ke lajur
semula (m)
d3 = Jarak antara kendaraan yang mendahului dengan kendaraan yang datang dari
arah berlawanan setelah proses mendahului selesai (m),
d4 = Jarak yang ditempuh oleh kendaraan yang datang dari arah berlawanan, yang
besarnya diambil sama dengan 213 d2 (m).

Tabel 2.10Panjang Jarak Pandang Mendahului (Jd) Berdasarkan Kecepatan Rencananya

2.9 A1inyemen Horizontal
2.9.1 Definisi Alinyemen Horizontal

Alinyemen horizontal adalah suatu proyeksi sumbu jalan pada bidang
horizontal. Alinyemen horizontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (disebut
juga tikungan).
2.9.2 Panjang Bagian Lurus
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari
segikelelahan pengemudi, maka panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus
ditempuhdalam waktu tidak lebih dari 2,5 menit (sesuai VR).
Tabel 2.11Panjang Bagian Lurus Maksimum

2.9.3 Diagram Alir Cara Menentukan Jenis Tikungan yang Akan Digunakan
MULAI

Data-Data:


Kecepatan Rencana
(VR)



Jari-Jari Rencana (R)

Tikungan Full Circle
(FC)


R>Rmin

Ya

 P dari panjang lengkung vertikal cekung

Dimana:
L

= Panjang lengkung vertikal (m)

A

= Perbedaan kelandaian/grade (m)

Jh

= Jara pandang henti (m)

S

= Jarak pandang (henti&menyiap)

g1,g2
Y

= Kelandaian (%)
= Faktor kenyamanan (tinggi objek: 10 cm, tinggi mata: 120 cm)

Tabel 2.23 Faktor kenyamanan (Y)

Tabel 2.24Panjang Minimum Lengkung Vertikal

2.10.5 Jalur Pendakian
Jalur pendakian adalah jalur yang dibuat untuk kendaraan berat (truck,tronton, dll)
agar kendaraan yang lebih cepat dapat mendahului tanpa harusa menggunakan jalur
lawan. Lebar lajur pendakian sama dengan lebar lajur rencana.

Gambar 2.21 Lajur Pendakian Tipikal

2.10.6 Cara Menentukan Lengkung Vertikal Cembung


Jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung S < L

Gambar 2.22Jarak Pandang Dalam DaerahLengkung S < L



Jarak pandang berada seluruhnya dalam daerah lengkung S > L

Gambar 2.23Jarak Pandang Dalam DaerahLengkung S > L



Berdasarkan Jarak Pandang Henti
AS ²
L=
Jika SL

L=2 S−

399
A



Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap
AS ²
L=
Jika SL
A



Berdasarkan Kebutuhan Drainase
L≤ 50 A



Berdasarkan Kenyaman Mengemudi
AV ²
L=
380

2.10.7 Cara Menentukan Lengkung Vertikal Cekung


Berdasarkan Jarak Penyinaran Lampu Kendaraan
AS ²
L=
Jika SL

L=2 S−

( 120+A3,50 S )



Berdasarkan Jarak Pandang Bebas Di bawah Bangunan
AS ²
L=
Jika SL
A



Berdasarkan Kebutuhan Drainase
L≤ 50 A



Berdasarkan Kenyaman Mengemudi

L=

AV ²
380

2.11 Koordinasi Alinyemen
Koordinasi alinyemen adalah gabungan antara alinyemen horizontal dan alinyemen
vertikal. Koordinasi alinyemen vertikal dan alinyemen horizontal harus memenuhi ketentuan
sebagai berikut:
 Alinyemen horizontal sebaiknya berimpit dengan alinyemen vertikal, idealnya
alinyemen horizontal lebih panjang sedikit melingkupi alinyemen vertikal
 Tidak diizinkan tikungan yang tajam pada bagian bawah lengkung vertikal cekung
atau padabagian atas lengkung vertikal cembung
 Tidak diizinkan lengkung vertikal cekung pada kelandaian jalan yang lurus
 Tidak diizinkan dua atau lebih lengkung vertikal dalam satu lengkung horizontal
 Tidak diizinkan tikungan yang tajam di antara 2 bagian jalan yang lurus.

Gambar 2.24 Koordinasi yang Ideal Antara Alinyemen Horizontal dan Alinyemen
Vertikal yang Berimpit

Gambar 2.25 Koordinasi yang Harus Dihindarkan, Dimana Alinyemen Vertical
Menghalangi Pandangan Pengemudi Pada Saat Mulai Memasuki Tikungan Pertama

Gambar 2.26 Koordinasi yang Harus Dihindarkan, Dimana Pada Bagian yang
Lurus Pandangan Pengemudi Terhalang Oleh Puncak Alinyemen Vertical Sehingga
Pengemudi Sulit Memperkirakan

2.12 Perancanaan Drainase
Air adalah salah satu penyebab kerusakan konstruksi jalan baik secara langsung
maupun tak langsung, oleh sebab itu perlu adanya perencanaan drainase jalan. Ada dua jenis
sistem drainase jalan yaitu sistem drainase permukaan dan sistem drainase bawah permukaan.
Dalam laporan ini digunakan sistem drainase permukaan. Ada beberapajenis sistem drainase
permukaan atara lain :

2.12.1

SALURAN SAMPING

Gambar 2.27 Potongan Melintang jalan dan Saluran Drainase

Sistem drainase ini bertujuan mengalirkan air limpasan pemukaan akibat hujan
sehinggga tidak mengenangi permukaan jalan ataupun ahu jalan sehingga tidak
mengakinatkan terjadinya kerusakan pada konstruksi jalan.

Dalam perhitungan drainase hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
o Perhitungan Intensitas Curah Hujan
o Menghitung debit rencana
o Perencanaan dimensi saluran
o Perhitungan Intensitas Curah Hujan

Rumus menurut Pinobe adalah :
2/ 3

[ ]

R 24
I= x
24
tc
dimana :
I

= Intensitas curah hujan ( mm/jam )

R

= Curah hujan rancangan (mm)

Tc

= Lamanya hujan/ lama waktu konsentrasi ( jam )

o Perhitungan Debit Rencana
Rumus yang digunakan :
Q=f . c . I . A
dimana :
f

= Faktor konversi satuan (0,278)

Q

= Debit pengaliran (m3/det)

c

= Koefisien pengaliran

I

= Intensitas hujan pada periodik ulang tertentu (mm/jam)

A

= Luas daerah pengaliran (km2)

o Perencanaan dimensi saluran
Yang harus diperhatikan dalam perencanaan dimensi saluran adalah :
-

Kemiringan dinding saluran

-

Koefisien kekasaran Manning

-

Kemiringan dasar saluran

1
m

Gambar 2.28 Potongan Melintang Saluran Drainase

Rumus-rumus yang digunakan :
 Luas penampang basah (A)
A= ( b+mh )

 Keliling basah (P)
P=b+ 2. h √ ( m2 +1 )
 Jari-jari hidrolis (R) :
R=

A
P

 Kecepatan Aliran (V)
V=

Q
A

1 2/ 3 1/ 2
V= R .S
n
Dimana :
b

= Lebar Saluran;

m

= Talud;

h

= Tinggi Saluran;

S

= Kemiringan Saluran;

2.12.2

GORONG GORONG (CULVERT)

Pada perencanaan sistem drainase jalan gorong gororng termasuk sistem drainase
permukaan yang berfungsi sebagai penerus aliran dari saluran samping ke tempat
pembuangan. Dibeberapa lokasi gorong gorong di tempatkan melintang jalan sesuai dengan
kebutuhan.
Disamping berfungsi sebagai penerus aliran pada saluran samping gorong gorong
sangat efisiean digunakan pada jalan yang berbentuk punggungan (Embankment) dengan
lembah pada sisi kiri kanan jalan, gorong –gorong ini berfungsi mengalirkan air dari satu sisi
ke sisi yang lain yang ada sarana pambuangannya.
Berdasarkan bentuknya ada dua jenis gorong gorong yaitu :
o Jenis pipa
Untuk memetukan dimensi curverter pada perencanaan drainase jalan, curverter
dianggap saluran terbuka denga mengambul freeboard = 0.2 d maka h = 0.8 d

D = Diameter pipa (m)
h = Tinggi air maksimal dalam pipa (m)
b = Lebar permukaan air pada tinggi h (m)
P = Titik pusat lingkaran pipa

Gambar 2.29 Penampang Melintang Culvert Jenis Pipa
Dari ketentuan tersebut di atas kapasitas culvert (Qg) utuk menerima debit aliran dapat
ditentukan dengan rumus Maning, yaitu
Qg =F . V

Dimana:

Qg

= kapasitas gorong-gorong (m3/det)

F

= luas penampang basah (m2)

V

= kecepatan aliran (m/det)

Agar gorong-gorong tetap berfungsi sebagai saluran terbuka maka untuk
mengantisipasi banyaknya benda benda yang terbawa aliran akan menghambat gerakan aliran
sea.biknya kapasitas gorng-gorng diambil 80% dari Qg.
o Jenis Persegi
Jenis saluran ini terdiri dari :


Box culvert (BC) adalah gorong-gorong persegi dari beton bertulang yang kaku
dengan konstruksi plat dinding, plat alas dan plat atas menyatu, berupa kotak atau
box.



Salb culvert (SC) adalah gorng-gorong persegi dengan plat atas dari beton
bertulang (Slab) yang ditumpang pada pasangan batu. Jenis ini lebih cocok pada
jalan raya daerah pedataran atau pantai.

Tabel 2.25 Koefisien Limpasan

2.13 Perhitungan Volume Galian Dan Timbunan
Dalam perencanaan jalan raya diusahakan Volume galian sama dengan volume
timbunan. Adapun langkah-langkah perhitungan Galian dan timbunan adalah sebagai
berikut :
o Tentukan stationing (jarak patok) sehingga diperoleh panjang jalan dari alinemen
horizontal.
o Gambar profil memanjang
o Gambar profil melintang pada tiap titik stationing
o Hitung luas galian dan timbunan
o Hitung volume galian dan timbunan

Luas
F2
Luas
F1

d = Jarak antar
titik

Gambar 2.30 Sketsa Volume Galian Timbunan
Misal :
Berdasarkan data-data yang terlampir, kita ambil salah satu titik perhitungan volume
galian dan timbunan dititik A dengan rumus : V =

G=

FG1 + FG 2
2

T=

FT 1+ FT 2
2

VG=G . d

VT=T . d

Luas1 + Luas2
x Jarak antara2 titik
2

dimana :
FG

= Luas penampang galian satu stasiun

FT

= Luas penampang timbunan satu stasiun

G

= Luas penampang rata – rata galian dua stasiun

T

= Luas penampang rata – rata timbunan dua stasiun

VG

= Volume galian antara dua stasiun

VT

= Volume timbunan antra dua stasiun

d

= Jarak atar titik

2.14 Perencanaan Perkerasan Jalan
Lapisan perkerasan jalan dapat dibedakan atas lapisan permukaan, lapisan pondasi
atas, lapisan pondasi bawah dan lapisan tanah dasar. Lebar perkerasan pada umumnya
ditentukan oleh lebar jalur lalu lintas normal. Lebar lalu lintas normal adalah 3.0 m,
sedangkan untuk jalur cepat, lebar jalur adalah 3.75 m. Pada lapisan base, sub base maupun
sub grade bahan yang digunakan adalah bahan grandar (berbutir) yang lepas. Butir-butirnya
dapat menahan tekanan tetapi praktis tidak dapat menahan tarikan. Dan dalam pembuatan
jalan tersebut dilakukan dengan cara perkerasan.
Perkerasan jalan ada 2 macam yaitu :
a.

Perkerasan lentur, menggunakan bahan pengikat aspal.

b.

Perkerasan kaku, menggunakan bahan pengikat semen.
Dan untuk selanjutnya akan dijabarkan mengenai system perkerasan lentur.

Perencanaan perkerasan jalan pada dasamya adalah perencanaan tebal perkerasan yang
dibutuhkan untuk suatu jalan raya. Dalam perencanaan perkerasan lentur, umumnya
menggunakan bahan campuran beraspal sebagai lapis permukaan serta bahan berbutir sebagai
lapisan dibawahnya.
Faktor - faktor yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perkerasan lentur adalah:
a. Lalu lintas, adalah
 Jumlah kendaraan
 Tingkat pertumbuhan lalu lintas
 Umur rencana jalan dari masa konstruksi
b. Nilai CBR
Cara penganalisaannya dapat dibedakan menjadi :
1. Perencanaan untuk lalu lintas rendah;
2. Perencanaan untuk lalu lintas tinggi ;
3. Perencanaan perkuatanjalan lama (pelapis / tambahan / overlay) ;

4. Perencanaan konstruksi bertahap;

Rumus-rumus yang dipergunakan dalam perencanaan adalah :
1.

Perhitungan LEP
n

LEP=∑ LHRj . cj. E
j−1

Dimana :
LEP

= Lintas Ekivalen Permulaan

LER

= Lalu lintas harian rata-rata

c

= Koefisien distribusi kendaraan

E

= Angka ekivalen

2.

Perhitungan LHR
LHR=( 1+i )R . jumlah kendaraan
Dimana :
i

= Tingkat pertumbuhan lalu lintas

n

= Umur rencana jalan

3.

Perhitungan LEA
n

FR

LEA=∑ LHRj. ( 1+i ) . cj. Ej
j−1

Dimana :
j

= Jenis kendaraan

VR

= Umur rencana

4.

Perhitungan LET
L ET =

LEP+ LEA
2

Dimana :
LET
5.

= Lintas Ekivalen Tengah.
Perhitungan LER

LER = LET . FP
FP=

VR
10

Dimana :
LER

= Lintas Ekivalen Rencana

FP

= Faktor Penyesuaian

Nilai indeks tebal perkerasan diperoleh dari nomogram dengan mem-pergunakan nilai-nilai
yang telah diketahui sebelumnya, yaitu : LER selama umur rencana, nilai DDT, dan FR yang
diperoleh. Berikut ini adalah gambar grafik nomogram untuk masing-masing nilai IPt dan
IPo.

Gambar
2.31

Gambar
2.32

Gambar
2.33

Gambar
2.35

Gambar
2.34

Gambar
2.36

Gambar
2.37

Gambar
2.39

Gambar
2.38

Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kendaraan
Beba
n
Sumb
u

Angka Ekivalen

Kg
Lb
Sumbu tunggal
1000
2205
0,0002
2000
4409
0,0036
0,0003
3000
6614
0,0183
0,0016
4000
8818
0,0577
0,005
5000
11023
0,141
0,0121
6000
13228
0,2923
0,0251
7000
15432
0,5415
0,0466
8000
17637
0,9238
0,0794
8160
18000
1
0,086
9000
19841
1,4798
0,1273
10000
22046
2,2555
0,194
11000
24251
3,3022
0,284
12000
26455
4,677
0,4022
13000
28660
6,4419
0,554
14000
30864
8,6647
0,7452
15000
33069
11,4184
0,982
16000
35276
14,7815
1,2712
Tabel 2.26 Ekivalen beban sumbu kendaraan (E)

Sumbu
ganda

Source : SKBI -2.3.26.1987
UDC :625.73(02)
ITP diperoleh dengan menggunakan nomogram. ITP diperoleh setelah kita
mengetahui DDT, LER, dan FR. Setelah didapat DDT, IP, dan FR dari grafik dan nilai a1, a2,
a3 dari tabel, maka :
´
ITP=a
1 . D 1 +a2 D 2 +a3 D 3
Dimana :
a1, a2, a3

= Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan. Didapat dari
tabel / daftar VII (petunjuk perencanaan tebal perkerasan
lentur jalan raya dengan metode analisa komponen).

D1, D2, D3 = Tebal masing-masing lapisan perkerasan (cm)

DDT

= Daya dukung tanah dasar

FR

=

Faktor regional

IP

=

Indeks permukaan

D1
D2

D3

Gambar 2.40 Gambar Lapisan Tanah

BAB III
PERHITUNGAN PERENCANAAN
3.1 Perhitungan Kelandaian Medan
Kelandaian Medan=

Elevasi Tinggi−Elevasi Rendah
x 100
Jarak
Tinggi Elevasi
Titik 2
55,868

Tinggi Elevasi

Jarak (M)

Kelandaian Medan
Lereng Melintang

0+000

Tinggi Elevasi
Titik 1
55,868

55,868

25,00

3,13

2

0+025

54,530

55,642

55,086

25,00

5,10

3

0+050

54,028

53,596

53,812

25,00

3,77

4

0+075

53,778

55,729

54,754

25,00

6,80

5

0+100

57,034

55,874

56,454

25,00

4,07

6

0+125

57,231

57,71

57,471

25,00

1,68

7

0+150

57,902

57,878

57,890

25,00

5,36

8

0+175

59,137

59,324

59,231

25,00

3,40

9

0+200

59,430

60,73

60,080

25,00

3,97

10

0+225

61,344

60,803

61,074

25,00

0,53

11

0+250

60,813

61,069

60,941

25,00

0,88

12

0+275

60,597

60,843

60,720

25,00

1,59

13

0+300

60,176

60,468

60,322

25,00

6,61

14

0+325

59,099

58,238

58,669

25,00

11,51

15

0+350

55,773

55,81

55,792

25,00

3,77

16

0+375

53,715

55,983

54,849

25,00

9,81

17

0+400

52,523

52,27

52,397

25,00

11,62

18

0+425

50,036

48,945

49,491

25,00

10,23

19

0+450

52,091

52,006

52,049

25,00

5,01

20

0+475

52,087

49,503

50,795

25,00

8,57

21

0+500

52,938

53,142

53,040

25,00

4,90

22

0+525

54,164

54,164

54,164

25,00

7,67

23

0+550

55,675

56,488

56,082

25,00

1,15

24

0+575

55,859

56,88

56,370

25,00

3,30

25

0+600

55,551

55,538

55,545

25,00

0,48

26

0+625

55,400

55,447

55,424

25,00

0,01

27

0+650

55,686

55,164

55,425

25,00

3,05

28

0+675

56,197

56,179

56,188

25,00

3,96

29

0+700

57,144

57,214

57,179

25,00

6,00

No

STA

1

30

0+725

58,648

58,708

58,678

25,00

10,72

31

0+750

61,818

60,9

61,359

25,00

0,06

32

0+775

61,462

61,228

61,345

25,00

1,75

33

0+800

61,490

62,075

61,783

25,00

2,68

34

0+825

61,136

61,087

61,112

25,00

0,53

35

0+850

60,838

61,119

60,979

25,00

1,13

36

0+875

60,345

61,049

60,697

25,00

0,24

37

0+900

60,558

60,716

60,637

25,00

0,58

38

0+925

60,696

60,866

60,781

25,00

2,00

39

0+950

61,375

61,185

61,280

25,00

2,05

40

0+975

62,139

61,448

61,794

25,00

1,30

41

1+000

61,771

61,165

61,468

25,00

0,67

42

1+025

62,074

61,196

61,635

25,00

0,50

43

1+050

62,148

61,371

61,760

25,00

0,81

44

1+075

62,183

61,741

61,962

25,00

1,74

45

1+100

61,740

61,313

61,527

25,00

0,41

46

1+125

61,742

61,514

61,628

25,00

1,48

47

1+150

61,166

61,35

61,258

25,00

1,76

48

1+175

60,486

61,15

60,818

25,00

5,08

49

1+200

59,623

59,472

59,548

25,00

2,46

50

1+225

59,280

58,584

58,932

25,00

6,17

51

1+250

56,922

57,857

57,390

25,00

4,76

52

1+275

56,380

56,021

56,201

25,00

5,76

53

1+300

55,183

54,336

54,760

25,00

5,12

54

1+325

53,576

53,381

53,479

25,00

2,29

55

1+350

52,636

53,176

52,906

25,00

7,13

56

1+375

54,502

54,874

54,688

25,00

6,76

57

1+400

56,422

56,334

56,378

25,00

4,44

58

1+425

57,541

57,434

57,488

25,00

4,63

59

1+450

58,629

58,663

58,646

25,00

4,89

60

1+475

59,750

59,986

59,868

25,00

4,55

61

1+500

60,811

61,198

61,005

25,00

0,17

62

1+525

60,856

61,237

61,047

25,00

2,33

63

1+550

60,185

60,744

60,465

25,00

5,25

64

1+575

58,756

59,548

59,152

25,00

5,82

65

1+600

57,190

58,204

57,697

25,00

6,18

66

1+625

55,186

57,116

56,151

25,00

1,68

67

1+650

56,069

57,072

56,571

25,00

6,35

68

1+675

54,873

55,091

54,982

25,00

5,38

69

1+700

53,110

54,163

53,637

25,00

3,39

70

1+725

52,786

52,791

52,789

25,00

0,10

71

1+750

52,737

52,788

52,763

25,00

0,58

72

1+775

52,929

52,886

52,908

25,00

4,22

73

1+800

53,987

53,939

53,963

25,00

1,17

74

1+825

54,291

54,218

54,255

25,00

217,02

75

1+858,24

55,624

55,318

55,471

28,24

196,43

Total
Rata-Rata

688,47
9,18

Dari perhitungan kelandaian medan didapat kelandaian medan rata-rata sebesar 9,18 % ,
maka termasuk medan Perbukitan.

3.2 Data-Data Untuk Geometrik Jalan
Jenis Kendaraan
Mobil Penumpang
Truk Ringan

Berat Kendaraan (Ton)
AS Depan AS Belakang-1 AS Belakang-2
1
1
3
6
-

Jumlah/hari(Dua Arah)
565
248

Truk Berat
Truk 3 - AS
Bus

4
4
3

8
8
7

8
-

166
34
266

Data perencanaan untuk 2 jalur :
 Umur rencana jalan

= 10 th

 Tahun pembukaan jalan

= 2018

 Awal Tahun Rencana

= 2016

 Tingkat pertumbuhan Kendaraan (pertubuhan lalin)

= 5.6 %

LHR Awal TahunRencana 2016 : (e=0,056 & n=2thn)

Jenis Kendaraan
Mobil Penumpang
Truk Ringan
Truk Berat
Truk 3 - AS
Bus

Berat (Ton)
Jumlah x (1+0,056)²
2
565 x
(1+0,056)²
9
248 x
(1+0,056)²
12
166 x
(1+0,056)²
20
34 x
(1+0,056)²
10
266 x
(1+0,056)²
LHR Awal Tahun (2016)

Jumlah
630
277
185
38
297
1426

LHR Umur Rencana : (e=0,056 & n=10thn)

Jenis Kendaraan
Mobil Penumpang
Truk Ringan
Truk Berat
Truk 3 - AS
Bus

Berat (Ton)
Jumlah x (1+0,056)^10
2
630 x
(1+0,056)^10
9
277 x
(1+0,056)^10
12
185 x
(1+0,056)^10
20
38 x
(1+0,056)^10
10
297 x
(1+0,056)^10
LHR Umur Rencana

Jumlah
1086
477
319
65
512
2459

VLHR dalam satuan Mobil Penumpang (SMP)

VLHR dalam Satuan Mobil Penumpang (SMP)
Mobil Penumpang 2 Ton
=
1086
x 1 =
Truk Ringan 9 ton
=
477
x 2 =
Truk Berat 12 ton
=
319
x 3 =

1086,5
953,8
957,6

Truk 3 - AS 20 ton
Bus 10 ton

=
=

65
512

x 5 =
x 3 =
=

JUMLAH

50%

Berat Total 2 Ton

1 Ton

50%
1 Ton

Gambar 3.1Mobil Penumpang 2 ton
Roda:
Depan
= 1 ton (STRT)
Belakang = 1 ton (STRT)

34%

Berat Total 9 Ton

3 Ton

6 Ton

Gambar 3.2Truk Ringan 9 ton
Roda:
Depan
= 3 ton (STRT)
Belakang = 6 ton (STRT)

66%

326,9
1534,5
4859,3

Berat Total 12 Ton

34%

66%

4 Ton

8 Ton

Gambar 3.3Truk berat 12 ton
Roda:
Depan

= 4 ton (STRT)

Belakang

= 8 ton (STRG)

Berat Total 20 Ton

25%
4 Ton

Gambar 3.4Truk 3 As 20 ton
Roda:
Depan

= 4 ton (STRT)

Tengah

= 8 ton (STRG)

Belakang

= 8 ton (STRG)

27,8%

27,8%

8 Ton

8 Ton

4 Ton

Berat Total 10 Ton

34%

66%

3 Ton

7 Ton
Gambar 3.5Bus 10 ton

Roda:
Depan

= 3 ton (STRT)

Belakang

= 7 ton (STRG)

Dapat disimpulkan:
Disoal diketahui bahwa fungsi jalan adalah JALAN KOLEKTOR, sehingga didapat:
 Kecepatan Rencana (VR)
= 60 km/jam
Sesuai dengan tabel 2.6
 Kemiringan rata-rata
= 9,18%
Merupakan medan perbukitan 3-25%
(Sesuai dengan tabel 2.2)


VLHR

3.3 Alinyemen Horizontal

= 4859,3

Diperoleh lebar jalan (2x3,5m)= 7m
Diperoleh lebar bahu jalan 1,5m
(Sesuai dengan table 2.7)

Diketahui :
Fungsi Jalan

= Jalan Kolektor

Medan Jalan

= Perbukitan

Kecepatan Rencana (VR)

= 60 km/jam

Lebar Jalan

= 2 x 3,5m

Super Elevasi (e)

= 10%

Kemiringan Lintang Normal (en)

= 2%

Jarak A – PI1

= 775,02m

Jarak PI1 - C

= 400 m



Sudut Tikungan ( )

= 124,976°

Perhitungan Tikungan PI1(Point of Intersection 1)
Direncanakan :
Jari-Jari rencana (Rc)

=70 m (didapat dari beberapa percobaan di
gambar rencana jalan)

Kecepatan Rencana (VR)

= 40 km/jam (Dengan memperhatikan jari-jari
tikungan yang hanya 70 m, maka VR
60km/jam diganti menjadi 40 km/jam
sehingga di pasang rambu)

Panjang peralihan (Ls)

= 50m (sesuai dengan tabel 2.16a)

Super elevasi (e)

= 8.8% (sesuai dengan tabel 2.16a)

 Pemilihan Tikungan
1. Perhitungan tikungan tipe Full Circle (FC)
p=

Ls ²
24 x Rc

p=

50 ²
24 x 70

= 1,4888 > 0,25 m(Tidak memenuhi syarat)
Jadi, Tikungan tipeFull Circle (FC) tidak bisa digunakan. Melainkan dicoba
tikungan tipeSpiral Circle Spiral.
 Perhitungan tikungan tipr Spiral Circle Spiral (S-C-S)



Ls ²
40 x Rc ² )
Xs=Ls ¿

1−

1−

=

50²
40 x 70 ² )
50 ¿

= 49,362



Ys=

Ls ²
6 x Rc

=

50 ²
6 x 70

= 5,952



θs=
=

90 x Ls
π x Rc
90 x 50
3,14 x 70

= 20,473



θs
1−cos ¿
Ls ²
p=
−Rc ¿
6 x Rc

=

20,473
1−cos ¿
50²
−70 ¿
6 x 70

= 1,531



k =Ls−

Ls 3
−Rc x sinθs
40 x R c2

= 50−

503
−70 x sin 20,473
40 x 702

= 25,504


θc=ᵦ−2 θs
= 124,976 – 2 x 20,473

= 84,03


Es= ( Rc + p ) Sec 0,5 ᵦ−Rc
= ( 70+1,531 ) Sec 0,5124,976−70
= 84,851



Ts=( Rc+ p ) Tg 0,5 ᵦ+k

= ( 70+1,531 ) Tg 0,5 124,976+25,504
= 162,844



Lc=
=

θc
x π x Rc
180
84,03
x 3,14 x 70
180

= 94,28 m ≥ 20m (Memenuhi Syarat)
Jadi, untuk tikungan PI-1 dipilih tikungan tipeSpiral Circle Spiral karena dari
perhitungan di atas memenuhi syarat.

Gambar 3.6 Tikungan PI-1 (SCS)

Perhitungan Tikungan PI2(Point of Intersection 2)
Diketahui :
Fungsi Jalan

= Jalan Kolektor

Medan Jalan

= Perbukitan

Kecepatan Rencana (VR)

= 60 km/jam

Lebar Jalan

= 2 x 3,5m

Super Elevasi (e)

= 10%

Kemiringan Lintang Normal (en)

= 2%

Jarak PI1 – PI2

= 400 m

Jarak PI2 – PI3

= 350 m



Sudut Tikungan ( )

= 7,748°

Direncanakan :
Jari-Jari rencana (Rc)

= 819 m (didapat dari beberapa percobaan di
gambar rencana jalan)

Panjang peralihan (Ls)

= 50m (sesuai dengan tabel 2.16b)

(e)

= 0,026 (sesuai dengan tabel 2.16b)

 Pemilihan Tikungan
1. Perhitungan tikungan tipe Full Circle (FC)
p=

Ls ²
24 x Rc

p=

50 ²
24 x 819

= 0,127> 0,25 m (Memenuhi syarat)

Jadi, Tikungan tipeFull Circle (FC) bisa digunakan, karena dari perhitungan p
di atas, hasilnya memenuhi syarat.
 Perhitungan tikungan tipeFull Circle (FC)


Tc=Rc x Tg 0,5 β

¿ 819 x Tg 0,5 ( 7,748 )
¿ 55,692m



Ec=Tc x Tg 0,25 β

¿ 55,692 x Tg 0,25 ( 7,748 )
¿ 1,894 m



Lc=0,01745 x β x Rc

¿ 0,01745 x 7,748 x 819
¿ 110,731 m

Gambar 3.7 Tikungan PI-2 (FC)

Perhitungan Tikungan PI3(Point of Intersection 3)
Diketahui :
Fungsi Jalan

= Jalan Kolektor

Medan Jalan

= Perbukitan

Kecepatan Rencana (VR)

= 60 km/jam

Lebar Jalan

= 2 x 3,5m

Super Elevasi (e)

= 10%

Kemiringan Lintang Normal (en)

= 2%

Jarak PI2– PI3

= 350 m

Jarak PI3– D

= 328,23 m



Sudut Tikungan ( )

= 29,799°

Direncanakan :
Jari-Jari rencana (Rc)

= 600 m (didapat dari beberapa percobaan di
gambar rencana jalan)

Panjang peralihan (Ls)

= 50m (sesuai dengan tabel 2.16b)

(e)

= 0,029 (sesuai dengan tabel 2.16b)
 Pemilihan Tikungan
1. Perhitungan tikungan tipe Full Circle (FC)
p=

Ls ²
24 x Rc

p=

50 ²
24 x 716

= 0,146> 0,25 m (Memenuhi syarat)

Jadi, Tikungan tipeFull Circle (FC) bisa digunakan, karena dari perhitungan p
di atas, hasilnya memenuhi syarat.

 Perhitungan tikungan tipeFull Circle (FC)


Tc=Rc x Tg 0,5 β

¿ 716 x Tg 0,5 ( 29,79 )
¿ 190,456 m



Ec=Tc x Tg 0,25 β

¿ 190,456 x Tg 0,25 ( 29,799 )
¿ 24,950



Lc=0,01745 x β x Rc

¿ 0,01745 x 29,799 x 716
¿ 372,315 m

Gambar 3.8 Tikungan PI-1 (FC)

3.4 Alinyemen Vertikal
Perhitungan PPV1(Pusat Perpotongan Vertikal 1 Cembung)
Diketahui :
Jarak Pandang Menyiap (Jd)

= 350m

Jarak Pandang Henti (S)

= 75m

Direncanakan :
Kecepatan Rencana (VR)

= 60 km/jam

 Perhitungan PPV 1 Cembung

PLV =
1,485

55,868
%

PPV1 =

60,322

PTV
-5,515
300,000

g 1=

Elevasi PPV 1−Elevasi PLV
+100
Jarak PPV 1 ke PLV

g 1=

60,322−55,868
x 100
300

g 1=1,485

g 2=

Elevasi PTV −Elevasi PPV 1
x 100
Jarak PTV ke PPV 1

%
150,000

=
52,049

g 2=

52,049−60,322
x 100
150

g 2=−5,515
Perbedaan Kelandaian ( A )=g 2−g 1

Perbedaan Kelandaian ( A )=(−5,515 )−1,485
Perbedaan Kelandaian ( A )=7

a. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Jarak Pandang Henti SL
Lv=2 x S−(

399
)
A

Lv=2 x 75−(

399
)
7

Lv=2 x 75−(

399
)
7

Lv=93 m

(Tidak Memenuhi)

c. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap SL
Lv=2 x S−(

960
)
A

Lv=2 x 350−(

960
)
7

Lv=562,857 m (Tidak memenuhi)

e. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Keperluan Drainase
Lv< 50 A
Lv< 50 x 7

Lv< 350 m (Memenuhi)

f. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Kenyamanan Pengemudi
Lv=

AxV ²
380

Lv=

7 x 60²
380

Lv=66,316 m (Memenuhi)

Diambil Lv terbesar

Ev=

A x LV ²
800

Ev=

7 x 893,299²
800

Ev=7,816 m

Lv=893,299 m

Perhitungan PPV 2(Pusat Perpotongan Vertikal 2 Cekung)
Diketahui :
Jarak Pandang Menyiap (Jd)

= 350m

Jarak Pandang Henti (S)

= 75m

Direncanakan :
Kecepatan Rencana (VR)

= 60 km/jam

 Perhitungan PPV 2 Cekung
PLV
60,322

PPV2
52,049

PTV
1,63
4

5,51
5

%

150,00

596,420

g 1=

Elevasi PPV 2−Elevasi PLV
+100
Jarak PPV 2 ke PLV

g 1=

52,049−60,322
x 100
150

g 1=−5,515

g 2=

Elevasi PTV −Elevasi PPV 1
x 100
Jarak PTV ke PPV 1

g 2=

61,795−52,049
x 100
596,420

g 2=1,634

% 61,795

Perbedaan Kelandaian ( A )=g 2−g 1
Perbedaan Kelandaian ( A )=(−5,515 )−1,634

Perbedaan Kelandaian ( A )=7,15

a. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Jarak Pandang Penyinaran LampuSL
Lv=2 x S−(

120+(3,5 x S)
)
A

Lv=2 x 75−

( 3,5 x 75 )
( 120+7,15
)

Lv=96,499 m (Tidak Memenuhi)

c. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Jarak Pandang Bebas Di Bawah
BangunanSL
Lv=2 x S x(

3480
)
A

Lv=2 x 75 x (

3480
)
7,15

Lv=−336,753 m (Memenuhi)

e. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Keperluan Drainase

Lv< 50 A
Lv< 50 x 7 ,15

Lv< 357,47 m (Memenuhi)
f. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Kenyamanan Pengemudi
Lv=

AxV ²
380

Lv=

7,15 x 60²
380

Lv=67,731 m (Memenuhi)

Diambil Lv terbesar

Ev=

A x LV ²
800

Ev=

7,15 x 357,47²
800

Ev=3,195 m

Lv< 357,47 m

Perhitungan PPV3(Pusat Perpotongan Vertikal 3 Cembung)
Diketahui :
Jarak Pandang Menyiap (Jd)

= 350m

Jarak Pandang Henti (S)

= 75m

Direncanakan :
Kecepatan Rencana (VR)

= 60 km/jam

 Perhitungan PPV 3 Cembung
PPV
3=
2.29
3

61.795

%
PT
V=

PL
V
=

52.04
9

-1.925
425.000

g 1=

Elevasi PPV 3−Elevasi PLV
+100
Jarak PPV 3 ke PLV

g 1=

61,795−52,049
x 100
425

g 1=2,293

g 2=

Elevasi PTV −Elevasi PPV 3
x 100
Jarak PTV ke PPV 3

g 2=

56,982−61,795
x 100
250

g 2=−1,925

Perbedaan Kelandaian ( A )=g 2−g 1

%
250.0
00

56.9
82

Perbedaan Kelandaian ( A )=(−1,925 )−2,293
Perbedaan Kelandaian ( A )=4,218

g. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Jarak Pandang Henti SL
Lv=2 x S−(

399
)
A

Lv=2 x 75−(

399
)
4,218

Lv=2 x 75−(

399
)
4,218

Lv=55,414 m

(Tidak Memenuhi)

i. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap SL
Lv=2 x S−(

960
)
A

Lv=2 x 75−(

960
)
4,218

Lv=472,424 m (Tidak memenuhi)

k. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Keperluan Drainase
Lv< 50 A
Lv< 50 x 4,218

Lv< 210,919m

(Memenuhi)

l. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Kenyamanan Pengemudi
Lv=

AxV ²
380

Lv=

4,218 x 60²
380

Lv=39,964 m (Memenuhi)

Diambil Lv terbesar

Lv=538,282 m

Ev=

A x LV ²
800

Ev=

4,218 x 538,282²
800

Ev=2,838 m

Perhitungan PPV4(Pusat Perpotongan Vertikal 4 Cekung)
Diketahui :
Jarak Pandang Menyiap (Jd)

= 350m

Jarak Pandang Henti (S)

= 75m

Direncanakan :
Kecepatan Rencana (VR)

= 60 km/jam

 Perhitungan PPV 4 Cekung

PPV4

PLV
61.795

56.982

PTV
0.3
0

1.9
3

% 55.221

%

250.00

596.420
X
=

g 1=

Elevasi PPV 4−Elevasi PLV
+100
Jarak PPV 4 ke PLV

g 1=

56,982−61,795
x 100
250

g 1=−1,925

g 2=

Elevasi PTV −Elevasi PPV 4
x 100
Jarak PTV ke PPV 4

g 2=

55,221−56,982
x 100
596,420

g 2=−0.295
Perbedaan Kelandaian ( A )=g 2−g 1

20.3
7

m

Perbedaan Kelandaian ( A )=(−0,295 )−(−1,925)
Perbedaan Kelandaian ( A )=1,63

m. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Jarak Pandang Henti SL
Lv=2 x S−(

399
)
A

Lv=2 x 75−(

399
)
1,630

Lv=2 x 75−(

399
)
1,630

Lv=−84,672 (Tidak Memenuhi)

o. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Jarak Pandang Menyiap SL
Lv=2 x S−(

3480
)
A

Lv=2 x 75−(

3480
)
1,630

Lv=−1985,05m

(Tidak memenuhi)

q. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Keperluan Drainase
Lv< 50 A
Lv< 50 x 1,630

Lv< 81,50 m (Memenuhi)
r. Menghitung Panjang Vertikal Berdasarkan Kenyamanan Pengemudi
Lv=

AxV ²
380

Lv=

1,630 x 60²
380

Lv=15,442 m (Memenuhi)

Diambil Lv terbesar

Ev=

A x LV ²
800

Ev=

1,630 x 81,497²
800

Ev=0,166 m

Lv=81,497 m

3.5 Perencanaan Drainase



Data Perencanaan ( PPV1 )
Jenis areal drainase
-

Jenis perkerasan beton/aspal

C= 0,95

-

Jln Kerikil

C= 0,80

-

Lahan Terbuka

C= 0,75

-

Padang rumput

C= 0,45

-

Lahan Pertanian

C= 0,30

-

Daerah Hutan

C= 0,15

Dilihat dari Tabel 2.25

Curah hujan Tahunan > 900 mm / tahun


Intensitas Hujan
Distribusi = 5 tahun , curah hujan> 900 mm/tahun (periode ulang 5 thn 120 mm/hari )

Panjang Saluran → 300 m
Perhitungan Koefisien pengaliran

2,9 %

0,8
0,9
3,5 m

2m

1m

1,5 m

Gambar 3.9Potongan Melintang Saluran Drainase PPV 1

A1

A4

A2

A3

300
m

Gambar 3.10Tampak Atas Saluran Drainase PPV1

Menghitung koefisien Run off
- Untuk aspal C1

= ( 0,70 – 0,95 )

- Untuk Tanah datar C2

= ( 0,70 – 0,85 )

- Untuk Lahan Terbuka C3

= 0,75

☻ Perhitungan Luasan
A1 = 3,5 . 300 = 1050 m2
A₂ =

Dokumen yang terkait

UJI AKTIVITAS TONIKUM EKSTRAK ETANOL DAUN MANGKOKAN( Polyscias scutellaria Merr ) dan EKSTRAK ETANOL SEDIAAN SERBUK GINSENG TERHADAP DAYA TAHAN BERENANG MENCIT JANTAN (Musmusculus)

50 334 24

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB ORANG TUA MENIKAHKAN ANAK PEREMPUANYA PADA USIA DINI ( Studi Deskriptif di Desa Tempurejo, Kecamatan Tempurejo, Kabupaten Jember)

12 105 72

Improving the Eighth Year Students' Tense Achievement and Active Participation by Giving Positive Reinforcement at SMPN 1 Silo in the 2013/2014 Academic Year

7 202 3

INTENSIFIKASI PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH ( DI KABUPATEN BANYUWANGI

16 118 18

JUMLAH DANA DAN KREDIT DARI BANK TABUNGAN MENJADI BANK UMUM PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA ( PERSERO ) CABANG DENPASAR

3 91 12