ANALISIS SALURAN PEMASARAN KELAPA Cocos (1)

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 3 Nomor 1, September 2016
ANALISIS SALURAN PEMASARAN KELAPA (Cocos Nucifera L.)
(Suatu Kasus di Desa Karyamukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis)
Oleh :
Dani Ramdani1, Dedi Herdiansah S2, Zulfikar Noormansyah3
1,2,3

Fakultas Pertanian Universitas Galuh

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui saluran pemasaran kelapa mulai dari produsen sampai ke
konsumen, besarnya marjin pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran kelapa dari produsen ke
konsumen, dan persentase harga yang diterima petani (Farmer’s Share) dalam proses pendistribusian
kelapa di Desa Karyamukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode survai. Sampel yang diambil sebagai responden sebanyak 30 orang petani, dari
seluruh anggota populasi yang berjumlah 302 orang dengan menggunakan metode Simple Random
Sampling. Sedangkan jumlah pedagang pengumpul 3 orang, pedagang pengecer 2 orang, dan pedagang
besar 2 orang, yang diambil dengan cara Snowball Sampling Method. Analisis data dilakukan dengan cara
deskriptif.Hasil
analisis

menunjukkan
bahwa
:
1)
TerdapatduasaluranpemasarankelapadariDesaKaryamuktisampaikepasar Cirebon yaitu saluran 2 tingkat
dan saluran 3 tingkat. 2) Besarnya marjin, biaya dan keuntungan pemasaran pada masing-masing lembaga
pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 500,- per butir, pedagang Besar Rp. 200,per butir, pedagang pengecer Rp. 200,- per butir, dan pada saluran II di pedagang pengumpul Rp. 500,- per
butir, pedagang pengecer Rp. 400,- perbutir. Besarnya biaya yang dikeluarkan oleh setiap lembaga
pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 128,89,- per butir, pedagang besar Rp.
63,19 per butir, pedagang pengecer Rp. 82,38 per butir dan pada saluran II di pedagang pengumpul Rp.
133,41,- per butir, dan pedagang pengecer Rp. 65,89,- per butir. Sedangkan besarnya keuntungan pada
masing-masing lembaga pemasaran pada saluran pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 371,11 per butir,
pedagang besar Rp. 136,81,-per butir, pedagang pengecer Rp. 117,62,- per butir, dan pada saluran II di
pedagang pengumpul Rp. 366,59,- per butir, pedagang pengecer Rp. 334,11. 3) Bagianharga yang
diterimapetaniatau farmer’s share padasaluran pemasaran I dansaluran pemasaran II adalahsamabesar
59,09 % dariharga yang dibayarkankonsumen, karenaharga di petanipadasaluran pemasaran I dansaluran
pemasaran II sertaharga yang diterimakonsumen(hargaeceran) padasaluran pemasaran I dansaluran
pemasaran II adalahsamayaitumasing-masingsebesarRp. 1.300,- per butirdanRp 2.200,- per butir.
PENDAHULUAN
Pembangunan pertanian subsektor perkebunan

memiliki arti penting, terutama di negara
berkembang
yang
selalu
berupaya
untuk
meningkatkan sumberdaya alam secara lestari dan
berkelanjutan. Selain itu, subsektor perkebunan
mempunyai peranan penting dalam pembangunan
nasional,
terutama
dalam
meningkatkan
kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan
devisa Negara, penyediaan lapangan kerja,
perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan
konsumsi dalam negeri, serta optimalisasi
pengolahan sumberdaya alam secara berkelanjutan
(Widianti, Noor dan Goni, 2008).
Pembangunan perkebunan merupakan bagian

dari
pembangunan
pertanian
yang
berkesinambungan yang berbasis pada industri dan
berorientasi bisnis, dengan demikian sasaran atau
tujuan dari pembangunan perkebunan khususnya dan
pembangunan pertanian pada umumnya adalah
untuk meningkatkan dan menumbuh kembangkan
perekonomian
perdesaan
dalam
menunjang
pembangunan nasional (Dinas kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten Ciamis, 2014)
Menurut Sukamto (2008), kelapa (Cocos

nucifera.L) adalah salah satu jenis tanaman
perkebunan yang banyak ditanam oleh masyarakat
perdesaan, mengingat tanaman kelapa memiliki

peranan yang sangat besar bagi kehidupan
masyarakat
terutama
dalam
meningkatkan
pendapatan. Selain itu kelapa mempunyai
kemampuan berproduksi sepanjang tahun secara
terus menerus dan siap dijual kapanpun (dalam
keadaan kelapa tua) untuk memenuhi kebutuhan
keluarga petani.
Di Jawa Barat komoditas kelapa merupakan
komoditas unggulan dan merupakan salah satu
provinsi yang mempunyai areal cukup luas, yaitu
172.806 hektar dengan produksi sebesar 104.408 ton
dan produktivitas 830 kg per hektar (Dinas
Perkebunan Provinsi Jawa Barat, 2014).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
(1) Saluran pemasaran kelapa mulai dari produsen
sampai ke konsumen, besarnya marjin pemasaran
pada masing-masing lembaga pemasaran kelapa dari

produsen ke konsumen. (2) Bagian harga yang
diterima petani (Farmer’s Share) dalam proses
pendistribusian kelapa di Desa Karyamukti
Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 3 Nomor 1, September 2016
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah metode
survai, dengan mengambil kasus di Desa
Karyamukti Kecamatan Banjarsari Kabupaten
Ciamis.Menurut Arikunto (2006) metode survai
adalah metode penelitian yang dilakukan untuk
mengadakan
pemeriksaan
dan
pengukuranpengukuran terhadap gejala empiris yang
berlangsung di lapangan atau lokasi penelitian,
umumnya dilakukan terhadap unit sampel yang

dihadapi sebagai responden dan bukan seluruh
populasi sasaran.
Operasionalisasi Variabel
Untuk
mempermudah
dan
memperjelas
pemahaman dalam penelitian ini, maka variabelvariabel yang diamati dan berhubungan dengan
penelitian ini dioperasionalisasikan sebagai berikut:
1. Saluran pemasaran adalah seperangkat lembaga
yang melaksanakan kegiatan (fungsi pemasaran)
yang digunakan untuk mengalirkan komoditas
kelapa dari tangan produsen sampai ke
konsumen.
2. Marjin pemasaran adalah selisih antara harga
yang diterima petani produsen dengan harga
yang dibayarkan konsumen akhir, dinyatakan
dalam satuan rupiah per butir (Rp/butir)
3. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan
dalam proses pendistribusian kelapa dari tangan

produsen sampai kepada konsumen, biaya
pemasaran ini mencakup:
a. Biaya pengangkutan, meliputi biaya dari
kegiatan
yang
ditujukan
untuk
menggerakkan barang-barang dari tempat
pembelian sampai ketempat penjualan,
dinyatakan dalam satuan rupiah per butir.
b. Biaya penanggungan resiko yaitu biaya
yang dikeluarkan untuk menghindari segala
bentuk resiko yang terjadi dan akan terjadi
selama pengaliran barang dari produsen ke
konsumen, baik karena kehilangan,
turunnya harga dan lain-lain, dinyatakan
dalam satuan rupiah per butir.
c. Biaya bongkar muat adalah biaya yang
dikeluarkan
untuk

menaikan
dan
menurunkan buah kelapa dari truk dihitung
dalam satuan rupiah per butir.
d. Biaya retribusi adalah biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang perantara yang
biasanya dikeluarkan secara resmi dihitung
dalam satuan rupiah per butir.
e. Biaya
lain-lain
meliputi
biaya
penyimpanan, dan pungutan-pungutan
lainnya, dinyatakan dalam satuan rupiah per
butir (Rp/butir).
4. Keuntungan pemasaran merupakan selisih antara
marjin pemasaran dengan biaya pemasaran,
dinyatakan dalam satuan rupiah per butir
(Rp/butir).


5. Harga jual dan harga beli kelapa merupakan
harga rata-rata pada waktu penelitian, dinyatakan
dalam satuan rupiah per butir (Rp/butir).
6. Petani
kelapa
adalah
petani
yang
membudidayakan kelapa yang kemudian menjual
hasil produksinya.
7. Lembaga pemasaran adalah orang, perusahaan
atau lembaga yang terlibat langsung dalam
pengaliran kelapa dari petani sampai konsumen,
yaitu :
a) Pedagang pengumpul adalah mereka yang
memiliki modal kerja, aktif membeli dan
mengumpulkan kelapa dari petani kelapa.
b) Pedagang besar adalah pedagang yang
membeli kelapa, dalam jumlah besar dari
pedagang pengumpul atau langsung dari

petani.
c) Pedagang pengecer adalah individu atau
badan yang membeli kelapa dari pedagang
besar kemudian dijual secara langsung
kepada konsumen.
8. Konsumen akhir adalah pembeli kelapa dari
petani atau pedagang pengecer untuk kegiatan
konsumsi bukan kegiatan produksi.
9. Volume penjualan adalah merupakan volume
produk yang dijual oleh perantara atau lembaga
pemasaran, dinyatakan dalam satuan butir.
10. Volume pembelian merupakan volume produk
yang dibeli oleh perantara atau lembaga
pemasaran, dinyatakan dalam satuan butir.
11. Harga beli adalah harga yang dibayarkan oleh
masing-masing lembaga pemasaran atau
konsumen guna mendapatkan barang-barang
yang diinginkan, dihitung dalam satuan rupiah
per butir. Harga jual adalah harga yang diterima
oleh masing-masing lembaga pemasaran atau

produsen sebagai pengganti atas komoditi yang
dipasarkannya, dihitung dalam satuan rupiah per
butir.
12. Penyusutan adalah besarnya jumlah barang yang
tidak tersalurkan selama proses pemasaran
produk dan dihitung dalam satuan butir per satu
kali penjualan.
13. Farmer’s Share adalah bagian harga yang
diterima produsen yang dinyatakan dalam satuan
persen.
Teknik Pengumpulan Data
Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian
ini meliputi data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari petani kelapa dan lembaga
pemasaran yang berperan aktif dalam mekanisme
pemasaran kelapa dengan cara melakukan
wawancara langsung dengan responden dengan
menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang
telah di persiapkan sebelumnya. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari Dinas, instansi, lembaga dan
studi kepustakaan yang terkait dengan penelitian ini.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 3 Nomor 1, September 2016
Teknik Penarikan Sampel
Jumlah petani kelapa yang dijadikan responden
diambil 10 persen yaitu 30 orang dari total anggota
populasi sebanyak 302 orang, dengan menggunakan
metode simple random sampling. Pengambilan
sampel untuk penelitian menurut Arikunto (2006),
jika subjeknya kurang dari 100 orang sebaiknya
diambil semuanya, jika subjeknya besar atau lebih
dari 100 orang dapat diambil 10-15 persen atau 2025 persen atau lebih.
Sedangkan
untuk
pedagang
perantara
dilaksanakan secara sensus terhadap pedagang
pengumpul sebanyak 3 orang, pedagang besar
sebanyak 2 orang dan pedagang pengecer sebanyak
2 orang, dengan menggunakan metode penelusuran
berdasarkan aliran barang atau teknik penarikan
sampel bola salju (Snowball sampling method).

TC = total Biaya ditingkat lembaga pemasaran
π =keuntungan ditingkat lembaga pemasaran
Mm= Marjin pemasaran ditingkat lembaga
pemasaran
π = Mm – TC
Keterangan :
π =Keuntungan ditingkat lembaga pemasaran
Mm = Marjin pemasaran ditingkat lembaga
pemasaran
TC = total biaya ditingkat lembaga pemasaran
3.

Bagian harga yang diterima petani (farmer’s
share)
FS = x 100 %
Keterangan :
FS = Bagian harga yang diterima produsen
(Farmer’s share)
Pf = Harga ditingkat petani (Rp/Butir)
Pr = Harga ditingkat lembaga pemasaran
(Rp/Butir)

Rancangan Analisis Data
Data yang diperoleh ditabulasi, kemudian
dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui saluran
pemasaran atau peredaran kelapa. Sedangkan untuk
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengetahui marjn pemasaran, biaya pemasaran,
Identitas Responden
keuntungan pemasaran dan Farmer’s share
Responden dalam penelitian ini terdiri dari
digunakan rumus menurut (Angipora, 2006) dengan
produsen, pedagang pengumpul, pedagang besar dan
formulasi sebagai berikut:
pedagang pengecer. Identitas responden meliputi
1. Marjin pemasaran :
umur, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga dan
Mm = Pe-PF
pengalaman berusaha. Selengkapnya mengenai
Keterangan :
identitas responden dibahas sebagai berikut :
Mm
= marjin pemasaran di tingkat
lembga pemasaran
1. Umur Responden
Pe
= Harga jual produk di tingkat
Umur merupakan salah satu faktor yang dapat
lembaga pemasaran ke i
mempengaruhi kemampuan seseorang dalam
Pf
= Harga beli produk di tingkat
bekerja. Semakin tua usia seseorang maka
petani
kemampuannya akan semakin berkurang. Sebagian
2. Biaya dan keuntungan pemasaran :
besar responden masih tergolong ke dalam usia
Karena dalam marjin pemasaran terdapat 2
produktif, sehingga mempunyai tingkat kemampuan
komponen yaitu komponen biaya dan
yang memungkinkan untuk menjalankan usahanya.
komponen keuntungan, maka :
Umur responden selengkapnya dapat dilihat pada
Mm = π + TC
Tabel 1.
TC = Mm – π
Keterangan :
Tabel 1. Umur Responden
Jumlah responden (orang)
Kelompok
Jumlah
Persentase (%)
No
Umur
Produsen
Pedagang
Pedagang
Pedagang
(orang)
(Tahun)
Pengumpul
Besar
Pengecer
1
15-64
30
2
2
2
36
97,29
2
>64
1
1
2,71
Jumlah
30
3
2
2
37
100,00
Tabel 1menunjukkan bahwa sebagian besar responden termasuk dalam usia produktif (15-64), yaitu
sebanyak 36 orang atau 97,29 persen dari seluruh jumlah responden yang diteliti.
2.Pendidikan Responden
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi pada proses penerimaan dan
penerapan suatu teknologi oleh seseorang. Semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan semakin tinggi
pula penerimaan dan penerapan teknologinya dibandingkan dengan yang tingkat pendidikannya lebih
rendah.Tingkat pendidikan responden dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 3 Nomor 1, September 2016
Tabel 2.Tingkat Pendidikan Responden

No
1
2
3
4
5

Tingkat
Pendidikan

Produsen

Tidak Sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA
Sarjana/Diploma
Jumlah

3
11
8
6
2
30

Responden (orang)
Pedagang
Pedagang
Pengumpul
Besar
2
1
2
3
2

Pedagang
Pengecer
2
2

Jumlah
(orang)

Persentase (%)
8,12
35,13
24,32
27,02
6,41
100,00

3
13
9
10
2
37

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar pendidikan responden tamatan SD yaitu 13 orang 35,13
persen dari seluruh responden yang diteliti. Hal tersebut menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan
responden masih tergolong relatif rendah.
3.Tanggungan Keluarga Responden
Tanggungan keluarga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah banyaknya jumlah anggota keluarga
yang menjadi tanggungan responden untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.Tanggungan keluarga
responden dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Tanggungan Keluarga Responden
No

1.
2.

Tanggungan
Keluarga
(orang)
0-3
>3
Jumlah

Produsen
24
6
30

Responden (orang)
Pedagang
Pedagang
Pengumpul
Besar
3
1
1
3
2

Pedagang
Pengecer
2
2

Jumlah
(orang)

Persentase (%)

30
7
37

81,08
18,92
100,00

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar jumlah tanggungan keluarga responden yang mempunyai
tanggungan keluarga 0 sampai 3 orang sebanyak 30 orang atau 81,08 persen dan responden yang mempunyai
tanggungan keluarga lebih dari 3 orang sebanyak 7 orang atau 18,91 persen. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar responden sangat mendukung terhadap program KB yang disarankan oleh pemerintah..
4. Pengalaman Berusaha Responden
Pengalaman berusaha merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi usahanya. Semakin lama
pengalaman seseorang maka akan lebih banyak pengalaman yang telah dirasakan sehingga kemampuan
berusahanya pun akan lebih maksimal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Pengalaman Berusaha Responden
No

Pengalaman
Berusaha
(Tahun)
1
1-10
2
11-20
3
21-30
Jumlah

Produsen
17
11
2
30

Responden (orang)
Pedagang
Pedagang
Pengumpul
Besar
2
1
2
3
2

Tabel 4 menunjukkan bahwa pengalaman berusaha
responden yang paling banyak antara 1 sampai
dengan 10 tahun yaitu sebanyak 19orang atau 51,35
persen dari seluruh responden yang diteliti.
Analisis Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan jembatan antara
petani produsen dengan konsumen melalui tingkatan
lembaga pemasaran.Saluran pemasaran yang dilalui

Pedagang
Pengecer
2
2

Jumlah
(orang)
19
16
2
37

Persentase
(%)
51,35
43,24
5,41
100,00

sangat berpengaruh terhadap keuntungan yang
diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran
yang terlibat dalam penyaluran kelapa.Lembaga
pemasaran yang terlibat dalam pemasaran kelapa
dari petani sampai ke tangan konsumen adalah
petani produsen, pedagang pengumpul, pedagang
besar dan pedagang pengecer.

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 3 Nomor 1, September 2016
Berdasarkan hasil penelitian di Desa Karyamukti
Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis terdapat
dua saluran pemasaran kelapa yaitu :
Saluran pemasaran 1 :
Petani → Pedagang Pengumpul →Pedagang Besar
Pasar Cirebon→ Pedagang Pengecer Pasar
Cirebon→ Konsumen
Saluran pemasaran II :
Petani → Pedagang Pengumpul → Pedagang
Pengecer Pasar Cirebon→ Konsumen.
Analisis Marjin, Biaya dan Keuntungan
Pemasaran
Perlakuan
dan
Pembiayaan
oleh
PedagangPengumpul
Pedagang pengumpul dalam proses pemasaran
kelapa hanya melakukan perlakuan bongkar dan
muat terhadap produk yang dibelinya dari petani
produsen. Setelah produk terkumpul kemudian
diangkut sampai ke lokasi pedagang besar dan
pedagang pengecer, sedangkan biaya transportasi
ditanggung oleh pedagang pengumpul. Biaya yang
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul dalam proses
penjualan kelapa yaitu biaya bongkar muat,
transportasi, retribusi, biaya penyusutan dan biaya
lainnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 5.
Tabel

5.

Rata-rata Marjin Biaya, dan
Keuntungan
Pemasaran
pada
Pedagang Pengumpul

No

Uraian

1
2
3
4

Harga Beli
Harga Jual
Marjin
Biaya
- Bongkar
muat
- Transportasi
- Retribusi
- Lain-lain
Jumlah
Keuntungan

5

Saluran
pemasaran
I
(Rp/Butir)
1.300
1.800
500

Saluran
pemasaran
II
(Rp/Butir)
1.300
1.800
500

14,67

17,23

91,67
22,22
0,33
128,89
371,11

98,45
17,48
0,25
133,41
366,59

Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata
marjin pemasaran di pedagang pengumpul pada
saluran I dan Saluran II sama yaitu sebesar Rp. 500.per butir. Rata-rata biaya pemasaran yang
dikeluarkan oleh pedagang pengumpul pada saluran
pemasaran I sebesar Rp. 128,89,- per butir dan pada
saluran pemasaran II sebesar Rp. 133,41,- per butir.
Rata–rata keuntungan yang diperoleh pedagang
pengumpul pada saluran pemasaran I sebesar Rp.
371,11,- per butir dan pada saluran pemasaran II
sebesar Rp. 366,59,- per butir.

Perlakuan dan Pembiayaan oleh Pedagang Besar
Perlakuan yang dilakukan oleh pedagang besar
untuk mempertahankan kualitas kelapa berkaitan
erat dengan besarnya biaya yang dikeluarkan oleh
pedagang besar.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 6
Tabel

No
1
2
3
4

5

6.

Rata-rata Marjin Biaya, dan
Keuntungan
Pemasaran
pada
Pedagang Besar
Uraian

Harga Beli
Harga Jual
Marjin
Biaya
- Sewa Tempat
- Retribusi
- Bongkar muat
- Lain-lain
Jumlah
Keuntungan

Saluran I
(Rp/Butir)
1.800
2.000
200
6,38
28,405
28,28
0,125
63,19
136,81

Tabel 6 menunjukkan bahwa rata-rata marjin
pemasaran di pedagang besar pada saluran
pemasaran I sebesar Rp. 200,- per butir sedangkan
rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh pedagang
besar pada saluran pemasaran I sebesar Rp. 63,19,per butir, sehingga keuntungan yang diperoleh
pedagang besar pada saluran pemasaran I sebesar
Rp. 136,81,- per butir. Sedangkan pada saluran
pemasaran II tidak ada pedagang besar.
Perlakuan dan Pembiayaan oleh Pedagang
Pengecer
Perlakuan yang dilakukan oleh pedagang
pengecer terhadap produk kelapa adalah
pengangkutan, penyimpanan dan bongkar muat.
Dalam proses pengaliran barang sampai ke
konsumen, ternyata mereka mengeluarkan biayabiaya. Setiap lembaga pemasaran melakukan
fungsi-fungsi pemasaran yang dapat menciptakan
kegunaan, baik guna bentuk, guna waktu dan guna
tempat, sehingga dapat mempermudah konsumen
untuk memperoleh kelapa tersebut. Dalam proses
pengaliran produk dari titik produksi sampai ke
konsumen diperlukan perlakuan agar produk
sampai ke konsumen sesuai dengan yang
diinginkan.
Perlakuan tersebut mempengaruhi besarnya
biaya yang harus dikeluarkan oleh setiap lembaga
pemasaran yang dilaluinya serta akan berpengaruh
pula terhadap besarnya marjin dan keuntungan
pemasaran.Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 7.
Tabel

7.Rata-rata
Marjin
Biaya,
Keuntungan
Pemasaran
Pedagang Pengecer

dan
pada

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 3 Nomor 1, September 2016

No

Uraian

1
2
3
4

Harga Beli
Harga Jual
Marjin
Biaya
- Transportasi
- Sewa
Tempat
- Retribusi
- Lain-lain
Jumlah
Keuntungan

5

Saluran I
(Rp/Butir)
2.000
2.200
200

Saluran II
(Rp/Butir)
1.800
2.200
400

12,82
24,04

11,12
20,85

22,76
0,32
82, 38
117,62

16,96
0,28
65,89
334,11

Tabel 7 menunjukkan bahwa rata-rata marjin
pemasaran pedagang pengecer saluran I sebesar Rp.
200,- per butir dan pada saluran II sebesar Rp. 400,per butir. Rata-rata biaya yang dikeluarkan oleh
pedagang pengecer pada saluran pemasaran I
sebesar Rp. 82,38,- per butir dan pada saluran
pemasaran II sebesar Rp. 65,89,- per butir.
Sedangkan rata-rata keuntungan yang diperoleh
pedagang pengecer pada saluran pemasaran I
sebesar Rp. 117,62,- per butir dan pada saluran II
sebesar Rp. 334,11,- per butir.
Farmer’s Share atau Persentase Bagian Harga
yang Diterima Petani
Farmer’s Share adalah perbandingan harga yang
diterima petani produsen dengan harga yang
dibayarkan konsumen yang dikalikan 100
persen.Untung ruginya para petani tidak ditentukan
oleh besar kecilnya nilai farmer’s share, tetapi
dipengaruhi oleh harga produk dan biaya yang
dikeluarkannya.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahawa
saluran pemasaran I harga jual di tingkat petani yaitu
Rp. 1.300,- per butir, di tingkat pedagang
pengumpul Rp. 1.800,- per butir, di tingkat
pedagang besar sebesar Rp. 2.000,- per butir dan di
tingkat pedagang pengecer sebesar Rp. 2.200,- per
butir. Sedangkan untuk saluran pemasaran II harga
jual di tingkat petani yaitu Rp. 1.300,- per butir, di
tingkat pedagang pengumpul Rp, 1.800,- per butir
dan di tingkat pedagang pengecer sebesar Rp.
2.200,- per butir. Maka besarnya nilai farmer’s
share adalah sebagai berikut :
FS = x 100 %
.

FS =
x100 %
.
FS = 59,09 %
Dari hasil perhitungan diperoleh nilai farmer’s share
kedua saluran pemasaran yaitu sebesar 59,09 persen,
artinya bagian harga yang diterima petani adalah
sebesar 59,09 persen dari harga yang dibayarkan
oleh konsumen.
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Dari
hasilanalisisdanpembahasanmakadidapatkankesimpu
lansebagaiberikut :
1. TerdapatduasaluranpemasarankelapadariDesaK
aryamuktisampaikepasar Cirebon
Saluran pemasaran I :
Petani

PedagangPengumpul→
PedagangBesarPasar
Cirebon→
PedagangPengecerPasar Cirebon → Konsumen
Saluran pemasaran II :
Petani→
PedagangPengumpul→
PedagangPengecer Cirebon→ Konsumen
2. Besarnya marjin pemasaran pada masingmasing lembaga pemasaran pada saluran
pemasaran I di pedagang pengumpul Rp. 500,per butir, pedagang Besar Rp. 200,- per butir,
pedagang pengecer Rp. 200,- per butir, dan
pada saluran II di pedagang pengumpul Rp.
500,- per butir, pedagang pengecer Rp. 400,perbutir. Besarnya biaya yang dikeluarkan
oleh setiap lembaga pemasaran pada saluran
pemasaran I di pedagang pengumpul Rp.
128,89,- per butir, pedagang besar Rp. 63,19
per butir, pedagang pengecer Rp. 82,38 per
butir dan pada saluran II di pedagang
pengumpul Rp. 133,41,- per butir, dan
pedagang pengecer Rp. 65,89,- per butir.
Sedangkan besarnya keuntungan pada masingmasing lembaga pemasaran pada saluran
pemasaran I di pedagang pengumpul Rp.
371,11 per butir, pedagang besar Rp. 136,81,per butir, pedagang pengecer Rp. 117,62,- per
butir, dan pada saluran II di pedagang
pengumpul Rp. 366,59,- per butir, pedagang
pengecer Rp. 334,11.
3. Bagianharga yang diterimapetaniatau farmer’s
share padasaluran pemasaran I dansaluran
pemasaran II adalahsamabesar 59,09 %
dariharga
yang
dibayarkankonsumen,
karenaharga di petanipadasaluran pemasaran I
dansaluran pemasaran II sertaharga yang
diterimakonsumen(hargaeceran) padasaluran
pemasaran I dansaluran pemasaran II
adalahsamayaitumasing-masingsebesarRp.
1.300,- per butirdanRp 2.200,- per butir.
Saran
Berdasarkanhasilpembahasandankesimpulan di
atas, makadapatdisarankanhalsebagaiberikut :
1.
Saluran pemasaran di Desa Karyamukti
terdapat dua saluran pemasaran dimana petani
menjual produknya ke pedagang perantara
yaitu pedagang besar dan pedagang pengecer.
Dalam kondisi ini pedagang masih bisa
memonopoli dalam penentuan harga. Untuk itu
perlu dibuka akses saluran pemasaran lainnya
sehingga petani akan lebih diuntungkan.
2.
Perluadanyaperbaikanfungsipemasaranyaitudal
amhalpenyusutanmengingatmasihbesarnyabiay

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 3 Nomor 1, September 2016
apenyusutan
yang
terjadidalamrangkaianpemasarankelapadaridae
rahprodusensampaikekonsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
Angipora. 2005. Dasar-dasar Pemasaran Edisi
Kedua.Raja Grafindo Persada. Jakarta
Balai Penyuluhan Pertanian Perikanan dan
Kehutanan (BP3K) Kecamatan Banjarsari,
2014.Laporan Tahunan .Ciamis.
Bisuk, P. 2009. Analisis Tataniaga Dan Elastisitas
Transmisi Harga CPO Internasional Terhadap
Harga TBS (Tandan Buah Segar) Kelapa Sawit
(Studi Kasus: Desa Mananti Kecamatan Sosa
Kabupaten Padang Lawas). Skripsi USU.
Medan.p. 76.
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten
Ciamis 2014. Laporan Tahunan. Ciamis.
Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat. 2014. Jawa
Barat Dalam Angka. Bandung.
Dinas Pertanian Kabupaten Ciamis. 2014. Ciamis
Dalam Angka. Ciamis.
Kotler, 2005.Manajemen Pemasaran. PT Indeks
Kelompok Gramedia. Jakarta.
,
2008.
Manajemen
Pemasaran.
Jakarata.Erlangga.
.
, 2009. Kegunaan Pemasaran. Jakarta.
Erlangga.
dan Keller. 2009. Prinsip Prinsip Pemasaran. Jilid I.
Edisi Kedelapan. Penerbit Erlangga. Jakarta
dan Keller, K. 2009. Manajemen
Pemasaran. Jakarata.Erlangga.
dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. : Analisa,
Perencanaan, Implikasi dan Kontrol. Jilid I.
PT Prenhallindo. Jakarta.
dan Keller. 2009. Manajemen Pemasaran.Jilid 2
Edisi 12. PT. Indeks.
dan Keller. 2008. Manajemen Pemasaran yang
Berbeda-Beda.Jilid 2 Edisi 12. PT. Indeks.
dan Kevin. 2008. Manajemen Pemasaran. Jilid
I. PT Prenhallindo. Jakarta
Limbong dan Sitorus. 2002. Pengantar Tataniaga
Pertanian. Diktat.Jurusan Ilmu-ilmu Sosial
Ekonomi Pertanian. FakultasPertanian.Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sudiyono, A. 2005. Pemasaran Pertanian. UMM
Press. Malang.
Soekartawi,2002. Pungsi Saluran Pemasaran Bagi
Hasil Pertanian. Raja Grafindo
Persada.
Jakarta.
,2008. Peranan Lembaga Pemasaran.
Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sugiyono, 2007.Metode Penelitian Bisnis.
Alfabetha. Bandung.
, 2009. Pemasaran Pertanian. UMM
Press. Malang.

Soetriono. 2006. Daya Saing Pertanian Dalam
Tinjauan Analisis. Bayumedia Publishing.
Malang.
,Suwandari dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu
Pertanian. Bayumedia. Malang.
Sukamto,2008.Upaya
Meningkatkan
Produksi
Kelapa. Penerbit PT. Penebar Swadaya.
Jakarta.
,Budidaya Kelapa. Penerbit PT. Penebar
Swadaya. Jakarta

Jurnal Ilmiah Mahasiswa AGROINFO GALUH
Volume 3 Nomor 1, September 2016