Peran Anak Dalam Ekonomi Desa di Jawa

RESUME
PERANAN ANAK DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA DESA DI
JAWA
Disusun Guna Memenuhi Nilai Mata Kuliah Sejarah Sosial
Ekonomi
Dosen Pengampu : Tiwuk Kusuma H, S.S., M.Hum.

Oleh:
   Farkhan Ramadhana
    C0513015

JURUSAN ILMU SEJARAH
FAKULTAS SASTRA DAN SENI RUPA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA

2014

PERANAN ANAK DALAM EKONOMI RUMAHTANGGA DESA DI JAWA
Pendahuluan
Dalam  usaha  mengatasi masalah kenaikan jumlah penduduk di Jawa

yang sangat mengkhawatirkan itu, peneliti bisa menyebut paling sedikit dua
kriteria yang harus dipenuhi untuk mensukseskan usaha membatasi jumlah
kelahiran atau usaha program keluarga bencana.
Akan   tetapi   para   orang   tua   dan   calon   ayah   dan   ibu   (yang   membuat
keputusan­keputusan   terpenting   dalam   menentukan   jumlah   anak   mereka)
hidup   dalam   lingkungan   ekonomi   yang   bisa   dinamakan   “ekonomi
rumahtangga”.   Dilihat   sebagai   satu   kesatuan   jutaan   ekonomi   rumahtangga
yang ada di daerah pedesaan itu, meskipundipengaruhi oleh keadaan ekonomi
daerah   yang   menjadi   lingkungannya   bukanlah   merupakan   duplikat   ukuran
kecil dari keseluruhan keadaan ekonomi ; malah mungkin secara penting akan
menjadi   bentrokan   dengan   keadaan   ekonomi   itu   di   dalam   keseluruhannya.
Misalnya   kelebihan   penduduk.   Misalnya   kelebihan   penduduk   dan   adanya
surplus tenaga kerja di daerah pedesaan Jawa bukanlah berarti bahwa orang
terpaksa   menganggur   (dalam   arti   sama   sekali   tidak   bekerja)   untuk   waktu
lama.   Malah   sebaliknya   oleh   karena   kurang   adanya   kesempatan   kerja
produktif,   mereka   semakin   melakukan   kegiatan­kegiatan   ekonomi   yang
semakin   marginal   dan   kurang   produktif   (artinya   dengan   imbalan   yang
semakin rendah.
Dalam   lingkungan   ekonomi   pedesaan,   tenaga   kerja   tersedia   secara
berlebihan   dan   murah.   Tetapi   dalam   lingkungan   ekonomi   rumah   tangga

masing­masing   karena   merupakan   satu­satunya   sumber   yang   ada   bagi

sedemikian banyak keluarga, maka tenaga itu tetap merupakan sumber yang
berharga bagi setiap keluarga.

Ciri­Ciri Ekonomi Dari Daerah Penelitian
Penduduk yang diselidiki terdiri atas beberapa pedukuhan di suatu desa kira­
kira   25   kilometersebelah   barat   laut   Yogyakarta.   Untuk   meneliti   keadaan
umum dari ekonomi desa tersebut peneliti telah melakukan survey ekonomi
rumah   tangga   yang   meliputi   kurang   lebih   500   rumah   tangga.   Ciri­cirinya
sebagai berikut.
Penggarapan Tanah Milik Orang Lain Dengan Sistem Moro Hasil
 Dengan system ini, si pemilik tanah umumnya tidak wajib memberikan ‘input’
apa­apa   (misalnya   ongkos   penggarapan,   biaya   bibit,   pupuk   dan   lai­lain)
kecuali   ia   membayar   pajak   tanah.   Maka   dapat   disimpulkan   bahwa   ditinjau
dari segi penggarap tanah, imbalan untuk uang dan tenaga yang diberikannya
hanya separuh dari apa yang akan diterimanya andaikat ia menggarap tanah
milik sendiri.
Kerja Tani Bayaran
Sawah,   selain   menghendaki   pengawasan   secara   menerus,   juga   memerlukan

banyak   tenaga   kerja   untuk   waktu­waktu   singkat   pada   tiga   tahapan
(pengolahan,   penanaman,   panenan)   dalam   siklus   penanaman   padi;   bahakn
kebanyakan pemilik sawah kecil pun tidak bisa menggarapnya dengan tenaga
dari keluarga sendiri sehingga harus mencari tenaga kerja dari luar.
Produksi Barang­Barang Kerajinan Untuk Dijual

Produksi barang kerajinan di desa sample adalah kepang dan tikar. Selain itu
ada beberapa yang mengumpulkan, memotong dan meyiapkan daun pandan
untuk dijual kepada kepada pengenyam­pengenyam tikar.

Manfaat Ekonomi Daripada Anak­Anak Dalam Ekonomi Rumah Tangga
Umur Mulai Kerja
Ada   beberapa   desa   yang   dalam   keluarga   nya   sudah  menerapkan  usia
kerja   kepada   pra   anak­anak   dalam   keluarganya.   Beberapa   keluarga   sudah
memulai anak­anak mereka untuk bekerja semenjak umur dini ( 8­10 tahun)
bahkan   ada   beberapa   yang   mulai   dari   umur   5   tahun,   walaupun   hanya
minoritas dari desa yang menjadi sample.
Potensi Anak­Anak Sebagai Pekerja Produktif
Dari   observasi   mendalam   mengenai   kegiatan­kegiatan   sehari­hari   dari
semua anggota sample rumah tangga, muncul beberapa fakta yang menarik

mengenai   produktivitas   tenaga   kerja   anak­anak,   jika   tingkat   upah   yang
diterima dipakai sebagai indicator produktivitas relative mereka dibandingkan
dengan orang dewasa. Dalam kasus kerja bayaran anak dalam golongan umur
13­15 tahun (mencangkul sawah atau pekarangan) upah mereka selalu sama
dengan yang diterima orang dewasa. Golongan anak perempuan umur 13­15
tahun, pada lebih banyak lagi kasus kerja bayaran, tidak ada yang menerima
kurang dari upah yang sama seperti ibunya untuk waktu kerja yang sama dan
pada sawah yang sama.
Kesimpulan   pokok   dari   kecenderungan   terakhir   ini   adalah   bahwa
mempunyai   banyak   anak   bukan   mengurangi   produktivitas   anak   tersebut,

malah   mungkin   dapat   menambahnya.   Jadi,   untuk   suatu   keluarga   yang
bertanah dan bermodal terbatas – yaitu yang harus mencari sebagian besar
penghasilannya di luar sarana produksi milik sendiri – dan yang hidup dalam
sutu   lingkungan   ekonomi   tertentu,   produktivitas   anak   dalam   keluarga   itu
bukan   tergantung   pada   besar   kecilnya   keluarga   itu   sendiri,   tetapi   pada
keadaan di luar keluarga.

Penutup
Andaikata dari penelitian­penelitian lebih lanjut harus dinyatakan benar

bahwa   memiliki   banyak   anak   dapat   ‘menguntungkan’   sang   ibu   dan   bapak,
maka   kesimpulan   semacam   ini   bukan   mengkhawatirkan   harapan­harapan
suksesnya usaha nasional keluarga bencana. Malahan sebaliknya, kesimpulan
mungkin sangat berguna dari segi pengalihan komunikasi ide­ide ke arah yang
bersesuaian  dengan  kenyataan ekonomi.  Para  Ibu­Ayah  dan calon  Ibu­Ayah
tidak   hanya   melihat   masa   depan   diri   mereka   sendiri   dalam   hal   kesuburan,
akan tetapi juga memandang pengharapan anak­anaknya baik demi ahli­ahli
maupun   demi   rakyat   umumnya.   Maka   mudahlah   dimengerti   bahwa   betapa
pun   dalam   keadaan   ekonomi   Jawa   masa   ini,   kebanyakan   jumlah   anak   itu
dapat   membahagiakan   generasi   ibu   ayah,   sudah   tentu   akan   mengurangi
kemungkinan bahagia bagi generasi anak­anak mereka.