PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERB

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS INKUIRI TERBIMBING
(GUIDED INQUIRY) PADA POKOK BAHASAN REAKSI OKSIDASI
REDUKSI UNTUK SISWA SMK KELAS X
Tarini Mawantia, Fauziatul Fajaroh, Dermawan Afandy
Universitas Negeri Malang
E-mail: [email protected]
ABSTRAK : Tujuan dari penelitian pengembangan adalah menghasilkan modul berbasis
inkuiri terbimbing (guided inquiry) pada materi reaksi oksidasi reduksi untuk siswa SMK kelas
X dan mengetahui kelayakan modul. Modul dikembangkan melalui model 4D yang terdiri atas
empat tahap pengembangan: define (pembatasan), design (perancangan), develop
(pengembangan) dan disseminate (penyebaran). Pengembangan modul ini hanya dilakukan
sampai pada tahap ketiga. Desain validasi terdiri dari validasi isi produk dan uji terbatas
terhadap kelompok kecil sebagai pengguna produk. Berdasarkan penilaian validator, modul
hasil pengembangan sangat layak digunakan sebagai sumber belajar di SMK, sedangkan
berdasarkan uji keterbacaan pada siswa, modul ini layak digunakan.
Kata Kunci : modul, inkuiri terbimbing, reaksi oksidasi reduksi, SMK
ABSTRACT : The purpose of this research was to develop a module based on guided inquiry
about oxidation-reduction reaction for X grade vocational students and determine the feasibility
of the module. Module was developed use 4D models, which consists of four phases: define,
design, develop and disseminate. This module is only done to development phase, the third
phase. Design of validation consists of content validity and test on small group as the users of

the product. Based on validator assessment, this developed module was very feasible to be a
learning source in vocational students, and the result of test on small groups showed that this
module is feasible to use.
Keywords : module, guided inquiry, oxidation-reduction reaction, SMK

BSNP (Badan Standar Nasional Pendidikan) mengembangkan standar sarana
dan prasarana yang harus dimiliki setiap sekolah, salah satunya adalah bahwa setiap
satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan
pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai
serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan (Mulyasa, 2008: 37). Peneliti melakukan wawancara dengan
guru SMKN 9 Malang dan diketahui bahwa problematika pembelajaran di SMK
adalah belum tercukupinya bahan ajar yang dapat memenuhi standar kompetensi
lulusan baik secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
semua sekolah memenuhi standar sarana dan prasarana yang dikembangkan oleh
BSNP.
Buku teks yang digunakan dalam pembelajaran kimia di SMK sangat terbatas
dan kurang merangsang siswa untuk berpikir secara sistematis, kritis, logis, dan
analitis. Buku yang digunakan hanya menyajikan materi dan soal-soal latihan,
sehingga siswa tidak dituntun untuk mencari dan menemukan sendiri konsep materi

yang dipelajar, oleh karena itu peneliti ingin mengembangkan bahan ajar berupa
modul dengan format tertentu yang menuntun siswa untuk menemukan sendiri

konsep materi yang akan dipelajari dan diharapkan modul yang dikembangkan dapat
digunakan sebagai alternatif sumber bahan ajar untuk SMK.
Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan oleh guru untuk
memaksimalkan fungsi penggunaan modul adalah model pembelajaran inkuiri
terbimbing (guided inquiry). Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan
salah satu model pembelajaran yang berbasis paradigma pembelajaran
konstruktivistik. Model pembelajaran ini menyarankan agar proses pembelajaran
dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan belajar. Bila terjadi proses
konstruksi pengetahuan dengan baik maka siswa akan dapat meningkatkan
pemahamannya terhadap materi yang dipelajari. Penelitian yang dilakukan oleh
Novianty (2013:65-66) pada materi analisis elektrokimia diperoleh nilai rata-rata
kelas eksperimen (menggunakan modul berbasis inkuiri) sebesar 78,57, sedangkan
kelas kontrol (tidak menggunakan modul) didapatkan nilai rata-rata kelas sebesar
71,38. Hal tersebut menunjukkan bahwa modul pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh
Wahyudin, dkk (2009:1) menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri
mampu meningkatkan pemahaman siswa. Pemahaman siswa meningkat dari 60%

siswa yang dinyatakan tidak paham pada siklus I menjadi 5%siswa yang dinyatakan
tidak paham untuk siklus II.
Peneliti melakukan wawancara dengan guru kimia SMKN 9 Malang dan
diketahui materi yang sering dinggap sulit oleh siswa adalah materi reaksi oksidasi
reduksi. Hal ini terbukti dari hasil ulangan harian pada materi ini, yaitu hanya 32%
siswa yang memiliki nilai di atas KKM (kriteria kelulusan minimum). Berdasarkan
uraian tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan
Modul Berbasis Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiry) Pada Pokok Bahasan Reaksi
Oksidasi Reduksi untuk Siswa SMK Kelas X”. Modul hasil pengembangan
diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa SMK sehingga berpengaruh pada
peningkatan hasil belajar dan dapat digunakan sebagai alternatif sumber bahan ajar
untuk SMK.
METODE
Model pengembangan yang digunakan adalah model pengembangan 4D.
Model ini dikembangkan oleh Thiagarajan, dkk. (1974) yang terdiri atas 4 tahap
utama yaitu: (1) define (pembatasan), (2) design (perancangan), (3) develop
(pengembangan) dan disseminate (penyebaran). Pengembangan di sini akan
dilaksanakan sampai pada tahap ketiga, yakni hingga tahap develop (pengembangan).
Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengembangan modul adalah :
1. Tahap Pendefinisian (Define)

Tahap ini bertujuan untuk menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran. Pada tahap ini ditentukan batas-batas penelitian dan pengembangan
bahan ajar. Tahap ini terdiri dari 5 langkah, yaitu analisis awal, analisis siswa, analisis
tugas, analisis konsep, dan perumusan indikator/ tujuan pembelajaran.

2. Tahap Perancangan (Design)
Tujuan tahap ini adalah untuk merancang bentuk dasar bahan ajar yang
dikembangkan. Pada tahap ini terdapat 4 langkah yaitu penyusunan tes, pemilihan
media, pemilihan format, dan rancangan awal.
3. Tahap Pengembangan (Develop)
Tahap pengembangan bertujuan untuk menghasilkan bentuk akhir bahan ajar
yang dikembangkan setelah melalui revisi berdasarkan pendapat, komentar, kritik,
dan saran dari para pakar ahli/praktisi dan data hasil uji coba. Tahap ini terdiri dari 2
langkah yaitu validasi ahli dan uji coba pada siswa sebagai pengguna modul untuk
mengetahui keterbacaan modul yang dikembangkan.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket.
Angket yang digunakan terdiri dari dua bagian, yaitu bagian pertama berupa angket
penilaian dan angket kedua berupa lembar komentar yang memuat tanggapan,
kritikan, dan saran dari validator terhadap modul yang sudah dikembangkan. Jawaban
angket disusun dengan skala Likert (Sugiyono, 2008:93) yang digunakan terdiri dari

4 kategori alternatif pilihan. Keempat kategori alternatif pilihan tersebut adalah angka
4, artinya sangat baik/ sangat menarik/ sangat layak/ sangat mudah/ sangat sesuai/
sangat tepat, angka 3, artinya baik/menarik/layak/mudah/sesuai/tepat, angka 2,
artinya kurang baik/ kurang menarik/ kurang layak/ kurang mudah/ kurang sesuai/
kurang tepat, dan angka 1, artinya sangat tidak baik/ sangat tidak menarik/ sangat
tidak layak/ sangat tidak mudah/ sangat tidak sesuai/ sangat tidak tepat.
Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil validasi
adalah teknik analisis persentase. Rumus yang digunakan untuk menghitung hasil
angket dari validator adalah perhitungan persentase yang disusun berdasarkan rujukan
dari Arikunto (2008:216). Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
Keterangan :
P
: persentase
Σx
: jumlah keseluruhan jawaban responden
Σxi
: jumlah keseluruhan nilai ideal dalam 1 item
100%
: konstanta
Pedoman dalam pengambilan keputusan dari analisis data menggunakan skala

kualifikasi untuk menentukan kesimpulan. Kriteria kelayakan hasil validasi dan uji
coba terbatas disajikan dalam Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1

Kriteria Kelayakan dari Tiap Item pada Angket
Tingkat Persentase
25-39
40-54
55-69
70-84
85-100

(Slavin, 1992:78)

Kriteria
Tidak Layak
Kurang Layak
Cukup Layak
Layak
Sangat layak


HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Data Hasil Validasi
Validasi isi dilakukan oleh dosen dan guru kimia. Validasi isi oleh dosen
dilakukan pada 2 orang dosen kimia Universitas Negeri Malang yaitu Bapak Dr.
Aman Santoso, M.Si dan Bapak M. Sodiq I, M,Si. Dua orang guru kimia SMK
Negeri 9 Malang yaitu Ibu Ika Budi Yuliastini, S.Pd dan Ibu Susanti Purwaningtyas
Kinasih, S.Si. Jumlah validator adalah 4, sehingga nilai hasil validasi isi dihitung
dengan perhitungan nilai rata-rata. Data kuantitatif hasil validasi isi disajikan pada
Tabel 2.
Tabel 2

No.

Data Hasil Validasi Isi Modul Reaksi Oksidasi Reduksi Oleh Dosen dan Guru

Aspek

Kelayakan Isi dan Penyajian
1.

Bahan kajian/topik pembahasan sesuai
dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar
2.
Indikator pembelajaran sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar
dalam silabus KTSP
3.
Pembahasan/uraian kajian disajikan secara
sistematik dan runtut
4.
Langkah-langkah kegiatan belajar mengajak
dan membimbing/mengarahkan siswa untuk
menemukan konsep/prinsip yang dikaji
5.
Kegiatan belajar yang disajikan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains
siswa
6.
Bahan kajian/topik pembahasan diberikan

sesuai dengan alur pikiran siswa yang
berorientasi pada pendekatan inkuiri
terbimbing
7.
Keluasan bahan kajian/topik pembahasan
yang diberikan sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi
8.
Gambar yang disajikan bersifat kontekstual
dan dapat ditemui siswa di lingkungan
sekitar
9.
Kesesuaian pertanyaan pada bagian
pengantar, kegiatan belajar, dan uji
pemahaman dengan tujuan pembelajaran
10. Penyajian bahan kajian/topik pembahasan
dapat memberi motivasi belajar pada siswa
Rata-rata persentase
Kebahasaan

11. Kemudahan memahami bahasa yang
digunakan

Validator
1 2 3 4

Σx

Σxi

%

Kriteria

4 4 4 4

16

16


100

Sangat Layak

4 4 4 4

16

16

100

Sangat Layak

4 2 3 3

12

16

75

Layak

4 3 4 4

15

16

93,75

Sangat Layak

3 2 4 3

12

16

75

Layak

4 3 4 3

14

16

87,5

Sangat Layak

3 2 3 3

11

16

68,75

Cukup Layak

4 3 3 3

13

16

81,25

Layak

3 4 4 4

15

16

93,75

Sangat Layak

3 3 3 3

12

16

75

Layak

85,0

Sangat Layak

75

Layak

3 3 3 3

13

16

Lanjutan Tabel 2

No.

Data Hasil Validasi Isi Modul Reaksi Oksidasi Reduksi Oleh Dosen dan
Guru
Aspek

12.

Kesesuaian dengan kaidah Bahasa
Indonesia yang benar
13. Penggunaan istilah dan simbol
14. Kemudahan memahami pertanyaan pada
bagian pengantar, kegiatan belajar, uji
pemahaman, dan uji kompetensi
15. Kemudahan memahami gambar yang
digunakan di setiap kegiatan belajar
16. Kemudahan memahami rangkuman, umpan
balik, kunci jawaban, dan glosarium
Rata-rata persentase
Tata Letak
17. Konsisten
18. Desain tampilan
19. Penggunaan jenis dan ukuran huruf
20.

Letak gambar di tempat yang mudah
diamati oleh siswa dengan pemberian jarak
(spasi) yang sesuai dengan teks
Rata-rata persentase
Rata-rata persentase keseluruhan

Validator
1 2 3 4
3 4 3 3

Σx

Σxi

%

Kriteria

13

16

81,25

Layak

4 3 3 3
4 4 4 4

13
16

16
16

81,25
100

Layak
Sangat Layak

4 2 4 4

14

16

87,5

Sangat Layak

3 2 4 3

12

16

75

Layak

83,33

Layak

3 3 4 4
4 3 4 4
4 4 4 4

14
15
16

16
16
16

87,5
93,75
100

Sangat Layak
Sangat Layak
Sangat Layak

4 3 4 3

14

16

87,5

Sangat Layak

92,19
86,84

Sangat Layak
Sangat Layak

Rata-rata persentase yang diperoleh dari ketiga aspek (kelayakan isi dan
penyajian, kebahasaan, dan tata letak) sebesar 86,84% dengan kriteria sangat layak.
Persentase rata-rata tersebut menunjukkan bahwa modul yang dikembangkan layak
jika digunakan sebagai sumber belajar dan referensi bagi guru dan calon guru dalam
membelajarkan materi reaksi oksidasi reduksi pada siswa SMK kelas X dengan
pendekatan inkuiri terbimbing.
2. Data Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan dilakukan pada 10 siswa SMKN 9 Malang kelas X. Pada uji
keterbacaan dilakukan penilaian oleh siswa terkait kemudahan siswa memahami isi
modul serta ketertarikan siswa menggunakan modul. Jumlah subjek uji keterbacaan
adalah 10 siswa, sehingga nilai hasil uji keterbacaan dihitung dengan perhitungan
nilai rata-rata. Data kuantitatif hasil uji keterbacaan oleh siswa disajikan pada Tabel
3.
Tabel 3

No.
1.
2.

Data Hasil Uji Keterbacaan Modul Reaksi Oksidasi Reduksi oleh Siswa

Aspek
Kemenarikan cover (sampul) dan
keseluruhan isi bahan ajar
Kejelasan identitas bahan ajar

Pilihan Jawaban
4
3
2
1
2
6
2
1

9

x

xi

%

Kriteria

30

40

75

Layak

31

40

77,5

Layak

Lanjutan Tabel 3 Data Hasil Uji Keterbacaan Modul Reaksi Oksidasi Reduksi oleh Siswa

No.

Aspek

3.
4.

Kesesuaian urutan bahan ajar
Kejelasan petunjuk penggunaan
bahan ajar
Kelengkapan petunjuk penggunaan
bahan ajar
Kejelasan bahasa yang digunakan
dalam bahan ajar
Kesesuaian pemilihan jenis dan
ukuran huruf yang digunakan
Kemudahan memahami
penyampaian materi
Kemudahan memahami gambar
yang digunakan di setiap kegiatan
belajar
Kemudahan memahami pertanyaan
pada bagian pengantar
Kemudahan memahami pertanyaan
pada bagian kegiatan belajar
Kemudahan memahami pertanyaan
pada bagian uji pemahaman
Kemudahan memahami pertanyaan
pada uji kompetensi
Kemudahan memahami rangkuman
Kemudahan memahami kunci
jawaban
Kemudahan memahami umpan
balik
Kemudahan memahami glosarium
Rata-rata persentase

5.
6.
7.
8.
9.

10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.

Pilihan Jawaban
4
3
2
1
2
8
1
9

x

xi

%

Kriteria

32
31

40
40

80
77,5

Layak
Layak

37

40

92,5

Sangat Layak

37

40

92,5

Sangat Layak

7

3

8

1

9

1

39

40

97,5

Sangat Layak

4

6

34

40

85

Sangat Layak

6

3

1

35

40

87,5

Sangat Layak

3

5

2

31

40

77,5

Layak

2

7

1

31

40

77,5

Layak

4

6

34

40

85

Sangat Layak

3

7

33

40

82,5

Layak

3
1

7
9

33
31

40
40

82,5
77,5

Layak
Layak

1

6

3

28

40

70

Layak

5

4

1

34

40

85
82,5

Sangat Layak
Layak

1

Rata-rata persentase yang diperoleh dari seluruh aspek sebesar 82,5% dengan
kriteria layak. Persentase rata-rata tersebut menunjukkan bahwa modul yang
dikembangkan mudah dipahami oleh siswa dan dapat digunakan dalam pembelajaran
materi reaksi oksidasi reduksi.
PENUTUP
Kesimpulan
Modul reaksi oksidasi reduksi untuk siswa SMK Kelas X semester 2 terdiri
dari 4 subbab yaitu, (1) reaksi oksidasi reduksi berdasarkan pengikatan dan pelepasan
oksigen, (2) reaksi oksidasi reduksi berdasarkan pelepasan dan penerimaan electron,
(3) reaksi oksidasi reduksi berdasarkan perubahan bilangan oksidasi, (4) tata nama
IUPAC berdasarkan bilangan oksidasi. Setiap subbab disajikan melalui 6 tahapan
yaitu pengantar, rumusan masalah, hipotesis, kegiatan belajar, evaluasi hipotesis,
kesimpulan, dan uji pemahaman.

Modul reaksi oksidasi reduksi yang dikembangkan telah memenuhi kriteria
sangat layak pada validasi isi oleh dosen dan guru dengan rata-rata persentase sebesar
86,84% dan masuk kriteria sangat layak. Pada pelaksanaan uji keterbacaan siswa
didapatkan rata-rata persentase sebesar 82,5% dan masuk kriteria layak. Namun
demikian, untuk menyempurnakan modul tetap dilakukan revisi berdasarkan
komentar dan saran validator dengan arahan pembimbing.
Saran Pemanfaatan, Diseminasi, dan Pengembangan Produk Lebih Lanjut
Modul yang telah dikembangkan diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
pembelajaran kimia di SMK sebagai alternatif sumber bahan ajar untuk SMK.
Beberapa saran yang dianjurkan adalah :
a. Penggunaan modul dalam kegiatan belajar mengajar di kelas sangat memerlukan
peran dan bimbingan guru mengingat model pembelajaran yang digunakan adalah
inkuiri terbimbing. Guru sebaiknya senantiasa memberikan penguatan diakhir
pembelajaran sehingga siswa mengetahui kebenaran konsep yang telah diperoleh.
b. Modul hasil pengembangan merupakan bahan ajar berbasis inkuiri terbimbing
dan disusun berdasarkan KTSP yang telah divalidasi oleh ahli sehingga layak
digunakan oleh guru atau calon guru dalam membelajarkan materi reaksi oksidasi
reduksi untuk SMK kelas X. Namun, validasi empiris (uji coba lapangan) perlu
dilakukan sebelum modul hasil pengembangan disebarluaskan. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui keterlaksanaan dari pembelajaran inkuiri terbimbing yang
digunakan dalam modul.
c. Modul yang dihasilkan dapat digunakan oleh guru dan mahasiswa calon guru
dalam membelajarkan materi reaksi oksidasi reduksi di SMK sehingga diperlukan
adanya pengembangan perangkat pembelajaran lain misalnya RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran) beserta evaluasinya. Pengembangan modul sebaiknya
juga dilakukan pada materi lain mengingat masih belum tercukupinya bahan ajar
di beberapa SMK.
DAFTAR RUJUKAN
Arikunto, S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta.
Mulyasa. 2008. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung :
Bumi Aksara
Novianty, Iqma. 2013. Efektivitas Penerapan Modul Materi Analisis Elektrokimia
Berbasis Inkuiri Terbimbing terhadap Hasil Belajar dan Persepsi Siswa Kelas
XI Semester 1 Kompetensi Keahlian Kimia Analisis SMKN 7 Malang. Skripsi
tidak diterbitkan: Malang: FMIPA UM
Slavin, Robert. E. 1992. Research Methods in Education. New Jersey: Prentice Hall
International, Inc.

Thiagarajan, S., D. S. Semmel, dan M. I. Semmel. 1974. Instructional Development
for Training Teachers Of Exceptional Children: A Sourcebook. Bloomington,
Indiana: The Center for Innovation In Teaching The Handicapped Indiana
University.
Wahyudin, Sutikno, dan Isa A. 2009. Keefektifan Pembelajaran Menggunakan
Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman
Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia , 6(2010):58-62. (Online), (http://
journal.unnes.ac.id/) diakses 5 Mei 2013.