Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah me

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

12th January 2012

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui
Pembiasaan

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan
(Peralihan dari Knowing menjadi Being)
(Romel Noverino: Jurusan Sastra Inggris, Universitas Gunadarma)
Abstrak
‘Ala bisa karena biasa’ dan Practise makes perfect merupakan dua ungkapan dari dua bahasa yang berbeda
tetapi memiliki nuansa makna yang mirip. Keduanya memiliki paradigma bahwa suatu tindakan akan teraplikasi
dengan baik ketika tindakan itu dijadikan suatu kebiasaan. Kebiasaan akan menjadi hal yang baik ketika dipandu
dan diarahkan dengan benar. Sekolah saat ini mengemban tugas mulia yaitu tidak hanya mendidik para muridnya
hardskill tetapi juga softkill. Paradigma pembelajaran yang sebelumnya lebih menekankan pada apa yang perlu
dipelajari murid telah beralih pada bagaimana belajar. Dalam kaitannya dengan pembelajaran karakter,
khususnya karakter bangsa, pembiasaan merupakan cara yang dinilai efektif dan efisien bagi para murid.
Dengan menerapkan pembiasaan yang dilihat dan ditiru dari sekolah, terutama para guru, murid akan langsung

memahami dan menilai karakter yang baik dan benar. Guru merupakan agen perubahan dan dalam hal
pembelajran karakter, guru terletak pada garis depan dan oleh karenanya guru diharapkan dapat menjadi role
model bagi para muridnya. pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal mana yang baik
sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif) tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif)
nilai yang baik dan biasa melakukannya (psikomotor). Dengan kata lain, pendidikan karakter yang baik harus
melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang baik (moral knowing)”, akan tetapi juga “merasakan dengan
baik atau loving good (moral feeling)”, dan “perilaku yang baik (moral action)”.
Kata kunci: kebiasaan, karakter, pendidikan karakter.

PENDAHULUAN
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas)
merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan untuk mengembangkan pendidikan
nasional di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi untuk
mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, dengan tujuan dapat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan nasional itu merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus
dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional menjadi dasar
dalam pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa di sekolah, dengan berlandaskan pada Pancasila,

UUD 1945 dan kebudayaan kebangsaan Indonesia.
Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD
1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, seperti: disorientasi dan
belum dihayatinya nilai-nilai Pancasila; keterbatasan perangkat kebijakan terpadu dalam mewujudkan nilai-nilai
Pancasila; bergesernya nilai etika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara; memudarnya kesadaran terhadap
nilai-nilai budaya bangsa; ancaman disintegrasi bangsa; dan melemahnya kemandirian bangsa (Buku Induk
Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa 2010-2025, dalam Puskurbuk, Januari 2011).
Untuk mendukung perwujudan cita-cita pembangunan karakter sebagaimana diamanatkan dalam
Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 serta mengatasi permasalahan kebangsaan saat ini, maka Pemerintah
menjadikan pembangunan karakter sebagai salah satu program prioritas pembangunan nasional. Semangat itu
secara implisit ditegaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005-2025,
di mana pendidikan karakter ditempatkan sebagai landasan untuk mewujudkan visi pembangunan nasional, yaitu
“mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah
Pancasila” (Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Bangsa: Puskurbuk, Januari 2011).

Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup mempriha kan. Demoralisasi mulai
merambah ke dunia pendidikan yang dak pernah memberikan mainstream untuk berperilaku jujur, karena proses
pembelajaran cenderung mengajarkan pendidikan moral dan budi peker sebatas teks dan kurang dipersiapkan

1 dari 16


21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

pada murid untuk menyikapi dan menghadapi kehidupan yang kontradik f. Bahkan, fenomena lahirnya praktek
korupsi juga berawal dari kegagalan 2 dunia pendidikan dalam menjalannya fungsinya , ditandai dengan gejala
tereduksinya moralitas dan nurani sebagian dari kalangan akademisi. Banyak buk menunjukkan masih ngginya
angka kebocoran di ins tusi terkait, pengkatrolan nilai oleh guru, plagia sme naskah-naskah skripsi dan tesis,
menjamurnya budaya nyontek para murid, korupsi waktu mengajar, dan sebagainya. Di sisi lain, praktek pendidikan
Indonesia cenderung terfokus pada pengembangan aspek kogni f sedangkan aspek so skils atau nonakademik
sebagai unsur utama pendidikan karakter belum diperha kan secara op mal bahkan cenderung diabaikan. (Raka,
2006 dalam Astu , 2010)
Memudarnya karakter manusia di Indonesia ditunjukkan oleh meningkatnya “kesenangan‟ dari sebagian
warganya terlibat dalam kegiatan atau aksi-aksi yang berdampak merusak atau menghancurkan diri bangsa kita
sendiri (act of self distruc on). Ke ka bangsa-bangsa lain bekerja keras mengerahkan potensi masyarakatnya untuk
meningkatkan daya saing negaranya, sebagian dari warga di Indonesia malah dengan bersemangat memakai energi
masyarakat untuk mencabik-cabik dirinya sendiri, dan sebagian besar yang lain terkesan membiarkannya.

Memecahkan perbedaan pendapat atau pandangan dengan menggunakan kekerasan, yang secara sistema k
mengobarkan kebencian untuk memicu konflik horizontal atas dasar SARA, dan menteror bangsa sendiri adalah
dua bentuk dari kegiatan merusak diri sendiri, seper halnya ; kasus Trisak , kasus “Koja Priok”. Hal ini terjadi
karena makin memudarnya nilai-nilai kemanusiaan yang mencakup semangat dan kesediaan untuk bertumbuh
kembang bersama, secara damai dalam kebhinekaan (Raka, 2007:2 dalam Astu 2010).
Fenomena lain yang menunjukkan krisis karakter adalah sikap mental yang memandang bahwa kemajuan
bisa diperoleh secara mudah, tanpa kerja keras, bisa dicapai dengan menadahkan tangan dan dengan menuntut ke
kiri dan ke kanan. Lebih lanjut, dijelaskan oleh Gede Raka , bahwa kebiasaan menimpakan kesalahan kepada orang
lain, merupakan salah satu karakter yang menghambat kemajuan. Hal ini bukan kekuatan, namun kelemahan.
(Raka,2007:2 dalam Astu , 2010).
Haruslah diyakini bahwa tidak perlu ada keraguan dari seluruh komponen bangsa tentang perlunya
pembangunan bangsa dan karakter yang oleh Ir Soekarno, Presiden RI Pertama ditemakan dengan nation and
character building karena secara konstitusional komitmen berbangsa dan bernegara Indonesia telah dengan
tegas dinyatakan dalam keempat alinea Pembukaan UUD 1945. Komitmen tersebut merupakan kristalisasi dari
semangat kebangsaan yang secara historis mengkristal dalam wujud gerakan Kebangkitan Nasional 1908,
Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, yang berpuncak dengan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
1945. Karena itu kegalauan seluruh komponen bangsa tentang kondisi bangsa yang dirasakan menghawatirkan
saat ini, dan prospek bangsa dan negara Indonesia di masa depan, sangatlah beralasan. Pelbagai diskusi,
seminar, sarasehan, simposium dan sejenisnya yang saat ini marak di seluruh wilayah Indonesia, merupakan
indikator yang kuat bahwa seluruh komponen bangsa memiliki komitmen kebangsaan yang sangat kuat. Namun

demikian diperlukan adanya kebijakan nasional yang komprehensif, koheren, dan berkelanjutan. (Winataputra,
2010)
Seperti dinyatakan dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa (Republik
Indonesia,2010:1), situasi dan kondisi kondisi karakter bangsa yang memprihatinkan tersebut, mendorong
pemerintah untuk mengambil inisiatif untuk memprioritaskan pembangunan karakter bangsa. Pembangunan
karakter bangsa dijadikan arus utama pembangunan nasional.
Hal itu mengandung arti bahwa setiap upaya pembangunan harus selalu diarahkan untuk memberi
dampak positif terhadap pengembangan karaker. Mengenai hal tersebut secara konstitusional sesungguhnya
sudah tercermin dari misi pembangunan nasional yang memosisikan pendidikan karakter sebagai misi pertama
dari delapan misi guna mewujudkan visi pembangunan nasional, sebagaimana tercantum dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 – 2025 (Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17
Tahun 2007), yaitu “...terwujudnya karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, dan bermoral
berdasarkan Pancasila, yang dicirikan dengan watak dan prilaku manusia dan masyarakat Indonesia yang
beragam, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi luhur, bertoleran, bergotongroyong,

2 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan


http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

berjiwa patriotik, berkembang dinamis, dan berorientasi ipteks.”
Oleh karena itu pembangunan karakter bangsa memiliki cakupan dan tingkat urgensi yang sangat luas
dan bersifat multidimensional. Ditegaskan dalam Kebijakan tersebut sangat luas karena memang secara
substantif dan operasional terkait dengan “...pengembangan seluruh aspek potensi-potensi keunggulan bangsa
dan bersifat multidimensional karena mencakup dimensi-dimensi kebangsaan yang hingga saat ini sedang dalam
proses “menjadi”.
Dalam hal ini dapat juga disebutkan bahwa (1) karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa
dan bernegara, hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa; (2) karakter
berperan sebagai “kemudi” dan kekuatan sehingga bangsa ini tidak terombang-ambing; (3) karakter tidak datang
dengan sendirinya, tetapi harus dibangun dan dibentuk untuk menjadi bangsa yang bermartabat. Selanjutnya,
ditegaskan bahwa pembangunan karakter bangsa harus difokuskan pada “...tiga tataran besar, yaitu (1) untuk
menumbuhkan dan memperkuat jati diri bangsa, (2) untuk menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), dan (3) untuk membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia dan
bangsa yang bermartabat.”
Di dalam Kebijakan Nasional tersebut (2010;4) pembangunan karakter bangsa secara fungsional memiliki
tiga fungsi utama sebagai berikut:
a. Fungsi Pembentukan dan Pengembangan Potensi

Pembangunan karakter bangsa berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi manusia atau warga
negara Indonesia agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup
Pancasila.
b. Fungsi Perbaikan dan Penguatan
Pembangunan karakter bangsa berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri, dan sejahtera.
c. Fungsi Penyaring
Pembangunan karakter bangsa berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain
yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.
Demikian ditegaskan bahwa “...ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui (1) Pengukuhan Pancasila sebagai
falsafah dan ideologi negara, (2) Pengukuhan nilai dan norma konstitusional UUD 45, (3) Penguatan komitmen
kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), (4) Penguatan nilai-nilai keberagaman sesuai dengan
konsepsi Bhinneka Tunggal Ika, serta (5) Penguatan keunggulan dan daya saing bangsa untuk keberlanjutan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global.”
Sedangkan yang menjadi tujuan (Kebijakan Nasional,2010:5) dari pembangunan karakter bangsa
adaalah “...untuk membina dan mengembangkan karakter warga negara sehingga mampu mewujudkan
masyarakat yang ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, berjiwa persatuan
Indonesia, berjiwa kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,
serta berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.” Untuk itu maka Pembangunan Karakter Bangsa disikapi

dan diperlakukan sebagai suatu gerakan nasional yang harus menjadi komitmen seluruh komponen bangsa
dengan tema “...membangun generasi Indonesia yang jujur, cerdas, tangguh, dan peduli.”

Agar tujuan ini dapat tercapai, diperlukan cara dan seper nya pembiasaan dapat menjadi salah satu cara
yang baik dan efek f dalam mewujudkan tujuan ini. Permasalahannya adalah bagaimana menerapkan kebiasaan
sebagai metode pendidikan karakter bangsa dalam ruang lingkup pendidikan?
PEMBAHASAN
Pernyataan Umum
Tujuan akhir dari semua pendidikan adalah karakter. Sekolah berkontribusi, baik atau buruk, terhadap
karakter dan kepribadian ap murid. Karena perkembangan karakter merupakan bagian integral dari pendidikan,
maka pendidikan karakter harus menjadi per mbangan dari guru. Pendidikan moral dak dapat sepenuhnya
berhasil jika dianggap sebagai mata pelajaran saja yang diajarkan dalam periode tertentu. Meski bukan menjadi

3 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...


penekanan yang melingkupi seluruh kehidupan dan pekerjaan sekolah tetapi mendidik karakter murid harus selalu
hadir dalam pikiran guru.
Pendidikan karakter memiliki dua tujuan realisasi cita-cita besar yaitu, kesejahteraan sosial dan
pengembangan kepribadian individu. Keduanya saling melengkapi. Perilaku yang berkontribusi pada kebaikan
orang lain akan memberi cara nyata dalam pengembangan kepribadian, dan, sebaliknya, realisasi kapasitas
individu berkontribusi, dalam jangka panjang, pada kualitas total dari kehidupan kelompok. Untuk menjadi
pemandu dan panutan yang efek f dalam pengembangan karakter murid, guru dak hanya harus memiliki
pandangan dan kemampuan interaksi sosial yang luas dan amanah, tetapi juaga sensi f terhadap kemungkinan
potensi laten murid.
Pengembangan karakter moral yang sehat melipu :
1. Pengetahuan tentang apa yang benar; kesadaran prinsip moral, dan pelbagai alasan yang mendasari prinsip
moral itu. Ini adalah landasan intelektual.
2. Sikap dan Keinginan yang benar, apresiasi terhadap kualitas karakter yang baik dalam diri sendiri dan orang
lain. Dalam hal ini emosi memainkan peran besar.
3. Kebiasaan berperilaku yang benar.
Karakter ini tercermin dalam ndakan kebiasaan. Apa yang yang ditunjukkan oleh apa yang dilakukan
seseorang. Sikap dan kebiasaan yang benar memberikan mo f untuk ndakan yang benar dan kebiasaan hidup
yang terpadu. Pengetahuan saja dak cukup, begitu pula niat, jika dak disertai dengan ndakan yang benar. Murid
harus memiliki kesempatan untuk memahami mengapa beberapa ndakan terkategori baik dan buruk, mereka

harus dibantu untuk mengembangkan sikap-sikap emosional untuk melakukan hal-hal yang baik dalam pelbagai
kesempatan yang beragam.
Se ap pendidikan karakter harus mendapat perha an. Studi di bidang ini mengungkapkan bahwa sebagian
besar masalah perilaku disebabkan karena murid dak menger mengapa hal-hal tertentu harus dilakukan dan
yang lain dak. Ada kebutuhan besar untuk berdiskusi tentang masalah perilaku yang mbul dalam pengalaman
murid yang akan membantu ke pemahaman yang jelas tentang isu-isu moral. Diskusi panjang menyiratkan bahwa
guru dak akan mendikte opini, tetapi akan berusaha untuk merangsang pemikiran dan mengapresiasi murid
terkait keputusan yang rasional. Refleksi lanjutan pada masalah e k berfungsi untuk mempercepat penilaian moral
serta untuk memperbaiki gagasan/pemahaman tertentu yang salah dan sikap yang dak benar. Murid, pada
kenyataannya, sangat tertarik pada masalah mereka sendiri, dan pemahaman sosial serta kemampuan interaksi
sosial guru ke murid akan sangat mempengaruhi diskusi ini.
Sikap dan Perilaku yang benar merupakan perpaduan antara pemahaman moral yang benar dan sebagai
akibat dari kepuasan yang menyertai

ndakan yang benar. Tugas guru dalam hubungan ini adalah untuk

memas kan bahwa kepuasan terjadi. Kepuasan yang muncul secara alami dari ndakan itu adalah nilai yang jauh
lebih besar daripada kepuasan yang berasal dari suatu imbalan. Guru harus menyadari bahwa insen f seper
tanda bintang dan hadiah hanyalah bersifat sementara sebagai perangsang agar mereka bersikap benar. Akan
tetapi jika keinginan untuk hadiah tetap mendominasi sebagai mo f, itu justru akan menjadi penghalang daripada

membantu ke sikap dan karakter yang benar. Apresiasi karakter yang baik, dulu dan sekarang, sangat diperlukan
dalam mengembangkan sikap dan perilaku yang benar.
Se ap sekolah memberikan kesempatan untuk melaksanakan karakter baik yang dididik. Ini adalah tugas
guru untuk mengatur standar perilaku di sekolah dan dak akan puas sampai kebiasaan yang diinginkan menjadi
mapan. Dalam bekerja menuju akhir ini, guru harus melakukan penilaian yang baik kapan menggunakan tekanan
otoritas dan kapan menggunakan pendekatan personal. Biasanya, dengan menunjukkan sikap yang benar dan
mengukur sampai standar yang diinginkan, lebih baik puas dengan hasil kecil tetapi mewakili pertumbuhan
karakter yang benar daripada mencapai hasil lebih besar dengan cara sewenang-wenang. Dalam kasus apapun
kebijakan yang konsisten sangat diperlukan. Seiring tercapainya kebiasaan benar yang diharapkan, prinsip yang
terlibat harus sesuai dengan perkembangan usia murid. Pada saat yang sama murid harus dipimpin untuk melihat

4 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

penerapan prinsip ini dalam situasi terkait. Dengan cara ini jumlah terbesar kemungkinan transfer akan tercapai.
Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter di bawah ini bukanlah merupakan tujuan yang bersifat final atau bahwa se ap
tujuan yang diusulkan bersifat inklusif. Tujuan yang dipaparkan di bawah ini, se daknya, dimaksudkan untuk
menunjukkan sudut pandang dan untuk menekankan tujuan tertentu dalam kepen ngan khusus. Meski
dinyatakan dalam is lah umum, diharapkan sasaran-sasaran ini cukup untuk membimbing guru, dan membentuk
dasar untuk menilai hasil aktual pendidikan.
I. Pengembangan Pengetahuan dan Pemahaman.
1. Pemahaman tentang sifat dasar sosial karakter dan perilaku moral.
a. Sebuah realisasi atas apa yang orang lain lakukan untuk kita dan bagaimana kita bergantung pada
mereka. Rasa ketergantungan akan meningkat dari ketergantungan kepada orangtua, kakak dan adik,
pembantu, dan pemerintah. Hal ini akan membentuk pengenalan bertahap terhadap pemahaman
kelompok sosial, dimulai dari unit terkecil, rumah, dan tempat bekerja, dan seiring pertumbuhan
pengalaman murid, menuju pemahaman tentang kelompok antar bangsa.
b. Pemahaman tentang perlunya kerjasama menuju kebaikan bersama.
c. Sebuah apresiasi dari fakta bahwa pelbagai hal baik yang dialami saat ini, kekayaan budaya kita, seper
musik, cerita, gambar, dan juga adat dan kebiasaan kita, adalah hasil dari pengorbanan mereka yang
telah hidup sebelum kita. Cerita hidup pelopor dan penemu besar, seniman, dan ilmuwan memberikan
kontribusi untuk pemahaman ini.
d. Sebuah realisasi tanggung jawab kita terhadap penerus kita, dalam pelestarian warisan budaya,
kelangsungan adat dan kebiasaan, dan juga dalam memberikan kontribusi untuk kelangsungan hidup
manusia. Murid dapat dididik untuk menyadari bahwa murid lain akan menempa kelas dan sekolah
mereka dan mereka harus meninggalkan segala sesuatu dalam kondisi terbaik untuk penerus mereka.
Ini adalah awal dari sikap terhadap konservasi sumber daya alam kita dan kekayaan budaya kita.
e. Pemahaman tentang fakta bahwa perbuatan baik merupakan kepuasan terbesar dan dalma jangka waktu
terlama seper yang pernah dialami oleh banyak orang sebelumnya.
f. Pemahaman tentang nilai kesehatan yang baik dan hubungannya dengan hidup sehat.
2. Pengembangan penilaian moral yang benar.
a. Pengetahuan tentang apa yang benar atau salah dalam situasi tertentu yang seringkali berulang dalam
kehidupan sehari-hari.
b. Pemahaman, sesuai ngkat kedewasaan murid, tentang alasan mengapa ndakan tertentu dianggap
benar atau salah.
c. Kemampuan untuk memahami akibat baik atau buruk ke diri sendiri dan orang lain atas se ap ndakan
yang dilakukan.
d. Standar umum penilaian moral. Prinsip moral yang jelas dipahami sebagai akibat dari suatu kasus yang
spesifik.
II. Pengembangan Sikap, Keinginan, Tujuan yang Benar.
1. Kepatuhan pemikiran, perkataan dan perbuatan, pada standar moral yang nggi.

5 dari 16

2. Keyakinan untuk se ap alasan yang baik dan menghorma semua hal yang baik.
3. Sebuah perasaan kewajiban untuk memberikan layanan bagi orang lain serta kelompok sosial, seper ,
komunitas, sekolah, rumah, dll. Bersedia menerima tanggung jawab pribadi.
4. Disposisi untuk mengenali manfaat dari orang lain dan untuk mentolerir pendapat dan ndakan mereka.
5. Sikap menghargai dan mensyukuri kepada orang lain atas manfaat yang diterima, dan atas per mbangan
kenyamanan dan kebahagiaan dari orang lain.
6. Sebuah tekad untuk mencapai yang terbaik sesuai kemampuannya.

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

III. Pembentukan Pola Sikap dan Perilaku yang Diharapkan
1. Memandu pola sikap dan perilaku murid dengan secara bertahap mengurangi pengawasan dan
meningkatkan kesadaran diri akan pen ngnya sikap dan perilaku yang benar dan cerdas.
2. Membiasakan untuk bekerja dengan baik dan menanamkan rasa bangga ke ka pekerjaannya tercapai.
3. Perasaan bersedia kerjasama dengan orang lain.
4. Membiasakan ber ndak adil, spor f, jujur, benar, dll, yang diukur sesuai dengan standar moral nggi.
5. Membiasakan ber ndak dengan sopan santun dan dengan tata krama yang baik, ceria kepada orang lain; dan
mengapresiasi layanan yang diterima dari orang lain.
6. Kebiasaan ber ndak berani dalam membela yang benar, dan ber ndak rendahha terhadap yang lebih muda
dan lemah.
7. Kebiasaan hidup sehat.
8. Kebebasan dari konflik emosional dan gangguan yang dak perlu.
9. Kebiasaan menolak godaan yang dak benar dengan tegas, mengarahkan energi ke cara yang sehat dan
menekan sikap dan perilaku yang buruk.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Karakter di Sekolah
Pertumbuhan karakter dak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara keseluruhan. Se ap faktor dalam
sekolah memberikan kontribusi dalam pembentukan karakter se ap murid. Jika sekolah adalah tempat untuk
mencapai efek vitas maksimum dalam pengembangan karakter, maka kebijakan yang jelas harus diadopsi untuk
tercapainya tujuan ini dan menjadi prinsip koordinasi kerja. Berikut ini adalah beberapa faktor yang memberikan
kontribusi pas dalam pencapaian karakter yang layak:
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah pemimpin sekolah yang bertanggung jawab. Kepribadiannya mempengaruhi seluruh
ins tusi dan memainkan peranan besar dalam menentukan atmosfer moral dan intelektual. Dengan cara yang
tegas tapi ramah, kepala sekolah akan mampu membangun kondisi sekolah yang kondusif. Dengan kepemimpinan
yang demokra s dan bijaksana, kepala sekolah dapat memandu para staf dan guru dalam merumuskan falsafah
pendidikan yang terpadu sehingga berfungsi dalam kehidupan sekolah. Dengan cara ini kepala sekolah akan
berperan dalam memaksimalkan sumber daya para guru dan stafnya untuk kebaikan para murid. Perkembangan
karakter terbaik pada se ap murid akan menjadi tujuan pen ng se ap saat. Kepala sekolah adalah kekuatan moral
yang terdepan di sekolah.
2. Guru
Pengaruh guru terhadap karakter murid-muridnya sangatlah jauh jangkauannya. Hal ini diberikan dak
hanya melalui instruksi yang diberikan di kelas dan hal-hal yang murid lakukan di bawah arahannya, tetapi guru
merupakan sosok baik yang dianggap teladan. Minat, hobi, dan apresiasi guru dapat menjadi sarana
membangkitkan minat, hobi dan apresiasi yang sama pada murid yang berpotensi menjadi kekuatan dalam
kehidupan mereka nan nya. Seper nya guru harus berpose untuk murid-muridnya sebagai model, yaitu bahwa
guru menerapkan karakter yang dia harapkan akan diterapkan oleh para muridnya nan . Selanjutnya, guru harus
memiliki pandangan sosial, sikap hormat terhadap kepribadian anak, dan keinginan tulus untuk membentuk
karakter murid-muridnya dengan benar.
3. Organisasi dan Manajemen Kelas dan Sekolah
Pengelolaan sekolah memiliki pengaruh pada karakter murid. Sekolah yang dikelola dengan baik lebih
mengedepankan pada bagaimana mendidik para murid untuk mencapai potensi terbaik yang mereka miliki. Jadwal
kelas, tugas guru, dan peraturan sekolah harus dikelola sedemikian rupa untuk menjamin adanya interaksi terbaik
antara guru dan murid dan menghindari gesekan dari ru nitas yang ada. Sekolah besar atau kecil harus mampu
mengembangkan sebuah program yang bervariasi, menarik, dan mamandu ndakan yang bertanggung jawab.
Sekolah harus memas kan bahwa guru memiliki kesempatan dan tanggung jawab kepada murid mereka baik di

6 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

dalam ruang kelas dan di luar.
Sistem ujian dan nilai harus mendorong pencapaian terbaik dari se ap murid tanpa memberi penekanan
pada aspek-aspek yang dak diinginkan seper seakan-akan sekolah adalah tempat berkompe si. Hal ini dapat
dicapai dengan menafsirkan hasil kinerja murid tanpa membebani murid dengan sistem standar nilai dan
peringkat.
Organisasi dan manajemen sekolah dan kelas harus membuat ketentuan dengan memberikan porsi
pengelolaan kepada murid. Ini merupakan bentuk kepercayaan dengan secara bertahap menyerahkan tanggung
jawab kepada murid agar murid dapat membuk kan bahwa mereka siap dan mampu untuk memikul tanggung
jawab. Tiap kelas memilih pemimpinnya sendiri sehingga terbiasa dengan dasar-dasar prosedur demokra s.
4. Kurikulum
Mata pelajaran pada kurikulum dapat mempengaruhi karakter murid se daknya dalam ga cara:
1. Dengan berkontribusi langsung ke pengetahuan, sikap, dan perilaku, seper pada bidang kesehatan,
kewarganegaraan, dan apresiasi sastra dan seni.
2. Dengan membangkitkan minat baru yang mungkin berpengaruh di kemudian hari.
3. Dengan menghasilkan kualitas seper keteli an, ketekunan dalam menghadapi kesulitan, dan
kepuasanke ka menguasai/berhasil.
Untuk mewujudkan cara ini, kurikulum secara bijaksana harus memilih mata pelajaran yang sesuai dengan
kebutuhan peradaban sekarang dan masa depan.
Karena pendidikan karakter harus masuk dalam mata pelajaran yang diberikan kepada murid, berikut akan
disajikan gambaran bagaimana beberapa mata pelajaran dapat membentuk karakter murid.
- Pendidikan Kesehatan
Karakter dan perilaku berhubungan erat dengan kesehatan fisik dan mental. Dalam banyak kasus, masalah
perilaku dapat ditelusuri ke kondisi mental yang terganggu, yang pada gilirannya mungkin disebabkan karena
gangguan fisik serta akumulasi pengalaman yang dak menyenangkan. Kesehatan mental sulit untuk dibangun
secara sehat dalam tubuh yang dak sehat. Se ap anak memiliki hak untuk tumbuh secara normal dengan
kesehatan dari tubuh dan pikiran yang kuat dan baik. Pendidikan kesehatan dapat berperan, dengan bekerjasama
dengan rumah dan lembaga kesehatan masyarakat, dalam menjamin lingkungan sekolah yang sehat,
menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membangun pengetahuan dan sikap yang baik. Ini adalah tugas bagi
se ap guru dan pihak sekolah pada umumnya.
- Bahasa dan Sastra
Sastra dan bahasa membuka potensi murid dan memberikan wadah untuk ekspresi diri. Sastra
memberikan cerita yang mewakili kehidupan manusia dan dari mempelajari sastra, muird dapat mempelajari
hikmah dan menambah pemahaman mereka dalam membedakan sikap dan perilaku yang benar atau salah.
Diarahkan dengan benar, mempelajari bahasa dan Sastra akan memberikan kontribusi pada karakter murid karena
murid mengembangkan kemampuan imajinasi mereka dari juga mereka belajar mengapresiasi pengalaman orang
lain sebagai dasar untuk belajar moral.
- Pendidikan Sosial
Pendidikan sosial, seper namanya, dimaksudkan untuk memberikan murid pemahaman tentang
kehidupan yang beradab dan sikap sosial yang diinginkan. Agar murid memahami konsepsi sosial yang lebih luas,
murid perlu dipandu memadukan kehidupan sosial pribadi dengan pengetahuan yang diberikan guru. Sejarah,
terutama pada sisi biografi, sangat pen ng dalam menanamkan sikap pribadi. Semua studi sosial menekankan
pada saling hubungan antar kelompok sosial dan hubungan antar bangsa.
- Pendidikan Hitung
Kita cenderung berpikir matema ka sebagai ilmu yang sangat prak s dengan sedikit hubungan ke sikap dan
perilaku dalam penger an umum. Tidak ada yang bisa jauh dari kebenaran. Belajar berhitung memberikan murid
konsepsi pertama tentang ketepatan dan keniscayaan. Ini adalah perkenalan pertama murid ke pandangan alam

7 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

semesta yang akan dibangun nan melalui studi matema ka lebih maju dan ilmu lainnya.
- Pendidikan Ilmu Dasar
Pemahaman dasar ilmu ilmiah dan sikap menghorma

kualitas benda yang ada di alam, baik hidup

maupun ma , adalah salah satu pendidikan karakter terbesar. Ilmu pengetahuan alam mengajarkan pelajaran
tentang saling ketergantungan antar benda hidup dan ma .
- Seni dan Ketrampilan
Pengaruh seni pada hasil karakter murid merupakan perpaduan dari respon emosi dan hasrat kegiatan
yang dapat mengarah pada kepuasan tanpa batas yang lebih besar dan lebih besar. Dalam seni ada kesempatan
untuk berak vitas secara krea f, yang diakui memiliki landasan pen ng pada pengembangan karakter.
5. Metode Pengajaran
Metode mengajar terikat dengan bagaimana kelas dikelola. Metode yang mengedepankan banyak inisia f dari
murid sebagai respon dari arahan guru dan berlimpahnya ak vitas yang bervariasi dak hanya menghasilkan hasil
belajar yang terbaik, tetapi juga pembentukan karakter yang diinginkan. Metode seper sosialisasi, perencanaan
dan penerapan diri, tugas projek kelas, harus diper mbangkan dengan cermat oleh guru dalam kaitannya dengan
efek moral pada murid baik secara kolek f dan individual.
6. Kegiatan Murid
Kegiatan murid, selain dari instruksi yang diberikan di ruang kelas, memiliki tempat yang sangat pen ng di sekolah
dasar, terutama dari sudut pandang pendidikan karakter. Sekolah harus memiliki perayaan untuk menandai
peris wa khusus dan perayaan ini melibatkan murid untuk berpar sipasi, seper Hari Peringatan Nasional, Hari
Raya Keagamaan dan lainnya. Peris wa ini melibatkan seluruh sekolah dan masyarakat juga. Dengan pemikiran
dan per mbangan matang, guru dapat memberikan beberapa tanggung jawab untuk se ap murid.
Kegiatan rekreasi sekolah, permainan, dan olahraga, memberi guru interaksi yang diperlukan dengan murid
dalam keadaan alami dan membantu untuk mengembangkan sikap dan kebiasaan yang diinginkan. Sekolah dapat
menjadi "rumah" dan memasukkan se ap murid dalam permainan untuk memupuk rasa kese aan kepada
kelompok.
Dalam merencanakan semua kegiatan ini, guru harus mencerminkan karakter yang baik dan benar. Guru
akan menentukan bagaimana kegiatan akan dilakukan dan bagaimana mengapresiasi apa yang telah dilakukan
murid.
7. Disiplin
Cara disiplin ditangani memiliki pengaruh yang sangat besar pada karakter murid. Tujuan pertama adalah untuk
mencegah

mbulnya kasus-kasus disiplin. Ke ka kondisi sekolah dan kelas baik dan disesuaikan dengan

kemampuan murid, dan ke ka suasana sosial ruangan kelas menyenangkan, kasus disiplin dak sering terjadi.
Disiplin yang baik tergantung juga pada sikap mendorong dan simpa k dan juga pada humor yang baik dan kontrol
diri dari guru.
Ke ka kasus disiplin muncul, kontribusi ke pembentukan karakter akan lebih fokus pada menemukan
penyebab kasus disiplin itu, menempatkan tanggung jawab pada anak untuk menemukan solusi dari kasus itu, dan
upaya untuk meningkatkan kesadaran murid untuk membedakan mana yang baikdan buruk serta mana yang
benar dan salah. Guru yang bijaksana akan menangani murid secara personal dan akan berpikir dalam upaya
menanamkan kesadaran disiplin pada murid dibandingkan memberi hukuman ke murid.
8. Bimbingan ke Murid.
Se ap guru bertanggung jawab membimbing murid secara individual dalam semua hal pen ng pendidikan, dengan
penekanan khusus dalam pengembangan karakter. Bimbingan adalah fungsi kon nu dan sangat pen ng ke ka
segalanya berjalan lancar dan ke ka adanya kesulitan pribadi pada murid. Murid yang sikap dan perilakunya
normal tetap membutuhkan bimbingan dari segi peningkatan pemahaman kecerdasan sesuai dengan arah
pertumbuhan maksimal karakter sifat yang diinginkan. Bagi murid yang sikap dan kelakuannya dak wajar,
bimbingan dak harus dianggap sebagai sinonim dengan disiplin. Kecenderungannya adalah untuk murid yang

8 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

agresif yang menarik perha an besar dan menyerap sebagian besar upaya guru. Dibandingkan dengan murid pe
agresif, murid dengan sifat resesif perlu mendapat perha an juga karena meskipun dak mengganggu ru nitas
sekolah, biasanya mereka memiliki permasalahan lebih karena ke dakmampuan sosial dan emosional mereka dan
oleh karenanya lebih membutuhkan bimbingan. Meskipun guru rata-rata dak memiliki kemampuan psikologis
untuk menangani kasus-kasus dengan masalah yang lebih sulit, se daknya guru dapat memberi perha annya
kepada murid yang sedang mengalami masalah dan terutama untuk murid yang introversive.
Guru harus selalu melihat fakta bahwa pendidikan berhubungan dengan individu. Hal ini diperlukan untuk
mempelajari se ap murid secara terus-menerus dan secara ha -ha dan menerapkan langkah-langkah kalkula f
untuk menghasilkan pengembangan keseluruhan karakter yang terbaik. Guru yang baik selalu memperlakukan
murid mereka dengan pendekatan personal secara langsung.
9. Hubungan dengan Rumah dan Badan Sosial Lainnya

Jika pendidikan adalah untuk menghasilkan karakter yang layak, maka pen ng bahwa sekolah dan rumah bekerja
di tujuan dan lintas yang sama. Ini berar pengetahuan dan pemahaman haruslah mutual. Organisasi
Orangtua-Guru adalah langkah di arah yang benar dalam membina hubungan antara orangtua dan guru demi
kepen ngan terbaik murid dalam kapasitas yang sifatnya saling mendukung. Kepala sekolah dan guru menerima
dan berbagi penuh tanggung jawab untuk membimbing murid. Secara umum ini akan berar bahwa se ap guru
akan berkoordinasi dengan orangtua untuk saling bertukar informasi terkait hal-hal yang terjadi pada murid yang
dapat meningkatkan kemampuan akademik mereka dan juga kemampuan karakter mereka.
Dalam cara yang sama, pihak sekolah juga perlu menjalin hubungan dengan lembaga lain di masyarakat,
seper , Pramuka, Palang Merah Indonesia, Sekolah Sepak Bola, dll, yang memiliki pengaruh pen ng terhadap
murid. Di sini juga biasanya mungkin untuk mengajarkan pemahaman dan bekerjasama secara harmoni.
10. Semangat sekolah.

Sekolah, pada jangka panjang, mencerminkan pandangan dan cita-cita stafnya. Apakah itu sebuah sekolah
pedesaan dengan satu guru atau sekolah yang lebih besar di perkotaan, kepala sekolah menentukan standar.
Semangat sekolah yang tepat terletak pada kepercayaan dan sikap saling menghorma antara guru dan kepala
sekolah dan antara murid dan guru. Sekolah yang baik dak hanya ditandai oleh tatanan sempurna tetapi oleh
keinginan nyata untuk bekerja sama dan berbagi tanggung jawab secara aktual dalam bekerja dan bermain. Murid
perlu diberi kesempatan yang luas untuk melakukan kegiatan secara demokra s mengganggu tanggung jawab guru
dalam mengarahkan dan mengawasi mereka. Dalam batas-batas tertentu, pembentukan karakter akan lebih
produk f jika murid melakukan la han pengarahan diri sendiri, bahkan dengan risiko melakukan kesalahan,
daripada bergantung pada kontrol yang bersifat otokra s. Berdasarkan pengalaman, kepala sekolah dan guru
harus menemukan sendiri dan mempelajari keseimbangan terbaik antara kontrol guru dan pengarahan diri sendiri
yang dilakukan murid. Meskipun tugas guru adalah untuk memimpin dan menginspirasi, dan bila diperlukan untuk
perintah, murid harus diberikan porsi yang proporsional untuk mengembangkan dirinya sendiri dalam lingkungan
sekolah yang baik. Dengan cara ini penilaian, inisia f dan kepemimpinan dan dikembangkan oleh murid.
Metode Pendidikan Karakter
Terlepas dari pen ngnya pendidikan karakter dan jumlah studi yang telah dikhususkan untuk itu, hanya ada
beberapa metode terbaik untuk digunakan.Secara umum ada dua mode pendekatan:
1. Dengan dimulai dengan memberi pemahaman sikap, keutamaan dan kebajikan yang baik dan benar dan
sifat yang perlu dikembangkan kemudian masuk ke penerapannya. (Teori ke Praktek)
2. Dengan dimulai dari penerapan dengan pengaturan bahwa sifat itu seharusnya muncul kemudian diberi
pemahaman sikap, keutamaan dan kebajikan yang baik dan benar. (Praktek ke Teori)
Dua metode ini saling terkait erat dan guru yang bijaksana mungkin akan menggunakan kombinasi dari
mereka. Dari manapun k awalnya, terdapat dua hal pen ng: (1) bahwa instruksi berhubungan secara langsung

9 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

ke ndakan murid ', dan (2) pembentukan karakter melibatkan kesadaran umum prinsip dan cita-cita.
Kelemahan dari metode pertama adalah bahwa hal itu akan menjadi dak berar karena berhubungan
dengan pengalaman anak. Metode ini cocok untuk "berkhotbah" daripada aksi dan dapat dengan mudah berubah
menjadi serangkaian pelajaran formal. Ini, jika diibaratkan, adalah rumus lisan yang penerapannya samar-samar
dipahami.
Metode kedua memiliki keuntungan tertentu. Metode ini memas kan pemahaman yang jelas dan prak s
dari kasus aktual dan cocok untuk ndakan langsung. Kelemahan metode ini terletak pada meninggalkan contohcontoh tertentu dalam isolasi, dengan akibat bahwa mereka

dak pernah dikonsolidasikan ke dalam skema

nilai-nilai dalam pikiran murid. Tindakan akan meningkatkan kecerdasan jika pengalaman turut serta dalam proses
memahami suatu ndakan. Pendekatan yang bersifat insidental tergantung pada kemungkinan terjadinya situasi
yang membutuhkan penanganan tertentu. Hanya dengan memperkenalkan kasus imajiner guru dapat memberikan
pelbagai contoh yang cocok untuk membangun sebuah konsepsi umum. Jika hal ini dilakukan tanpa mengaburkan
realita yang ada, maka metode ini mungkin akan berhasil.
Pada semua kejadian sebagian besar pela han karakter akan terjadi secara kebetulan sebagai reaksi dari
masalah yang mbul sehubungan dengan kehidupan dan pekerjaan sekolah. Prinsip-prinsip berikut dapat
membimbing guru dalam perencanaan dan melaksanakan pendidikan karakter:

10 dari 16

1. Perlu disadari pen ngnya pela han moral dan mengupayakan kesadaran alami untuk mencapainya. Sebuah
rencana yang pas dan konsisten sangatlah pen ng.
2. Sehubungan dengan rencana ini guru harus memiliki standar perilaku yang diharapkan sesuai dengan usia
murid. Penyimpangan dari standar ini dak boleh diizinkan tanpa alasan yang baik.
3. Konsistensi dalam menentukan manakah perilaku yang baik dan yang buruk merupakan cara yang paling
efek f untuk mencapai hasil yang diinginkan. Penentuan ini adalah penilaian kelompok yang ideal untuk
pengembangan karakter. Disiplin menjadi perlu hanya ke ka penentuan sosial menjadi cara yang dak
efek f tetapi tetap terus menekankan pada pendisiplinan baik daripada yang buruk.
4. Harus ada banyak kesempatan untuk mendiskusikan masalah demi memperjelas situasi dan demi
mengembangkan pemahaman tentang manakah prinsip-prinsip yang benar dan yang salah. Penanganan
terhadap murid harus memperha kan penalaran murid ke ka mereka melakukan suatu ndakan dan
murid diberi kesempatan untuk membuat keputusan sendiri terkait permasalahan yang dihadapi murid.
Yang menjadi tujuan adalah memberi ndakan kepada murid berdasarkan alasan yang masuk akal
daripada otoritas.
5. Kegiatan harus dilakukan dengan dasar pembiasaan perilaku yang baik dan membuat murid merasa puas
ke ka melakukannya. Ekspresi diri harus didorong dan inisia f murid dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Pendidikan karakter dak lebih dari sebuah proses pasif. Fungsi guru adalah untuk ber ndak sebagai
panduan dalam kegiatan ini. Penekanan utama harus terletak pada pembiasaan melakukan bukannya baik.
6. Keberhasilan dan pencapaian harus menjadi kunci utama dari semua kegiatan murid. Guru harus
menumbuhkan perasaan sukses dalam muridnya.Se ap murid dapat dan harus berhasil dalam usahanya
ke ka mereka diberi kepercayaan dalam mengemban suatu tugas dan tugas itu dilakukan dengan
kesadaran diri dan secara menyeluruh.
7. Perlu disadari agar murid mengakui kesuksesan dan kemajuan mereka sendiri dalam pengembangan
karakter yang disetujui.
8. Metode terbaik untuk mengembangkan tanggung jawab pada anak-anak adalah memberikan mereka
tanggung jawab. Singkatnya, kualitas moral tumbuh dengan praktek.
9. Guru dan administrator harus menghorma individualitas murid, dan menghorma dengan rasa hormat
yang sama dan perha an yang sama seper yang diharapkan.
10. Guru harus menggunakan semua potensi yang ada untuk memberi pendidikan karakter.Se ap bentuk
pela han moral dilakukan secara serius dan tulus. Hanya dengan pengalaman, guru akan menemukan

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

metode yang paling sesuai dengan kepribadian dan pandangannya. Pada analisis akhir, pengembangan
karakter adalah hal yang sangat pribadi.
Dari pelbagai pembahasan di atas, maka dapat dicatat beberapa pembiasaan yang bermanfaat untuk
pembentukan karakter murid. Pembiasaan ini dak hanya difokuskan dari guru ke murid tapi juga antar murid.
Dalam kaitannya dengan Pendidikan karakter bangsa, pembelajaran karakter ini dapat dilakukan dengan
pembiasaan nilai moral luhur kepada murid dan membiasakan mereka dengan kebiasaan (habit) yang sesuai
dengan karakter kebangsaan.
Berikut adalah 18 Indikator Pendidikan Karakter bangsa [] sebagai bahan untuk menerapkan pendidikan
karakter bangsa dan untuk mengukur keberhasilan pembelajaran karakter dalam proses belajar mengajar di kelas
dan di sekolah:
1. Religius: Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, serta hidup rukun dengan pemeluk agama lain.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Merayakan hari-hari besar keagamaan.
B. Memiliki fasilitas yang dapat digunakan untuk beribadah.
C. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
INDIKATOR KELAS
A. Berdoa sebelum dan sesudah pelajaran.
B. Memberikan kesempatan kepada semua peserta didik untuk melaksanakan ibadah.
2. Jujur: Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, ndakan, dan pekerjaan.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
B. Tranparansi laporan keuangan dan penilaian sekolah secara berkala.
C. Menyediakan kan n kejujuran.
D. Menyediakan kotak saran dan pengaduan.
E. Larangan membawa fasilitas komunikasi pada saat ulangan atau ujian.
INDIKATOR KELAS
A. Menyediakan fasilitas tempat temuan barang hilang.
B. Tempat pengumuman barang temuan atau hilang.
C. Tranparansi laporan keuangan dan penilaian kelas secara berkala.
D. Larangan menyontek.
3. Toleransi: Sikap dan ndakan yang menghargai perbedaan agama, suku,
etnis,pendapat, sikap, dan ndakan orang lain yang berbeda dari dirinya.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Menghargai dan memberikan perlakuan yang sama terhadap seluruh warga sekolah tanpa membedakan
suku, agama, ras, golongan, status sosial, status ekonomi, dan kemampuan khas.
B. Memberikan perlakuan yang sama terhadap stakeholder tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan,
status sosial, dan status ekonomi.
INDIKATOR KELAS
A. Memberikan pelayanan yang sama terhadap seluruh warga kelas tanpa membedakan suku, agama, ras,
golongan, status sosial, dan status ekonomi.
B. Memberikan pelayanan terhadap anak berkebutuhan khusus.
C. Bekerja dalam kelompok yang berbeda.
4. Disiplin: Tindakan yang menunjukkan perilaku ter b dan patuh pada pelbagai ketentuan dan peraturan.

11 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

INDIKATOR SEKOLAH
A. Memiliki catatan kehadiran.
B. Memberikan penghargaan kepada warga sekolah yang disiplin.
C. Memiliki tata ter b sekolah.
D. Membiasakan warga sekolah untuk berdisiplin.
E. Menegakkan aturan dengan memberikan sanksi secara adil bagi pelanggar tata ter b sekolah.
F. Menyediakan peralatan prak k sesuai program studi keahlian (SMK).
INDIKATOR KELAS
A. Membiasakan hadir tepat waktu.
B. Membiasakan mematuhi aturan.
C. Menggunakan pakaian prak k sesuai dengan program studi keahliannya (SMK).
D. Penyimpanan dan pengeluaran alat dan bahan (sesuai program studi keahlian) (SMK).
5. Kerja Keras: Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi pelbagai hambatan belajar,
tugas dan menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Menciptakan suasana kompe si yang sehat.
B. Menciptakan suasana sekolah yang menantang dan memacu untuk bekerja keras.
C. Memiliki pajangan tentang slogan atau mo o tentang kerja.
INDIKATOR KELAS
A. Menciptakan suasana kompe si yang sehat.
B. Menciptakan kondisi etos kerja, pantang menyerah, dan daya tahan belajar.
C. Mencipatakan suasana belajar yang memacu daya tahan kerja.
D. Memiliki pajangan tentang slogan atau mo o tentang giat bekerja dan belajar.
6. Krea f: Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Menciptakan situasi yang menumbuhkan daya berpikir dan ber ndak krea f.
INDIKATOR KELAS
A. Menciptakan situasi belajar yang bisa menumbuhkan daya pikir dan ber ndak krea f.
B. Pemberian tugas yang menantang munculnya karya-karya baru baik yang auten k maupun modifikasi.
7. Mandiri: Sikap dan prilaku yang dak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
INDIKATOR SEKOLAH
Menciptakan situasi sekolah yang membangun kemandirian peserta didik.
INDIKATOR KELAS
Menciptakan suasana kelas yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja mandiri.
8. Demokra s: Cara berpikir, bersikap, dan ber ndak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Melibatkan warga sekolah dalam se ap pengambilan keputusan.
B. Menciptakan suasana sekolah yang menerima perbedaan.
C. Pemilihan kepengurusan OSIS secara terbuka.
INDIKATOR KELAS
A. Mengambil keputusan kelas secara bersama melalui musyawarah dan mufakat.
B. Pemilihan kepengurusan kelas secara terbuka.
C. Seluruh produk kebijakan melalui musyawarah dan mufakat.
D. Mengimplementasikan model-model pembelajaran yang dialogis dan interak f.
9. Rasa Ingin Tahu: Sikap dan ndakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari

12 dari 16

21/03/2016 6:05

Pendidikan Karakter Bangsa di Sekolah melalui Pembiasaan

http://lppse-dikdas-2.blogspot.co.id/2012/01/pendidikan-karakter-bang...

sesuatu yang dipelajari, dilihat, dan didengar.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Menyediakan media komunikasi atau informasi (media cetak atau media
elektronik) untuk berekspresi bagi warga sekolah.
B. Memfasilitasi warga sekolah untuk bereksplorasi dalam pendidikan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan
budaya.
INDIKATOR KELAS
A. Menciptakan suasana kelas yang mengundang rasa ingin tahu.
B. Eksplorasi lingkungan secara terprogram.
C. Tersedia media komunikasi atau informasi (media cetak atau media elektronik).
10. Semangat Kebangsaan: Cara berpikir, ber ndak, dan berwawasan yang menempatkan kepen ngan bangsa dan
negara di atas kepen ngan diri dan kelompoknya.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Melakukan upacara ru n sekolah.
B. Melakukan upacara hari-hari besar nasional.
C. Menyelenggarakan peringatan hari kepahlawanan nasional.
D. Memiliki program melakukan kunjungan ke tempat bersejarah.
E. Mengiku lomba pada hari besar nasional.
INDIKATOR KELAS
A. Bekerja sama dengan teman sekelas yang berbeda suku, etnis, status sosial-ekonomi.
B. Mendiskusikan hari-hari besar nasional.
11. Cinta Tanah Air: Cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kese aan, kepedulian, dan
penghargaan yang nggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan poli k bangsa.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Menggunakan produk buatan dalam negeri.
B. Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.
C. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
INDIKATOR KELAS
A. Memajangkan foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar
kehidupan masyarakat Indonesia
B. Menggunakan produk buatan dalam negeri.
12. Menghargai Prestasi: Sikap dan ndakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat, mengakui, dan menghorma keberhasilan orang lain.
INDIKATOR SEKOLAH
A. Memberikan penghargaan atas hasil prestasi kepada warga sekolah.
B. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.
INDIKATOR KELAS
A. Memberikan penghargaan atas hasil karya peserta didik.
B. Memajang tanda-tanda penghargaan prestasi.
C. Menciptakan suasana pembelajaran untuk me