Kebijakan Moneter di indonesia (3)

Penghantar Ilmu Ekonomi
Kebijakan Moneter

Dosen Pengampu : Muhammad Kurniawan,S.E.,M.E.Sy.
Kelompok : 5
Agus Fajar Fitriyanto
Ahmad Khairuman
Alwina Putri Dwigita
Nausa Rachti Cancera
Rizki Wicaksono

1421050444
1421050288
1421050012
1421050425
1421050418

Pengertian Kebijakan
Moneter
Kebijakan Moneter adalah suatu upaya atau keputusan
mengendalikan perekonomian makro kekondisi yang di inginkan (yang

lebih baik) dengan mengatur jumlah uang beredar. Yang dimaksud
dengan kondisi lebih baik adalah menigkatkan output keseimbangan
atau terpeliharanya stabilitas harga (inflasi terkontrol).
Melalui kebijakan moneter pemerintah dapat mempertahankan,
menambah, atau mengurangi jumlah uang beredar dalam upaya
mempertahankan kemampuan ekonomi bertumbuh, sekaligus
mengendalikan inflasi. Apabila kestabilan dalam kegiatan
perekonomian terganggu, maka kebijakan moneter dapat dipakai untuk
memulihkan (tindakan stabilisasi).

Fungsi
Fungsi Kebijakan
Kebijakan Moneter
Moneter

Kebijkan moneter digunakan sebagai kebijakan ekonomi untuk

mencapai stabilitas ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat
melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.

Tight money policy (kebijakan moneter kontraktif atau monetary
contractive policy) yaitu : kebijakan bank sentral untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara : menaikan
suku bunga, menaikan cadangan kas, membatasi pemberian kredit.
Easy money policy (kebijakan moneter ekspensif atau monetary
expensive policy) yaitu kebijakan yang dilakukan bank sentral
untuk menambah jumlah uang yng beredar dengan cara :
menurunkan tingkat suku bunga, menurunkan cadangan kas,
memberikan kredit longgar.

Tujuan Kebijakan
Moneter
Kebijakan moneter bertujuan untuk mencapai stabilitasi ekonomi yang dapat

diukur dengan :
1.Kesempatan kerja
Semakin besar gairah untuk berusaha, maka akan mengakibatkan penigkatan
produksi. Peningkatan produksi ini akan di ikuti dengan kebutuhan tenaga kerja.
Hal ini berarti akan terjdi peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan
karyawan.

2.Kestabilan harga
Apabila kestabilan harga tercapai maka akan menimbulkan kepercayaan di
masyarakat. Masyarakat percaya bahwa barang yang mereka beli sekarang akan
sama dengan harga yang akan datang.
3.Neraca pembayaran internasional
Neraca pembayaran internasional yang seimbang menunjukkan stabilisasi
ekonomi di suatu Negara. Agar neraca pembayaran internasional seimbang,
maka pemerintah sering melakukan kebijakan-kebijakan moneter.

Alat / Instrumen Kebijaksanaan
Moneter
Kebijaksanaan moneter adalah tindakan yang dilakukan oleh penguasa moneter (bank sentral) untuk mempengaruhi jumlah uang
yang beredar dan kredit yang akan mempengaruhi kegiatan ekonomi masyarakat. Tujuan kebijakan, terutama untuk stabilisasi ekonomi yang
dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga, dan neraca pembayaran internasional. Kalau kestabilan dalam kegiatan ekonomi
terganggu, maka kebijaksanaan moneter dapat dipakai untuk memulihkan (tindakan stabilisasi) Pada dasarnya alat / instrument
kebijaksanaan moneter yang dipakai adalah :
 Instrumen umum meliputi politik pasar terbuka (open market), politik cadangan minimum (reserves requirements) dan politik diskonto
(discoumt policy)
 Instrument yang selektif meliputi margin requirements, pembatasan/penentuan tingkat bunga, yang semuanya ini untuk mempengaruhi
alokasi kredit untuk sector-sektor ekonomi tertentu.

 Instrument moral suasion / open mouth policy meliputi pengaturan system perbankan.
Politik Pasar Terbuka : meliputi tindakan menjual dan membeli surat-surat berharga oleh bank sentral. Tindakan ini akan
berpengaruh untuk menaikkan cadangan bank-bank umum yang tersangkut dalam transaksi. Sebab dalam pembelian surat berharga
misalnya bank sentral akan menambah cadangan bank umum yang menjual surat berharga tersebut, yang ada pada bank sentral.
Akibat tambahnya cadangan, maka bank umum dapat menambah jumlah uang yang beredar (melalui proses penciptaan kredit).
Politik Diskonto yaitu tindakan untuk mengubah-ubah tingkat bunga yang harus dibayar oleh bank umum dalam hal meminjam dana
dari bank sentral. Dengan menaikkan diskonto, maka ongkos meminjam dana dari bank sentral akan naik sehingga akan mengurangi
keinginan bank untuk meminjam. Akibatnya, jumlah uang yang beredar dapat ditekan atau dikurangi.
Politik Perubahan Cadangan Minimum dapat mempengaruhi jumlah uang beredar. Apabila tentuan cadangan minimum
diturunkan, jumlah uang beredar cenderung naik, dan sebaliknya kalau dinaikkan jumlah uang akan cenderung turun.
Margin Requirement digunakan untuk membatasi penggunaan kredit untuk tujuan-tujuan pembelian surat berharga. Caranya
dengan menetapkan jumlah minimum kas down payment untuk transaksi surat berharga. Misalnya ditentukan margin requirement
80% artinya apabila seseorang hendak membeli surat berharga, maka 80% harus dibayar dengan kas dan sisanya 20% boleh dipinjam
dari bank.
Moral Suasion untuk mempengaruhi sikap lembaga moneter dan individu yang bergerak di bidang moneter dengan pidato-pidato
Gubernur Bank Sentral atau publikasi-publikasi, agar supaya bersikap seperti yang dikehendaki oleh penguasa moneter.


Bank Indonesia Sebagai Bank Sentral
Undang-undang yang mengatur Bank Indonesia sebagai

bank sentral adalah UU No.13 Tahun 1968. Dalam pasal 7
undang-undang ini disebutkan bahwa tugas pokok Bank
Indonesia adalah membantu pemerintah dalam hal :
mengatur, menjaga dan memelihara kestabilan nilai rupiah,
mendorong kelancaran produksi dan pembangunan serta
memperluas kesempatan kerja guna meningkatkan taraf
hidup rakyat.

Dalam menjalankan tugas pokok tersebut harus
berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah
dengan bantuan dewan moneter. Dewan moneter ini terdiri
atas tiga orang anggota, yaitu menteri yang membidangi
keuangan dan perekonomian serta Gubernur Bank Indonesia.


Fungsi Bank Sentral
Mencetak dan mengedarkan uang kertas. Tugas ini dilakukan
dalam rangka menjamin tersedianya uang kas yang cukup.
 Sebagai pemegang kas dan penasihat keuangan pemerintah. Bank
sentral membantu memperlancar kegiatan keuangan pemerintah,

dengan cara membantu dalam hal penerimaan dan pembayaran serta
member pinjaman dan penngedaran surat-surat hutang Negara.
 Memelihara cadangan bank-bank umum. Tujuannya, untuk
mengatur volume uang beredar serta mempermudah proses
pembayaran.
 Memelihara cadangan emas dan devisa. Tugas ini dimaksudkan
untuk menciptakan adanya kestabilan kurs valuta asing.
 Pengawasan serta pengendalian kredit perbankan, supaya tercapai
kehidupan perbankan yang sehat


Teori Moneter Klasik
Tiang utama dari teori moneter klasik adalah J.B.Say,Irving Fisher dan
A.Marshall. J.B.Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa
penawaran akan selalu menciptakan permintaan. Artinya bahwa suatu
perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau apa yang oleh
Malthus dinamakan underconsumption. Pengeluaran total masyarakat akan
selalu mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja
penuh (full employment).
 Menurut ekonomi klasik, adanya tabungan masyarakat tidaklah berarti dana

hilang dari peredaran, tetapi dipinjam/dipakai oleh pengusaha untuk membiayai
investasinya. Penabung mendapatkan bunga atas tabungannya, sedang pengusaha
bersedia membayar bunga tersebut selama harapan keuntungan yang diperoleh
dari investasi lebih besar dari bunga tersebut. Adanya kesamaan antara tabungan
dengan investasi (misalnya, apabila tabungan meningkat, pengeluaran investasi
juga meningkat) adalah sebagai akibat bekerjanya mekanisme tingkat bunga.
Tingkat bunga akan berfluktuasi sehingga keinginan mengadakan investasi oleh
perusahaan sama dengan keinginan menabung dari masyarakat.


Teori Klasik
Tentang Tingkat
BungaBunga
Teori Klasik
Tentang
Tingkat
Tabungan, menurut teori klasik adalah fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga makin tinggi

pula keinginan masyarakat untuk menabung. Artinya, pada tingkat bunga yang lebih tinggi masyarakat akan
lebih terdorong untuk mengurangi pengeluaran untuk konsumsi guna menambah tabungan.

Investasi juga tergantung/merupakan fungsi dari tingkat bunga. Makin tinggi tingkat bunga, keinginan untuk
melakukan investasi juga makin kecil. Alasannya, seorang pengusaha akan menambah pengeluaran
investasinya apabila keuntungan yang diharapkan dari investasi lebih besar dari tingkat bunga yang harus
dibayar untuk dana innvestasi tersebut yang merupakan ongkos untuk penggunaan dana. Makin rendah tingkat
bunga, maka pengusaha akan lebih terdorong untuk melakukan investasi, sebab biaya penggunaan dana juga
makin kecil.
Tingkat bunga dalam keadaan keseimbangan (artinya tidak ada dorongan untuk naik atau turun) akan
tercapai apabila keinginan menabung masyarakat sama dengan keinginan pengusaha untuk melakukan
investasi.
Meskipun kebijakan moneter mempengaruhi pendapatan dalam perekonomian terbuka,sebagaimana dalam
perekonomian tertutup, mekanisme tranmisi moneternya berbeda. Ingatlah, bahwa dalam perekonomian
tertutup kenaikan jumlah uang beredar menigkatkan pengeluaran karena menurunkan tingkat bunga dan
mendorong investasi. Dalam perekonomian terbuka kecil, saluran transmisi moneter ini tidak tersedia Karena
tingkat bunga ditetapkan oleh tingkat bunga dunia.
Tingkat bunga dan kurs kembali menjadi variable utama. Begitu kenaikan jumlah uang beredar menekan
tingkat bunga domestic, modal mengalir keluar dari perekonomian karena investor mencari pengembalian yang
lebih tinggi di tempat lain. Kebijakan ini juga memiliki dampak lain : Karena berinvestasi di luar negeri
mengharuskan dilakukannya konversi mata uang domestic menjadi mata mata uang asing, aliran keluar modal
meningkatkan penawaran mata uang domestic dipasar valuta asing, menyebabkan kurs mengalami depresiasi.
Penurunan kurs membuat barang-barang domestic relative murah terhadap barang-barang luar negeri dan

menigkatkan ekspor neto. Jadi, dalam perekonomian terbuka kecil , kebijakan moneter mempengaruhi
pendapatan dengan mengubah kurs, bukan tingkat bunga

STRUKTUR SERTA KEBIJAKSANAAN MONETER
INDONESIA
Semenjak 1967, pemerintah telah berusaha untuk menciptakan tata kehidupan
perbankan yang mengarah pada orientasi pasar. Seperti misalnya, pengaturan kegiatan
pemberian kredit oleh bank umum pemerintah. Sebagai bank sentral, bank Indonesia juga
memberi beberapa macam kredit, diantaranya kredit likuiditas, kredit langsung, dan
kredit untuk pertamina.

Disamping bank-bank umum (baik pemerintah maupun swasta) terdapat pula
lembaga-lembaga keuangan lainnya, seperti misalnya : asuransi dan lembaga-lembaga
tabungan dan perkreditan. Pada tahun 1968 pemerintah mulai dengan usaha untuk
mendirikan pasar modal yang ditujukan untuk meningkatkan peranan sektor moneter
dalam menunjang pembangunan ekonomi. Namun demikian, lembaga-lembaga keuangan
tersebut masih belum berfungsi seperti yang diharapkan.

Sistem moneter di Indonesia masih sederhana, ruang gerak penguasa moneter
untuk melakukan kebijaksanaan moneter juga sangat terbatas. Bank Indonesia mengatur

langsung jumlah uang yang beredar melalui pengaturan penyaluran kredit perbankan.
Pengaturan secara tidak langsung (misalnya politik pasar terbuka) belum bisa dilakukan
karena pasar modal belum berkembang, bahkan surat-surat berharga jumlahnya masih
sangat terbatas.
Sebelum tahun 1973 pemerintah menerapkan kebijaksanaan minimum 30% tetapi
adanya bom minyak pada tahun 1973 dan 1974 bank-bank umum menjadi terlalu likuid
sehingga cadangan minimum 30% menjadi tidak cukup untuk menahan ekspansi kredit.
Karena itu, pada tahun 1974 bank Indonesia meninggalkan pengaturan kredit secara
langsung tersebut dan beralih pada penetapan batas tertinggi atau ceiling kredit. Ceiling
ditentukan oleh bank Indonesia pada setiap permulaan tahun, dan setiap periode bisa
diadakan revisi. Dengan kebijaksanaan ini diharapkan jumlah uang yang beredar dapat
ditekan sehingga dapat dicapai kestabilan harga.


 Tujuan kebijaksanaan moneter adalah mengembangkan ekonomi. Tujuan ini perlu ditingkatkan, mengingat

bahwa pasar modal belum berkembang maka masyarakat pada umumnya menyimpan kekayaan dalam bentuk
kas atau depuiosito bank. Oleh karena itu kebijaksanaan tingkat bunga dapat dipakai untuk mempengaruhi
jumlah deposito sehingga dapat disalurkan untuk investasi. Investasi baik dari luar maupun dalam negeri
meningkat sehingga produksi barang bertambah. Disatu sisi jumlah uang terkendali melalui anggaran

berimbang, disisi lain produksi barang meningkat maka akibatnya tingkat inflasi dapat terkendali. Inflasi
menurun dari 635% tahun 1966 menjadi 10% pada tahun 1969 dan bahkan tinggal 2,5% pada tahun1971.
Program stabilitas dapat dikatakan berhasil.
 Tahun 1981/1982 ekonomi dunia mengalami kelesuan. Hal ini disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan
perdagangan antarnegara maju. Amerika mengalami double deficit, yakni dalam anggaran belanja serta
neraca pembayaran. Kelesuan ini mengakibatkan dana pemerintah untuk pembangunan ekonomi menjadi
terbatas. Menghadapi situasi yang demikian ini pemerintah melakukan serangkaian kebijaksanaan
penyesuaian, diantaranya devaluasi, penjadwalan proyek dan yang paling penting adalah deregulasi
perbankan 1 juni 1983. Deregulasi dimaksudkan agar kehidupan perbankan lebih efesien, mandiri dan dapat
meningkatkan mobilisasi dana masyarakat.
 Semenjak dregulasi ini pengaturan jumlah uang beredar tidak lagi secara langsung. Kredit likuiditas serta
penetapan tingkat bunga, tetapi lebih bersifat tidak langsung. Yakni melalui politik pasar terbuka, fasilitas
diskonto serta cadangan minimum. Sasaran yang hendak dicapai dengan deregulasi tersebut adalah
meningkatkan efisiensi dan kemandirian perbankan, meningkatkan peranan swasta serta mencegah terjadinya
arus modal ke luar negeri. Isi pokok deregulasi adalah penghapusan pagu kredit perbankan, pembebasan
penentuan tingkat bunga (kecuali kredit prioritas bunga masih ditentukan oleh bank Indonesia) serta
penurunan kredit likuiditas (hanya untuk program-program prioritas saja).
 Dampak deregulasi yang antara lain : mobilisasi dana masyarakat oleh perbankan meningkat. Terjadi
pergeseran dalam deposito. Tingkat bunga cenderung mengalami kenaikan. Awal tahun 1987 terdapat tandatanda yang cukup menggembirakan, harga minyak dan ekspor nonmigas naik sehingga pemerintah berani
mengendorkan likuiditas. Pada tahun 1988 keadaan ekonomi Indonesia membaik. Pemerintah melanjutkan
deregulasi dibidang keuangan dengan dikeluarkannya paket 27 oktober 1988. Nopirin,Ph.D.,Ekonomi
Moneter,Edisi Keempat , BPFE. Yogyakarta, hal. 57.

Sasaran yang Ingin Dicapai
Untuk meningkatkan mobilisasi dana, mendorong ekspor
nonmigas,meningkatkan efisiensi perbankan serta pengembangan pasar
modal.
Menurunkan cadangan minimum dari 15% menjadi 2% (termasuk
deposito berjangka dan tabungan dikenakan cadangan wajib)
Kemudahan dalam mendirikan bank baru serta mendorong bank-bank
untuk meluncurkan produk-produk baru.
Memperingan syarat pendirian bank devisa.
Memperbolehkan pendirian bank campuran dan cabang bank asing di
luar Jakarta.
Sebagian dana BUMN dapat ditempatkan pada bank swasta dan LKBB.
Menetapkan batas minimum pemberian kredit kepada debitur group
(legal leding limit)
Transaksi swap diperpanjang dari 6 bulan menjadi 3 tahun serta premi
ditentukan atas dasar selisih bunga deposito dengan LIBOR.
Pembatasan posisi devisa neto (selisih antara aktiva dengan pasiva
valas) sebesar 25% dari modal sendiri

Paket–paket dregulasi perbankan tersebut ternyata dapat mendorong perkembangan
perbankan. Produk-produk perbankan baru bermunculan, misalnya berbagai macam bentuk
tabungan, ekspansi kredit serta kartu kredit. Disamping itu jumlah bank dan kantor bank
meningkat dengan pesat, yakni masing-masing sebanyak 111 dan 1.879 pada bulan maret
1989 naik menjadi 151 dan 2.341 pada bulan maret tahun berikutnya. Kebijaksanaan
deregulasi perbankan tersebut kemudian dilanjutkan lagi pada bulan januari 1990 guna
mendorong kea rah kemandirian serta mencapai sasaran pemerataan.



Kenaikan

aktivitas perbankan ini tentu saja akan mendorong likuiditas masyarakat
meningkat sehingga permintaan agregat naik. Disamping itu naiknya investasi luar negeri
serta perkembangan pasar modal semenjak 1989 telah member andil dalam peningkatan
permintaan agregat. Naiknya tingkat inflasi ini didorong oleh kebijaksanaan penyesuaian
seperti misalnya kenaikan gaji, harga BBM, tarif listrik. Usaha bank Indonesia untuk
menekan laju inflasi dibawah dua digit didasari pada perkiraan bahwa apabila inflasi
mencapai lebih dari 10% efeknya jauh lebih buruk disbanding dengan lambannya laju
pertumbuhan dikarenakan naiknya tingkat bunga. Inflasi dengan pengetatan likuiditas ini
hanya akan mempengaruhi sisi permintaan saja. Inflasi yang terjadi ternyata juga berasal
dari sisi penawaran. Untuk mendorong sisi penawaran perlu upaya deregulasi di sektor
produksi barang diteruskan. Bank Indonesia tidak akan mengetatkan likuiditas ini dengan
intensitas yang makin tinggi karena dapat menyebabkan tingkat bunga naik melebihi 2022%.

Kebijaksanaan

moneter ketat tersebut juga menyulitkan perbankan sendiri karena
banyaknya kredit macet sebagai akibat ekspansi yang cukup tinggi pada tahun 1989,1990,
dan 1991 sehingga kualitas portofolionya menurun. Untuk mengatasi hal ini, pemerintah
memberikan ketentuan untuk menyehatkan perbankan melalui CAR (capital adequacy ratio)
sebesar 8% serta LDR (loan to deposit ratio) kurang dari 100% yang kemudian dikenal
dengan paket februari 1991 (praktri). Keadaan moneter perbankan tahun 1992 masih
merupakan kelanjutan dari tahun 1991 belum begitu cerah. Upaya bank Indonesia untuk
menurunkan tingkat bunga SBI dan SBPU dengan harapan tingkat bunga pasar ikut
menurun akan banyak membantu penurunan tingkat bunga pasar.